Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya itu
sendiri. Budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.

Bali merupakan gudangnya kebudayaan yang menyimpan berbagai jenis


kebudayaan yang tersebar diseluruh penjuru tanah Bali. Baik dari aspek sosial, dan
budaya. Keanekaragaman, kebudayaan Bali terbentuk tidak pernah lepas dari Desa
(tempat), Kala (waktu), Patra (keadaan/situasi). Analisis pada akar budaya dan kearifan
lokal ini penting, untuk memperoleh pengetahuan tentang pola interaksi manusia dengan
lingkungannya secara berkelanjutan serta metode pembelajaran warisan tradisi, yang
akan menjadi inspirasi bagi masyarakat kekinian untuk bisa mempertahankan kelestarian
lingkungannya.

1|Page
Julah adalah sebuah desa tradisional di Bali Utara, tepatnya di Kecamatan
Tejakula, Kabupaten Buleleng. Desa Julah termasuk desa tua sehingga sering disebut
dengan Bali Mula yang sudah mendiami wilayah Tejakula sejak abad ke-10 berdasarkan
prastasti di Pura Bale Agung di Desa Julah.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa saja unsur-unsur kebudayaan yang terdapat di desa Julah?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui unsur-unsur budaya yang terdapat di desa Julah.

2|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam kebudayaan terdapat tujuh unsur budaya yaitu :

1. Bahasa merupakan suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan
sekaligus sebagai alat perantara yang paling utama bagi manusia untu meneruskan
atau mengadaptasikan kebudayaan. Bentuk bahasa ada dua yaitu bahasa lisan dan
bahasa tulis

2. Sistem pengetahuan adalah system yang berkisar pada pengetahuan tentang kondisi
alam sekelilingnya dan sifat-sifat peralatan yang digunakannya. System pengetahuan
meliputi flora dan fauna, ruang pengetahuan tentang alam sekitar, waktu, ruang dan
bilangan, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia serta tubuh manusia.

3. Sistem kemasyarakatan/organisasi sosial adalah sekelompok masyarakat yang


anggotanya merasa satu dengan sesamanya. Sistem kemasyarakatan/organisasi social
meliputi kekerabatan, asosiasi, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, dan
perkumpulan.

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah
dari semua teknik yang dimiliki dari para anggota dalam suatu masyarakat yang
meliputi cara bertindak dan berbuat dalam mengelola dalam dan mengumpulkan
bahan-bahan mentah. Kemudian bahan tersebut dijadikan sebagai alat kerja,
penyimpanan, pakaian, perumahan, alat transportasi, dan kebutuhan hidup lainnya
yang berupa material. Unsur teknologi yang sangat menonjol adalah kebudayaan fisik
yang meliputi alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian,
perhiasan, tempat tinggal, perumahan, dan alat-alat transportasi.

3|Page
5. Sistem mata pencaharian hidup adalah segala usaha atau upaya manusia untuk
mendapatkan barang atau jasa yang dibutukan. Sistem mata pencaharian hidup atau
sistem ekonomi meliputi berburu, mengumpulkan makanan, bercocok tanam,
perikanan, perternakan, dan perdagangan.

6. Sistem religi bisa diartikan sebagai sebuah sistem yang terpadu antara keyakinan dan
praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan tidak dapat
dijangkau oleh akal dan pikiran. Sistem religi meliputi sistem kepercayaan, sistem
nilai, pandangan hidup, komunikasi keagamaan, dan upacara keagamaan.

7. Kesenian, secara sederhana dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap
kehidupan atau estetika. Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu muncul dari
sebuah permainan imajinatif dan kreatif. Hal itu dapat memberikan kepuasan batin
bagi manusia. Secara garis besar, kita dapat memetakkan bentuk kesenian dalam 3
garis besar yaitu seni rupa, seni suara, dan seni tari.

4|Page
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Unsur budaya Desa Julah


Dalam observasi yang kami lakukan, kami mengamati Desa Julah sebagai
salah satu desa budaya. Adapun 7 unsur budaya yang terdapat di desa julah yaitu :

1. Bahasa
Masyarakat bali di desa julah menggunakan bahasa bali yang umum
digunakan, hanya saja keunikannnya terletak pada intonasi saat berbicara.
Masyarakat julah terkenal dengan suaranya yang keras dan tinggi, terdengar
seperti orang yang sedang marah. apabila bertemu dengan warga julah. Maka
jangan merasa tersinggung, mendengar suara yang lebih mirip seperti orang
sedang berteriak.

2. Sistem Pengetahuan
Keberadaan bangunan Pura Desa Julah tidak pernah berubah sejak dulu
pertama kali dibangun oleh nenek moyang desa itu, bangunannya kokoh berdiri
hingga sekarang karena dibangun dengan batu-batuan khusus. Kami meninjau
bahwa sejak dulu masyarakat julah sudah memilki pengetahuan mengenai
konstruksi bangunan.

5|Page
Tampak Depan Pura Desa Julah

Tata
ruang
bangunan
perumahan
tradisional
yang masih
kokoh berdiri
dengan asri,
terutama pada
areal masuk desa adat Julah. Jika diperhatikan perumahan yang berada di
pinggiran jalan raya jurusan Singaraja-Karangasem memang sudah kena pengaruh
modern, tetapi jika kita memasuki kampung tradisional akan tampak masih
mempertahankan bangunan bali aga. Desa Julah juga merupakan salah satu desa
yang menganut kesetaraan tinggi, dapat dilihat dari luas rumah yang hampir sama.

6|Page
3. Sistem kemasyarakatan/organisasi social
Soroh atau pembagian golongan masyarakat sangat melekat dalam
kehidupan masyarakat Bali. Namun hal tersebut tidak kita temui di tengah
masyarakat tradisional yang bermukim di Desa Julah Kecamatan Tejakula
Kabupaten Buleleng.

Desa Julah termasuk desa tua sehingga sering disebut dengan Bali Mula
yang
sudah
mendiami
wilayah
Tejakula
sejak abad
ke-10 berdasarkan prastasti di Pura Bale Agung di Desa Julah. Penataan
pemukiman masyarakat Julah yang tinggal dalam satu banjaran atau semacam
kelompok terkecil dalam masyarakat yang ditinggali oleh beberapa kepala
keluarga, dan setiap kepala keluarga wajib mendiami satu rumah terpisah dengan
orang tuanya, mencerminkan keterbukaan yang sangat dijunjung tinggi disini.
Desa Julah memiliki Pura Dalem yang berfungsi sebagai media atau kekuatan
orang Julah untuk tidak mengenal golongan. Hal lain yang membedakan budaya
Desa Julah dengan kebudayaan masyarakat Bali pada umumnya, ketika meninggal
tidak semua masyarakat Julah boleh dilakukan upacara ngaben.

7|Page
Salah satu yang juga masih sangat dijaga sampai saat ini oleh masyarakat
Desa Julah yakni sistem pemerintahan desa yang masih manut terhadap
pemerintahan kuno di masa lalu yakni sistem Hulu Apad. Dalam sistem ini,
pemerintahan tertinggi dikendalikan oleh dua orang Jero Kubayan dan empat
orang Jero Bau. Mereka mengatur krama tatanan keagamaan dan adat. Sistem
pemerintahan Desa Pekraman dan Perbekel yang mengatur  tata pemerintahan
desa dan desa adat di Desa Julah dibentuk jauh belakangan. Kedua sistem
pemerintahan ini harus tunduk terhadap pemerintahan Hulu Apad ini, walaupun
kedua sistem ini punya aturan tersendiri yang dibentuk oleh Negara.

Tokoh Masyarakat Julah yang sedang berkumpul

4. Sistem Peralatan Hidup Dan Teknologi


Masyarakat desa julah, sebagian besar telah mengikuti perkembangan arus
globalisasi, namun beberapa diantaranya masih menggunakan peralatan hidup
yang terbuat dari tanah liat, seperti yang tertera di gambar. Mereka masih
menggunakan peralatan tersebut dikarenakan terdapat kenikmatan dan
kenyamanan tersendiri bagi mereka.

8|Page
Temuan
piring,
paus,
kendi
dan
tutup

5. Sistem
Mata Pencaharian Hidup
Karena wilayahnya memiliki curah hujan rendah maka di Desa Julah tidak
ada sistem pertanian sawah melainkan hanya diterapkan sistem pertanian tegalan
dengan jenis tanaman seperti jagung, ubi kayu, kacang tanah, pepaya, rambutan,
mangga, dan lain-lain. Selain pertanian tegalan, Desa Julah juga memiliki
perkebunan, seperti kelapa, kopi, dan cengkeh.
Bidang usaha pencaharian nafkah yang paling banyak ditangani oleh
penduduk usia kerja di Desa Julah adalah pertanian, yakni sebanyak 2.588 orang.
Bidang usaha lainnya adalah industri rumah tangga dan pegawai negeri yang
terdiri dari pegawai negeri sipil maupun swasta. Jumlah mereka yang berpotensi
sebagai pengerajin industri rumah tangga sebanyak 35 orang, pegawai negeri sipil
sebanyak 26 orang. Mereka pada umumnya bekerja keluar desa, baik dalam
lingkup di Bali maupun di luar daerah Bali. Mereka yang bermata pencaharian
sebagai nelayan adalah 34 orang.

Kelompok pengerajin industri rumah tangga juga dikembangkan oleh


masyarakat Desa Julah, meskipun jumlahnya sedikit, tetapi hal ini menunjukkan
bahwa ada keinginan dari sebagian masyarakat untuk mencari penghidupan dari
9|Page
mengembangkan keahlian yang dimiliki. Industri rumah tangga yang ada saat ini
di Desa Julah adalah kerajinan pembuatan tenun, ingka, pembuatan kerupuk, jajan
Bali, dodol, dan pembuatan minyak kelapa dengan wilayah pemasarannya
dilakukan pada lingkungan sekitar Desa Julah saja (lokal).

Disamping komoditi pertanian dan perkebunan masyarakat Julah juga


mengusahakan peternakan. Disatu pihak kotoran hewan dapat digunakan sebagai
pupuk tanaman di tegalan mereka. Pemanfaatan pupuk kandang dengan cara
demikian tentunya memberikan keuntungan ganda pada petani.
Karakteristik lain yang menunjukkan identitas Desa Julah sebagai desa
pesisir adalah terdapatnya kelompok nelayan dengan jumlah nelayan sebanyak 34
orang sudah berdiri sejak tahun 1990. Nelayan di Desa Julah mempunyai wadah
organisasi dengan nama kelompok nelayan Sari Sagara. Kelompok nelayan ini
memanfaatkan potensi laut sebagai lokasi untuk mencari penghidupan dan
memasok kebutuhan ikan untuk penduduk desa, sehingga memberikan kontribusi
yang cukup dalam pemenuhan kebutuhan hidup.

6. Sistem Religi
10 | P a g e
Desa Julah adalah Desa yang menyimpan kearifan lokal yang sangat kuno
dan masih bertahan sampai sekarang. Ini terjadi karena masyarakat Julah sangat
menghargai warisan leluhurnya, dan ini adalah bentuk bhakti kepada leluhur
dengan cara menjaga warisan kearifan lokal dengan sebaik-baiknya. Kearifan
yang paling mudah dilihat adalah tempat suci yang ada antara lain Pura Dalem.
Pura Dalem desa adat Julah dibagi menjadi tiga bagian yaitu Pura Dalem
Kawitan, Pura Dalem Beneh/Bali, Pura Dalem Jawa. Dinyatakan bahwa pada
zaman dulu di pura Dalem Kawitan terdapat batu hitam yang menyerupai Lingga
Yoni. Karena ulah orang jahil yang ingin mencoba dan membuktikan apakah batu
itu benar benar keramat atau memiliki kekuatan gaib, maka batu itu dibawa ke
laut serta dilempar ke dalam laut. Setelah batu itu dilempar ke laut, maka
terjadilah hal yang di luar nalar manusia, di mana air laut membentuk pusaran air
yang besar dan membuat batu tersebut menghilang.
Kini masyarakat Julah sangat mempercayai kekeramtan batu tersebut,
sehingga atas dasar kepercayaan dan keyakinan yang kuat, maka dibuatkan tempat
berupa limas, sebgai pengganti batu yang telah dilempar ke laut tersebut. Jika
dikaitkan dengan sejarah desa Julah di mana warga/krama desanya tidak mengenal
adanya kasta dan Triwangsa, maka dalam runtutan uapacara kematian Pura Dalem
Kawitan ini menjadi tempat penyerahan sang atma kepada Ida Hyang Widhi
Wasa.
Selain Pura Dalem, Desa Julah merupakan desa yang identik dengan hal
magis/gaib dan masyarakatnya secara turun-temurun sangat
mempercayai/meyakini hal ini, bagaimana tidak mempercayainya, karena di desa
Julah terdapat suatu bangunan suci yang mempunyai fungsi khusus yang disebut
Sanggah Misi. Jika ada yang mengalami sakit yang tidak kunjung sembuh, dan
jika ada masyarakat yang mendapatkan benda benda secara gaib misalnya batu
permata, keris, tombak, arca maupun benda-benda yang memiliki kekuatan gaib.
Atas dasar itulah maka kumpulan keluarga Purusa harus membuat Sanggah Misi
sebagai tempat penyimpanan benda-benda yang mereka dapatkan secara gaib.

11 | P a g e
Gambar salah satu sanggah misi milik warga
7. Kesenian
a) Seni musik atau yang dikenal dengan seni tabuh,
Hampir dimiliki oleh semua desa pakraman yang ada di Bali. Hal
ini disebabkan karena kehidupan keagamaan umat Hindu di Bali tidak
akan lengkap jika dalam pelaksanaan upacara keagamaan yang
dilaksanakan tanpa diiringi dengan alunan musik gamelan.
Keunikan gamelan di desa adat Julah adalah bahwa gamelan tidak
boleh disentuh oleh sembarangan orang. Gamelanpun tidak diperbolehkan
untuk digunakan sebagai alat untuk mengadakan latihan. Namun yang
ajaib adalah bahwa jika ada pelaksanaan upacara, maka siapa yang mau
ngaturang ayah (menabuh) diperbolehkan, dan para penabuh hanya
melihat notasi (ndang, nding, ndong, ndeng, ndung) yang telah dipajang
dihadapan tempat menabuh. Para penabuh pada saat menabuh hanya
melihat notasi nada pada tempat yang sudah disiapkan serta melihat dan
memukul gamelan berdasarkan notasi tabuh yang sudah disediakan. Dalam
kaitannya dengan pengiring upacara, maka para penabuh tidak perlu
mengadakan latihan, karena begitu ada pelaksanaan upacara para penabuh
langsung menabuh dengan berpedoman pada notasi yang sudah disiapkan.
b) Tari Baris Cendakan
Tarian ini ditarikan oleh empat orang laki-laki yang masih bujang
dengan membawa atribut tombak. Tarian ini melambangkan jiwa
kepahlawanan untuk selalu menjaga keamanan wilayah, atau dengan kata
lain bahwa tarian ini juga melambangkan keberanian bagi para pemuda di
dalam membela wilayah desanya.

12 | P a g e
c) Tari Baris Panah
Tari baris adalah salah satu dari jenis tari yang ada dari berbagai
jenis tari upacara yang sangat penting dan masih tumbuh subur di hampir
semua desa adat/desa pakraman yang ada di Bali, serta selalu difungsikan
sebagai pengiring atau pelengkap upacara keagamaan. Adapun beberapa
tarian baris yang tetap digunakan sebagai pengiring pelaksanaan upacara
yadnya di desa adat Julah adalah tari baris panah.
Tarian ini ditarikan oleh empat orang laki-laki yang belum
menikah. Tarian ini ditarikan setelah tari cekutil pada saat piodalan di
pura Baleagung dilaksanakan. Ciri khas tarian ini adalah penarinya
membawa panah dan masih bujang. Tarian ini mengandung makna yang
sangat dalam yakni merupakan simbolisasi dari penerapan catur Asrama
yaitu tahapan brahmacari asrama. Seperti dikatahui bahwa Catur Asrama
adalah merupakan konsep ajaran Hindu tentang tingkatan hidup manusia
yang harus ditempuh selama hidup.

13 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

 Dalam kemajuan IPTEK dan derasnya era globalisasi seperti


sekarang ini, masyarakat desa adat Julah tetap eksis mempertahankan
kearifan local warisan budaya leluhurnya. Hal ini tentu sangat sulit
untuk dilakukan, mengingat pola kehidupan manusia pada era global
seperti sekarang ini yang serba pragmatis dan serba instan.
 Warisan budaya lokal yang ada di desa adat Julah satupun tidak ada
yang lenyap karena pengaruh budaya asing akibat pengaruh yang
sifatnya merusak, merongrong, karena kekuatan adat dan budaya
yang tetap dipertahankan sampai saat ini.
 Berbagai macam bentuk kesenian maupun struktur bangunan
tradisional tetap diupayakan untuk dilestarikan keberadaannya,
sehingga desa adat Julah boleh dikatakan sebagai desa yang
masyarakatnya sangat kuat mempertahankan desa tradisonal yang
sudah jarang kita dapatkan di Pulau Bali dan bahkan di Indonesia.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Bandem, I Made. 1976.Tari Baris Dance. Denpasar : Serba Guna Press

Boni. 2011. “Indonesia, ‘Halo Soekarno” dalam Kompas, 16 April 2011, Jakarta.

Dahana, Radhar Panca. 2011. “Saya Mohon Ampun” dalam Kompas, 20 April 2011,    
Jakarta.

http://kknjulah.blogspot.com/2014/11/desaku-desa-tradisional-julah.html

15 | P a g e
16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai