Teknologi Bahan
KELOMPOK 1
Tindakan pengujian selalu diperlukan dalam pekerjaan yang berkaitan dengan beton apabila ingin menghasilkan kualitas yang baik. Metode pengujian
kualitas beton dimulai dari penentuan deposit dan sifat- sifat bahan baku, sifat- sifat bahan setelah mengeras maupun bila terjadi sesuatu yang dapat
merubah stabilitas bangunan selama masa hidupnya.
Maksud pengujian ini adalah untuk mengendalikan (control), tindakan pengendalian dimaksudkan agar kemungkinan penyimpangan dapat dikurangi
semaksimal mungkin sejak dini, sehingga kerusakan atau menurunnya kualitas beton yang telah direncanakan dapat dihindarkan. Akan tetapi sering
terjadi bangunan memerlukan tindakan perbaikan karena kualitasnya tidak memenuhi persyaratan. Tindakan perbaikan dapat terjadi bila tindakan
pengendalian tidak dilakukan, biasanya biaya yang diperlukan untuk memperbaiki suatu kerusakan lebih besar bila dibandingkan dengan biaya yang
diperlukan untuk tindakan pengendalian. Tidak jarang untuk memperbaiki suatu kerusakan yang telah terjadi diperlukan biaya yang lebih besar dari biaya
mendirikan bangunan itu sendiri.
Perlu diingat bahwa bila terjadi kerusakan pada pekerjaan beton lebih sukar untuk memperbaikinya dibandingkan dengan jenis bahan lainnya, dengan
demikian diperlukan pengendalian sejak dini pada setiap langkah pekerjaan pembangunan, terjadinya penyimpangan dari kualitas yang telah ditetapkan
bukan hanya disebabkan oleh faktor kelalaian manusia saja, tetapi alam juga memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi penurunan kualitas,
kondisi lingkungan, seperti bencana kebakaran dan gempa dapat mempengaruhi kekuatan beton.
Sebelum dilakukan jenis perbaikan yang tepat, terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk menentukan kemampuan beton memikul beban pada saat
pemeriksaan. Oleh karena itu metode pengujian sangat bervariasi, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam memilih metoda pengujiannya, pengujian
yang tepat akan memberikan hasil yang paling baik pula.
Metode pengujian terhadap komponen yang diperiksa secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu dengan cara merusak (destructive test)
dan tanpa merusak (non destructive test). Kadang-kadang untuk suatu kebutuhan pemeriksaan diperlukan penggunaan kedua metode tersebut untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Macam-Macam Destruktif Test
1. Uji Mekanis
Tujuan
Untuk mengevaluasi (evaluate) sifat mekanis dasar untuk dipakai dalam desain.
Untuk memprediksi (predict) performa (unjuk kerja) material dibawah kondisi pembebanan.
Untuk memperoleh (provide) data sifat mekanis dari material seperti kekuatan (strength),
kekakuan (stiffness), elastisitas (elasticity), plastisitas (plasticity) & ketangguhan (toughness &
resilience).
Metoda pembebanan
Tarik ( tension )
Tekan ( compression )
Geser ( shear )
Tekuk ( bending )
Puntir ( torsion )
Kondisi pembebanan
Dalam pengujian semua kondisi yang mempengaruhi pengujian harus tercatat dalam prosedur
pengujian (Testing Procedure) dan juga kondisi tersebut harus terkontrol dan tetap (Constant).
Contohnya kondisi atmosfer pada saat material diuji.
2. Uji struktur
Tujuan
Tujuan dari uji struktur untuk mengetahui komposisi kimia bahan, distribusi kekerasan, struktur mikro,
struktur makro dan bentuk permukaan material uji.
Macam-macam uji struktur
Uji Permukaan Pecahan
Uji Makroskopik
3. Uji kimia
Tujuan
Analisa kimia dilakukan dengan menggunakan metode OES (Optical Emission Spectrometer). Tujuan
dari pengujian komposisi kimia adalah untuk mengetahui apakah komposisi material sesuai dengan
standar material.
Macam-macam uji kimia
Uji Analitis
Uji Kekaratan
Uji Penentuan Kadar Air
Metode Pengujian dengan Cara Merusak (Destructive Test)
Bangunan yang diragukan kualitasnya, dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan antara lain: komposisi bahan yang digunakan
tidak memenuhi persyaratan, kualitas bahan baku yang rendah dan cara pelaksanaan yang tidak memenuhi persyaratan ataupun
akibat pengaruh perubahan alam
Pengujian dengan cara merusak dapat dilakukan dengan mengambil sebagian dari komponen struktur, pengambilan sebagian dari
komponen tentu dilakukan dengan cara merusak, seperti mencongkel, memotong, mengebor, dan lain sebagainya.
Pengujian komposisi dan kualitas bahan baku yang digunakan dapat dilakukan dengan cara uji urai mineral bahan yang terkandung
didalam bahan baku. Bagian yang diambil dari suatu komponen diuraikan kembali komposisinya, sehingga dapat diperkirakan
bagaimana komposisi bahan yang dipakai dan jenis bahan apa saja yang terkandung di dalamnya.
Pengujian ini terutama ditujukan pada campuran betonnya, apabila terjadi lendutan yang melebihi persyaratan, kemungkinan lain
yang menjadi penyebab adalah bahan besi beton yang digunakan bermutu rendah. Untuk mengetahui kualitas tulangan yang
dipakai, dapat dilakukan dengan memotong sebagian dari besi yang ada di dalam penampang lalu menguji kekuatan yang
sebenarnya.
Perlu diperhatikan agar bagian yang dibongkar ataupun tulangan yang diambil harus disambung dan dicor seperti semula.
Pengujian beton inti dari hasil pemboran (core-drill) memberikan hasil yang lebih memuaskan karena dapat mengetahui
kekuatannya dari hasil pemeriksaan di laboratorium. Dari benda uji ini dapat dilakukan uji tekan atau tarik. Keuntungan lainnya
dengan uji pemboran ini yaitu dapat dilanjutkan dengan pengujian lainnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Cara Pengambilan Beton Inti Hingga Pengujiannya
Gambar 12.1: Pengambilan benda uji inti beton (kiri), Benda uji beton inti (tengah) dan pengujian kuat tekan (kanan)
Mode Keruntuhan dari Hasil Uji Beton Inti
Dalam menghitung nilai kuat tekan juga harus memperhitungkan perbandingan
tinggi dan diameter benda uji. Selain itu, bila ditemukan adanya tulangan pada
benda uji juga harus diberikan faktor koreksi.
Nilai kuat tekan dari pengujian beton inti adalah sebagai berikut
(persamaan 12.1):
Dimana :
f’c = Kuat tekan geton inti
(MPa), F = diameter rata-rata benda uji
Dimana :
l’ / F C1
1.751.30 0.980.96
1.25 0.93
1.00 0.87
Selain koreksi terhadap pengaruh besi tulangan yang ada dalam penampang benda uji, maka
kelangsingan benda uji juga mempunyai pengaruh terhadap hasil kekuatan benda uji.
Semakin besar faktor kelangsingan yang didapatkan maka semakin tinggi hasil kekuatan
yang dihasilkan, ini disebabkan karena faktor jepitan dari pelat dasar mesin. Faktor ini
hanya dapat digunakan pada beton yang berkualitas rendah. Faktor koreksi kelangsingan
untuk silinder beton diberikan pada Tabel 12.3
Tabel 12.3 Faktor koreksi untuk uji kuat tekan silinder (berdasarkan BS 1881: Part 4)