Oleh
Mahasiswa Semester VII
Semester Gasal Tahun Ajaran 2021
Oleh
Kelompok 8
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Lapangan Mata Kuliah Perencanaan Program Gizi ( PL PPG)
yang berjudul “Pengumpulan Data Bidang Gizi Dan Rencana Program Intervensi
Gizi Masyarakat Di Puskesmas II Denpasar Barat” ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan laporan ini untuk
memenuhi kegiatan Praktek Lapangan (PL) Perencanaan Program Gizi yang
diberikan kepada kami, serta memberi pengetahuan tambahan bagi pembaca.
Dalam menyusun laporan ini, kami banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Melalui kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar yang telah memberikan ijin dan
kesempatan untuk melaksanakan kegiatan ini.
2. Pihak Puskesmas II Denpasar Barat yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan Pengumpulan Data Dasar Bidang Gizi.
3. Tim Dosen Mata Kuliah Perencanaan Program Gizi yang telah
memberikan materi dan dukungan demi kelancaran pembuatan proposal
dan kegiatan ini.
4. Bapak I Wayan Ambartana, SKM.,M.Fis. selaku pembimbing lapangan
yang senantiasa selalu membimbing dan memberi masukan sehingga
laporan ini dapat diselesaikan.
A. Latar Belakang
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Denpasar merupakan salah satu institusi
pendidikan vokasi. Salah satu program studi yang ada di Jurusan Gizi Polteknik
Kesehatan Denpasar adalah Program Studi Gizi dan Dietetika. Prodi Gizi dan
Dietetika menerapkan kurikulum 8 (delapan) semester. Pada semester (tujuh)
terdapat mata kuliah PPG (Perencanaan Program Gizi) dengan bobot 2 SKS.
Pada mata kuliah ini mahasiswa dituntut mampu merencanakan program gizi
masyarakat yang berorientasi pada program gizi puskesmas sebagai pusat
pelayanan program kesehatan pada umumnya dan program gizi pada khususnya.
Hal ini sangat terkait dengan kompetensi lulusan sebagai pelaksana atau
koordinator program gizi puskesmas atau masyarakat mulai dari merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi program. Untuk itu mahasiswa Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Denpasar diwajibkan mempelajari program kesehatan dan
gizi yang ada di Puskesmas agar dapat menyusun rencana program gizi
masyarakat. Beberapa data terkait program kesehatan atau gizi Puskesmas
merupakan hal yang penting untuk dipelajari.
Puskesmas merupakan garda terdepan dalam melakukan penyelenggaraan
upaya kesehatan dasar dan merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya (Kementerian Kesehatan RI, 2015). di Kota Denpasar telah
dibangun 11 buah Puskesmas induk yang telah memiliki kemampuan gawat
darurat serta kemampuan laboratorium dan 25 buah puskesmas pembantu serta 11
unit puskesmas keliling. Di Kota Denpasar terdapat empat puskesmas yang sudah
terakreditasi salah satunya Puskesmas II Denpasar Barat. Puskesmas II Denpasar
Barat merupakan puskesmas perawatan dan telah mendapatkan status akreditasi
tertinggi yaitu akreditasi paripurna pada tahun 2016. Puskemas II Denpasar Barat
mewilayahi 5 Desa dan 1 Kelurahan yaitu Desa Dangin Puri Kelod, Desa Dauh
Puri Kauh, Desa Padang Sambian Kelod, Desa Pemecutan Kelod dan Kelrahan
Dauh Puri.
Puskesmas II Denpasar Barat memiliki enam program pokok pelayanan
kesehatan meliputi Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, KIA dan KB,
Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
(P2M) dan Upaya Pengobatan.
Berdasarkan laporan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali bahwa cakupan ASI
Eksklusif untuk Provinsi Bali tahun 2012 yakni 65,88%, cakupan tertinggi di
kabupaten Gianyar yaitu 74,98%, dan cakupan terendah yakni Karangasem
58,59%. Wilayah Denpasar angka cakupannya yakni 68,55%, sedangkan target
pencapaian ASI Eksklusif secara nasional yakni 80%. Jadi cakupan ASI Eksklusif
di wilayah Denpasar masih dibawah target (Laporan Data Kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2012). Data Dinas Kesehatan Kota Denpasar Agustus
2013, cakupan tertinggi ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Denpasar
Timur dengan prevalensi 73,66% dan cakupan terendah berada di wilayah kerja
Puskesmas Denpasar Barat dengan prevalensi 65,19%. Puskesmas Denpasar Barat
memiliki dua wilayah yakni Puskesmas I Denpasar Barat dan Puskesmas II
Denpasar Barat dengan masing-masing cakupan 66,27% dan 63,46%. Jadi
cakupan ASI Eksklusif terendah di Denpasar adalah di Puskesmas II Denpasar
Barat (Laporan Data Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2013).
Masalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan tertinggi di dunia,
terutama di negara-negara berkembang. Data statistik daripada United Nation
Foods and Agriculture Organization (FAO), menyatakan bahwa kekurangan gizi
di dunia mencapai 1,02 milyar orang yaitu kira-kira 15% populasi dunia dan
sebagian besar berasal dari negara berkembang. Anak-anak adalah golongan yang
sering mengalami masalah kekurangan gizi. Kira-kira setengah daripada 10,9 juta
anak yaitu kira-kira 5 juta anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi
(FAO, 2009).
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan, seperti pelayanan kesehatan
dan ketersediaan sarana dan prasarana, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya di
wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas juga
memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
tingkat pertama dan Upaya Kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama serta
sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2015).
Status gizi masyarakat dapat diindikasikan oleh status gizi balita dan ibu
hamil. Masalah gizi pada dua kelompok tersebut dapat berpengaruh pada
rendahnya kualitas SDM. Pengaruh dari kedua masalah gizi ini sangat luas dalam
berbagai sendi kehidupan masyarakat, baik dalam konteks masalah sosial budaya,
maupun ekonomi dan status bangsa. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 diketahui balita di Indonesia mengalami masalah gizi
ganda dimana balita yang mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan yang menderita
gizi kurang sebesar 13,8%. Balita yang tergolong kurus sebesar 6,7% sedangkan
yang gemuk sebesar 8,0% (Kemenkes RI, 2018).
Prevalensi balita yang tergolong pendek berdasarkan TB/U sebesar 19,3% dan
tergolong sangat pendek sebesar 11,5%. Proporsi konsumsi makanan beragam
pada anak <24 bulan secara keseluruhan baru mencapai 46,6%. Wanita usia subur
(WUS) yang mengalami KEK dalam keadaan tidak sedang hamil sebesar 14,5%,
sedangkan wanita usia subur yang mengalami KEK dalam keadaan hamil sebesar
17,3%. Di Kota Denpasar tahun 2019 dari 6.534 balita yang ditimbang saat
pemantauan status gizi 2,3% tergolong gizi kurang sudah dapat ditekan
dibandingkan 2018 (3,49%). Balita yang diukur tinggi badannya sebanyak 5,3%
tergolong pendek menurun dibandingkan tahun 2018 (9,59%) dan dari 6.534
balita yang diukur 0,9% termasuk balita kurus menurun dibandingkan tahun 2018
(3,78%) (Dinkes Kota Denpasar, 2019).
Sebagai calon tenaga kesehatan maka perlu dilakukan tindakan yang nyata
dalam menangani masalah gizi yang terjadi di Indonesia, seperti menganalisis
kelompok-kelompok rawan gizi dan bagaimana mengatasi masalah tersebut secara
kompleks dan berkesinambungan. Perlu kegiatan-kegiatan yang positif seperti
melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah, ikut dalam kegiatan bakti sosial, dan
melaksanakan program gizi yang terpadu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan
adalah program Intervensi gizi masarakat apakah yang dapat direncanakan di
Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyusun rencana Program Intervensi Gizi Masyarayak berdasarkan masalah
gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah gizi yang terjadi pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengumpulkan data masalah gizi pada balita dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
b. Mengumpulkan data masalah gizi pada ibu hamil dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
c. Mengumpulkan data terkait masalah gizi pada ibu menyusui dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat
d. Mengumpulkan data terkait masalah gizi pada wanita usia subur dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
e. Menganalis hubungan faktor-faktor dengan masalah gizi pada balita di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
f. Menganalis hubungan faktor-faktor dengan masalah gizi pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
g. Menganalis hubungan faktor-faktor dengan masalah gizi pada ibu menyusui di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
h. Menganalis hubungan faktor-faktor dengan masalah gizi pada wanita usia
subur di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
i. Menyusun program gizi untuk mengatasi masalah gizi di wilayah kerja
Puskesmas II Denpasar Barat.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
penerapannya bagi pihak terkait, khususnya di bidang gizi pada wilayah
Puskesmas II Denpasar Barat.
2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi data terkait masalah gizi dan faktor penyebabnya
sehingga mahasiswa mampu merencanakan program intervensi gizi pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Ibu Hamil
1. Pengertian Ibu Hamil
Ibu hamil merupakan seseorang yang sedang dalam proses pembuahan untuk
melanjutkan keturunan. Dalam tubuh seorang wanita hamil terdapat janin yang
tumbuh yang tumbuh di dalam rahim. Kehamilan terjadi setelah bertemunya
sperma dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus. Seorang ibu harus
menjaga kesehatan sebaik-baiknya agar tidak menimbulkan permasalahan pada
kesehatan ibu, bayi dan proses persalinan. (Mamuroh, 2019).
Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).
Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-
14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan
trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017).
2. Status Anemia
a. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana jumlah dan ukuran sel darah
merah atau kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari normal, yang akan
mengakibatkan terganggunya distribusi oksigen oleh darah ke seluruh tubuh
(Kemenkes, 2018).
Anemia defisiensi besi adalah masalah defisiensi nutrisi yang terbanyak dan
merupakan penyebab anemia terbesar di dalam kehamilan.Sebesar 20% populasi
dunia diketahui menderita anemia defisiensi besi dan 50% dari individu yang
menderita defisiensi besi berlanjut menjadi anemia defisiensi besi (Salmariantity,
2012).
b. Klasifikasi Anemia
1) Anemia defisiensi besi (Fe)
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak
hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi seperti
terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu ferosulfat, feroglukonat
atau Natrium ferobisitrat, pemberian preparat besi 60mg/hari dapat menaikkan
kadar Hb sebanyak 1 gr% tiap bulan (Andita, 2018).
2) Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena
kekurangan asam folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12 (Andita,
2018).
3) Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum
tulang, membentuk sel darah merah baru.
4) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik yaitu anemia disebabkan karena penghancuran seldarah
merah yang lebih cepat dari pembuatannnya.
Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan
yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia.
Batasan anemia bagi ibu hamil menurut Riskesdas (2013) :
a) Tidak anemia : ≥ 11 gr%
b) Anemia : < 11 gr%
c. Tanda dan gejala
Penderita anemia biasanya memiliki tanda dan gejala seperti mudah lemah,
letih, lesu, nafas pendek, muka pucat, susah berkosentrasi serta fatique atau rasa
lelah yang berlebihan. Gejala ini disebabkan karena otak dan jantung mengalami
kekurangan distribusi oksigen dari dalam darah. Denyut jantung penderita anemia
biasanya lebih cepat karena burusaha mengkompensasi kekurangan oksigen
dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan kebugaran
tubuh menurun. Jika kondisi ini berlangsung lama,kerja jantung menjadi berat dan
bisa menyebabkan gagal jantung kongestif.Anemia zat besi juga bisa
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh tubuh mudah
terinfeksi (IPMG,2009;Fatmah,2010; Salmariantity, 2012).
Ibu hamil yang mengalami malnutrisi akan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia),
konsentrasi hilang, nafas pendek yaitu anemia sudah parah dan keluhan mual,
muntah lebih hebat pada hamil muda (Proverawati, 2009).
d. Faktor yang mempengaruhi Anemia
1) Faktor Mendasar
a) Sosial ekonomi
Sosial ekonomi akan mempengaruhi pemenuhan zat gizi seseorang. Semakin
tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang maka semakin berkualitas makanan yang
dikonsumsi, begitupun sebaliknya seseorang yang memiliki tingkat sosial
ekonomi rendah akan lebih enggan untuk memenuhi gizi seimbangnya.
b) Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2005) Pengetahuan (knowledge) adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
c) Pendidikan
Pendidikan akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil, melalui pendidikan
ibu hamil dapat membuka jalan pikirnya menjadi lebih logis dan berperilaku
positif. Ibu hamil dengan pendidikan tinggi akan memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi dan dapat berperilaku positif untuk mencegah penurunan kadar Hb ibu
hamil.
Tingkat pendidikan rendah menyebabkan kurangnya kemampuan untuk
menerima informasi kesehatan serta rendahnya kesadaran akan kesehatan.
Keadaaan ini menyebabkan ibu hamil tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi
selama hamil sehingga menyebabkan terjadinya anemia kehamilan.(Sari, 2019).
d) Budaya
Budaya di masing-masing daerah yang sudah diwariskan secara turun-temurun
dan menjadi kebiasaan sangat mempengaruhi perilaku kesehatan termasuk pola
makan. setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam hal pola makan,
pendistribusian makanan, pantangan baik untuk kelompok tertentu seperti upacara
adat, anak maupun ibu hamil. Kebiasaan yang bertentangan inilah yang dapat
menghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat (Vanessa dkk., 2009).
2) Faktor Langsung
Faktor langsung dipengaruhi oleh pola konsumsi dan infeksi.
a) Pola konsumsi
Pola konsumsi merupakan susunan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola
konsumsi dapat diartikan sebagai cara seseorang atau kelompok dalam memilih
makanan yang baik dan mengonsumsinya sebagai tanggapan terhadap pengaruh
fisiologi, psikologi, budaya dan sosial (Waryana, 2010).
b) Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan seseorang mengalami gizi kurang melalui
berbagai mekanisme yang paling penting ialah efek langsung dari infeksi sistemik
pada metabolisme jaringan. Walaupun hanya terjadi infeksi ringan sudah akan
menimbulkan kehilangan nitrogen. Infeksi yang akut mengakibatkan kurangnya
nafsu makan dan toleransi terhadap makanan.
Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat
kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan. Penyakit
yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan
dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat mempengaruhi
kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit
(Andita, 2018).
Perdarahan patologis akibat penyakit atau infeksi parasit seperti cacingan dan
saluran pencernaan berhubungan positif terhadap anemia. Darah yang hilang
akibat infeksi cacing tambang bervariasi antara 2-100 cc/hari, bergantung pada
beratnya infestasi. Jika jumlah zat besi dihitung berdasarkan banyaknya telur
cacing adalah 0,8 mg (untuk necator americanus) sampai 1,2 mg (untuk
Ancylostoma duodenale) dalam sehari (Fatmah,2010 dalam Salmariantity, 2012)
3) Faktor Tidak Langsung
a) Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama masa kehamilannya. Pelayanan Antenatal Care (ANC) dapat dipantau
dengan kunjungan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya. Pelayanan ini
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang di tetapkan dalam
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium
rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai resiko yang
ditemukan dalam pemeriksaan).
b) Paritas
Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia zat besi
pada ibu hamil. wanita yang sering mengalami kehamilan dan melahirkan makin
anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal ini disebabkan selama kehamilan
wanita menggunakan cadangan zat besi yang ada di dalam tubuhnya.
c) Umur
Umur ibu yang ideal dalam kehamilan yaitu pada kelompok umur 20-35 tahun
dan pada umur tersebut kurang beresiko komplikasi kehamilan serta memiliki
reproduksi yang sehat. Hal ini terkait dengan kondisi biologis dan psikologis dari
ibu hamil. Sebaliknya pada kelompok umur < 20 tahun beresiko anemia sebab
pada kelompok umur tersebut perkembangan bilogis yaitu reproduksi belum
optimal. Selain itu, kehamilan pada kelompok usia diatas 35 tahun merupakan
kehamilan yang beresiko tinggi. Wanita hamil dengan umur diatas 35 tahun juga
akan rentan anemia. Hal ini menyebabkan daya tahun tubuh mulai menurun dan
mudah terkena berbagai infeksi selama masa kehamilan (Manuaba, 2010 dalam
Andita, 2018).
d) Dukungan suami/keluarga
Dukungan suami sangat diperlukan selama istri dalam masa hamil. Dukungan
suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab suami dalam
kehamilan istri. Semakin tinggi dukungan yang diberikan oleh suami pada ibu
untuk mengkonsumsi tablet besi semakin tinggi pula keinginan ibu hamil untuk
mengkonsumsi tablet besi.
e) Kepatuhan minum tablet Fe
Ibu hamil diajurkan untuk mengkonsumsi paling sedikit 90 tablet besi selama
masa kehamilan. Zat besi yang berasal dari makanan belum bisa mencukupi
kebutuhan selama hamil, karena zat besi tidak hanya dibutuhkan oleh ibu saja
tetapi juga untuk janin yang ada di dalam kandungannya. Apabila ibu hamil
selama masa kehamilan patuh mengkonsumsi tablet Fe maka resiko terkena
anemia semakin kecil (WHO, 2002). Kepatuhan ibu sangat berperan dalam
meningkatkan kadar Hb. Kepatuhan tersebut meliputi ketepatan jumlah tablet
yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi dan keteraturan frekuensi
mengonsumsi tablet Fe (Hidayah dan Anasari, 2012 dalam Sari, 2019)
e. Dampak Anemia
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko, melainkan tingginya angka
kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya
kemampuan jasmani karena sel - sel tubuh tidak cukup mendapatkan pasokan
oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, mudah
terjadi infeksi, mengalami hiperemesis gravidarium, berat badan bayi lahir rendah,
dan angka kematian perinatal meningkat. Pendarahan antepartum dan postpartum
lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal,
sebab wanita yang anemia tidak dapat terhindar dari kehilangan darah (Rukiyah,
2010 dalam Sari, 2019).
f. Penanggulangan Anemia
Anemia dalam kehamilan dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan
bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Ada beberapa pendekatan dasar untuk mencegah anemia antara lain:
1) Pemberian TTD mengandung 60 mg elemental iron dan 0,25 mg asam folat
dengan dosis 1 tablet/hari sedikitnya 90 hari selama kehamilan.
2) Fortifikasi bahan makanan dan pendidikan gizi (KIE).
3) Pengawasan penyakit infeksi
4) Modifikasi makanan pokok dengan zat besi
Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara
pemberian tablet Fe serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil
biasanya tidak hanya mendapatkan preparat besi tetapi juga asam folat
(Sulistyoningsih 2011 dalam Sari, 2019)
3. KEK (Kekurangan Energi Kronik)
a. Pengertian
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita
kejadian kekurangan kalori dan protein (malnutrisi) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil
(bumil). Di Indonesia batas LILA dengan risiko KEK adalah 23,5 cm hal ini
berarti ibu hamil dengan risiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR.
Bila bayi lahir dengan risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai
risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan
perkembangan anak. Untuk mencegah risiko KEK pada ibu hamil sebelum
kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi baik, misalnya dengan
LILA tidak kurang dari 23,5 cm (Aulia, 2020).
b. Tanda dan gejala
Kekurangan Energi Kronis (KEK) memberikan tanda dan gejala yang dapat
dilihat dan diukur. Tanda dan gejala KEK yaitu Lingkar Lengan Atas (LILA)
kurang dari 23,5 cm (Supariasa, 2013).
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi KEK
1) Umur ibu
Umur ibu yang berisiko melahirkan bayi kecil adalah kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun. Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dikatakan
memiliki risiko KEK yang lebih tinggi. Usia ibu hamil yang terlalu muda, tidak
hanya meningkatkan risiko KEK namun juga berpengaruh pada banyak masalah
kesehatan ibu lainnya (Stephanie dan Kartika, 2016).
2) Pendidikan
Rendahnya pendidikan seorang ibu dapat mempengaruhi terjadinya risiko
KEK, hal ini disebabkan karena faktor pendidikan dapat menentukan mudah
tidaknya seseorang untuk menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang
diperoleh. Latar belakang pendidikan ibu adalah suatu faktor penting yang akan
berpengaruh terhadap status kesehatan dan gizi (Stephanie dan Kartika, 2016).
3) Status ekonomi
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah
tingkat keadaan ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Keluarga yang
memiliki pendapatan kurang, berpengaruh terhadap daya beli keluarga tersebut.
4) Status anemia
Status anemia dipengaruhi oleh adanya asupan makanan yang mengandung zat
besi (Fe) yang rendah sehingga mengakibatkan kadar Hb ibu hamil rendah dan
dapat menyebabkan ibu hamil tersebut kekurangan energi kronis. Wanita hamil
beresiko anemia jika kadar Hb berada di bawah nilai normal yakni <11 gr%.
d. Dampak Kurangan Energi Kronik
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada saat kehamilan dapat berakibat pada
ibu maupun pada janin yang dikandungnya.
1) Terhadap ibu dapat menyebabkan risiko dan komplikasi antara lain : anemia,
perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit
infeksi.
2) Terhadap persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan.
3) Terhadap janin dapat mengakibatkan keguguran/abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) (Waryana, 2016)
e. Penanggulangan
Kekurangan Energi Kronik (KEK) dapat dicegah dan ditangani melalui
berbagai langkah, antara lain :
1) Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang berpedoman
umum gizi seimbang.
2) Pola hidup sehat.
3) Memberikan penyuluhan mengenai gizi seimbang yang diperlukan oleh ibu
hamil (Supariasa, 2013).
4. Konsumsi Makanan
a. Pengertian Konsumsi makanan
Konsumsi makanan adalah jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok pada waktu tertentu (Khomsan, 2010). Penilaian
konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunkaan dalam menentukan
status gizi perorangan atau kelompok (Supariasa, 2016).
Asupan makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber zat
pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk
pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas
kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola
makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Fauziah & Muna, 2020).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi Makanan
Menurut (Harper dkk, 1986 dalam Setiawati, 2018) Faktor- faktor yang
mempengaruhi konsumsi makanan sehari-hari adalah sebagai berikut :
1) Pola Makan
Cara seseorang atau kelompok memilih makanan dan memakanya sebagai
tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan social disebut pola
makanan. Pola makan dinamakan pula kebiasaan makan, kebiasaan pangan dan
pola pangan.
2) Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan seseorang berpengaruh terhadap apa yang dimakan atau
dikonsumsinya sehari-hari. Semakin tinggi tingkat pendapatan semakin baik pula
pola tingkat pemenuhan konsumsi pangan yang dibutuhkan.
3) Pengetahuan Gizi
Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan
pada tiga kenyataan :
a) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
b) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakanya mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal,
pemeliharaan, dan energy.
c) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
4) Besar anggota keluarga (jumlah anggota keluarga)
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada
masing-masing keluarga, terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah
memenuhi kebutuhan makananya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit.
Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk
keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk
mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut. Ibu merupakan
sebagai penyedia makanan keluarga dan mengatur menu makanan yang disajikan
untuk para anggota keluarga.
c. Metode Recall 24 jam
Salah satu metode pengukuran konsumsi adalah metode Recall 24 jam.
Metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Apabila pengukuran
hanya dilakukan 1 kali (1 x 24 jam), maka data yang diperoleh kurang
representatif untuk menggambarkan kebiasaan makanan individu. Oleh karena itu,
recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut –
turut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa
berturut – turut, dapat mengasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan
memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur &
Radriquez, 1997 dalam Rianasari, 2018).
d. Energi
Konsumsi energi adalah zat gizi yang dikonsumsi yang diperoleh dari sumber
karbohidrat, protein, dan lemak serta dinyatakan dalam satuan kalori. Energi
merupakan sumber utama yang diperlukan tubuh, energi berperan penting untuk
mempertahankan berbagai fungsi tubuh seperti sirkulasi dan sintesis protein.
Kebutuhan gizi untuk ibu hamil akan mengalami peningkatan dibandingkan
ketika tidak hamil. Kebutuhan gizi perempuan sebelum hamil yakni sekitar 2250
kkal/hari untuk usia 19 – 29 tahun dan 2150 kkal untuk usia 30 – 49 tahu, maka
kebutuhan gizi ibu hamil akan bertambah 180 kkal/hari pada trimester I dan 300
kkal/hari pada trimester II dan III.
Menurut (Kemenkes, 2018), batasan tingkat konsumsi energi adalah sebagai
berikut:
1) Di atas AKG (lebih) = ≥110% kebutuhan
2) Normal = 90 – 110% kebutuhan
3) Defisit tingkat ringan = 80 – 89,9% kebutuhan
4) Defisit tingkat sedang = 70 – 79,9% kebutuhan
5) Defisit tingkat berat = < 70% kebutuhan
e. Zat besi
Zat besi merupakan mineral mikro yang terdapat pada tubuh manusia yaitu
sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia biasa (Almatsier, 2009). Zat besi
merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk hemoglobin (Hb). Dalam
tubuh, zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan,
penyimpanan dan pemanfaatan oksigen dan berada dalam bentuk hemoglobin,
myoglobin, atau cytochrome untuk memenuhi kebutuhan guna pembentukan
hemoglobin. Sebagian besar zat besi yang berasal dari pemecahan sel darah merah
akan dimanfaatkan kembali, kekurangannya harus diperoleh melalui makanan
(Adriani and Wirjatmadi, 2012).
Menurut (Gibson,2005) batasan tingkat konsumsi zat besi adalah sebagai
berikut :
1) Normal = ≥77% AKG
2) Defisit = <77% AKG
Kandungan besi dalam tubuh wanita sekitar 35 mg/kg BB dan pada laki- laki
50 mg/kg BB, dimana 70% terdapat di dalam hemoglobin dan 25% merupakan
besi cadangan yang terdiri dari ferritin dan hemosiderin yang terdapat dalam hati,
limpa, dan sumsum tulang belakang. Zat besi (Fe) merupakan unsur runutan
terpenting bagi manusia, besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah
merah yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin. Hemoglobin akan
mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel yang membutuhkan untuk
metabolism glukosa, lemak dan protein menjadi energy (Almatsier, 2009).
Tabel 1.
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat badan sangat kurang <-3 SD
Berat Badan menurut (severely underweight)
Umur (BB/U) anak usia 0 Berat badan kurang (underweight -3 SD sd <- 2 SD
- 60 bulan Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
Risiko Berat badan lebih <-3 SD
Sangat pendek (severely stunted <-3 SD
Panjang Badan atau Tinggi
Pendek (stunted -3 SD sd <- 2 SD
Badan menurut Umur
Normal -2 SD sd +3 SD
(PB/U atau TB/U) anak
Tinggi > +3 SD
usia 0 - 60 bulan
Pola Asuh
Ketersediaaan Pemberian ASI/MP - Pelayanan
dan Pola ASI Kesehatan dan
Konsumsi Pola asuh Psikososial Kesehatan
Rumah Tangga Penyediaan MP-ASI Lingkungan
Kebersihan dan
Sanitasi
tersebut yang berbeda dengan bayi lain. Hal ini memudahkan jika sampai
saatnya memberikan MP-ASI, maka jadwal MP-ASI tersebut menggantikan
beberapa jadwal ASI sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih. Mengingat
kapasitas lambung bayi masih relatif kecil maka frekuensi pemberian MP-
ASI ditingkatkan secara bertahap. Peningkatan ini sekaligus untuk memenuhi
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya yang semakin meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia anak.
d. Usia Pemberian MP-ASI
MP-ASI diberikan pada anak yang berusia 6-24 bulan secara bertahap untuk
mengembangkan kemampuan anak dalam menguyah, menelan dan menerima
berbagai jenis makanan dengan variasi tekstur dan rasa. Pemberian MP-ASI ini
harus divariasikan, mulai dari bentuk bubuk cair ke bentuk bubur kental, sari
buah, bauh segar, makanan lumat, makanan lembik dan makanan padat.
Pemberian MP-ASI berdasarkan umur anak yaitu (Nasar, 2015) :
Tabel 2.
Pedoman pemberian makan pada bayi/anak usia 6-23 bulan
Umur Tekstur Frekuensi Jumlah Rata-Rata
Sekali Makan
6-8 bulan Mula dengan bubur 2-3 kali sehari, ASI Mulai dengan
halus, lembut, cukup tetap sering 2-3sdm/kali
kental, dilanjutkan diberikan. ditingkarkan bertahap
bertahap menjadi Tergantung nafsu sampai ½ mangkok atau
kasar. makannya, dapat 125ml.
diberikan 1-2 kali Lama makan maksimal
selingan. 30 menit
9-11 bulan Makanan yang 3-4 kali sehari, ASI 1/2 -3/4 mangkok (125-
dicincang halus atau tetap diberikan. 175ml).
disaring kasar, Tergantung nafsu Lama makan maksimal
ditingkatkan semakin makannya, dapat 30 menit.
kasar sampai makanan diberikan 1-2 kali
bisa dipegang/diambil selingan.
dengan tangan.
12-23 bulan Makanan keluarga, 3-4 kali sehari, ASI ¾ sampau 1 mangkok
bila perlu masih di tetap diberikan. (175-250ml)
cincang atau disaring Tergantung nafsu Lama makan maksimal
kasar makannya, dapat 30 menit.
diberikan 1-2 kali
selingan.
Sumber: buku acara symposium & workshop ilmu nurisi anak, ciprime 2015
e. Frekuensi dan Porsi Pemberian MP-ASI
1) Frekuensi Pemberian MP-ASI
Frekuensi pemberian makanan bayi sebaiknya disesuikan dengan jadwal
makan keluarga yaitu, 3 kali makanan pokok (sarapan pagi, makan siang dan
makan malam) dan 2 kali makan untuk selingan (jam 10.00 dan 16.00). Menurut
(Kementrian Kesehatan RI, 2011) Usia 6-8 bulan selain ASI, bayi diberikan
makanan lumat 2-3 sendok makan secara bertahap bertambah hingga mencapai ½
gelas atau 125 cc setiap kali makan dengan frekuensi 2-3 kali sehari ditambah 1-2
kali selingan
Menurut (Irianto, 2004) pemberian makanan pendamping ASI diberikan tiga
kali sehari Apabila dalam pemberian makanan pendamping ASI terlalu berlebihan
atau diberikan lebih dari tiga kali sehari, maka sisa bahan makanan yang tidak
digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan sel, dan energi akan diubah menjadi
lemak. Sehingga apabila anak kelebihan lemak dalam tubuhnya maka akan
mengakibatkan alergi atau infeksi dalam organ tubuh dan bisa mengakibatkan
kelebihan berat badan (obesitas).
2) Porsi Pemberian MP-ASI
Menurut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007) porsi pemberian
makanan pendamping ASI untuk setiap kali pemberian makanan pendamping ASI
yang tepat pada bayi adalah sebagai berikut:
a) Pada usia 6 bulan berikan enam sendok makan
b) Pada usia 7 bulan berikan tujuh sendok makan
c) Pada usia 8 bulan berikan delapan sendok makan
d) Pada usia 9 bulan berikan sembilan sendok makan
e) Pada usia 10 bulan berikan sepuluh sendok makan
Sedangkan menurut (IDAI, 2018) porsi pemberian MP-ASI untuk sekali
pemberian makanan pendamping ASI yaitu :
a) Usia 6 bulan awal 2-3 sendok makanan pendamping ASI
b) Usia 6-9 bulan ditingkatkan perlahan menjadi setengah mangkuk berukuran
250 ml
c) Usia 9-12 bulan diberikan makanan pendamping ASI sebanyak setengah
mangkuk berukuran 250 ml
d) Usia 12 – 24 bulan ditingkatkan secara perlahan menjadi ¾ mangkuk
berukuran 250 ml dalam sekali makan
f. Konsistensi MP-ASI
Pemilihan jenis makanan, biasanya diawali proses pengenalan terlebih dahulu
mengenai jenis makanan yang tidak menyebabkan alergi dan umumnya yang
mengandung kadar protein paling rendah seperti serealia (beras merah atau beras
putih). Khusus pada sayuran mulailah dengan yang rasanya hambar seperti
kentang, kacang hijau, labu dan zucchini. Kemudian perkenalkan makanan buah
seperti alpukat, pisang, apel dan pir.
Menurut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007) jenis makanan
pendamping ASI yang baik terbuat dari bahan makanan yang segar seperti tempe,
kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah-buahan.
adapun Jenis-jenis makanan pendamping ASI yang tepat dan diberikan sesuai
dengan usia anak adalah sebagai berikut:
1) Makanan Lumat, Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan,
dihaluskan atau disaring dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa ampas.
Biasanya makanan lumat ini diberikan saat anak berusia enam sampai sembilan
bulan. Contoh dari makanan lumat berupa bubur susu, bubur sum-sum, pisang
saring atau dikerok, pepaya saring dan nasi tim saring.
2) Makanan Lunak, Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan
menggunakan banyak air atau teksturnya agak kasar dari makanan lumat.
Makanan lunak ini diberikan ketika anak berusia 9 sampai 12 bulan. Contoh
dari Makanan ini berupa bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri.
3) Makanan Padat, Makanan padat merupakan makanan lunak yang tidak berair
dan biasanya disebut makanan keluarga. Makanan ini mulai dikenalkan pada
anak saat anak berusia 12-24 bulan. Contoh dari makanan padat antara lain
lontong, nasi, lauk-pauk, sayur bersantan, dan buah-buahan.
g. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI
1) Pengetahuan ibu
Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat
pengetahuan. Jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik, maka diharapkan status gizi
ibu dan balitanya juga baik. Pengetahuan ibu berhubungan dengan tingkat
pengenalan informasi tentang pemberian makanan tambahan pada bayi usia
kurang dari 6 bulan. Pengetahuan ibu tentang kapan pemberian makanan
tambahan, fungsi makanan tambahan, makanan tambahan dapat meningkatkan
daya tahan tubuh dan risiko pemberian makanan pada bayi kurang dari 6 bulan
sangatlah penting. Tetapi banyak ibu-ibu yang tidak mengetahui hal tersebut
diatas sehingga memberikan makanan tambahan pada bayi usia di bawah 6 bulan
tanpa mengetahui risiko yang akan timbul.
Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi.
Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih kuat
mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan. Sehingga
sulit menerima informasi baru tentang gizi (Asdan, 2008).
2) Pekerjaan ibu
Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh
atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang
sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan
berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan (Siregar, 2010).
Faktor pekerjaan ibu adalah faktor yang berhubungan dengan aktivitas ibu
setiap harinya untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan
hidupnya yang menjadi alasan pemberian makanan tambahan pada bayi usia
kurang dari 6 bulan. Pekerjaan ibu bisa saja dilakukan dirumah, ditempat kerja
baik yang dekay meupun jauh dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering
memberikan makanan tambahan dini dengan alasan melatih atau mecoba agar
pada waktu ibu mulai bekerja bayi sudah terbiasa (Graines, 2008).
Praktek pemberian makan pada bayi dari ibu bekerja di rumah sama dengan
pada ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja dengan meninggalkan rumah 2 kali
lebih besar kemungkinannya memperkenalkan susu botol pada bayinya dalam
waktu dini dibanding yang bekerja tanpa meninggalkan rumah dan 4 kali
dibanding ibu tidak bekerja. Pertukaran jam kerja yang kaku, tidak tersedianya
tempat penitipan anak, jark lokasi bekerja yang jauh dan kebijakan cuti
melahirkan yang kurang mendukung menyebabkan ibu harus meninggalkan
bayinya selama beberapa jam sehingga sulit untuk menyusi On Demand (Graines,
2008).
3) Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmodjo, 2003).
Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memberikan susu
botol lebih dini dan ibu yang mempunyai pendidikan formal lebih banyak
memberikan susu botol pada usia 2 minggu dibanding ibu tanpa pendidikan
formal (Notoatmodjo, 2011).
4) Keaktifan Petugas kesehatan
Petugas kesehatan adalah orang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan di
bidang kesehatan atau orang mampu melakukan pekerjaan di bidang kesehatan.
Faktor petugas kesehatan adalah kualitas petugas kesehatan yang akhirnya
menyebabkan ibu memilih untuk memberikan makanan tambahan pada bayi atau
tidak. Petugas kesehatan sangat berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak
memberi makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
Biasanya, jika dilakukan penyuluhan dan pendekatan yang baik kepada ibu
yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan, maka pada umumnya ibu mau patuh
dan menuruti nasehat petugas kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan
diharapkan menjadi sumber informasi tentang kapan waktu yang tepat
memberikan makanan tambahan dan risiko pemberian makanan tambahan dini
pada bayi.
h. Risiko Pemberian MP-ASI teralu dini
Standar WHO untuk pemberian makanan tambahan adlaah ketika usia bayi 6
bulan. Tapi dibeberapa negara maju, seperti Kanada, Swedia, dll pemberin MP-
ASI boleh dimulai sejak usia 4 bulan. Alasan WHO menetapkan 6 bulan adalah
selain karena mempertimbangkan kematangan organ pencernaan, mengurangi
resiko alergi, membentuk antibodi yang cukup dan ASI, salah satunya adalah
karena mengacu pada kondisi sanitasi dan higienitas yang kurang baik di negara
berkembang (Ewa, 2014). Memulai MP-ASI terlalu dini tidak disarankan karena:
1) ASI dapat tergantikan oleh cairan atau makanan lain yang kualitas nutrisinya
kurang dibandingkan ASI.
2) Kurangnya permintaan hisapan bayi karena kenyang akibat MP-ASI
menyebabkan penurunan suplai ASI ibu.
3) Peningkatan risiko infeksi karena terpapar makanan bayi yang tidak steril.
4) Bayi belum dapat mencerna makanan tertentu dengan baik.
5) Pemaparan dini terhadap makanan tertentu dapat memicu alergi.
Adapun referensi lain mengatakan waktu yang baik dalam memulai
pemberian MP–ASI pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan
pendamping pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai
berikut:
a) Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan
pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan memerlukan waktu 6
bulan. Sebelum sampai usia ini, ginjal belum cukup berkembang untuk dapat
menguraikan sisa yang dihasilkan oleh makanan padat.
b) Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi syaraf otot
(neuromuscular) bayi belum berkembang untuk mengendalikan gerak kepala
dan leher ketika duduk di kursi. Jadi, bayi masih sulit menelan makanan
dengan menggerakkan makanan dari bagian depan ke bagian belakang
mulutnya, karena gerakan ini melibatkan susunan refleks yang berbeda
dengan minum susu.
c) Meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam tinggi, penyakit
seliak atau alergi gluten (protein dalam gandum).
d) Batuk, penelitian bangsa Scotlandia adanya hubungan antara pengenalan
makanan pada umur 4 bulan dengan batuk yang berkesinambungan.
e) Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan yang berlebih
di awal masa perkenalan dengan obesitas dan peningkatan resiko timbulnya
kanker, diabetes dan penyakit jantung di usia lanjut (Lewis, 2003).
D. Ibu Menyusui
1. Pengertian ibu menyusui
Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil
atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes RI, 2008). Ibu
menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari buah dada
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh
kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI diproduksi dalam kelenjar-
kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk ke dalam saluran penampungan ASI
dekat puting melalui saluran-saluran air susu (ductus), dan akan disimpan
sementara dalam penampungan sampai tiba saatnya bayi mengisapnya melalui
putting payudara.
2. Prinsip nutrisi ibu menyusui
Nutrisi adalah zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energy membangun dan memelihara jaringan serta
mengatur dari: karbohidrat, protein, vitamin, lemak, mineral dan air. Gizi ibu
menyusui sangat erat kaitanya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan
bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang
memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang
terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ibu menyusui
Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui adalah :
a. Pengaruh makanan erat kaitanya dengan volume ASI yang diproduksi per
hari.
b. Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20
gram protein sehari.
c. Suplementasi, jika makanan sehari seimbang. Suplementasi tidak diperlukan
kecuali jika kekurangan satu atau lebih zat gizi.
d. Aktifitas
4. Kebutuhan zat gizi ibu menyusui
a. Kebutuhan kalori
Selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan
akan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan
kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kalori/100 ml, dan
kira-kira 85 kalori diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-
rata ibu menggunakan kira-kira 640 kalori/hari untuk 6 bulan pertama dan 510
kalori/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-
rata ibu harus mengkonsumsi 2300-2700 kalori ketika menyusui.
b. Protein
Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal kerika
menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kalori yang dianjurkan.
c. Cairan
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah cairan. Dianjurkan ibu
menyusui minum 2-3 liter air per hari, dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah.
d. Vitamin dan Lemak
Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi daripada
selama hamil.
5. Dampak kekurangan gizi ibu menyusui
a. Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada
ibu dan bayinya.
b. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi mudah
sakit, mudah terkena infeksi.
c. Kekurangan zat-zat essensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun
tulang.
6. Pengaruh gizi bagi ibu menyusui
Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air susu
dan jumlah nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh
tambahan zat makanan 800 Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan
aktivitas ibu itu sendiri
7. Kecukupan zat gizi ibu menyusui
Meskipun dalam paparan sebelumnya disampaikan bahwa kekurangan gizi
yang tidak berkepanjangna dan nonkronis pada ibu menyusui tidak berpengaruh
banyak terhadap kuantitas dan kualitas ASI namun untuk dapat memberikan dan
menghasilkan ASI dalam kualitas yang maksimal tetap harus diperhatikan gizi ibu
selam menyusui. Secara umum, hal yang harus diperhatikan dalam memenuhi
kebutuhan gizi ibu menyusui adalah: susunan menu seimbang dianjurkan minum
8-12 gelas sehari, untuk memperlancar pencernaan hindari konsumsi alcohol,
makanan yang banyak bumbu, terlalu panas/ dingin, serta banyak mengkonsumsi
sayuran berwarna. Selama ibu tidak memiliki penyakit yang mengharuskan ibu
melakukan diet tertentu, tidak ada pantangan makanan bagi ibu menyusui. Berikut
ini kebutuhan gizi ibu yang sedang menyusui dibandingkan kebutuhan wanita
dewasa yang tidak menyusui.
Tabel 3.
Kecukupan Gizi Ibu Menyusui
Zat Gizi Wanita Dewasa Ibu Menyusui
Tidak Menyusui 0-6 bulan 7-12 bulan
Energy (kkal) 1900 + 500 + 550
Protein (gram) 50 + 17 + 17
Vitamin A (RE) 500 + 350 + 350
Vitamin C (mg) 75 + 45 + 45
Besi (gram) 26 +2 +2
Yodium (m) 150 +50 + 50
Kalsium (mg) 500 + 150 + 150
Tabel 4.
Kecukupa Gizi Ibu Menyusuin (Menurut Porsi)
Jumlah Porsi
Kelompok Makanan
Tidak Hamil Hamil Menyusui
Protein
Hewani (60 gram) 1 2 2
Nabati 1 2 2
Susu dan Olahhannya 2 4 4-5
Roti dan Biji-bijian 4 4 4
Buah dan Sayuran
Buah kaya vitamin C 1 1 1
Sayur hijau tua 1 1 1
Sayur, buah lain 2 2 2
1.
Gambar 1.
Kerangka Konsep Penelitian Masalah Gizi Pada Ibu Hamil
Penjelasan :
Dari kerangka konsep diatas diketahui bahwa status anemia dan KEK pada
ibu hamil dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi makro dan mikro, selain itu status
Anemia dan KEK dipengaruhi juga oleh ANC Ibu Hamil. Ada beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi konsumsi zat gizi makro dan mikro diantaranya
pengetahuan dan kepatuhan minum tablet Fe.
2. Definisi Operasional
Tabel 5.
Definisi Operasional Masalah Gizi pada Ibu Hamil
No. Variabel Definisi Oprasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Terikat
1. Status Keadaan dimana kadar Diukur dengan Easy Touch Hb 1. Anemia : jika kadar Hb < 11 Ordinal
Anemia pada hemoglobin (Hb) dalam menggunakan alat cek gr/dL
Ibu Hamil tubuh < 11 gr/dL hb digital oleh petugas 2. Tidak anemia : jika kadar
kesehatan Hb ≥ 11 gr/dL
(Kemenkes, 2018)
2. Status KEK Keadaan dimana ibu Dengan cara Pita LILA 1. KEK : < 23,5 cm Ordinal
pada Ibu menderita kekurangan mengukur Lingkar 2. Tidak KEK : ≥ 23,5 cm
Hamil makanan yang Lengan Atas (LILA) (Supariasa, 2016)
berlangsung menahun menggunakan alat
(kronis) yang ukur Pita LILA
mengakibatkan
timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu
sehingga kebutuhan ibu
hamil akan zat gizi yang
semakin meningkat tidak
terpenuhi
Variabel Bebas
3. Konsumsi Konsumsi energy adalah Diukur dengan Formulir 1. Di atas AKG = ≥110% Ordinal
Energi dan zat gizi yang dikonsumsi menggunakan formulir Recall 2x 24 kebutuhan
Zat besi (Fe) yang diperoleh dari Recall 2x 24 Jam jam 2. Normal = 90-110%
sumber karbohidrat, dengan melakukan kebutuhan
protein, dan lemak, wawancara kepada 3. Deficit tingkat ringan = 80-
sedangkan zat besi (fe) responden, kemudian 89.9% kebutuhan
adalah zat gizi yang data diolah dengan 4. Deficit tingkat sedang = 70-
dikonsumsi yang Nutri Survey. 79.9% kebutuhan
diperoleh dari zat besi 5. Deficit tingkat berat = <70%
(fe) yang terdapat pada kebutuhan
protein nabati dan protein (Kementrian kesehatan,2018)
hewani
4. Antenatal Suatu kunjungan yang Diukur dengan Formulir 1. Sesuai standar : apabila Ordinal
Care (ANC) dilakukan oleh ibu hamil menggunakan Kuisioner menjawab Ya pada pada
ke tempat pelayanan Formulir Kuisioner setiap point yang ada
kesehatan sejak adanya dikuisioner
tanda-tanda kehamilan 2. Tidak sesuai standar :
sampai pada trimester III. apabila ada menjawab Tidak
pada point kuisioner
5. Kepatuhan Kepatuhan ibu hamil Diukur dengan Formulir 1. Patuh : Jika skor kuesioner = Ordinal
Minum dalam mengonsumsi menggunakan Kuisioner 5
Tablet Fe tablet Fe sebanyak 90 Formulir Kuisioner 2. Tidak patuh : Jika skor
tablet yang diberikan kuesioner < 5
selama masa kehamilan
dan dikonsumsi 1
tablet/hari
6. Pengetahuan Pengetahuan yang Pertanyaan pada Angket 1. Pengetahun baik jika nilai Ordinal
dimiliki renponden angket pengetahuan Pengetahuan >80
mengenai Gizi yang berjumlah 30 Ibu Hamil 2. Pengetahuan cukup baik 70-
Seimbang, Anemia, pertanyaan. yang 80
KEK, dan PMT ibu dimana diukur dengan 3. Pengetahuan kurang baik
hamil benar diberi nilai 3,3 <70
salah diberikan nilai 0
B. Masalah pada Status Gizi Balita
1. Kerangka Konsep
Ketersediaan Pangan Rumah
Tangga
Pola Konsumsi
Kemiskinan
Pendidikan
Umur
Pengetahuan Ibu
Budaya
Pekejaan
Gambar 2.
Kerangka Konsep Penelitian Masalah Pada Status Gizi Balita
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Penjelasan :
Dari Kerangka Konsep di atas , dapat dijelaskan bahwa status gizi balita
dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu konsumsi makanan dan pengetahuan ibu ,
dimana konsumsi makanan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
diantaranya yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, pola konsumsi,pola asuh ,
kemiskinan dan tingkat pendapatan. Sedangkan untuk pengetahuan ibu dapat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah pendidikan, umur,
budaya dan pekerjaan.
2. Definisi Oprasional
Tabel 6
.Definisi Operasional Masalah pada Status Gizi Balita
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Oprasional
Variabel Terikat
1. Status Gizi Status gizi pada Lembar Timbangan Kategori status gizi Ordinal
Balita balita yaitu dapat observasi atau dacin BB/U sebagai
ditentukan diukur berikut :
dengan indikator menggunakan 1. Berat badan
berat badan timbangan sangat kurang (<-
menurut usia atau dacin 3SD)
BB/U 2. Berat badan
kurang
(- 3 SD sd <- 2
SD)
3. Berat badan
normal
(-2 SD sd +1 SD)
4. Risiko Berat
badan lebih
(> +1 SD)
(Kementerian
Kesehatan RI,
2020)
Variabel Bebas
1. Konsumsi Konsumsi Menggunakan Kuesioner 1. Di atas AKG = Ordinal
Makanan makanan adalah kuesioner dan ≥110%
zat-zat form SQFFQ kebutuhan
pembangun yang 2. Normal = 90 –
dikonsumsi oleh 110%
balita kebutuhan
3. Defisit tingkat
ringan = 80 –
89,9%
kebutuhan
4. Defisit tingkat
sedang = 70 –
79,9%
kebutuhan
5. Defisit tingkat
berat = < 70%
kebutuhan
2. Pengetahuan Pengetahuan Pertanyaan Kuesioner Rata – rata nilai = Ordinal
Ibu yang dimiliki pada angket pengetahuan jumlah jawaban
renponden pengetahuan Ibu Balita benar : total soal x
mengenai Gizi yang 100
Balita berjumlah 15 Kategori nilai =
pertanyaaan baik (80% - 100%)
=
cukup (60% - 79%
= kurang (<60%)
3. Ketersediaan Terkait dengan Pertanyaan Kuisioner Rata – rata nilai = Nominal
Pangan tersedianya pada angket ketersediaan jumlah jawaban
Rumah pangan dirumah ketersediaan pangan benar : total soal x
Tangga tangga pangan rumah rumah 100
tangga yang tangga Kategori nilai =
berjumlah 15 baik (80% - 100%)
pertanyaan =
cukup (60% - 79%
= kurang
(<60%)
4. Pola Terkait dengan Pertanyaan Kuisioner, Hasil dari jawaban Ordinal
Konsumsi pola konsumsi pada angket Form SQ- pola konsumsi
balita dirumah pola konsumsi FFQ yang dikategorikan
yang a) ya
berjumlah 12 b) tidak
pertanyaan Mengisi form SQ-
FFQ
= kurang
(<60%)
6. Pendidikan Terkait dengan Pernyataan Kuesioner 1. Tidak sekolah Ordinal
pengetahuan pada identitas 2. SD
yang pernah responden 3. SMP
diterima oleh dengan 4. SMA
orang tua balita memberi 5. D1
jawaban pada 6. D2
kotak yang 7. D3
tersedia 8. D4/S1
7. Budaya Terkait dengan Pertanyaan Kuesioner Rata – rata nilai = Nominal
kepercayaan pada angket jumlah jawaban
yang dianut oleh budaya yang benar : total soal x
keluarga balita berjumlah 8 100
pertanyaan Kategori nilai =
baik (80% - 100%)
=
cukup (60% - 79%
= kurang (<60%)
C. Masalah pada Ibu Menyusui
1. Kerangka Konsep
Gambar 3.
Masalah Pada Ibu Menyusui
= Diteliti
= Tidak diteliti
Penjelasan :
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan atas status gizi buruk, kurang, baik, dan
lebih. Status gizi baduta dipengaruhi langsung oleh konsumsi dan kejadian
infeksi. Infeksi merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak
baduta yang menjadi penyebab keadaan status gizi baduta yang kurang. Selain
infeksi, konsumsi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keadaan status
gizi baduta. Dalam hal ini konsumsi pada anak usia 0-6 bulan didapatkan dari
pemberian ASI ekslusif serta pada anak usia 6-24 bulan didapatkan dari ASI serta
makanan pendamping asi. Jika dalam pemenuhan konsumsi kurang dari
kebutuhan anak maka berpengaruh langsung pada status gizi baduta yang
mengarah pada status gizi kurang hingga buruk, begitu juga sebaliknya jika
konsumsi baduta lebih dari kebutuhan maka akan mengarah pada kelebihan status
gizi. Pemberian ASI dan pemberian MP-ASI kepada anak diperngaruhi oleh
dukungan keluarga, sikap, pengetahuan, edukasi/konseling, pendidikan. Selain itu
pemberian ASI dipengaruhi oleh kesehatan ibu dan IMD.
2. Definisi Operasional
Tabel 7.
Definisi Operasional Masalah Gizi pada Baduta
Definisi
Variable Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
No Operasional
Variable Terikat
1 Status Keadaan gizi Diukur dengan Timbangan/ Indikator BB/U dengan Ordinal
Gizi anak yang menggunakan dacin klasifikasi sebagai
Baduta dapat alat berikut:
ditentukan timbangan/ 1. Berat badan sangat
dengan dacin oleh kurang (< -3 SD)
indikator kader 2. Berat badan kurang
berat badan posyandu. (-3 SD sd < -2 SD)
menurut usia 3. Berat badan normal
(BB/U) yang (-2 SD sd +1 SD)
dibandingkan 4. Risiko Berat badan
dengan lebih (> +1 SD)
standar. (Kementerian
Kesehatan RI, 2020)
Variable Bebas
2 Riwayat Anak yang Diukur Kuesioner 1. Ya (jika anak pernah Nominal
Penyakit memiliki menggunakan menderita
Infeksi penyakit metode ISPA/Diare/ lebih
infeksi yaitu wawancara dari 3 kali/tahun)
ISPA atau kepada 2. Tidak (jika balita
Diare lebih responden tidak pernah
dari 3 kali menderita
dalam satu ISPA/Diare/ < 3
tahun. kali/tahun)
(Astuti, 2019)
3 Tingkat Perbandingan Diukur Form recall 1. Defisit tingkat berat: Ordinal
Konsumsi asupan zat gizi menggunakan 2x24 jam <70%
Energi dengan metode Re- 2. Defisit tingkat
kebutuhan / call 2x24 jam sedang: 70-79%
kecukupan menggunakan 3. Defisit tingkat
menurut umur form recall ringan 80-89%
4. Normal: 90-119%
5. Kelebihan: ≥120%
(Depkes,1996)
4 Pemberian Pemberian ASI Diukur Kuesioner 1. ASI Ekskusif = 3 Nominal
ASI oleh ibu menggunakan Pemberian 2. Tidak ASI Eksklusif
Eksklusif kepada bayi metode ASI <3
tanpa makanan wawancara Eksklusif
dan minuman kepada
lain sampai 6 responden
bulan pertama
kehidupan
bayi.
5 Pemberian Pemberian Diukur Kuisioner 1. Sesuai: 5 Nominal
MP-ASI MP-ASI oleh menggunakan Pemberian 2. Tidak sesuai: <5
ibu kepada metode MP-ASI
anak wawancara
berdasarkan kepada
syarat responden
pemberian
MP-ASI yang
meliputi usia
pemberian,
jenis makanan,
frekuensi
pemberian,
porsi makan,
dan tekstur
makanan yang
disesuaikan
dengan
kelompok usia
anak
6 IMD Inisiasi Diukur Kuesioner 1. Iya Nominal
Menyusu Dini menggunakan 2. Tidak
adalah proses metode
meletakkan wawancara
bayi diatas kepada
badan ibunya responden
begitu setelah
melahirkan,
skin to skin,
dan
membiarkan
bayi mencari
putting ibunya
sendiri
7 Dukungan Dukungan Diukur Kuesioner 1. Dukungan keluarga Nominal
Keluarga yang diberikan menggunakan dukungan kurang (0-2)
oleh keluarga metode keluarga 2. Dukungan kelurga
baik dari suami wawancara sedang (3-4)
maupun kepada 3. Dukungan kelurga
keluarga responden baik (5)
lainnya kepada
ibu menyusui
dalam hal
pemberian ASI
8 Pengetahu Segala sesuatu Diukur Angket 1. Pengetahuan baik Ordinal
an tentang yang diketahui dengan Pengetahua 76-100%
ASI dengan ASI menggunakan n tentang 2. Pengetahuan cukup
diantaranya : angket yang ASI 56-75%
- Pengertian tediri dari 12 3. Pengetahuan kurang
ASI pertanyaan <55%
- Tujuan yang
pemberian ASI dinyatakan
- Manfaat ASI dengan skor
bagi bayi lalu
- Cara diklasifikasik
Penyimpanan an menurut
ASI persentase
- Pengertian
IMD
- Tujuan
melakukan
IMD
9 Pengetahu Pemahaman Diukur Angket 1. Pengetahuan baik Ordinal
an yang dimiliki dengan pengetahua 76-100%
mengenai seseorang atau menggunakan n tentang 2. Pengetahuan cukup
Makanan ibu mengenai angket yang MP-ASI 56-75%
Pendampi Makanan tediri dari 12 3. Pengetahuan kurang
ng (MP- Pendamping pertanyaan <55%
ASI) ASI yang yang
diperuntukkan dinyatakan
untuk dengan skor
memenuhi zat lalu
gizi balita diklasifikasik
selain ASI an menurut
persentase
10 Sikap Tanggapan Diukur Angket 1. Tingkat sikap Nominal
pemberian tentang prilaku dengan sikap kurang jika skor <
ASI ibu terhadap menggunakan pemberian 55%
Ekslutif pemberian ASI angket yang ASI 2. Tingkat sikap
Ekslutif tediri dari 10 Ekslusif cukup jika skor
pertanyaan berkisar antara 56-
yang 74 %
dinyatakan 3. Tingkat sikap baik
dengan skor jika skor > 75%
lalu
diklasifikasik
an menurut
persentase
11 Sikap Anggapan Diukur Angket 1. Tingkat sikap Nominal
pemberian seseorang dengan sikap kurang jika skor <
MP-ASI tentang menggunakan pemberian 55%
pemberian angket yang MP-ASI 2. Tingkat sikap
MP-ASI pada tediri dari 10 cukup jika skor
balita usia 6-24 pertanyaan berkisar antara 56-
bulan. yang 74 %
dinyatakan 3. Tingkat sikap baik
dengan skor jika skor > 75%
lalu
diklasifikasik
an menurut
persentase
12 Pekerjaan Kegiatan atau Diukur Kuisioner 1. Bekerja Nominal
jenis pekerjaan menggunakan 2. Tidak Bekerja
yang dilakukan metode
oleh seorang wawancara
ibu dalam kepada
memenuhi responden
kebutuhan
sehari – hari
13 Konseling Proses Diukur Kuesioner 1. Ya Nominal
Menyusui pemberian menggunakan konseling 2. Tidak
bantuan yang metode menyusui
dilakukan wawancara
melalui kepada
konseling responden
yaitu
penjelasan
kepada ibu
tentang
manfaat
menyusui yang
dimulai dari
saat bayi lahir
hingga usia 2
tahun
(Amellia
Mardhika,
2020)
14 Edukasi Penjelasan Diukur Kuesioner 1. Ya Nominal
MP-ASI mengenai menggunakan edukasi 2. Tidak
pentingnya metode MP-ASI
pemberian MP wawancara
ASI yang kepada
dibuat sendiri responden
yang
direkomendasi
kan
(Emma
Saraswati,
2017)
D. Masalah pada Kader Posyandu
1. Kerangka Konsep
Gambar 4.
Masalah Pada Kader Posyandu
Berdasarkan kerangka konsep diatas menunjukan bahwa pengetahuan dan
keterampilan kader dipengaruhi oleh pendidikan kader, pelatihan yang didapatkan
oleh kader, dan lamanya menjadi kader yang dikarenakan semakin tinggi
pendidikan, banyak mendapatkan pelatihan dan lama menjadi kader maka
pengetahuan dan keterampilan seorang kader semakin baik dan terlatih
kemampuan serta kinerjanya.
2. Definisi Operasional
Tabel 8.
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Penelitian Kader Posyandu
Definisi Cara
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Variabel Terikat
1. Pengetahuan Segala sesuatu Mengisi Kuisioner Pengetahuan : Ordinal
yang diketahui pertanyaan Baik : 76-100%
kader yang pada Cukup : 60-75%
terkait sistem 5 kuisioner Kurang : <60%
meja di Menurut
posyandu arikunto (2010)
2. Keterampilan Keterampilan Dengan Kuisioner Terampil : Ordinal
yang dimiliki cara Baik : 76-100%
kader dalam observasi Cukup : 56-75%
melaksanakan dan Kurang : <56%
kegiatan yang mengisi
terkait sistem 5 pertanyaan
meja pada
diposyandu kuisioner
Variabel Bebas
1. Pendidikan Pendidikan Mengisi Kuisioner 1. Tidak Sekolah Ordinal
adalah suatu pertanyaan 2. SD/Sederajat
usaha untuk pada 3. SMP/Sederajat
mengembangk kuisioner 4. SMA/Sederajat
an kepribadian 5. Perguruan
dan Tinggi
kemampuan
didalam dan
diluar sekolah
dan
berlangsung
seumur hidup
2. Pelatihan Pelatihan Mengisi Kuisioner Pernah Ordinal
merupakan pertanyaan Tidak Pernah
kegiatan yang pada
menitik kuisioner
beratkan pada
peningkatan
keterampilan
dan
kemampuan
yang
diperlukan
untuk suatu
pekerjaan.
3. Lama Lama waktu Mengisi Kuisioner 3 Tahun Ordinal
menjadi sejak pertama pertanyaan 3 Tahun
Kader bergabung pada
menjadi kader kuisioner
hingga
penelitian
dilakukan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis pengumpulan data yang akan digunakan adalah jenis penelitian
observational dengan rancangan cross-sectional. Pada penelitian cross-secsional,
variabel yang diteliti diamati sekali saja (Noor, 2015).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Pengumpulan Data
Tempat pengumpulan data akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Barat.
2. Waktu Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini akan dilakukan di bulan November tahun 2021.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada pengumpulan data ini adalah seluruh ibu hamil, ibu menyusui,
balita, dan kader posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Barat.
2. Sampel
Sampel merupakan himpunan bagian atau sebagian dari suatu populasi.
Sampel juga didefinisikan sebagai bagian populasi yang diteliti.
a. Ibu Hamil
1) Kriteria Inklusi
a) Seluruh ibu hamil yang ada di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat.
b) Ibu hamil bersedia menjadi sampel
2) Kriteria Eksklusi
Sampel yang tidak dapat dilakukan pengukuran dengan standar yang
ditetapkan karena kondisi penyakit atau gangguan fisik (cacat).
3) Besaran sampel yaitu menggunakan total populasi dari wilayah Puskesmas II
Denpasar Barat
4) Teknik pengambilan sampel yaitu non probability sampling dengan sampling
jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang
b. Balita
1) Kriteria Inklusi
a) Seluruh balita yang ada di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat.
b) Ibu balita yang bersedia balitanya menjadi sampel.
2) Kriteria Eksklusi
Sampel yang tidak dapat dilakukan pengukuran dengan standar yang
ditetapkan karena kondisi penyakit atau gangguan fisik (cacat).
3) Besaran sampel pada pengumpulan data ini yaitu 5 orang balita tiap
mahasiswa di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat.
4) Teknik pengambilan sampel yaitu non probability sampling menggunakan
teknik Purposive Sampling. Tujuan dari teknik Purposive Sampling yaitu
untuk menghasilkan sampel yang dapat mewakili populasi pada masing-
masing wilayah.
c. Ibu Menyusui
1) Kriteria Inklusi
a) Seluruh ibu menyusui yang ada di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat.
b) Ibu menyusui yang bersedia menjadi sampel.
2) Kriteria Eksklusi
Sampel yang tidak dapat dilakukan pengukuran dengan standar yang
ditetapkan karena kondisi penyakit atau gangguan fisik (cacat).
3) Besaran sampel pada penelitian ini yaitu 5 orang ibu menyusui tiap
mahasiswa di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat.
4) Teknik pengambilan sampel yaitu non probability sampling menggunakan
teknik Purposive Sampling. Tujuan dari teknik Purposive Sampling yaitu
untuk menghasilkan sampel yang dapat mewakili populasi pada masing-
masing wilayah.
d. Kader Posyandu
1) Kriteria Inklusi
a) Seluruh kader posyandu yang ada di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat.
b) Kader posyandu yang bersedia menjadi sampel.
2) Kriteria Eksklusi
a) Sampel yang berhalangan hadir saat dilakukan pengambilan data.
3) Besaran sampel yaitu perwakilan 1 kader dari 1 posyandu yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Kota Denpasar
4) Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik Purposive Sampling.
Pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan dalam
pengumpulan data ini adalah prinsip keterwakilan, dimana kader selalu
bekerja dalam tim setiap kegiatan posyandu sehingga kemungkinan variasi
jawaban untuk masing-masing posyandu kemungkinan tidak jauh berbeda
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Penelitian
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari peneliti secara langsung dari
sampel/responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui laporan
yang sudah ada.
Data primer dalam penelitian ini antara lain:
a. Ibu Hamil
1) Indentitas ibu hamil
2) Data status KEK ibu hamil
3) Data status anemia ibu hamil
4) Data konsumsi energi ibu hamil
5) Data konsumsi zat besi ibu hamil
6) Data riwayat penyakit infeksi ibu hamil
7) Data pengetahuan ibu hamil
8) Data kepatuhan minum tablet Fe
9) Data pemeriksaan kehamilan
b. Ibu Menyusui
1) Data identitas baduta dan ibu menyusui
2) Data status gizi baduta
3) Data konsumsi baduta
4) Data pemberian ASI ekslusif
5) Data pemberian MP-ASI
6) Data riwayat penyakit infeksi baduta
7) Data dukungan keluarga
8) Data pengetahuan Asi Esklusif
9) Data sikap ASI Esklusif
10) Data pengetahuan pemberian MP-ASI
11) Data sikap pemberian MP-ASI
12) Data konseling menyusui
13) Data edukasi MP-ASI
c. Balita
1) Data identitas balita dan responden
2) Data status gizi balita
3) Data konsumsi balita
4) Data riwayat penyakit infeksi balita
5) Data ketersediaan pangan di rumah tangga
6) Data Budaya
7) Data Tingkap pendapatan
8) Data Pola konsumsi
9) Data pengetahuan ibu
d. Kader Posyandu
1) Data indentitas kader posyandu
2) Data pengetahuan kader posyandu
3) Data ketrampilan kader posyandu
Data sekunder dalam penelitian ini antara lain:
a. Gambaran umum Puskesmas II Denpasar Barat
b. Profil Kesehatan Puskesmas II Denpasar Barat
2. Analisis data
a. Analisis univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan untuk memperoleh
gambaran dari karakteristik sample yang akan ditampilkan dengan tabel frekuensi
dan dianalisis secara deskriptif.
b. Analisis bivariat
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel atau lebih untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengolahan analisis data
bivariat dengan menggunakan bantuan komputerisasi SPSS versi 25. Uji hipotesa
yang dilakukan disesuaikan dengan jenis data masing-masing kelompok sasaran.
F. Prosedur Pengumpulan Data
1. Mengurus surat ijin Provinsi dan Kota Denpasar.
2. Megurus surat ijin kapada Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dengan
tembusan masing-masing Puskesmas yang diurus oleh pihak akademik.
3. Mengumpulkan data-data di Puskesmas.
4. Mengumpukan data-data lain melalui website/internet di Puskesmas II
Denpasar Barat
5. Menyusun program intervensi gizi yang akan dilaksanakan di Puskesmas
Puskesmas II Denpasar Barat
6. Presentasi laporan penyusunan program intervensi gizi di Puskesmas II
Denpasar Barat
7. Perbaikan laporan penyusunan program intervensi gizi di Puskesmas II
Denpasar Barat
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran Umum Puskesmas II Denpasar Barat
Puskesmas 2 Denpasar Barat didirikan di Denpasar tanggal 31 oktober 1984,
yang terletak di Jl. Gunung Soputan Gg. Puskesmas No. 3 Denpasar Barat. Visi
Puskesmas II Denpasar Barat adalah “menjadikan Puskesmas II Denpasar Barat
prima dalam pelayanan dan pembinaan kesehatan yang bermutu, menuju
Denpasar sehat”. Misi Puskesmas II Denpasar Barat dijabarkan berdasarkan upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan yang dilaksanakan. Adapun
misi Puskesmas II Denpasar Barat adalah :
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesejhatan
b. Memberdayakan seluruh komponen pendukung dalam pembangunan
kesehatan
c. Memberikan pelayanan yang bermutu, merata, dan terjangkau.
d. Menyelenggarakan system informasi Puskesmas yang bertmutu
e. Memanfaatkan teknologi kesehatan tepat guna.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Puskesmas II Denpasar Barat menetapkan
kebijakan mutu sebagai berikut:
a. Mengutamakan pelayanan kepada masyarkat
b. Memberikan pelayanan kesehatan secara tepat
c. Meningkatkan kompetensi petugas
Kebijakan mutu tersebut ditunjang dengan komitmen penuh dari seluruh
jajaran dan melakukan peningkatan berkesinambungan ke semua bidang.
Puskesmas II Denpasar Barat memiliki Motto “kepuasan anda adalah prioritas
kami”. Memliki janji layanan CERDAS (Cermat, Empati, Ramah, Disiplin,Adil,
Santun).
Untuk mencapai pembangunan kesehatan maka upaya kesehatan di Puskesmas
dilakasanakn dalambentuk upaya kesehatan Puskesmas. Upaya kesehatan yang
dilaksanakan sesuai dengan keputusanMenteri Kesehatan RI No.
75/Menkes/SK/II/2004 tentang pusat kesehatan masyarakat. Puskesmas
IIDenpasar Barat melaksakan upaya kesehatan pengembangan berdasarkan
kondisi lingkungan dan kemungkinan perkembangan penyakit di wilayah
kerja puskesmas.
Adapun upaya kesehatan pengembangan yang dilaksanakan di Puskesmas II
Denpasar Barat adalah:
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan jiwa
c. Upaya kesehatan gigi masyarakat
d. Kesehatan tradisional dan komplementer
e. Kesehatan olahraga
f. Kesehatan kerja
g. Kesehatan indra
h. Upaya kesehatan USILA
Upaya kesehatan perseorangan di Puskesmas II Denpasar Barat adalah:
a. Kunjungan puskesmas dengan rawat jalan
b. Pelayanan umum
c. Pelayanan gigi dan mulut
d. Pelayanan kefarmasian
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
f. Pelayanan laboratorium
Tabel 9.
Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Puskesmas II Denpasar Barat
DESA/KELURAHAN LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL
Pemecutan kelod 17.706 17.012 34.718
Dauh puri kauh 11.809 11.346 23.155
Dauh puri 10.398 9.990 20.388
Dauh puri kelod 12.448 11.959 24.407
Padang sambian kelod 7.510 7.216 14.726
Dauh puri kangin 6.562 6.057 12.619
Puskesmas 66.433 63.580 130.013
Tabel 10.
Keadaan Posyandu per Desa/Kelurahan di Puskesmas II Denpasar Barat
No Desa/Kelurahan Posyandu Kader Persentase
Aktif Tidak Jumlah Aktif
aktif
1 Desa pemecutan 15 0 75 75 100
kelod
2 Desa dauh puri 7 0 30 30 100
kauh
3 Kelurahan dauh 16 0 80 80 100
puri
4 Desa dauh puri 10 1 50 50 100
kelod
5 Desa padang 15 2 80 80 100
sambian kelod
6 Desa dauh puri 5 0 25 25 100
kangin
Jumlah 68 3 340 340 100
B. Hasil
1. Pada Sampel Ibu Hamil
a. Tabel Karakteristik Ibu Hamil
1) Ibu Hamil berdasarkan Kelompok Umur
Sebaran sampel ibu hamil berdasarkan kelompok umur terdapat pada table
11.
Tabel 11.
Sebaran Sampel Ibu Hamil Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur f %
19-29 Tahun 26 74,2
30-49 Tahun 9 25,8
Total 35 100
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil bahwa dari 35 sampel ibu hamil yang
diambil, terdapat 26 sampel (72,4%) memiliki umur 19-29 tahun dan 9 sampel
(25,8%) memiliki umur 30-49 tahun.
Berdasarkan table hubungan antar pengetahuan dan konsumsi zat besi (fe) ibu
hamil terdapat 35 sampel, didapatkan dari 7 sampel dengan pengetahuan kurang, 6
sampel memiliki tingkat konumsi deficit tingkat berat (85,7%), dan 1 diatas AKG
(14,3%), dari 24 sampel dengan pengetahuan cukup baik, 21 sampel memiliki
tingkat konsumsi deficit tingkat berat (87,5%), dan 3 diatas AKG (12,5%), dari 4
sampel dengan pengetahuan baik, 2 sampel dengan tingkat konsumsi deficit
tingkat berat, 1 defisit tingkat sedang (25%) dan 1 diatas AKG (25%).
Berdasarkan uji chi-square pada taraf signifikan ( =0.05) didapatkan hasil
sig=0,049 yang artinya ada hubungan antar pengetahuan dengan konsmsi zat besi
(fe) pada ibu hamil diwilayah Puskemas II Denpasar Barat.
3) Hubungan Antar Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Dengan Konsumsi Zat
Gizi Besi (Fe) Ibu Hamil
Data hubungan antar kepatuhan konsumsi tablet besi dengan konsumsi zat
gizi besi (fe) ibu hamil terdapat pada tabel 25.
Tabel 25.
Hubungan Antar Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Dengan Konsumsi Zat Gizi
Besi (Fe) Ibu Hamil
Konsumsi Zat Besi (Fe)
Defisit Defisit P
Diatas Jumlah
Pengetahuan Tingkat Tingkat Value
AKG
Berat Sedang
f % f % f % f %
Tidak Patuh 19 82,6 1 4,3 3 13 23 100
0,743
Patuh 10 83,3 0 0 2 16,6 12 100
Total 29 82,8 1 2,8 5 14,2 35 100
Tabel 30.
Sebaran Sampel Baduta Bedasarkan Agama
Agama f %
Islam 3 8,6
Hindu 31 88,6
Buddha 1 2,8
Total 35 100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
terdapat 31 sampel (88,6%) beragama hindu, sebanyak 3 (8,6%) sampel
beragama Islam dan sebanyak 1 (2,8%) sampel beragama buddha.
2) Tabel Univariat Jenis Kelamin
Sebaran baduta bedasarkan jenis kelamin terdapat pada tabel 31.
Tabel 31.
Sebaran Sampel Baduta Bedasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin f %
Perempuan 17 48,6
Laki-laki 18 51,4
Total 35 100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 18 sampel (88,6%) berjenis kelamin laki-laki dan pada sebanyak 17
sampel (48,6%) berjenis kelamin perempuan.
Tabel 32.
Sebaran Sampel Baduta Bedasarkan kelompok Usia
Umur f %
4-9 bulan 11 31,4
10-12 bulan 8 22,9
13-24 bulan 16 45,7
Total 35 100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
pada kelompok umur 4-9 bulan sebanyak 11 (31,4%), kelompok umur 10-12
bulan yaitu sebanyak 8 sampel (22,9%) dan kelompok umur 13-24 bulan yaitu
sebanyak 16 sampel (45,7%).
4) Tabel Univariate Status Alergi
Sebaran baduta bedasarkan status alergi terdapat pada tabel 33.
Tabel 33.
Sebaran Sampel Baduta bedasarkan Status Alergi
Alergi f %
Ada 2 5,7
Tidak 33 94,3
Total 35 100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 2 (5,7%) baduta memiliki alergi dan sebanyak 33 (94,3%) baduta tidak
memiliki alergi.
Tabel 34.
Sebaran Sampel Baduta bedasarkan Status Gizi
Status Gizi (BB/U) f %
BB Normal 29 82,9
BB Kurang 1 2,9
BB Sangat Kurang 1 2,9
BB Risiko Lebih 4 11,3
Total 35 100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
baduta dengan status gizi normal yaitu sebanyak 29 sampel (82,9%), sebanyak 1
(2,9%) dengan status gizi kurang, sebanyak 1 (2,9%) dengan status gizi sangat
kurang dan sebanyak 4 (11,3%) dengan status gizi resiko lebih.
2) Tabel Univariate Tingkat Konsumsi Energi
Sebaran baduta bedasarkan tingkat konsumsi energi terdapat pada tabel 35.
Tabel 35.
Sebaran Sampel Baduta Bedasarkan Tingkat Konsumsi Energi
Tingkat Konsumsi Energi f %
Defisit Ringan 12 34,3
Normal 23 65,7
Total 35 100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 12 sampel (34,3%) berada pada tingkat konsumsi energi defisit ringan,
dan sebanyak 23 sampel (65,7%) berada pada tingkat konsumsi energi normal.
3) Tabel Univariate Riwayat Penyakit Infeksi
Sebaran baduta bedasarkan riwayat penyakit infeksi terdapat pada tabel 36.
Tabel 36.
Sebaran Sampel Baduta bedasarkan Riwayat Penyakit Infeksi
Riwayat Penyakit Infeksi f %
Terdapat Riwayat 25 71,4
Tidak Terdapat 10 28,6
Total 35 100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 25 sampel (71,4%) terdapat riwayat penyakit infeksi dan sebanyak 10
sampel (28,6%) tidak terdapat riwayat infeksi.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 14 (40%) ibu memberikan ASI eksklusif kepada anaknya dan sebanyak
21 (60%) ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 27 (77,1%) ibu menyusui melakukan praktik pemberikan MP-ASI yang
sesuai dan sebanyak 8 (22,9%) ibu menyusui tidak melakukan pemberian MP-ASI
yang sesuai.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
terdapat 22 responden ibu (62,8%) melakukan praktik IMD sedangkan sebanyak
13 responden ibu (37,2) tidak melakukan praktik IMD.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 29 (82,9%) ibu menyusui memiliki pengetahuan kategori baik tentang
ASI dan sebanyak 6 (17,1%) ibu menyusui memiliki pengetahuan kategori cukup
tentang ASI.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 26 (74,3%) ibu menyusui memiliki sikap terhadap ASI kategori baik
dan sebanyak 9 (25,7%) ibu menyusui memiliki sikap terhadap ASI kategori
cukup.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 33 (94,3%) ibu menyusui memiliki pengetahuan kategori baik tentang
MP-ASI dan sebanyak 2 (5,7%) ibu menyusui memiliki pengetahuan kategori
cukup tentang MP-ASI.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 16 (45,7%) ibu menyusui memiliki sikap terhadap MP-ASI kategori
baik dan sebanyak 19 (54,3%) ibu menyusui memiliki sikap terhadap MP-ASI
kategori cukup.
9) Tabel Univariate Status Pekerjaan Ibu
Sebaran ibu menyusui bedasarkan status pekerjaan terdapat pada tabel 45.
Tabel 45.
Sebaran Ibu Menyusui Bedasarkan Status Pekerjaan
Pekerjaan Ibu f %
Tidak Bekerja 14 40
Bekerja 21 60
Total 35 100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebnyak 14 (40%) ibu menyusui tidak bekerja dan sebanyak 21 (60%) ibu
menyusui bekerja.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 8 (22,9%) ibu menyusui pernah mendapatkan edukasi tentang ASI dan
sebanyak 27 (77,1%) ibu menyusui tidak pernah mendapatkan edukasi tentang
ASI.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil dari total 35 sampel yang diambil
sebanyak 9 sampel (25,7%) ibu menyusui pernah mendapatkan edukasi tentang
MP-ASI dan sebanyak 26 (77,1%) ibu menyusui tidak pernah mendapatkan
edukasi tentang MP-ASI.
Eksklusif
f % f % f %
ASI Eksklusif 5 35,7 9 64,3 14 100
11) Status edukasi tentang menyusui dan sikap pemberian ASI Eksklusif
Data hubungan edukasi tentang menyusui dengan pemberian ASI-
Eksklusif terdapat pada tabel 58.
Tabel 58.
Hubungan Status Edukasi Tentang Menyusui dan Sikap Pemberian ASI Eksklusif
Sikap Pemberian ASI Eksklusif
Status Edukasi tentang Menyusui Cukup Baik Total
f % f % f %
Pernah Mendapatkan Edukasi 1 12,5 7 87,5 8 100
Tidak Pernah Mendapatkan Edukasi 8 29,6 19 70,4 27 100
Total 9 25,7 26 74,3 35 100
Tabel 59.
Status Edukasi Tentang Menyusui dan Pengetahuan ASI Eksklusif
Pengetahuan ASI Eksklusif Total
Status Edukasi tentang Menyusui Baik Cukup
f % f % f %
Pernah Mendapatkan Edukasi 7 87,5 1 12,5 8 100
Tidak Pernah Mendapatkan Edukasi 22 81,5 5 18,5 27 100
Total 29 82,9 6 17,1 35 100
Berdasarkan tabel hubungan edukasi tentang menyusui dengan
pengetahuan ASI Eksklusif dari 8 responden ibu yang pernah mendapatkan
edukasi tentang menyusui terdapat 7 (87,5%) dengan pengetahuan ibu tentang
ASI Eksklusif kategori baik dan sebanyak 1 (12,5%) dengan pengetahuan ibu
tentang ASI Eksklusif kategori cukup. Dari 27 responden ibu yang tidak pernah
mendapatkan hubungan edukasi tentang menyusui terdapat 22 (81,5%) dengan
pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif kategori baik dan sebanyak 5 (18,5%)
dengan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif kategori cukup.
Berdasarkan uji Chi-Square pada taraf signifikan (α = 0.05) didapatkan
hasil sig = 0.692 yang artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara status
pemberian edukasi tentang menyusui dengan pengetahuan ibu tentang ASI
Eksklusif.
Tabel 60.
Hubungan Status Edukasi tentang MP-ASI dengan Sikap pemberian MP-ASI
Sikap Pemberian MP-ASI
Status Edukasi Tentang MP-ASI Cukup Baik Total
f % f % f %
Pernah Mendapatkan Edukasi 4 44,4 5 55,6 9 100
Tidak Pernah Mendapatkan Edukasi 15 57,7 11 42,3 26 100
Total 19 54,3 16 45,7 35 100
Tabel 61.
Hubungan Status Edukasi Tentang MP-ASI dengan Pengetahuan MP-ASI
Pengetahuan MP-ASI Total
3. Pada Balita
a. Tabel Karakteristik Pada Balita
1) Balita Berdasarkan Umur
Sebaran sampel balita berdasarkan kelompok umur terdapat pada tabel
64.
Tabel 64.
Balita Berdasarkan Umur
Kelompok Umur f %
24-36 bulan 28 56
37-48 bulan 11 22
49-60 bulan 11 22
Total 50 100
Tabel 66.
Balita Berdasarkan Riwayat Imunisasi
Riwayat Imunisasi f %
Ya 50 100
Total 50 100
Tabel 68.
Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Kelompok Pekerjaan Resoponden f %
PNS/Polri/TNI 3 6
Wiraswasta 4 8
Pegawai Swasta 16 32
IRT 27 54
Total 50 100
Tabel 69.
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Responden Berdasarkan Tingkat f %
Pendidikan
Tidak Sekolah 1 2
SD 2 4
SMP 5 10
SMA 25 50
D1 5 10
D3 4 8
D4/S1 8 16
Total 50 100
Tabel 70.
Balita Berdasarkan Status Gizi Menurut BB/U
Status Gizi Menurut BB/U f %
Berat Badan Normal 45 90
Risiko Berat Badan Lebih 5 10
Total 50 100
Tabel 71.
Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi
Tingkat Konsumsi Energi f %
Defisit Tingkat Berat 1 2
Defisit Tingkat Sedang 2 4
Defisit Tingkat Ringan 2 4
Normal 25 50
Diatas AKG 20 40
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa dari total 50 sampel
balita yang diambil, mendapatkan tingkat konsumsi energi sampel, dengan
kategori defisit tingkat berat, yaitu sebanyak 1 sampel (2%), dengan ketegori
defisit tingkat sedang, yaitu sebanyak 2 sampel (4%), dengan kategori defisit
tingkat ringan, yaitu sebanyak 2 sampel (4%), dengan ketegori normal, yaitu
sebanyak 25 sampel (50%), dan dengan kategori kelebihan, yaitu sebanyak 20
sampel (40%).
3) Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein
Sebaran sampel balita berdasarkan tingkat konsumsi protein terdapat
pada tabel 72.
Tabel 72.
Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein
Tingkat Konsumsi Protein f %
Diatas AKG 50 100
Total 50 100
Tabel 73.
Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak
Tingkat Konsumsi Lemak f %
Defisit Tingkat Berat 4 8
Defisit Tingkat Sedang 3 6
Defisit Tingkat Ringan 1 2
Normal 8 16
Diatas AKG 34 68
Total 50 100
Tabel 74.
Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Karbohidrat
Tingkat Konsumsi Karbohidrat f %
Defisit Tingkat Berat 23 46
Defisit Tingkat Sedang 6 12
Defisit Tingkat Ringan 6 12
Normal 6 12
Kelebihan 9 18
Total 50 100
Tabel 75.
Ketersediaan Pangan di Rumah Tangga Keluarga Balita
Ketersediaan Pangan Rumah Tangga f %
Baik 36 72
Cukup 11 22
Kurang 3 6
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa dari total 50 sampel
balita yang diambil, terdapat kesediaan pangan rumah tangga dengan kategori
baik, yaitu sebanyak 36 sampel (72%), ketersediaan pangan rumah tangga
dengan kategori cukup, yaitu sebanyak 11 sampel (22%), dan ketersediaan
pangan rumah tangga dengan kategori kurang, yaitu sebanyak 3 sampel (6%).
7) Budaya Keluarga Balita
Sebaran sampel balita berdasarkan budaya keluarga balita terdapat pada
tabel 76.
Tabel 76.
Budaya Keluarga Balita
Budaya f %
Baik 5 10
Cukup 25 50
Kurang 20 40
Total 50 100
Tabel 77.
Tingkat Pendapatan Keluarga Balita
Tingkat Pendapatan f %
Baik 24 48
Cukup 13 26
Kurang 13 26
Total 50 100
Tabel 78.
Balita Berdasarkan Pola Konsumsi
Pola Konsumsi f %
Baik 21 42
Cukup 16 32
Kurang 13 26
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa dari total 50 sampel
balita yang diambil, terdapat pola konsumsi balita dengan kategori baik, yaitu
sebanyak 21 sampel (42%), pola konsumsi balita dengan kategori cukup,
yaitu sebanyak 16 sampel (32%), dan pola konsumsi balita dengan kategori
kurang, yaitu sebanyak 13 sampel (26%).
Tabel 79.
Tingkat Pengetahuan Ibu Balita
Tingkat Pengetahuan Ibu f %
Baik 8 16
Cukup 38 76
Kurang 4 8
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa dari total 50
sampel balita yang diambil, terdapat tingkat pengetahuan ibu balita
dengan kategori baik, yaitu sebanyak 8 sampel (16%), tingkat
pengetahuan balita dengan kategori cukup, yaitu sebanyak 38 sampel
(76%), dan tingkat pengetahuan ibu balita dengan kategori kurang, yaitu
sebanyak 4 sampel (8%).
Tabel 81.
Hubungan Konsumsi Protein dengan Status Gizi
Status Gizi
Berat Badan P
Konsumsi Jumlah
Sangat Risiko Berat Badan Value
Protein
Kurang Berat Badan Normal Lebih
f % f % f % f %
Di atas AKG 1 2 45 90 4 8 50 100 -
Total 1 2 45 90 5 10 50 100
Tabel 82.
Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dengan Status Gizi
Ststus gizi
Berat
Pengetahua Badan Berat Badan Risiko Berat Badan
n Ibu Sangat Normal Lebih P
Kurang Jumlah value
f % f % f % f %
Cukup 1 2,63 33 86,8 4 10,5 38 100
Kurang 0 0,0 4 10,5 0 0,0 4 100 0,781
Baik 0 0,0 8 100 0 0,0 8 100
Total 1 2 45 90 4 8 50 100
Tabel 83.
Hubungan Ketersediaan Pangan Rumah Tangga dengan Konsumsi Energi
Ketersedia Konsumsi Energi
n Pangan Defisit Defisit Defisit
Rumah Tingkat Tingkat Tingkat Di atas
P Value
Tangga Berat Sedang Ringan Normal AKG Jumlah
f % f % f % f % f % f %
Cukup 0 0 0 0 0 0 9 81,8 2 18,1 11 100
Kurang 0 0 0 0 1 20 2 40 2 40 5 100
0,284
Baik 1 2,8 2 5,7 1 2,8 14 40 16 45,7 34 100
Total 1 2 2 4 2 4 25 50 20 40 50 100
Berdasarkan tabel hubungan antar ketersediaan pangan rumah tangga dengan
konsumsi energi dari 50 sampel dilihat dari ketersediaan pangan rumah tangga,
didapatkan dari 11 sampel dengan ketersediaan pangan cukup, 9 sampel memiliki
tingkat konumsi energi normal (81,8%), 2 sampel memiliki tingkat konsumsi
energi di atas AKG (18,1%). Dari 5 sampel dengan ketersediaan pangan kurang, 1
sampel memiliki tingkat konsumsi energi deficit tingkat ringan (20%), 2 sampel
memiliki tingkat konsumsi energi normal (40%), dan 2 sampel memiliki tingkat
konsumsi energi di atas AKG (40%). Dari 34 sampel dengan ketersediaan pangan
baik, 1 sampel memiliki tingkat konsumsi energi deficit tingkat berat (2,8%), 2
sampel memiliki tingkat konsumsi energi deficit tingkat sedang (5,7%), 1 sampel
memiliki tingkat konsumsi energi deficit tingat ringan (2,8%), 14 sampel memiliki
tingkat konsumsi energi normal (40%), dan 16 sampel memiliki tingkat konsumsi
energi di atas AKG (45,7%).
5) Hubungan Ketersediaan Pangan Rumah Tangga dengan Tingkat Konsumsi
Protein
Data hubungan ketersediaan pangan di rumah tangga dengan tingkat
konsumsi protein terdapat pada tabel 84.
Tabel 84.
Hubungan Ketersediaan Pangan Rumah Tangga dengan Konsumsi Protein
Ketersedia Konsumsi Protein
n Pangan Di atas AKG
Jumlah P
Rumah
Value
Tangga f % f %
Cukup 11 100 11 100
Kurang 5 100 5 100
-
Baik 34 100 34 100
Total 50 100 50 100
Berdasarkan tabel hubungan ketersediaan pangan rumah tangga dengan konsumsi
protein dari 50 sampel dilihat dari ketersediaan pangan, didapatkan dari 11 sampel
dengan ketersediaan pangan cukup, 11 sampel memiliki tingkat konumsi Protein
di atas AKG (100%). Dari 5 sampel dengan ketersediaan pangan kurang, 5 sampel
memiliki tingkat konsumsi protein di atas AKG) (100%), Dari 34 sampel dengan
ketersediaan pangan baik, 34 sampel memiliki tingkat konsumsi protein di atas
AKG (100%).
Tabel 85.
Hubungan Pola Konsumsi dengan Konsumsi Energi
Konsumsi Energi
Pola Jumlah P Value
Defisit Tk. Berat Defisit Tk. Sedang Defisit Tk. Ringan Normal Di Atas AKG
Konsumsi
f % f % f % f % f % f %
Cukup 0 0 0 0 1 6,25 9 56,25 6 37,5 16 100
Kurang 0 0 0 0 0 0 10 76,9 3 23,1 13 100 0,226
Baik 1 4,8 2 9,5 1 4,8 6 28,6 11 52,4 21 100
Total 1 2 2 4 2 4 25 50 20 40 50 100
Berdasarkan tabel hubungan pola konsumsi dengan konsumsi energi diatas,
terdapat 13 sampel memiliki pola konsumsi kurang, sebanyak 10 sampel (76,9%)
dengan konsumsi energi normal, dan 3 sampel (23,1%) dengan konsumsi energi
di atas AKG. Pola konsumsi cukup terdapat 16 sampel, 1 sampel (6,25%) dengan
defisit energi tingkat ringan, 9 sampel (56,25%) dengan konsumsi energi normal,
dan 6 sampel (37,5 %) dengan konsumsi energi diatas AKG.
Sedangkan, untuk pola konsumsi baik terdapat 21 sampel, sebanyak 1 sampel
(4,8%) dengan defisit energi tingkat berat, 2 sampel (9,5%) dengan defisit tingkat
sedang, 6 sampel (28,6%) dengan konsumsi energi normal, dan sebanyak 11
sampel (52,4%) dengan konsumsi energi diatas AKG.
Tabel 86.
Hubungan Pola Konsumsi dengan Tingkat Konsumsi Protein
Tingkat Konsumsi Protein
Pola Di atas AKG
Jumlah P
Konsumsi
Value
f % f %
Cukup 16 100 13 100
Kurang 13 100 13 100
-
Baik 21 100 24 100
Total 50 100 50 100
Tabel 87.
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Konsumsi Energi
Konsumsi Energi
Tingkat Jumlah P Value
Defisit Tk. Berat Defisit Tk. Sedang Defisit Tk. Ringan Normal Di Atas AKG
Pendapatan
f % f % f % f % f % f %
Cukup 1 7,7 1 7,7 0 0 6 46,2 5 38,5 13 100
Kurang 0 0 0 0 0 0 8 61,5 5 38,5 13 100 0,594
Baik 0 0 1 4,2 2 8,3 11 45,8 10 41,7 24 100
Total 1 2 2 4 2 4 25 50 20 40 50 100
Tabel 88.
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Konsumsi Protein
Tingkat Tingkat Konsumsi Protein
Di atas AKG
Jumlah P
Pendapatan
Value
f % f %
Cukup 16 100 13 100
Kurang 13 100 13 100
-
Baik 21 100 24 100
Total 50 100 50 100
Tabel 89.
Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu
Jumlah
Pendidikan Cukup Kurang Baik P Value
f % f % f % f %
Tidak
1 100 0 0 0 0 1 100
Sekolah
SD 2 100 0 0 0 0 2 100
SMP 3 100 0 0 0 0 3 100
SMA 21 77,8 2 7,4 4 14,8 27 100 0,884
D1 3 60 0 0 2 40 5 100
D3 2 50 1 25 1 25 4 100
D4/S1 6 75 1 12,5 1 12,5 8 100
Total 38 76 4 8 8 16 50 100
Tabel 90.
Hubungan Budaya dengan Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu
Jumlah
Budaya Cukup Kurang Baik P Value
f % f % f % f %
Cukup 21 84 2 8 2 8 25 100
Kurang 14 70 2 10 4 20 20 100
0,41
Baik 3 60 0 0 2 40 5 100
Total 38 76 4 8 8 16 50 100
3. Pada Balita
a. Hubungan antar Konsumsi Energi dengan Status Gizi
Berdasarkan korelasi chi -square pada taraf signifikan (α = 0.05) di dapatkan
hasil sig = 0,001 yang artinya ada hubungan antar konsumsi energi dengan status
gizi pada balita di wilayah Puskesmas II Denpasar Barat.
Hal ini sejalan dengan penelitian Amanda Putri Fadillah, yang menunjukkan
bahwa ada hubungan antara konsumsi energi dengan status gizi balita, yang
dimana dapat dijelaskan bahwa asupan energi berkaitan dengan status gizi pada
balita. Dikarenakan asupan energi sangat penting bagi balita yang dimana sangat
berguna untuk menunjang tumbuh kembang serta aktivitas balita. Maka penelitian
Amanda Putri Fadillah menyimpulkan bahwa rendahnya asupan energi pada balita
berisiko menimbulkan masalah gizi pada balita seperti gizi kurang dan gizi buruk.
Sedangkan menurut penelitian Siti Helmyati menjelaskan bahwa, hal ini
sejalan dengan penelitian yang mengemukakan bahwa balita yang memiliki
asupan energi kurang berpeluang lebih besar untuk menderita gizi buruk
dibandingkan dengan balita yang memiliki asupan energi yang cukup. Sehingga
penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dengan
status gizi dan asupan energi merupakan faktor risiko terjadinya gizi buruk. Hasil
penelitian lain juga mengemukakan bahwa total kosumsi energi berhubungan
dengan kejadian gizi buruk dan merupakan faktor risiko.
b. Hubungan Konsumsi Protein dengan Status Gizi
Berdasarkan hubungan pola konsumsi dengan konsumsi protein tidak terdapat
statistik yang dihitung karena konsumsi protein adalah konstan, semua diatas
AKG.
c. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dengan Status Gizi
Berdasarkan uji chi-square didapatkan hasil p= 0,781yang artinya tidak ada
hubungan antara pengetahuan ibu balita dengan status gizi di wilayah Puskemas II
Denpasar Barat.
d. Hubungan Ketersediaan Pangan Rumah Tangga dengan Konsumsi Energi
Berdasarkan uji chi-square didapatkan hasil p= 0,284 yang artinya tidak ada
hubungan antara ketersediaan pangan rumah tangga dengan konsumsi energi di
wilayah Puskemas II Denpasar Barat.
e. Hubungan Ketersediaan Pangan Rumah Tangga dengan Konsumsi Protein
Berdasarkan hubungan ketersediaan pangan rumah tangga dengan konsumsi
protein tidak terdapat statistik yang dihitung karena konsumsi protein adalah
konstan, semua diatas AKG.
f. Hubungan Pola Konsumsi dengan Konsumsi Energi
Berdasarkan uji chi-square didapatkan hasil p=0,226 yang artinya tidak ada
hubungan antara pola konsumsi dengan konsumsi energi di wilayah Puskemas II
Denpasar Barat.
g. Hubungan Pola Konsumsi dengan Konsumsi Protein
Berdasarkan hubungan pola konsumsi dengan konsumsi protein tidak terdapat
statistik yang dihitung karena konsumsi protein adalah konstan, semua diatas
AKG.
h. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Konsumsi Energi
Berdasarkan uji chi-square didapatkan hasil p=0,594 yang artinya tidak ada
hubungan antara tingkat pendapatan dengan konsumsi energi di wilayah
Puskemas II Denpasar Barat.
i. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Konsumsi Protein
Berdasarkkan hubungan tingkat pendapatan dengan konsumsi protein tidak
terdapat statistik yang dihitung karena konsumsi protein adalah konstan, semua
diatas AKG.
j. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu
Berdasarkan uji chi-square didapatkan hasil p=0,884 yang artinya tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu balita di wilayah Puskemas
II Denpasar Barat.
k. Hubungan Budaya dengan Pengetahuan Ibu
Berdasarkan uji chi-square didapatkan hasil p=0,41 yang artinya tidak ada
hubungan antara kepercayaan budaya dengan pengetahuan ibu balita di wilayah
Puskemas II Denpasar Barat.
A. Kesimpulan
1. Dari pengumpulan data yang dilakukan diwilayah kerja Puskemas II
Denpasar Barat dari 35 sampel ibu hamil yang memiliki status KEK 3 sampel
(8,57%). Berdasarkan status anemia ibu hamil yang memiliki status anemia
sebanyak 12 sampel (34,28%).Berdasarkan tingkat pengetahuan, ibu hamil
yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 7 sampel (20%),
Berdasarkan tingkat konsumsi energi yang memiliki defisit tingkat berat
sebanyak 24 sampel (68,57, berdasarkan tingkat konsumsi zat gizi mikro (fe)
yang memiliki defisit tingkat berat sebanyak 28 sampel (80%).Berdasarkan
kepatuhan minum tablet fe yang tidak patuh sebanyak 23 sampel
(65,71%).Berdasarkan analisis hubungan antara pengetahuan ibu hamil
dengan konsumsi zat besi didapatkan ada hubungan antar pengetahuan
dengan konsmsi zat besi (fe) pada ibu hamil diwilayah Puskemas II Denpasar
Barat.Kegiatan intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah terebut
yaitu mengadakan kegiatan penyuluhan mengenai gizi seimbang dan contoh
makanan sehat beragam untuk ibu hamil.
2. Dari 50 balita yang di ambil, di peroleh masalah gizi di antaranya adalah
berdasarkan status gizi balita menurut BB/U terdapat 5 sampel (10%) yang
memiliki kategori status gizi risiko berat badan lebih. Sedangkan berdasarkan
tingkat konsumsi energi pada balita terdapat 1 sampel (2%) memiliki tingkat
konsumsi defisit tingkat berat, 2 sampel (4%) memiliki tingkat konsumsi
energi deficit tingkat sedang, dan 2 sampel (4%) memiliki tingkat konsumsi
energi defisit ringan. Berdasarkan pola konsumsi balita terdapat 16 sampel
(32%) yang memiliki kategori cukup, 13 sampel (26%) yang memiliki
kategori kurang. Berdasarkan budaya keluarga terdapat 25 sampel (50%)
yang memiliki kategori cukup, dan 20 sampel (40%) yang memiliki kategori
kurang. Sedangkan berdasarkan tingkat pengetahuan ibu terdapat 38
responden (76%) terdapat memiliki pengetahuan cukup.
Berdasarkan korelasi chi -square pada taraf signifikan (α = 0.05) di
dapatkan hasil sig = 0,001 yang artinya ada hubungan antar konsumsi energi
dengan status gizi pada balita. Dikarenakan asupan energi sangat penting bagi
balita yang dimana sangat berguna untuk menunjang tumbuh kembang serta
aktivitas balita. Adapun rencana program intervensi yang dilakukan untuk
mengurangi permasalahan pada balita dengan dengan mengadakan Pelatihan
Memasak Makanan Bergizi Kelas Ibu Balita Berbahan Pangan Lokal.
3. Dari pengumpulan data yang dilakukan di wilayah kerja Pusesmas II
Denpasar Barat sebanyak 35 sampel ibu menyusui ditemukan beberapa
masalah gizi diantaranya adalah bedasarkan praktik pemberian ASI Eksklusif
sebanyak 21 sampel (60%) tidak melakukan praktek pemberian ASI
Eksklusif. Bedasarkan sikap ibu terhadap MP-ASI sebanyak 19 sampel
(54,3%) termasuk kategori cukup. Bedasarkan pemberian konseling tentang
ASI dan Edukasi tentang MP-ASI sebanyak 27 sampel (77,1%) tidak pernah
mendapatkan edukasi tentang ASI Eksklusif dan sebanyak 26 sampel (74,3%)
tidak pernah memperoleh edukasi tentang MP-ASI. Bedasarkan analisis
terdapat hubungan signifikan antara praktik IMD dengan pemberian ASI
Eksklusif dan terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan ibu tentang
MP-ASI dengan pemberian MP-ASI.
4. Dari pengumpulan data yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Barat sebanyak 35 sampel pada kelompok sasaran kader posyandu,
pada kategori tingkat pengetahuan terdapat 26 sampel (74,29%) yang
memiliki tingkat pengetahuan baik, 5 sampel (14,29%) memiliki pengetahuan
cukup dan 4 sampel (11,42%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Pada katagori tingkat keterampilan terdapat 10 sampel (28,57%) yang
memiliki tingkat keterampilan baik, 10 sampel (28,57%) yang memiliki
keterampilan cukup, dan 15 sampel (42,86%) yang memiliki keterampilan
kurang.
Berdasarkan analisis hubungan lama menjadi kader posyandu dengn
tingkat keterampilan bahwa berdarakan uji chi-square pada taraf signifikan (
=0.05) didapatkan hasil sig = 0,04 yang artinya ada hubungan antar lama
menjadi kader posyandu dengan tingkat keterampilan kader posyandu di
wilayah Puskesmas II Denpasar Barat.
B. Saran
Diharapkan masalah gizi yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar
Barat dapat teratasi dengan adanya program intervensi yang akan dilaksanakan.
Dengan demikian angka permasalahan gizi pada balita, ibu hamil, ibu menyusui
dan kader posyandu dapat berkurang.
BAB VII
RENCANA PROGRAM INTERVENSI
A. Analisis Masalah
1. Gambaran Umum Puskesmas II Denpasar Barat
Puskesmas 2 Denpasar Barat didirikan di Denpasar tanggal 31 oktober 1984,
yang terletak di Jl. Gunung Soputan Gg. Puskesmas No. 3 Denpasar Barat. Visi
Puskesmas II Denpasar Barat adalah “menjadikan Puskesmas II Denpasar Barat
prima dalam pelayanan dan pembinaan kesehatan yang bermutu, menuju
Denpasar sehat”. Misi Puskesmas II Denpasar Barat dijabarkan berdasarkan upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan yang dilaksanakan. Adapun
misi Puskesmas II Denpasar Barat adalah :
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesejhatan
b. Memberdayakan seluruh komponen pendukung dalam pembangunan
kesehatan
c. Memberikan pelayanan yang bermutu, merata, dan terjangkau.
d. Menyelenggarakan system informasi Puskesmas yang bertmutu
e. Memanfaatkan teknologi kesehatan tepat guna.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Puskesmas II Denpasar Barat menetapkan
kebijakan mutu sebagai berikut:
a. Mengutamakan pelayanan kepada masyarkat
b. Memberikan pelayanan kesehatan secara tepat
c. Meningkatkan kompetensi petugas
Kebijakan mutu tersebut ditunjang dengan komitmen penuh dari seluruh
jajaran dan melakukan peningkatan berkesinambungan ke semua bidang.
Puskesmas II Denpasar Barat memiliki Motto “kepuasan anda adalah prioritas
kami”. Memliki janji layanan CERDAS (Cermat, Empati, Ramah, Disiplin,Adil,
Santun).
Untuk mencapai pembangunan kesehatan maka upaya kesehatan di Puskesmas
dilakasanakn dalambentuk upaya kesehatan Puskesmas. Upaya kesehatan yang
dilaksanakan sesuai dengan keputusanMenteri Kesehatan RI No.
75/Menkes/SK/II/2004 tentang pusat kesehatan masyarakat. Puskesmas
IIDenpasar Barat melaksakan upaya kesehatan pengembangan berdasarkan
kondisi lingkungan dan kemungkinan perkembangan penyakit di wilayah
kerja puskesmas.
Adapun upaya kesehatan pengembangan yang dilaksanakan di Puskesmas II
Denpasar Barat adalah:
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan jiwa
c. Upaya kesehatan gigi masyarakat
d. Kesehatan tradisional dan komplementer
e. Kesehatan olahraga
f. Kesehatan kerja
g. Kesehatan indra
h. Upaya kesehatan USILA
Upaya kesehatan perseorangan di Puskesmas II Denpasar Barat adalah:
a. Kunjungan puskesmas dengan rawat jalan
b. Pelayanan umum
c. Pelayanan gigi dan mulut
d. Pelayanan kefarmasian
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
f. Pelayanan laboratorium
2. Analisis Masalah
Berdasarkan hasil pengumpulan data bidang gizi Perencanaan Program Gizi
yang telah dilakukan oleh mahasiswa semester VII Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Denpasar memberikan beberapa hasil gambaran masalah gizi yang
ditemukan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat sebagai berikut :
a. Ibu Hamil
Dari 35 sampel ibu hamil yang diambil, diperoleh masalah gizi diantaranya
adalah berdasarkan tingkat konsumsi energi ibu hamil terdapat 24 sampel
(68,57%) yang dalam katagori konsumsi deficit tingkat berat, sementara untuk
konsumsi zat besi ibu hamil dari 35 sampel, 28 sampel (80%) dalam katagori
deficit tingkat berat. Berdasarkan status KEK dan Anemia, ibu hamil yang
mengalami KEK sebanyak 3 sampel (8,57%) dan yang mengalami Anemia
sebanyak 12 sampel (34,28%). Berdasarkan tingkat pengetahuan terdapat 7
sampel (20%) yang memiliki pengetahuan yang kurang dan 24 sampel (68,57%)
yang memiliki pengetahuan yang cukup. Berdasarkan kepatuhan konsumsi tablet
Fe terdapat 23 sampel (65,71%) dari total 35 tidak patuh dalam mengonsumsi
tablet Fe.
b. Ibu Menyusui
Dari 35 sampel ibu menyusui yang diambil, diperoleh masalah gizi
diantaranya adalah bedasarkan praktik pemberian ASI Eksklusif sebanyak 21
sampel (60%) tidak melakukan praktek pemberian ASI Eksklusif. Bedasarkan
sikap ibu terhadap MP-ASI sebanyak 19 sampel (54,3%) termasuk kategori
cukup. Bedasarkan pemberian konseling tentang ASI dan Edukasi tentang MP-
ASI sebanyak 27 sampel (77,1%) tidak pernah mendapatkan konseling tentang
ASI Eksklusif dan sebanyak 26 sampel (74,3%) tidak pernah memperoleh edukasi
tentang MP-ASI.
c. Balita
Dari 50 balita ibu hamil yang di ambil, di peroleh masalah gizi di antaranya
adalah berdasarkan status gizi balita menurut BB/U terdapat 5 sampel (10%) yang
memiliki kategori status gizi risiko berat badan lebih. Sedangkan berdasarkan
tingkat konsumsi energi pada balita terdapat 1 sampel (2%) memiliki tingkat
konsumsi defisit tingkat berat, 2 sampel (4%) memiliki tingkat konsumsi energi
deficit tingkat sedang, dan 2 sampel (4%) memiliki tingkat konsumsi energi
defisit ringan. Berdasarkan pola konsumsi balita terdapat 16 sampel (32%) yang
memiliki kategori cukup, 13 sampel (26%) yang memiliki kategori kurang.
Berdasarkan budaya keluarga terdapat 25 sampel (50%) yang memiliki kategori
cukup, dan 20 sampel (40%) yang memiliki kategori kurang. Sedangkan
berdasarkan tingkat pengetahuan ibu terdapat 38 responden (76%) terdapat
memiliki pengetahuan cukup.
d. Kader Posyandu
Dari 35 sampel kader posyandu berdasarkan tingkat keterampilan kader
dalam kegiatan posyandu masih tergolong kurang sebanyak 15 sampel (42,86%)
tergolong kurang, 10 sampel (28,57%) tergolong cukup, dan 10 sampel (28,57%)
tergolong terampil. Berdasarkan praktik mengisi KMS terdapat 12 sampel
(34,29%) yang tergolong benar dalam mempraktikan pengisian KMS dan
sebanyak 23 sampel (65,71%) tergolong salah dalam mempraktikan pengisian
KMS. Sedangkan, berdasarkan praktik penentuan status gizi dengan
menggunakan PMK No 2 Tahun 2020 terdapat 8 sampel (22,86%) yang tergolong
benar dalam menentukan status gizi menggunakan PMK No 2 Tahun 2020 dan
sebanyak 27 sampel (77,14%) yang tergolong salah dalam menentukan status gizi
menggunakan PMK No 2 Tahun 2020.
3. Penyebab Masalah
Penyebab Kurangnya Tingkat Konsumsi Zat Besi Ibu Hamil
No Masalah Penyebab
1 Konsumsi Zat Besi Pengetahuan Ibu Yang Masih Kurang
Mengenai Bahan Makanan Yang
Mengandung Tinggi Fe
Beberapa sampel tidak mengonsumsi
makanan sesuai dengan pola makan yang
baik
4. Prioritas Masalah
Berdasarkan pemaparan permasalahan gizi yang ditemukan di Puskesmas II
Denpasar Barat, maka ditentukan prioritas masalah yang akan dilakukan
intervensi terkait gizi masyarakat, yaitu :
a. Ibu Hamil
Pada Ibu Hamil, prioritas masalah mengacu pada masalah kurangnya
pengetahuan ibu hamil mengenai pemilihan bahan makanan yang mengandung
tinggi zat besi serta pola konsumsi makanan yang masih kurang tepat seperti
ditemukan beberapa sampel yang tidak mengonsumsi makanan pada jam tertentu
seperti makan siang atau makan malam. Untuk mengatasi masalah tersebut,
kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kegiatan penyuluhan
gizi seimbang untuk ibu hamil dan contoh makanan sehat beragam yang baik
dikonsumsi untuk ibu hamil guna meningkatkan asupan zat besi pada ibu hamil
serta meningkatkan pengetahuan gizi pada ibu hamil.
b. Ibu Menyusui
Pada Ibu Menyusui prioritas masalah mengacu pada masalah kurangnya
pengetahuan praktik serta sikap tentang ASI Eksklusif dan MPASI yang dimana
sebagain besar ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya serta
kurangnya pemahaman ibu tentang syarat pemberian MP-ASI yang benar sesuai
usia baduta.
c. Balita
Berdasarkan pemaparan berbagai permasalahan gizi yang ditemukan di
wilayah Puskesmas II Denpasar Barat, maka ditentukan beberapa prioritas
masalah yang akan dilakukan intervensi terkait gizi masyakat. Khusus untuk
masalah gizi dengan sasaran balita prioritas masalah mengacu pada masalah
kurangnya konsumsi energi pada balita yang dapat mengakibatkan adanya
menurunan berat badan sehingga status gizi pada balita dapat menurun dan tidak
cukup, ini dikarenakan asupan energi sangat penting bagi balita yang dimana
sangat berguna untuk menunjang tumbuh kembang serta aktivitas balita. Untuk
mengatasi masalah tersebut, maka direncanakan untuk menyelenggarakan
pelatihan dengan metode demonstrasi menu sehat dan bergizi untuk anak dan
Kreasi MP- ASI serta berbahan pangan lokal.
d. Kader Posyandu
Pada kader posyandu, prioritas masalah mengacu pada masalah kurangnya
pelatihan yang didapatkan oleh kader sehingga keterampilan kader dalam
melakukan praktik pengisian KMS dan menentukan status gizi masih dalam
kategori kurang. Untuk mengatasi masalah tersebut, kegiatan yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan kegiatan pelatihan kader posyandu
mengenai cara pengisian KMS dan cara menentukan status gizi menggunakan
PMK No 2 Tahun 2020. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
kader posyandu dalam melakukan posyandu setiap bulan.
B. Rencana Program Berdasarkan Prioritas Masalah
1. Nama Program
a. Ibu Hamil
Adapun rencana program intervensi yang dilakukan untuk mengurangi
permasalahn pada ibu hamil dengan judul “Upaya Peningkatan Konsumsi
Zat Gizi Seimbang Pada Ibu Hamil Melalui Kegiatan Penyuluhan Ibu
Hamil”
b. Ibu Menyusui
Adapun rencana program intervensi yang dilakukan untuk mengurangi
permasalahan pada ibu menyusui dengan judul “Upaya Peningkatan
Pengetahuan Praktik serta Sikap dalam Pemberian ASI Eklusif dan MP-
ASI yang Baik dan Benar Melalui Kegiatan Penyuluhan Ibu Menyusui.”
c. Balita
Adapun rencana program intervensi yang dilakukan untuk mengurangi
permasalahan pada balita dengan judul “Pelatihan Memasak Makanan
Bergizi Kelas Ibu Balita Berbahan Pangan Lokal”.
d. Kader Posyandu
Adapun rencana program intervensi yang dilakukan untuk mengurangi
permasalahan pada kader posyandu dengan judul “Upaya Peningkatan
Keterampilan Kader Posyandu Dalam Pengisian KMS Dan Penentuan
Status Gizi Melalui Kegiatan Pelatihan Kader Posyandu”.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari masalah penyusunan program intervensi gizi
ini adalah terselenggaranya upaya kesehatan secara menyeluruh dan
mencapai target pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Barat dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan Denpasar
Barat yang sehat.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan program intervensi gizi ini adalah :
1) Meningkatkan asupan konsumsi zat gizi mikro (fe) pada ibu hamil dari
deficit tingkat berat sebesar 80% menjadi normal melalui program
penyuluhan konsumsi zat gizi seimbang pada ibu hamil.
2) Meningkatkan pemahaman menganai praktik serta sikap pemberian ASI
Eksklusif dan MP-ASI ibu menyusui dari kategori kurang menjadi
kategori baik.
3) Untuk meningkatkan asupan konsumsi energi pada balita dari defisit
tingkat berat maupun defisit tingkat sedang menjadi normal dengan
melalui program pelatihan memasak makanan bergizi.
4) Meningkatkan keterampilan kader dalam melakukan tugas di posyandu
dari 42,86% menjadi 80% melalui program peningkatan keterampilan
dengan kegiatan pelatihan kader posyandu
2. Sasaran
a. Ibu Hamil
b. Ibu Menyusui
c. Balita
d. Kader posyandu
3. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut :
No Nama Kegiatan Tujuan Media Sasaran
1 Penyuluhan gizi Meningkatkan Online Class Ibu Hamil
seimbang dan contoh pengetahuan ibu
makanan sehat hamil dan
beragam untuk ibu tercapainya ibu
hamil guna hamil yang
meningkatkan asupan memiliki tingkat
zat besi. konsumsi yang
adekuat
2 Penyuluhan mengenai Meningkatkan Online Class Ibu
praktik serta sikap pemahan Menyusui
yang baik dan benar ibumenyusui
dalam pemberian ASI mengenai sikap dan
Eklusif dan MPASI prilaku pemberian
kepada Ibu Menyusui ASI Eksklusif dan
MP-ASI yang baik
dan benar.
3 Pelatihan dengan Mempraktekan atau Offline/online Ibu Balita
metode demonstrasi mendemonstrasikan class
masak makanan balita cara membuat
yang sehat, bergizi, makanan balita
dan menarik serta yang sehat, bergizi,
menggunakan bahan dan menarik serta
pangan lokal menggunakan
bahan pangan local
sehingga dapat
meningkatkan
konsumsi energi
anak dan mencapai
status gizi normal
4 Pelatihan kader Tercapainya kader Online class Kader
posyandu dalam posyandu yang posyandu
kegiatan pengisian terampil dalam
KMS dan penentuan pembangunan
status gizi balita di masa
menggunakan PMK pandemi
No 2 Tahun 2020
4. Rencana Biaya
a. Intervensi Ibu Hamil
No Jenis Pengeluaran Banyaknya Harga Jumlah
1. Sie sekretariat
Fotocopy dan print 1 paket 1 x Rp 100.000 Rp 100.000,00
Jilid 3 paket 3 x Rp 10.000 Rp 30.000,00
Amplop 2 buah 2 x Rp 3.000 Rp 6.000,00
Sub Total Rp 136.000,00
2. Sie Konsumsi dan Rohani
Snack pagi 30 buah 30 x Rp 1.000 Rp 30.000,00
Nasi kotak 6 buah 6 x Rp 15.000 Rp 90.000,00
Nasi bungkus 10 bungkus 10 x Rp 10.000 Rp 100.000,00
Pejati 3 buah 3 x Rp 50.000 Rp 150.000,00
Canang 1 bungkus 1 x Rp 25.000 Rp 25.000,00
Dupa 1 bungkus 1 x Rp 10.000 Rp 10.000,00
Sub Total Rp 405.000,00
3. Sie Acara
Honor Narasumber 2 orang 2 x Rp 300.000 Rp 600.000,00
Pembelian Contoh 1 paket 1 x Rp 150.000 Rp 150.000,00
Makanan Sehat Beragam
Print Teks MC 1 lembar 1 x Rp 5.000 Rp 5.000,00
Sub Total Rp 755.000,00
4. Sie PDD
Cetak spanduk 1 buah 1 x Rp 50.000 Rp 50.000,00
Sertifikat narasumber 2 lembar 2 x Rp 5.000 Rp 10.000,00
Sub Total Rp 60.000,00
5. Sie Humas dan Perlengkapan
Lakban 1 buah Rp 5.000 Rp 5.000,00
Tali Rafia 1 buah Rp 5.000 Rp 5.000,00
Sub Total Rp 10.000,00
Total Pengeluaran Rp 1.366.00,00
b. Intervensi Ibu Menyusui
Banyakny
No Jenis Pengeluaran Harga Jumlah
a
1. Sie sekretariat
Fotocopy dan print 1 paket 1 x Rp 50.000 Rp 50.000,00
Jilid 3 paket 3 x Rp 10.000 Rp 20.000,00
Amplop 2 buah 2 x Rp 3.000 Rp 6.000,00
Sub Total Rp 76.000,00
2. Sie Konsumsi dan Rohani
Snack pagi 25 buah 25 x Rp 1.000 Rp 25.000,00
Nasi kotak 3 buah 3 x Rp 15.000 Rp 45.000,00
Nasi bungkus 7 bungkus 7 x Rp 10.000 Rp 70.000,00
Pejati 3 buah 3 x Rp 50.000 Rp 150.000,00
Canang 1 bungkus 1 x Rp 25.000 Rp 25.000,00
Dupa 1 bungkus 1 x Rp 15.000 Rp 15.000,00
Bunga 1 paket 1 x Rp 15.000 Rp 15.000,00
Sub Total Rp 345.000,00
3. Sie Acara
Honor Narasumber 2 orang 2 x Rp 300.000 Rp 600.000,00
Pembelian Bahan 1 paket 1 x Rp 150.000 Rp 150.000,00
praktik mp-asi
Print Teks MC 1 lembar 1 x Rp 5.000 Rp 5.000,00
Sub Total Rp 755.000,00
4. Sie PDD
Sertifikat narasumber 9 lembar Rp 5.000 Rp 45.000,00
dan panitia
Sub Total Rp 45.000,00
Total Pengeluaran Rp 1.221.00,00
c. Intervensi Balita
No Jenis Pengeluaran Banyaknya Harga Jumlah
1. Sie sekretariat
Fotocopy dan print 1 paket 1 x Rp 100.000 Rp 100.000,00
Jilid 3 paket 3 x Rp 10.000 Rp 30.000,00
Amplop 2 buah 2 x Rp 3.000 Rp 6.000,00
Sub Total Rp 136.000,00
2. Sie Konsumsi dan Rohani
Snack pagi 30 buah 30 x Rp 1.000 Rp 30.000,00
Nasi kotak 6 buah 6 x Rp 15.000 Rp 90.000,00
Nasi bungkus 10 bungkus 10 x Rp 10.000 Rp 100.000,00
Pejati 3 buah 3 x Rp 50.000 Rp 150.000,00
Canang 1 bungkus 1 x Rp 25.000 Rp 25.000,00
Dupa 1 bungkus 1 x Rp 10.000 Rp 10.000,00
Sub Total Rp 405.000,00
3. Sie Acara
Honor Narasumber 2 orang 2 x Rp 300.000 Rp 600.000,00
Pembelian Bahan Untuk 1 paket 1 x Rp 150.000 Rp 250.000,00
Pelatihan Makanan Sehat
Bagi Balita
Print Teks MC 1 lembar 1 x Rp 5.000 Rp 5.000,00
Sub Total Rp 755.000,00
4. Sie PDD
Cetak spanduk 1 buah 1 x Rp 50.000 Rp 50.000,00
Sertifikat narasumber 2 lembar 2 x Rp 5.000 Rp 10.000,00
Sub Total Rp 60.000,00
5. Sie Humas dan Perlengkapan
Lakban 1 buah Rp 5.000 Rp 5.000,00
Tali Rafia 1 buah Rp 5.000 Rp 5.000,00
Sub Total Rp 10.000,00
Total Pengeluaran Rp 1.466.00,00
d. Intervensi Kader Posyandu
No Jenis Pengeluaran Banyaknya Harga Jumlah
1. Sie sekretariat
Fotocopy dan print 1 paket 1 x Rp 150.000 Rp 150.000,00
Jilid 3 paket 3 x Rp 10.000 Rp 30.000,00
Amplop 2 buah 2 x Rp 3.000 Rp 6.000,00
Sub Total Rp 186.000,00
2. Sie Konsumsi dan Rohani
Snack pagi 25 buah 25 x Rp 1.000 Rp 25.000,00
Nasi kotak 6 buah 6 x Rp 15.000 Rp 90.000,00
Nasi bungkus 10 bungkus 10 x Rp 10.000 Rp 100.000,00
Pejati 3 buah 3 x Rp 50.000 Rp 150.000,00
Canang 1 bungkus 1 x Rp 25.000 Rp 25.000,00
Dupa 1 bungkus 1 x Rp 15.000 Rp 15.000,00
Bunga 1 paket 1 x Rp 15.000 Rp 15.000,00
Sub Total Rp 420.000,00
3. Sie Acara
Honor Narasumber 2 orang 2 x Rp 300.000 Rp 600.000,00
Pembelian Bahan Pelatihan 1 paket 1 x Rp 150.000 Rp 150.000,00
Print Teks MC 1 lembar 1 x Rp 5.000 Rp 5.000,00
Sub Total Rp 755.000,00
4. Sie PDD
Cetak spanduk 1 buah Rp 50.000 Rp 50.000,00
Sertifikat narasumber dan 9 lembar Rp 5.000 Rp 45.000,00
panitia
Sub Total Rp 95.000,00
5. Sie Humas dan Perlengkapan
Lakban 1 buah Rp 5.000 Rp 5.000,00
Tali Rafia 1 buah Rp 5.000 Rp 5.000,00
Sub Total Rp 10.000,00
Total Pengeluaran Rp 1.466.00,00
5. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Formulir Rencana Monitoring dan Evaluasi
No Kegiatan Keterlakasa Monitoring Pelaksanaan Masalah Tindak Evaluasi
naan (Sesuai/Tidak Sesuai) Lanjut
Ya Tidak Waktu Media Materi Sasaran Tempat Petugas Hasil
Kegiatan
1. Penyuluhan gizi
seimbang dan contoh
makanan sehat
beragam untuk ibu
hamil guna
meningkatkan asupan
zat besi.
2. Penyuluhan mengenai
praktik serta sikap
yang baik dan benar
dalam pemberian ASI
Eklusif dan MPASI
kepada Ibu Menyusui
3. Pelatihan dengan
metode demonstrasi
masak makanan balita
yang sehat, bergizi,
dan menarik serta
menggunakan bahan
pangan lokal
4. Pelatihan
keterampilan kader
posyandu mengenai
pengisian KMS dan
penentuan status gizi
menggunakan PMK
No 2 Tahun 2020
1. Tabel Plan Of Action (POA)
Rencana implementasi gizi dapat dilihat dalam Plan Of Actiom (POA), sebagai berikut :
Deskripsi Tujuan Target Sasaran Rencana Kegiatan Strategi Kegiatan Sumber daya
Intervensi Langsung Personal/ instansi terkait Tempat Waktu Jenis Asal
Langsung Pendukung kegiatan
Pelatihan Kader 1. Tujuan umum: Sebanyak Kader 1. Memberi salam - Dosen - Perangkat Wilayah 90 - Leaflet - Iuran
Posyandu Untuk 35 sampel Posyandu pembuka dan - Petugas desa Puskemas menit - KMS Mahas
Adriani Dan Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Kencana.
Jakarta.
Adriani, M. & Kartika, V., 2013. Pola Asuh Makan Pada Balita Dengan Status
Gizi Kurang Di Jawa Timur, Jawa Tengah Dan Kalimantan Tengah Tahun
2011. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan , Volume Vol. 16 No. 2, P.
185–193.
Almatsier S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Pt Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Andita, F. (2018) ‘Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia
Kehamilan Di Puskesmas Padang Bulan’, Pp. 1–126. Available At:
Http://Repositori.Usu.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/7409/14110108
3.Pdf?Sequence=1&Isallowed=Y.
Astuti, D. D. W. I. (2019) Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi, Pemberian Asi
Eksklusif, Pemberian Mp-Asi Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia
6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih Ii Kabupaten Kulon
Progo. Politeknik Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
Aulia, A. R. N. (2020) ‘Hubungan Kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil
Dengan Kejadian Bblr Di Puskesmas Pleret Bantul Tahun 2018’.
Available At: Www.Journal.Uta45jakarta.Ac.Id.
Ayu N, V. (2016) ‘Model Pelayanan Kesehatan (Studi Deskriptif Tentang Model
Pelayanan Program Antenatal Care Di Puskesmas Peterongan Kabupaten
Jombang)’, 4(3). Doi: 10.1016/J.Midw.2020.102780.
Carolin, B. T., Anggita, R. S., & Vivi, S. (2018) ‘Analisis Faktor Yang
Mempengruhi Status Gizi Balita (12-59 Bulan) Di Puskesmas Sukadiri
Kabupaten Tangerang Tahun 2018’, Jurnal Ilmu Dan Budaya, 41(66), Pp.
7835– 7846.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Cara Pemberian Makanan
Pendamping Asi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dewi, A. (2017) ‘Gizi Pada Ibu Hamil’, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
1, Pp. 12–15.
Dewi, R., Siregar, U. E. And Baru, P. (2020) ‘Evaluasi Penggunaan Kombinasi
Zink Dan Probiotik Pada Penanggulangan Pasien Diare Anak Di Instalasi
Rawat Inap Rsud H . Abdul Manap Jambi Tahun 2020’, 6(2), Pp. 55–63.
Dinas Kesehatan Kota Denpasar (2020) ‘Profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Tahun 2019 Oleh’, Journal Of Chemical Information And Modeling,
53(9), Pp. 1689–1699.
Diniyyah, S. R. (2017) ‘Asupan Energi , Protein Dan Lemak Dengan Kejadian
Gizi Kurang Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Desa Suci , Gresik. Amerta
Nutrition’, 7(1), Pp. 341–350.
Hartati, S. And Nurazila, N. (2018) ‘Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru’, Jurnal
Endurance, 3(2), P. 400. Doi: 10.22216/Jen.V3i2.2962.
Hasanah, N. U. (2015) ‘Hubungan Dukungan Sosial Suami Terhadap
Kecenderungan Baby Blues Syndrome Pada Ibu Pasca Melahirkan (Studi
Kasus Rumah Sakit Umum Sigli Dan Bps Nurlaila)’, Kebidanan, Pp. 13–
54. Available At: Http://Etheses.Uin-Malang.Ac.Id/613/6/09410060 Bab
2.Pdf.
Idai (2015) ‘Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti Pada Bayi
Dan Batita Di Indonesia Untuk Mencegah Malnutrisi’, Ukk Nutrisi Dan
Penyakit Metabolik, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Doi:
10.1017/Cbo9781107415324.004.
Idai (2018) ‘Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mpasi)’, Ukk Nutrisi
Dan Penyakit Metabolik Idai. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, P.
18.
Indonesia, K. K. R. (2019) Pedoman Pekan Asi Sedunia.
Irianto, A. (2004) Pengantar Pangan Dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Irianto, Koes. 2014. Gizi Seimbang Dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced
Nutrition In Reproductive Health). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Kemenkes (2016) Kurikulum Inti Pendidikan Diploma Iv Gizi, Kemenkes.
Kemenkes Ri (2014) Kurikulum Dan Modul Pelatihan K Ader Posyandu.
Kementerian Kesehatan Ri (2020) Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak,
Kementerian Kesehatan Ri.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2020) Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri
Anak. Indonesia.
Kementrian Kesehatan Ri (2011) Modul Pelatihan Konseling Mp-Asi Pedoman
Pelatih. Jakarta: Ditjend Bina Gizi Dan Kia.
Kurnia (2019) ‘Tentang Inisiasi Menyusu Dini Characteristics And Level Of
Knowledge Of Postpartum Mother About Early Initiation Of’, 3(1), Pp.
33–36.
Maghribi, M. A. F. (2019) ‘Hubungan Tingkat Konsumsi Protein Dan Zat Besi
Dengan Kekurangan Energi Kronis Dan Anemia Pada Wus Vegetarian
Pasraman Sri Sri Radha Rasesvara Badung’, Journal Of Chemical
Information And Modeling.
Mufida, L., Widyaningsih, T. D. And Maligan, J. M. (2013) ‘Prinsip Dasar
Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( Mp-Asi ) Untuk Bayi 6 – 24 Bulan’,
3(4), P.(4), Pp. 1646–1651.
Mukhoirotin, M., Khusniyah, Z. And Susanti, L. (2015) ‘Hubungan Pengetahuan
Ibu Tentang Asi Eksklusif Dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Di
Bpm Hj. Umi Salamah Peterongan Jombang’, Jurnal Edu Health, 5(2), Pp.
137–141.
Nasar, S. S. (2015) ‘Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi): Pedoman Dan Prinsip
Pemberiannya’, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fkui-Rscm Divisi
Nutrisi Dan Penyakit Metabolik.
Nm, A. F. And Nk, A. S. (2021) ‘Determinan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu
Menyusui Di Puskesmas I Denpasar Barat’, Jurnal Kebidanan, 10(1), P.
23. Doi: 10.26714/Jk.10.1.2021.23-34.
Nur Asiah, Henki Adisa Putra, R. S. (2020) ‘Pelaksanaan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) Lansia Oleh Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Seulimeum
Kabupaten Aceh Besar’, 9(April), Pp. 42–50.
Nurtati, D. (2019) ‘Pengembangan Skill Kepemimpinan Kader Posyandu’,
Academia.Edu.
Putri, L. G. I. K., Astuti, I. W. And Putu, I. G. N. (2019) ‘Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui Dengan Status Gizi Bayi
Umur 1-6 Bulan’, 1, Pp. 105–112.
Putri, W. C. W. S. Et Al. (2017) ‘Dasar-Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
( Puskesmas )’, Modul Pembekalanmanajemendan Programpuskesmas, P.
14.
Rahmatillah, D. K. (2018) ‘Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Tindakan
Terhadap Status Gizi Relationship Between Knowledge , Attitudes And
Practices And Nutritional Status’, Amerta Nutr, Pp. 106–112. Doi:
10.20473/Amnt.V2.I1.2018.106-112.
Rahmi H.G, I. (2017) ‘Telaah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Balita Di Kota Padang Berdasarkan Berat Badan Per Tinggi Badan
Menggunakan Metode Cart’, Eksakta: Berkala Ilmiah Bidang Mipa,
18(02), Pp. 86–99. Doi: 10.24036/Eksakta/Vol18-Iss02/59.
Ratufelan, E., Zainuddin, A., & J. (2018) ‘Hubungan Pola Makan, Ekonomi
Keluarga Dan Riwayat Infeksi Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita
Diwilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Tahun 2018’, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 3(2), P. 3.
Rianasari, N. M. G. (2018) ‘Gambaran Tingkat Konsumsi Energi Dan Status Gizi
Mahasiswa Di Asrama Akademi Keperawatan Kesdam Ix Udayana
Denpasar’.
Ristanti, E., Harahap, P. S. And Subakir, S. (2020) ‘Faktor Yang Mempengaruhi
Status Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi’,
Journal Of Healthcare Technology And Medicine, 6(2), P. 742. Doi:
10.33143/Jhtm.V6i2.980.
Salmariantity (2012) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2012’, P. 114.
Sari, D. K. (2019) ‘Hubungan Antara Pendidikan Dan Kepatuhan Mengkonsumsi
Tablet Fe Terhadap Kader Hb Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ngoro
Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur’, Journal Of
Chemical Information And Modeling, 53(9), Pp. 1689–1699.
Setiawati, N. K. (2018) ‘Gambaran Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Serta
Keragaman Konsumsi Pangan Rumah Tangga Penduduk Desa Besan
Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung’.
Stephanie, P. And Kartika, S. K. A. (2016) ‘Gambaran Kejadian Kurang Energi
Kronik Dan Pola Makan Wanita Usia Subur Di Desa Pesinggahan
Kecamatan Dawan Klungkung Bali 2014’, 5(6), Pp. 1–6.
Sumarni, S. And Oktavianisya, N. (2018) ‘Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan
Pemberian Asi Eksklusif Usia > 6-12 Bulan Di Kecamatan Talango
Kabupaten Sumenep’, Wiraraja Medika, 7(1), Pp. 33–37. Doi:
10.24929/Fik.V7i1.380.
Vanessa Et Al. (2009) ‘Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah Pada Ibu
Hamil Dengan Anemia Di Kabupaten Kulon Progo Dan Bantul’, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta, (2001), Pp. 8–30.
Yani, C. F. (2019) ‘Analisis Hubungan Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan
Pasien Di Puskesmas Mon Geudong Kecamatan Banda Sakti Kota
Lhokseumawe Tahun 2019’. Doi: 10.31219/Osf.Io/Kw3z4.
Tifani Indra Pratiwi (2020) Gambaran Pengetahuan Gizi Dan Asupan Zat Gizi
Makro Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsat Kecamatan
Sukajadi Kota Pekanbaru. Diploma Thesis, Poltekkes Kemenkes
Riau.Andita, F. (2018) ‘Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Anemia Kehamilan Di Puskesmas Padang Bulan’, Pp. 1–126. Available
At:
Http://Repositori.Usu.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/7409/14110108
3.Pdf?Sequence=1&Isallowed=Y.
Astuti, D. D. W. I. (2019) Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi, Pemberian Asi
Eksklusif, Pemberian Mp-Asi Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia
6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pengasih Ii Kabupaten Kulon
Progo. Politeknik Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
Aulia, A. R. N. (2020) ‘Hubungan Kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil
Dengan Kejadian Bblr Di Puskesmas Pleret Bantul Tahun 2018’.
Available At: Www.Journal.Uta45jakarta.Ac.Id.
Ayu N, V. (2016) ‘Model Pelayanan Kesehatan (Studi Deskriptif Tentang Model
Pelayanan Program Antenatal Care Di Puskesmas Peterongan Kabupaten
Jombang)’, 4(3). Doi: 10.1016/J.Midw.2020.102780.
Carolin, B. T., Anggita, R. S., & Vivi, S. (2018) ‘Analisis Faktor Yang
Mempengruhi Status Gizi Balita (12-59 Bulan) Di Puskesmas Sukadiri
Kabupaten Tangerang Tahun 2018’, Jurnal Ilmu Dan Budaya, 41(66), Pp.
7835– 7846.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) Cara Pemberian Makanan
Pendamping Asi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dewi, A. (2017) ‘Gizi Pada Ibu Hamil’, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
1, Pp. 12–15.
Dewi, R., Siregar, U. E. And Baru, P. (2020) ‘Evaluasi Penggunaan Kombinasi
Zink Dan Probiotik Pada Penanggulangan Pasien Diare Anak Di Instalasi
Rawat Inap Rsud H . Abdul Manap Jambi Tahun 2020’, 6(2), Pp. 55–63.
Dinas Kesehatan Kota Denpasar (2020) ‘Profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Tahun 2019 Oleh’, Journal Of Chemical Information And Modeling,
53(9), Pp. 1689–1699.
Diniyyah, S. R. (2017) ‘Asupan Energi , Protein Dan Lemak Dengan Kejadian
Gizi Kurang Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Desa Suci , Gresik. Amerta
Nutrition’, 7(1), Pp. 341–350.
Hartati, S. And Nurazila, N. (2018) ‘Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru’, Jurnal
Endurance, 3(2), P. 400. Doi: 10.22216/Jen.V3i2.2962.
Hasanah, N. U. (2015) ‘Hubungan Dukungan Sosial Suami Terhadap
Kecenderungan Baby Blues Syndrome Pada Ibu Pasca Melahirkan (Studi
Kasus Rumah Sakit Umum Sigli Dan Bps Nurlaila)’, Kebidanan, Pp. 13–
54. Available At: Http://Etheses.Uin-Malang.Ac.Id/613/6/09410060 Bab
2.Pdf.
Idai (2015) ‘Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti Pada Bayi
Dan Batita Di Indonesia Untuk Mencegah Malnutrisi’, Ukk Nutrisi Dan
Penyakit Metabolik, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Doi:
10.1017/Cbo9781107415324.004.
Idai (2018) ‘Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mpasi)’, Ukk Nutrisi
Dan Penyakit Metabolik Idai. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, P.
18.
Indonesia, K. K. R. (2019) Pedoman Pekan Asi Sedunia.
Irianto, A. (2004) Pengantar Pangan Dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kemenkes (2016) Kurikulum Inti Pendidikan Diploma Iv Gizi, Kemenkes.
Kemenkes Ri (2014) Kurikulum Dan Modul Pelatihan K Ader Posyandu.
Kementerian Kesehatan Ri (2020) Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak,
Kementerian Kesehatan Ri.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2020) Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri
Anak. Indonesia.
Kementrian Kesehatan Ri (2011) Modul Pelatihan Konseling Mp-Asi Pedoman
Pelatih. Jakarta: Ditjend Bina Gizi Dan Kia.
Kurnia (2019) ‘Tentang Inisiasi Menyusu Dini Characteristics And Level Of
Knowledge Of Postpartum Mother About Early Initiation Of’, 3(1), Pp.
33–36.
Maghribi, M. A. F. (2019) ‘Hubungan Tingkat Konsumsi Protein Dan Zat Besi
Dengan Kekurangan Energi Kronis Dan Anemia Pada Wus Vegetarian
Pasraman Sri Sri Radha Rasesvara Badung’, Journal Of Chemical
Information And Modeling.
Mufida, L., Widyaningsih, T. D. And Maligan, J. M. (2013) ‘Prinsip Dasar
Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( Mp-Asi ) Untuk Bayi 6 – 24 Bulan’,
3(4), P.(4), Pp. 1646–1651.
Mukhoirotin, M., Khusniyah, Z. And Susanti, L. (2015) ‘Hubungan Pengetahuan
Ibu Tentang Asi Eksklusif Dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Di
Bpm Hj. Umi Salamah Peterongan Jombang’, Jurnal Edu Health, 5(2), Pp.
137–141.
Nasar, S. S. (2015) ‘Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi): Pedoman Dan Prinsip
Pemberiannya’, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fkui-Rscm Divisi
Nutrisi Dan Penyakit Metabolik.
Nm, A. F. And Nk, A. S. (2021) ‘Determinan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu
Menyusui Di Puskesmas I Denpasar Barat’, Jurnal Kebidanan, 10(1), P.
23. Doi: 10.26714/Jk.10.1.2021.23-34.
Nur Asiah, Henki Adisa Putra, R. S. (2020) ‘Pelaksanaan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) Lansia Oleh Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Seulimeum
Kabupaten Aceh Besar’, 9(April), Pp. 42–50.
Nurtati, D. (2019) ‘Pengembangan Skill Kepemimpinan Kader Posyandu’,
Academia.Edu.
Putri, L. G. I. K., Astuti, I. W. And Putu, I. G. N. (2019) ‘Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui Dengan Status Gizi Bayi
Umur 1-6 Bulan’, 1, Pp. 105–112.
Putri, W. C. W. S. Et Al. (2017) ‘Dasar-Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
( Puskesmas )’, Modul Pembekalanmanajemendan Programpuskesmas, P.
14.
Rahmatillah, D. K. (2018) ‘Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Tindakan
Terhadap Status Gizi Relationship Between Knowledge , Attitudes And
Practices And Nutritional Status’, Amerta Nutr, Pp. 106–112. Doi:
10.20473/Amnt.V2.I1.2018.106-112.
Rahmi H.G, I. (2017) ‘Telaah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Balita Di Kota Padang Berdasarkan Berat Badan Per Tinggi Badan
Menggunakan Metode Cart’, Eksakta: Berkala Ilmiah Bidang Mipa,
18(02), Pp. 86–99. Doi: 10.24036/Eksakta/Vol18-Iss02/59.
Ratufelan, E., Zainuddin, A., & J. (2018) ‘Hubungan Pola Makan, Ekonomi
Keluarga Dan Riwayat Infeksi Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita
Diwilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Tahun 2018’, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 3(2), P. 3.
Rianasari, N. M. G. (2018) ‘Gambaran Tingkat Konsumsi Energi Dan Status Gizi
Mahasiswa Di Asrama Akademi Keperawatan Kesdam Ix Udayana
Denpasar’.
Ristanti, E., Harahap, P. S. And Subakir, S. (2020) ‘Faktor Yang Mempengaruhi
Status Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi’,
Journal Of Healthcare Technology And Medicine, 6(2), P. 742. Doi:
10.33143/Jhtm.V6i2.980.
Salmariantity (2012) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2012’, P. 114.
Sari, D. K. (2019) ‘Hubungan Antara Pendidikan Dan Kepatuhan Mengkonsumsi
Tablet Fe Terhadap Kader Hb Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ngoro
Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur’, Journal Of
Chemical Information And Modeling, 53(9), Pp. 1689–1699.
Setiawati, N. K. (2018) ‘Gambaran Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Serta
Keragaman Konsumsi Pangan Rumah Tangga Penduduk Desa Besan
Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung’.
Stephanie, P. And Kartika, S. K. A. (2016) ‘Gambaran Kejadian Kurang Energi
Kronik Dan Pola Makan Wanita Usia Subur Di Desa Pesinggahan
Kecamatan Dawan Klungkung Bali 2014’, 5(6), Pp. 1–6.
Sumarni, S. And Oktavianisya, N. (2018) ‘Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan
Pemberian Asi Eksklusif Usia > 6-12 Bulan Di Kecamatan Talango
Kabupaten Sumenep’, Wiraraja Medika, 7(1), Pp. 33–37. Doi:
10.24929/Fik.V7i1.380.
Vanessa Et Al. (2009) ‘Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah Pada Ibu
Hamil Dengan Anemia Di Kabupaten Kulon Progo Dan Bantul’, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta, (2001), Pp. 8–30.
Yani, C. F. (2019) ‘Analisis Hubungan Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan
Pasien Di Puskesmas Mon Geudong Kecamatan Banda Sakti Kota
Lhokseumawe Tahun 2019’. Doi: 10.31219/Osf.Io/Kw3z4.
Wardani M. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita Di Rw
06 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas –
Depok.Lib.Ui.Ac.Id/File?File=Digital/20311241-543277-%20faktor-
Faktor.Pdf.
Waryana. 2016. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama. Yogyakarta.
Yuli, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas, Aplikasi Nanda,
Nic, Dan Noc. Jakarta: Tim.
Elli Yane Bangkele., A.D, Luh Ayu Febina., Soemardji, Wulan M.2018.
Hubungan Pengetahuan,Sikap, Dan Dukungan Suami Terhadap
Pemberian Asi Eksklusif Di Kelurahan Pengawu Wilayah Kerja
Puskesmas Nosarara. Jurnal Kesehatan Tadulako: Vol.4, No.2
Nopianti, Puji., Dewi, Afiska Prima., Abdullah., Muharramah, Alifiyanti.2021.
Hubungan Tingkat Kecukupan Protein, Pengetahuan Ibu, Status
Imunisasi Dan Status Infeksi Dengan Status Gizi (Bb/U) Balita Usia 12-
24 Bulan. Jurnal Gizi Aisyah : Vol.4, No.2.
Nurhayati, Tengku., Purba, Edy Marjuang., Sinaga, Siti Nurmawan., Seriati, Tetti
Situmorang., Marliani., Subroto, Edi. 2021. Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Dengan Pemberian Mp-Asi Pada Bayi Di Puskesmas Melati
Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2021.
Excellent Midwifery Journal : Vol.4,No.2.
Purba, Nanda Putri Wulandari. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Terhadap Praktik Pemberian Mp-Asi Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di
Posyandu Kelurahan Karawaci Baru, Kota Tangerang. Skripsi. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan.
Ramli, Riza. 2020. Hubungan Pengetahuan Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan
Pemberian Asi Eksklusif Di Kelurahan Sidotopo. Jurnal Promkes: The
Indonesian Journal Of Health Promotion And Health Education : Vol.8,
No.1.
Roring, Deiby Olivia., Nita, R., Kapantow, Nova H. 2018. Hubungan Antara
Asupan Energi Dengan Status Gizi Anak Kecamatan Poso Pesisir Utara
Kabupaten Poso. Jurnal Kesmas : Vol.7,No.5
Tempali, Sri Restu., Rafika, Rafika., Muliani, Muliani., Tondong, Henrietta
Imelda. 2018. Hubungan Konseling Menyusui Dengan Sikap Ibu Dalam
Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Tawaeli. Jurnal
Bidan Cerdas : Vol.1 No.1