Anda di halaman 1dari 10

Langkah Assessment

Praktik Pekerjaan Sosial Generalis

Klien : Juminten (Samaran)

Mahasiswa : Novita Dwi Harinanda

1. Identifikasi Klien
Mikro
a. Identitas diri klien

Nama : Juminten
Usia : 78 tahun
Agama : Islam
Tanggal lahir : 11 Juli 1942
Hobi : Memasak
Riwayat Pendidikan : SD
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Panti Pelayanan Sosial, Jl. Sisingamangaraja,
Pematangsiantar, Sumatera Utara
Riwayat Kesehatan : Klien menderita penyakit maag mulai dari empat tahun yang
lalu, dan pernah dirawat di rumah sakit karenanya. Kemudian
tiga tahun yang lalu klien menderita pengapuran tulang
(bagian bokong) dan kini klien harus meminum obat setiap
hari dan setidaknya disuntik satu bulan sekali. Selain itu, klien
juga memiliki riwayat penyakit asam urat yang terkadang
dapat kambuh.

Riwayat Keluarga : Klien adalah anak ke-3 dari 6 bersaudara.


Klien menikah pada usia 15 tahun dan memiliki anak pertama pada usia 16
tahun. Klien menikah dua kali, dan memiliki lima anak. Ke-lima anak klien
sudah berkeluarga dan dari ini klien memiliki 25 orang cucu. Klien merasa
paling dekat dengan anak ke-empatnya yang tiga tahun lalu telah meninggal
dunia. Anak pertama klien merupakan yang paling dekat tempat tinggalnya
dengan panti (bisa dicapai kurang lebih 45 menit perjalanan menggunakan
sepeda motor), anak ke-dua klien tinggal di daerah Rantau Prapat, anak ke-
tiga tinggal di Lima Puluh, keluarga anak ke-empatnya tinggal di Medan, dan
anak terakhirnya tinggal di Indrapura. Sedari kecil anak-anak klien tidak ada
yang tinggal serumah dengan klien, mereka tinggal dengan orangtua klien
(nenek).
Keterangan Genogram :

= Laki-laki = Meninggal

= Perempuan

= Menikah

= Anak keturunan

= Bercerai

= Hubungan dekat

= Hubungan renggang
Awal masuk Panti : Sebelum tinggal di panti, klien tinggal dengan anak ke-4 dan
menantunya. Namun, 3 tahun lalu anaknya tersebut meninnggal
dunia, sejak saat itu klien sering berpindah tempat tinggal dari
anaknya yang satu ke anaknya yang lain. Pada suatu waktu,
karena cekcok dengan salah satu anaknya, klien memilih tinggal
dengan salah satu temannya sewaktu kerja dahulu, namun
karena istri temannya merasa tidak nyaman akhirnya temannya
menyarankan klien dan suaminya untuk tinggal di panti lansia
milik dinsos. Pada awalnya klien tidak diterima oleh panti
dikarenakan kondisi kesehatan klien, dan secara fisik klien dan
suaminya sudah memakai tongkat sehingga jika diterima oleh
panti maka tidak akan ada yang bisa merawat mereka selama 24
jam penuh. Namun setelah peksos berdiskusi dengan kepala
staff lanjut usia, klien dan suaminya diterima di panti atas dasar
rasa kemanusiaan. Anak-anak klien pada awalnya tidak tahu
mengapa klien bisa sampai masuk ke panti lansia, klien dan
suaminya baru memberitahu mereka setelah klien berada di
panti selama beberapa hari.

b. Data Biologis
Kondisi fisik klien masih lengkap, tetapi beberapa bagian tidak lagi dapat
berfungsi dengan baik. Seperti lansia pada umumnya, semakin bertambahnya usia
maka fungsi-fungsi organ tubuh akan semakin mengalami penurunan. Pada klien,
pendengarannya masih cukup bagus dan hanya terkadang merasa terganggu
pendengarannya. Untuk mata, klien menderita rabun jauh yang cukup parah, klien
dapat melihat jelas hanya dalam jarak 1m di depannya dan ini sudah berlangsung
selama kurang lebih 4 tahun. Indra pengecap, perasa, dan penciuman klien masih
sangat baik. Tangan klien masih berfungsi dengan baik, masih dapat digunakan untuk
mencuci dan memegang tongkat.
Klien memiliki kulit sawo matang, mata yang sayu dan bibir tipis. Klien selalu
menggunakan daster dan songkok (penutup kepala nenek-nenek) ketika di panti.
Tinggi klien +- 140cm dengan berat badan 40kg.
Klien memiliki riwayat penyakit maag dan pengapuran tulang. Penyakit maag
membuat klien harus selalu makan tepat waktu agar tidak kambuh. Pengapuran tulang
klien berada pada bagian pinggang hingga bokong klien, sehingga ketika kambuh
maka klien akan merasa sangat sulit untuk duduk ataupun berbaring. Klien rutin
meminum obat pengapuran tulang 2 kali sehari, dan jika sedang kambuh dan rasa
sakitnya tidak tertahankan maka klien akan meminta dokter untuk menyuntiknya.
Kondisi ini pula yang menjadikan klien sulit berjalan (membutuhkan tongkat untuk
berjalan) dan tidak dapat duduk berlama-lama di tempat yang keras maupun tidak.

c. Data Psikologis
Klien adalah seorang yang senang berbagi dan tidak pelit. Ketika memiliki
sesuatu yang lebih, maka klien tidak segan akan menawarkannya kepada tetangga
bahkan kepada pegawai staff lanjut usia yang sedang bertugas. Klien juga ramah
kepada siapa saja, klien cukup dekat dengan seluruh pegawai staff lanjut usia bahkan
satpam.
Ketika ada suatu masalah maka klien akan memikirkan dan membahasnya
terus menerus. Bukan hanya permasalahannya, tetapi juga permasalahan anak-
anaknya. Oleh sebab itu klien cenderung dikenal sebagai orang yang cerewet bagi
anak dan cucunya. Klien paling dekat dan merasa paling disayang oleh anaknya yang
telah meninggal. Ketika bercerita tentang anaknya tersebut, klien selalu merasa sedih
hingga kemudian menangis.
Klien tidak mudah tertarik terhadap berbagai hal, ia mencintai pekerjaannya
pada jaman dahulu yaitu memasak dan berdagang. Dan pernah berkata bahwa jika
fisiknya masih sehat maka ia akan memilih untuk berjualan daripada berdiam diri
dirumah.

d. Data lingkungan sosial


Klien cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya yang sekarang. Klien
lebih menjaga lisannya agar tidak terlibat pada permasalahan yang akan ditimbulkan
dari sembarang berbicara. Tetangga terdekat klien berasal dari agama dan suku yang
berbeda dengan klien, tetapi mereka hidup rukun, saling membantu dan saling
memberi. Klien lebih sering berinteraksi dengan tetangganya tersebut daripada lansia
yang lainnya.
e. Data Spiritual
Klien dan suaminya termasuk orang yang religius. Mereka masih menjalankan
ibadah wajib dan sunah semampu mereka dan tidak memaksakan ketika memang
tidak mampu. Panti menyediakan bimbingan agama bagi setiap pemeluk agama
selama 1 minggu sekali dan umat muslim mendapatkan jadwal setiap hari rabu. Tetapi
klien dan suaminya tidak dapat sering hadir dikarenakan keadaan fisik mereka yang
tidak mampu untuk berjalan menuju aula tempat pertemuan.

Mezzo
Saat ini panti menampung 25 orang lanjut usia yang terdiri dari berbagai suku,
agama dan latar belakang yang berbeda-beda pula. Mayoritas suku di panti adalah
suku Batak, Jawa, India, dan terakhir Cina. Sedangkan mayoritas agamanya adalah
Islam, Kristen, dan terakhir Hindu. Dari tempat asal warga panti juga berbeda-beda,
tidak hanya dari kota Pematangsiantar saja, ada yang datang dari Sulawesi, Jawa, dan
lain sebagainya. Oleh karena keadaan perbedaan tersebut, tak jarang konflik dapat
terjadi di lingkungan panti.

Makro (Panti)
a. Sumber Daya Alam : Bagian belakang panti dikelilingi oleh pohon sawit.
Terdapat pula sungai kecil yang memisahkan antara asrama lanjut usia dengan
asrama anak tuna rungu wicara. Di sepanjang aliran sungai terdapat pohon durian,
rambutan, dan beberapa pohon sawit. Pada bagian depan panti terlihat banyak
bunga pucuk merah dikelilingi rumput hijau yang rapih. Selain itu di dekat asrama
lanjut usia terdapat beberapa pohon sawit dan berbagai pohon buah seperti pohon
belimbing, mangga dan sawo. Pada bagian luar pagar panti terdapat beberapa
pohon mahoni yang tinggi.

b. Sumber Daya Manusia : Beberapa tahun yang lalu, sebelum pergantian kepala
panti, terdapat kegiatan-kegiatan keterampilan bagi warga binaan lanjut usia
maupun anak tuna rungu wicara. Kegiatannya antara lain adalah menyulam dan
menganyam bagi lansia, serta menjahit untuk anak tuna rungu wicara (masih ada
sampai sekarang). Setelah pergantian kepala panti (tahun 2018), kegiatan bagi
lansia antara lain bimbingan agama islam setiap hari senin, bimbingan agama
Kristen setiap hari selasa, pemeriksaan kesehatan oleh dokter setiap hari rabu, dan
bimbingan jasmani (senam) dan bimbingan sosial setiap hari jum’at. Masing-
masing kegiatan berdurasi sekitar satu sampai dua jam. Ada seorang lansia yang
keadaan fisiknya masih kuat dan sehat, dan panti mengizinkan dan memfasilitasi
lansia tersebut untuk berternak lele dan bebek.

c. Sumber Daya Ekonomi : Panti menerima segala bentuk bantuan yang diberikan
oleh perseorangan ataupun perusahaan. Bantuan biasanya berupa makanan
ataupun kebutuhan sehari-hari seperti sabun mandi, sabun cuci, sikat gigi, pasta
gigi, dan juga pakaian. Bantuan yang datang akan langsung diserahkan kepada
warga binaan. Banyaknya bantuan yang masuk membuat barang-barang yang
dimiliki lansia menumpuk, karena takut tidak terpakai seringnya lansia akan
menjual sebagian barang-barangnya kepada pegawai untuk kemudian uang hasil
penjualan tersebut dapat ditabung ataupun digunakan untuk membeli barang lan
yang lebih dibutuhkan pada saat itu.

2. Mengkaji Situasi Klien dari perspektif Mikro, Mezzo dan Makro


a. Situasi Mikro : Klien adalah orang yang suka kebersihan, sederhana,
berpenampilan sederhana, ramah dan suka memberi apa saja yang ia bisa beri.
Beliau suka memasak dan ketika memasak ia akan membagikan masakannya
kepada tetangga lansia yang lainnya. Kondisi sosial klien dengan lingkungannya
terbilang baik karena klien cenderung menarik diri dari kelompok, tidak sering
berkumpul dengan lansia yang lain (selain tetangga terdekatnya) dengan alasan
ingin menghindar dari permasalahan yang akan muncul akibat terlalu banyak
bicara. Sehari-hari klien menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju, dan
menyediakan kebutuhan yang dibutuhkan suaminya. Keluarga klien termasuk
rukun, meskipun memiliki Bapak yang berbeda tetapi mereka (anak-anak klien)
tidak pernah membeda-bedakan dan masih saling berhubungan. Anak-anak klien
sudah memiliki keluarganya masing-masing. Keluarga klien termasuk dalam
ekonomi menengah, tidak terlalu mewah dan tidak juga kekurangan
b. Situasi Mezzo : Lingkungan sosial klien cukup baik, para tetangga berhubungan
baik dengan klien. Mereka selalu saling berbagi apa yang mereka miliki dan
sebisanya saling membantu, dan saling mengingatkan. Tetangga terdekat klien
termasuk rukun dan saling menghargai walaupun memiliki keyakinan dan agama
yang berbeda-beda.
c. Situasi Makro : Panti memiliki peraturan terkait pandemi dan sudah seharusnya
ditaati oleh seluruh staff dan warga binaan. Pada saat ini tamu dilarang
berkunjung dan jika terdapat bantuan dari luar panti maka tamu hanya
diperbolehkan masuk sampai pintu gerbang saja.
d. Aspek Keragaman dari situasi klien, mayoritas suku di panti adalah suku Batak,
Jawa, India, dan terakhir Cina. Sedangkan mayoritas agamanya adalah Islam,
Kristen, dan terakhir Hindu. Dari tempat asal warga panti juga berbeda-beda, tidak
hanya dari kota Pematangsiantar saja, ada yang datang dari Sulawesi, Jawa, dan
lain sebagainya. Dengan banyaknya keragaman yang mereka miliki, tentu saja
konflik terkadang tidak terhindarkan, tetapi sebisa mungkin di selesaikan secara
cepat dan tepat oleh peksos.

3. Mencatat Informasi yang terkait dengan masalah dan kebutuhan klien


a. Masalah pada level Mikro
Sejak tiba di panti, klien sering merasa tidak tenang, pikirannya selalu
dipenuhi dengan kekhawatiran keadaan anak-anak dan cucu-cucunya. Oleh sebab
itu, klien sering tidak dapat tidur dengan nyenyak. Sewaktu masih terdapat banyak
kegiatan keterampilan di panti, klien tidak pernah tertarik untuk mengikutinya. Klien
juga jarang berkumpul dengan warga binaan yang lainnya, dengan alasan ingin
menjaga omongan. Dalam kesehariannya, klien lebih sering berada di dalam kamar
mencoba menelpon anaknya dan sesekali duduk di beranda kamarnya untuk
berbincang dengan tetangga terdekat klien ataupun pegawai yang sedang berkeliling
untuk memeriksa keadaan warga binaan. Walau berada di tempat ramai, klien tetap
merasa kesepian karena selalu memikirkan anak dan cucunya. Klien sangat berharap
bisa berkumpul kembali dan tinggal bersama dengan anak dan cucunya. Menurut
perawat yang bertugas memeriksa klien, karena keadaan pikiran klien yang tidak
tenang maka hal tersebut juga memengaruhi penyakit fisik klien yang semakin hari
semakin memburuk.

b. Masalah pada level Mezzo


Salah satu warga binaan berinisial T membuat lingkungan panti merasa resah.
Hal ini dikarenakan T sering sekali menghina agama orang lain. Yang baru ini
terjadi, saat salah satu teman serumahnya (inisial I) sedang melakukan sholat tahajud
kira-kira pukul 03.00 WIB, T tiba-tiba mengetuk pintu I tanpa alasan, karena tidak
mendapat jawaban dari I makan T langsung berteriak sambil berkata “Islam tai!
Ngaji tai! Sholat tai!”, karena tidak terima dikatai seperti itu maka I langsung
mengambil tindakan dengan menyiram seember air kepada T. Kejadian tersebut
sudah dua atau tiga kali terjadi. Pada awalnya T hanya diberikan bimbingan sosial,
namun karena tidak ada perubahan maka peksos berniat untuk mengambil langkah
yang lebih tegas.

c. Masalah pada level Makro


Mayoritas bangunan di panti merupakan bangunan lama. Jika
mempertimbangkan fasilitas dan akses kebutuhan lansia, maka beberapa kamar yang
sedang ditinggali lansia kurang layak untuk ditinggali. Fasilitas dan akses yang
dimaksud adalah kamar mandi yang jaraknya +- 200m dari kamar tidur sangat sulit
untuk dijangkau lansia yang sulit berjalan. Kegiatan-kegiatan yang ada di panti juga
tidak banyak dan tidak efektif karena tidak membuat warga binaan menjadi
produktif.

4. Mengidentifikasi Kekuatan Klien


a. Kekuatan di level Mikro
Walau sedikit sulit, anak dan cucu klien masih dapat dihubungi dan bersedia
untuk diintervensi. Anak-anak klien sebelumnya pernah bersedia mengurus klien
tetapi tidak dengan suami klien.

b. Kekuatan di level Mezzo


Seluruh warga binaan cenderung terbuka dengan para pengurus panti sehingga
ketika ada suatu masalah mereka akan langsung melapor dan permasalahan akan
segera di proses oleh pengurus panti.

c. Kekuatan di level Makro


Pengurus dan pekerja sosial di panti sudah menyadari permasalahan yang ada
sehingga hanya membutuhkan persetujuan dari kepala panti untuk memperbaiki
fasilitas panti. Begitu pula tentang permasalahan kegiatan di panti, hanya tinggal
membutuhkan persetujuan dari kepala panti.

Anda mungkin juga menyukai