Anda di halaman 1dari 13

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT NATAKOLI

1.1 Selayang Pandang Kampung Natakoli

Kampung Natakoli adalah sebuah kampung dengan budaya-budaya

tradisional yang masih asli di antara kampung adat yang berada di wilayah

Kabupaten Sikka.Kata Natakoli terdiri dari dua suku kata yakni Nata dan

Koli.Dalam bahasa setempat, kata Nata merupakan bentuk ucapan yang

diperpendek dari kata Natar yang berarti kampung.Sementara kata Koli berarti

pohon lontar.Dengan demikian, secara harafiahNatakoli berarti kampung

lontar.Saat ini namaKampung Natakoli telah diabadikan menjadi nama sebuah

desa pada wilayah setempat.

2.1.1 Keadaan Geografis

Faktor geografis adalah salah satu faktor penting dalam mengetahui

keadaan suatu daerah.Dengan demikian maka untuk memahami dan mendalami

makna ritus wawi dadidi Kampung Natakoli, penting bagi kita untuk mengenal

keadaan geografis kampung ini.

Desa Natakoliterletak kira-kira 65km arah timur Kota Maumere, ibukota

Kabupaten Sikka, provinsi Daerah Tingkat I NTT. Desa ini merupakan salah satu

dari empat desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan Mapitara. Desa Natakoli

memiliki 3 sub desa (dusun) yakni Natakoli yang menjadi pusat pemerintahan

desa ini, Wolomotong, dan Utawolon. Luas wilayah desa Natakoli kurang lebih 50

km2,dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut: sebelah barat berbatasan

1
dengan desa Nen Bura, sebelah timur berbatasan dengan desa Hebing, sebelah

selatan berbatasan dengan Laut Sawu, sebelah utara berbatasan dengan desa Egon

Gahar.

Wilayah Desa Natakoli terdiri dari lembah dan bukit hijau yang ditanami

dengan berbagai tanaman perdagangan seperti kemiri, coklat, cengkeh, kelapa dan

jambu mete, yang memberi hidup bagi penduduknya. Semakin ke selatan

daerahnya semakin gersang sehingga hanya cocok bagi tanaman mete dan kelapa

sedangkan semakin ke utara wilayahnya semakin subur sehingga ditanami coklat,

cengkeh dan kemiri.

2.1.2 Iklim

Kondisi iklim di Desa Natakoli tidak berbeda jauh dengan iklim di daerah-

daerah lain di kabupaten Sikka, Ende dan Flores Timur serta daerah-daerah di

NTT pada umumnya, yang memiliki dua jenis musim yakni musim hujan

(Oktober-April) dan musim kemarau (Mei-September).Namun pergantian musim

inipun sering berubah-ubah sehingga sering kali musim kemarau lebih panjang

sampai sekitar tujuh atau delapan bulan begitu juga sebaliknya.

2.1.3 Flora

Daerah Natakoli merupakan daerah beriklim tropis, ditumbuhi pepohonan

beraneka ragam seperti kemiri, pisang, nangka, kelapa, mente, bambu, beringin,

asam, mangga dan lain-lain yang diselingi rerumputan.

2.1.4 Fauna

Beberapa jenis fauna yang hidup di daerah Natakoli adalah babi, kambing,

kucing, ayam, elang, nuri, kuda, musang, tikus, anjing dan lain-lain. Binatang-

2
binatang itu dibedakan atas binatang piaraan (babi, kuda, ayam, kucing, anjing,

kambing) dan binatang liar seperti; musang, nuri, elang dan berbagai jenis ular

berbisa maupun tak berbisa.

2.1.5 Mata Pencaharian

Sejak dahulu sampai sekarang masyarakat Sikka secara umum dan

Natakoli khususnya hidup dengan mata pencaharian bercocok tanam atau bertani

dengan sistem pertanian tradisional yakni berladang. Cara pengolahannya pun

masih bersifat primitif yaitu dengan menggunakan parang, tofa dan pacul. Alat-

alat tersebut digunakan untuk membuka ladang dengan sistem menebang hutan

(buka ladang baru) atau menggunakan ladang yang sama. Dalam kebun biasanya

ditanami tanaman palawija seperti padi, jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian

sebagai bahan makanan harian. Ada juga tanaman perdagangan seperti kemiri,

coklat, cengkeh, kopi dan lain-lain.

Disamping itu terdapat usaha sampingan seperti kerajian tangan untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga yaitu menenun (untuk wanita), pertukangan

dan berdagang (untuk pria).

2.1.6 Strata Sosial

Sebagaimana masyarakat tradisional pada umumnya, orang Natakoli

memiliki struktur organisasi tradisional yang masih lestari. Hal ini menjadi sangat

istimewa karena setiap suku memiliki struktur atau sistem masing-masing.

Dalam kehidupan tradisional masyarakat Natakoli terdapat klafisikasi

dalam kehidupan sosial antar golongan atas atau bangsawan dan golongan bawah

(keturunan hamba atau dalam bahasa setempat dikenal dengan istilah Maha),

3
Namun klasifikasi ini tidak lagi dipertahankan sampai saat ini karena kemajuan

pendidikan.Visi kebangsawanan di Kampung Natakoli dewasa ini tidak lagi

bergantung pada kedudukan suku atau marga, kekayaaan atau harta benda yang

dimiliki seseorang tetapi pada kepribadian manusia, tingkat pendidikannya dan

kemajuan individu untuk merealisasikan dirinya dalam zaman yang senantiasa

berubah.

Fenomena diskriminasi tidak ada lagi di KampungNatakoli saat ini. Hal itu

tampak dalam proses pemilihan jodoh dan pemilihan pemimpin atau pejabat

pemerintahan di desa setempat. Misalnya, dalam proses pemilihan jodoh hal yang

diutamakan sekarang ini adalah hubungan cinta dan kebahagiaan pasangan bukan

pada harta kekayaan dan marga.

2.1.7 Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

kehidupan bermasyarakat. Kesehatan masyarakat yang baik akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat setempat. Kebutuhan akan kesehatan dalam masyarakat

KampungNatakoli sangat signifikan di mana pemerintah telah berupaya dalam

menyikapi hal ini dengan membangun sebuah poliklinik desa dan puskemas

pembantu dengan tenaga medis yang memadai.Sebulan sekali diadakan pelayanan

posyandu bagi anak-anak dan balita.

Masyarakat Natakoli pada umumnya sudah memiliki kesadaran akan

pentingnya kesehatan di mana setiap rumah memiliki Water Closet pribadi.

Kebutuhan akan air bersih juga sudah direalisasi oleh pemerintah setempat yang

4
bekerjasama dengan Aus Aid sejak tahun 2000. Saat ini terdapat sembilan bak air

umum dengan masing-masing dusun tiga bak air.

2.1.8 Pendidikan

2.1.8.1 Pendidikan Tradisional

Pendidikan tradisional dalam masyarakat Natakoli dilaksanakan

oleh orang tua dan keluarga dalam rumah. Pedoman pemikirannya

berdasarkan pengalaman dan pemikiran budayawan dan tokoh-tokoh adat

setempat.Menurut Bapa Bernadus Bajo, awal mula manusia hidup

senantiasa berhubungan dengan lingkungan dimana ia hidup hari demi

hari.Dalam perkembangannyaanak selalu beradaptasi dengan

lingkungannya. Hal ini terlukis dalam bahasa leluhur yang berbunyi:“Deri

gera ninu nan ata wair, rena nan ata tutu tatar, nia nan ata ke’o ka’ur odi

hiri saran sawen”. Lingkungan di mana anak hidup dan dibesarkan sangat

berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak tersebut. Dengan

demikian setiap orang tua dan keluarga besar di mana anak itu hidup

dituntut untuk senantiasa menciptakan warna atau suasana yang baik yang

bisa mendukung perkembangan seorang anak menuju kepribadian yang

matang.Adapun bentuk-bentuk pendidikan tradisional itu adalah sebagai

berikut.

2.1.8.1.1Nasihat

Nasihat dalam pendidikan tradisional sebagian besar diberikan

pada saat pelaksanaan ritual menyangkut tahap-tahap adat dalam

kehidupan manusia.

5
2.1.8.1.2 Perumpamaan

Perumpamaan diberikan dalam bentuk cerita dongeng dan legenda

yang biasanya diceritakan pada malam hari sebagai pengantar tidur. Inti

dari cerita-cerita itu adalah memaparkan perlakuan baik dan tidak baik

yang perlu diketahui oleh si anak sebagai pedoman dalam hidup sehari-

hari.

2.1.8.1.3Teladan Hidup

Teladan hidup diberikan melalui contoh hidup orang-orang yang

pernah berhasilberkat perjuangan gigih, kerja keras,rajin belajar dan

ketaatan. Anak perlu mengenal orang-orang seperti ini supaya mereka bisa

berpikir mengapa sampai orang-orang tersebut sukses. Kalau begitu

bagaimana yang harus mereka lakukan agar mereka pun kemudian dapat

mengikuti jejak tokoh-tokoh tersebut.

2.1.8.1.4 Tugas dan Keterampilan

Tugas dan keterampilan diberikan dalam bentuk pekerjaan yang

bisa menghasilkan uang. Jenis-jenis keterampilan itu antara lain: tenun ikat

(anak wanita), pertukangan, beternak, berdagang, berburu, bercocok tanam

(anak pria).

2.1.8.2 Pendidikan Formal

Di samping pendidikan tradisional, masyarakat Natakoli juga

menyadari akan pentingnya pendidikan formal.Pendidikan formal adalah

salah satu aspek penting yang mendukung pembangunan di Desa

6
Natakoli.Pendidikan formal menyiapkan generasi muda Desa Natakoli

sebagai manusia pembangun demi kemajuan desa ini ke depannya.

Demi menjawabi kebutuhan akan pendidikan bagi kaum muda di

desa ini, saat ini pemerintah telah membangun dua unit sekolah dasar dan

satu unit sekolah menengah pertama.

2.1.9 Kehidupan Religius

Sebelum masuknya agama Katolik ke Kabupaten Sikka, masyarakat

Natakoli percaya akan kekuatan-kekuatan supernatural yang tampak dalam

aktivitas keagamaan seperti doa dan upacara, tempat suci dan peninggalan-

peninggalan berupa benda-benda suci arau sakral.Adapun sistem kepercayaan

tradsional tersebut adalah sebagai berikut.

2.1.9.1 Ama Lero Wulan dan Ina Nian Tanah.

Ama Lero Wulan dan Ina Nian Tanah merupakan wujud tertinggi yang

dianggap sebagai Allah Bapa, sumber segala sesuatu yang dilambangkan dengan

Matahari dan Bulan (Lero dan Wulan) serta ibu pertiwi sebagai yang merawat dan

memberi hasil kepada manusia yang dilambangkan dengan tanah(Ina Nian

Tanah).

Adapun tuturan adat yang biasa diucapkan sebagai ungkapan pujian dan

permohonan terhadap wujud tertinggiAma Lero Wulan dan Ina Nian Tanah

adalah sebagai berikut.

7
O...Ama Lero Wulan reta,

Wake ‘ora wua du’a, tena neni ‘ora ihin gete,

Plehok ‘ora mahe mo’an,tena plawi ‘ora dolo mosan,

‘Geru ‘oa tena menu ta’in,‘inu tena blatan bo’ir

‘O.... Bapa Matahari dan Bulan yang tertinggi, kudirikan tempat untuk

berbakti dan bertuah akan meminta hasil yang berkelimpahan. Kuletakkan batu

persembahan terbesar. Moga-mogahan tirisnya berkelimpahan, sehingga dapat

makan mengenyangkan perut dan minum untuk menyejukkan kerongkongan.

Wujud tertinggi (Ama Lero Wulan) ini juga oleh orang Natakoli sering

disebut dengan nama “Amapu”.Kata Amapu berasal dari bahasa Sikka Iwan

(Kabupaten Sikka bagian Timur) yang terdiri dari dua suku kata yakni “Aman”

yang berarti Bapa dan “Pun” yang berarti kepunyaan atau milik. Oleh karena itu

kata “Amapu” secara harafiah memiliki arti bahwa segala sesuatu yang berada di

dunia ini adalah milik Bapa. Amapu atau Bapa ini juga oleh masyarakat Natakoli,

diyakini sebagai Bapa yang Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Besar dan bersifat

abadi (tidak berawal dan tidak berakhir).

Atribut-atribut sebagaimana yang telah disebutkan di atas terungkap secara

jelas dalam ungkapan-ungkapan berikut.

• Amapu reta seu sareng, kela netenaruk sawe

‘Amapu adalah Bapa yang berdiam di surga yang menciptakan

segala sesuatu yang ada di dunia ini’

8
• Amapu deri reta seu lape pitu, reta kotalape walu

‘Amapu duduk di lapisan surge ke tujuh, berdiri di lapisan kota

yang ke delapan’.

Amapu diyakini berada pada tempat yang paling tinggi untuk

memantau segala sesuatu yang ada di dunia.

• Amapu matan gete ni’a gita nian tanah sawe

‘Amapu punya mata yang sangat besar, mampu melihat segala

sesuatu yang ada didunia’.

Tidak ada satu halpun di dunia ini yang luput dari pandanganNya.

• Ama gete dunia t’eker, Ama gahar dugi wulan

‘Bapa yang besar dunia sesak, tinggi menggapai bulan’.

• Amapu pu’an eon, Amapu moret nain

‘Amapu tidak berawal dan hidup kekal’.

Amapu merupakan satu-satunya pencipta dan penyelenggara hidup

manusia dan segala tata ciptaan yang dalam bahasa simbolis disebut Ama Lero

Wulan. Bagi orang Natakoli,Amapu adalah wujud tertinggi. Segala bentuk

kepercayaan akan kekuatan-kekuatan lainnya selalu berada dalam hubungan

dengan Amapu.

2.1.9.2 Uhek Manar

Leluhur orang Natakoli percaya akan adanya roh-roh yang disebut

Uhek Manar. Di nian wula wutu (langit) ada uhek manar untuk matahari, bulan

dan bintang. Di nian tanah (bumi) ada uhek manar untuk mengawasi mata air,

laut dan danau.Ada pula uhek manar yang menjaga bukit, lembah dan sungai.

9
Uhekmanar di nian wula wutu (langit) disebut moan lero wulan sedangkan uhek

manar di nian tanah (bumi) disebut Tanah Uhek Manar.Uhek Manar adalah roh-

roh. Roh-roh itu ada yang baik (roh penolong) dan ada pula yang jahat (roh

pemangsa).

Bertolak dari keyakinan ini, maka penebangan pohon dan perusakan

rimba dilarang karena pohon-pohon dipercaya sebagai tempat tinggal uhek manar.

Jika hendak menebang pohon besar maka harus diadakan ritual terlebih dahulu

(memindahkan uhek manar), kalau tidak maka tindakan itu akan dilihat sebagai

pengusiran secara paksa bagi uhek manar yang berdiam di situ. Akibatnya uhek

manar akan marah dan mengutuk orang bersangkutan seperti mengalami sakit

atau gila.

Selanjutnya, apabila orang yang melakukan kesalahan tadi, ketika

mengalami sakit dan sadar akan kesalahannya maka diadakan ritus sisa soba. Sisa

mitan wa’i pitu (‘membuang yang hitam sebanyak tujuh kali’), soba meran wa’i

walu (‘membuang yang merah sebanyak delapan kali’), yang memiliki makna

bertobat sungguh-sungguh. Kesungguhan hati dalam pertobatan ini dilukiskan

dalam ungkapan “ruku mai gapu wa’in, kongong mai piru liman” (‘merapat

memeluk kaki, menunduk mencium tangan’). Berdamai dengan semua makluk

ciptaaan.

2.1.9.3 Nitu Noan atau Nitu Maten1

1
Nitu adalah roh yang berasal dari jiwa-jiwa orang yang telah meninggal yang masih dalam tahap
perziarahan menuju kebahagiaan kekal dalam surga abadi atau seu olang sareng.Mereka
diyakinitinggal di suatu tempat yang dikenal dengan namaNitu Natar (kampung Nitu).
Sedangkan Noang adalah jiwa orang-orang yang telah meninggal dan berada dalam persatuan
bersama Amapu di surga abadi.

10
Selain Ama Lero Wulan dan Ina Nian Tanah sebagai wujud tertinggi serta

uhek manar, orang-orang Natakoli juga mengakui akan kekuatan “Ata Nitu

Maten” (jiwa orang-orang yang sudah meninggal).

Jiwa orang yang telah meninggal dianggap mendiami suatu dunia baru

yang begitu dekat dengan “Ama Lero Wulan dan Ina Nian Tanah” (Wujud

tertinggi) dan karena itu memiliki kekuatan yang menyerupai wujud tertinggi itu,

sehingga seringkali mereka berdoa dan memohon berkat darinya. Rumusan doa

yang biasa digunakan adalah sebagai berikut.

Nitu ‘au tilun pitu, ‘Nituengkau bertelinga tujuh’

Nitu ‘au matan nara, ‘Nitu yang selalu berjaga-jaga’

Noang ‘au mulan walu, ‘Noang engkau berkepala delapan’

Noang ‘au mobo moret ‘Noang engkau yang hidup kekal’

Diri ‘au lopa hulir, ‘Dengarkanlah aku janganlah lupa’

Ata kesi kelik mutu bleri, ‘Walau diganggu dan diusik orang’

Keber mitan tama tilu, ‘Masukkan sesuatu ke dalam telingamu’

Buhe tilun ene diri rena, ‘Berpura-puralah tidak mendengar’

Noang ‘au mulan walu, ‘Noang kau berkepala delapan

Diri loa lopa hala, ‘Dengarkanlah kami janganlah keliru’

Lopa lewong matan uek mosan, ‘Jangan membutakan mata kami’

Ganu karang depang matan, ‘Bagaikan ranting menusuk mata’

Lopa na’i le’u regun werun, ‘Jangan binasakan keturunan ini’

11
Odi lepo du brinet o, ‘Nanti rumah ini menjadi kosong’

Wisung o‘odi progang, ‘Kampung inipun menjadi kosong’

Brinet o du ite oang, `Kosong dan sunyi senyap’

‘odi kru’ut du’e tawa teden, ‘Nanti sampah penuh berserakan’

2.1.9.4Kekuatan Suanggi (Ata U’en)

Kekuatan yang berikut adalah pengaruh dari suanggi atau dalam bahasa

setempat dikenal dengan sebutan “Ata U’en”. Kekuatan suanggi ini dianggap

memiliki hubungan dengan jiwa-jiwa orang yang telah meninggal (Nitu Noan).

Orang suanggi dipercaya dapat menghantarkan jiwa orang hidup kepada

perkumpulan orang yang telah meninggal sehingga dapat menyebabkan kematian

orang bersangkutan.

Orang-orang suku Natakoli percaya bahwa untuk mengalahkan orang

suanggi ini hanyalah dengan berdoa kepada jiwa orang yang telah meninggal agar

menolak atau menghantar pulang jiwa orang yang dihantar ke sana oleh orang

suanggi tersebut. Adapun rumusan doa yang digunakan adalah sebagai berikut:

Nitu‘au lau huler unen, ‘Nituengkau yang bernaung di terasnyahuler’

Du’e guman pleur huk, ‘Tidur malam berbalik dan mengingat’

Lopa rudu ami wi jung, ‘Jangan terusmempersalahkan kami’

Lopa tura ami wi golot, ‘Jangan memarahi kami tanpa henti’

Ami neni au Nitu Noang, ‘Kami memintamu Nitu Noang’

Plawi au ata maten, ‘Memohon kepadamu sang arwah’

Neni du’e ruhu muhun, ‘Meminta sambil memelas’

Ata raning human lau ra tutur, ‘Jika para ksatria pergi memberitahu’

Tung lau iu niun, ‘Dan mengantar ke giginya hiu’

12
Na iu ia niun niluk le’u ‘Biarkan gigi hiu itu menjadi nyilu’

Muta beli lua beli le’u ‘Sehingga dia dimuntahkan oleh hiu itu’

Dewasa ini masyarakat Natakoli seluruhnya beragama Katolik, dengan

status sebagai satu stasi yakni stasi Remigus Natakoli yang berada di bawah

naungan paroki Renha Rosari Halle-Hebing. Umat di stasi ini juga dibagi dalam

lima Komunitas Umat Basis (KUB). Namundi samping sebagai umat beragama

Katolik, kepercayaan tradisional seperti yang telah dijelaskan di atas pun masih

tetap dipertahankan sampai sekarang.

13

Anda mungkin juga menyukai