Anda di halaman 1dari 5

Coursework 3

M Alfi Sofa / 5012201015

High Strength Concrete

1. Definisi
High strength concrete merupakan sebuah tipe beton performa tinggi yang secara
umum memiliki kuat tekan 6000 psi / 40 MPa atau lebih. Ukuran kuat tekannya diperoleh
dari silinder beton 150 mm – 300 mm atau silinder 100 mm – 200 mm di umur 56 ataupun 90
hari, adapun umur yang telah ditentukan tergantung pada aplikasi yang diinginkan. Produksi
high strength concrete itu sendiri memerlukan penelitian yang lebih lanjut terhadap kontrol
kualitasnya daripada beton konvensional.

Dari Grafik tersebut dapat dilihat bahwa dengan mutu beton yang tinggi diperoleh
grafik yang makin curam pada daerah elastisnya (E) dibandingkan dengan beton normal,
akan tetapi daerah deformasi setelah melampaui daerah elastis pada beton mutu tinggi makin
berkurang dibandingkan dengan beton normal, sehingga pada beton mutu tinggi nilai
daktailnya makin berkurang dibandingkan beton normal.

High strength concrete didefinisikan semata-mata berdasarkan karena kuat tekannya


pada umur tertentu. Pada tahun 1970-an, sebelum ditemukannya superplasticizer, campuran
beton yang memperlihatkan kuat tekan 40 MPa atau lebih pada umur 28 hari disebut sebagai
high strength concrete. Saat ini, saat campuran beton dengan kuat tekan 60 MPa – 120 MPa
tersedia di pasaran, pada ACI Committee 2002 tentang High Strength Concrete merevisi
definisinya menjadi memperoleh campuran dengan kuat tekan desain spesifikasi 55 MPa atau
lebih.

1
Coursework 3
M Alfi Sofa / 5012201015

2. Komposisi Penyusun
a) Semen
Semen portland pada umumnya (yang memenuhi spesifikasi standar
ASTM C 150) dapat digunakan untuk memperoleh campuran beton dengan
kekuatan tekan sampai dengan 50 Mpa. Untuk mendapatkan kuat tekan yang
lebih tinggi saat mempertahankan workability yang baik, sangat perlu untuk
menggunakan admixture yang dikombinasikan dengan semen. Pada kondisi
tersebut, kompatibilitas semen admixture menjadi sebuah hal yang penting.
b) Agregat
Pada beton normal, tipe dan jumlah agregat memainkan peranan yang
penting dalam stabilitas isi beton, namun hal tersebut memiliki efek yang
terbatas pada kekuatan. Pada high strength conrete, agregat masih memainkan
peranan yang penting dalam stabilitas isi, namun juga memainkan peranan
yang penting dalam kekuatan dan kekakuan beton. Rasio faktor air semen
yang digunakan pada campuran high strength conrete menyebabkan
pemadatan pada daerah matrik dan daerah transisi antarmuka.
c) Admixture
Kebutuhan kekuatan yang tinggi dan ukuran agregat yang kecil berarti
bahwa isi dari bahan-bahan pengikat pada campuran beton akan menjadi
tinggi, umumnya di atas 400 kg/m3. Isi bahan-bahan pengikat sebesar 600
kg/m3 dan bahkan lebih tinggi telah diselidiki namun tidak diinginkan dengan
alasan tingginya biaya dan susut suhu dan pengeringan yang berlebihan.

3. Metode Mix-design
Metode yang digunakan dalam merencanakan campuran high strength
concrete ada beberapa cara, antara lain: 1) Minimum Voids Method, 2) Maximum
Density Method, 3) Fineness Modulus Method, 4) British Mix Design (DOE) Method,
5) American Concrete Institute Method (ACI Method), dan 6) Indian Standard
Method. Namun secara umum, desain campuran beton yang optimum dihasilkan dari
pemilihan bahan-bahan lokal yang tersedia yang menyebabkan beton segar mampu
untuk ditempatkan dan mampu untuk diselesaikan dan dapat memastikan
pengembangan kekuatan dan sifat-sifat lain yang diinginkan dari beton yang telah
mengeras.

2
Coursework 3
M Alfi Sofa / 5012201015

Beberapa konsep dasar yang perlu untuk dipahami untuk high strength concrete
antara lain:

a) Agregat semestinya kuat dan durable. Agregat tidak perlu keras dan kekuatannya tinggi
namun perlu kompatibel, dalam artian cukup kaku dan kuat, dengan pasta semen.
Umumnya ukuran maksimum agregat kasar yang lebih kecil digunakan untuk kuat tekan
beton yang lebih tinggi. Agregat halus yang digunakan bisa jadi lebih kasar daripada yang
diperbolehkan oleh ASTM C 33 (modulus kehalusan butir lebih besar dari 3,2) karena
tingginya agregat halus telah digantikan oleh bahan-bahan perekat (semen).
b) Campuran high strength concrete akan memiliki isi bahan-bahan perekat yang tinggi yang
meningkatkan panas hidrasi dan kemungkinan susut yang tinggi mengawali potensi retak.
Kebanyakan campuran berisi satu atau lebih bahan-bahan perekat tambahan seperti fly
ash (tipe C atau F), ground granulated blast furnace slag, silica fume, metakaolin atau
bahan-bahan pozzolan alami.
c) Campuran high strength concrete umumnya membutuhkan rasio faktor air semen yang
rendah, dimana rasio faktor air semen berada pada rentangan 0,23 sampai dengan 0,35.
Faktor air semen yang rendah ini hanya dapat dicapai dengan admixture (superplasticizer)
dalam jumlah dan dosis yang besar, menyesuaikan antara tipe F atau G berdasarkan
ASTM C 494. Admixture pengurang air tipe A juga dapat digunakan sebagai
kombinasinya.
d) Isi total dari bahan-bahan perekat umumnya sekitar 700 lb/yd3 (415 kg/m3) namun tidak
boleh lebih dari 1100 lb/yd3 (650 kg/m3).

4. Jeni-Jenis Beton Lainnya

a) Plain / Ordinary Concrete


Jenis beton ini adalah salah satu yang paling umum digunakan, sering
kali untuk konstruksi perkerasan jalan dan di mana bangunan tidak
memerlukan kekuatan tarik yang sangat tinggi. Komposisi utamanya adalah
semen, pasir dan agregat, dicampur dengan air, biasanya dengan perbandingan
1:2:4. Karena tidak diperkuat, jenis beton ini tidak cocok untuk banyak
struktur karena relatif buruk dalam menahan tegangan yang disebabkan oleh
getaran, beban angin, dan sebagainya.

3
Coursework 3
M Alfi Sofa / 5012201015

b) Self-compacting Concrete
Pengenalan beton self-compacting (SCC) dianggap oleh beberapa
orang sebagai salah satu kemajuan signifikan dalam dunia teknologi beton. Ini
adalah beton non-segregasi yang dapat mengalir di bawah beratnya sendiri,
menyebar, mengisi bekisting, dan membungkus tulangan tanpa memerlukan
konsolidasi mekanis. Karena sifat mengalirnya yang luar biasa, SCC ini
digunakan terutama dalam konstruksi rangka beton yang kompleks.
c) Air-entrained Concrete
Jenis beton ini merupakan bentuk beton polos yang mengandung
gelembung udara mikroskopis yang ukurannya berkisar dari beberapa ribu inci
dengan diameter beberapa ratus, dan biasanya merupakan antara 4-7% dari
total volume beton.
Gelembung udara ini menciptakan ruang bagi air untuk mengembang
saat membeku, sehingga mengurangi tekanan internal pada beton. Ini
diproduksi dengan memperkenalkan agen penahan udara saat beton dicampur,
atau dengan menggunakan semen portland penahan udara.
d) Polymer Concrete
Pertumbuhan pasar beton polimer terutama didorong oleh
pertumbuhan investasi dalam proyek konstruksi sipil, dan peningkatan
kegiatan perbaikan dan pemeliharaan di seluruh dunia.
Pasarnya tersegmentasi menjadi epoksi, polyester, vinyl ester, dan
lain-lain. Epoxy telah menjadi kategori terbesar karena penggunaannya yang
meningkat dalam kegiatan konstruksi dan sifat keunggulannya dari kekuatan
impak tinggi, ketahanan getaran yang tinggi, ikatan yang baik dengan
permukaan beton dan logam, dan lain-lain.
Munculnya beton polimer yang diperkuat dengan serat seperti kaca,
boron, karbon, serat alam, dan lain-lain merupakan peluang pertumbuhan
pasar. Serat ini ditambahkan untuk meningkatkan sifat beton, seperti
ketahanan patah. Komposit polimer yang diperkuat serat digunakan dalam
struktur teknik termasuk pesawat terbang, helikopter, anjungan lepas pantai,
dan lainnya. Komposit ini juga menemukan aplikasi dalam perangkat
biomedis dan struktur sipil.

4
Coursework 3
M Alfi Sofa / 5012201015

e) Glass Reinforced Concrete


Beton bertulang kaca (GRC), atau beton bertulang serat kaca (GFRC),
adalah bahan konstruksi yang biasa digunakan untuk membentuk panel
selongsong eksterior. Ini semakin populer di kalangan arsitek dan insinyur
karena kemampuannya untuk dibentuk menjadi hampir semua ukuran, bentuk,
atau profil.
GRC terdiri dari serat kaca berkekuatan tinggi dan tahan alkali yang tertanam
dalam matriks beton. Serat bertindak sebagai komponen pembawa beban
utama, sementara matriks di sekitarnya mempertahankan posisinya, dan
mentransfer beban di antara serat. Baik serat maupun matriks mampu
mempertahankan identitas fisik dan kimianya, sambil menggabungkan
sifat-sifatnya untuk membuat komposit berkinerja tinggi.
Panel GRC sering digunakan sebagai sistem kelongsong ringan, dan dapat
dibuat agar terlihat hampir identik dengan batu alam. Pemasangan lebih
mudah dan lebih hemat biaya karena bobot panel yang lebih rendah, yaitu
sekitar 80% lebih ringan daripada kelongsong beton bertulang baja pracetak.
Ini meningkatkan efisiensi energi GRC, dan mampu mencapai peringkat
material BREEAM A+.

Anda mungkin juga menyukai