Anda di halaman 1dari 6

Format Analisa Komunitas (Social Mapping)

UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia

Kewilayahan

UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia adalah panti
pelayanan sosial yang berada dibawah naungan pemerintah daerah Provinsi Sumatera
Utara. Panti ini terletak di Jl. Sisingamangaraja No.68 Pematangsiantar. Panti ini terletak
4,1km dari pusat Kota Pematangsiantar dan dapat ditempuh dalam waktu 10 menit
menggunakan sepeda motor ataupun angkutan kota (angkot). Panti memiliki luas sekitar
3,3ha yang didalamnya terdapat panti lansia, panti tuna rungu wicara, 1 mushala, rumah
dinas, 3 ruang belajar, 1 balai latihan keterampilan, dan 4 ruang keterampilan (menjahit,
membordir, pertukangan kayu, dan salon) dan selebihnya merupakan perkebunan kelapa
sawit.

Infrastruktur

Infrstruktur berupa sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas warga binaan,
baik yang berkaitan dengan aspek perekonomian maupun sosial dan budaya yaitu :

a. Jalan utama berupa aspal, dan jalan setapak berupa tanah dikelilingi rumput, bunga
dan pohon
b. Dalam mendukung pelayanan kesehatan terdapat satu unit poliklinik
c. Sarana informasi dan komunikasi terdapat koran lokal dan tv nasional
d. Sarana ekonomi, terdapat beberapa warung yang berada tepat di depan panti
e. Untuk ibadah umat muslim terdapat 1 mushola
f. Terdapat satu aula yang digunakan untuk kegiatan anak Tuna RW, dan satu aula
untuk kegiatan lansia
g. Untuk kegiatan olahraga, terdapat halaman yang cukup luas
h. Untuk sarana pendidikan, terdapat 3 ruang belajar, 1 balai latihan keterampilan, dan 4
ruang keterampilan (menjahit, membordir, pertukangan kayu, dan salon)
i. Untuk keamanan terdapat satpam yang bertugas 24 jam
Komunikasi dan Interaksi

Terdapat beberapa media komunikasi yang digunakan untuk tetap bersentuhan


dengan dunia luar tanpa harus keluar panti. Media komunikasi yang paling sering
digunakan di panti adalah koran, radio dan televisi. Tak seperti koran dan televisi yang
difasilitasi oleh panti, radio menjadi media komunikasi dengan kepemilikan pribadi.
Media-media tersebut sedikit banyaknya memengaruhi keadaan di panti, umumnya
adalah kondisi psikologis dan cara berpikir warga binaan.

Karakteristik Komunitas
1. Konfigurasi ras/suku
Dalam panti pelayanan sosial bagian lanjut usia, jumlah seluruh lansia adalah 25
jiwa dan mayoritas usianya adalah 70 tahun. Mayoritas sukunya adalah Batak, Jawa,
India, kemudian Cina. Dan mayoritas warga binaan memeluk agama Islam,
kemudian Kristen, Hindu dan Buddha. Masing-masing pemeluk agama diberi
keleluasaan untuk menjalankan peribadatannya dengan khusyuk dengan saling
menghormati satu sama lain.

2. Faktor-faktor Ekonomi
Panti ini merupakan pelayanan milik pemerintahan provinsi Sumatera Utara dan
dananya didapat dari pemerintah daerah provinsi Sumatera Utara yang kantor
pusatnya di Medan. Selain itu adapula sumber dana yang didapat dari para donatur.
Donatur biasanya memberi berupa makanan yang sudah diolah (sudah dimasak),
bahan mentah (seperti beras, telur, dll), dan makanan ringan (roti dan susu). Sebelum
di salurkan ke warga binaan, tentunya makanan yang datang akan dicek terlebih
dahulu kelayakannya (expirednya).
Terdapat pula donatur tetap untuk perlengkapan lansia yang meninggal dunia
seperti peti mati untuk warga Kristen dan papan penutup dan nisan untuk warga
muslim.
Selain itu, panti sendiri memiliki perkebunan kelapa sawit yang cukup luas yang
dirawat dan diolah oleh pemerintah daerah provinsi. Hasil panennya seluruhnya
diolah oleh pemerintah daerah provinsi Sumatera Utara.
Karena keadaan negeri yang masih berjuang melawan pandemi, faktor ekonomi
menjadi salah satu yang paling terdampak. Di panti, hal ini tidak terlalu berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan dasar warga binaan. Sedikitnya hal ini berpengaruh
terhadap tingkat donasi yang diterima oleh warga binaan yang semakin jarang.

3. Pola Perumahan
Panti lansia memiliki kapasitas penampungan sampai 40 jiwa yang pada saat ini
dihuni oleh 25 orang lansia. Pola perumahannya memanjang dan terpisah-pisah
(dapat dilihat pada lampiran denah panti). Satu kamar biasanya dihuni oleh satu
sampai dua orang lansia yang diharuskan saling menjaga kebersihan kamarnya
masing-masing.
Sebagian besar bangunan merupakan bangunan lama dan belum pernah
direnovasi. Pada bangunan lama, kamar mandi terpisah dari kamar tidur lansia. Jarak
antara kamar tidur dan kamar mandi sekitar 200m. Terdapat satu bangunan baru yang
dibangun pada pertengahan tahun 2017 lalu. Bangunan ini terbagi menjadi dua
rumah yang masing-masing rumah memiliki empat kamar tidur dan dua kamar mandi
didalamnya. Secara keseluruhan tidak terdapat masalah pada setiap bangunan.
Bangunan masih kokoh dan tidak terdapat kebocoran apapun.

4. Sumber Kesejahteraan Sosial


a. Sumber Daya Alam : Bagian belakang panti dikelilingi oleh pohon sawit.
Terdapat pula sungai kecil yang memisahkan antara asrama lanjut usia dengan
asrama anak tuna rungu wicara. Di sepanjang aliran sungai terdapat pohon durian,
rambutan, dan beberapa pohon sawit. Pada bagian depan panti terlihat banyak
bunga pucuk merah dikelilingi rumput hijau yang rapih. Selain itu di dekat asrama
lanjut usia terdapat beberapa pohon sawit dan berbagai pohon buah seperti pohon
belimbing, mangga dan sawo. Pada bagian luar pagar panti terdapat beberapa
pohon mahoni yang tinggi.

b. Sumber Daya Manusia : Beberapa tahun yang lalu, sebelum pergantian kepala
panti, terdapat kegiatan-kegiatan keterampilan bagi warga binaan lanjut usia
maupun anak tuna rungu wicara. Kegiatannya antara lain adalah menyulam dan
menganyam bagi lansia, serta menjahit untuk anak tuna rungu wicara (masih ada
sampai sekarang). Setelah pergantian kepala panti (tahun 2018), kegiatan bagi
lansia antara lain bimbingan agama islam setiap hari senin, bimbingan agama
Kristen setiap hari selasa, pemeriksaan kesehatan oleh dokter setiap hari rabu, dan
bimbingan jasmani (senam) dan bimbingan sosial setiap hari jum’at. Masing-
masing kegiatan berdurasi sekitar satu sampai dua jam. Ada seorang lansia yang
keadaan fisiknya masih kuat dan sehat, dan panti mengizinkan dan memfasilitasi
lansia tersebut untuk berternak lele dan bebek.

c. Sumber Daya Ekonomi : Panti menerima segala bentuk bantuan yang diberikan
oleh perseorangan ataupun perusahaan. Bantuan biasanya berupa makanan
ataupun kebutuhan sehari-hari seperti sabun mandi, sabun cuci, sikat gigi, pasta
gigi, dan juga pakaian. Bantuan yang datang akan langsung diserahkan kepada
warga binaan. Banyaknya bantuan yang masuk membuat barang-barang yang
dimiliki lansia menumpuk, karena takut tidak terpakai seringnya lansia akan
menjual sebagian barang-barangnya kepada pegawai untuk kemudian uang hasil
penjualan tersebut dapat ditabung ataupun digunakan untuk membeli barang lan
yang lebih dibutuhkan pada saat itu.

Ketersediaan Layanan (Internal Lembaga)

1. Administrasi
Dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, pada dasarnya lembaga juga
melibatkan lembaga pemerintahan yang lain seperti rumah singgah dan panti
rehabilitasi, dan juga panti-panti sosial yang tersebar di seluruh wilayah Sumatera
Utara. Pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh panti bukan hanya
melibatkan pekerja sosial saja, tetapi juga membutuhkan pekerja lain seperti perawat,
dokter, ahli gizi, kepala asrama dan pengasuh. Unutk mengembangkan kreatifitas dan
keterampilan warga binaan maka disediakan pula instruktur keterampilan (menjahit,
bordir, salon, dan pertukangan kayu).
Para pekerja tersebut dipilih berdasarkan seleksi dengan kualifikasi memiliki latar
belakang yang sesuai dengan pekerjaan yang dibutuhkan. Missal untuk menjadi
perawat, harus memiliki latar belakang pendidikan keperawatan, sedangkan untuk
menjadi instruktur keterampilan tentunya harus terampil dalam bidang keterampilan
yang dibutuhkan.

2. Kerjasama antar agen


Untuk memenuhi kebutuhan dasar anak-anak difabel dalam hal pendidikan, panti
bekerja sama dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam menyediakan tenaga pendidik
yang akan mengajarkan mereka bahasa isyarat yang sesuai dengan standar nasional
Indonesia (BISI), dan juga menyediakan ujian akhir tingkat nasional untuk kelulusan
anak tersebut.
Walaupun panti merupakan lembaga milik pemerintah, tetapi panti juga menjalin
kerjasama dengan lembaga swasta seperti rohaniawan dan usaha keterampilan.
Kerjasama yang terjalin tidak membuat masing-masing lembaga untuk bertukar
informasi secara rutin demi menjaga kerahasiaan warga binaan.

3. Perawatan non-kelembagaan
Tidak ada

4. Program bantuan umum


Ada beberapa program yang disediakan panti untuk anak-anak difabel yaitu
keterampilan menjahit, membordir, salon, dan pertukangan kayu.
Karena panti dikelola oleh pemerintah, maka dana sepenuhnya di dapat dari
pemerintah secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai