Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331891171

Analisis Mutu Beton Menggunakan Hasil Pengujian Benda Uji (Sampel) dan
Hammer Test

Article · November 2017

CITATIONS READS

0 2,309

3 authors, including:

Nova Juliana
Politeknik Negeri Medan
4 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nova Juliana on 20 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Analisis Mutu Beton Menggunakan Hasil Pengujian Benda Uji (Sampel) dan
Hammer Test.

ABSTRAK
Oleh: Nova Juliana, Indra Fauzi, Bintarto P.Seputro,

Penelitian ini menjawab pertanyaan tentang seberapa besar penyimpangan hasil pengujian
mutu beton pada campuran/adukan yang sama dan umur yang sama dengan dua macam
metode pengujian yaitu sampel beton dan Hammer Test, yang didasarkan pada benda uji
(sampel) yang dibuat. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk mencari faktor
konversi dari metode pengujian Hammer Test terhadap pengujian sampel beton , sehingga
untuk sementara dapat dipakai/ dipedomani oleh kontraktor atau konsultan dalam
menentukan mutu beton hasil pengujian beton keras (yang sudah terpasang). Penelitian ini
menggunakan metode experiment yaitu mengadakan percobaan dengan menggunakan
sampel beton dengan mutu beton yang direncanakan yaitu K-200. Adapun besaran yang
dipakai sebagai acuan adalah nilai kuat tekan dari hasil compression test. Data dihimpun
(teknik pengumpulan data) melalui hasil pengujian mutu dari sampel yang dibuat di
Laboratorium Pengujian Bahan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan. Hasil
penelitian berdasarkan hasil data menunjukkan bahwa faktor konversi dari metode
pengujian Hammer Test terhadap pengujian sampel beton yaitu: 1 : 0,762 atau dikatakan
factor konversi perbandingan hasil pengujian menggunakan hammer test yaitu 0,7620
dibandingkan dengan pengujian sampel beton.

Kata kunci: hammer test, kuat tekan, faktor konversi, umur benda uji.

I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, beton merupakan salah satu bahan bangunan yang
tidak asing lagi bagi semua orang. Pada umumnya bahan beton ini dipergunakan sebagai
struktur utama sebuah bangunan. Walaupun telah banyak orang yang menggunakan bahan
beton, namun pada kenyataannya tidak banyak yang mengerti bagaimana membuat beton
yang benar. Kalaupun sudah dipahami, seringkali dalam praktiknya orang melanggar
prosedur yang sudah dipahami tersebut dengan berbagai alasan. Krisis mutu beton,
barangkali itulah akibat yang bisa terjadi dari tindakan yang melanggar prosedur yang sudah
ditetapkan tersebut. Karena tidak melewati proses secara benar, bisa dipastikan produk beton
yang dihasilkan tidak bisa memenuhi standar mutu yang diharapkan.
(http://Widyasramateknik.wordpress.com, 2014).
Kualitas produk dalam skala besar seperti untuk beton yang akan digunakan dalam
pembuatan suatu bangunan yang diproduksi secara besar besaran dicoba terlebih dulu dalam
skala kecil di laboratorium (test kubus atau silinder) sewaktu melaksanakan perencanaan
campuran beton (mix design).
Untuk menghasilkan bahan seragam (uniform), serta memenuhi karakteristik yang
diinginkan dalam rencana pekerjaan beton, diperlukan pengendalian mutu. pengendalian
mutu tersebut harus sesuai dengan spesifikasi, tidak lebih dan tidak kurang. Metode praktis
untuk pengendalian mutu yang efektif adalah mengecek apakah yang telah dilakukan itu
secara keseluruhan sesuai dengan spesifikasi
Ada beberapa bentuk metode pengujian mutu beton yang dapat digunakan
diantaranya pengujian setempat yang bersifat tidak merusak seperti pengujian ultra sonik,
Hammer test bersifat setengah merusak, Core drill, Load test yang bersifat merusak dan
Pengambilan Sampel sebelum beton dicorkan.(@ 2003 Digitized by USU digital library).
Dengan banyak metode pengujian yang dapat dilakukan, timbul permasalahan di lapangan
yaitu hasil dari beberapa metode ini bagaimana menyimpulkannya dan apa yang dipedomani
untuk menentukan kekuatan dari beron yang dilakukan pengujian.
Untuk itu Peneliti mencoba mengangkat permasalahan ini untuk dilakukan penelitian.
Adapun judul dalam penelitian ini adalah: "Analisis Mutu Beton Menggunakan Pengujian
Benda Uji (Sampel), dan Hammer Test "
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah menjawab pertanyaan tentang
seberapa besar penyimpangan hasil pengujian mutu beton pada campuran/adukan yang
sama (K-200) dan umur yang sama dengan dua macam metode pengujian yaitu
menggunakan Pengujian Benda Uji (Sampel), dan Hammer Test.
Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk mencari faktor konversi dari
metode pengujian Hammer Test terhadap pengujian sampel beton berbentuk kubus ukuran
15 x 15 x 15 cm (standar PBI-71) yang diambil dari beton segar. Manfaat dari penelitian ini
dengan diketahuinya faktor konversi dari metode pengujian uji tekan beton dengan
pengujian Hammer test dapat meningkatkan pengembangan ilmu dan teknologi yang sangat
berguna dalam penunjang proses belajar mengajar di laboratorium dan juga dapat
dipakai/dipedomani oleh kontraktor atau konsultan dalam menentukan mutu beton hasil
pengujian beton keras (yang sudah terpasang).
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Beton
Yang dimaksud dengan Beton atau Concrete, menurut ACI 116 R, adalah : Suatu
campuran bahan yang terutama mengandung bahan perekat yang merekatkan butir-butir
agregat Dengan demikian, arti dari beton itu mencakup bahan campuran yang cukup luas,
karena dapat dipakai untuk bahan-bahan campuran antara jenis-jenis bahan perekat apapun,
yang perekatnya itu berfungsi untuk menyatukan butir-butir agregat yang semula dalam
keadaan terlepas, sehingga istilah beton ini juga dapat dipakai untuk: Beton Aspal, Beton
Semen Portland, Beton Tras Kapur, Beton Polymer, dsb.
Akan tetapi yang paling umum dipahami dengan istilah beton ini, adalah beton yang
bahan perekatnya menggunakan semen portland. Jadi pengertian beton disini adalah matrik
bahan yang terbentuk dari bahan pengisi, yang diikat oleh pasta semen yang mengeras.
Bahan pengisi disini biasanya gabungan antara agregat halus dan agregat kasar atau bisa
ditambah dengan menggunakan bahan tambah admixture.
Proses awal terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi antara air dengan
semen selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat halus menjadi mortar dan jika
ditambakan dengan agregat kasar menjadi beton. Penambahan material lain akan
membedakan jenis beton, misalnya yang ditambahkan tulangan baja akan terbentuk beton
bertulang. Jadi beton akan mengeras dalam bentuk dan ukuran dari konstruksi yang
diinginkan. (Mulyono,2005).

Kuat Tekan Beton.

Kuat tekan beton adalah besarnya beban yang dapat diterima oleh beton per satuan
luas sampai hancur. Pengujian kuat tekan beton ini merupakan salah satu pengujian beton
keras dengan cara merusak ( Destructive test ), selain itu pengujian kuat tekan beton ini juga
merupakan salah satu pengujian sifat makanis beton yang paling penting, oleh karena itu
sifat kuat tekan beton ini dijadikan indikator utama untuk menilai mutu beton dan sebagai
tujuan spesifikasi.
Untuk benda uji silinder, kuat tekan benda uji beton dihitung sampai dengan
ketelitian 0,2 N/mm2 dengan masih menggunakan rumus tegangan seperti d bawah ini.

P
b = -----------
0,25.   2

Dimana : b = kuat tekan


P = Beban uji maksimum ( hancur ) yang ditunjukan oleh mesin uji
Tekan beton dalam KN dan N
 = 3,14
 = diameter benda uji (mm)
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ( PBI.71) mutu beton
disimbolkan dengan kuat tekan beton karakteristik (bk) yang disingkat dengan K beton,
yaitu kekuatan tekan beton dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji berupa
kubus yang bersisi 15 ( 0,06 ) cm pada umur 28 hari. Selain benda uji berbentuk kubus
bersisi 15 cm, dapat juga dipakai benda uji kubus bersisi 20 cm atau benda uji silinder
dengan garis tengah 15 cm dan tinggi 30 cm. Bentuk dan ukuran benda uji mempengaruhi
kekuatan tekan beton. Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai-bagai benda uji
dapat diambil dengan menggunakan faktor konversi yaitu :
Tabel .1 Faktor konversi
Benda uji Faktor konversi (perbandingan kekuatan tekan )

Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00
Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95
Silinder  15 cm dan t 30 cm 0,83
Sumber : PBI- 71

Beton merupakan suatu bahan konstruksi yang mempunyai sifat kekuatan tekan
yang khas, yaitu apabila diperiksa dengan sejumlah besar benda-benda uji nilainya akan
menyebar sekitar suatu nilai rata-rata tertentu. Penyebaran dari hasil-hasil ini akan kecil atau
besar tergantung pada tingkat kesempurnaan dari pelaksanaannya. Dengan menganggap
nilai-nilai dari hasil pemeriksaan tersebut menyebar normal ( mengikuti lengkung
Gauss), maka ukuran dari besar kecilnya (variasi ) penyebaran dari nilai-nilai hasil
pemeriksaan tersebut adalah dihitung dari deviasi standar yang didapat, semakin kecil
deviasi standar yang didapat semakin baik mutu pelaksanaannya. ( mutu pelaksanaan diukur
dari deviasi standar ).
Rumus dari Deviasi Standar ( SD) adalah :

 b 1 -  bm 1
2
1

SD =
N - 1
Dimana : SD = Standar Deviasi
b 1
= Kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji (kg/cm2)
 bm 1 = Kuat tekan beton rata-rata ( kg/cm2 ) dengan rumus :
N

 bm = 1
b
N
1

uji yang diperiksa, yang harus diambil minimum 20 buah.


Dengan menganggap nilai-nilai dari hasil pemeriksaan benda uji menyebar normal,
maka kekuatan tekan beton karakteristik, dengan 5 % kemungkinan adanya kekuatan yang
tidak memenuhi syarat, ditentukan oleh rumus :
 bk 1 =  bm 1 – 1,64 SD

Berbagai-bagai mutu pelaksanaan pada berbagai-bagai isi pekerjaan dicantumkan


dalam daftar di bawah ini :
Tabel 2. Standar Deviasi untuk Mutu Pelaksanaan Pekerjaan Beton

Isi Pekerjaan Deviasi Standar ( SD ) kg / cm 2


Sebutan Jumlah beton Baik sekali Baik Dapat diterima
( M3)
Kecil < 1000 ) 45 <SD < 55 55 <SD< 65 65 <SD < 85
Sedang 1000 – 3000 35 < SD< 45 45 <SD<55 55 <SD < 65
Besar > 3000 25 < SD< 35 35 <SD<45 45 <SD < 65
Sumber: PBI-71

Kuat tekan beton bertambah tinggi dengan bertambahnya umur. Yang dimaksud
umur disini dihitung sejak beton dicetak. Laju kenaikan kuat tekan beton mula-mula cepat,
lama-lama laju kenaikan itu semakin lambat, dan laju kenaikan tersebut relatife sangat kecil
setelah umur 28 hari, sehingga secara umum dianggap tidak naik lagi setelah umur 28 hari.
Oleh karena itu, sebagai standar kuat tekan beton ialah kuat tekan pada umur 28 hari.
Laju kenaikan tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : Jenis semen
Portland, suhu keliling beton, factor air semen, dan factor lain yang sama dengan factor-
faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton.
Hubungan antara umur dan kuat tekan beton menurut PBI- 71 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel : 2.3

Umur beton ( hari ) 3 7 14 21 28 90 360


Semen Portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1.20 1,35
Semen Portland dengan
kekuatan awal yang tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
Sumber: PBI-71

Pengendalian Mutu Beton


Tujuan utama dari pengendalian mutu beton adalah untuk menghasilkan bahan
seragam ( uniform ), serta memenuhi karakteristik yang diinginkan dalam rencana
pekerjaan. Pengendalian mutu harus sesuai dengan spesifikasi, tidak lebih dan tidak kurang.
Metode praktis untuk pengendalian mutu yang efektif adalah mengecek apakah yang telah
dilakukan itu secara keseluruhan sesuai dengan spesifikasi. Pemilik tidak akan menyetujui
dan menerima segala sesuatu yang terjadi sebagai penyimpangan atau kekurangan, yang
merupakan ketidaksesuaian dengan spesifikasi yang ada.
Suatu beton akan disebut beton bermutu baik, apabila beton tersebut memiliki:
“ kekuatan tertentu (memenuhi syarat penggunaannya), cukup awet dalam penggunaannya
dan ekonomis.” Untuk mencapai keadaan sifat tersebut di atas (kuat, awet dan ekonomis)
dalam menanganai (memperlakukan) pembuatan dan pemakaian beton diperhatikan kedua
hal berikut :
1. Bagaimana membuat dan memperlakukan beton tersebut sewaktu ia masih segar
2. Bagaimana memperlakukan beton tersebut setelah ia mulai mengeras dan setelah
mengeras.
Kedua hal tersebut di atas berkaitan satu dengan yang lainnya, dan keduanya
merupakan fungsi dari Pengendalian Mutu Beton.
Dari serangkaian pengujian terhadap beton, maka beton dapat diuji baik sebagai beton
segar maupun setelah diolah lebih lanjut. Dari kedua macam tersebut, pengujian beton segar
sering dilakukan sebelum segalanya terlambat untuk melakukan koreksi dan perbaikan-
perbaikannya. Disini meliputi pengujian terhadap kemudahan pengerjaan (workability),
berat satuan, kandungan udara, dll. Jika ada gagasan untuk mempercepat pengujian tegangan
yang bisa dilakukan setelah beberapa jam umur beton dan bisa memperkirakan kekuatan
beton pada umur 28 hari, maka hal tersebut merupakan suatu pengendalian mutu yang cepat
langsung dan sangat efektiv. Dan pada akhirnya, semua hasil pengujian itu hanya
merupakan sarana bagi para pengambil keputusan untuk membantu dalam menyatakan
menerima atau menolak pekerjaan beton tersebut.(Siswanto, 1992).
Pengujian Kuat Tekan
Pengujian yang paling umum dilakukan untuk beton yang sudah mengeras adalah uji
kuat tekan. Benda uji diuji kekuatannya sampai hancur untuk mendapatkan sifat fisiknya.
Hasil dari uji tekan ini bisa berfariasi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya tipe benda
uji, ukuran benda uji, tipe cetakan, curing, keadaan permukaan benda uji.
Pengujian beton keras ini dapat dilakukan setelah masa perawatan contoh uji, yang
caranya dapat mengikuti SK SNI. T-16-1991-03, SK SNI. M-08-1991-03 memberikan tata
cara pengujian untuk kuat lentur dan SK.SNI.M-10-1991-03 memberikan tata cara
pengujian untuk kuat tekan. Benda uji yang digunakan dapat berupa silinder atau kubus
beton dengan ukuran yang sesuai dengan yang disyaratkan.
Pengambilan contoh uji untuk kuat tekan beton harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan dari “Methods of Sampling Freshly Mixed Concreti” ASTM C.172 atau
memenuhi syarat “ Tata Cara Pembuatan Benda Uji untuk pengujian Laboratorim Mekanika
Batuan “ SK.SNI.T-16-1991-03”.
Pada beton yang telah diuji dan nilai kekuatannya ternyata rendah harus diambil
langkah untuk memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari struktur tidak
membahayakan. Jika menunjukkan hasil yang membahayakan, maka dapat dilakukan
dengan pengujian Hammer Test atau pengambilan contoh melalui bor inti (core drilled)
pada daerah yang dipertanyakan (membahayakan).
Pengujian dengan Hammer Beton
Hammer Test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. Hammer
beton pertama kali dikembangkan oleh seorang insinyur berkebangsaan Swiss, Dr. Ernst
Schimidt, pada tahun 1948, yang selanjutnya dikenal sebagai Swiss Hammer. Dasar
pengembangan dari alat ini adalah system pengujian tempo dulu dimana untuk mengetahui
keadaan dari suatu beton pada sebuah konstruksi para pekerjanya biasanya memukul beton
tersebut dengan sebuah Hammer dan menilai keadaan beton tersebut dari suara metalik
yang dihasilkannya. (Proscek Manual Book, 1977).
Kekokohan dianggap sebanding dengan seberapa jauh melentur kembalinya
(rebound) hammer bila ditembakkan ke permukaan beton. Hammer test biasa digunakan
untuk memeriksa keseragaman dari sebuah struktur beton, untuk menentukan lokasi dimana
dimungkinkan terdapat beton yang berkualitas rendah sehingga bisa diputuskan apakah
perlu dilakukan core drill atau tidak, dan juga diketahui apakah beton tersebut sudah layak
untuk diberi beban atau tidak (ASTM Standars, 2002).
Penggunakan Hammer test ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang
relatif singkat dengan biaya murah. Metode pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
atau pemberian beban intac (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu
massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Alat ini sangat
berguna untuk mengetahui keseragaman material beton pada struktur, karena
kesederhanaannya, pengujian menggunakan alat ini sangat cepat sehingga dapat mencakup
area pengujian yang luas dalam waktu singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang
ada pada permukaan beton, misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian tertentu
dekat permukaan.
(http://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/metode-hammer-test, 2014)

METODOLOGI
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan
eksperimen secara kuantitatif, Data dihimpun (teknik pengumpulan data) melalui
percobaan dengan pembuatan benda uji (sampel) dilanjutkan dengan pengujian benda uji di
Laboratorium. Mutu beton yang dibuat dalam penelitian ini adalah K-225 dan dilanjutkan
dengan pembuatan benda uji sebanyak 20 kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm yang campurannya
sesuai dengan hasil rancangan untuk K-225.
Pada umur 14 hari kesemua benda uji, dilakukan uji Hammer Test dilanjutkan dengan
uji kekuatan tekannya dengan menggunakan mesin tekan beton yang ada di Laboratorium
material testing Jurusan T. Sipil Politeknik Negeri Medan. Data yang diperoleh dari semua
hasil pengujian dari masing-masing metode dimasukan kedalam suatu tabel dan dicari rata-
rata, dibandingkan hasilnya dari setiap metode kemudian dicari faktor konversinya dan
kemudian dibuat simpulan,

HASIL PENELITIAN

Data dari hasil pengujian Hammer test dan hasil uji Kuat tekan beton seperti dibawah ini.

Nomor Beban Kuat Tekan Hasil uji Selisih Hasil Persen Faktor
Benda (kg ) (kg / cm2) Hammer test Uji kuat tekan selisih Konversi
Uji (kg / cm2) dengan kekuatan
Hammer test
1 42000 186.67 145.1 41.57 22.27 0.78
2 47000 208.89 163.4 45.49 21.78 0.78
3 43000 191.11 145.1 46.01 24.08 0.76
4 46000 204.44 145.1 59.34 29.03 0.71
5 46000 204.44 145.1 59.34 29.03 0.71
6 51000 226.67 163.4 63.27 27.91 0.72
7 48000 213.33 180.7 32.63 15.30 0.85
8 50000 222.22 145.1 77.12 34.71 0.65
9 47000 208.89 180.7 28.19 13.49 0.87
10 45000 200.00 163.4 36.60 18.30 0.82
11 44000 195.56 145.1 50.46 25.80 0.74
12 44000 195.56 145.1 50.46 25.80 0.74
13 45000 200.00 145.1 54.90 27.45 0.73
14 43000 191.11 145.1 46.01 24.08 0.76
15 47000 208.89 145.1 63.79 30.54 0.69
16 47000 208.89 145.1 63.79 30.54 0.69
17 47000 208.89 180.7 28.19 13.50 0.87
18 43000 191.11 145.1 46.01 24.08 0.76
19 43000 191.11 163.4 27.71 14.50 0.86
20 42000 186.67 145.1 41.57 22.27 0.78
Rata-rata = 202.22 154.10 48.12 23.78 0.7620

Kuat tekan menggunakan Hasil Pengujian Benda Uji (Sampel) setelah dirata-ratakan
dari 20 sampel didapat 202,22 kg /cm2 sedangkan dari pengujian Hammer Test dari benda
uji yang sama sebelum dilakukan uji tekan setelah dirata-ratakan didapatkan 154,10
kg/cm2".
Perbedaan dari kedua hasil pengujian yaitu 48,12 kg/cm2 atau 23,78 %. Sedangkan
kalau kita perbandingan kedua hasil pengujian tersebut didapatkan faktor konversinya yaitu :
uji tekan : uji hammer test = 1 : 0,7620. . Artinya bila kita menguji mutu beton yang sudah
terpasang dengan Hammer test seperti balok, kolom dan sebagainya didapatkan hasilnya
setelah dikoreksi sesuai dengan arah kita melakukan pengujian seperti mendatar atau tekak
lurus kebawah atau ke atas 76,20 % hasil pengujian hammer test sama nilainya dengan 100
% hasil pengujian kuat tekan sampel kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm.
Misalkan hasil pengujian hammer test setelah dikoreksi didapatkan 154,10 kg/cm2,
maka kuat tekannya adalah 154,10 kg/cm2/0,7620 = 202,23 kg/cm2.

SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengujian sampel beton,
menggunakan pengujian hammer test dilanjutkan dengan pengujian kuat tekan dari 20
sampel yang diuji pada umur 14 hari didapatkan perbandingan hasilnya 1 : 0,7620, atau
dikatakan factor konversi perbandingan hasil pengujian menggunakan hammer test yaitu
0,7620 dibandingkan dengan pengujian sampel beton.

DAFTAR PUSTAKA
Antoni, Paul Nugraha (2007), ”Teknologi Beton ” Yogyakarta: Andi
BSN Badan Sertifaksi Nasional
@ 2003 Digitized by USU digital library
Mulyono, Tri (2005), ” Teknologi Beton” Yogyakarta: Andi
Nawi, G, Edward (1990). ”Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar”Bandung: Eresco
Siswanto, M. Fauzi (1992), ”Pengendalian Mutu Beton” Yogyakarta: PAU UGM
SNI 07- 2052 -2002
http://Widyasramateknik.wordpress.com, 2014).
(http://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/metode-hammer-test)
@ 2003 Digitized by USU digital library)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai