PENDAHULUAN
1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pengertian Bangsa
Istilah “bangsa” dalam bahasa Inggris disebut “nation”. Kata nation berasal
dari kata “natio” (Latin) yang berarti “lahir”. Nation dapat berarti suatu kelahiran,
suatu keturunan, suatu suku bangsa yang memiliki kesamaan keturunan, orang-orang
yang sama keturunan. Kata “bangsa” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta “wangsa”
yang berarti orang-orang yang satu keturunan atau satu “trah” (Jawa). Secara
etimologis bangsa berasal dari kata “wangsa” artinya orang-orang yang berasal dari
satu keturunan.
Berdasarkan hal ini, disimpulkan bangsa menunjuk pada persekutuan hidup
dari orang-orang atau kelompok manusia yang memiliki kesamaan keturunan. Seturut
dengan pengertian di atas, konsep bangsa memiliki dua (2) pengertian (Badri Yatim,
1999), yaitu bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam
pengertian politis.
2|Page
b. Bangsa Menurut Arti Politis
Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah
yang sama dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu
kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Mereka diikat oleh suatu kekuasaan
politik, yakni negara.
Jadi, bangsa dalam arti politis adalah bangsa yang sudah bernegara.
Misalnya, kemunculan bangsa Indonesia (arti politis) setelah terciptanya negara
Indonesia.
Menurut Sastrapratedja (2007) jati diri atau identitas bangsa adalah sebuah
“konstruksi” yang selalu bisa didekonstruksikan dan dikonstruksikan kembali. Oleh
karena itu, identitas nasional Indonesia merupakan sesuatu yang terus perlu
direkonstruksi kembali, dibangun, diwujudkan, dan dikembangkan.
4|Page
2. Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Pancasila dapat menjadi dasar dalam membangun identitas nasional
(Sastrapratedja, 2007: HAR Tilaar, 2000). Pancasila dapat menjalankan tugasnya
sebagai identitas bangsa Indonesia (Eka Darmaputra, 1997). Pancasila merupakan
pernyataan jati diri bangsa Indonesia (Hardono Hadi, 1996) dan Pancasila sebagai
identitas kultural (As’ad Said Ali, 2009).
Kaelan (2002) menyatakan jati diri bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang
merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan
yang dianggap baik yang memberikan watak, corak, dan ciri masyarakat Indonesia.
Nilai-nilai dasar itu dirumuskan sebagai nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila
dikatakan sebagai jati diri bangsa.
Menurut Hardono Hadi (1994), Pancasila sebagai pernyataan jati diri bangsa
mencakup tiga aspek, yakni Pancasila sebagai kepribadian bangsa, identitas bangsa,
dan keunikan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai kepribadian bangsa bahwa
Pancasila itu mencerminkan kenyataan akan nilai-nilai yang telah ada sebagai hasil
interaksi antar kebudayaan dan masyarakat ideologi sebagai pembentuknya. Maksud
Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia adalah unsur-unsur dasar kebudayaan
bangsa Indonesia menjadi ciri khas dari waktu ke waktu sepanjang hidup berbangsa
Indonesia. Pancasila menjadi keunikan bangsa Indonesia ketika pendukung unsur
kepribadian dan identitas itu bergaul dengan masyarakat dunia atau bangsa-bangsa
lain di dunia. Secara singkat dikatakan Pancasila sebagai pernyataan jati diri, di satu
pihak mempunyai dasarnya pada fakta empiris, di lain pihak dapat memberi orientasi
kea rah cita-cita bangsa yang memang masih harus digulati terus-menerus.
5|Page
Menurut Ir. Soekarno yang dimaksud bangsa Indonesia adalah seluruh
manusia-manusia yang menurut wilayahnya telah ditentukan untuk tinggal secara
bersama di wilayah Nusantara dari ujung Barat (Sabang) sampai ujung Timur
(Merauke) yang memiliki “Le desir d’etre ensemble (kehendak akan bersatu)”
(pendapat Ernest Renan) dan “Charaktergemeinschaft” (pendapat Otto Van Bauer).
Tujuan dari paham kebangsaan (nasionalisme) sendiri adalah menciptakan negara
bangsa yang wilayah dan batas-batasnya menyerupai atau mendekati makna bangsa.
Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia adalah:
a. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa
asing yang kurang lebih selama 350 tahun,
b. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu
penjajahan,
c. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari
Sabang sampai Merauke, dan
d. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai
suatu bangsa.
Frans Magnis Suseno (1995) menyatakan bahwa kesatuan bangsa Indonesia
tidak bersifat alamiah tetapi historis, persatuan bangsa Indonesia tidak bersifat etnik
melainkan etis. Bersifat historis karena bangsa Indonesia bersatu bukan karena
kesatuan bahasa ibu, kesatuan suku, budaya, ataupun agama. Yang mempersatukan
bangsa Indonesia adalah sejarah yang dialami bersama, yaitu sejarah penderitaan,
penindasan, perjuangan, kemerdekaan, dan tekad untuk kehidupan bersama.
Jadi, hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan
modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan
pada semangat kebangsaan atau nasionalisme, yaitu pada tekad suatu masyarakat
untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun
warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya
6|Page
penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Ini menjadi sumber motivasi
perjuangan. (Alenia I Pembukaan UUD 1945).
b. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan panjang
bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi mengantarkan ke pintu
gerbang kemerdekaan dan dengan proklamasi tidaklah selesai kita bernegara.
Negara yang kita cita-citakan adalah menuju pada keadaan merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur. (Alenia II Pembukaan UUD 1945).
c. Terbentuknya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa
Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu, adalah
kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan bangsa
Indonesia adalah bangsa yang religius dan mengakui adanya motivasi spiritual.
(Alenia III Pembukaan UUD 1945).
d. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang meliputi
tujuan, bentuk, sistem pemerintahan, UUD, dan dasar negara. Dengan demikian,
semakin sempurna proses terbentuknya negara Indonesia. (Alenia IV Pembukaan
UUD 1945).
7|Page
2.5 PENGEMBANGAN INTEGRASI DI INDONESIA
1. Integrasi di Indonesia
Dalam kajiannya tentang heterogenitas masyarakat di Indonesia, William
Liddle dalam Nazaruddin Syamsudin (1989) mengidentifikasikan dua jenis halangan
integrasi yang dihadapi negeri ini. Yang pertama adalah adanya apa yang disebut
pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku, ras, agama, dan geografi.
Hambatan kedua bersifat vertikal, yakni celah perbedaan antara elit dan masa. Latar
belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elit berbeda dari masa yang
berpandangan tradisional.
2. Pengembangan Integrasi
Howard Wriggins dalam Yahya Muhaimin & Collin McAndrew (1982)
menyebut ada 5 pendekatan atau cara bagaimana bangsa dapat mengembangkan
integrasinya. Kelima cara tersebut adalah:
a. Adanya Ancaman dari Luar
Adanya ancaman dari luar dapat menciptakan integrasi masyarakat.
Masyarakat akan bersatu, meskipun berbeda suku, agama, dan ras ketika
menghadapi musuh bersama. Contoh, ketika penjajah Belanda ingin kembali ke
Indonesia, masyarakat Indonesia bersatu padu melawannya.
b. Gaya Politik Kepemimpinan
Pemimpin yang karismatik, dicintai rakyatnya, dan memiliki jasa-jasa besar
umumnya menyatukan bangsanya yang sebelumnya tercerai berai. Misalnya,
Nelson Mandela dari Afrika Selatan.
c. Kekuatan Lembaga-Lembaga Politik
Birokrasi yang satu dan padu dapat menciptakan sistem pelayanan yang sama,
baik, dan diterima oleh masyarakat yang beragam.
d. Ideologi Nasional
Jika suatu masyarakat meskipun berbeda-beda tetapi dapat menerima satu
ideologi yang sama maka memungkinkan masyarakat tersebut untuk bersatu.
Pancasila sebagai ideologi diterima oleh masyarakat Indonesia sehingga mampu
mengintegrasikan. Pancasila dapat menjadi sarana integrasi bangsa. Pancasila
adalah ligatur atau pemersatu bangsa (LPPKB, 2005).
e. Kesempatan Pembangunan Ekonomi
8|Page
Jika pembangunan ekonomi berhasil dan menciptakan keadilan maka
masyarakat bangsa tersebut dapat menerima sebagai satu kesatuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam terminologi antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan
sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, atau
komunitas sendiri.
Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup
masyarakat yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota persekutuan hidup
tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat
Pancasila sebagai pernyataan jati diri bangsa mencakup tiga aspek, yakni Pancasila
sebagai kepribadian bangsa, identitas bangsa, dan keunikan bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa bahwa Pancasila itu mencerminkan kenyataan
akan nilai-nilai yang telah ada sebagai hasil interaksi antar kebudayaan dan
masyarakat ideologi sebagai pembentuknya.
Hakikat dari negara Indonesia adalah negara kebangsaan (nation state). Negara-
bangsa (nation state) dibangun, dilandasi, dan diikat oleh semangat kebangsaan atau
disebut nasionalisme
Safroedin Bahar (1997) menyatakan bahwa integrasi nasional adalah upaya
menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya
9|Page
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/9978942/konsep_bangsa_dan_negara
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjE6fX0k7vg
AhWBLY8KHV4iArUQFjAAegQIChAB&url=https%3A%2F%2Fblog.ruangguru.com
%2Fpengertian-integrasi-nasional-dalam-konteks-
indonesia&usg=AOvVaw373zS8NLDbfmlI8_l-SefD
https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama
https://irvanhermawanto.blogspot.com/2018/03/perkembangan-sejarah-integrasi-
indonesia.html
https://www.coursehero.com/file/23051292/PKN/
https://www.academia.edu/16060391/
RANGKUMAN_BAB_I_IDENTITAS_DAN_INTEGRASI?auto=download
10 | P a g e