Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aziiz Ramadhan Al Harun

NRP :5012201012
Kelas : TBB D

Kebutuhan pemeriksaan mutu struktur bangunan


1. Quality control
2. Renovasi bangunan
3. Mintigasi resiko bangunan eksisting
-berlakunya standar Teknik baru
-SLF dll
4. Pemeriksaan pasca bencana
-gempa bumi
-kebakaran
-angin dll
Hal tersebut didasari
1. UJ NO.28 tahun 2002 tentang bangunan Gedung
2. UJ NO.11 tahun 2020 tentang cipta kerja
3. PP NO.16 tahun 2020 tentang pelaksanaan UJ NO.28 tahun 2002
4. Peraturan presiden RI NO.73 tahun2011 tentang pembangunan
Bangunan Gedung negara
5. Peraturan Menteri PUPR no22/prt/m/2018 tentang pembangunan gendung negara dll
Lingkup bahasan
1. Pengujian mutu beton terpasang
2. Pengolahan dan analisis data hasil uji mutu beton terpasang
3. Pengujian lainnya
4. Pemeriksaan seismic bangunan eksisting
Kapan dibutuhkan melakukan pemeriksaan mutu beton ?. untuk pada bangunan tahap konstruksi jika
terdapat indikasi dropnya mutu bangunan berdasarkan uji coba silinder control yang dirawat standar
maupun uji silinder beton yang dirawat di lapangan. Jika sampel perawatan standar tidak memenuhi
kriteria SNI 2847 : 2019 ps 26.5.3.2e (peningkatan control dalam mix design dan pembutan campuran
beton. Jika sampai perawatan di lapangan tidak memenuhi standar SNI tersebut maka perlu dilakukan
perawatan beton
Berikut merupakan alur flowchart perbaikan jika mutu beton drop:

Pada bangunan eksisting berdasarkan pasal 27 SNI 2847:2019


Bila terdapat keraguan bahwa Sebagian atau semua bagian struktur memenuhi persyaratan keamanan
yang diakibatkan oleh
1. Material dianggap kurang berkualitas
2. Ada bukti yang menunjukan terjadinya kesalahan dalam konstruksi
3. Bangunan digunakan untuk fungsi baru
4. Alas an sejenis lainnya
Maka dapat dilakukan eval
-eval kekuatan dengan analisis, verifikasi kondisi bangunan mulai dari pengukuran konfigurasi
struktur terpasang, cek tulangan terpasang, pengukuran sifat material terpasang (lower bound vs
expected)
-eval kekuatan dengan uji beban, hanya relevan untuk system pelat lantai, balok, dan pelat atap
Berikut merupakan ketentuan saat melakukan evaluasi

Pengambilan sampel beton inti


1. Dilakukan jika kekuatan tekan beton standar cured < fc’
2. Mengukur mutu beton terpasang pada bangunan eksisiting
3. Pengujian yang bersifat semi destruktif (jumlah sampel dibatasi)
4. Metode pengambilan sampel SNI 2492-2018/ ASTM C42M
5. Metode pengujian : SNI 1974-2011 tentang cara uji kuat tekan beton dengan benda uji
silinder
Ketentuan pengambilan beton inti
1. Dameter core sebaiknya 2 s.d 3 agregat maksimum, atau > 94 mm. maka disarankan
menggunakan mata core 100 - 1 50 mm
2. Rasio l/d antara 1,5 s.d 2
3. Core drill menggunakan mata berlian (diamond-bit, diangkur kuat pada struktur yang diambil
agar tidak goyang dan menyebabkan variasi dameter benda uji
4. Beton inti (core yang diambil harus kelembabannya dalam kontainer atau tempat yang kedap
air. diantarkan ke tempat pengujian. dan diuji sesuai SNI 1974-2011.
5. Beton inti harus diuji dalam waktu antara 48 Jam dan 7 hari setelah coring
Komparasi kriteria penerimaan mutu beton
• Beton silinder kontrol
1. Rata-rata tiga specimen uji tekan yang berurutan > fc', dan
2. Kuat tekan tidak boleh < fc' -3.5 MPC (untuk beton dengan fc' < 35 MPC), atau lebih dari
0,10 fc' (untuk beton dengan > 35 MPC).

• Beton dilinder dirawat di lapangan


1. Kuat tekan rata- rata mencapai 85% atau sama dengan fc’ pcda specimen perawatan Standar,
atau
2. Kuat rata-rata> fc +3.5 MPa.

• Sampel core drill


1. Juat tekan rata rata mencapai > 85% fc’
2. Kuat tekan individual > 75% fc’
Baberapa contoh pengujian non destruktif seperti
1. Hammer test
2. Peretration resistance
3. Pullout test
4. Pull off test
5. Upv
6. Malurity method

• Hammer test
Hammer test mengukur angka pantul alat yang merepresentasikan kekerasan permukaan beton.
Ketentuan :
1. Area pengujian min 150 mm
2. Kupas/chipping plesteran/acian hingga Permukaan beton
3. Permukaan dengan tekstur yang kasar, lunak atau terkelupas mortarnya harus diratakan
dengan batu penggosok.
4. Bagi dan tandai areal pengujian untuk minimal 10 titik dengan jarak antar titik minimal 25
mm.
5. Elemen beton yang akan diuji harus memiliki tebal minimum 100 mm dan menyatu dengan
struktur.
6. Hindari pengujian menunjukkan adanya keropos permukaan beralur (scaling) permukaan
kasar atau daerah dengan porositas yang tinggi
7. Pengujian tidak diijinkan selimut < beton 20 mm.
8. Perhatikan arah pengambilan data horizontal. vetika don koreksi datanya
9. Buang data dengan nila bacaan yang berselisih > 6 unit dari nilai rata rata dan bila > 2 bacaan
yang dibuang maka u ulang

• Upv (Ultrasonic Pulse Velocity)


Metode ini mengukur cepat rambat gelombang lorgitudinal (yang dipancarkan dari transduser alat)
melalui beton yang merepresentasikan keseragaman dan mutu relatif beton.
Kegunaan:

1. Mengetahui keseragaman/homogeritas dan mutu relatif beton


2. Mendeteksi adanya rongga dan retak Kira-kira tingkat kerusakan dapat keretakan pada beton
3. Evaluasi efektivitas perbaikan retak

Anda mungkin juga menyukai