Anda di halaman 1dari 18

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL


PENGENDALIAN INDEKS KELUARGA SEHAT UNTUK REALISASI PHBS
DALAM KELUARGA SEBAGAI PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DINKES JATENG

Dosen Pengampu :

Kurniati Puji Lestari, S.Kp., M.Kes.

Disusun Oleh :

Nama : Ela Amrina Rosyada

NIM : P1337420620099

Kelas : 3A3-Reguler

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG

PROGRAM SARJANA TERAPAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi ujian tengah semester
untuk mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional dengan baik dan tepat waktu. Adapun tema
dari makalah ini adalah “Pengendalian Indeks Keluarga Sehat Untuk Realisasi Dalam Keluarga
Sebagai Program Pembangunan Kesehatan Dinkes Jateng”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapka terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional oleh Ibu Kurniati Puji Lestari, S.Kp., M.Kes.
yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan makalah. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang ikut serta dalam pembuatan makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh agar makalah ini bisa
dipraktikkan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.

Semarang, 15 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................................... 4
A. Definisi Definisi Program Indonesia Sehat ....................................................... 4
B. Sasaran Program Indonesia Sehat ..................................................................... 4
C. Konsep Keluarga ............................................................................................... 4
D. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat .......................................................... 6
E. Peran Pemangku Kepentingan ........................................................................... 7
F. Gambaran Kasus dan Kefektifan Program Indeks Keluarga Sehat Di Wilayah
Kerja Puskesmas Batang I ................................................................................. 8
BAB III : PENUTUP ....................................................................................................... 13
A. Simpulan .............................................................................................................. 13
B. Saran .................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Program Indonesia Sehat merupakan program prioritas Kementerian Kesehatan dan
termasuk salah satu program Nawa Cita ke 5 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup rakyat Indonesia. Program yang dilaksanakan oleh Puskesmas dengan
mengintegrasikan pelaksanaan program melalui pendekatan 6 komponen utama dalam
penguatan sistem kesehatan (six building blocks), yaitu penguatan upaya pelayanan
kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, sistem informasi kesehatan, akses terhadap
ketersediaan obat esensial, pembiayaan dan kepemimpinan atau pemerintah (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017). Upaya pencapaian pembangunan kesehatan dalam
program Indonesia sehat dilaksanakan dengan potensi dari pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten atau kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan dapat dimulai dari unit
terkecil dari masyarakat yaitu keluarga (Data dan Informasi Kesehatan, 2017).
Permasalahan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan dengan cara efektif yaitu
pendekatan keluarga. Program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga terdiri atas 4
prioritas yang meliputi; penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi
balita pendek (stunting), penanggulangan penyakit menular dan penanggulangan penyakit
tidak menular. Prioritas tersebut dilaksanakan dengan pendekatan upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative oleh tenaga kesehatan (Data
dan Informasi Kesehatan, 2017).
Untuk menyatakan bahwa satu keluarga sehat atau tidak dapat digunakan sejumlah
indikator atau penanda. Dalam pelaksanaan program indonesia sehat telah disepakati adanya
12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga (Data dan Informasi
Kesehatan, 2017). 12 indikator tersebut antara lain: keluarga mengikuti program Keluarga
Berencana (KB), ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, bayi mendapat imunisasi
dasar lengkap, bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan, penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar,
penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur, penderita gangguan jiwa
mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan, anggota keluarga tidak ada yang
merokok, keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), keluarga
mempunyai akses sarana air bersih, keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban
sehat (Pusdatin, 2017).
1
Pemerintah sudah melakukan upaya untuk pengendalian penyakit tidak menular seperti
hipertensi dengan cara peningkatan deteksi dini sebagai faktor resiko penyakit tidak menular
melalui posbindu, peningkatan akses pelayanan terpadu penyakit tidak menular di fasilitas
kesehatan tingkat pertama (FKTP), penyuluhan tentang dampak buruk merokok,
menyelenggarakan layanan upaya berhenti merokok dan untuk upaya pemerintah dalam
pengendalian penderita gangguan jiwa yang dilakukan dengan upaya kesehatan jiwa
berbasis masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah puskesmas dan bekerja
bersama masyarakat, serta pemberian program bantuan untuk mewujudkan keluarga yang
mempunyai akses sarana air bersih, keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban
sehat (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menurunkan prevalensi hipertensi,
gangguan jiwa, tetapi tidak memperoleh penurunan angka yang signifikan atau mencapai
cakupan yang diinginkan. Hal ini dibutuhkan kerjasama antara puskesmas dan masyarakat
atau lintas sektor untuk dapat menurunkan prevalensi hipertensi dan gangguan jiwa,
sehingga status keluarga sehat dapat meningkat sesuai dengan cakupan yang diinginkan.
Untuk itu penulis merasa perlu melakukan penelitian lebih lanjut terkait gambaran dan
keberhasilan program pengendalian indeks keluarga sehat melalui PHBS di wilayah Jateng.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran progam Indonesia Sehat?
2. Bagaimana konsep keluarga dalam pendekatan Keluarga Sehat?
3. Bagaimana gambaran program pengendalian indeks keluarga sehat melalui PHBS
sesuai dengan rencana pembangunan kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Tengah?
4. Bagaimana keefektifan program pengendalian indeks keluarga sehat melalui PHBS di
lingkungan masyarakat Jawa Tengah?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan gambaran program Indonesia Sehat.
2. Mendeskripsikan konsep keluarga dalam pendekatan keluarga Sehat.
3. Mendeskripsikan gambaran program pengendalian indeks keluarga sehat melalui PHBS
di Jawa Tengah.
4. Mendeskripsikan keefektifan program pengendalian indeks keluarga sehat melalui
PHBS di lingkungan masyarakat Jawa Tengah.

2
D. Manfaat Penulisan
1. Memberikan informasi tentang program Indonesia Sehat.
2. Memberikan informasi tentang konsep keluarga dalam pendekatan Keluarga Sehat.
3. Memberikan informasi tentang gambaran program pengendalian indeks keluarga sehat
melalui PHBS di wilayah Jawa Tengah.
4. Memberikan informasi tentang keefektifan program pengendalian indeks keluarga sehat
melalui PHBS di wilayah Jawa Tengah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Program Indonesia Sehat


Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program
sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program
Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama
Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/ 52/2015 (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2016).

B. Sasaran Program Indonesia Sehat


Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai
dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan
gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan
mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan
perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan; (5) terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan vaksin; (6) meningkatnya responsivitas sistem kesehatan
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

C. Konsep Keluarga
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan
sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga
di wilayah kerjanya.
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat
karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:

4
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial
anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya.
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan
dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas
yang tinggi.
Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan
tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.
2. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.
Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan
pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut.
1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan Keluarga dan
peremajaan (updating) pangkalan datanya.
2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan
preventif.
3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.

5
4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk pengorganisasian
atau pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.

D. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat


Sesuai yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan
anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga
terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain. Maka rumah tangga tersebut dianggap
terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak
digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia
Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah
keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS)
dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi
PHBS dari keluarga yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga
hal berikut harus diadakan atau dikembangkan, yaitu:
1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.
Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut.
1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder, yang
merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data individu anggota
keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih
6
dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga mencantumkan
karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi
individu yang bersangkutan: mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan
jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan
balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).
2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet, buku
saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah kesehatan
yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga
yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang
mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan
lain-lain.

E. Peran Pemangku Kepentingan


1. Peran Puskesmas
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat
Puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan Prokesga oleh Pembina
Keluarga (dapat dibantu oleh kader kesehatan).
b. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola data
Puskesmas.
c. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana
Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.
d. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh Pembina
Keluarga.
e. Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar gedung) oleh tenaga
teknis/profesional Puskesmas.
f. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga pengelola data
Puskesmas.
Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam langkah-langkah manajemen
Puskesmas yang mencakup P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan-Pelaksanaan), dan P3
(Pengawasan-Pengendalian-Penilaian).
2. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pemilik Unit Pelaksana
Teknis/Puskesmas adalah mengupayakan dengan sungguhsungguh agar Peraturan
7
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi untuk semua Puskesmas di wilayah
kerjanya. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan sumber
daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan pengendalian.
3. Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam penyelenggaraan Puskesmas secara umum adalah
memfasilitasi dan mengoordinasikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah
kerjanya untuk berupaya dengan sungguh-sungguh agar Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi di semua Puskesmas. Dalam rangka pelaksanaan
pendekatan keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi juga memiliki tiga peran utama, yakni:
pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan
pengendalian.
4. Peran Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan sebagai Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan konkuren sebagaimana UU No. 23 Tentang Pemerintahan Daerah
berwenang untuk: (a) menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemerintahan; (b) melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, selain
juga pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan
evaluasi.
5. Peran dan Tanggung Jawab Lintas Sektor
Keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga diukur dengan
Indeks Keluarga Sehat, yang merupakan komposit dari 12 indikator. Semakin banyak
indikator yang dapat dipenuhi oleh suatu keluarga, maka status keluarga tersebut akan
mengarah kepada Keluarga Sehat. Sementara itu, semakin banyak keluarga yang
mencapai status Keluarga Sehat, maka akan semakin dekat tercapainya Indonesia Sehat.
Sehubungan dengan hal tersebut, disadari bahwa keberhasilan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga juga sangat ditentukan oleh peran dan tanggung jawab
sektor-sektor lain di luar sektor kesehatan (lintas sektor). Kementerian dan lembaga yang
dapat ikut berperan dalam program ini misalnya Kementerian PDT, Kemendikbud,
Kemenristekdikti, Kemenpan dan RB, Kemenkominfo, Kemendagri atau Pemda,
Kemenperindag, Kemenaker, Kemenag, BKKBN, TNI dan POLRI.

8
F. Gambaran Kasus dan Kefektifan Program Indeks Keluarga Sehat Di Wilayah Kerja
Puskesmas Batang I
Hasil indeks keluarga sehat (IKS) di Wilayah Kerja Puskesmas Batang I yaitu 0,18
menunjukkan bahwa masih diperlukan peningkatan kategori dari keluarga tidak sehat
menjadi pra sehat dan keluarga sehat. IKS Kecamatan Batang Tahun 2019 adalah 0,17 yaitu
masuk dalam kategori keluarga tidak sehat. Adapun IKS Kecamatan Batang Tahun 2019
yaitu 0,14 dengan kategori keluarga tidak sehat sedangkan IKS Jawa Tengah pada Tahun
2019 adalah 0,18 dengan kategori keluarga tidak sehat untuk tingkat provinsi.10
Prioritas Wilayah dengan angka indeks paling kecil (0,08) adalah Desa Kecepak.
Persentase keluarga yang disurvey di Desa Kecepak masih kecil hanya 17,5% dan total
keluarga yang disurvey adalah 54,2% sehingga belum total coverage. Pengumpulan dan
pengolahan data kedepannya dapat memanfaatkan teknologi informasi yaitu menggunakan
aplikasi keluarga sehat dari kementrian kesehatan. Aplikasi Keluarga Sehat adalah sistem
informasi keluarga yang berjenjang dari tingkat puskesmas sampai dengan provinsi.
Penelitian dari Ekowati (2019) menunjukkan bahwa pemanfaatan aplikasi keluarga sehat
dapat meningkatkan kinerja petugas puskesmas khususnya promosi kesehatan. Aplikasi
Keluarga Sehat memudahkan tim Pembina keluarga sehat mengumpulkan dan menganalisis
data. Penelitian dari Fauzan (2019) menyimpulkan bahwa sumber daya merupakan salah
satu hal terpenting dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga, selain sumber daya
adapun sumber dana yang dibutuh untuk pendataan keluarga sehat, dana yang dibutuhkan
oleh puskesmas kurang memadai dalam pelakasana PIS-PK karena harus berbagi dengan
program lain yang akan dijalankan oleh puskesmas itu sendiri. Seperti penelitian dari
Virdasari (2018) bahwa ketersediaan tenaga pendata keluarga sehat dirasa kurang karena
mempunyai tugas pokok di Puskesmas, akibatnya pendataan PIS PK hanya dijadikan
sebagai tugas tambahan. Untuk mengatasi kekurangan tenaga pengumpul data maka
puskesmas dapat bekerjasama dengan institusi lain atau merekrut tenaga untuk
pengumpulan data. Tenaga pengumpul data dapat berasal dari institusi pendidikan yang
selaras dengan kegiatan pengabdian masyarakat.
Prioritas masalah kesehatan pada tingkat puskesmas adalah penderita hipertensi yang
mendapat pengobatan yang teratur. Prioritas masalah kesehatan untuk Desa Kecepak adalah
penderita tuberkulosis paru dan gangguan jiwa yang mendapat pengobatan sesuai standar.
Prioritas masalah kesehatan untuk Kelurahan Sambong adalah penderita tuberculosis paru
yang mendapat pengobatan. Sedangkan prioritas masalah kesehatan untuk Kelurahan

9
Proyonanggan Utara dan Proyonanggan Tengah adalah penderita hipertensi yang mendapat
pengobatan.
Prioritas Program kesehatan adalah pengobatan pasien hipertensi dan tuberculosis paru
secara teratur dan sesuai dengan standar. Adanya posbindu di tiap Desa/Kelurahan yang
terdata dapat dimaksimalkan programnya. Posbindu adalah Pos Binaan Terpadu yang
mempunyai kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular.
Penyakit tidak menular yang termasuk dalam indikator keluarga sehat adalah penyakit
hipertensi dan kejiwaan. Adanya posyandu di wilayah kerja Puskesmas juga dapat
ditingkatkan programnya sehingga cakupan bayi mendapat ASI eksklusif dan imunisasi
dapat meningkat. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan
dengan menggunakan kader posyandu, posbindu, pengurus PKK, karang taruna, dan
pengelola pengajian.
Puskesmas Batang I dapat melakukan kunjungan rumah dan pembinaan kepada kader
kesehatan di UKBM sehingga proses monitoring kepada keluarga yang terdapat pasien
penyakit hipertensi, kejiwaan, dan tuberkulosis paru dapat berjalan efektif. Dengan
kunjungan rumah, puskesmas dapat memperoleh data profil kesehatan keluarga (prokesga)
yang berguna untuk mengenali secara lebih menyeluruh (holistik) masalah-masalah
kesehatan di keluarga. Program promotif dan preventif terhadap penyakit menular dan tidak
menular juga dapat terlaksana dengan kunjungan rumah.
Rencana usulan kegiatan P2P TB Paru di Puskesmas Batang I Tahun 2020 yaitu deteksi
dini kasus TB dan pemeriksaan kontak penderita dengan target penemuan penderita baru
sebesar 80%. Data penemuan penderita paru di Puskesmas Batang I pada tahun 2019 adalah
38%. Usulan program selanjutnya adalah pelacakan penderita TB mangkir, kunjungan kasus
TB yang drop out, pengawasan minum obat, pemberian makan tambahan bagi penderita TB
Paru, dan pelatihan pengawas minum obat penderita TB Paru. Target angka kesembuhan
TB Paru adalah 90% sedangkan angka kesembuhan TB Paru tahun 2019 adalah 38%.
Program penyuluhan penyakit menular dan tidak menular menjadi usulan kegiatan Promosi
Kesehatan tahun 2020.
Penelitian dari Lubis (2019) menunjukkan bahwa promosi kesehatan mempengaruhi
perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Program promkes yang dapat dilakukan
adalah peningkatan pengetahuan keluarga tentang penyakit tidak menular seperti hipertensi
dan gangguan jiwa. Notosoedirdjo (2005) menyebutkan bahwa pengetahuan keluarga
mengenai kesehatan mental merupakan awal usaha dalam memberikan iklim yang kondusif
bagi anggota keluarganya karena kurangnya pengetahuan dapat menjadi sumber masalah
10
bagi anggota keluarga yang mengalami ketidakstabilan mental. Berikut Rencana Usulan
Kegiatan Bidang Promosi Kesehatan Puskesmas Batang I Tahun 2020;
NO. Program Tujuan Sasaran
1. Pelatihan Kader PHBS Memberikan pengetahuan tentang cara Kader
dan SMD pengisian kuesioner SMD/PHBS
2. Survey Mawas Diri Meningkatkan peran masyarakat dalam Masyarakat
(SMD) bidang kesehatan
3. Pendataan PHBS Mengetahui perilaku PHBS Masyarakat
masyarakat
4. Musyawarah Meningkatkan peran serta masyarakat Masyarakat
Masyarakat Desa dalam bidang kesehatan
(MMD)
5. Pertemuan lintas Menjalin hubungan dengan lintas Intansi lintas
sektor/ advokasi tingkat sector sector
kecamatan bidang
kesehatan
6. Penggerakan Meningkatkan peran serta masyarakat Masyarakat
masyarakat untuk dalam bidang kesehatan
mendukung kegiatan
program kesehatan
(Pemberantasan Sarang
Nyamuk, Jum'at bersih,
CTPS, Desa siaga)
7. Pembinaan Desa Siaga Menciptakan desa yang tanggap Masyarakat
terhadap permasalahan kesehatan dan
bencana
8. Pembinaan Kader Meningkatkan peran serta masyarakat Masyarakat
Posyandu dalam bidang kesehatan

Program Promkes dapat mengacu data indeks keluarga sehat dan PHBS dengan melihat
cakupan indikator keluarga sehat yang masih rendah. Selain pembinaan kader posyandu,
perlu dilakukan juga pembinaan kader posbindu di masing-masing Kelurahan dan Desa
karena baru terdapat satu posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Batang I. Penelitian dari

11
Fuadah (2018) menunjukkan bahwa pengetahuan penderita hipertensi berhubungan dengan
pemanfaatan posbindu. Menurut penelitian dari Sari (2018) bahwa dukungan kader menjadi
faktor yang dominan dalam pemanfaatan posbindu. Dengan adanya kader dan masyarakat
yang memanfaatkan kegiatan posbindu maka diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan penanganan penyakit tidak menular.
Untuk meningkatkan keluarga yang didata dengan cara puskesmas bekerja sama dengan
institusi pendidikan sehingga jumlah keluarga yang didata lebih memaksimalkan dan dapat
menyesuaian waktu pendataan dengan warga. Program promkes harus bersinergi dengan
Program Pemberantasan Penyakit terutama penyakit TB Paru, hipertensi, dan gangguan
jiwa. Pembinaan kader posyandu dan posbindu diharapkan dapat meningkatkan cakupan
indeks keluarga sehat khususnya pada peningkatan pengetahuan penyakit menular dan tidak
menular.

12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup
dalam lingkungan yang sehat. Prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 dalam
Program Indonesia Sehat dilakukan dengan menggunakan segenap potensi yang ada, baik
dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan
kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga. Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga untuk mendukung
keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Sebagai penjabarannya,
Kementerian Kesehatan menetapkan strategi operasional pembangunan kesehatan melalui
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Pendekatan Keluarga
adalah salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses
pelayanan kesehatan. Data Riskesdas menunjukkan bahwa dengan pendekatan keluarga
mutlak harus dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan jurnal penelitian oleh Reni (2021) bahwa di Desa Kecapak memiliki angka
indeks sebesar 0,08 (Keluarga Tidak Sehat), Kelurahan Sambong memiliki indeks sebesar
0,2 (Keluarga Tidak Sehat), Kelurahan Proyonanggan Utara memiliki indeks 0,13 (Keluarga
Tidak Sehat), dan Kelurahan Proyonaanggan Tengah memiliki indeks 0,21 (Keluarga Tidak
Sehat). Wilayah Kerja Puskesmas Batang I memiliki indeks sebesar 0,18 yaitu masuk
kategori Keluarga Tidak Sehat. Keluarga yang didata belum total coverage yaitu masih
sebesar 54,2%. Program promosi kesehatan Puskesmas Batang I diantaranya adalah
pendataan PHBS, pembinaan kader posyandu yang dilakukan tiap bulan oleh Promkes
dalam pertemuan Kader, survey mawas diri (SMD), Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
yang melibatkan lintas sektor termasuk di dalamnya PKK, karang taruna dan perangkat desa
untuk memecahkan masalah yang ada di desa tersebut, Koordinasi lintas sektor yaitu dengan
TNI, POLRI, KUA, dinas Pendidikan, dan PLKB juga dilakukan dalam upaya koordinasi
untuk mengatsi berbagai masalahyang timbul, serta pembinaan Desa Siaga untuk dapat
mengatasi permasalahan kesehatan yang ada. Program Promkes dapat mengacu data indeks
keluarga sehat dan PHBS dengan melihat cakupan indikator keluarga sehat yang masih
rendah. Program promkes harus bersinergi dengan Program Pemberantasan Penyakit
terutama penyakit TB Paru, hipertensi, dan gangguan jiwa. Pembinaan kader posyandu dan
posbindu diharapkan dapat meningkatkan cakupan indeks keluarga sehat khususnya pada
peningkatan pengetahuan penyakit menular dan tidak menular.
13
B. Saran
Dengan adanya makalah mata kuliah kebijakan kesehatan nasional yang membahas
mengenai “Pengendalian Indeks Keluarga Sehat Untuk Realisasi Dalam Keluarga Sebagai
Program Pembangunan Kesehatan Dinkes Jateng” ini, diharapkan pembaca dapat
memperdalam materi tersebut dan seluruh pembahasannya sehingga dapat menjadi bahan
diskusi baik. Meskipun penulis menginginkan kesempurnan dalam penyusunan makalah ini,
tetapi pada kenyataannya penulis masih memiliki banyak kekurangan yang perlu diperbaiki.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk bahan
evaluasi penyusunan makalah kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2016. Permenkes No. 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta : Kemenkes RI. (Diakses 15
Agustus 2022).
Kemenkes RI. 2017. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. (Diakses 15
Agustus 2022).
Kemenkes RI. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Jakarta: Kemenkes RI. (Diakses 15 Agustus 2022).
Kemenkes RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019
Tentang Sistem Informasi Puskesmas. Jakarta : Kemenkes RI. (Diakses 15 Agustus 2022).
Kemenkes RI. 2014. SK Menkes No. 1193/Menkes/SK/X/2014 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit. Jakarta : Kemenkes RI. (Diakses 15 Agustus 2022).
Ekowati, et al. 2019. Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga Sehat terhadap Kinerja Petugas
Promosi Kesehatan Puskesmas. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14, No. 2, hal 92-
107. (Diakses 15 Agustus 2022).
Kemenkes RI. 2018. Dashboard Indeks Keluarga Sehat. (Diakses 15 Agustus 2022).
Fauzan, Akbar, et al. 2018. Implementasi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK) di Puskesmas Mulyaharja Kota Bogor Tahun 2018. Jurnal Promotor,
Vol.2, No.3, hal 172-181. (Diakses 15 Agustus 2022).
Virdasari, Eri. 2018. Analisis Kegiatan Pendataan Keluarga Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga di Puskesmas Kota Semarang (Studi Kasus pada Puskesmas Mijen).
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.6, No.5, hal 52-65. (Diakses 15 Agustus 2022).
Fuadah, Dina Zakiyyatul dan Naning Furi Rahayu. 2018. Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) Penyakit Tidak Menular (PTM) pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ners dan
Kebidanan, Vol.5, No.1, April 2018, hal 20-28. (Diakses 15 Agustus 2022).
Reni, Asih, et al. 2021. Analisis Indeks Keluarga Sehat untuk Mendukung Program Promosi
Kesehatan. Jurnal Kesehatan Indonesia. Vol.9, No.1, hal 1-13. (Diakses 15 Agustus 2022).

15

Anda mungkin juga menyukai