PENDAHULUAN
bangunan. Dinding yang paling disukai orang adalah “masonry wall” yang
menggunakan bata, semen, dan pasir. Sebagian besar gedung dan sarana
inovasi baru dalam pembuatan bata, salah satunya adalah bata ringan atau
yang bisa disebut beton ringan. Bata ringan memiliki massa yang lebih
ringan dari bata merah konvensional karena bata ringan memiliki banyak
pori-pori yang sengaja dibuat. Bata ringan memiliki kelebihan pada segi
beban bata sendiri (selfweight) yang dikategorikan sebagai beban mati pada
kekuatan yang sama dengan bata normal (Jos dan Lukito, 2011). Kelebihan
dari beton ringan CLC adalah selain dari berat sendiri yang ringan dan
mempunyai variasi dalam densitas sesuai dengan kebutuhan. Disisi lain
kekuatan beton ringan ini mempunyai kekuatan tekan antara 1 MPa sampai
15 MPa. Material seperti ini cocok sebagai material non struktural seperti
dinding yang memiliki kekuatan tekan beton dibawah 17,5 MPa. (Gunawan
dkk, 2013)
Batu bata beton ringan memiliki beberapa kelebihan dari batu bata
konvensional. dalam sisi pemasangan, batu bata beton lebih cepat untuk
dipasang karena ukuran batu bata beton ringan memliki dimensi yang lebih
besar dari pada batu bata konvensional, sehingga dapat menghemat waktu
pemasangan. Batu bata beton juga memiliki sifat tahan terhadap api, tahan
batu bata beton ringan type CLC yang memiliki kuat tekan yang tinggi tetapi
Penggunaan abu batu selama ini biasanya digunakan sebagai filler pada flexible
pavement, bendungan tipe rockfill, dll. Pada penelitian ini, saya menggunakan abu
batu sebagai bahan substitusi pasir untuk campuran batu bata beton ringan karena
abu batu memiliki butiran yang sangat halus dan bersifat mudah diikat oleh semen
dan untuk variasi gradasi agregat pada batu bata beton ringan
Ada beberapa tahap pada pembuatan abu batu pada mesin stone crusher.
Tahap pertama batu pecah dimsukan kedalam crusher primer, kemudian masuk
kedalam crusher sekunder dan pada tahap terakhir masuk kedalam crusher tersier.
Tahap- tahap pembuatan Abu batu pada stone crusher dapat dilihiat pada
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian kali ini adalah
mengetahui pengaruh abu batu sebagai substitusi pasir terhadap karakteristik bata
beton ringan.
1. Abu batu yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah abu
5. Variasi substitusi abu batu yang digunakan adalah 0%, 10%, 15%,
• Kuat tekan
• Absorbsi
ukuran :
palembang.
KETERANGAN:
bata ringan.
tersebut.
BATU.
3. Menjadi rujukan penelitian untuk abu batu sebagai filler pada bata
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pelindung dari cuaca dan lingkungan luar tempat tinggal dan pembatas
dengan ruang dapur dan ruang lainnya dpisahkan oleh dinding dan
pembatas dan rumah sederhana. Ukuran bata kapur yang cukup besar
semen dan pasir. Dinding ini memerlukan kolom pengaku setiap 2,5m.
2. Dinding Bata Merah Dinding bata merah merah terbuat dari tanah liat
harganya relatif murah dan sangat banyak dijumpain. Ukuran batu bata
yang cukup kecil membuat pekerjaan pembuatan dinding lebih lama dari
3. Dinding Bata Hebel Atau bata beton ringan merupakan bahan bata
penyusun dinding dengan mutu yang relatf tinggi. Bata hebel biasanya
dibuat di pabrik dengan bahan penyusun pasir silica, semen, filler dan zat
aditif. Dinding yang terbuat dari bata hebel tidak perlu diplester karna
terbuang.
4. Dinding Partisi Dinding partisi merupakan dinding yang dibuat khusus
untuk sekat antar ruangan. Dinding ini memiliki desain yang sangat
praktis dan lebih ringan dari dinding lainnya. Akan tetapi dinding jenis
batuan yang dipress dan dicetak menjadi bentuk bata. Pada umumnya
batako per m2 yang lebih sedikit, serta pekerjaannya lebih praktis dari
oleh Joseph Hebel di Jerman pada tahun 1943. Di Indonesia sendiri bata
ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya Pabrikasi AAC di
oleh reaksi kimia, adonan AAC umumnya terdiri dari pasir kwarsa, semen,
kekerasan beton. Volume aluminium pasta ini berkisar 5-8 persen dari
aerasi ini lantas dipotong sesuai ukuran. Adonan beton aerasi yang masih
panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di dalam autoclave chamber sekitar
kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir kwarsa dan air sehingga
membentuk hidrogen.
volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir
CLC adalah beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil) diganti
yang kurang stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika proses pencampuran
udara.
ke dalam pabrikasi beton konvensional. Hanya pasir, semen, air dan foam
dari 350 kg/m³ sampai 1.800 kg/m³ dan kekuatan dapat juga dicapai dari
kinerja paling optimal tetapi kebanyakan jenis lain semen juga bisa
satu sama lain, sehingga penyerapan air jauh lebih sedikit dan baja tidak
perlu dilapisi dengan lapisan anti korosi, beton dengan kepadatan diatas
cukup di cat saja. Penyerapan air lebih rendah daripada di AAC dan masih
dengan beton konvensional dan isolasi termal 500% lebih tinggi dan tahan
api.
Paku dan Sekrup dapat dengan mudah dipaku ke CLC terus tanpa
harus menggunakan pen, CLC juga dapat dipotong atau digergaji. Bahkan
panel dinding rumah seluruhnya dapat dicetak hanya dalam sekali tuang.
METODE PENELITIAN
3.1 Umum
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental yang
dilakukan di :
meliputi :
a. Pemeriksaan Bahan
c. Pengujian kuat tekan bata beton ringan pada umur 3, 7, 14, 21 dan 28
faktor umur bata beton ringan dengan kuat tekan bata beton ringan.
Bahan penyusun beton terdiri dari semen portland, agregat halus, foamingagent
dan air. Sering pula ditambah bahan campuran tambahan yang sangat bervariasi
a) Semen Portland
Semen Portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai kualitas tertentu
1. Kehalusan Butir
semen berbutir halus meningkatkan kohesi pada beton segar dan dapat
2. Waktu ikatan
Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu tahap dimana
pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu tersebut terhitung sejak
air tercampur dengan semen. Waktu dari pencampuran semen dengan air sampai
saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu ikat awal, dan pada waktu
sampai pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu ikat akhir. Pada semen
Waktu ikatan awal yang cukup awal diperlukan untuk pekerjaan,yaitu waktu
3. Panas hidrasi
Silikat dan aluminat pada semen bereaksi dengan air menjadi media perekat yang
memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media perekat ini
disebut hidrasi.
Pengembangan semen dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beon, karena itu
, ruang antar partikel terdesak dan akan timnul retak – retak. Semen yang dipakai
dalam penelitian ini adalah semen tipe I yang diproduksi oleh PT. SEMEN
b) Agregat Halus
a. Tujuan Percobaan
Mengetahui tingkat kandungan bahan organik dalam agregat halus.
b. Peralatan
1) Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet kapasitas 350 ml.
3) Timbangan.
4) Mistar.
6) Sendok pengaduk.
7) Sampel splitter
c. Bahan
1. Pasir dan Bottom Ash kering oven lolos ayakan Ø 4,75 mm.
2. NaOH padat.
3. Air
d. Prosedur Percobaan
botol;
NaOH larut;
warna Gardner.
e. Rumus/Standar
c) Air
Air merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan untuk campuran beton untuk
mendukung reaksi kimia dengan semen. Air yang mengandung senyawa garam,
pembuatan bata beton ringan, air berfungsi untuk melunakkan campuran agar
gelembung udara setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit
penurunan kekuatan bata beton tersebut. Dalam penelitian ini air yang dipakai
adalah berasal dari PDAM desa Serinanti, Pedamaran, Ogan Komering Ilir
d) Abu Batu
Abu batu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Abu batu yang dihasilkan
dari pabrik AMP yang sudah melalui proses crushing pada mesin stonecrusher,
dimana Abu Batu yang digunakan adalah Abu Batu yang lolos saringan No.200
dan tertahan di pan. Abu Batu ini memiliki berat jenis sebesar 2666 kg/m 3 .
Alasan penggunan abu batu yang lolos saringan No.200 untuk dapat mengisisi
atau menjadi filler pada bata beton ringan yang bertujuan dapat meningkatkan
FoamingAgent pada saaat dicampur dengan kalsium hidroksida yang ada di dalam
pasir dan air akan beraksi sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini
hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Rongga-
rongga tersebutlah yang membuat bata beton menjadi ringan. Dalam pembuatan
Sampai saat ini, tidak ada pengaturan mix design yang baku untuk proses
pembuatan bata beton ringan. Hal ini disebabkan densitas dari bata beton yang
seperti pasir, semen dan bahan tambahan yang akan digunakan untuk
mendapatkan mutu material yang baik sesuai dengan persyaratan yang ada.
benda uji bahan yang telah dipersiapkan tersebut ditimbang berapa beratnya
sesuai dengan variasi campuran yang ada dan diletakkan dalam wadah yang
Pembuatan benda uji terdiri dari 3 variasi campuran dan 1 komposisi campuran
1 1 2 0
2 1 1,8 0.2
3 1 1,7 0.3
4 1 1,6 0,4
Setelah semua bahan dan alat sudah dipersiapkan dan sudah dibersihkan,
hidupkan mixer (mesin molen) dengan memasukan pasir terlebih dahulu setelah
itu masukan Abu Batu dan masukan semen dan biarkan beberapa saat. Kemudian
digunakan masukan air kedalam mesin molen. Setelah mortar sudah tercampur
ambil campuran bata beton ringan tersebut dan masukan kedalam gelas ukur 1L
dan timbang hingga mendapatkan berat jenis yang diinginkan, jika belum
Adukan yang sudah tercampur rata, dituangkan kedalam cetakan yang sudah
dilapisi oli pada dinding bagian dalamnya. Pindahkan cetakan ketempat yang
terhindar dari sinar matahari. Setelah berumur 24 jam cetakan sudah boleh dibuka
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian kuat tekan beton, berat jenis dan
Pengujian dilakukan pada umur beton 3, 7,14, 21 dan 28 hari untuk tiap variasi
beton sebanyak 5 buah. Sehari sebelum pengujian sesuai umur rencana, silinder
beton dikeluarkan dari bak perendaman. Sebelum dilakukan uji kuat tekan, benda
secara elektrik.
𝑓′𝑐 = 𝐴
−𝑀𝑘
𝐴 = 𝑀𝑏 𝑥100%
𝑀𝑘
BAB IV
Daftar pustaka
Admin. 2008. Sekilas Beton Ringan/Beton Aerasi/Bata Hebel. http://hakikigavrila
.wordpress.com/batu-bata-merah-cikarang/sekilas-beton- ringan -beton-
aerasibata-hebel/. Diakses pada 7 Januari 2020.
Anggita, Wibvowo. 2013. Kajian dan Serapan Penetrasi Beton Ringan Metakaolin
Berserat Alumunium Pasca Bakar (The Study Absorbtion And Penetration Of
Lightweight Concrete With Metakaolin Alumunium Fiber Post Burning).
http://eprints.uns.ac.id/eprint/8680. diakses pada 6 nopember 2014.
ASTM C 642 – 97. Standart Test Method of Density, Absorption, and Void’s in Hardened
Concrete. Hanamanteo, dkk., 2014.
Mulyono, T. 2005. Teknologi Beton. Penerbit Andi. Yogyakarta. Murdock dan K.M.Brook.
1991. Bahan dan Praktek Beton. Penerbit Erlangga. Jakarta.