Anda di halaman 1dari 19

METODE PEMBIAYAAN PENGELOLAAN PERUMAHAN BAGI

MASYARAKAT INFORMAL PADA RUMAH SUSUN CINTA KASIH DI


CENGKARENG – JAKARTA BARAT)
Oleh : Irwan
Irwan_pubsk@yahoo.co.id
Pegawai Dinas Kimpraswil Kabupaten Tanah Datar

1. Latar Belakang
Pada awal tahun 2002 Jakarta mengalami banjir besar, lebih dari 50.000 orang terpaksa
mengungsi. Banyak penduduk yang berada di bantaran kali kehilangan rumah karena
hanyut dan ambruk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Propinsi DKI
Jakarta merelokasi warga yang tinggal di bantaran kali khususnya Kali Angke ke
Kelurahan Cengkareng Timur. Lokasi tersebut sesuai dengan Rencana Rinci Tata
Ruang Wilayah Kecamatan Cengkareng Wilayah Kotamadya Jakarta Barat Tahun 1997
– 2005.
Sasaran utama dalam relokasi ini adalah untuk penduduk yang berada di bantaran Kali
Angke yang terkena banjir. Dengan lahan yang terbatas, Pemerintah mendorong
pembangunan perumahan secara vertikal dalam bentuk rumah susun sebagai alternatif
dalam pembangunan perumahan di perkotaan.
Dalam pembangunan rumah susun, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta terkendala dalam
masalah pendanaan. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah melakukan kemitraan
dengan Perum Perumnas dan Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia (Yayasan BTCI) dan
rumah susun yang dibangun dalam bentuk sewa.
Prinsip-prinsip kerjasamanya adalah Pemerintah Propinsi DKI Jakarta membuat
kebijakkan dan merelokasi warga yang berada di bantaran Kali Angke, Perum
Perumnas pemegang hak pengelolaan lahan seluas 50.166 m2 untuk lahan permukiman
dan pembiayaan fisik perumahan serta pengelolaan rumah susun dilaksanakan oleh
Yayasan BTC Indonesia dengan masa 25 tahun, setelah itu seluruh sarana dan
prasarana rumah susun diserahkan kepada Pemerintah cq. Perum Perumnas.
Yayasan BTC Indonesia yang merupakan pihak swasta yang bergerak dibidang
kemanusiaan dan tidak Profit Oriented, dengan misi kemanusiaan untuk saling
menolong sesama manusia mencoba membantu program pemerintah dalam penyediaan
kebutuhan akan perumahan bagi masyarakat informal yang berada di bantaran kali.
Rumah susun mulai dibangun tahun 2002 dan diresmikan tanggal 25 Agustus 2003
dengan nama Rumah Susun Cinta Kasih. Rusun dilengkapi dengan:
− Gedung sekolah untuk Kelompok Bermain (KB), SD, SLTP dan SMK
− Gedung Poliklinik
− Kios, lapak basah dan lapak kering
− Mushala dan tempat pemandian jenazah
− Sarana olah raga seperti: lapangan sepak bola, bola voli, bola basket, dan
bulutangkis
− Dapur umum
− Hasta Karya 1 (bagian kertas)
− Hasta Karya 2 (bagian keset)
− Daur ulang sampah

1
2. Lokasi Perumahan
Lokasi Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi terletak di Kelurahan Cengkareng Timur
Kecamaten Cengkareng Kotamadya Jakarta Barat. Kelurahan Cengkareng Timur
mempunyai luas wilayah 510,65 Ha terbagi dalam 17 RW, 223 RT dan 26.392 KK,
memiliki jumlah penduduk 44.410 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 87
jiwa/Ha 1 .
Lokasi peruntukan Rumah Susun sudah sesuai dengan Rencana Rinci Tata Ruang
Wilayah Kecamaten Cengkareng Wilayah Kotamadya Jakarta Barat Tahun 2005 (Hasil
Penyempurnaan).
Gambar 1. Peta Lokasi Rusun Cinta Gambar 2. Site Plan Rumah Susun Cinta
Kasih Cengkareng Kasih Cengkareng

Sumber : Peta Jakarta 2005 Sumber: Dokumentasi Yayasan Budha Tzu Chi

3. Sarana Terbangun
a. Sarana Rumah Susun
Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi terletak kawasan komplek Bumi Cengkareng
Indah yang ± 2 km dari sisi kanan Jalan Daan Mogot. Perumahan Cinta Kasih
dibangun dalam bentuk rumah susun berlantai 5 (lima) dengan menggunakan
konstruksi beton bertulang. Rusun memiliki 17 (tujuh belas) blok dengan rincian:
− 7 blok yang masing-masing terdiri 1 tower
− 1 blok yang terdiri 3 tower
− 9 blok yang terdiri 5 tower
Jumlah tower keseluruhan 55 (lima puluh lima) tower, di dalam masing-masing
tower terdiri 20 (dua puluh) unit rumah. Untuk satu tingkat dalam satu blok
memiliki 4 unit rusun.

1
Sumber BPS Kotamadya Jakarta Barat, 2005

2
Gambar 3. Kondisi Rumah Susun Cinta Kasih Cengkareng

Sumber : Survey peneliti 2006


Perumahan terdiri dari 1.100 unit rumah susun dengan alokasi penggunaan:
− 970 unit untuk tempat tinggal warga.
− 50 unit untuk rumah guru dan tenaga medis poliklinik
− 20 unit untuk karyawan pengelola perumahan
− 30 unit untuk kios warga
− 30 unit untuk mes tamu.
Satu unit rusun memiliki luas ± 36 m2 dengan fasilitas ruang:
− 2 buah kamar tidur
− 1 buah ruang tamu/keluarga
− 1 buah dapur dan
− 1 buah kamar mandi/WC.
Satu unit rusun dilengkapi dengan 2 tempat tidur, 2 lemari pakaian, meja makan
dengan 6 kursi plastik, lampu, gorden dan teralis besi. Khusus untuk lantai 1 dan 2
diperuntukan bagi usia lanjut/manula/lumpuh atau yang berusia diatas 55 tahun.
Penghuni Rusun Cinta Kasih mengalami 3 kali pembayaran yaitu: biaya iuran
pengelolaan lingkungan dan iuran pemakaian air bersih dibayarkan kepada
pengelola perumahan sedangan biaya listrik dibayarkan ke pada PLN. Sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan, Rumah Susun hanya digunakan untuk
tempat tinggal dengan sistem sewa yaitu Rp. 90.000,-/bulan yang dipergunakan
untuk biaya kebersihan, keamanan dan perawatan gedung. Kekurangan biaya
pengelolaan ditanggung oleh pihak Yayasan BTCI yang biasa dianggap sebagai
biaya subsidi.
Syarat-syarat untuk mendapatkan rumah susun cinta kasih adalah:
− Memiliki dan menempati rumah sendiri di bantaran kali (bukan kontrak)
− Terkena gusuran
− Memiliki KTP DKI (Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Pejagalan)
Dan Rusun mulai ditempati pada tanggal 5 Juli 2003.
b. Sarana Pendidikan
Gedung Pendidikan terdiri dari 3 lantai dengan luas ± 5.100 m2 yang dipergunakan
untuk kegiatan belajar mengajar bagi Kelompok Bermain (KB), Sekolah Dasar
(SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan pada tahun 2006 didirikan

3
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan jurusan Sekretaris (AP) dan Akutansi
(AK).
Para siswanya adalah anak-anak dari penghuni Rumah Susun Cinta Kasih dengan
jumlah 85 orang siswa KB, 349 orang siswa SD, 139 orang siswa SLTP, 20 orang
siswa SMK Jurusan Sekretaris dan 20 orang siswa SMK Jurusan Akutansi. Untuk
mendukung kegiatan belajar dibantu oleh 3 orang guru KB, 23 orang guru SD, 17
orang guru SLTP, 12 orang guru SMK.
Jumlah keseluruhan kelas adalah 45 ruangan dengan rincian: 1 ruang untuk KB, 18
ruang untuk SD, 9 ruang untuk SLTP, 2 ruang untuk SMK, 1 ruang guru SD san 1
ruang guru SMP, 1 ruang guru SMK, 1 ruang Tata Usaha, 1 ruang Kelapa SD, 1
ruang Kepala SLTP dan 1 ruang Kepala SMK.
Gambar 4. Kondisi gedung sekolah KB, SD, SLTP dan SMK

Sumber : Survey peneliti 2006


Gedung pendidikan dilengkapi dengan: 1) ruang perpustakaan, 2) ruang kesenian,
3) ruang laboratorium kimia, fisika dan biologi, 4) ruang laboratorium bahasa, 5)
ruang komputer, 6) ruang tata boga, 7) ruang serbaguna dan 8) ruang kantin.
Biaya pendidikan bagi warga penghuni rumah susun Cinta Kasih hanya membayar
biaya bulan yaitu:
− Kelas 1 – kelas 4 SD membayar sebesar Rp. 10.000,-/bulan.
− Kelas 5 – kelas 6 SD membayar Rp. 20.000/bulan
− SMP membayar sebesar Rp. 30.000/bulan
− SMK membayar sebesar Rp. 50.000/bulan
Untuk mendukung kelancaran proses belajar mengajar, para siswa disediakan
perlengkapan belajar seperti : pakaian seragam, pakaian olah raga, tas sekolah,
sepatu dan kaos kaki.
c. Sarana Kesehatan
Di areal Perumahan Cinta Kasih terdapat bangunan Poliklinik yang berlantai 3
dengan kapasitas 1.200 orang dengan luas bangunan ± 1.500 m2.. Pada bulan
Agustus 2005, poliklinik berubah status menjadi Rumah Sakit Khusus Bedah yang
memberikan pelayanan setiap hari senin sampai jumat dari pukul 08.00 hingga
20.00 WIB, kecuali hari sabtu sampai pukul 17.00 WIB.
Rumah Sakit memiliki fasilitas-fasilitas yaitu: Instalasi Farmasi, Ultra Sonografi
(USG), Radiologi, EKG, Laboratorium dan Periksa Lensa. Rumah sakit ini juga
menyediakan poli umum, poli gigi, poli kebidanan, poli penyakit dalam, poli mata,
poli THT dan poli bedah (khusus katarak, bibir sumbing, gondok, dan hernia).

4
Rumah Sakit memiliki 2 orang dokter umum, 6 orang dokter gigi, 1 orang dokter
bedah, 1 orang dokter mata, 1 orang dokter penyakit dalam, 4 orang perawat dan 20
orang karyawan.
Setiap bulan dilaksanakan Bhakti Sosial Kesehatan (Baksoskes) secara gratis yaitu
mengobati penderita penyakit tertentu seperti : gondok, hernia, katarak, bedah
mayor dan bedah minor, umum, gigi dan bibir sumbing. Baksoskes besar
dilaksanakan setiap 3 bulan sekali yang mengobati penderita secara gabungan dari
berbagai penyakit tersebut diatas. Para pasien berasal dari berbagai daerah, dalam
program tersebut tidak dikenakan biaya (gratis), baik biaya operasi, obat, rawat
inap maupun akomodasi/konsumsi.
Gambar 5. Kondisi Poliklinik Cinta Kasih Tzu Chi

Sumber : Survey peneliti 2006


d. Sarana Perniagaan dan industri
Di areal Perumahan Cinta Kasih disediakan bangunan untuk menunjang
peningkatan perekonomian diantaranya: kios, lapak kering, lapak basah, pusat daur
ulang sampah dan hasta karya.
1) Kios
Kios dikelompok menjadi 2 yaitu kios besar dan kios kecil. Kios besar
sebanyak 20 unit dengan ukuran 3,5 x 6,4 m sedangkan kios kecil dengan
ukuran 2,8 x 5,15 m sebanyak 10 unit. Semua kios sudah terisi dengan biaya
sewa perbulan Rp. 100.000 untuk kios besar dan Rp. 75.000 untuk kios kecil.
2) Lapak
Lapak kering mempunyai ukuran 1 x 1,5 m tanpa dinding, dari 46 unit yang
berada pada blok B hanya terisi 25 unit yang dihuni 13 penyewa, rata-rata
setiap penyewa mengambil 2 unit. Penyewa memberi dinding sendiri dengan
biaya sewa Rp. 1.000/hari/unit yang ditagih langsung oleh pengelola setiap hari
pada lapak-lapak yang buka. Dari 13 penyewa ini membuka usaha seperti
menjual kebutuhan harian, potong rambut, jahit, lontong, es crem, barang
elektronik, dan sebagai tempat memasak untuk jualan warung nasi di luar
rumah susun.
Sedangkan 16 unit yang berada pada blok A hanya 1 unit yang kosong. Dari 15
unit lapak ditempati oleh 9 penyewa dan 2 unit di gunakan untuk tempat
mengaji bagi anak-anak yang berada di lokasi rumah susun. Usaha yang
dilaksanakan diantaranya warung minuman, lontong, kebutuhan harian. Lapak

5
basak semua terisi penuh dengan jenis usaha sepeti jualan daging, sayur-
sayuran, dan bumbu-bumbu dapur.
Gambar 6. Kondisi lapak di komplek Rusun Cinta Kasih yang sepi pembeli

Suasana waraung yang sepi pengunjung Penjual mie ayam yang sedang menunggu
pembeli

Lapak kering banyak yang tutup karena Lapak basah (pasar) yang sepi pembeli
sepi pembeli
Sumber : survey peneliti tahun 2006
3) Hasta Karya
Hasta Karya terbagi atas 2 jenis kegiatan yaitu Hasta Karya 1 dan Hasta Karya
2. Hasta Karya 1 bergerak di didang pengepakan/packing kertas kado, origami,
buku tulis dan kertas bungkus nasi. Yang semua bahannya didatangkan dari
Tjiwi Kimia, Mojokerto, Jawa Timur. Dimana seluruh karyawannya terdiri dari
ibu-ibu rumah tangga dan remaja perumahan Cinta kasih Tzu Chi. Adapun
perioritas utama dalam penerimaan karyawan pada Hasta Karya 1 adalah warga
yang mempunyai tunggakan iuran rumah dan air.
Pada Hasta Karya 1 ini, Yayasan hanya sebagai tempat untuk penyedia
lapangan pekerjaan bagi warga rusun. Sebagai pemasukan dari Hasta Karya 1
hanya hasil dari penjualan dari kertas pembungkus kado yang disumbangkan
oleh Tjiwi Kimia setiap membawa bahan baku untuk di olah di Hasta Karya.

6
Gambar 7. Kondisi pada Hasta Karya 1

Bahan baku yang akan di olah pada Hasta Penghuni yang sedang bekerja pada Hasta
Karya 1 Karya 1
Sumber: survey peneliti tahun 2006
Hasta Karya 2 bergerak dalam bidang pembuatan keset yang bahan bakunya di
dapat dari disumbangkan para donatur. Hasta Karya 2 memiliki 11 unit mesin
jahit yang merupakan bantuan dari Yayasan BTC . Hasta Karya 2 memiliki 12
orang pekerja, semua berasal dari penghuni Rusun Cinta Kasih Cengkareng.
Saat ini sudah 6 bulan tidak beroperasi yang disebabkan oleh : terhentinya
sumbangan bahan baku dari donatur dan dinding sebelah kiri bangunan Hasta
Karya 2 terkena rencana pelebaran jalan.
Gambar 8. Kondisi Hasta Karya 2 bagian pembuatan keset
Bagian yg akan dibongkar untuk
pelebaran jalan

Kegiatan Hasta Karya 2 yang terhenti dan Kondisi jalan di komplek rukan yang akan
bangunan terkena pelebaran jalan dihubungkan dengan pintu masuk Rusun
Cinta Kasih
Sumber: survey peneliti 2006
4) Daur Ulang Sampah
Kegiatan ini mulai dijalankan pada awal tahun 2004 yang bermula adanya
sumbangan barang-barang bekas dari para donatur yang diantar langsung ke
lokasi perumahan Cinta Kasih. Usaha ini kemudian dikembangkan dengan
menjemput langsung kelokasi perumahan para donatur seperti komplek
perumahan kelapa gading, Ancol, muara karang dan rumah-rumah pribadi.
Penjemputannya menggunakan 2 unit kenderaan daur ulang yang telah
disediakan oleh Yayasan dan jadwal penjemputannya tergantung dari
permintaan donatur.

7
Sebelum barang bekas dikumpulkan, warga diberi sosialisasi oleh pihak
yayasan tentang jenis-jenis barang yang dibutuhkan. Setiap rumah diberi
kantong plastik oleh yayasan dan penjemputannya dilakukan setelah ada
permintaan dari donatur. Setelah barang-barang bekas tersebut tiba di pusat
daur ulang lalu dipilah-pilah antara kertas, plastik, kaleng dan lain-lain oleh
pekerja yang berasal dari penghuni rusun kemudian dimasukkan kedalam
karung untuk dijual kepada PT. Indah Kiat, PT. Hero Guna Plastik dan
pembelian secara pribadi. Hasil penjulannya diserahkan kepada yayasan BTCI.
Gambar 9. Kegiatan-kegiatan pada pusat daur ulang sampah

Kondisi sampah kering yang baru datang di Salah satu warga yang menyumbangkan
pusat daur ulang sampah kering pada pusat daur ulang
Sumber : Survey peneliti tahun 2006
e. Water Treatment Plant (WTP)
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penghuni Perumahan Cinta Kasih,
Yayasan melengkapinya dengan Water Treatment Plant (WTP) dengan kapasitas
goundtank 650 m3. Kebutuhan air yang dibutuhkan setiap hari bagi warga
perumahan Cinta Kasih ± 400 m3. air ini hanya dipergunakan oleh warga untuk
mandi dan mencuci sedangkan untuk minum warga mendapatkannya dari penjual
pikulan dengan harga antara Rp. 2.000 – Rp. 2.500/pikulan. Perumahan juga
dilengkapi dengan pengolahan air kotor, saat kondisinya kurang terawat.
f. Mushola dan Tempat Pemandian Jenazah
Perumahan cinta kasih juga dilengkapi dengan mushola dengan kapasitas 40 orang
dan tempat memandian jenazah bagi penghuni rusun.
4. Pembiayaan Pembangunan Perumahan
Pembangunan Perumahan Cinta Kasih Cengkareng terdiri dari 3 jenis pembiayaan
yaitu :
a. Pembiayaan lahan
Dengan kemitraan antara Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, Perum Perumnas dan
Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia dapat di bangun Rumah Susun Cinta Kasih
Cengkareng sebanyak 1.100 unit. Kerjasama tersebut tertuang dalam Memorendum
Of Understanding (MOU) tanggal 8 Juli 2002. Dalam kesepakatan tersebut
Pemerintah di wakili oleh Gubernur Propinsi DKI Jakarta Bapak Sutiyoso, Perum
Perumnas diwakili oleh Direksi Utama Bapak Ir. M. Latief Malangyudo, dan
Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia dikuasakan kepada Bapak Sugianto Kusimo.
Lahan yang dipergunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana perumahan
adalah milik Perum Perumnas dengan luas 50.166 m2 dengan kesepakatan, lahan

8
selama 25 tahun akan dikelola oleh Yayasan BTCI dan selanjutnya lahan serta
sarana dan prasarananya akan diserahkan kepada Perum Perumnas namun hasil
kesepakatan ini sampai sekarang belum ditindaklanjuti dalam surat perjanjian.
Masa berlakunya MOU hanya 12 bulan dan dapat diperpanjang sesuai dengan
kesepakatan sesuai point 4 dan 5, Sampai saat ini MOU sudah berjalan selama 55
bulan tanpa ada perpanjangan, sehingga menurut hukum MOU tersebut sudah tidak
berlaku lagi.
Dalam pertemuan terakhir tanggal 8 Maret 2006, Yayasan BTCI bersedia
menyerahkan/menghibahkan Rusun Cinta Kasih Cengkareng termasuk
pengelolaannya ke Perum Perumnas tetapi pihak Perum Perumnas belum siap
untuk menerimanya, karena Perum Perumnas belum sanggup menanggung biaya
subsidi dalam pengelolaan ditambah biaya pajak hibah sebesar 30% dari investasi
(Rp. 50 Milyar).
b. Pembiayaan fisik
Yayasan BTCI menanggung seluruh biaya pembangunan fisik sebesar ± Rp. 50
milyar. Dana tersebut dihimpun dari sumbangan para donatur yang berada di
dalam dan luar wilayah Indonesia. Sumbangan tersebut ada dalam bentuk uang dan
ada dalam bentuk barang. Sumbangan dalam bentuk barang ada yang masih baru
dan ada yang bekas misalnya :
1) Untuk lantai, semua memakai keramik super italia yang merupakan
sumbangan dari perusahan keramik.
2) Sebagian dari balok menggunakan baja profil I bekas.
Donatur tetap yang memberikan sumbangan untuk pembangunan Perumahan Cinta
Kasih diantaranya:
a). PT. Artha Graha
b). PT. Agung Sudayu Permai (pimpinan Sugianto Kusuma yang menjabat
sebagai wakil ketua I pada Yayasan BTC Indonesia)
c). PT. Tjiwi Kimia
d). PT. Indah Kiat
e). Sinar Mas Group.
c. Pembiayaan pengelolaan
Untuk biaya operasional dan pemeliharaan gedung didapat dari hasil Iuran
Pengelola Lingkungan (sewa rusun), sewa kios, sewa lapak basah, lapak kering dan
hasil unit usaha yang berada di lokasi perumahan seperti daur ulang sampah, hasta
karya 1, hasta karya 2, poliklinik, pendidikan serta sumbangan para donatur.
5. Sumber-sumber pengelolaan
Sumber-sumber biaya pengelolaan dan pemeliharaan gedung berasal dari :
a. Hasil sewa.
b. Hasil unit usaha.
c. Sumbangan para donatur.

9
Pendapatan dari hasil sewa seperti iuran pengelolaan lingkungan (sewa unit rumah),
sewa kios, sewa lapak basah dan lapak kering serta iuran pemakaian dari air bersih
masuk kepada kas pengelola rumah susun yaitu PT. Graha Bina Mandiri (PT. GBM).
Dana yang terkumpul di kas pengelola dipergunakan untuk biaya operasional dan
pemeliharaahan gedung. Komponen-komponen yang termasuk dalam biaya operasional
adalah :
− gaji karyawan yang terdiri dari karyawan pengelola rusun, pengelola daur ulang,
pengelola, hasta karya, pengelola WTP, petugas kebersihan dan petugas keamanan
sedangkan gaji guru dan tenaga medis dibayar langsung oleh yayasan melalui biaya
operasional sekolah dan poliklinik.
− biaya administrasi dalam pengelolaan rusun dan tidak termasuk biaya administrasi
sekolah dan poliklinik,
− biaya transportasi
− biaya kebersihan
− biaya listrik
− biaya pengelolaan untuk air bersih.
Sedangkan yang termasuk pemeliharaan gedung adalah semua sarana dan prasarana
yang berada di lingkungan Rumah Susun Cinta Kasih Cengkareng termasuk gedung
sekolah dan poliklinik.
Tabel 1. Besarnya realisasi pendapatan dari sewa IPL, kios, lapak, dan iuran
pemakaian air bersih
No. Kelompok Pendapatan Pengeluaran (Rp) Ket.
1. Iuran pengelolaan lingkungan (sewa rusun) 630.000.000
2. Sewa kios, lapak 48.000.000
3. Iuran pemakaian air bersih (WTP) 180.000.000
Jumlah 858.000.000
Sumber : Pengelola Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng

Tabel 2. Besarnya biaya pengelolaan Perumahan Cinta Kasih


No. Jenis Kegiatan Pengeluaran (Rp) Ket.
1. Gaji Karyawan 743.000.000
2. Administrasi 8.000.000
3. Transportasi 25.000.000
3. Pemeliharaan gedung 150.000.000
5. Kebersihan 90.000.000
6. Listrik 356.000.000
7. WTP 300.000.000
Jumlah 1.672.000.000
Sumber : Pengelola Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng
Pendapatan dari hasil unit usaha seperti usaha daur ulang sampah, hasta karya,
poliklinik, dan sekolah serta sumbangan dari para donatur masuk kepada kas Yayasan
BTCI. Dana yang terkumpul di kas yayasan dipergunakan kembali untuk membiayai
kegiatan operasional unit usaha dan misi yayasan lainnya.

10
Peneliti tidak bisa mendapatkan besarnya dana pendapatan dan pengeluaran yang
masuk ke kas yayasan BTCI dari bidang unit usaha, karena pengelola yayasan tidak
terbuka tentang masalah keuangan.
Jenis-jenis sewa yang di hitung sebagai pendapatan bagi pengelola PT. Graha Bina
Mandiri adalah:
a. Iuran Pengelelolaan Lingkungan (IPL) atau sewa rumah susun
Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng memiliki 1.100 unit rumah dan
telah di tempati sebanyak 758 unit rumah dengan rincian 695 unit dihuni oleh
warga yang berasal dari Kel. Kapuk Muara dan Kel. Pejagalan dan 63 unit dihuni
oleh karyawan yang bekerja pada Yayasan Budha Tzu Chi. Besarnya rencana
pendapatan tahun 2006 = 758 unit x Rp. 90.000,- x 12 bulan = Rp. 818.640.000,-.
Tabel 3. Perbandingan antara realisasi dan belum bayar sewa rumah susun yang
ditempati oleh penghuni
No. Uraian Jumlah Pendapatan (Rp) Persentase (%)
1. Sudah bayar sewa 630.000.000,- 76,96
2. Belum bayar sewa 188.640.000,- 23,04
Jumlah (rencana sewa rumah) 818.640.000,- 100,00
Sumber : Pengelola Yayasan Buddha Tzu Chi

Tabel 4. Jumlah penghuni Rumah Susun Cinta Kasih yang belum bayar IPL sampai
tanggal 31 Desember 2006
No. Belum Bayar IPL Jumlah rumah (unit) Persentase
1. 1 s/d 4 bulan 127 16,75
2. 5 s/d 8 bulan 97 12,80
3. 9 s/d 12 bulan 80 10,55
4. Besar dari 12 bulan 322 42,48
Jumlah 626 82,58
Sumber : Pengelola Yayasan Buddha Tzu Chi
Disini terlihat lemahnya pengadministrasian dalam pengelolaan rumah susun,
dimana pada Tabel 3 didapat penghuni yang belum bayar sewa pada tahun 2006
sebanyak 23,04% sedangkan pada Tabel 4 terlihat bahwa penghuni yang belum
bayar sewa selama 12 bulan sebanyak 40,10% dan 64,83% dari penghuni rusun
belum membayar biaya IPL lebih dari 4 bulan, sesuai dengan Surat Penjanjian
Penghunian.
Luas rumah di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng 36 m2, rata-rata lebih luas
dari rumah responden di Kel. Kapuk Muara dan Kel. Pejagalan. Secara umum,
kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan dari rumah yang dihuni pada saat tinggal
di lokasi sebelumnya. Meskipun demikian rumah yang dihuni oleh responden
dirasakan terlalu padat untuk menampung jumlah penghuninya. Ketika ditanya
mengenai keinginan untuk pindah, 27,27% dari responden menyatakan ingin
pindah dari rumah susun dengan alasan : 1) lokasi rumah yang sekarang tidak
berkembang untuk usaha; 2) alasan menyewa; 3) kerana jauh dari tempat kerja; 4)
ingin ditukar guling dengan perumnas secara gratis supaya bisa diwariskan ke anak;
dan 5) karena tidak bisa jadi hak milik.

11
b. Kios
Jumlah rencana pendapatan dari kios yang di tempati:
= 19unit x Rp.100.000,- x 12bln + 10unit x Rp.75.000 x 12bln = Rp.31.800.000,-
Tabel 5. Besarnya pendapatan dari sewa kios yang ditempati penghuni
Realisasi Persentase dari
Jumlah Harga Jumlah
No. Type Kios Pendapatan rencana
(Unit) Sewa (RP) (bln)
(Rp) pendapatan
1. Kios besar 19 100.000 12 22.800.000 71,70
2. Kios kecil 9 75.000 12 8.100.000 25.47
Jumlah 30.900.000 97.17
Berdasarkan rencana pendapatan dari sewa kios, hanya 1 unit kios kecil dalam
kondisi kosong sehingga dipakai sebagai tempat penyimpanan sementara oleh
pengelola.
c. Lapak
Besar rencana pendapatan dari lapak kering dan lapak basah yang ditempati :
= 38unit x Rp.1.000 x 30hari x 12bln + 10unit x Rp.1.000 x 30hari x 12bulan
= Rp. 17.280.000,-
dan realisasi pendapatan dari lapak kering dan lapak basah : Rp. 17.100.000,-
sehingga terjadi kekurangan = Rp. 17.280.000 - Rp. 17.100.000 = Rp. 180.000,-
Dari 10 unit lapak basah dan 62 unit lapak kering, yang disewa penghuni rusun
adalah 48 unit (67,67%). Kecilnya minat penghuni untuk berdagang disebabkan
kecilnya transaksi jual beli yang berada di komplek perumahan. Dari lapak yang
ditempati, 1,04% tidak membayar sewa yang disebabkan tidak melakukan aktifitas
jual beli (lapak tutup). Besarnya sewa lapak ditetapkan Rp. 1.000,-/hari dan
dipungut langsung oleh pengelola ke lokasi. Sewa lapak tidak dihitung setiap hari
tetapi dihitung dari setiap melakukan aktivitas.
d. Water Treatment Plant
Kebutuhan air bersih untuk penghuni rumah susun per hari sebanyak 400 m3
dengan harga sebesar Rp. 2.000/m3 sedangkan jumlah petugas yang mengelola
WTP sebanyak 6 orang.
Besarnya rencana pendapatan dari iuran pemakaian air bersih adalah:
= 400 m3 x Rp. 2.000,-x 30 hari x 12 bulan = Rp. 288.000.000,-
Tabel 6. Jenis biaya pengeluaran untuk pengelolaan air bersih.
No. Jenis pengeluaran Biaya (Rp)
1. Biaya listrik 120.000.000,-
= Rp. 10.000.000 x 12 bln
2. Biaya pajak air bawah tanah 84.000.000,-
= Rp. 7.000.000,- x 12 bln
3. Biaya bahan kimia 96.000.000,-
= Rp. 8.000.000,- x 12 bln
Jumlah 300.000.000,-

12
Tabel 7. jumlah rencana pendapatan dan realisasi yang berasal dari iuran
pemakaian air bersih
Realisasi (Rp.) Persentase realisasi
No. Jenis Biaya Rencana (Rp)
terhadap rencana

1. Biaya pendapatan 288.000.000,- 180.000.000,- 62.50%

e. Daur Ulang Sampah


Bagian Divisi keuangan dari pengelola rusun tidak bersedia memberikan data-data
tentang pendapatan dan pengeluaran dari usaha daur ulang sampah, tapi menurut
Bapak Sanusi sebagai Kepala Devisi Daur Ulang Sampah, pendapatan dari hasil
daur ulang sampah didapat sekitar Rp. 30.000.000/bulan sedangkan untuk biaya
operasional diberikan oleh yayasan melalui pengelola.
Besar rencana pendapatan usaha daur ulang sampah pada tahun 2006 adalah:
= Rp. 30.000.000 x 12 bln = Rp. 360.000.000,-
Usaha daur ulang sampah menggunakan pekerja sebanyak 6 orang yang berasal
dari penghuni rusun dan dibantu oleh 2 orang supir dan 2 orang pembantu supir.
Penghasilan dari pekerja daur ulang sebesar Rp. 900.000/bulan ditambah makan
siang pada dapur umum.
f. Hasta Karya
Sebagaimana halnya unit usaha lainnya, pengelola bagian keuangan juga tidak
bersedia memberikan data pemasukan dan pengeluaran pada hasta karya 1 dan 2,
namun peneliti mendapat informasi dari Bapak Edi Suratno penghuni rusun yang
menjabat sebagai pengawas pada unit usaha hasta karya 2 bagian pengelolaan
keset, jumlah keset yang dihasilkan tiap bulan rata-rata 4.000 buah dan kegiatan ini
sudah terhenti selama 6 bulan yang disebabkan oleh : 1) terhentinya sumbangan
bahan baku dari para donatur 2) dinding bagian kiri dari gedung akan dibongkar
untuk pembuatan jalan masuk.
Keset dijual dengan harga RP. 5.000,- jadi besar rencana pendapatan pada bagian
keset pada tahun 2006 = 4.000 bh x Rp. 5.000 x 6 bln = Rp. 120.000.000,-
g. Sekolah dan Poliklinik
Pada sekolah dan poliklinik, peneliti tidak mendapatkan data tentang hasil
pendapatan dan pengeluran. Dari hasil iuran pengelolaan lingkungan, sewa kios,
lapak, dan iuran pemakaian air bersih yang dikelola oleh PT. Graha Bina Mandiri
pada tahun 2006 terkumpul pendapatan seperti pada tabel 8.
Tabel 8. Jumlah pendapatan dan pengeluaran yang dikelola oleh PT. GBM
Pendapatan % realisasi
No. Jenis Usaha terhadap rencana
rencana (Rp) Realisasi (Rp)
pendapatan
Iuran Pengelolaan Lingkungan
1. 818.640.000 630.000.000 76,96
(Sewa Rumah)
2. Kios 31.800.000 30.900.000 97,17
3. Lapak 25.920.000 17.100.000 65,97
4. WTP 288.000.000 180.000.000 62,50
Total 1.164.360.000 858.000.000 73,69
Sumber : Hasil pengeolahan dan Pengelola Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng

13
Dari pengelolaan yang dilakasanakan oleh PT. GBM pada tahun 2006 terealisasi
pendapatan sebesar 73,69 % dari rencana pendapatan, jadi besar tunggakkan
terhadap sewa = 100% -73,69% = 26,31%.
Tabel 9. Besarnya persentase pendapatan terhadap pengeluaran yang dikelola oleh
PT. Graha Bina Mandiri
Realisasi Persentase
No. Jenis Usaha Pendapatan Pengeluaran pendapatan terhadap
(Rp.) pengeluaran
Iuran Pengelolaan
1. 630.000.000 37,68
Lingkungan (Sewa Rumah)
2. Kios 30.900.000 1.672.000.000 1,85
3. Lapak 17.100.000 1,02
4. WTP 180.000.000 10,77
Total 858.000.000 1.672.000.000 51,32
Sumber : Hasil pengeolahan dan Pengelola Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng
Besarnya persentase kekurangan biaya dari rencana pendapatan dihitung terhadap
pengeluaran adalah:
Rp. 1.672.000.000 – Rp. 1.164.360.000
= x 100 %
Rp. 1.672.000.000
Rp. 507.640.000
= x 100 %
Rp. 1.672.000.000
= 30,36 %
Besarnya persentase kekurangan dana dari realisasi pendapatan dihitung terhadap
besarnya biaya pengeluaran adalah:
= 100 % - 51,32 %
= 48,68 %
758unit
Untuk tingkat hunian = x100 % = 68,91% didapat realisasi pendapatan
1.100unit
dari iuran pengelolaan lingkungan, sewa kios, sewa lapak dan iuran pemakaian air
bersih yang dikelola oleh PT. GBM sebesar 51,69 dari total biaya pengeluaran
sedangkan kekurangannya sebesar 48,68% diakibatkan penghuni belum membayar
IPL, sehingga diperlukan subsidi dari Yayasan BTCI. Untuk menutupi biaya
tersebut PT. GBM meminta bantuan dana untuk pengelolaan rumah susun kepada
Yayasan BTCI.
Apabila penghuni membayar semua kewajibannya sebagaimana tertuang di dalam
Surat Perjanjian Penghunian kepada pengelola PT. GBM, tetap saja semua
pendapatan tersebut belum bisa menutupi biaya pengeluaran sehingga diperlukan
subsidi sebesar 30,36%.
Apabila pendapatan dari unit usaha daur ulang sampah, hasta karya 2 dijadikan
pendapatan tambahan bagi pengelola PT.Graha Bina Mandiri untuk 758 unit rumah
yang ditempati penghuni, maka rencana tambahan pendapatan (kotor) disajikan
dalam tabel 10.

14
Tabel 10. Jumlah tambahan pendapatan dari bidang usaha daur ulang sampah dan
hasta karya 2
Persentase tambahan
Pendapatan
No. Jenis Usaha pendapatan terhadap biaya
(Rp)
pengeluaran
1. Daur ulang sampah 360.000.000 21,53 %
2. Hasta karya 2 120.000.000 7,18 %
Jumlah 480.000.000 28,71 %
Pendapatan ini adalah pendapatan kotor, belum dikeluarkan biaya operasional
kenderaan untuk bidang usaha daur ulang sampah dan biaya operasional
pengelolaan hasta karya 2 seperti beli benang, jarum, gunting, pisau kater, bis
keliling dan karpet talang untuk cetakan bawah. Dengan penambahan pendapatan
bagi pengelola PT. GBM dari unit usaha daur ulang sampah dan hasta karya, ada
kemungkinan mengurangi jumlah kekurangan dalam pengelolaan lebih kecil dari
27,27%.
Jadi jumlah total rencana pendapatan setelah dimasukkan bidang usaha daur ulang
sampah dan hasta karya 2 adalah:
= 51, 32 % + 28,71 % = 80,03 %
Besarnya persentase kekurangan dana setelah dimasukkan bidang usaha daur ulang
sampah dan hasta karya 2 adalah:
= 100 % - 80,03 % = 19,97 %
Jika 758 unit rumah memenuhi semua kewajibannya terhadap sewa IPL, kios, lapak
dan iuran pemakaian air bersih ditambah bidang usaha daur ulang sampah dan hasta
karya 2, maka jumlah total rencana pendapatan yang diterima oleh pengelola PT.
GBM sebesar 96,94% (tabel 11) dari total biaya pengeluaran dan jumlah tersebut
tetap saja belum bisa menutupi biaya pengelolaan.
Tabel 11. Jumlah perkiraan pendapatan setelah digabung dengan unit usaha daur
ulang dan hasta karya 2 untuk 758 unit rumah
Persentase
Rencana
Pengeluaran pendapatan
No. Jenis kegiatan Pendapatan Ket.
(Rp.) terhadap
(Rp.)
pengeluaran
1. WTP 288.000.000 1.672.000.000 15,91
2. IPL 818.640.000 45,23
3. Kios 30.900.000 1,71
4. Lapak 17.100.000 0,94
5. Daur ulang 360.000.000 108.000.000 19,89 % kotor, belum
termasuk biaya
operasional
kenderaan
7. Hasta karya 2 240.000.000 30.000.000 13,26 % kotor, belum
termasuk biaya
pembelian
perlengkapan
Jumlah 1.754.640.000 1.810.000.000 96,94

15
Apabila 1.070 unit rumah ditempati oleh penghuni (sisanya sebanyak 30 unit rumah
dipergunakan untuk mess tamu yayasan), maka besarnya rencana pendapatan dari
iuran pengelolaan lingkungan :
= 1.070 unit x Rp. 90.000,- x 12 bulan = Rp. 1.155.600.000,-
karena jumlah penghuni bertambah maka pemakaian air bersih dan biaya
pengelolaan juga bertambah.
Besarnya biaya pemakaian air :
400m3
= x 1.070 unit x Rp. 2.000 x 30 hari x 12 bulan
758unit
= Rp. 406.543.536,- ≈ Rp. 406.543.000,-
Besarnya biaya operasional :
1.070unit
= x Rp. 300.000.000 = Rp. 423.482.850,- ≈ Rp. 423.483.000,-
758unit
jadi total rencana pendapatan dari iuran pengelolaan lingkungan untuk 1.070 unit
rumah, sewa kios, lapak, iuran pemakaian air bersih, hasil usaha daur ulang dan
hasta karya 2 diasumsikan melaksanakan kegiatan selama 1 tahun dan tidak ada
yang menunggak biaya IPL, maka didapat pendapatan seperti tabel 12.
Tabel 12. Jumlah perkiraan pendapatan terhadap biaya pengeluaran setelah
digabung dengan unit usaha daur ulang dan hasta karya 2 untuk 1.070
unit rumah.
Perkiraan Persentase Ket.
Jenis kegiatan / Rencana
No. Pengeluaran terhadap
usaha Pendapatan (Rp)
(Rp) pengeluaran
1. WTP 406.543.000 423.483.000 21,03 % Besar biaya
pengeluaran
2. IPL 1.155.600.000 1.372.000.000 59,77 % belum termasuk
biaya operasional
3. Kios 30.900.000 1,60 % kenderaan daur
ulang dan
4. Lapak 17.100.000 0,88 % pembelian
5. Daur ulang sampah 360.000.000 108.000.000 18,62 % perlengkapan
7. Hasta karya 2 240.000.000 30.000.000 12,41 % hasta karya 2
Jumlah 2.210.143.000 1.933.483.000 114,31 %
Jadi apabila jumlah pengeluaran operasional kenderaan untuk bidang usaha
pengelolaan sampah dan pembelian perlengkapan pada hasta karya 2 sebesar
14,31% dari total biaya pengeluaran (tabel 12), maka biaya pendapatan hanya dapat
untuk menutupi biaya pengeluaran tetapi apabila pengeluarannya melebihi dari
14,31% maka tetap saja pengelola PT. GBM mengalami kekurangan dana untuk
operasional.
6. Manajemen yang digunakan
a. Organisasi Pengelolaan Rusun Cinta Kasih Tzu Chi
Untuk pengelolaan Rumah Susun Cinta Kasih Cengkareng, Yayasan Budha Tzu
Chi mendirikan satu perusahaan untuk mengurus tentang pengelolaan, yaitu PT.
Graha Bina Mandiri (PT. GBM). PT. GBM memiliki 8 devisi dan satu bagian
administrasi yaitu :

16
1. Devisi umum, yang mengatur tentang kenderaan operasional, dokumentasi
dan lain-lain;
2. Devisi properti, yang tugasnya memelihara gedung yang berada
dilingkungan rumah susun serta sarana dan prasaranannya;
3. Devisi kebersihan, mempunyai tugas menjaga kebersihan di lingkungan
rumah susun;
4. Devisi daur ulang, mempunyai tugas mengambil sampah dari donatur dan
memilih-milah kemudian dijual;
5. Devisi hasta karya, yang mempunyai tugas dibidang pengepakan kertas dan
pembuatan keset;
6. Devisi pemberdayaan masyarakat, yang mempunyai tugas pemberdayaan
sosial, ekonomi dan lingkungan diantaranya membantu memfasilitasi warga
untuk dapat memperoleh pekerjaan, pemberian bantuan, meningkatkan
partisipasi masyarakat, pendampingan warga, dan pelatihan keterampilan,
kewirausahaan dan manajemen.
7. Devisi Keamanan, yang mempunyai tugas menjaga keamanan di
lingkungan rumah susun;
8. Devisi akuntansi dan keuangan, yang mempunyai tugas mengatur tentang
pendapatan dan pengeluaran.
Gambar 10. Struktur Organisasi Pengelolaan Rusun Cinta Kasih

STRUKTUR ORGANISASI
YAYASAN BUDHA TZU CHI INDONESIA

Pembinan Yayasan
Budha Tzu Chi Indonesia

Koordinator Pengelola
PT. Graha Bina Mandiri

Bag. Administrasi

Devisi Devisi Devisi Devisi Devisi


Umum Properti Kebersihan Daur Ulang Hasta Karya

Devisi Devisi Devisi Finance


Pemberdayaan Keamanan dan Accounting
Masyarakat

17
Dalam melaksanakan kegiatannya penghuni merasa peran pengelola kurang
tanggap dalam memberikan pelayanan. Sudah ± 3,5 tahun penghuni menempati
rumah susun, belum pernah sekalipun pengelola mengadakan rapat secara terbuka
dengan penghuni. Kalau terjadi permasalahan dengan warga, pengelola memanggil
warga secara perorangan ke kantor pengelola, sedangkan usulan yang disampaikan
warga melalui RT dan RW hanya sebagai masukan bagi pengelola dan tidak pernah
ditindaklanjuti.
Dalam pengelolaan ini dipimpin oleh seorang koordinator, tetapi dalam
pelaksanaannya yang memegang peranan adalah devisi akuntansi dan keuangan
yang merangkap sebagai pembina yayasan.
b. Sistem penghunian
Unit rumah susun memiliki luas 36 m2 yang ditempati maksimal 6 orang. Sesuai
Pasal 2 ayat 2 Surat Perjanjian penghunian, rumah susun bukan dalam bentuk
kepemilikan tetapi bentuk sewa. Besarnya tarif sewa yang diberlakukan kepada
penghuni merata sebesar Rp. 90.000,- untuk semua tingkat dan belum termasuk
pemakaian listrik serta air bersih. Dalam pelaksanaanya, karena program ini
ditujukan untuk kegiatan sosial untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang
tinggal diatas bantaran kali angke, bagi penghuni yang tidak mampu secara sosial
dan ekonomi akan diberikan bantuan dalam bentum pengurangan harga sewa.
c. Pembiayaan
Sumber biaya untuk pengelolaan rumah susun bagi pengelola PT. GBM adalah:
− Iuran pengelolaan lingkungan
− Iuran pemakian air bersih
− Sewa kios
− Sewa lapak kering dan lapak basah
Pemasukan tersebut masuk ke kas pengelola dan bisa langsung dipergunakan untuk
operasional dan pemeliharan gedung, sedangkan hasil pendapatan dari bidang
usaha daur ulang sampah, hasta karya, sekolah dan poliklinik masuk ke kas yayasan
dan dapat dipergunakan kembali apabila terjadi kekurangan dana bagi pengelola
PT. GBM.
Jenis-jenis pengeluaran yang dilaksanakan oleh pengeloa PT. GBM adalah :
− Biaya pemeliharaan sarana, prasarana dan utilitas.
− Biaya pemeliharaan peralatan mekanikal dan elektrikal pengelolaan air
bersih.
− Biaya administrasi perkantoran
− Gaji karyawan
− Biaya listrik
− Biaya kebersihan
− Biaya transportasi

7. DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana (2006) Marginalisasi Sektor Informal Perkotaan, Edisi I, ed: Sukidin, ITS
Press, Surabaya.

18
Alisjahbana (2005) Sisi Gelap Perkembangan Kota, Edisi I, ed: Sukidin, LaksBang
PRESSindo, Yogyakarta
Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia (1987) Petunjuk Perencanaan
Kawasan Perumahan Kota, Yayasan Badan Penerbit PU
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia (2003) Konsep
Juknis Pengelolaan Prasarana dan Sarana Rumah Susun Sederhana Sewa,
Bandung
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia (2003) Laporan
Akhir: Penerapan Petunjuk Teknis Operasional Dan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana Rusunawa, Bandung
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia (2004) Buku
Panduan Sosialisasi Serah Terima Pengelolaan dan Pedoman Umum Pengelolaan
Rusunawa, Jakrta.
Dinas Permukiman Provinsi DKI Jakarta; Pengelolaan Rumah Susun Dinas
Perumahan, Jakarta
Dinas Permukiman Propinsi DKI Jakarta; Modul C-5_7 Perencanaan dan pengelolaan
Rumah Susun Sederhana, Jakarta
Gandarum, Dedes Nur (2005); Prinsip-prinsip Pengembangan Permukiman Baru:
Proccedings, Universitas Tri Sakti, Jakarta
Komarudin (1997) Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman, Yayasan
REI-PT. Rakasindo, Jakarta
Kuswahyono, Imam (2004) Hukum Rumah Susun, Suatu Bekal Pengantar
Pemahaman, Eds : S. Wahyudi, Y. Setyorini, I. Basuki, Bayumedia Publishing,
Malang
Manning, Chris dan Noer Effendi, Tadjuddin (1985) Urbanisasi, Pengangguran, dan
Sektor Informal di Kota, PT. Gramedia, Jakarta
Marwati, Gundhi (2003); ”Efektifitas Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Beli
dan Rumah Susun Sederhana Sewa” dalam Permukiman, Vol 19 No. 2, Hal. 32-
49.
Panudju, Bambang (1999) Pengadaan Perumahan Kota Dengan Peran Serta
Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Alumni ITB, Bandung
Rakhmat, Jalaluddin (1984) Metode Penelitian Komunikasi, Edisi ke dua, Ed : Tjun
Surjaman, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Tarigan, Robinson (2005) Perencanaan Pembangunan Wilayah, Bumi Aksara, Jakarta.
______ (2005), Identifikasi Kawasan Dalam Penentuan Lokasi Pembangunan Rumah
Susun Sederhana Sewa, Pusat Penelitian dan pengembangan Permukiman,
Bandung
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2006, tentang Retribusi
Daerah, Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 60/PRT/1992, tentang rumah Susun.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 4 Tahun 1988, tentang Rumah Susun.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992, tentang Penataan Ruang.

19

Anda mungkin juga menyukai