TINJAUAN PUSTAKA
4
5
(Cahyo, 2016)
Gambar 2.1. Bata Ringan Hebel (Celcon)
Bata ringan adalah material yang menyerupai beton dan memiliki sifat kuat,
tahan air dan api, awet (durable). Bata ini cukup ringan, halus, dan memiliki
tingkat kerataan yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan
beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta
meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding
berlangsung. pada dasarnya pembuatan beton ringan dilakukan dengan cara
menyertakan udara dalam komposisinya, dengan cara sebagai berikut :
1. No-Fines Concrete.
2. Lightweight Aggregate Concrete.
3. Aerated Concrete.
Ada 2 jenis bata ringan yang sering digunakan pada dinding bangunan, yaitu
Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC).
Kedua jenis bata ringan ini terbuat dari bahan dasar semen, pasir dan kapur, yang
berbeda adalah cara pembuatannya. Bata ringan AAC adalah beton selular dimana
gelembung udara yang ada disebabkan oleh reaksi kimia, yaitu ketika bubuk
aluminium atau aluminium pasta mengembang seperti pada prosess pembuatan
roti saat penambahan ragi untuk mengembangkan adonan bata ringan CLC adalah
beton selular yang mengalami proses curing secara alami, CLC adalah beton
konvensional yang mana agregat kasar (kerikil) digantikan oleh udara, dalam
prosesnya mengunakan busa organik yang sangat stabil dan tidak ada reaksi kimia
6
Persyaratan sifat fisik bata beton dapat dilihat pada Tabel 1. Syarat Fisik Bata
Beton
Tabel 1. Syarat Fisik Bata Beton
Tingkatan Mutu Bata Beton Pejal
Syarat Fisik Satuan
I II III IV
Kuat tekan bruto rata-rata
Kg/cm2 100 70 40 25
minimum
Kuat tekan bruto masing-
Kg/cm2 90 65 35 21
masing benda uji
Penyerapan air rata-rata
% 35 35 - -
maksimum
(Sumber : SNI 03-0349-1989)
Bata ringan CLC ini mengalami proses curing secara alami. Menurut
Taufik, dkk (2017) Adapun kelebihan bata ini, yaitu :
• Memberikan insulasi panas dan suara yang baik. Sebagai contohnya dinding
CLC 125 mm memberikan insulasi empat kali lebih baik dari pada dinding
bata 230 mm
• Bentuk stabil walaupun terkena air tambahan. Sedangkan pada bata ringan
yang menggunakan bubuk alumina, bata akan mengembang lagi bila terkena
air tambahan.
• Keuntungan untuk daerah terpencil karena hanya membutuhkan semen dalam
pembuatannya. Berbeda dengan aerated concrete menggunakan bubuk
alumunia yang masih menggunakan pasir dalam pembuatannya.
• Lebih mudah dipompa saat pengecoran karena tidak ada agregat.
2.2. Polimer
Polimer adalah suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari
susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia disebut polimer
(poly = banyak; mer = bagian). Polimer merupakan molekul panjang yang
mengandung rantai-rantai atom yang dipadukan melalui ikatan kovalen yang
terbentuk melalui proses polimerisasi dimana molekul monomer bereaksi
bersama-sama secara kimiawi untuk membentuk suatu rantai linier atau jaringan
tiga dimensi dari rantai polimer.
Suatu polimer akan terbentuk apabila seratus atau seribu unit molekul yang
kecil (monomer) saling berikatan dalam suatu rantai. Jenis-jenis monomer yang
saling berikatan membentuk suatu polimer terkadang sama atau berbeda. Sifat-
sifat polimer berbeda dari monomer-monomer yang menyusunnya. Polimer
merupakan senyawa-senyawa yang tersusun dari molekul sangat besar yang
terbentuk oleh penggabungan berulang dari banyak molekul kecil.
2.2.1 Penggolongan Polimer
Penggolongan polimer berdasarkan asalnya yaitu polimer berasal dari alam
(polimer alam) dan polimer yang dibuat oleh manusia (polimer sintetis).
a. Polimer Alam
9
Polimer alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, polimer alam adalah
senyawa yang dihasilkan dari proses metabolisme makhluk hidup. jumlahnya
yang terbatas dan sifat polimer alam yang kurang stabil, mudah menyerap air,
tidak stabil karena pemanasan dan sukar dibentuk menyebabkan penggunaanya
amat terbatas. Contoh sederhana polimer alam seperti: amilum dalam beras,
jagung dan kentang, pati, selulosa dalam kayu, protein terdapat dalam daging dan
karet alam diperoleh dari getah atau lateks pohon karet. Protein, DNA, kitin pada
kerangka luar serangga, wool, jaring laba-laba, sutera dan kepompong ngengat
merupakan polimer-polimer yang terbentuk secara alami. Serat-serat selulosa
yang kuat menyebabkan batang pohon menjadi kuat dan tegar untuk tumbuh
dengan tinggi dibentuk dari monomer-monomer glukosa, yang berupa padatan
kristalin yang berasa manis (Chen, 2008).
2.3. Plastik
Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses
polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul
sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar
(makromolekul atau polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur
penyusun utamanya adalah Karbon dan Hidrogen. Untuk membuat plastik, salah
satu bahan baku yang sering digunakan adalah Naphta, yaitu bahan yang
dihasilkan dari penyulingan minyak bumi atau gas alam. Sebagai gambaran, untuk
membuat 1 kg plastik memerlukan 1,75 kg minyak bumi , untuk memenuhi
kebutuhan bahan bakunya maupun kebutuhan energi prosesnya (Kumar, dkk.,
2011).
Plastik merupakan bahan yang terbentuk dari produk polimerisasi sintetik atau
semi-sintetik yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer sendiri
adalah adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat
yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis
disebut homopolimer, dan jika monomernya berbeda akan menghasilkan
kopolimer. Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus
mempunyai tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat
antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen.
Bahan yang dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras
(Kumar, dkk., 2011).
11
(Cahyo, 2016)
Gambar 2.2. Logo Jenis Plastik
distribusi berat molekul dan aditif. Katalis berbeda digunakan untuk menghasilkan
polimer khusus dengan sifat khusus. Variabel-variabel ini digabungkan untuk
menghasilkan nilai HDPE untuk berbagai tujuan. Mencapai keseimbangan kinerja
terbaik.
1. HDPE memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap sebagian besar bahan
kimia hidup dan industri. Ini dapat menahan korosi dan pembubaran oksidan
kuat, garam asam-basa dan pelarut organik.
2. HDPE adalah non-higroskopis dan memiliki sifat uap tahan air yang baik,
yang dapat digunakan untuk kelembaban dan anti-rembesan atau kemasan.
3. HDPE memiliki kinerja listrik yang baik, terutama kekuatan dielektrik isolasi
tinggi, sehingga cocok untuk kawat dan kabel.
4. HDPE memiliki kemampuan mesin yang baik dan penyegelan panas.
5. HDPE memiliki sifat seperti kertas, persegi dan terbuka yang tinggi, dan 4-5
kali lebih keras dari film LDPE. Kekerasan permukaannya, kekuatan tarik,
kekakuan dan kekuatan mekanis lainnya dekat dengan PP, dari ketangguhan
PP.
6. HDPE tidak beracun dan tidak berbau. Ini juga dapat digunakan dalam bahan
kemasan seperti makanan, pakaian dan pakaian rajut.
bersifat jernih dan transparan, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, melunak
pada suhu 180°C dan mencair dengan sempurna pada suhu 200°C.
Polyethylene Tertepthalate (PET) merupakan bahan dasar dari botol
minuman plastik, dengan nama IUPACnya Polioksi etilen neookistereftaoil
(Hidayatullah, dkk., 2017).
2.3.6 PS (Polystyrene)
PS adalah produk polimerisasi dari monomer-monomer stirena, dimana
monomer stirenanya didapat dari hasil proses dehidrogenisasi dari etil benzene
(dengan bantuan katalis). Etil benzene endiri merupakan hasil reaksi antara etilena
dengan benzene (dengan bantuan katalis). PS mempunyai softening point rendah
(900°C) sehingga PS tidak digunakan untuk pemakaian pada suhu tinggi, atau
misalnya pada makanan yang panas. Suhu maksimum yang boleh dikenakan
dalam pemakaian adalah 750°C. Disamping itu, PS mempunyai sifat konduktifitas
panas yang rendah (Mujiarto, 2005).
pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai
adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan
pertimbangan utama.
3. Portland Cement Type III (High Early Strength Portland Cement)
Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat
digunakan untuk perbaikan bangunan beton yang perlu segera digunakan atau
yang acuannya perlu segera dilepas. Selain itu juga dapat dipergunakan pada
daerah yang memiliki temperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai
musim dingin. Kegunaan pembuatan jalan beton, landasan lapangan udara,
bangunan tingkat tinggi, bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan
terhadap sulfat.
4. Portland Cement Type IV (Low Heat Of Hydration)
Tipe semen dengan panas hidrasi rendah.Semen tipe ini digunakan untuk
keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus
diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat
beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini
digunakan untuk struktur beton masif seperti dam dengan gravitasi besar dimana
kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing
merupakan faktor kritis. Cocok digunakan untuk daerah yang bersuhu panas.
5. Portland Cement Type V (Sulfat Resistance Cement)
Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat. Cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah
dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi. Sangat cocok untuk
instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan,
pelabuhan,dan pembangkit tenaga nuklir.
Pasir dan kerikil dapat juga digali dari laut dimana zat pengotor dan garam-
garamnya (khlorida) dibersihkan. Jenis pasir dapat dibedakan berdasarkan asal dan
sifat pasir yaitu sebagai berikut :
a. Pasir gunungan, ditemukan di daerah-daerah yang terletak agak tinggi dan
banyak mengandung kerikil.
b. Pasir sungai, jenis pasir ini yang mempunyai butiran yang tak merata. Jenis
pasir sungai sangat baik untuk membuat mortar (adukan) karena unsur-unsur
pengikatnya.
c. Pasir laut, merupakan pasir yang banyak mengandung kapur karena sisa-sisa
kulit kerang.
d. Pasir gunungan tepi pantai, pasir ini juga sama dengan pasir laut dimana
mengandung kapur yang tinggi.
e. Pasir perak, merupakan jenis pasir yang banyak digunakan sebagai penghias
pada dinding dan langit-langit ruangan.
f. Pasir lembek, jenis pasir ini merupakan pasir halus dengan butiran bulat,
sedikit mengandung tanah liat namun banyak mengandung lumpur danair.
g. Pasir timah, merupakan pasir yang dihanyutkan oleh air hujan dan sisa-sisa
humus. Warna pasir ini berwarna abu-abu timah.
digunakan dalam analisa sebagai penguat analisa dimana pori-pori dan struktur
permukaan pada bata ringan dapat diamati dengan metode SEM.
Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh
mesin tekan. Kuat tekanbeton merupakan sifat terpenting dalam kualitas beton
dibanding dengan sifat-sifat lain. Kekuatan tekan beton ditentukan oleh
pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air. Perbandingan
dari air semen, semakin tinggi kekuatan tekannya. kelebihan air meningkatkan
kemampuan pekerjaanakan tetapi menurunkan kekuatan (Royani, dkk., 2014).
2.5.2 Densitas
Massa jenis atau disebut juga dengan istilah rapat massa adalah
perbandingan antara massa suatu zat dengan volumenya. Massa jenis merupakan
ciri khas setiap zat. Oleh karena itu zat yang berbeda jenisnya pasti memiliki
massa jenis yang berbeda pula. Massa jenis zat tidak dipengaruhi oleh bentuk dan
volume. Kerapatan atau density secara umum didefinisikan sebagai berat per
satuan volume. Massa jenis atau densitas (density) suatu batuan secara harfiah
merupakan perbandingan antara massa dengan volume total pada batuan tersebut.
Secara sederhana, suatu batuan memiliki dua komponen, komponen padatan dan
komponen rongga (pori). Keberadaan komponen padatan maupun komponen
rongga mempunyai nilai yang beragam pada tiap-tiap batuan sehingga massa jenis
dari suatu batuan berbeda dengan batuan yang lainnya. Ilustrasi pada gambar di
bawah menunjukan dua jenis batuan yang terdiri dari presentase padatan dan
rongga yang berbeda-beda. Namun rongga yang terdapat pada batuan tersebut
juga dapat terisi oleh fluida, seperti air, minyak, ataupun gas bumi. Persentase
rongga yang terisi oleh fluida dikenal dengan istilah kejenuhan fluida, untuk air
dinamakan saturasi air (Sw), untuk hidrokarbon (minyak dan gas bumi) dikenal
dengan saturasi hidrokarbon (SHC). Densitas pada material didefenisikan sebagai
perbandingan antara massa (m) dengan volume (v) (Sijabat, 2007).
Setiap zat memiliki densitas yang berbeda, satu zat yang sama berapapun
massa dan volumenya, akan memiliki densitas yang sama pula. Oleh sebab itu,
dikatakan bahwa massa jenis atau densitas merupakan ciri khas suatu zat. Untuk
mengukur densitas bata ringan menggunakan metoda Archimedes. Prinsip
Archimedes menyatakan bahwa ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau
sebagian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas/gaya apung
23
pada benda, di mana besarnya gaya ke atas sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan. Pengukuran densitas menggunakan neraca digital. Awalnya
dilakukan penimbangan massa benda di udara (massa sampel kering) seperti
halnya pada penimbangan biasa (Sijabat, 2007).
Densitas bata ringan pada normalnya memiliki densitas 400-1800 kg/m3.
Pengujian densitas dapat dilakukan dengan cara :
𝑚
𝜌 = 𝑣 ............................................................................................................. (2)
Dimana :
ρ = densitas benda (kg/m3)
m = massa benda (kg)
v = volume benda (m3)
Persamaan diatas digunakan dalam menganalisa densitas suatu fluida atau
padatan yang memiliki bentuk seragam dan cenderung mengarah pada bentuk
serbuk atau partikel. Sedangkan untuk menganalisa bentuk padatan yang tidak
dapat tenggelam jika diubah bentuknya menjadi serbuk menggunakan metode
Archimedes.
Menurut Archimedes jika sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau
sebagian dalam suatu fluida diangkat ke atas oleh sebuah gaya yang sama dengan
berat fluida yang dipindahkan. Persamaan Archimedes untuk menentukan densitas
padatan dapat dihitung dengan rumus:
𝑚
𝜌𝑏 = 𝑥 𝜌𝑎 ..........................................................................................(3)
𝑚−𝑚′
Dimana :
m = massa benda di udara (kg)
m’= massa benda di air (kg)
ρa = massa jenis air atau fluida yang digunakan pada temperatur tertentu
(Kg/m3)
ρb = massa jenis benda (Kg/m3)
Besar kecilnya penyerapan air oleh batako sangat dipengaruhi oleh pori-pori
atau rongga yang terdapat pada batako tersebut. Semakin banyak pori-pori yang
terkandung dalam batako maka akan semakin besar pula penyerapan air sehingga
ketahanannya akan berkurang. Rongga (pori-pori) yang terdapat pada batako
terjadi karena kurang tepatnya kualitas dan komposisi material penyusunnya.
Pengaruh rasio yang terlalu besar dapat menyebabkan rongga karena terdapat air
yang tidak bereaksi dan kemudian menguap dan meninggalkan rongga.