Anda di halaman 1dari 23

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pekerjaan Rigid Pavement

Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan

tanah dasar (subgrade). Perkerasan jalan berfungsi untuk menopang beban

lalu-lintas dan menyebarkannya kelapisan bawah. Selain itu, perkerasan

juga berfungsi untuk memberikan rasa nyaman dan aman bagi pengguna

jalan tersebut1.

Rigid pavement adalah lapisan beton, dimana lapisan tersebut

berfungsi sebagai base course sekaligus sebagai surface course. Beban

yang akan diterima oleh struktur perkerasan kaku cukup besar oleh karena

itu mutu beton yang digunakan harus berklasifikasi tinggi, yaitu dengan

flexural strength 45 kg/ cm², modulus elastisitas 200.000 kg/ cm² dan

kekuatan beton sekitar K-375 sampai K-4502.

Perkerasan kaku ini memiliki modulus elastisitas yang tinggi yang

akan mendistribusikan beban terhadap bidang area tanah yang cukup luas

sehingga sebagian besar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari

slab beton sendiri. Kekuatan modulus elastisitas beton yang cukup tinggi

menyebabkan peranan dari tanah dasar menjadi kurang penting sehingga

1
Shirley, L.H, 2000, “Perencanaan Teknik Jalan Raya”, halm 209, Politeknik Negeri Bandung.
2
Asiyanto, 2008, “Metode Konstruksi Proyek Jalan“ , halm 173-174, Universitas Indonesia Press.

8
9

fungsi dari tanah dasar tidak sepenuhnya berfungsi sebagai struktural

tetapi lebih sebagai lantai kerja dan pencegah pumping saja.

Terdapat tiga tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan rigid

pavement, yaitu :

1. Tahap pekerjaan lean concrete yang meliputi :

a. Penghamparan sand bedding

b. Pemasangan bekisting untuk lean concrete

c. Pengecoran lean concrete

2. Tahap pekerjaan rigid yang meliputi :

a. Pekerjaan persiapan

- Persiapan area kerja

- Penghamparan plastik cor

- Pemasangan string line

- Peletakan dowel dan tie bar

b. Pengecoran rigid pavement

c. Pembentukan texture/ grooving

d. Pemotongan sambungan dan pengisian sambungan

3. Tahap Curing

Dalam pelaksanaan pekerjaan rigid pavement pasti akan ditemukan

beberapa masalah atau kendala, sehingga untuk mengantisipasinya pihak

pelaksana harus lebih teliti dalam membaca berbagai kondisi yang akan

atau sedang dihadapi. Untuk mendekati kata keberhasilan dalam


10

pelaksanaan pekerjaan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama

proses pelaksanaan pekerjaan rigid pavement, adalah sebagai berikut3 :

1. Permukaan lean concrete (subbase) tidak boleh terlalu kasar, karena

akan menyebabkan terhalangnya proses shrinkage perkerasan beton.

2. Cutting harus dilakukan saat beton berumur 8 - 18 jam, sebab bila

dilakukan setelah berumur lebih dari 18 jam proses shrinkage telah

terjadi sebelum saw cutting.

3. Penghalusan permukaan beton (finishing) tidak boleh berlebih karena

mengakibatkan kurang sempurnanya skid texture.

4. Dowel untuk expansion joint harus bebas disebelah sisi, untuk

memberi kebebasan gerak dari kembang susut, bila gerakan ini

tertahankan maka dapat mengakibatkan keretakan sekitar joint.

5. Kedudukan dowel untuk expansion joint harus tepat, agar tidak

menghalangi gerakan kembang susut yang selanjutnya dapat

menyebabkan keretakan disekitar joint.

2.2 Material Pembentuk Beton

Beton adalah material komposit yang terdiri dari semen hidrolis,

air, agregat halus dan agregat kasar pada perbandingan tertentu, dengan

atau tanpa bahan tambahan/ campuran (additives dan admixtures)4. Beton

yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan

3
Asiyanto, 2008, “Metode Konstruksi Proyek Jalan“ , halm 187-188, Universitas Indonesia Press.
4
PT. Wijaya Karya, 2006, “Pedoman Pekerjaan Beton”, halm I-1, Engineering PT. Wijaya karya.
11

dalam perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang

dianjurkan sesuai dengan ukuran agregat dan daerah dimana beton akan

digunakan. Beton harus mempunyai faktor air semen yang tidak lebih

besar dari yang dianjurkan untuk mengatasi kondisi lingkungan yang

mungkin terjadi.

Gambar 2.1. Material Utama Pembentuk Beton

Campuran material pembentuk beton yang dibuat untuk perkerasan

beton semen harus memiliki workability/ kelecakan yang baik agar

memberikan kemudahan dalam pengerjaaan tanpa terjadi segregasi atau

bliding dan setelah beton mengeras memenuhi kriteria kekuatan,

keawetan, kedap air dan keselamatan berkendaraan. Berikut sifat-sifat dari

beton yaitu5 :

1. Kadar air dan kandungan udara,

5
Departemen Pekerjaan Umum, 2003, “Pedoman Pelaksanaan Perkerasan Beton Semen”, halm
11, Departemen Pekerjaan Umum.
12

Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas kemudahan

kerja) untuk mendapatkan beton yang padat dan awet dengan

kandungan udara yang sesuai dengan persyaratan.

2. Mutu agregat,

Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu agregat harus

tetap dijaga.

3. Bahan tambah (Admixtures);

Bahan tambah baru boleh digunakan hanya apabila sudah dilakukan

penilaian dan pengujian lapangan yang teliti.

4. Kekesatan.

Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam

mempertahankan kekesatan.

2.2.1 Semen

Semen harus dipilih dan diperhatikan sesuai lingkungan dimana

perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup untuk

pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan. Semen yang

umum digunakan adalah semen portland yang harus memenuhi salah satu

dari ketentuan SNI 15-2049-19946.

Tipe Semen Portland pun dibagi menjadi beberapa tipe yang

disesuaikan dengan jenis pekerjaannya7. Tipe-tipe tersebut antara lain :

6
Departemen Pekerjaan Umum, 2003, “Pedoman Pelaksanaan Perkerasan Beton Semen”, halm 12,
Departemen Pekerjaan Umum.
7
PT. Wijaya Karya, 2006, “Pedoman Pekerjaan Beton”, halm II-1, Engineering PT. Wijaya karya.
13

Tabel 2.1. Tipe Semen Portland

Tipe PC Syarat Penggunaan Pemakaian

I Kondisi biasa, tidak memerlukan Perkerasan jalan, gedung, jembatan

persyaratan khusus biasa dan konstruksi tanpa serangan

sulfat

II Serangan sulfat konsentrasi sedang Bangunan tepi laut, dam,

Catatan : semen jenis ini menghasilkan bendungan, irigasi dan beton massa

panas hidrasi yang lebih rendah

daripada tipe I

III Kekuatan awal tinggi Jembatan dan pondasi dengan beban

Catatan : semen tipe ini cepat mengeras berat

dan menghasilkan kekuatan besar

dalam waktu singkat, kekuatan beton

yang dihasilkan semen tipe ini dalam

24 jam, sama dengan kekuatan beton

dengan semen biasa dalam 7 hari

IV Panas hidrasi rendah Pengecoran yang menuntut panas

hidrasi rendah dan diperlukan

setting time yang lama

V Ketahanan yang tinggi terhadap sulfat Bangunan dalam lingkungan asam,

dalam air tanah, daya resistensinya tangki bahan kimia dan pipa bawah

lebih baik dari semen tipe II tanah

Catatan : penggunaan terutama

ditujukan untuk memberikan

perlindungan terhadap bahaya korosi

akibat air laut, air danau dan air

tambang

Sumber : Pedoman Pekerjaan Beton PT. Wijaya Karya, 2006.


14

2.2.2 Agregat8

Agregat merupakan material berbutir, seperti pasir, kerikil, batu

pecah, beton dari semen hidrolis yang dipecah atau terak besi tanur tinggi,

yang digunakan bersama semen hidrolis dan air untuk menghasilkan beton

maupun mortar.

Agregat ditinjau dari besarnya butiran dapat dibedakan menjadi :

1. Agregat halus adalah agregat yang semua butirannya melewati ayakan

dengan lubang 4,78 mm (ASTM C33, 1982).

2. Agregat kasar adalah agregat yang semau butirnya tetinggal di atasa

ayakan 4,75 mm (ASTM C33, 1982).

a. Tujuan penggunaan agregat

Adapun tujuan penggunaan agregat pada struktur beton antara lain :

1. Sumber kekuatan dari beton

2. Menghemat semen

3. Memperkecil tingkat penyusutan beton

4. Mencapai kepadatan beton yang maksimal

5. Memperoleh workability yang baik

b. Spesifikasi umum

1. Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal

sehingga kuat tekan beton besar.

8
PT. Wijaya Karya, 2006, “Pedoman Pekerjaan Beton”, halm II-3, Engineering PT. Wijaya Karya.
15

2. Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan

material beton lainnya.

3. Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton

yang dihasilkan padat dan awet.

4. Gradasi sesuai spesifikasi teknik yang dan hindari gap graded

aggregate karena akan membutuhkan semen lebih banyak untuk

mengisi rongga dan harga satuan beton akan menjadi lebih mahal.

Gradasi diukur dengan menggunakan analisis saringan.

5. Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan

jika ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat

total agregat.

6. Kadar lumpur agregat tidak boleh terlalu banyak, karena akan

berpengaruh pada kuat tekan beton.

2.2.3 Air

Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih

dan bebas dari minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau

bahan-bahan lain yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air

harus berasal dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi

persyaratan sesuai SK SNI S-04-1989-F9. Persyaratan lainnya adalah

sebagai berikut10 :

9
Departemen Pekerjaan Umum, 2003, “Pedoman Pelaksanaan Perkerasan Beton Semen”, halm 13,
Jakarta.
10
PT. Wijaya Karya, 2006, “Pedoman Pekerjaan Beton”, halm II-7, Engineering PT. Wijaya karya.
16

1. Air untuk campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan

yang merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan

organik atau bahan - bahan lainnya yang merugikan terhadap beton

ataupun tulangan.

2. Air pencampur yang digunakan untuk beton prategang atau pada beton

yang didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang

terkandung didalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida

dalam jumlah yang membahayakan.

3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton,

kecuali ketentuan berikut terpenuhi:

a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada

campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar

harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90%

kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.

Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan

serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai

dengan ”Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis

(menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 cm)”.

c. Bila terpaksa menggunakan air laut, disarankan hanya untuk beton

tanpa tulangan dengan kandungan maksimal garam terlarut 35.000

ppm.

d. Hindari penggunaan air dengan dengan pH ≤ 3.


17

a. Fungsi air dalam beton:

1. Bahan penghidrasi semen, agar semen bisa berfungsi sebagai

bahan pengikat.

2. Bahan pelumas, yaitu mempermudah proses pencampuran agregat

dan semen serta mempermudah pelaksanaan pengecoran beton

(workability).

2.3 Tulangan11

Tulangan sambungan berfungsi sebagai penyambung plat beton

yang sudah putus (akibat retak). Tulangan sambungan dibagi menjadi dua

jenis, yaitu :

1. Tulangan sambungan melintang susut (contraction joint) dan tulangan

sambungan melintang pelaksanaan (construction joint) disebut dowel

(ruji).

2. Tulangan sambungan memanjang disebut batang pengikat (tie bar).

2.3.1 Dowel

Dowel berupa batang baja tulangan polos maupun profil, yang

digunakan sebagai sarana penyambung/ pengikat pada beberapa jenis

sambungan pelat beton perkerasan jalan. Dowel berfungsi sebagai

penyalur beban pada sambungan, yang dipasang dengan separuh panjang

terikat dan separuh panjang dilumasi atau dicat untuk memberikan

kebebasan bergeser.

11
Shirley, L.H, 2000, “Perencanaan Teknik Jalan Raya”, halm 260-263, Politeknik Negeri
Bandung.
18

2.3.2 Tie Bar

Tie bar adalah potongn baja yang diprofilkan yang dipasang pada

sambungan lidah – alur dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak

bergerak horizontal. Batang pengikat dipasang pada sambungan

memanjang.

2.4 Sambungan12

Pada struktur perkerasan kaku memiliki 3 macam sambungan

yang sangat penting peranannya, terutama pada proses pelaksanaan, yaitu :

1. Sambungan perlemahan (dummy constuction joint)

2. Sambungan pengembangan (expansion joint)

3. Sambungan konstruksi (construction joint)

2.4.1 Sambungan Perlemahan (Dummy Constuction Joint)

Sambungan ini bukanlah seperti arti sambungan sebenarnya tetapi

tampilannya seolah-olah seperti sambungan, yaitu dengan membuat celah

pada permukaan beton dengan maksud dengan membuat perlemahan agar

keretakan akibat proses shrinkage akan terjadi pada lokasi perlemahan

tersebut. Pada sambungan ini biasanya dipasang dowel.

2.4.2 Sambungan Pengembangan (Expansion Joint)

Sambungan pengembangan ini diperuntukan mengatasi terjadinya

pemuaian beton kearah memanjang plat agar tidak membuat kerusakan

pada struktur, terutama untuk daerah-daerah yang memiliki perbedaan

12
Asiyanto, 2008, “Metode Konstruksi Proyek Jalan“ , halm 200-202, Universitas Indonesia Press.
19

temperatur yang cukup tinggi dengan menyediakan ruang gerak pada saat

perpanjangannya. Sambungan ini juga dilengkapi dengan tulangan (dowel)

yang berfungsi sebagai transfer load device dan sliding devices. Sebagai

transfer load devices, dowel bertugas memikul beban roda lalu lintas yang

melalui celah sambungan melintang beton. Sedangkan sebagai sliding

device, dowel bertugas untuk menyediakan sarana gerakan kembang susut

dari beton kearah memanjang.

2.4.3 Sambungan Konstruksi (Construction Joint)

Sambungan ini diperlukan karena proses pengecoran yang

terkadang tidak mungkin dilaksanakan dalam satu tahap karena

keterbatasan alat penghampar beton. Pada sambungan ini juga diperlukan

tulangan (tie bar) yang berfungsi sebagai rotation devices dan unsliding

devices. Sebagai rotation devices, tie bar berfungsi untuk memegang dua

plat beton (kiri dan kanan arah melintang) yang cenderung akan

melengkung keatas disiang hari dan melengkung kebawah di malam hari.

Sedangkan sebagai unsliding devices, tie bar tidak berfungsi sebagai

sarana gerakan kembang susut, karena gerakan kembang susut tersebut

terjadi kearah memanjang jalan.

2.5 Bekisting13

Beton membutuhkan suatu bekisting (acuan) yang baik untuk

mendapatkan bentuk yang direncanakan maupun pengerasannya. Kualitas

13
Sagel, R., Kole, P., Kusuma, Gideon, H., 1994, “Pedoman Pengerjaan Beton”, Erlangga, Jakarta.
20

bekisting menentukan bentuk dan rupa konstrukasi beton, maka bekisting

harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu direncanakan sedemikian

rupa supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan atau

lenturan yang timbul ketika beton dituang. Susunan dari bekisting perlu

dibuat semudah dan semanfaat mungkin, supaya dengan pembiayaan yang

sedikit dapat membentuk keseluruhan bekisting yang kuat dan dapat

dipakai berulang-ulang.

2.5.1 Persyaratan Bekisting14

Ada beberapa persyaratan umum pada bekisting, yaitu :

1. Lembaran bekisting harus awet, kaku dan harus diberi rangka

secukupnya untuk mencegah bergeraknya dan menggelembungnya

bekisting. Lembaran ini harus cukup tebal untuk menahan tekanan

beton basah.

2. Bekisting harus lurus garisnya dan harus cukup diberi rangka batang.

Toleransi yang beralasan perlu, agar dapat menghindari biaya besar

yang terlibat dalam pekerjaan sampai batasan yang mendekati dan

disini disarankan untuk memberikann spesifikasi pada pelaksanaan

bila memungkinkan.

3. Sambungan antar berbagai bagian yang membentuk bekisting harus

cukup rapat untuk mencegah kebocoran bahan dari adukan semen,

karena dapat menyebabkan cacatnya penampilan dari pekerjaan yang

diselesaikan. Bagaimanapun juga, disini harus diingat tekanan beton

14
Mujianto, Asep., 2005, ”Pelaksanaan Pekerjaan Rigid Pavement pada Proyek Underpass Pondok
Indah Jakarta Selatan”.
21

yang kuat akan menimbulkan kelemahan dari bekisting, sambungan

seperti ini yang tampaknya rapat pada saat pemeriksaan sebelum

pengecoran, tetapi akan terbuka akibat pelenturan bekisting di bawah

tekanan ini.

4. Bekisting dan bagian-bagiannya harus mempunyai ukuran dan berat

tertentu untuk memudahkan penanganannya dengan peralatan yang

tersedia. Bekisting harus mampu untuk dipasang dengan mudah dan

cepat serta harus direncanakan agar busa digunakan untuk tahap

berikutnya jika dibutuhkan.

2.5.2 Bahan Bekisting15

Bahan-bahan bekisting dan pelengkapnya yang sering digunakan

antara lain :

a. Kayu.

b. Pelat/ papan multipleks.

c. Bahan-bahan penyambung, seperti paku, sekrup, baut kayu, tie rod,

dan lain-lain.

d. Bahan pelumas pembongkaran bekisting (minyak bekisting). Untuk

permukaan yang hendak dilumuri dengan bahan dalam mempermudah

pembukaan acuan harus bersih dan halus. Minyak dapat dilumurkan

dengan menggunakan kain bekas, sikat atau disemprot, tetapi cara

apapun yang digunakan, acuan harus dilumuri dengan menyeluruh dan

tipis. Kapasitas pelumasnya yang sebesar 6 sampai 8 m2/L, dianggap

15
Murdock L. J, K.M. Brook, 1991 “Bahan dan Praktek Beton” edisi empat, halm 300, Erlangga,
Jakarta.
22

cukup memenuhi syarat. Persyaratan yang penting ialah jangan sampai

ada minyak yang memasuki sambungan konstruksi atau batas

tulangan, serta pemakaian semprotan jangan dilakukan lagi bila acuan

telah terpasang. Kelebihan minyak jangan tertinggal pada acuan,

terutama bila beton diplaster atau diberi spasi. Ini bukan hanya

menimbulkan resiko terbentuknya lapisan permukaan yang lunak,

tetapi ada kemungkinan bahwa permukaannya akan bersifat menolak.

e. Baja, seperti pelat baja bergelombang.

f. Besi, berupa pelat besi

g. Beton, seperti pelat bekisting beton pratekan

2.5.3 Jenis-Jenis Bekisting16

Jenis-jenis bekisting yang digunakan secara umum antara lain :

a. Bekisting konvensional (acuan dengan Plywood).

Lembaran Plywood, sekarang dipergunakan secara ekstensif

untuk banyak kategori pekerjaan beton. Ini biasanya lebih kuat dari

pada kayu lunak dan memberikan permukaan beton yang lebih halus

dibandingkan dengan yang dihasilkan dengan papan kayu.

Tebal Plywood yang umum dipergunakan, berkisar antara 4,5

mm sampai dengan 32 mm, tetapi untuk pekerjaan yang bisa

dikerjakan tebal 18-19 mm atau 15-16 mm biasa dipergunakan.

Lembaran Plywood dibuat di pabrik dengan tumpang tindih sejumlah

lembaran dengan merekat dengan perekat antara lembaran-lembaran

16
Murdock L.J, K. M. Brook, Stephanus Hindarko,1991, “Bahan Dan Praktek Beton, halm 282-
285, Erlangga, Jakarta.
23

secara berturut-turut. Ukuran lembaran berkisar antara 2240 mm

sampai 3360 mm pada panjangnya dan dari 840 mm sampai 1400 mm

dalam lebarnya, tetapi ukuran Standar yang tersedia ukuran

lembarannya ialah 2240 mm x 1120 mm.

Jenis Plywood acuan yang umumnya tersedia di Inggris dibuat

dari sejenis pohon dari Finland dan kayu keras tertentu dari Afrika dan

Malaysia.

b. Bekisting precast (acuan logam)

Berbagai jenis acuan logam umum dipakai dalam konstruksi

yang sering diulang-ulang. Beberapa paten acuan yang berhasil

menerapkan panel Plywood yang didukung oleh rangka logam secara

individu. Cetakan baja dipakai secara ektensif untuk pabrik yang

menghasilkan beton pra-cetak dalam berbagai jenis. Disini disarankan,

bila mempergunakan acuan baja ini agar melindungi bagian

belakangnya terhadap panasnya sinar matahari.

2.6 Alat Berat

2.6.1 Pemilihan Alat Berat

Sebelum menentukan peralatan apa saja yang akan digunakan

sebaiknya kita mengetahui fungsi alat berat tersebut terhadap pekerjaan

yang akan dilaksanakan. Selain itu produktivitas alat berat yang digunakan

harus tinggi, sehingga biaya operasional lebih ekonomis dan pekerjaannya

menjadi lebih cepat. Kesalahan dalam memilih suatu alat berat,maka akan
24

menyebabkan pekerjaan tidak efesiensi, sehingga biaya operasional yang

harus dikeluarkan menjadi besar. Selain itu akibat dari kesalahan

pemilihan alat berat yaitu produktivitas yang dihasilkan dari alat berat

tersebut lebih kecil menyebabkan pekerjaan berlangsung lebih lama.

2.6.2 Alat Berat Pada Pekerjaan Rigid Pavement

Peranan alat berat dalam pelaksanaan pekerjaan rigid pavement

sangatlah penting, apalagi pekerjaan tersebut dilaksanakan dalam skala

besar. Apabila pekerjaan rigid pavement dilaksanakan dengan manual,

hasil yang didapat sangat tidak memuaskan.

Proyek jalan pada umumnya menggunakan alat gali, truk, dozer,

grader, alat pemadat, loader dan lain-lain. Alat gali digunakan untuk

menggali saluran disekitar badan jalan. Dozer berfungsi untuk mengupas

tanah dan grader untuk membentuk permukaan tanah. Loader digunakan

sebagai pemuat tanah ke dalam truck. Untuk jalan dengan perkerasan

lentur digunakan asphalt mixing plant yang berfungsi mencampur bahan

campuran aspal yang kemudian disebarkan, diratakan dan dipadatkan

dengan menggunakan asphalt finisher. Sedangkan untuk perkerasan kaku,

beton diolah dengan menggunakan concrete batching plant yang

kemudian dipindahkan dengan menggunakan truck mixer atau dengan alat

yang lain yang disetujui pelaksana utama.


25

2.7 Metode dan Waktu Konstruksi17

2.7.1 Metode Konstruksi

Metode konstruksi adalah suatu metode kegiatan yang

dilaksanakan dalam pembangunan suatu proyek. Beberapa pertimbangan

yang dapat digunakan untuk pemilihan metode pelaksanaan yang

menguntungkan, antara lain :

1. Semudah mungkin.

2. Menyesuaikan dengan peralatan yang ada untuk digunakan

semaksimal mungkin.

3. Metode pelaksaan yang dipilih dengan mempertimbangkan kondisi

lapangan dan cuaca.

4. Metode pelaksanaan yang dipilih merupakan metode yang paling

menguntungkan.

2.7.2 Waktu Konstruksi

Waktu pelaksanan adalah alokasi waktu yang disediakan untuk

menyelesaikan masing-masing kegiatan sedemikian rupa sehingga tidak

saling merintangi dan menghambat. Beberapa pertimbangan yang

digunakan dalam menyusun waktu pelaksanaan, antara lain :

1. Jumlah dan kapasitas peralatan yang tersedia.

2. Urutan-urutan kegiatan dan faktor ketergantungan antara satu kegiatan

dengan kegiatan lainnya.

17
Asri M. dan Marco Y., 2006, “Evaluasi Produktivitas Alat Berat Pada Proyek Pemeliharaan
Jalan Tol Jagorawi 2005-2006”.
26

3. Alokasi waktu harus menjamin kelangsungan pelaksanaan didalam

keseluruhan pekerjaan.

Waktu pelaksanaan konstruksi adalah rangkaian kegiatan-kegiatan

dengan menentukan terlebih dahulu :

1. Jenis kegiatan.

2. Keterkaitan ketergantungan antar kegiatan.

3. Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tiap kegiatan.

Informasi yang diperlukan untuk menentukan lamanya waktu

pelaksanaan konstruksi adalah :

1. Jenis-jenis pekerjaan

2. Jumlah peralatan yang tersedia

3. Kebutuhan material

4. Tenaga kerja yang tersedia

5. Biaya yang tersedia

2.8 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rencana anggaran biaya suatu bangunan atau proyek adalah

perhitungan banyaknya anggaran biaya suatu bangunan dan upah, serta

biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau

proyek tersebut18.

Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung

dengan rinci, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada

18
Ibrahim, Bachtiar., 1993, “Rencana Dan Estimate Real of Cost”, Bumi Aksara.
27

bangunan yang sama akan berbeda - beda di masing-masing daerah,

disebabkan karena perbedaan harga bahan bangunan dan upah tenaga

kerja19.

Rencana anggaran biaya dihitung berdasarkan pada gambar

rencana dan spesifikasi bangunan. Membuat anggaran biaya berarti

memperkirakan harga dari suatu bahan bangunan atau benda yang akan

dibuat dengan cermat dan teliti. Di dalam pembuatan RAB untuk proyek

bangunan gedung diperlukan langkah-langkah yang sistematis, sehingga

selain mendapatkan cara kerja yang efisien juga mendapatkan tingkat

ketelitian yang baik. Adapun rangkaian penyusunan RAB dapat dilihat

pada gambar 2.2 berikut :

Daftar
Harga
Bahan

Daftar Daftar
Upah Analisa

Anggaran
Anggaran
Daftar
Biaya
Alat Jumlah Tiap
Terperinci
Jenis
Pekerjaan
Biaya Tak Terduga
Ongkos Rencana
Pajak

Sumber : Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan Metode BOW, Mukomoko, 1987.

Gambar 2.2. Alur Penyusunan RAB

19
Mukomoko, 1987, “Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan Metode BOW”, halm 67-68,
Gaya Media Pratama, Jakarta.
28

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikatakan bahwa penyusunan

RAB terbagi atas dua bagian yaitu RAB terperinci dan RAB kasar.

Dengan rincian sebagai berikut :

a. Rencana Anggaran Biaya Kasar

Merupakan rencana anggaran biaya sementara dimana pekerjaan

dihitung tiap ukuran luas. Pengalaman kerja sangat mempengaruhi

penafsiran biaya secara kasar, hasil dari penafsiran ini apabila

dibandingkan dengan rencana anggaran yang dihitung secara teliti

terdapat selisih.

b. Rencana Anggaran Biaya Terperinci

Rencana anggaran biaya terperinci adalah anggaran biaya bangunan

atau proyek yang dihitung dengan terperinci dam cermat, sesuai

dengan ketentuan dan syarat-syarat penyusunan anggaran biaya.

Penyusunan anggaran biaya yang dihitung dengan rinci didasarkan

atau didukung oleh:

1. Bestek, gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat-

syarat teknis.

2. Gambar bestek, gunanya untuk menentukan atau menghitung

besarnya masing- masing volume pekerjaan.

3. Harga satuan pekerjaan, didapat dari harga satuan bahan dan harga

satuan upah berdasarkan perhitungan analisa.


29

2.8.1 Harga Satuan Pekerjaan20

Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah

tenaga kerja berdasarkan perhitungan analitis. Harga bahan didapat

dipasaran, dikumpulkan dalam satu daftar yang dinamakan daftar harga

satuan bahan, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan dilokasi

dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang dinamakan daftar harga

satuan upah.

Harga satuan pekerjaan terdiri dari tiga komponen, yaitu :

a. Analisa harga satuan bahan/ material

b. Analisa harga satuan upah tenaga

c. Analisa harga satuan sewa alat

Analisa harga satuan ialah menghitung banyaknya volume masing-

masing bahan serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

persatuan pekerjaan konstruksi. Analisa harga satuan mengandung dua

unsur yaitu:

a. Harga satuan, merupakan harga satuan yang berlaku di pasar pada saat

anggaran biaya bangunan tersebut disusun.

b. Indeks, yaitu indeks yang menunjukan kebutuhan untuk setiap satuan

jenis pekerjaan.

20
Yoewono, Ir. MM., 2001, “Analisa Biaya Proyek (HSP-EE/ OE)”, halm 2-3, Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.
30

a. Analisa Harga Satuan

Analisa harga satuan merupakan analisa tentang harga suatu jenis

pekerjaan tertentu per satuan tertentu berdasarkan rincian komponen-

komponen tenaga kerja, bahan dan material.

Harga Upah Harga Bahan/ Material Harga Peralatan

Harga Satuan Pekerjaan (HSP)

Sumber :Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan Metode BOW, Mukomoko,1987.

Gambar 2.3. Alur Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai