Anakku
Suryana Utami
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, atas berkat rahmat dan ridho ALLAH juahlah maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan buku Perawatan Fasilitas Pelabuhan yang didanai
melalui Program Hibah Penulisan Buku Ajar/Buku Teks Tahun 2017 di bawah
kantor Wakil Rektor 1 – Bidang Akademik.
Tujuan utama buku ini dibuat, dalam rangka memperkaya wawasan ilmiah dosen
dalam kegiatan meneliti dan mengajar serta untuk memotivasi dosen agar terus
menulis buku teks yang dihasilkan sebagai sarana belajar dan pendalaman ilrnu bagi
mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta. Selain itu untuk memfasilitasi dan
memberikan dukungan kepada dosen/peneliti di lingkungan Universitas Negeri
Jakarta yang memiliki naskah buku teks pembelajaran yang diturunkan dari penelitian
multi disiplin ilmu yang belum diterbitkan, maka Universitas Negeri Jakarta
mernfasilitasi Program dari Dit.Litabmas Dirjen Dikti dalam penyediaan dana bagi
penyempurnaan, konsultasi, penggandaan naskah akhir dan hibah bagi penulis
sebelum diterbitkan oleh penerbit.
Buku ajar sebagai buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan
disusun oleh pakar di bidangnya dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan
secara resmi dan disebar luaskan. Upaya penulisan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu dan efektivitas kegiatan pembelajaran melalui penyediaan buku
ajar/buku teks yang bermutu dan relevan terkait dengan matakuliah di Program D3
Transportasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Selain itu untuk
pengembangan karier dan profesi sebagai dosen dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas karya ilmiah atau publikasi ilmiah.
Buku ini terdiri dari empat belas bab, dari pendahuluan sampai dengan proteksi
berkelanjutan. Dan dengan selesainya laporan penulisan Penulisan Buku Ajar/Buku
Teks Tahun 2017 untuk buku Perawatan Fasilitas Pelabuhan, penulis mengucapkan
vi – Kata Pengantar
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
terutama teman-teman sesama staf pengajar dan karyawan di Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta.
Mudah-mudahan sedikit materi yang penulis buat ini dapat menambah khasanah
ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan dapat membantu mahasiswa dalam
mendalami tentang apa dan bagaimana Perawatan Fasilitas Pelabuhan dilakukan, dan
peranannya dalam rekayasa sipil - transportasi.
Penulis
x – Daftar Isi
5.3 Kebijakan Hubungan intraplant_____________________________ 86
5.4 Kebijakan Pengendalian __________________________________ 89
5.5 Kebijakan Penggunaan Acuan Standar dan Manual ____________ 90
SOAL _______________________________________________________ 91
6 PRODUKTIVITAS DAN UKURAN KINERJA PEMELIHARAAN DAN
PERAWATAN FASILITAS _______________________________________ 93
6.1 Pengertian Produktivitas __________________________________ 95
6.2 Ukuran Kinerja __________________________________________ 97
6.3 Kinerja Pemeliharaan dan Perawatan _______________________ 102
6.4 Ukuran Produktivitas Pemeliharan dan Perawatan ____________ 103
6.4.1 Maintenance Performance Indicator (MPI) _________________________ 105
6.4.2 Maintenance Performance Management (MPM) Issues _______________ 105
6.4.3 Siklus Produktivitas ___________________________________________ 106
SOAL ______________________________________________________ 106
7 PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN KOREKTIF ___________________ 107
7.1 Keuntungan dan kerugian Perawatan korektif ________________ 108
7.2 Persyaratan Perawatan Korektif ___________________________ 109
7.2.1 Akurasi Identifikasi Masalah ____________________________________ 109
7.2.2 Perencanaan ________________________________________________ 110
7.2.2.1 Perencana Pemeliharaan yang terlatih ___________________ 110
7.2.2.2 Database pemeliharaan database _______________________ 110
7.2.3 Prosedur Perbaikan yang Layak _________________________________ 111
7.2.3.1 Keterampilan Pekerja ________________________________ 111
7.2.3.2 Prosedur Pemeliharaan Standar ________________________ 111
7.2.4 Waktu Perbaikan yang Cukup ___________________________________ 112
7.2.5 Verifikasi Perbaikan___________________________________________ 112
7.3 Peranan Pemeliharaan Korektif ___________________________ 112
SOAL ______________________________________________________ 113
8 PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN PREDIKTIF___________________ 115
8.1 Pengertian Pemeliharaan dan Perawatan Prediktif ____________ 115
8.2 Manajemen Total Fasilitas/Pabrik __________________________ 116
8.2.1 Manajemen Pemeliharaan _____________________________________ 117
8.2.2 Manajemen Produksi__________________________________________ 119
8.2.3 Perbaikan Mutu ______________________________________________ 120
8.2.4 Teknik Pemeliharaan Prediktif ___________________________________ 120
SOAL ______________________________________________________ 121
2 – Pendahuluan
Pembangunan fasilitas pelabuhan laut bertujuan untuk menata struktur
pelabuhan laut mulai dari pelabuhan peti kemas, pelabuhan semi peti kemas atau
konvensional, pelabuhan khusus, pelabuhan rakyat, dan pelabuhan perintis. Hal ini
berkaitan dengan peningkat-an fungsi pelabuhan pengumpul dan pengumpan agar
tercapai efisiensi dalam investasi maupun kegiatan operasional sehingga dapat
mengurangi biaya transportasi.
Sekitar 90% perdagangan luar negeri Indonesia diangkut melalui laut, dan
hampir semua perdagangan non-curah (seperti peti kemas) dipindahmuatkan melalui
Singapura, dan semakin banyak yang melalui pelabuhan Tanjung Pelepas, Malaysia.
Indonesia tidak memiliki pelabuhan pindah muat (trans-shipment) yang mampu
mengakomodasi kebutuhan kapal-kapal besar antar benua (large trans-oceanic
vessels) , meski pemerintah telah lama merencanakan pembangunan fasilitas tersebut
di Bojonegara (di sebelah barat Jakarta) dan di Bitung (di Sulawesi Utara) dan
berbagai tempat lain di Indonesia. Bahkan, sebagian besar perdagangan antar Asia di
Indonesia harus dipindahmuatkan melalui pelabuhan penghubung di tingkat daerah.
Di Indonesia, pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya dijadikan sebagai pelabuhan
penghubung utama untuk kawasan timur Indonesia (dari Kalimantan ke Papua).
1.2 Tujuan
Tujuan utama penulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang
dasar-dasar pemeliharaan dan perawatan fasilitas pelabuhan, sebagai dasar untuk
merencanakan perawatan fasilitas pelabuhan baik di wilayah daratan maupun
perairan. Buku ini disusun berdasarkan referensi yang terkait dengan pemeliharaan
dan perawatan secara umum dan fasilitas pelabuhan serta regulasi di sistem
transportasi laut di Indonesia.
Atas dasar tersebut maka buku yang akan ditulis tujuan utamanya adalah
sebagai pedoman bagi mahasiswa di Diploma 3 Transportasi, Fakultas Teknik UNJ.
Selain itu dapat dijadikan peganggan baik sebagai mahasiswa di Level D3 ataupun S1
dan bahkan S2 dan S3 yang akan melakukan riset-riset terkait dengan fasilitas
pelabuhan sebagai referensi tambahan. Para praktisi di industry konstruksi diharapkan
juga dapat menjadikan buku ini sebagai pendamping dalam pelaksanaan pekerjaan
pemeliharaan dan perawatan.
Secara umum, pembaca buku ini diharapkan menguasai konsep teoritis bidang
pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam
pengetahuan untuk mata kuliah perawatan fasilitas pelabuhan secara mendalam,
serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah secara prosedural.
Penguasaan pengetahuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
4 – Pendahuluan
Tujuan yang hendak dicapai bagi pembaca buku ini dalam kemampuan di bidang
kerja adalah mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan
IPTEKS pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi
terhadap situasi yang dihadapi dalam perkembangan perawatan fasilitas pelabuhan di
sector transportasi.
Terkait dengan kemampuan di bidang kerja untuk mata kuliah perawatan fasilitas
pelabuhan adalah sebagai berikut: (1) Mahasiswa dapat menjelaskan perawatan
fasilitas pelabuhan untuk aplikasi pada pekerjaan konstruksi sipil bidang transportasi;
(2) Mahasiswa akan dapat menjelaskan karakteristik perawatan perawatan fasilitas
pelabuhan di wilayah perairan dan daratan ; (3) Mahasiswa akan dapat menjelaskan
prosedur perawatan fasilitas pelabuhan; dan (4) Mahasiswa akan dapat menghitung,
merencanakan dan mengerjakan program perawatan fasilitas pelabuhan.
Ruang lingkup juga akan mengacu berbagai standar yang berlaku untuk
pekerjaan pemeliharaan dan perawatan fasilitas pelabuhan dan utamanya adalah
standar nasional Indonesia (SNI).
1.4 Manfaat
Manfaat dari buku ini bagi para pembaca dan menjelaskan keutamanya buku ini
terhadap manfaatnya sebagai pedoman bagi mahasiswa di Diploma 3 Transportasi,
Fakultas Teknik UNJ. Selain itu dapat dijadikan peganggan baik sebagai mahasiswa
di Level D3 ataupun S1 dan bahkan S2 dan S3 yang akan melakukan riset-riset terkait
dengan pekerjaan beton sebagai referensi tambahan di luar UNJ. Para praktisi di
pelabuhan diharapkan juga dapat menjadikan buku ini sebagai pendamping dalam
pelaksanaan pekerjaannya untuk pemeliharaan dan perawatan fasilitas pelabuhan.
6 – Pendahuluan
kinerja pelabuhan akan dibahas pada bab 2. Bagian akhir bab 2 akan membahas
tentang tujuan dan fungsi perawatan fasilitas pelabuhan serta tujuan pemeliharaan
dan perawatan meliputifaktor yang mempengaruhi sistem pemeliharaan dan jenis
pemeliharaan dan perawatan (mainetanace) serta fungsi pemeliharaan dan perawatan
(mainetanace) primer dan sekunder.
Bab empat pada buku ini akan mengenalkan teori dan praktek pemeliharaan dan
perawatan bahasannya mencakup fungsi utama dan sekunder, organisasi
pemeliharaan dan perawatan dengan cakupan pengertian organisasi pemeliharaan
dan perawatan, tujuan dan tanggungjawab, dan model organisasi. Bahasan berikutnya
tentang tenaga kerja pemeliharaan dan perawatan, kualitas kepemimpinan dan
supervisi, pelatihan, manajemen dan tenaga kerja serta pelaporan program
pemeliharaan dan perawatan.
8 – Pendahuluan
2 PRESPEKTIF PELABUHAN
Sektor pelabuhan telah berubah secara radikal selama dua abad terakhir.
Selama abad ke-19 dan paruh pertama abad ke-20, pelabuhan cenderung menjadi
instrumen kekuatan negara atau kolonial dan akses jalan keluar/masuk serta dianggap
sebagai alat untuk mengendalikan pasar. Persaingan antar pelabuhan sangat minim
dan biaya yang berkaitan dengan pelabuhan relatif tidak signifikan dibandingkan
dengan tingginya biaya transportasi laut dan transportasi darat. sehingga untuk
memperbaiki efisiensi pelabuhan hanya memerlukan biaya yang sedikit.
Sebagian besar pelabuhan saat ini bersaing satu sama lain dalam skala global
dan regional, dengan cara meningkatan produktivitasnya. Transportasi laut yang luar
biasa yang dicapai dalam beberapa dekade terakhir, maka dianggap sebagai
komponen terkendali yang tersisa dalam meningkatkan efisiensi logistik transportasi
laut. Eefisiensi pelabuhan dapat dilakukan dengan menurunkan biaya penanganan
kargo, dan mengintegrasikan layanan pelabuhan dengan komponen lain dari jaringan
distribusi global. Peningkatan efisiensi tersebut, ini juga akan menghasilkan dorongan
untuk melepaskan pelabuhan dari kontrol birokrasi entitas publik dan mendorong
operasi sektor swasta dari berbagai kegiatan terkait pelabuhan.
Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintah dan kegiatan
Perusahaan yang digunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang
dan atau bongkar muat barang berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi. (PP No.61 tahun 2009 Tentang Pelabuhan).
10 – Presfektif Pelabuhan
Sesuai dengan peruntukan wilayah, untuk pelabuhan laut disusun berdasarkan
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok meliputi: alur pelayaran;
perairan tempat labuh; kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak
kapal; perairan tempat alih muat kapal; perairan untuk kapal yang mengangkut
Bahan/Barang Berbahaya dan Beracun (B3); perairan untuk kegiatan karantina;
perairan alur penghubung intra pelabuhan; dan perairan pandu. Sementara fasilitas
penunjang adalah meliputi: perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang;
perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal; perairan tempat uji
coba kapal (percobaan berlayar); perairan tempat kapal mati; perairan untuk keperluan
darurat; dan perairan untuk kegiatan kepariwisataan dan perhotelan.
12 – Presfektif Pelabuhan
Sektor pelabuhan harus memiliki tingkat keselamatan kapal dan keamanan
fasilitas pelabuhan yang baik serta mempunyai aset dan sumber daya manusia yang
andal. Keandalan teknis minimal diperlukan untuk memenuhi standar keselamatan
kapal dan keamanan fasilitas pelabuhan yang berlaku di pelabuhan Indonesia. Secara
bertahap diperlukan penambahan kapasitas untuk memenuhi standar yang sesuai
dengan protokol internasional.
14 – Presfektif Pelabuhan
sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi
Jenis Deskripsi
Pengoperasian/ Pelabuhan Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan
penyelengaraan umum pelayanan masyarakat umum. Penyelenggaraan
pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah dan
pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan
usaha milik Negara yang didrikan untuk maksud
tertentu.
khusus: Pelabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan
sendiri guna menunjang kegiatan tertentu. Pelabuhan
ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum,
kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin
pemerintah.
Sistem Usaha Komersil Pelabuhan ini sengaja dibangun untuk memberikan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang
memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan
bongkar muat barang, menaik turunkan penumpang
serta kegiatan lainnya. Pelabuhan ini diusahakan agar
diperoleh pendapatan (income) dari pelabuhan
tersebut
Nir-laba Pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgahan
kapal/perahu, tanap fasiltas bongkar muat, bea cukai
dan sebagainya. Biasanya berupa pelabuhan kecil
yang disubsidi pemerintah.
Fungsi Pelabuhan Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang bebas
Perdagangan laut dimasuki oleh kapal-kapal berbendera asing.
Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar
dan ramai dikunjungi oleh kapal-kapal samudra.
Pelabuhan Pelabuhan pantai ialah pelabuhan yang disediakan
pantai untuk perdagangan dalam negeri dan oleh karena itu
tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing.
Jenis Deskripsi
Kegunaan Barang Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang
dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar muat
barang. Pelabuhan dapat berada di pantai atau
estuary dari sungai besar. Barang dapat berupa
barang umum, cair, atau padat
Penumpang Pelabuhan penumpang tidak banyak berbeda
dengan pelabuhan barang. Pada pelabuhan
barang di belakang dermaga terdapat gudang-
gudang, sedang untuk pelabuhan penumpang
dibangun stasiun penumpang yang melayani
segala kegiatan yang berhubungan dengan
kebutuhan orang yang berpergian, seperti kanror
imigrasi, duane, keamanan, direksi pelabuhan,
maskapai pelayaran, dan sebagainya.
Campuran Pada umumnya pencampuran pemakaian ini
terbatas untuk penumpang dan barang, sedang
untuk keperluan minyak dan ikan biasanya tetap
terpisah.
Militer Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang
cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat
kapal-kapal perang dan agar letak bangunan
cukup terpisah
Geografis Pelabuhan Alam pelabuhan yang daerah perairannya terlindungi
dari badai dan gelombang oleh alam, misalnya
oleh pulau, estuari atau muara sungai atau
mungkin terletak di daerah teluk. contoh
pelabuhan alam di Indonesia: Pelabuhan Cilacap,
pelabuhan belawan dll.
Pelabuhan suatu daerah perairan yang dilindungi dari
Buatan pengaruh gelombang dengan membuat bangunan
pemecah gelombang.
Pelabuhan Semi merupakan campuran antara pelabuhan alam dan
Alam pelabuhan buatan, misalnya pelabuhan yang
terlindungi oleh pantai, tetapi pada alur masuknya
ada bangunan buatan untuk melindungi
pelabuhan. contoh pelabuhan ini di indonesia
adalah pelabuhan bengkulu.
16 – Presfektif Pelabuhan
Pelabuhan menurut perannya merupakan simpul dalam jaringan transportasi
sesuai dengan hirarkinya dan pintu gerbang kegiatan perekonomian daerah, nasional
dan internasional. Selain itu pelabuhan berperan sebagai tempat kegiatan alih moda
transportasi dan penunjang kegiatan industri dan perdagangan serta tempat distribusi,
konsolidasi dan produksi.
18 – Presfektif Pelabuhan
pengaruh terhadap variasi variabel terikat disebut variabel bebas (independent
variable atau explanatory variable) (Sulaiman, 2002; Titaley, 2015).
Gambar 2.1: Bongkar Muat Barang Antar Pulau dan Luar Negeri di Pelabuhan Indonesia
Tahun 1988-2014
Sumber: (BPS, 2017)
Kunjungan kapal di pelabuhan Indonesia pada tahun 2015 mencapai 798,52 ribu
unit atau turun 7,47 persen dibanding tahun 2014. Dengan volume total 1.360,05 juta
Perawatan Fasilitas Pelabuhan – 19
gros tonase (GT), berarti rata-rata GT kapal yang berkunjung ke pelabuhan di
Indonesia mencapai 1,70 ribu GT atau turun 8,13 persen dibanding tahun 2014 (BPS,
2016).
Tabel 2.2: Lalu Lintas Barang Melalui Pelabuhan Indonesia berdasarkan Arus
Perdagangan dan Jenis Muatan, pada Tahun 1999 dan 2009 (dalam
ribu ton)
Tahun
Jenis Perdagangan Pertumbuhan
dan Jenis Muatan 1999 2009 Tahunan Rata-Rata
Impor
General Cargo 11.777 18.628 4,7%
Peti Kemas 6.755 30.658 16,3%
Curah Kering 12.281 9.719 -2,3%
Curah Cair 17.327 41.954 9,2%
Sub Total 48.140 100.958 7,7%
Ekspor
General Cargo 16.635 14.212 -1,6%
Peti Kemas 8.568 30.342 13,5%
Curah Kering 41.511 303.133 22,0%
Curah Cair 38.535 94.769 9,4%
Sub Total 105.249 442.457 15,4%
Bongkar (Domestik)
General Cargo 25.018 55.430 8,3%
Peti Kemas 5.844 13.613 8,8%
Curah Kering 26.885 123.743 16,5%
Curah Cair 45.448 19.675 -8,0%
Sub Total 103.195 212.460 7,5%
Muat (Domestik)
General Cargo 17.535 55.430 12,2%
Peti Kemas 6.525 13.610 7,6%
Curah Kering 14.499 123.771 23,9%
Curah Cair 47.334 19.675 -8,4%
Sub Total 85.893 212.485 9,5%
Total
General Cargo 70.966 143.699 7,3%
Peti Kemas 27.492 88.222 12,3%
Curah Kering 95.176 560.366 19,4%
Curah Cair 148.644 176.072 1,7%
Total 342.477 968.361 11,0%
Sumber: (Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 414 Tahun 2013)
Contoh proyeksi total muatan (Tabel 2.2) yang akan ditangani pelabuhan di
Indonesia berdasarkan jenis muatan dan komoditas dari tahun 2009 sampai dengan
2030. Total lalu lintas muatan melalui pelabuhan diperkirakan meningkat dari 1,0
milyar ton pada tahun 2009 menjadi 1,3 milyar ton pada tahun 2015 dan menjadi 1,5
20 – Presfektif Pelabuhan
milyar ton pada tahun 2020. Angka pertumbuhan rata-rata tahunan mencapai 4,5 %
dari tahun 2009 sampai dengan 2015 dan 3,7 % dari tahun 2015 sampai dengan 2020.
Lalu Lintas Muatan melalui Pelabuhan Indonesia berdasarkan Arus Perdagangan dan
Jenis Muatan dan Komoditas Utama, pada Tahun 2009 (dalam ribu ton) yang
ditunjukan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3: Lalu Lintas Muatan melalui Pelabuhan Indonesia berdasarkan Arus
Perdagangan dan Jenis Muatan dan Komoditas Utama, pada Tahun 2009
(dalam ribu ton)
Internasional Domestik
Komoditas Total
Sub Sub
Impor Ekspor Bongkar Muat
Total Total
General Cargo 18.628 14.212 32.840 55.430 55.430 110.859 143.699
Peti Kemas 30.658 30.342 61.000 13.613 13.610 27.223 88.222
Curah Kering 9.718 303.133 312.852 123.743 123.771 247.514 560.366
Semen - 144 144 7.459 7.483 14.941 15.085
Batubara 685 278.618 279.303 69.674 69.675 139.349 418.652
Biji Besi 1.862 8.669 10.531 46 46 91 10.623
Pupuk 3.360 1.802 5.162 15.331 15.334 30.665 35.828
Biji-bijian 3.469 363 3.832 1.172 1.172 2.343 6.175
Curah Kering
Lain 343 13.537 13.879 30.062 30.062 60.124 74.003
Curah Cair 41.954 94.769 136.723 19.674 19.674 39.349 176.072
Minyak Bumi &
Produk 31.801 59.309 91.110 192 192 385 91.495
CPO 269 22.169 22.438 19.243 19.243 38.485 60.923
Curah Cair
Lain 9.884 13.291 23.175 240 240 479 23.654
Total 100.958 442.456 543.415 212.459 212.484 424.945 968.361
Sumber: (Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 414 Tahun 2013)
(a) Pada tahun 2020 lalu lintas peti kemas Indonesia akan meningkat lebih dari dua
kali lipat volume tahun 2009 dan akan kembali meningkat dua kali lipat pada
tahun 2030;
(b) Pengembangan terminal peti kemas sangat diperlukan di berbagai lokasi
pelabuhan;
2.5.3.1 Kontainerisasi
General cargo masih mendominasi pangsa barang yang dikapalkan, namun “bulk
cargo” yaitu barang yg tidak cocok untuk dimuat dalam kontainer seperti minyak
22 – Presfektif Pelabuhan
mentah, bijih besi, batu bara dan komoditi pertanian juga masih besar pangsanya.
Untuk dapat menangani “bulk cargo” (bahan baku dan produk semacam itu) suatu
terminal memerlukan peralatan dan sistem tersendiri. Desakan pengembangan
infrastruktur juga datang sebagai akibat semakin besarnya ukuran kapal. Sehingga
besaran, lebar, hingga kedalaman saluran utama menuju pelabuhan harus senantiasa
diadaptasi untuk memastikan keamanan pelayaran. Alat-alat navigasi juga harus
tersedia dan dipelihara. Selain itu, pelabuhan harus memiliki infrastruktur fisik
pelindung untuk memfasilitasi keamanan pelayaran di kondisi cuaca dan gelombang
laut yang buruk sekali pun. Sementara di darat, ketersediaan dan penataan yang baik
atas sistem jalan, jalur kereta api dan sarana transportasi lain dari dan menuju
pelabuhan menjadi tuntutan tidak hanya untuk alasan efisiensi pelayanan namun juga
untuk keamanan.
24 – Presfektif Pelabuhan
mendongkrak biaya bagi usaha domestik dan pada akhirnya, harga yang dibayar oleh
konsumen (Salcedo & Sandee, 2012).
Perkiraan waktu tunggu bagi peti kemas yang masuk di Jakarta International
Container Terminal (JICT) di Tanjung Priok pada bulan Juli dan Agustus 2011 adalah
6 hari. Ini merupakan peningkatan 22 persen dari waktu tunggu yang diukur bulan
Oktober 2010 (4,9 hari) dan cukup mengkhawatirkan, mengingat Tanjung Priok
menangani lebih dari dua-per-tiga seluruh perdagangan internasional Indonesia,
sedangkan jumlah lalu lintas peti kemas diramalkan bertumbuh 160 persen pada tahun
2015. Selain itu, dengan menggunakan ukuran internasional, yang mencakup waktu
peti kemas berada di pelabuhan tetapi di luar terminal, angka waktu tunggu Indonesia
bertambah 1 sampai 7 hari. Kinerja ini jauh lebih buruk dibandingkan pelabuhan
lainnya di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura (1,1 hari), Malaysia (4 hari), dan
Thailand (5 hari) Seperti Gambar 2.2. Kemungkinan besar keadaan ini akan menjadi
lebih parah di terminal-terminal lainnya di pelabuhan lainnya di Indonesia.
26 – Presfektif Pelabuhan
2.5.4.2 Ukuran Kinerja Pelabuhan
Standar Kinerja Pelayanan Operasional adalah standar hasil kerja dan tiap-tiap
pelayanan yang harus dicapai oleh operator Terminal Pelabuhan dalam pelaksanaan
pelayanan jasa kepelabuhan termasuk dalam penyediaan fasilitas dan peralatan
pelabuhan. (Kep. Dirjen. Hubla Nomor: Um.002/38/18/DJM.11, 2011).
Indikator kinerja pelayanan yang terkait dengan jasa pelabuhan yang terdiri dari:
Waktu Tunggu Kapal (Waiting Time/WT); Waktu Pelayanan Pemanduan (Approach
Time/AT); Waktu Efektif (Effective Time dibandingkan dengan Berth Time (ET/BT);
Produktivitas kerja (T/G/J dan B/C/); Receiving/Delivery pelikemas; Tingkat
Penggunaan Dermaga (Berth Occupancy Ratio/BOR); Tingkat Penggunaan Gudang
(Shed Occupancy Ratio/SOR); Tingkat Penggunaan Lapangan (Yard Occupancy
Ratio/YOR); dan Kesiapan operasi peralatan.
28 – Presfektif Pelabuhan
Tabel 2.4: Pengertian Indikator Pelayanan
Indikator Pengertian Satuan
Waktu Tunggu Kapal jumlah waktu sejak pengajuan permohonan tambat Jam
(Waiting Time/WT) setelah kapal tiba di lokasi labuh sampai kapal
digerakkan menuju tambatan.
Waktu Pelayanan jumlah waktu terpakai untuk kapal bergerak dari Jam
Pemanduan lokasi labuh sampai ikat tali di tambatan atau
(Approach Time/AT) sebaliknya.
Waktu Efektif jumlah jam bagi suatu kapal yang benar-benar Jam
(Effektive Time) digunakan untuk bongkar-muat selama kapal di
tambatan.
Berth Time (BT) jumlah waktu siap operasi tambatan untuk melayani Jam
kapal.
Waktu Efektif Jumlah waktu efektif dibagi dengan jumlah waktu %
dibanding Berth sandar (waktu selama kapal di tambat
Time (ET/BT)
Receiving/Delivery kecepatan pelayanan penyerahan/penerimaan di Menit
petikemas terminal petikemas yang dihitung sejak alat angkut
masuk hingga keluar yang dicatat di pintu
masuk/keluar.
Tingkat Penggunaan perbandingan antara waktu penggunaan dermaga %
Dermaga dengan waktu yang tersedia (dermaga siap operasi)
(Berth Occupancy dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
Ratio/BOR) persentase.
Tingkat Penggunaan perbandingan antara jumlah pengguna ruang %
Gudang (Shed penumpukan dengan ruang penumpukan yang
Occupancy tersedia yang dihitung dalam satuan ton hari atau
Ratio/SOR) satuan M3 hari.
30 – Presfektif Pelabuhan
2.6 Tujuan dan Fungsi Perawatan Fasilitas Pelabuhan
Pelabuhan merupakan salah satu simpul dari mata rantai bagi kelancaran
angkutan muatan laut dan darat. Pelabuhan harus aman dari badai, ombak, maupun
arus. Sehingga kapal dapat berputar, melakukan bongkar muat, dan melakukan
perpindahan penumpang dengan aman. Jika sedimen di kolam Pelabuhan yang
terbentuk sudah terlalu tinggi, hal ini dapat menyebabkan karamnya kapal. Untuk
menghindari hal tersebut dibutuhkan pengerukan sampai dengan kedalaman tertentu
sehingga kapal bisa berlabuh dengan aman. Berdasarkan pertimbangan keamanan
dan pemberian pelayanan yang memadai bagi pengguna pelabuhan, faktor utama
yang mempengaruhi terjadinya proses sedimentasi, adalah arus pasang surut. Oleh
karena itu, diperlukan kajian dan analisis pola penyebaran transpor material sedimen
di lokasi rencana pengerukan. (Witantono & Khomsin, 2015). Operasi pelayanan jasa
di lapangan penumpukan yang mengandalkan fasilitas dan peralatan kepelabuhanan
membutuhkan keandalan (reliability) dan kesiapan (availibility) fasilitas dan peralatan
pelabuhan.
Perawatan struktur teknik sipil serta bangunan dan peralatan, baik tetap dan
bergerak, harus dipertimbangkan. Berbagai jenis peralatan penanganan modern yang
digunakan di pelabuhan dan terutama item yang lebih besar, secara alami mahal, dan
keinginan untuk meminimalkan pengeluaran modal dasar sering mengakibatkan
pertimbangan yang tidak masuk akal untuk biaya pemeliharaan dan keuntungan dari
standarisasi peralatan tidak dapat dicapai. Dengan demikian, perencana ditekan
untuk merancang peralatan dengan biaya serendah mungkin, dengan cukup
penekanan pada biaya pemeliharaan, dan insinyur pelabuhan berada di bawah
tekanan untuk memilih peralatan dengan harga pembelian terendah. Hanya dengan
mempertimbangkan semua biaya selama umur peralatan pilihan ekonomi yang paling
dapat dibuat.
32 – Presfektif Pelabuhan
Faktor yang harus diperhitungkan dalam memilih peralatan (UNCTAD, 1985)
adalah sebagai berikut: Nilai manfaat peralatan; Dukungan pelatihan; Usia ekonomi;
Kemudahan pemeliharaan; dan Biaya tenaga kerja untuk operasional yang rendah.
Item besar pada peralatan khusus seperti kapal-loader dan unloaders, bersama-
sama dengan sistem conveyor, ketentuan harus dibuat untuk pemeliharaan preventif
yang akan dilakukan secara inspeksi. Sebagai contoh, setelah memutuskan apa yang
perlu diperiksa dan frekuensi, urutan yang pasti untuk inspeksi harus ditetapkan.
Perawatan corrective harus diberikan oleh inspektur yang bersangkutan selama
periode shut-down (perbaikan), atau, di mana ada cadangan peralatan dapat
digunakan.
Peralatan mobile, untuk pemeliharaan preventif sesuai jadwal servis rutin. Unit
cadangan harus disediakan agar unit lengkap dalam layanan. Secara garis besar,
pemeliharaan peralatan bergerak menyangkut: Pelumas dan pembersihan; Tune-up
(penyesuaian); dan pemeriksaan rutin lainnya.
Pemeliharaan dari sisi peralatan bertujuan untuk (O'Connor & Kleyner, 2012)
antara lain mempertahankan kemampuan alat atau fasilitas produksi guna memenuhi
kebutuhan yang sesuai dengan target serta rencana produksi dan mengurangi
pemakaian dan penyimpangan diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan
dalam perusahaan selama jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan
kebijaksanaan perusahaan. Selain itu memperhatikan dan menghindari kegiatan-
kegiatan operasi peralatan serta peralatan yang dapat membahayakan kegiatan kerja
dan mencapai tingkat biaya serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan
Tindakan yang tepat pada ruang lingkup untuk pekerjaan yang dilakukan perlu
diberi petunjuk atau pengarahan yang lengkap dan jelas. Pengadaan gambar-gambar
atau skema dapat membantu dalam melakukan pekerjaan. Lokasi pekerjaan yang
tepat dimana tugas dilakukan, merupakan informasi yang mempercepat pelaksanaan
pekerjaan. Penunjukan lokasi akan mudah dengan memberi kode tertentu, misalnya
nomor gedung, nomor departemen dan lainnya.
34 – Presfektif Pelabuhan
Gambar 2.4: Jenis Perawatan
Sumber: (Corder, 1996)
(2) Pemeliharaan Bangunan Pabrik yang Ada dan Area Luar (Maintenance of
Existing Plant Buildings and Grounds)
Perbaikan bangunan dan properti eksternal atau area luar bangunan dari setiap
fasilitas-jalan, rel kereta api, sistem saluran pembuangan, dan pasokan fasilitas air
yang tugas umumnya dilakukan oleh unit rekayasa pemeliharaan. Aspek tambahan
dari bangunan dan alasan pemeliharaan dapat dimasukkan menjadi tanggung
jawabnya. Jasa kebersihan dapat dipisahkan dan ditangani oleh bagian lain. Sebuah
pabrik dengan fasilitas kantor yang luas dan program pembangunan-perawatan besar
dapat mengalihkan cakupan ini untuk tim khusus seperti unit manajemen perawatan
gedung (building management unit) untuk fasilitas yang besar di mana banyak
bangunan yang tersebar.
36 – Presfektif Pelabuhan
memiliki gambaran yang benar dari biaya yang sebenarnya diperlukan untuk menjaga
fasilitas dan peralatannya.
Secara tradisional, semua inspeksi peralatan dan pelumasan telah menjadi tugas
yang dilakukan organisasi pemeliharaan. Sementara inspeksi yang membutuhkan alat
khusus atau pembongkaran parsial peralatan harus menjadi bagian dalam organisasi
pemeliharaan, penggunaan operator terlatih atau personil produksi dalam tugas
penting ini akan memberikan efektiftivitas dengan menggunakan personil dari
lingkungan sendiiri. Hal yang sama berlaku untuk pelumasan. Karena kedekatannya
dengan sistem produksi, operator secara ideal cocok untuk tugas-tugas pelumasan
rutin.
Penting untuk membedakan antara gudang mekanik dan gudang umum pada
kebanyakan fasilitas (pabrik). Administrasi gudang mekanik biasanya untuk
pemeliharaan, karena hubungan yang dekat kegiatan ini dengan operasi pemeliharaan
lainnya.
Sistem pencatatan yang menerus (perpetual system) atau disebut juga sistem
buku, pencatatan persediaan barang dilakukan secara kontinue (menerus). Untuk tiap
jenis barang gudang yang masuk/keluar termasuk jumlah dan jenisnya serta biayanya
dibuat dalam catatan tersendiri umumnya dalam bentuk kolom yang berdampingan
antara stok barang masuk dan barang keluar dan secara menerus dicocokkan dengan
persediaan barang persediaan.
Sistem pencatatan secara periodik (periodic system) hanya pada setiap ada
pengambilan barang, maka hanya dicatat item barang tersebut secara fisik tidak ada
jurnal untuk persediaan barang keluar/masuk yang detail menyangkut harga
pembelian dan atau lainnya. Hitungan barang hanya secara fisik. Administrasi ini yang
sering dipakai dalam administrasi gudang atau dikenal sebagai (physical inventory).
Kategori ini biasanya mencakup dua sub kelompok yang berbeda: penjaga atau
pengawas dan regu pemadam kebakaran (firecontrol). Penggabungan fungsi-fungsi
ini dengan teknik pemeliharaan umumnya dilakukan pada praktek umum.
Dimasukkannya kelompok pemadam kebakaran pada bagian pemeliharaan ini penting
karena anggotanya hampir selalu diambil dari unsur-unsur ahli dan terampil.
38 – Presfektif Pelabuhan
(3) Pembuangan limbah (Waste Disposal)
Fungsi yang dari halaman pemeliharaan lapangan atau areal luas yang biasanya
digabungkan sebagai tugas khusus dari unit pemeliharaan.
Sebagian besar khawatir jika aktivitas pabrik atau sebuah fasilitas berhenti
berproduksi atau operasionalnya terhenti, unit penyelamatan khusus harus dibentuk.
Tetapi jika penyelamatan melibatkan peralatan mekanik, potongan kayu, kertas,
wadah, dll, itu harus diserahkan kepada bagian pemeliharaan untuk menanganinya.
SOAL
2.1 Jelaskan secara singkat fungsi transportasi laut, udara dan darat dan apa peran
transportasi dalam pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai Negara
Kepulauan?
2.2 Apa tantangan yang mungkin dihadapi di masa mendatang dalam
pengembangan transportasi laut?
2.3 Apa dan bagaimana tujuan pembangunan fasilitas pelabuhan laut?
40 – Presfektif Pelabuhan
3 PRESPEKTIF EVOLUSI
PEMELIHARAAN DAN
PERAWATAN
Ilmu pemeliharaan ada di titik puncak transformasi pada perkembangan produksi
di industri. Keterbukaan informasi yang dikombinasikan dengan kemajuan teknologi
komputer dan analisis informasi mengantarkan era yang disebut sebagai "presfektif
perawatan". Bagi tim operasional dan pemeliharaan di banyak perusahaan, tugas rutin
pemeliharaan sehari-hari terasa membosankan.
Perkembangana ICT dan instalasi menjadi sangat otomatis dan secara teknologi
sangat kompleks dan akibatnya, manajemen pemeliharaan harus menjadi lebih
kompleks karena harus menghadapi harapan teknis dan bisnis yang lebih tinggi.
Sekarang manajer pemeliharaan dihadapkan dengan instalasi teknis yang sangat
Pemeliharaan dan perawatan tidak lepas dari evolusi dalam teknologi komunikasi
informasi (TIK), yang telah banyak mengubah praktik bisnis. Prinsip produksi dan
manajemen baru seperti filosofi Just-in-time (JIT), prinsip Lean, manajemen kualitas
total (TQM) dan sebagainya, telah muncul. Tren produksi ini bermaksud untuk
mengurangi limbah dan menghilangkan transaksi yang tidak bernilai tambah. Tidak
mengherankan bahwa persediaan dalam proses (work-in-process/WIP) adalah salah
satu masalah utama untuk perbaikan. Jelas, persediaan WIP menimbulkan biaya
tinggi sebagai konsekuensi dari imobilisasi modal, seperti ruang lantai yang mahal,
dan lain-lain. Seiring proses berjalan efisien, persediaan WIP tidak lagi menjadi
penyangga masalah; Dengan demikian, ketersediaan dan keandalan fasilitas semakin
penting. Meskipun, prinsip-prinsip ini pada awalnya terinspirasi untuk lingkungan
produksi dan manufaktur saat ini juga diterapkan dan diterjemahkan dalam konteks
pelayanan.
Terpenting adalah saat ini, lingkungan bisnis telah berubah. Persaingan telah
menjadi kompetitif dan mendunia karena globalisasi. Terakhir ini tidak hanya
menyiratkan bahwa pesaing berada di seluruh dunia, namun juga keputusan untuk
memindahkan kegiatan produksi atau layanan dari situs yang tidak efisien (misalnya
karena biaya operasi dan perawatan yang tinggi) ke situs lain dengan cepat diambil,
bahkan jika di lokasi atau tempat lain. Munculnya globalisasi dan tekanan persaingan
yang kuat, organisasi mencari setiap sumber keuntungan yang mungkin kompetitif. Ini
menyiratkan bahwa sifat lingkungan bisnis telah menjadi lebih kompleks dan dinamis
yang membutuhkan strategi persaingan yang berbeda. Banyak perusahaan
44 – Prespektif Evolusi Pemeliharaan dan Perawatan
mengevaluasi rantai nilai secara kritis dan sering memutuskan untuk menyusunnya
secara drastis. Hal ini menghasilkan fokus pada bisnis inti. Akibatnya, outsourcing
beberapa kegiatan bisnis non-inti dan menciptakan kemitraan baru serta aliansi
sedang dipertimbangkan oleh banyak organisasi. Tidak mengherankan, pemeliharaan
sebagai fungsi pendukung tidak terkecuali dengan melakukan outsourcing (pihak
ketiga).
Tingkat kedua "taktis outsourcing" adalah outsourcing yang lebih besar seperti
perawatan dan pemeliharaan fasilitas gedung perkantoran dengan melakukan
renovasi, rehabilitasi dan lainnya dalam bentuk poryek atau paket pekerjaan yang
spesialis (khusus) yang dampak terhadap organisasi internal juga lebih besar.
Akhirnya, bergerak menuju puncak organisasi dan untuk layanan pemeliharaan yang
lebih penting, bentuk baru dari outsourcing diciptakan, yang disebut "outsourcing
strategis". Jenis outsourcing ini juga diberi label sebagai "sumber transformasi" karena
pengaruhnya terhadap organisasi internal pelanggan. Disini dilakukan outsourcing
Perawatan Fasilitas Pelabuhan – 45
secara lengkap, departemen perawatan dipotong dari pelanggan dan dipindahkan ke
pemasok. Hubungan antara pelanggan dan pemasok adalah kemitraan yang kuat:
pelanggan telah sepenuhnya mempercayakan pemasok tersebut dengan salah satu
kegiatan pemeliharaan strategisnya. Tingkat outsourcing ini kurang umum
dibandingkan dengan yang sebelumnya. Alasannya apakah melakukan kegiatan
pemeliharaan sumber daya bersifat rumit dan memerlukan proses outsourcing yang
matang?. Perusahaan-perusahaan ini menawarkan berbagai dukungan konsultasi,
layanan khusus dan bahkan layanan penuh untuk memungkinkan outsourcing
strategis untuk dapat bekerja.
Gambar 3.2: Keputusan menggunakan pihak ketiga dalam pemeliharaan dan perawatan
Sumber: (Pintelon & Parodi-Herz, 2008)
Klasifikasi yang agak sederhana namun benar-benar serius sangat penting yang
diklasifikasikan (Gambar 3.4) menjadi (1) tindakan pemeliharaan (maintenance
action), adalah intervensi perawatan dasar, tugas dasar yang dilakukan oleh teknisi
(apa yang akan dilakukan); (2) kebijakan pemeliharaan (maintenance policy) adalah
aturan atau seperangkat aturan yang menggambarkan mekanisme pelaksanaan untuk
berbagai tindakan perawatan (Bagaimana didilakukan?); dan (3) dan konsep
pemeliharaan (maintenance concept). Kebijakan pemeliharaan merupakan sebuah
knsep utama untuk metapkan kebijakan dan tindakan pemeliharaan dari berbagai jenis
dan struktur keputusan yang umum direncanakan dan didukung atau merupakan
resep logika dan perawatan yang akan digunakan (Pintelon & Parodi-Herz, 2008).
Konsep perawatan jangka panjang dapat menjadi filosofi, prinsip atau sikap
untuk melakukan perawatan. Sesuai perkembangan konsep perawatan seperti Tabel
3.2. Beberapa kasus, konsep perawatan di muka hampir dianggap sebagai strategi
tersendiri. Konsep pemeliharaan menentukan filosofi bisnis dan bahwa dibutuhkan
untuk mengelola kompleksitas pemeliharaan. Prakteknya, jelas bahwa semakin
banyak perusahaan menghabiskan waktu dan usaha untuk menentukan konsep
perawatan yang tepat, perlu. Konsep seperti pendekatan total productive maintenance
(TPM), reliability-centred maintenance (RCM) dan life cycle costing (LCC).
Kelebihan perawatan dan pemeliharaan reaktif yang dilakukan oleh tim ad-hoc,
secara umum, dibutuhkan sedikit waktu dan uang untuk melakukannya daripada
melakukan sesuatu yang berlebih untuk perawatan, dan ini berlaku saat berhubungan
dengan perawatan reaktif. Tidak ada biaya awal yang terkait dengan pemeliharaan
reaktif, dan memerlukan perencanaan yang jauh lebih sedikit daripada perawatan
pencegahan, misalnya. Tapi ini pendekatan yang sangat picik, dan mengandalkan
perawatan reaktif secara eksklusif di fasilitas akan tidak berkelanjutan untuk jangka
panjang.
Life Cycle Cost (LCC) adalah sebuah konsep untuk melakukan analisa dalam
menentukan pilihan biaya (Cost) paling efektif dalam sebuah pemeliharaan dan
perawatan untuk periode tertentu (Life Cycle) mulai dari pertimbangan biaya rencana
sampai pelaksanan. Prinsip dasar LCC adalah menekan semua biaya yang
dikeluarkan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan keandakan fasilitas.
Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost) berkaitan dengan optimalisasi nilai uang
dalam kepemilikan aset fisik dengan mempertimbangkan semua faktor biaya yang
berkaitan dengan aset selama masa operasinya (Woodward, 1997). Mengoptimalkan
penghematan (trade-off) antara faktor biaya tersebut akan memberikan biaya siklus
hidup aset minimum. Proses ini melibatkan estimasi biaya secara keseluruhan seumur
hidup sebelum membuat pilihan untuk membeli aset dari berbagai alternatif yang ada.
Biaya siklus hidup suatu aset dapat, seringkali, berkali-kali merupakan pembelian awal
atau biaya investasi.
Life Cycle Cost merupakan penjumlahan perkiraan biaya dari awal hingga
penyelesaian, baik peralatan maupun proyek seperti yang ditentukan oleh studi
analisis dan perkiraan pengeluaran total yang dialami selama hidup (Blanchard &
Fabrycky, 1991). Tujuan dari analisis LCC adalah untuk memilih pendekatan biaya
yang paling efektif dari serangkaian alternatif sehingga cost term
ownership (kepemilikan) yang paling pendek tercapai. Berikut beberapa pengertian
Life Cycle Cost (biaya siklus hidup) dari beberapa sumber (Wongkar, Tjakra, &
Pratasis, 2016) dimana menurut Sieglinde. K. Fuller dan Stephen. R. Petersen dalam
National Institute of Standards and Technology (NIST) Handbook 135 (1996) Life
Cycle Cost (LCC) adalah suatu metode ekonomi dalam mengevaluasi proyek atas
semua biaya yang timbul mulai dari tahap pengelolaan, pengoperasian, pemeliharaan,
dan pembuangan suatu komponen dari sebuah proyek, dimana hal ini dijadikan
pertimbangan yang begitu penting untuk mengambil suatu keputusan. Lebih lanjut
menurut Paul Barringer dan David Weber (1996) adalah suatu konsep pemodelan
TPM bermula dari konsep inovatif dari Jepang yang dapat ditelusuri kembali
hingga tahun 1951, setelah pemeliharaan preventif diperkenalkan ke Jepang oleh
Amerika Serikat (Demming). Nippon Denso bagian dari Toyota, merupakan
perusahaan pertama yang memperkenalkan pemeliharaan preventif pada tahun 1960
dengan slogan "Productivity Maintenance With Total Participation". Dalam
pemeliharaan preventif, operator memproduksi barang dengan menggunakan mesin
1. Apa fungsi dan standar kinerja terkait aset dalam konteks operasinya saat ini?
2. Dengan cara apa gagal untuk memenuhi fungsinya?
3. Apa yang menyebabkan setiap kegagalan fungsional?
4. Apa yang terjadi bila di setiap kegagalan?
5. Dengan cara apa setiap kegagalan itu penting?
6. Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah kegagalan?
7. Apa yang harus dilakukan jika tugas preventif yang sesuai tidak dapat
ditemukan?
Failure effect juga di-record bersamaan dengan failure mode. Failure effect
menjelaskan apa yang akan terjadi pada saat functional failure terjadi, serta
mengeluarkan berupa downtime, efek terhadap kualitas produk, fakta terjadinya
failure, tindakan corrective, serta ancaman keselamatan dan lingkungan.
Apabila preventive task tidak memungkinkan, maka default action yang sesuai
dapat dilakukan. Tindakan ini bergantung pada konsekuensi failure, yaitu: periodic
failure finding task, Redesign or changes the process, dan No.-scheduled
maintenance.
Periodic failure finding task, jika failure merupakan hidden function, maka failure
finding dapat mengurangi risiko dari multiple failure yang berkaitan dengan fungsinya
pada low level yang diterima. Task ini membutuhkan pengecekan terhadap hidden
function secara rutin agar dapat mengetahui kapan terjadi failure.
Gambar 3.7: Gap Antara Pemeliharaan dan Perawatan dengan Strategi Bisnis
Sumber: (Pintelon & Parodi-Herz, 2008)
Utilitas dan distribusi generator set (Utilities Generation and Distribution) ; dan
perubahan dan instalasi baru. Di pabrik mana pun yang menghasilkan listrik sendiri
dan menyediakan generator set atau pembangkit tenaga listrik dapat membentuk tim
pemeliharaan dan perawatan sendiri dengan departemen operasi sendiri. Namun,
aktivitas ini secara logis berada dalam ranah rekayasa pemeliharaan. Hal ini dapat
Perawatan Fasilitas Pelabuhan – 69
diberikan baik sebagai fungsi terpisah atau sebagai bagian dari beberapa fungsi
lainnya, tergantung pada persyaratan manajemen.
Perubahan dan instalasi baru (Alterations and New Installations). Tiga faktor
umumnya menentukan sampai sejauh mana area ini melibatkan departemen
pemeliharaan (Mobley K. , 2002a): (1) ukuran pabrik (fasilitas), (2) ukuran perusahaan
multiplant, dan (3) kebijakan perusahaan. Di pabrik kecil satu pabrik, jenis pekerjaan
ini dapat ditangani oleh kontraktor luar. Tapi administrasi dan kekuatan
pemeliharaannya harus berada di bawah manajemen yang sama. Di pabrik kecil di
dalam perusahaan multiplant, sebagian besar instalasi baru dan perubahan besar
dapat dilakukan oleh departemen teknik pusat perusahaan. Di pabrik besar, sebuah
organisasi terpisah harus menangani bagian utama dari pekerjaan ini. Apabila instalasi
dan perubahan ditangani di luar departemen teknik pemeliharaan, perusahaan harus
mengizinkan fleksibilitas antara kelompok rekayasa perusahaan dan pabrik. Ini akan
merugikan perusahaan untuk semua pekerjaan baru yang harus ditangani oleh agen
yang terpisah dari kebijakan dan manajemen pemeliharaan.
Nilai sisa (salvage). Jika sebagian besar aktivitas pabrik atau fasilitas
menyangkut produk offgrade, unit pemeliharaan dan perawatan peralatan pabrik atau
fasilitas khusus harus disiapkan. Tetapi jika salvage melibatkan peralatan mekanis,
kayu bekas, kertas, wadah, dan lain-lain, harus diberikan perawatan.
Struktur yang sederhan dapat dibentuk dengan cara menjaga garis vertikal
wewenang dan tanggung jawab sesingkat mungkin. Penumpukan lapisan
pengawasan menengah, atau penerapan aparatus staf fungsional secara khusus,
harus diminimalkan. Bila praktik semacam itu dirasakan penting, sangat penting
bahwa pembagian tugas yang jelas jelas terbentuk.
Konsep dasar di atas berlaku di seluruh dewan dalam jenis organisasi apa pun.
Terutama dalam pemeliharaan dan perawatan, faktor lokal dapat memainkan peran
penting dalam organisasi dan bagaimana diharapkan dapat berfungsi, yaitu jenis
operasional, kontinuitas, kondisi geografis, ukuran pabrik atau fasilitas lingkup unit
pemeliharaan dan perawatan dalam pabrik atau fasilitas, dan tingkat pelatihan kerja
dan keandalan (reliabilitas).
Jenis operasi untuk pemeliharaan dan perawatan mungkin dominan di satu area-
bangunan, peralatan mesin, peralatan proses, perpipaan, atau elemen listrik dan ini
akan mempengaruhi karakter organisasi dan pengawasan yang dibutuhkan.
Staf spesialis atau tenaga kerja yang terlatih secara teknis pada unit
pemeliharaan dan perawatan seperti untuk penggunaan dan jumlah tenaga kerja
khusus teknik listrik, instrumen, metallurgi, struktur dan lainnya- tergantung pada
ketersediaan, kebutuhan yang diperlukan untuk spesialisasi, dan biaya ekonomis dari
biaya layanan konsultasi dibandingkan dengan mempekerjakan staf ahli.
Keahlian yang harus dimiliki dan yang harus ada dalam operasi pemeliharaan
dan perawatan yang baik ditentukan oleh sifat aktivitas dan jumlah pekerjaan yang
terlibat. Ini berarti adanya hubungan yang erat antara ukuran pabrik atau fasilitas
dengan jumlahnya yang terpisah bisa dibenarkan. Aktor lain adalah tersedianya
kontraktor yang cukup terampil untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan. Pada
beberapa pabrik atau fasilitas orang yang semua bisa mengerjakan apapun (jacks-of-
all-trades) dapat digunakan tanpa masalah khusus. Namun, terlepas dari kesulitan
yang melekat dalam mengenali keahlian personil dalam penjadwalan, ada keuntungan
nyata pada pabrik atau fasilitas yang lebih besar untuk memisahkan keahlian dan
peralatan. Secara umum, bagaimanapun, sulit untuk membenarkan kelompok ahli
yang terpisah dengan bidangnya sendiri dan pengawasannya kurang dari 10 orang.
Jenis pelatihan dapat berbentuk pelatihan formal dan informal ataupun pelatihan
di tempat kerja (on-the-job trainning).
Memilih personil supervisor yang sangat umum yang bisa ditetapkan untuk
tingkat pertama dan kedua yaitu, mereka yang secara langsung bertanggung jawab
atas personil tenaga kerja dengan calon calon harus memiliki pemahaman mekanik
yang lebih baik daripada rata-rata dan mampu menangani sejumlah masalah yang
SOAL
4.1 Jelaskan filosofi pemeliharaan dan perawatan?
4.2 Jelaskan mengapa keberadaan organisasi dan manajemen pemeliharaan dan
perawatan harus ada dalam suatu pabrik atau fasilitas industri?
4.3 Jelaskan fungsi pertama dan kedua pemeliharaan dan perawatan
4.4 Mengapa pemeliharaan dan perawatan harus disesuaikan secara hati-hati agar
sesuai dengan situasi teknis, geografis, dan personil yang ada? Jelaskan secara
singkat!
4.5 Kemandirian organisasi diperlukan untuk membuktikan pencapaian objektivitas
dalam kinerja fungsi rekayasa pemeliharaan dan perawatan? Jelaskan!
Jadwal paling terperinci ditata dalam bentuk jam kerja atau, jika waktu standar
digunakan, pecahan jam dalam unit kerja. Sistem penjadwalan lainnya menggunakan
setengah hari kerja sebagai unit kerja minimum. Orang lain mungkin menggunakan
man-day atau bahkan man-week sebagai dasar.
Persentase total beban kerja yang dijadwalkan dalam beberapa kasus semua
pekerjaan mungkin dijadwalkan, sistem yang paling efektif mengenali
ketidakmampuan departemen teknik pemeliharaan untuk mengantisipasi semua
pekerjaan, terutama keadaan darurat, dan tidak berusaha menjadwalkan seluruh
satuan kerja. Sebagian dari tenaga kerja yang ada dibiarkan bebas untuk tugas cepat
ke pekerjaan darurat atau pekerjaan prioritas lainnya yang tidak diantisipasi pada saat
penjadwalan.
Sebuah proses industri seperti pabrik atau fasilitas sering kali beroperasi terus
menerus-tiga shift, 7 hari seminggu dan beberapa beban pekerjaan pemeliharaan dan
perawatan dapat dipisahkan dan ditangani secara sederhana. Pemeliharaan
bangunan dan lahan, misalnya, sama untuk operasi tiga shift seperti satu shift.
Selebihnya, bagaimanapun, pertimbangan khusus diperlukan untuk menyediakan
layanan yang diperlukan untuk produksi optimal. Tidak hanya perbaikan pelumasan
dan kerusakan terus sepanjang waktu, tapi barang-barang lain seperti pengumpulan
sampah, layanan petugas kebersihan, perawatan lift, dan perawatan alat berat lainnya
harus dipertimbangkan dalam cara yang berbeda dari layanan yang sama di pabrik
dengan dasar satu shift. Dua ekstrem dalam memberikan perawatan untuk operasi
terus menerus adalah memberikan cakupan penuh selama jam kerja dan bahwa
pabrik tersebut beroperasi atau mempertahankan cakupan hari saja, akan
membiarkan pabrik bergeser untuk selama periode lain atau untuk menerima layanan
penting yang minimum saat panggilan memulai atau lembur. Pengaturan optimal
adalah seperti dan sangat bergantung pada keadaan di pabrik tunggal. Dalam
mempertimbangkan penempatan departemen pemeliharaan untuk mencakup lebih
dari satu operasi shift, banyak faktor yang terlibat.
(1) Pekerjaaan lebih mudah dari kelompok kerja yang lebih beragam
(2) Pembenaran peralatan yang lebih berkualitas dan lebih tinggi
(3) Keterkaitan usaha pekerjaan yang lebih baik
(4) Pengawasan yang lebih khusus
(5) Fasilitas pelatihan yang lebih baik
Beberapa pabrik atau fasilitas, salah satu departemen teknik menangani semua
tahap aktivitas rekayasa dari disain melalui konstruksi dan pemeliharaan. Namun, di
sebagian besar, pembangunan fasilitas utama atau penambahan peralatan utama
Sejarah peralatan yang baik mengenai kinerja fasilitas yang ada sangat berharga
dalam membantu kontribusi desain dan konstruksi ini. Hal ini tidak dimaksudkan untuk
menyarankan bahwa insinyur pemeliharaan harus berusaha untuk mengendalikan
desain peralatan baru. Namun, ia harus diberi kesempatan untuk meninjau desain dan
spesifikasi dengan cermat untuk memprediksi masalah perawatan dan menyarankan
modifikasi untuk mengurangi biaya perbaikan. Jika rekomendasinya logis dan
disajikan dengan baik, biasanya akan diterima, terutama bila kenyataannya dapat
ditunjukkan. Terlalu sering departemen perawatan diberi paket kejutan yang bisa
menjadi mimpi buruk untuk dipelihara dan dengan cepat membutuhkan revisi untuk
membuat perawatan sama sekali yang praktis. Ini tidak hanya menghasilkan biaya
perawatan yang tinggi namun sangat merusak moral departemen. Singkatnya, insinyur
pemeliharaan bisa menjadi nilai yang tak ternilai bagi kelompok desain, pertama,
karena catatan kinerja yang dia miliki dan yang kedua, karena kemampuannya untuk
menyarankan perubahan yang akan mengurangi masalah perawatan.
Informasi terperinci sering dilewatkan ke tingkat atas dimana tidak ada artinya
kecuali diringkas. Akan lebih baik hanya mengirimkan ringkasannya. Persyaratan yang
tidak pandang bulu untuk persetujuan lembar instruksi, perintah kosong, permintaan
ulang, dan korespondensi juga dapat mengacaukan saluran komunikasi dan tindakan
yang tertunda. Masalah ini merupakan karakteristik dari organisasi yang tumbuh cepat
dan harus ditinjau ulang secara berkala. Diagram alir untuk semua instruksi tertulis,
laporan, dan sistem persetujuan sangat membantu dalam memusatkan perhatian
pada langkah-langkah yang tidak perlu yang meningkatkan beban kerja pada
organisasi pengawas dan administrasi dan menunda pelaksanaan pekerjaan.
SOAL
5.1 Kebijakan alokasi kerja mencakup setidaknya bagaimana penjadwalan
pemeliharaan dan perawatan dilakukan? Jelaskan pernyataan ini!
5.2 Bagaimanakah bentuk kebijakan penggunaan tenaga kerja dalam
pemeliharaan dan perawatan?
5.3 Kebijakan yang berhubungan dengan bagian luar atau external (intraplant)
mencakup miaslnya pengenhentian operasi karena kebutuhan pemeliharaan
dan perawatan, jaminan keselamatan, dan instrumentasi. Jelaskan pengertian
ini?
5.4 Bagaimanakah bentuk kebijakan pengendalian pemeliharaan dan perawatan?
Produktivitas, dalam ekonomi, adalah rasio antara apa yang dihasilkan dengan
apa yang dibutuhkan untuk memproduksinya. Biasanya rasio ini berbentuk rata-rata,
yang menyatakan total output dari beberapa kategori barang dibagi dengan total
masukan, katakanlah, tenaga kerja atau bahan baku (Frankel & Kendrick, 2017). Pada
prinsipnya, input apapun dapat digunakan dalam denominator rasio produktivitas.
Dengan demikian, seseorang dapat berbicara tentang produktivitas lahan, tenaga
kerja, modal, atau subkategori dari salah satu faktor produksi ini. Seseorang mungkin
juga berbicara tentang produktivitas jenis bahan bakar atau bahan mentah tertentu
atau dapat menggabungkan masukan untuk menentukan produktivitas tenaga kerja
dan modal bersama atau semua faktor yang digabungkan. Jenis rasio terakhir disebut
produktivitas "faktor total" atau "multifaktor", dan perubahan di dalamnya seiring
dengan waktu mencerminkan penghematan bersih dari input per unit output dan
dengan demikian meningkatkan efisiensi produktif. Kadang-kadang juga disebut
residual, karena ini mencerminkan bagian pertumbuhan output yang tidak dijelaskan
oleh peningkatan input terukur. Rasio produktivitas parsial output terhadap input
tunggal mencerminkan tidak hanya mengubah efisiensi produktif tetapi juga substitusi
satu faktor untuk faktor lain-misalnya, barang modal atau energi untuk tenaga kerja.
Efisiensi adalah melakukan hal-hal yang benar atau itu adalah ukuran hubungan
output terhadap input dan biasanya dinyatakan sebagai rasio. Langkah-langkah ini
dapat dinyatakan dalam bentuk pengeluaran aktual sumber daya dibandingkan
dengan pengeluaran sumber daya yang diharapkan. Efisiensi juga dapat dinyatakan
sebagai pengeluaran sumber daya untuk output tertentu. Efektivitas adalah melakukan
hal yang benar dan mengukur kesesuaian keluaran dengan karakteristik tertentu.
Indikator kinerja utama (KPI) harus didefinisikan untuk setiap elemen dari
rencana strategis, yang dapat dipecah menjadi PI di lantai dasar atau tingkat
fungsional. MPM terkait dengan tren kinerja dapat dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi proses bisnis, area, departemen dan sebagainya, yang perlu
Indikator Kinerja (PI) digunakan untuk mengukur kinerja sistem atau proses apa
pun. Sebuah PI membandingkan kondisi aktual dengan serangkaian persyaratan
referensi (persyaratan) tertentu dengan mengukur jarak antara situasi lingkungan saat
ini dan situasi yang diinginkan (target), yang disebut penilaian 'jarak ke sasaran' (EEA,
1999). PI harus menyoroti peluang untuk perbaikan di dalam perusahaan, bila benar
digunakan (Wireman, 1998). PI dapat diklasifikasikan sebagai indikator terdepan atau
tertinggal. Indikator utama memberikan indikasi atau peringatan kondisi kinerja terlebih
dahulu dan bertindak seperti penggerak performa. Indikator non finansial adalah
contohnya. Indikator lagging sebagian besar adalah indikator keuangan yang
menunjukkan kinerja setelah kegiatan selesai dan karenanya juga disebut ukuran
hasil. Ukuran hasil menggambarkan sumber daya yang dibelanjakan atau kegiatan
yang dilakukan. Secara tradisional, manajemen menekankan pengukuran
keuntungan, yang sebagian besar merupakan ukuran hasil. Masukan atau sumber
daya yang dimasukkan ke dalam operasi sebagian besar adalah penggerak kinerja,
yang perlu dikontrol dengan baik dan dikelola untuk peningkatan kinerja. Sistem
(1) Arrival Rate (laju kedatangan kapal) adalah banyaknya kapal yang singgah
selarna satu bulan dibagi jumlah hari dalam sebulan.
(2) Waiting Time adalah waktu kapal menunggu di pelabuhan.
(3) Berthing Time adalah waktu pelayanan kapal di pelabuhan.
(4) Turn Round Time adalah total waktu kedatangan kapal dan keberangkatan
umtuk seluruh kapal dibagi dengan jumlah kapal.
(5) Tonage per Ship adalah total tonase dari seiuruh kapal dibagi jumlah kapal.
(6) Perincian waktu kerja kapal di dermaga.
(7) Jumlah gang yang bekerja per kapal per sluft.
(8) Ton per Ship hour in port adalah ton per kapal per jam di pelabuhan.
(9) Ton per kapal jam di dermaga
(10) Total tonase yang diangkut dibagi dengan total gross gang jam.
(11) Fraction of time gang idle adalah perincian waktu gang mengganggu.
Indikator tersebut terdiri dari Waiting Time (WT) atau waktu tunggu kapal,
Approach Time (AT) atau waktu pelayanan pemanduan, Effektive Time dibanding
Berth Time (ET: BT), Produktivitas Kerja (T/G/J dan B/C/H), Receiving/Delivery
Petikemas, Berth Occupancy Ratio (BOR) atau atau tingkat penggunaan dermaga,
Shed Occupancy Ratio (SOR) atau tingkat penggunaan gudang, Yard Occupancy
Ratio (YOR) atau tingkat penggunaan lapangan penumpukan, Kesiapan operasi
peralatan.
Indikator Kinerja: adalah beberapa nunusan yang dapat dipakai ukuran antara
lain :
(1) Berth Throughput (ton yang ditangani per-dermaga), adalah barang yang
dibongkar dan dimuat dari dan ke kapal (ton), rnelalui seluruh dermaga dibagi
jumlah satuan dermaga kedalam bulanan atau satuan (ton/dermaga/tahun)
Indikator tersebut mencakup antara lain :
(a) Tonase yang dibongkar/muat dari/ke kapal dalam ton per meter dermaga
(tonnage handled per meter of quaff)
(b) Throughput yang melalui dermaga (overquai throughput)
(c) Throughput yang melalui per meter dermaga (overquai throughput per
meter).
(d) Ratio ship berth length.
(2) Ship Round Time (total waktu kapal berada dipelabuhan) adalah jumlah waktu
tunggu kapal dan waktu pelayanan kapal, indicator meliputi antara lain :
(1) Nilai yang diciptakan oleh perawatan: faktor terpenting dalam sistem
pengukuran produktivitas perawatan adalah mengukur nilai yang diciptakan
oleh proses perawatan. Sebagai manajer, seseorang harus tahu bahwa apa
yang sedang dilakukan adalah apa yang dibutuhkan oleh proses bisnis, dan
Memahami kebutuhan akan MPM dalam bisnis dan proses kerjanya, selain
masalah yang terkait, sangat penting untuk pengembangan dan keberhasilan
penerapan pengukuran kinerja produktivitas pemeliharaan.
Produktivitas yang diperhitungkan hanya produk bagus yang dihasilkan saja, jika
suatu work center banyak mengeluarkan barang cacat dapat dikatakan work center
tersebut tidak produktif. Keempat kegiatan tersebut sudah menjadi dasar industri
dalam melakukan peningkatan produktivitas. Siklus produktivitas digunakan sebagai
dasar perbaikan masalah produksi terutama pada skala industri. Beberapa
permasalahan yang menyebabkan penurunan produktivitas perusahaan adalah:
SOAL
6.1 Jelaskan pengertian produktivitas?
6.2 Jelaskan definisi Pengukuran Kinerja Pemeliharaan (MPM)?
6.3 Mengapa Indikator kinerja utama (KPI) harus didefinisikan untuk setiap elemen
dari rencana strategis?
6.4 Indikator kemampuan pelabuhan, yaitu :Indikator Finansial, Indikator
Operasional, dan Indikator Kinerja. Jelaskan?
6.5 Jelaskan faktor penting yang perlu dipertimbangkan untuk mengukur
produktivitas perawatan?
Kegiatan pemeliharaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
kegiatan pemeliharaan terencana dan kegiatan pemeliharaan tak terencana.
Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang diorganisasi dan dilakukan
dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pemeliharaan ini dibagi menjadi dua
aktivitas utama, yaitu pencegahan dan korektif. Pemeliharaan untuk pencegahan
(preventive maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan pada selang waktu
yang ditentukan sebelumnya. Bagian utama dari pemeliharaan pencegahan meliputi
pemeriksaan yang berdasar pada 'lihat, rasakan dan dengarkan' dan penyetelan minor
pada selang waktu yang telah ditentukan serta penggantian komponen minor yang
ditemukan perlu diganti pada saat pemeriksaan. Pemeliharaan korektif adalah
pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian yang telah terhenti
untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. Dalam hal ini pemeliharaan
pencegahan ditujukan untuk mengurangi pemeliharaan darurat dan korektif
Sedangkan untuk pemeliharaan tak terencana hanya terdapat satu macam saja yaitu
pemeliharaan darurat (emergency maintenance), yang didefinisikan sebagai
pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat
Pemeliharaan korektif tidak bisa jalan tanpa upaya dukungan khusus. Sejumlah
prasyarat harus ada sebelum perawatan korektif dapat diterapkan dengan benar.
Banyak pabrik atau fasilitas yang tidak memiliki perencana pemeliharaan yang
bekerja secara penuh waktu atau perencana mereka tidak memiliki pengetahuan atau
keterampilan yang dibutuhkan oleh pekerjaan. Oleh karena itu penting bahwa
pelatihan yang tepat diberikan untuk memastikan bahwa setiap perencana memiliki
keterampilan yang diperlukan untuk merencanakan perbaikan dan pemeliharaan
dengan tugas yang benar.
Perawatan korektif terencana dilakukan apabila telah diketahui sejak dini kapan
peralatan yang harus diperbaiki, sehingga dapat sejak awal dan mampu dikontrol.
Unplannned corrective maintenance atau tidak terencana dilakukan apabila
mesin/peralatan telah benar – benar mati atau dalam keadaan darurat, sehingga
aktivitas ini selalu segera (urgent) dan sulit untuk dikendalikan yang mengakibatkan
ongkos yang tinggi.
SOAL
7.1 Jelaskan pengertian pengertian perawatan korektif?
7.2 Jelaskan Keuntungan dan kerugian perawatan korektif?
7.3 Jelaskan persyaratan perawataan korektif yang meliputi, akurasi identifikasi
masalah, perencanaan, prosedur, waktu, dan verifikasi perawatan korektif?
7.4 Semua perbaikan atau pemeliharaan perbaikan harus direncanakan dengan
baik dan dijadwalkan untuk meminimalkan biaya dan gangguan jadwal
produksi. Jelaskan pernyataan ini?
7.5 Bagaimanakah peranan pemeliharaan korektif dalam suatu pabrik atau
fasilitas?
Biaya perawatan yang tinggi adalah akibat langsung dari masalah yang melekat
di seluruh pabrik atau fasilitas, bukan hanya manajemen perawatan yang tidak efektif.
Standar desain dan praktik pembelian yang buruk, operasi yang tidak semestinya, dan
metode manajemen yang ketinggalan jaman berkontribusi lebih besar terhadap biaya
produksi dan perawatan yang tinggi daripada penundaan yang disebabkan oleh
kegagalan pabrik atau fasilitas yang kritis. Karena mentalitas yang rendah dan
pandangan lemah dari akar penyebab kinerja pabrik atau fasilitas yang tidak efektif,
terlalu banyak membatasi perawatan prediktif terhadap fungsi perawatan. Perluasan
program untuk memasukkan evaluasi rutin terhadap semua faktor yang membatasi
kinerja akan sangat meningkatkan manfaat yang bisa diturunkan. Dalam mode kinerja
total pabrik atau fasilitas, teknologi prediktif dapat digunakan untuk mengukur secara
akurat keefektifan dan efisiensi semua fungsi pabrik atau fasilitas, tidak hanya mesin.
Data yang dihasilkan oleh evaluasi reguler dapat mengisolasi keterbatasan spesifik di
tingkat keterampilan, prosedur yang tidak memadai, dan metode manajemen yang
buruk serta masalah sistem mesin atau proses yang baru.
Perencanaan yang tidak efektif dan perbaikan yang tidak benar akan sangat
membatasi manfaat perawatan prediktif. Pemeliharaan prediktif dengan
memanfaatkan analisis getaran didasarkan pada dua fakta dasar: (1) semua mode
kegagalan umum memiliki komponen frekuensi getaran yang berbeda yang dapat
diisolasi dan diidentifikasi, dan (2) amplitudo dari masing-masing komponen getaran
Evaluasi sistem produksi kritis yang rutin dapat mengantisipasi potensi masalah
yang akan mengakibatkan penurunan kualitas produk dan peningkatan biaya produksi
secara keseluruhan. Sedangkan satu-satunya keluaran dari program perawatan
prediktif adalah data, informasi ini dapat digunakan untuk memperbaiki berbagai
masalah produksi yang secara langsung mempengaruhi keefektifan dan efisiensi
departemen produksi.
Pemeliharaan prediktif dapat mengisolasi jenis masalah ini dan memberikan data
yang dibutuhkan untuk memperbaiki banyak masalah yang mengakibatkan
berkurangnya kualitas produk. Program komprehensif akan menggunakan kombinasi
data, seperti getaran, thermografi, tribology (ilmu gesekan, keausan, dan pelumasan
permukaan yang berinteraksi), parameter proses, dan dinamika operasi, untuk
mengantisipasi penyimpangan dari kondisi operasi optimum sistem pembangkit kritis.
sebelum dapat mempengaruhi kualitas produk, kapasitas produksi, atau total biaya
produksi.
Perawatan yang baik akan dilakukan dalam rentang waktu tertentu dan pada
waktu proses produksi sedang tidak berjalan. Semakin sering perawatan dilakukan
maka akan meningkatkan biaya perawatan. Namun jika perawatan tidak dilakukan
maka justru akan mengurangi kinerja dan akan meningkatkan biaya produksi. Pola
maintenance yang optimal perlu untuk dicari dengan tujuan agar biaya perawatan
dengan biaya kerusakan dapat seimbang pada total cost yang terkecil.
Perencanaan jangka panjang dan jangka pendek pada tingkat taktis berkaitan
dengan pemilihan cara-cara dalam strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan dan sasaran jangka panjang, menengah dan jangka pendek. Perencanaan
strategis menurut rencana jangka panjang dan dapat dilakukan di tingkat fungsional,
bisnis atau perusahaan. Perencanaan jangka panjang, bagaimanapun, tidak perlu
strategis. Secara umum, terlepas dari jenis dan tujuan perencanaannya, hal ini
mencakup penentuan tindakan atau tugas serta sumber daya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaannya.
(1) Merevisi visi, misi dan tujuan perusahaan dan mengidentifikasi aturan
pemeliharaan dalam mencapainya.
(2) Merumuskan aturan yang teridentifikasi sebagai pernyataan misi untuk
pemeliharaan.
(1) Perawatan rutin dan preventif, termasuk perawatan berkala seperti mesin
pelumas, inspeksi dan pekerjaan kecil berulang. Jenis pekerjaan ini
direncanakan dan dijadwalkan sebelumnya.
(2) Pemeliharaan korektif, yang melibatkan penentuan penyebab kerusakan
berulang dan menghilangkan penyebabnya dengan modifikasi disain;
(3) Pemeliharaan darurat atau kerusakan adalah proses perbaikan sesegera
mungkin setelah terjadi kegagalan yang dilaporkan. Jadwal perawatan terganggu
untuk memperbaiki kerusakan darurat.
(4) Perombakan terjadwal, yang melibatkan penutupan pabrik yang direncanakan
untuk meminimalkan penutupan yang tidak direncanakan.
(5) Perombakan terjadwal, yang melibatkan perbaikan atau pembangunan peralatan
yang tidak termasuk dalam kategori di atas.
(1) permintaan untuk pekerjaan pemeliharaan memiliki variabilitas yang lebih banyak
daripada produksi dan datangnya permintaan secara stokastik;
(2) pekerjaan pemeliharaan memiliki variabilitas yang lebih banyak di antara
keduanya, bahkan jenis pekerjaan yang sama sangat berbeda dalam konten. Hal
ini membuat standar kerja sulit berkembang dibandingkan dengan pekerjaan
produksi. Standar pekerjaan yang dapat diandalkan diperlukan untuk
perencanaan dan penjadwalan yang baik; dan
(3) perencanaan pemeliharaan memerlukan koordinasi dengan unit fungsional
lainnya dalam organisasi seperti, material, operasi, teknik dan dalam banyak
situasi, ini adalah penyebab utama penundaan dan kemacetan.
Tujuan di kedua CPM dan PERT adalah menjadwalkan urutan aktivitas kerja
dalam proyek dan menentukan total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek. Durasi total adalah urutan aktivitas terpanjang dalam jaringan (jalur terpanjang
melalui diagram jaringan) dan disebut jalur kritis.
Program Evaluation and Review Technique (PERT) adalah suatu model jaringan
yang mampu memetakan waktu penyelesaian kegiatan yang acak. PERT
dikembangkan pada akhir tahun 1950-an untuk proyek U.S. Navy’s Polaris yang
memiliki ribuan kontraktor. PERT dikembangkan agar tercipta ruang/potensi untuk
pengurangan waktu dan biaya yang diperlukan untuk penyelesaian program
pemeliharaan dan perawatan fasilitas.
Diagram PERT memiliki dua komponen utama yaitu aktivitas (activities) dan
tonggak event/acara (milestones). Kedua komponen ini ditandai dengan busur dan
titik. Activities digambarkan pada busur dan milestones digambarkan pada titik
(lingkaran). Proses perencanaan PERT meliputi langkah-langkah berikut:
Asumsi Dasar dalam menghitung critical path method yaitu: (1) Proyek hanya
memiliki satu initial event (start) dan satu terminal event (finish); (2) Saat tercepat
terjadinya initial event adalah hari ke-nol; dan (3) Saat paling lambat terjadinya terminal
event adalah LS = ES dimana LS (latest activity start time) adalah waktu paling lambat
kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek dan ES (earliest activity start time)
adalah waktu mulai paling awal suatu kegiatan. bila waktu mulai dinyatakan dalam
jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.
Teknik Menghitung critical path method terbagi menjadi dua yaitu (1) hitungan
maju (forward pass) dan 2. hitungan mundur (backward pass).
Hitungan maju dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event)
untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (Early Finish/EF),
waktu tercepat terjadinya kegiatan (Early Start/ES) dan saat paling cepat dimulainya
Sejumlah besar paket perangkat lunak tersedia untuk penjadwalan personil yang
optimal untuk kegiatan pemeliharaan terencana dan yang memperhitungkan
kemungkinan kegiatan pemeliharaan yang tidak direncanakan. Paket penjadwalan
proyek tersedia untuk melakukan berbagai fungsi yang berkaitan dengan manajemen
proyek. Salah satu paket unggulannya adalah Microsoft Project yang memiliki
kemampuan memelihara data dan menghasilkan grafik Gantt untuk proyek tersebut.
Jalur kritis melalui diagram jaringan disorot dalam warna untuk memungkinkan
alternatif pemantauan dan uji jadwal.
SOAL
9.1 Perencanaan adalah proses menentukan keputusan dan tindakan di masa
depan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan.
Proses perencanaan dapat dibagi menjadi tiga tingkat dasar tergantung pada
horison perencanaan. Jelaskan perencanaan jangka panjang, menengah dan
pendek untuk pemeliharaan dan perawatan?
9.2 Metodologi alternatif yang berbeda untuk proses perencanaan strategis yang
ada untuk pemeliharaan dan perawatan, semuanya menekankan keterlibatan
Aturan umum dalam dunia usaha mengatakan: “Bila suatu masalah telah menjadi
kompleks dan berdampak besar, maka manajemen yang baik harus ditetapkan.”
Demikian halnya dengan pemeliharaan dan perawatan bagi suatu fasilitas pelabuhan,
manajemen perawatan yang baik akan mendatangkan nilai tambah pada pengelolaan
pelabuhan.
Aspek dasar manajemen perawatan terkait dengan efisiensi, subjek ini sangat
berhubungan dengan: tujuan, organisasi, metode atau sistem, keternagakerjaan,
lingkungan, dan fasilitas pelabuhan itu sendiri.
Salah satu alat yang paling penting dalam meminimalkan downtime, secara
konvensional ada atau tidaknya program preventive maintenance atau, disebut
"rekayasa pencegahan (preventive engineering)". Down time adalah sumber utama
yang menyebabkan kehilangan produktifitas di sebagian besar manufaktur atau
fasilitas. Oleh karena itu, penanganan down time yang cepat dengan hasil perbaikan
yang signifikan akan meningkatkan atau mengembalikan produktivitas
(1) ukuran departemen perawatan mekanikal, persyaratan staf dan tenaga kerja;
(2) material dan suku cadang yang diperlukan bagi pekerjaan perawatan;
(3) perkiraan biaya perbaikan tahunan peralatan; dan
(4) persentase breakdown.
Mean Time to Repair merupakan nilai rata-rata waktu perbaikan kerusakan yang
terjadi. Cara perhitungan setiap MTTR tergantung dengan parameter yang sesuai
dengan distribusi data yang ada.
Perawatan Fasilitas Pelabuhan – 145
Corrective maintenance merupakan studi yang digunakan dalam menentukan
tindakan yang diperlukan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan. Tindakan perawatan
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang sama. Prosedur ini
ditetapkan pada peralatan atau peralatan yang sewaktu-waktu dapat terjadi
kerusakan. Pada umumnya usaha untuk mengatasi kerusakan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Cakupan dari TPM yaitu (a) merancang peralatan yang handal, mudah
dioperasikan, dan mudah untuk dipelihara; (b) menekan total biaya ketika membeli
peralatan (sehingga pelayanan dan pemeliharaan dapat dimasukkan dalam biaya); (c)
mengembangkan rencana pemeliharaan preventif yang memanfaatkan praktik terbaik
dari operator, departemen pemeliharaan, dan layanan depot; dan (d) pelatihan untuk
Perawatan Fasilitas Pelabuhan – 147
karyawan yang diberikan tanggung jawab untuk mengamati, memeriksa,
menyesuaikan, membersihkan, dan memberitahukan dalam melaksanakan sistem
pemeliharaan/maintenance sehingga operator memelihara peralatan mereka sendiri
dan dapat bekerjasama dengan bagian pemeliharaan.
Tanggung jawab untuk infrastruktur harus di bawah kendali seorang insinyur sipil
dan manajer perawatan fasilitas, yang akan bertanggung jawab untuk jangka panjang
yang merencanakan pemeliharaan, penggantian item rawan kerusakan (degradasi)
seperti karena keausan, dan untuk menanggapi keadaan darurat sehari-hari.
Pemeliharaan kecil atau pemeliharaan rutin juga direncanakan oleh ahli sipil,
bangunan, mekanik dan listrik. Umumnya dilakukan oleh personel internal yang
berada pada unit sendiri dan terletak di dalam fasilitas pelabuhan. Karena variabilitas
dan ruang lingkup, pemeliharaan utama fasilitas pelabuhan sebaiknya dilakukan oleh
kontraktor yang sesuai kualifikasi atau berhubungan di bawah perjanjian layanan,
dengan produsen peralatan. Hal ini terutama berlaku untuk fasilitas gantry crane
dermaga, mobile crane, peralatan khusus bongkar/muat, rail-mounted gantries,
(1) manajemen
(2) manajemen senior
(3) junior dan manajemen menengah
(4) tenaga kerja kerah biru
(5) terampil
(6) semi-terampil
(7) tenaga kerja.
Terlepas dari direktur atau kepala eksekutif dan direktur operasi, garis manajer
langsung untuk manajer teknik, semua personil pemeliharaan harus bertempat
disebuah bangunan pemeliharaan yang terletak dekat dengan bagian operasional
pelabuhan. Bangunan ini harus mengakomodasi administrasi, manajemen,
pengawasan dan pergantian personel bersama-sama dengan bengkel pemeliharaan
yang sebenarnya dan fasilitas internal.
Setiap perbaikan tak terjadwal seperti kerusakan dan rusak karena kecelakaan
(breakdowns and accident damage) juga perlu dicatat untuk kedua pekerjaan yang
dilakukan termasuk biaya yang terkait. Ada sejumlah sistem pemeliharaan berbasis
Teknologi Informasi (IT) tersedia untuk mencatat kedua rekaman breakdowns and
accident damage serta biaya dikeluarkan. Pilihan terakhir dari sistem akan tergantung
pada metode operasi aktual yang dipilih dan rincian detail keuangan serta tugas yang
diperlukan.
Personil mekanik dan listrik serta IT akan bertanggung jawab untuk pemeliharaan
harian peralatan penanganan kargo dan aspek lain dari fasilitas yang membutuhkan
keterampilan dan spesifik hardware serta operasional software IT seperti sistem
operasi terminal.
Tegangan tinggi kabel listrik dan switchgear harus dipertahankan oleh kontraktor
spesialis, sementara pemeliharaan tegangan rendah dan menengah dapat dilakukan
oleh personil internal yang memenuhi syarat.
11.1.5 Utilitas
Persyaratan untuk utilitas dengan potensi operator (s), mengingat implikasi
perawatan jangka panjang harus dijalankan, seperti:
(a) distribusi air minum (potable water) dan hidran dan pengumpulan, penyimpanan
dan penggunaan yang dikumpulkan air hujan / air abu-abu untuk penggunaan
non-minum.
(b) distribusi listrik.
(c) limbah air kotor- induk fasilitas distribusi dan pemurnian
(d) distribusi air permukaan - kebutuhan untuk pencegat minyak
(e) daerah pencahayaan - pilihan tiang tinggi (kisi atau kolom)
(f) ducting - telekomunikasi dan kabel IT
(g) pengisian bahan bakar - lokasi dan jenis station (s), termasuk tanggul
(h) Pemadam kebakaran (fire) - distribusi instlasi utama, hidran kebakaran dan
bunkering kapal, termasuk pilihan, lokasi dan kapasitas pompa.
11.1.6 Fender
Jenis dan ukuran fender diperlukan untuk berbagai kapal dapat diantisipasi untuk
menggunakan fasilitas tersebut. Fender rentan rusak akibat kapal, dan sering
membutuhkan perbaikan atau penggantian. Kemudahan perbaikan dapat menjadi
sangat penting untuk operasional downtime karena implikasi berlabuh, dan
pertimbangan harus diberikan untuk kemampuan melaksanakan pemeliharaan yang
cepat dan efektif.
11.1.7 Bollards
Menentukan ukuran dan kapasitas dari bollards, menyangkut perkembangan
ukuran kapal masa depan. Secara umum, ada beberapa masalah pemeliharaan
sehari-hari dengan bollards dan harus dipertimbangkan kelengkapan bahan untuk
kemudahan perbaikan dalam hal kerusakan besar.
Catatan pekerjaan yang dilakukan pada struktur, atau pada fasilitas dan
peralatan, merupakan bagian dari evaluasi berkelanjutan dari kinerja fasilitas
pelabuhan, dan termasuk pembelian dan penyimpanan suku cadang. Informasi ini
digunakan untuk mengevaluasi kinerja aktual dan relatif untuk fasilitas struktur etap
dan untuk pra-pemesanan suku cadang atau stocking suku cadang.
Fender, misalnya, unsur kerusakan yang dipasang terlihat jika fungsi untuk
melindungi struktur dermaga dan kapal rusak. Normalnya fasilitas unit fender
(misalnya 30 tahun), akan memerlukan penggantian dan / atau perbaikan besar
setidaknya sekali dalam 30 tahun. permukaan aspal biasanya hanya berlangsung 10-
15 tahun karena degradasi dari penggunaan alat berat dan paparan sinar matahari.
Serangan anoda di tumpukan baja biasanya tahan hingga 5 tahun. Dengan alasan
yang sama, tidak ada atau sangat sedikit terjadi tterangkatnya tiang pancang atau
turap (pilewall sheet) atau batang penjangkaran. Jika berbagai komponen fasilitas
harus diganti dalam umur struktur, total biaya operasional dan pemeliharaan dapat
diprediksi. Dengan membagi total biaya operasi dan pemeliharaan dengan umur
konstruksi, dan anggaran pemeliharaan dapat dibentuk. Meskipun hasil yang diperoleh
belum tentu tepat, akan berguna dalam menjalankan anggaran operasi dan
pemeliharaan. Tentu saja, operasi dan biaya pemeliharaan tahun ke tahun sebenarnya
Inspeksi konstruksi baru dilakukan hanya dalam hubungan dengan struktur baru
dibangun / komponen untuk memastikan kontrol kualitas yang tepat. inspeksi dasar
untuk struktur baru berfungsi untuk memverifikasi bahwa rencana konstruksi telah
sesuai dan untuk memastikan konstruksi yang bebas dari cacat yang signifikan
sebelum penerimaan. Untuk struktur yang ada, pemeriksaan ini berfungsi untuk
Perbaikan inspeksi desain berfungsi untuk merekam atribut yang relevan dari
setiap cacat yang akan diperbaiki sehingga jadwal perbaikan dapat dihasilkan.
Bertentangan dengan pemeriksaan rutin, inspeksi desain perbaikan dilakukan hanya
bila perbaikan telah dilakukan, seperti yang ditetapkan dari pemeriksaan rutin.
Perbaikan inspeksi desain mungkin memakan waktu lebih lama untuk mengeksekusi
dari pemeriksaan rutin karenanya memerlukan dokumentasi rinci dari semua cacat
yang telah diperbaiki.
Menggunakan pendekatan dua tingkat ini, proses pemeriksaan dan sumber daya
dapat dimanfaatkan dengan cara yang sangat efisien. Hal ini tidak selalu diperlukan
bahwa pemeriksaan rutin dilakukan sebelum pemeriksaan desain perbaikan. Dalam
situasi di mana kebutuhan untuk perbaikan dikenal atau jelas, atau untuk fasilitas kecil,
mungkin menguntungkan untuk melakukan pemeriksaan rutin dan desain perbaikan
inspeksi secara bersamaan.
B Kejadian utama termasuk kerusakan yang diamati kecil tapi semua elemen
struktural utama adalah masih baik. Perbaikan mungkin diperlukan tapi
prioritas perbaikan rendah
SOAL
11.1 Mengapa optimalisasi desain untuk mengurangi biaya pemeliharaan masa
depan haru dilakukan, jelaskan?
11.2 Jelaskan pekerjaan berikut kaitannya dengan perawatan dan pemeliharaan
fasilitas pelabuhan?
(a) pekerjaan tanah (earthworks)
(b) Lapis Perkerasan (Pavements)
(c) Pekerjaan Baja (Steelworks)
(d) Pekerjaan Beton
(e) Utilities lainnya
11.3 Biaya mempertahankan umur hidup perawatan (The lifetime costs of
maintaining) infrastruktur pelabuhan dapat berada di kisaran 10-25% dari
biaya investasi awal, mengapa ini harus diperkirakan, jelaskan?
11.4 Bagaimama melakukan strategi perawatan untuk fasilitas pelabuhan?
11.5 Jelaskan pengertian operasi dan perencanaan biaya pemeliharaan?
11.6 Pemeriksaan harus dilakukan dengan unit struktural yang berbeda. Sesuai
dengan American Society of Civil Engineers 'Manual 101, Underwater
Investigasi: Standard Practice Manual enam jenis pemeriksaan dapat
dipertimbangkan dalam manajemen pemeliharaan, dengan jenis (d) ke (f)
menjadi bagian dari inspeksi pemeliharaan rutin. Jelaskan hal ini:
(a) pemeriksaan konstruksi baru (new construction inspection)
(b) pemeriksaan awal (baseline inspection)
(c) pemeriksaan rutin (routine inspection)
(d) pemeriksaan desain perbaikan (repair design inspection)
Fasilitas pokok di wilayah daratan sesuai regulasi meliputi Dermaga, Gudang Lini
1, Lapangan Penumpukkan Lini 1, Terminal Penumpang, Termnal Petikemas,
Terminal ro-ro, Fasilitas penampungan dan pengolahan limbah, Fasilitass bunker,
Fasilitas pemadam kebakaran, Fasilitas gudang untuk bahan barang berbahaya dan
beracun (B3), Fasilitass pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SBNP).
Fasilitas lainnya antara lain peralatan bongkar muat, gudang, akses jalan masuk,
dan sumber daya manusia yang menangani. Fasilitas pokok merupakan fasilitas dasar
yang harus ada dalam sebuah pelabuhan dan berfungsi untuk melindungi pelabuhan
dari gangguan alam, tempat bongkar muat (loading & unloading), dan memuat
perbekalan serta tempat labuh kapal. Setidaknya fasilitas dasar ini meliputi untuk
wilayah daratan adalah dermaga, dan dermaga tambat, areal daratan pelabuhan,
jaringan jalan, jaringan drainase dan jaringan mekanikal & elektrikal (M/E). Sedangkan
pada wilayah perairan meliputi pemecah gelombang dan kolam pelabuhan serta alur
pelayaran. Jika melihat dari sisi fungsional, maka fasilitas ini harus berfungsi untuk
(1) Fasilitas tambat labuh seperti trestle, bolard, penerangan, jaringan power supply,
dan pemadam kebakaran;
(2) Fasilitas perbekalan yaitu gudang khusus kemiliteran al, tangki bbm, instalasi air
bersih, kios/toserba, atm atau mini bank, dan lainnya;
(3) Fasilitas pemeliharaan/perbaikan seperti gudang/garasi alat berat, bengkel,
graving dock/slipway, tower crane atau mobile crane, dan pelataran perbaikan;
(4) Perkantoran;
(5) Mess, penginapan atau hotel;
(6) Balai pertemuan;
(7) Instalasi listrik;
(8) Sarana komunikasi; dan
(9) Fasilitas pendukung yang mencakup seperti gedung utilitas, rumah pompa,
rumah jaga, gudang perlengkapan, gudang genset, pagar keliling.
Survei kondisi saat ini dan data lalu tentang struktur diperlukan untuk semua
struktur untuk menentukan mekanisme dan luasnya tingkat kerusakan dan
memungkinkan prognosis dari kerusakan masa depan. Penilaian struktur dan
pengecekan kapasitas struktural juga biasanya dilakukan. Analisis skenario perbaikan,
pemeliharaan dan manajemen untuk penanganan korosi mesti menjadi pilihan untuk
dimanfaatkan. Oleh karena itu keputusan yang mungkin terjadi atau bahaya yang
mungkin timbul harus dibuat strategi perawatan.
Berbagai ahli teknik yang telah bekerja atau disewa sebagai jasa perawatan oleh
korporasi untuk melakukan survei kondisi, penilaian struktur dan pilihan analisis
perbaikan. Kebebasan ahli teknik menjadi penting untuk menghindari konflik
kepentingan yang terkait dengan pasokan bahan, peralatan atau jasa pengujian
laboratorium untuk rekomendasi perbaikan.
Pemilihan jenis material apa yang akan digunakan dalam sebuah konstruksi
dermaga seperti beton (Gambar 12.1), baja (Gambar 12.2) atau kayu (Gambar 12.3)
bergantung pada beberapa pertimbangan baik aspek teknis maupun non-teknis.
Selama umur ekonomis atau layanan maka konstruksi dermaga harus dilakukan
pemeliharaan dan perawatan dari kerusakan struktur. Penentuan metode dan material
perbaikan umumnya tergantung pada jenis kerusakan yang ada, disamping besar dan
luasnya kerusakan yang terjadi, lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang
tersedia, kemampuan tenaga pelaksana serta batasan-batasan dari pemilik seperti
keterbatasan ruang kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan biaya
perbaikan.
Terkait proteksi metal tahan korosi, terlihat efek kerusakan gores (scratch
damage) pada zona pasang surut dan juga area yang perlu diperhatikan dalam
aplikasi gabungan antara metal tahan korosi dengan proteksi katodik. Dalam poteksi
korosi dengan cara pelapisan, diyakini bahwa penting untuk meningkatkan durabilitas
dengan menggunakan pelapisan primer tipe cat yang kaya akan zinc.
Sekitar tahun 1960 ~ 1965, cat minyak dan cat resin tar epoxy dikembangkan
dan semakin diadopsi untuk perlindungan korosi di zona atas zona terendam.
Memasuki dekade mulai dari tahun 1965, laju korosi di pelabuhan dan struktur baja
pelabuhan di zona terendam adalah sama dengan spesimen baja direndam dalam air
laut. Sementara ada pengakuan mantap bahwa produk baja yang panjang
membentang melalui beberapa lingkungan korosi (pasang surut, terendam, dan zona
lumpur) yang disebabkan korosi-sel makro, keadaan sebenarnya dari korosi makro-
sel belum jelas. Untuk memperbaiki situasi ini, Pelabuhan dan Harbor Research
Institute mulai survei secara nasional atas biaya dari negara. Sebenarnya korosi di
struktur baja yang ada, salah satu, tidak memiliki langkah-langkah korosi perlindungan
Perawatan Fasilitas Pelabuhan – 175
dan, dua, telah berlangsung selama bertahun-tahun. Pada awalnya, upaya yang
diarahkan pada pengembangan alat ukur ketebalan produk baja yang bisa diterapkan
di zona terendam, yang menyebabkan perkembangan pengukur ultrasonik untuk
ketebalan cacat.
Memasuki dekade mulai dari tahun 1975, penerapan perlindungan katodik untuk
struktur baja yang baru dipasang di zona terendam jelas ditunjuk dalam "standar
desain untuk pelabuhan dan fasilitas pelabuhan”. Selanjutnya, mulai tahun 1980 dan
untuk beberapa tahun setelah itu, beragam jenis metode perlindungan korosi dengan
lapisan / selaput tahan lama dikembangkan, di antaranya adalah metode penutup
dengan semen mortar/FRP, metode lapisan petrolatum, dan jenis pengerasan untuk
metode lapisan bawah air. Sekitar tahun 1982, polyethylene lapisan dan lapisan
polyurethane (metode perlindungan korosi tinggi) dikembangkan. Dalam sistem jenis-
pelapisan, berat dan tebal jenis epoxy cat resin dan resin fluor cat memiliki ketahanan
cuaca yang tinggi dikembangkan. Namun demikian sistem perlindungan korosi tidak
selalu diterapkan untuk semua fasilitas pelabuhan dan pelabuhan, dan pada
176 – Pemeliharaan dan Perawatan Fasilitas Daratan
kenyataannya banyak struktur baja mengandalkan sistem "proteksi penunjang korosi".
Akibatnya, pada tahun 1983, kecelakaan terjadi di Pelabuhan Yokohama yang
melibatkan penurunan dari fasilitas pelabuhan. Dipicu oleh kecelakaan ini, proteksi
katodik didirikan pada tahun 1984 sebagai metode standar proteksi korosi untuk
struktur baja yang ada di zona terendam dan lumpur, dan perlindungan lapisan / lining
sebagai metode standar proteksi korosi untuk struktur baja yang ada di pasang-surut,
dan zona atmosfer.
Selama periode yang sama, aplikasi praktis dari titanium sebagai bahan
perlindungan korosi mulai dalam bentuk titanium cladding untuk pelat baja, seperti
yang dilakukan penggunaan lapisan stainless steel tahan korosi. bahan titanium sudah
diadopsi untuk struktur aktual seperti dermaga jembatan Trans-Tokyo Bay Jalan Raya
(untuk kedalaman air berkisar antara -2 m dan 3 m) dan Jembatan Yumemai (Jenis
floating, revolving).
Air laut tahan lapisan stainless steel yang diterapkan sebagai ukuran korosi
perlindungan untuk dermaga yang digunakan untuk meningkatkan Ooi Quay (untuk
kedalaman air -1 m dan di atas).
Lebih lanjut dalam Standar Teknis Port dan Harbor Fasilitas yang direvisi pada
bulan April 1999, metode perlindungan korosi berdasarkan dukungan korosi
dihilangkan, dan sebagai aturan perlindungan katodik telah ditetapkan untuk zona
bawah tingkat pasang surut rata-rata dan lapisan/lapisan metode perlindungan untuk
semua zona ke atas dari 1 m di bawah tingkat pasang surut rata-rata. Sebagaimana
dinyatakan di atas, teknologi korosi perlindungan untuk port dan pelabuhan struktur
baja telah mengalami serangkaian transisi, dan, saat ini, ada banyak metode korosi
perlindungan dan korosi-perbaikan dengan penerapan praktis yang telah dimasukkan
ke dalam penggunaan aktual (Gambar 12.4).
(a) (b)
Gambar 12.5: kerusakan pada lantai dermaga (a) Kondisi tulangan sebelum diperbaiki; (b)
kondisi treatmen dengan menambah lapisan penutup (selimut beton) menggunakan
shortcrete
Sumber: (Bacon, Green, & Dockrill, 2016)
(a) (b)
Gambar 12.6: kerusakan pada tiang pancang dermaga (a) pipa; (b) Profil-H
Sumber: (Bacon, Green, & Dockrill, 2016)
Hasil uji paparan produk baja untuk fasilitas laut dan pantai selama 19,5 tahun
tanpa proteksi korosi (140x140x18x3,800 mm), diperoleh fakta (Imafuku, 2016)
sebagai berikut: (1) Laju korosi menjadi tinggi dalam lingkungan laut, khususnya pada
zona percikan, (2) Laju korosi menjadi agak rendah pada daerah atas dari zona
pasang-surut (penyebab utama: pada zona pasang surut terbentuk sel makro besar
pada struktur baja), (3) Laju korosi pada daerah terrendam rendah (penyebab utama:
suplai oksigen di zona terrendam lebih sedikit dibanding di zona percikan dan pasang-
Metode pelapisan organik (Yamaji, 2016) adalah metode proteksi korosi dimana
permukaan produk baja dilapisi dengn polietilena, material tipe bawah air atau material
oragnik lainnya. Ketebalan pelapisan umumnya 2~10 mm, lebih berat dibandingkan
ketebalan pada pengecatan. Metode pelapisan dengan polietilena memberikan
durabilitas tinggi, ketahanan korosi air laut dan ketahanan korosi atmosferik. Metode
ini digunakan pada struktur yang baru dibangun. Pada pelapisan bawah air, digunakan
Hasil pengujian untuk proteksi korosi pada tiang pancang pada struktur untuk
fasilitas pelabuhan laut dan struktur lepas pantai telah dilakukan dengan pengujian
paparan lepas pantai jangka panjang untuk metode proteksi korosi pada tiang pancang
pipa baja di HORS (Yamaji, 2016). Metode proteksi korosi yang diterapkan untuk
pengujian lapangan dengan menggunakan pelapisan organik, pelapisan anorganik,
pelapisan petrolatum, pengecatan dan proteksi katodik.
Table 12.1: Aplikasi ketahanan korosi-tinggi pada Baja yang dilapisi stainless steel
Metode Proteksi baja stainless sangat tahan korosi (Cr+3Mo+10N>38 (%
Korosi massa))
Kombinasi penggunaan proteksi katoda (sekitar -770—
1000mV (vs.SCE)
Section
Las (Weld) Bagian Panetrasi-
Lingkungan
Rusak (Damage- Celah (gap section)
Daerah ombak Bagian perrbaikan- penetrated section)
(splash zone) Las
Daerah Pasang- Pemilihan bahan las Perbaiki jika perlu Tidak terjadi celah
surut (tidal zone) yang tepat dan pada contoh uji
pelaksanaan paparan
pengelasan yang
Daerah terendam Proteksi katoda lebih Proteksi katoda lebih
tepat
(submerged zone) efektif efektif
Sumber: (Imafuku, 2016)
Uji paparan lepas pantai jangka panjang untuk metode proteksi korosi untuk tiang
pancang pipa baja di HORS (Yamaji, 2016) untuk sistem anoda galvanis yang biasa
dalam metode proteksi katodik, terlihat bahwa periode konsumsi anoda dapat segera
diperkirakan dengan membagi kriteria penilaian kerusakan dari 2 tingkat menjadi lebih
banyak. Akan tetapi, mengenai nilai ambang batas, kiranya perlu ditetapkan dengan
hati-hati. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan terhadap metode pemasangan anoda
pada produk baja dengan menggunakan magnet, dan ternyata tidak ada anoda yang
jatuh selama 5 tahun sejak pemasangan dan kondisi proteksi korosi tetap terjaga (Foto
7). Akan tetapi, karena ada kasus dimana potensial listrik berfluktuasi akibat
gelombang, kiranya perlu menerapkan observasi jangka panjang untuk melihat
perkembangan kondisinya.
Kekuatan beton tergantung dari banyak faktor dari mulai bahan penyusun beton
sampai dengan prilakukmasa perwatan dan perlakuan selama masa umur layanan
Perawatan Fasilitas Pelabuhan – 189
konstruksi. Kadangkala selama masa pelayan umur konstruksi beton mengalami retak,
bahkan sampai pengelupasan atau spalling (Gambar 12.8).
Beton dapat rusak karena berbagai alasan, dan kerusakan beton sering hasil dari
kombinasi beberapa faktor. Ringkasan berikut membahas potensi penyebab
kerusakan beton dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Baja korosi karena bukan bahan alami, sebaliknya, bijih besi dilebur dan
disempurnakan untuk memproduksi baja. Langkah-langkah produksi yang mengubah
bijih besi menjadi baja menambah energi dengan logam. Baja, seperti kebanyakan
logam kecuali emas dan platinum, adalah termodinamika tidak stabil di bawah kondisi
atmosfer normal dan akan melepaskan energi dan kembali ke menjadi oksida besi
alami atau karat. Proses ini disebut korosi. Untuk korosi terjadi, empat elemen yang
harus ada: setidaknya dua logam (atau dua tempat pada logam tunggal) pada tingkat
energi yang berbeda, elektrolit, dan koneksi logam. Dalam beton bertulang, tulangan
(rebar) mungkin memiliki banyak daerah yang terpisah pada tingkat energi yang
berbeda. aksi konkrit sebagai elektrolit, dan koneksi logam disediakan oleh ikatan
kawat, sepatu tulangan, atau rebar itu sendiri.
190 – Pemeliharaan dan Perawatan Fasilitas Daratan
(a) (b)
Gambar 12.9: kerusakan karena korosi (a) retak, delaminasi, dan spalling; (b) Penambahan
volume karena karat
Sumber: (PCA, 2002)
Mengatasi hal ini dengan menambah ketebalan selimut beton (clean cover) saat
pelaksanaan. Jika masa perawatan terjadi kerusakan karena korosi maka dilakukan
pelapisan ulang. Selimut, beton yang disyaratkan (Cover, specified concrete) — Jarak
antara permukaan terluar tulangan yang tertanam dan permukaan luar terdekat beton
yang ditunjukkan dalam dokumen kontrak. Sesuai dengan syarat ACI 318 atau SNI
2847:2013, ketebalan minimum selimut beton seperti Tabel 12.2.
Beton yang berada pada lingkungan korosif atau kondisi paparan parah lainnya,
selimut beton harus ditingkatkan bilamana diperlukan dan disyaratkan oleh insinyur
profesional bersertifikat. Persyaratan yang dapat diterima untuk beton didasarkan
pada kategori dan kelas paparan dalam Tabel 12.3 harus dipenuhi, atau perlindungan
lainnya harus disediakan. Sebagai tambahan, untuk proteksi korosi, selimut beton
yang ditetapkan untuk tulangan tidak kurang dari 50 mm untuk dinding dan slab dan
tidak kurang dari 65 mm untuk komponen struktur lainnya direkomendasikan. Untuk
komponen struktur beton pracetak yang dibuat dibawah kondisi kontrol pabrik, selimut
10
Sumber: (SNI 2847:2013)
Tabel 12.4: Persyaratan Kadar ion klorida (Cl–) larut air maksimum dalam beton dalam
% berat semen sesuai ACI 318:2013
Kelas Paparan Beton Beton
Bertulang Prategang
C0 (Beton kering atau terlindung dari kelembaban) 1,00 0,06
C1 (Beton terpapar terhadap kelembaban tetapi tidak terhadap 0,30 0,06
sumber klorida Luar)
C2 (Beton terpapar terhadap kelembaban dan sumber klorida 0,15 0,06
eksternal dari bahan kimia, garam, air asin, air payau, atau
percikan dari sumber-sumber ini)
Sumber: (SNI 2847:2013)
Beton berkinerja baik bila terkena berbagai kondisi atmosfer, air, tanah, dan
banyak eksposur kimia lainnya. Namun, beberapa lingkungan kimia bahkan dapat
memburuk kualitas beton tinggi. Efek buruk dari beberapa bahan kimia yang umum
pada beton ditunjukkan Tabel 12.5. (PCA, 2002). Untuk menghasilkan serangan yang
signifikan pada beton, bahan kimia yang agresif harus dalam larutan dan di atas
konsentrasi minimum.
Agregat sebagai bahan pengisi, bereaksi dengan alkali. Reaksi alkali agregat ada
dua yaitu bentuk (1) alkali-silica reaction (ASR) dan (2) alkali-carbonate reaction
(ACR). ASR adalah yang menjadi perhatian lebih daripada ACR, karena agregat
umumnya yang mengandung bahan silika reaktif. Reaksinya adalah:
Retakan pada bangunan umumnya dibedakan menjadi dua yakni retakan non-
struktur (non-konstruksi) dan retakan struktur (konstruksi). Retakan non-struktur terjadi
pada bagian-bagian bangunan yang bukan merupakan struktur utama bangunan untuk
menahan beban, seperti dinding atau tembok, lantai, langit-langit dan sebagainya.
Sedangkan, retakan struktur adalah retakan pada bagian-bagian struktur utama yang
menyalurkan beban dari konstruksi atap, pelat lantai, balok, kolom sampai ke pondasi.
Kerusakan abrasi (Gambar 12.12) terjadi ketika permukaan beton tidak mampu
menahan beban yang disebabkan gesekan. Pada bagian luar beton, agregat halus
dan kasar yang terkena abrasi maka dampaknya akan menyebabkan degradasi
tambahan yang terkait dengan ikatan agregat dengan pasta semen artinya kekuatan
ikatan dan kekerasan agregat menurun karena abrasi. Meskipun partikel yang terbawa
angin dapat menyebabkan abrasi beton, dua bentuk yang paling merusak dari abrasi
terjadi pada permukaan lalu lintas kendaraan dan struktur hidrolik termasuk dermaga
dan apron.
Kerusakan yang berlebihan dapat terjadi selama konstruksi ketika beton belum
mencapai kekuatan desain. penghapusan awal bekisting atau penyimpanan bahan
berat atau pengoperasian peralatan di dan di sekitar struktur dapat mengakibatkan
overloading dari anggota beton tertentu. Sebuah kesalahan umum terjadi ketika
anggota pracetak tidak benar didukung selama transportasi dan ereksi. Kesalahan
dalam konstruksi pasca-dikencangkan, seperti tidak benar berjangka waktu atau
sequencing rilis strand, juga dapat menyebabkan kelebihan retak.
Elemen konstruksi beton dirancang dan dibangun untuk cukup kuat mendukung
beban yang direncanakan. Tapi overloading (kelebihan beban) atau perubahan
penggunaan dapat terjadi karena berbagai alasan.
Berbagai cacat dapat terjadi pada permukaan beton yang dibentuk atau selesai
dikerjakan. Banyak dari cacat ini dapat dihindari dengan menggunakan bahan-bahan
yang tepat selama tahap konstruksi; orang lain sulit atau tidak mungkin untuk
menghilangkan sepenuhnya. Cacat bawaan ini harus diperbaiki setelah atuu selama
umur layanan beton.
Penyebab cacat permukaan dapat terjadi karena pembukaan cetakan yang tidak
sempurna, sehingga meninggalkan lubang-lubang atau bentuk seperti sarang lebah
(honeycomb). Seharusnya setelah pembukaan cetakan segerah diperbaiki sehingga
tujuan konstruksi secara struktural dapat dicapai.
Injeksi Grouting dan Injeksi Epoxy adalah untuk mengisi rongga struktur beton
yang kropos dan retak baik bocor mengeluarkan air maupun hanya retak dan kropos
tidak mengelurkan air, dan sudah memenuhi standar ASTM C-881 – 78 Type 1,Grade
1,class B+C.
Material yang digunakan Bonding Agent yang merupakan jenis epoxy terdiri dari
dua komponen yaitu Resin dan Hardener. Bahan lainnya adalah Reinstatement
Mortar. Grouting (Gambar 12.16) adalah sebuah pekerjaan untuk mengisi celah atau
200 – Pemeliharaan dan Perawatan Fasilitas Daratan
rongga dalam sebuah struktur. Material yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah
material yang tidak memiliki sifat susut dan bahkan cenderung memiliki karakteristik
mengembang dalam skala kecil biasanya antara 0,5 % s/d 1,5%. Grouting pula sering
digunakan sebagai istilah dalam pekerjaan perbaikan beton yang mengalami retak
atau terkelupas.
Karet fender selalu mengalami kontak dengan air laut yang korosif. Oleh karena
itu, perawatan yang tepat sangatlah diperlukan untuk menjaga fender supaya tetap
awet. Hal utama yang diperlukan dalam perawatan karet fender adalah perawatan
angkur. Angkur yang terbuat dari besi cor digunakan untuk menempelkan karet fender
pada dinding dermaga. Setelah proses instalasi, angkur dan fender tidak memerlukan
perawatan khusus. Akan tetapi, pengecekan secara pepriodik dibutuhkan untuk
memastikan angkur dan fender dalam kondisi yang baik, misalnya saja, angkur yang
bebas dari karat dan tidak retak.
Karat dapat menurunkan kekuatan angkur. Hal ini bisa menyebabkan badan
fender lepas sebagian atau seluruhnya dari dinding dermaga. Sebaliknya, fender tidak
membutuhkan perawatan khusus karena fender mengandung antioxidan dan antiozon
untuk melindungi karetnya dari oksidasi dan pengikisan karena radiasi ultraviolet dan
ozon. Pada dermaga tradisonal, sisi dermaga yang dipasang fender dari kayu,
seringkali fender tersebut rusak/ terlepas/ hilang sehingga banyak kapal yang ketika
merapat mengalami kerusakan akibat benturan dengan beton dermaga. Oleh karena
itu dilakukan pemasangan kembali fender (kayu) sebagai pengganti fender yang
rusak/ terlepas/ hilang.
Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan
budaya dan fungsi khusus adalah ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung (Permen PU Nomor :
24/PRT/M/2008).
SOAL
12.1 Perawatan fasilitas didaratan utamanya untuk fasilitas pokok seperti dermaga,
gudang dan elemen struktur lainnya. Jelaskan jenis perawatan yang dilakukan
untuk fasilitas tersebut?
12.2 Apa yang dimaksudkan dengan perbaikan struktur baja dengan manajemen
korosi?
12.3 Jelaskan proteksi organik dan anorganik?
12.4 Sebutkan kerusakan yang terjadi pada struktur beton?
12.5 Bagaimanakah perawatan dan pemeliharaan struktur beton?
12.6 Jelaskan prosedur pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan fasilitas
gedung?
Alur luar pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok harus mampu dilewati kapal
dengan draft sampai minus 14 meter. Dalam perencanaannya, pengembangan
pelabuhan ini harus mampu dilalui oleh dua kapal sekaligus. Akibat tingginya
sedimentasi, arus lalu lintas kapal yang keluar masuk pelabuhan Tanjung Priok
menjadi kurang lancar. Sehingga pengerukan alur pelayaran di Pelabuhan Tanjung
Priok sangat penting dilakukan. Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pintu strategis arus
keluar masuk barang dan manusia, sehingga lancar tidaknya arus pelayaran ini
menjadi kepentingan bersama. Karena itu, sangat penting diupayakan mengeruk
sedimentasi alur pelayaran di Tanjung Priok untuk keselamatan pelayaran. Jika arus
pelayaran tidak lancar, maka kunjungan kapal akan semakin berkurang.
Pelabuhan merupakan salah satu simpul dari mata rantai bagi kelancaran
angkutan muatan laut dan darat. Pelabuhan harus aman dari badai, ombak, maupun
arus. Sehingga kapal dapat berputar, melakukan bongkar muat, dan melakukan
perpindahan penumpang dengan aman. Jika sedimen di kolam Pelabuhan yang
terbentuk sudah terlalu tinggi, hal ini dapat menyebabkan karamnya kapal. Untuk
menghindari hal tersebut dibutuhkan pengerukan sampai dengan kedalaman tertentu
sehingga kapal bisa berlabuh dengan aman. Berdasarkan pertimbangan keamanan
dan pemberian pelayanan yang memadai bagi pengguna pelabuhan, faktor utama
yang mempengaruhi terjadinya proses sedimentasi, adalah arus pasang surut. Oleh
karena itu, diperlukan kajian dan analisis pola penyebaran transpor material sedimen
di lokasi rencana pengerukan. (Witantono & Khomsin, 2015)
Pengerukan merupakan cara penting untuk menghasilkan pasir dan kerikil untuk
proyek-proyek konstruksi dan reklamasi. Dalam dua dekade terakhir, permintaan, dan
tingkat ekstraksi yang terkait, untuk agregat lepas pantai tersebut telah meningkat
secara signifikan.
Agregat yang dikeruk memiliki berbagai kegunaan termasuk (Cohen, 2005): (a)
reklamasi Tanah: Dampak yang timbul dari pertumbuhan penduduk dan
perkembangan pelabuhan dan infrastruktur di wilayah pesisir telah menciptakan
kebutuhan untuk menaikkan elevasi daerah dataran rendah dan/atau untuk
membangun lahan baru. Dampak tersebut kemungkinan akan terus terjadi; dan (b)
bahan konstruksi: Kuantitas kebutuhan penggunaan agregat laut meningkat dalam
beton sebagai bahan pengisi, termasuk mengisi untuk proyek-proyek reklamasi.
Selain persyaratan lebih jelas untuk menentukan batimetri dan kondisi tanah, ada
hal-hal lain yang harus diselidiki. Ini termasuk pemeriksaan (BS 6349-5:1991, 1999)
sebagai berikut: (a) puing-puing yang berlebihan atau benda asing; (b) jasa; (c)
perlengkapan pengerukan; (d) struktur yang sensitif atau instalasi; (e) mungkin
batasan-batasan pengerukan dari alat pengerukan atau perlengkapan tambahannya;
dan (f) sebagai penyelidikan tanah lanjut, kemungkinan adanya batu-batu, yang
mungkin memiliki efek berlebihan yang mengganggu pada pengerukan.
Tinggi gelombang, periode dan arah penting untuk operasional alat pengerukan
dan, dalam banyak kasus, untuk kinerja peralatan dan pekerjaan pengerukan. Karena
sebagian besar pekerjaan pengerukan berada dalam batas daerah pantai yang sempit
di mana air dangkal biasanya ada, variasi permukaan laut akibat fluktuasi pasang surut
yang penting. Umumnya, untuk pelabuhan standar, catatan pasang sudah tersedia
dan prediksi pasang surut dalam bentuk tabel. Koreksi dapat dilakukan dengan
metode dasar untuk prediksi pasang surut air laut atau untuk menentukan tingkat air
pasang yang diperkirakan.
Suhu air dan salinitas mungkin tidak penting, tetapi di daerah tropis efek suhu air
yang relatif tinggi dan salinitas tinggi mungkin penting dalam kaitannya dengan operasi
peralatan pengerukan.
Kondisi laut yang parah dapat mempengaruhi stabilitas atau keamanan dari
kapal keruk dengan cara yang sama seperti dapat mempengaruhi saat peralatan
mengambang, kapal atau struktur. Umumnya, peralatan pengerukan tidak dirancang
untuk terus beroperasi dalam kondisi laut yang parah. Resiko kerusakan yang terjadi
pada kapal keruk akibat dampak dasar laut tergantung pada sifat dasar laut dan
gerakan amplitudo serta percepatan massa kapal keruk. Pada gilirannya tergantung
pada amplitudo, periode dan arah gelombang atau besaran (swell) gelombang.
(a) kapal keruk isap mungkin harus membatasi sudut ayunan untuk menghindari
penempatan kapal keruk di arus yang menghasilkan kekuatan yang tinggi pada
sistem mooring.
(b) arus lintas dapat membuat sulit untuk mengontrol tindakan pengerukan
dibelakang kapal keruk hisap hopper karena kebebasan relatif dari draghead
dalam kaitannya dengan kapal.
(c) Untuk kapal keruk grab yang beroperasi di setiap kedalaman air yang signifikan,
saat membawa grab keluar dari posisi dan proses pengerukan sulit untuk
mengontrol.
Efek angin terutama terbatas pada kondisi laut yang disebabkan oleh kecepatan
angin yang tinggi, meskipun masalah operasional juga mungkin timbul. visibilitas yang
jelek juga dapat menyebabkan masalah operasi serta meningkatkan risiko tabrakan.
Kedalaman air minimum dan maksimum di mana setiap kapal keruk tertentu
mampu beroperasi secara efisien. Dengan pengecualian tertentu, peralatanb
pengerukan harus tetap bertahan untuk terus beroperasi.
Kasus di mana kedalaman air yang ada dangkal, kapal keruk yang mungkin
harus menciptakan kedalaman air yang cukup agar dapat beroperasi. Tidak hanya itu
yang penting bahwa kapal keruk utamanya tetap mengapung tetapi juga penting
bahwa akses pada tongkang dan hoppers terjamin setiap saat agar produksi tidak
terganggu.
Kapal keruk yang menggunakan tongkang saat operasi gerakan tongkang tidak
akan menganggu terutama ketika debit yang melalui pipa dengan tingkat air rendah ini
akan membatasi gerakan kapal keruk. Ada beberapa kapal keruk yang mampu
mengeruk sampai kedalaman 30 m.
Minimum dan maksimum lebar potongan yang dapat dibuat secara ekonomi
tergantung pada jenis kapal keruk yang dipekerjakan dan kedalaman air di wilayah
kerja. Ketika air di perairan kurang dari rancangan alat pengerukan, lebar final
pemotongan harus tidak kurang dari lebar kapal keruk itu sendiri (ditambah tongkang
bila diperlukan).
Kasus kapal keruk yang berayun dari sisi ke sisi untuk beroperasi, seperti kapal
keruk cutter suction, lebar yang dipotong harus sedemikian rupa sehingga di ujung
yang dipotong pada kepala hisap atau cutterhead melampaui sudut terkemuka di luar
lambung (Gambar 13.1).
Kekuatan tanah atau batuan yang akan diambil melalui pengerukan merupakan
faktor penting yang mempengaruhi produksi kapal keruk. Kekuatan dapat
Gambar 13.1: Keterbatasan lebar pemotongan yang mempengaruhi kapal keruk dengan
swing saat bekerja di air dangkal
Sumber: (BS 6349-5:1991, 1999).
Ukuran partikel akan mempengaruhi tingkat produksi yang dapat dicapai oleh
masing-masing jenis kapal keruk. Partikel yang sangat halus biasanya dapat dengan
mudah dikeruk, tetapi dapat menyebabkan masalah karena tingkat pengerukan yang
sangat lambat pada saat penurunan. kapal keruk Trailing suction hopper biasanya
Terlepas dari jenis proses pengerukan yang digunakan, semakin besar jarak
yang harus diangkut, semakin besar biaya pekerjaan. Pembuangan hasil keruk di laut
harus mertimbangkan dengan cermat untuk lokasi daerah pembuangan. Perencana
tidak mungkin bebas untuk memilih area untuk pembuangan yang tentu ideal untuk
tujuannya. Efek pada pengguna lain dari laut, khususnya industri perikanan, harus
dipertimbangkan sebelum keputusan akhir mengenai tempat pembuangan dapat
dilakukan. Memompa jarak jauh di atas air harus dihindari jika mungkin karena pipa
yang mengapung sangat rentan terhadap serangan gelombang.
(a) Navigasi
(b) Infrastruktur
(c) Rekayasa pantai (Coastal Engineering): salah satunya adalah beach
nourishment yaitu menambang pasir di lepas-pantai dan ditempatkan di
pantai untuk mengganti pasir yang tererosi oleh badai atau ombak. Hal ini
dilakukan untuk melindungi fungsi dari pantai dan rekreasi.
Faktor teknik menyangkut keberadaan rongsokan (wrecks) dan ranjau laut yang
berukuran besar biasanya terapung dan dapat terpetakan. Investigasi dengan
magnetometer atau deteksi dengan side scan sonar dapat mengetahui pula ranjau laut
yang tidak terpetakan. Dalam proses pengangkatan wrecks, terkait dengan alasan
navigasi, biasanya tertulis pada kontrak perjanjian yang terpisah dengan biaya yang
berbeda. Metode yang digunakan dalam proses pembuangannya harus pula
tercantum pada kontrak kerja.
Faktor teknik lain adalah debris dapat mengakibatkan banyak kerugian dalam
penggunaan alat keruk hidraulik. Alat keruk tipe grabs cocok untuk mengatasinya.
Sehingga, debris dapat dibuang jauh dari area pengerukan. Masalah teknik akan
muncul saat kandungan dasar material yang dikeruk tidak diketahui seperti tingginya
kepekatan tanah (misalnya clay dan peat) dapat menyebabkan tingginya intensitas
adhesi (kelengketan), akibatnya efektivitas kerja alat terganggu. Dampaknya berujung
pada waktu produktivitas kerja berkurang dan tentu saja akan bermasalah pada
perjanjian kontrak kerja umumnya terjadi pada alat keruk buckets, grabs, hoppers,
roda cutters dan pipeline. Selain itu kondisi lapisan dasar seperti kurangnya kepadatan
tanah, adanya kandungan gas di dalamnya dan kecenderungan terjadinya gelombang
besar dan cepat dapat menyebabkan kesulitan dalam pekerjaan pengerukan.
Biaya untuk melakukan pekerjaan ini salah satunya bergantung pada besar
siltation yang terjadi. Siltation terbentuk akibat adanya sedimentasi yang dikeruk,
sehingga sedimentasi di sisi lainnya yang tidak terkeruk cenderung mengikuti gravitasi
bumi. Akibatnya, area tempat sedimentasi yang dikeruk sebelumnya terisi kembali
Suatu area dapat direklamasi oleh material dari hasil pekerjaan pengerukan.
Ketika merencanakan pekerjaan reklamasi, karakteristik soil di area yang akan
direklamasi dan karakteristik material yang diperoleh dari pekerjaan pengerukan harus
diperhatikan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pengerukan
untuk reklamasi antara lain: ukuran butiran material / sedimen, karakteristik sedimen,
efek dari gabungan sedimen yang dibentuk karena terdapat perbedaan karakteristik
soil. Biasanya ukuran material yang kasar seperti pasir dan kerikil sangat cocok untuk
pekerjaan reklamasi, hal itu dikarenakan massa jenis material cenderung besar.
Namun perlu dipertimbangkan pula ketika daerah reklamasi memiliki karakteristik
perairan yang sangat dinamis, hal itu dapat menyebabkan intensitas siltation yang
tinggi. Dalam pekerjaan reklamasi, penentuan jumlah volume material yang akan
dikeruk harus direncanakan terlebih dahulu. Hal ini berkaitan pada luas area yang
akan dilakukan reklamasi.
Alat keruk (dredger) sesuai tipe eperasional mekanik terbagi menjadi alat keruk
buket (bucket), grab, dipper, hisap/sedot (suction), trailing suction hopper dredger.
Karakteristik kapal keruk yang mampu mengeruk beberapa batu tanpa pretreatment
seperti Tabel 13.3.
(a)
(b)
Gambar 13.4: (a) Bucket wheel dredger advance into face of excavation using spud
carriage, (b) Bucket chain dredger
Sumber: (BS 6349-5:1991, 1999)
Gambar 13.6: Large grab pontoon dredger with all-winch mooring system
Sumber: (BS 6349-5:1991, 1999)
(a) alur-pelayaran;
(b) kawasan lindung;
(c) kawasan suaka alam;
(d) taman nasional;
(e) taman wisata alam;
(f) kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
(g) sempadan pantai;
(h) kawasan terumbu karang;
(i) kawasan mangrove;
(j) kawasan perikanan dan budidaya;
(k) kawasan pemukiman; dan
(l) daerah lain yang sensitif terhadap pencemaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
kelayakan operasional, yaitu, ketersediaan bahan yang cocok dalam jumlah yang
diperlukan pada waktu tertentu, merupakan aspek penting dari banyak kegunaan yang
menguntungkan.
Varian pembuangan di air terbuka meliputi: penempatan terbatas pada dasar air
(waterbeds) dalam bentuk gundukan; penempatan dengan penahanan lateral dengan
tekanan alam atau buatan manusia; penempatan dengan penahanan lateral yang
terletak di belakang bangunan tanggul. Lapisan penutup (capping) dari bahan bersih
dan selama bahan dikeruk dapat memberikan isolasi dari bentik lingkungan (benthic
environment).
13.6.5 Treatment
Treatment didefinisikan sebagai pengolahan bahan yang terkontaminasi untuk
mengurangi kuantitas atau untuk mengurangi kontaminasi bahan yang dikeruk.
metode tretment berkisar dari teknik pemisahan, di mana lumpur yang terkontaminasi
dipisahkan dari pasir yang relatif bersih. Beberapa teknik yang dikembangkan dengan
baik tetapi yang lain masih dalam tahap awal pengembangan. Masalahnya adalah
skala treatment sering mahal, sehingga volume kecil bahan terkontaminasi lebih
mungkin dibandingkan dengan volume besar yang di treatment.
Jumlah serangan gelombang dan tinggi run up dan run down juga mempengaruhi
besarnya prosentase kerusakan. Mengatasi kerusakan breakwater dilakukan dengan
penambahan batuan atau material pemecah gelombang jika menggunakan tumpukan
batuan pemecah gelombang.
Penyediaan aksesibilitas yang baik, berbasis tanah atau alat apung adalah
penting. Lebar jalan akses dan struktur penutup harus mengatasi dengan peralatan
yang diperlukan dan tersedia untuk menempatkan blok armor. Untuk peralatan
mengambang, kedalaman air dan eksposur adalah faktor yang sangat penting. Untuk
setiap jenis breakwater bagian dapat dievaluasi dengan menggambar aksesibilitas dan
tonmeter grafik seperti yang dicontohkan pada Gambar 13.11. Untuk peralatan di darat
Tabel 13.4: Elemen yang Berperan Pada Perawatan Rubble Mound Breakwater
Deskripsi Perawatan Perbaikan
Utama
Petunjuk perawatan (Maintenance prescriptions) xx -
Aksesibilitas dari tanah atau sisi perairan (Accessibility
from land or water side)
peralatan non-khusus yang diperlukan xx x
bahan yang tersedia xx x
Pembiayaan
xx x
x xx
Sumber: (Burcharth & Rietveld, 1987).
Meskipun mungkin ada kriteria desain khusus untuk lebar puncak breakwater
yang relevan untuk mengevaluasi lebar ini sebagai fungsi aksesibilitas untuk
pembangunan dan perbaikan di masa mendatang. Unsur-unsur yang harus
dipertimbangkan adalah: (a) biaya menempatkan unit armor dengan derek darat; (b)
biaya menempatkan unit armor dengan floating crane; dan (c) biaya meningkat atau
menurun sesuai lebar bendungan.
Biaya penempatan armour tergantung dari peralatan, biaya tenaga kerja dan
produksi. Tipikal set peralatan seperti Tabel 13.5. Seperti dapat dilihat tingkat satuan
untuk menempatkan armour dari sisi ke laut yang terkena setidaknya tiga kali lebih
mahal daripada menggunakan derek landbased. Namun, bekerja dengan crane darat
membutuhkan lebar puncak setidaknya 10-14 m untuk pemecah gelombang ukuran
medium.
Inspeksi visual yang berguna untuk memeriksa kerusakan tertentu. Jumlah unit
yang rusak per bagian dari breakwater, dan jenisnya (penting untuk analisis struktural
unit armor) dapat diperiksa secara visual tapi ini lebih memakan waktu daripada
metode fotografi, tidak sangat kuantitatif di tingkat kerusakan dan tidak cocok untuk
memantau seluruh lereng dari breakwater.
Monitoring fotografi dari posisi tetap untuk menghasilkan foto yang mencakup
seluruh kondisi di atas air atau dibawah dari breakwater (dilihat di spring tide rendah)
adalah metode yang paling efektif dan berguna dengan biaya monitoring breakwater.
Metode ini melibatkan penggunaan overlay atau teknik flicker untuk memeriksa
kerusakan, dijelaskan di bawah ini. Foto-foto dapat diambil dari perahu (tampilan
horizontal), atau derek atau pesawat udara (arah vertikal), mana yang tersedia.
Helikopter (Gambar 13.12) mungkin menjadi paling cocok, dalam hal itu bisa
membawa dan bergerak cepat antara stasiun monitoring. Memperbaiki posisi
helikopter biasanya dilakukan dengan menggunakan Differential GPS, yang akurat ke
dalam 1m.
Crane dan survei bola (Crane and ball surveys) yang digunakan untuk memantau
profil breakwater (atas dan di bawah air) pada interval yang telah ditetapkan. Sebuah
mobile crane biasanya digunakan untuk posisi bola, dan tingkat bola diukur dengan
jari bola dan 𝑉 adalah volume dolos. Metode survei di atas ditemukan dan yang paling
sukses dalam pencatatan kerusakan bawah air, tetapi jangkauan crane bisa menjadi
faktor pembatas dalam batas arah laut dari survei. Selama pembangunan pemecah
gelombang, metode ini sangat penting untuk memantau profil batu dan dolos.
Laser Scanning atau metode survei tacheometric dapat digunakan untuk secara
akurat memonitor posisi dan tingkat lempengan penutup (capping) dan unit armor
Bentuk lain dari monitoring untuk teknik monitoring breakwater yang disajikan di
atas, dan yang dapat dihubungkan dengan analisis kerusakan (Tulsi & Phelp, 2009),
adalah:
(a) Rekaman gelombang (ombak pelampung atau wave buoy- tinggi, periode dan
arah gelombang)
(b) survei batimetri sekitar breakwater untuk memantau erosi kaki
(c) Pengambilan sampel sedimen yang berdekatan dengan breakwater untuk
memeriksa ukuran butir
(d) Pergerakan air / sedimen melalui breakwater (tes dye) untuk memeriksa
porositas
(e) Pemantauan perusakan beton (mungkin reaksi alkali agregat)
(f) Pemantauan retakan di capping slab (terkait dengan penurunan)
SOAL
13.1 Sebutkan jenis dan kerusakan struktur beton pada konstruksi dermaga?
13.2 Bagaimana upaya perbaikan retak struktur beton pada dermaga, Jelaskan?
13.3 Jelaskan sesuai dengan Permen PU Nomor : 24/PRT/M/2008 pengertian dari:
(a) Bangunan gedung
(b) Pemeliharaan bangunan gedung
(c) Perawatan bangunan gedung
(d) Manajemen pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
(e) jenis pekerjaan perawatan fasilitas gedung/strukutur
(f) rehabilitasi,
(g) renovasi
(h) restorasi
(i) Tingkat Kerusakan Stuktur Gedung
(j) Prosedur dan metode pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan
periodik bangunan gedung
Gambar 14.1: Alur prosedur perawatan berdasarkan konsep Life-Cycle Management (LCM)
Sumber: (Port Technology Group - ASEAN-Japan Transport Partnership, 2011)
Menghindari cacat awal karena pengerjaan yang tidak mencukupi sangat penting
untuk disain struktural, karena serangkaian verifikasi kinerja bergantung pada
pekerjaan konstruksi yang sesuai berdasarkan standar pelaksanaan yang ditetapkan
secara terpisah. Demikian pula, prinsip ini berlaku untuk tahap eksekusi kerja
penanggulangan.
Fasilitas pelabuhan dan pelabuhan terdiri dari struktur yang relatif kompleks yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, sehingga deformasi komponen terjadi,
menyebar dan berkembang sebagai rangkaian reaksi. Pemeliharaan rasional fasilitas
mengharuskan barang inspeksi utama difokuskan, yang dapat mewakili kerusakan,
kemerosotan dan deformasi komponen yang mendominasi pengaruhnya terhadap
kinerja komponen. Serangkaian deformasi, yang terdiri dari penyebab, kejadian, dan
akibatnya, yang mengakibatkan degradasi kinerja struktural, disebut sebagai "rantai
deformasi", yaitu pohon patahan. Oleh karena itu, konsep rantai deformasi harus
dipertimbangkan sepenuhnya saat memilih barang inspeksi. Selanjutnya, dengan
berfokus pada rantai yang sangat penting di antara rantai deformasi sangat penting
untuk mencapai pemeliharaan rasional. Saat melakukan evaluasi berdasarkan hasil
inspeksi, daripada menggunakan hasil inspeksi tunggal, akumulasi data melalui
inspeksi berkala dan bukan pemeriksaan tunggal, saya penting untuk evaluasi
rasional. Pencatatan dan penyimpanan lokasi dan status spesifik mereka sangat
penting. Demikian juga, mencatat dan menyimpan status awal dari item pemeriksaan
yang relevan juga penting, ketika deformasi diperkirakan akan berlanjut dalam jangka
waktu tertentu. Oleh karena itu, untuk memastikan objektivitas, reliabilitas dan
konsistensi hasil pemeriksaan, serangkaian item inspeksi, metode, prosedur dan
kriteria penilaian harus distandarisasi sampai batas tertentu. Karena hasil inspeksi
diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengelolaan pemeliharaan fasilitas
lainnya, hasil pemeriksaan selama masa kerja dan setelah penutupan layanan atau
perawatan mereka harus disimpan dan dipelihara untuk jangka waktu tertentu.
Dua strategi pemeliharaan yang khas ditunjukkan pada Gambar 14.2, sehingga
menjaga agar kinerja fasilitas tetap di atas tingkat yang dipersyaratkan. Strategi yang
mewakili (a) memerlukan perbaikan fasilitas skala kecil berulang-ulang pada tahap
awal kemunduran dengan biaya perawatan yang relatif kecil, sehingga membuatnya
D Tidak ada deformasi besar yang ditemukan dan kinerja yang memadai
dipertahankan
Sumber: (Port Technology Group - ASEAN-Japan Transport Partnership, 2011)
Biaya siklus hidup dari fasilitas ini adalah total biaya setiap tahap siklus hidup
fasilitas, yaitu perencanaan, desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan,
pembongkaran dan pemindahan fasilitas. Biaya siklus hidup dinyatakan dalam
persamaan berikut:
Biaya siklus hidup = biaya awal + biaya operasi dan pemeliharaan + biaya
pembongkaran dan pemindahan
SOAL
Alfares, H. K., & Duffuaa, S. O. (2009). Maintenance Forecasting and Capacity Planning.
Dalam M. Ben-Daya, S. O. Duffuaa, A. Raouf, J. Knezevic, & D. Ait-Kadi (Penyunt.),
Handbook of Maintenance Management and Engineering (hal. 157-190). New York:
Springer. doi:DOI 10.1007/978-1-84882-472-0
Al-Turki, U. M. (2009). Maintenance Planning and Scheduling. Dalam M. Ben-Daya, S. O.
Duffuaa, A. Raouf, J. Knezevic, & D. Ait-Kadi (Penyunt.), Handbook of Maintenance
Management and Engineering (hal. 237-262). New York: Springer. doi:DOI
10.1007/978-1-84882-472-0
Archway Engineering. (2003). T6 Series Core Barrel. Dipetik 3 1, 2015, dari Archway
Engineering (UK) Ltd, Ainleys Industrial Estate, Elland, HX5 9JP, U.K.:
http://www.archway-engineering.com/products/t6_barrel.html
Archway Engineering. (2003). Hand Augers. Dipetik 3 1, 2015, dari Archway Engineering
(UK) Ltd, Ainleys Industrial Estate, Elland: http://www.archway-
engineering.com/products/hand_auger.html
Arun Soil Lab. (2011). Plate Load Test as per IS: 1888-1982. Dipetik 3 1, 2015, dari Arun
Soil Lab Pvt.Ltd: http://www.arunsoillab.com/images/services/img25.jpg
Arunraj, N., & Maiti, J. (2007, April 11). Risk-based maintenance—Techniques and
applications. Journal of Hazardous Materials, 143(3), 653-661.
https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2006.06.069
Assauri, S. (2004). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
ASTM D 3441 - 05. Standard Test Method for Mechanical Cone Penetration Tests of Soil
(Withdrawn 2014). West Conshohocken, PA: ASTM International,
http://www.astm.org/.
ASTM D1195 / D1195M-09. Standard Test Method for Repetitive Static Plate Load Tests of
Soils and Flexible Pavement Components, for Use in Evaluation and Design of Airport
and Highway Pavements. West Conshohocken, PA, 2009: ASTM International,
http://www.astm.org.
ASTM D1452-09. Standard Practice for Soil Exploration and Sampling by Auger Borings.
West Conshohocken, PA, 2009: ASTM International, http://www.astm.org/.
ASTM D1586-11. Standard Test Method for Standard Penetration Test (SPT) and Split-
Barrel Sampling of Soils. West Conshohocken, PA, 2011: ASTM International,
http://www.astm.org/.
ASTM D1587-08(2012)e1. Standard Practice for Thin-Walled Tube Sampling of Soils for
Geotechnical Purposes. West Conshohocken, PA, 2012: ASTM International,
http://www.astm.org/.
ASTM D2166 / D2166M-13. Standard Test Method for Unconfined Compressive Strength of
Cohesive Soil. West Conshohocken, PA, 2013: ASTM International,
http://www.astm.org/.
ASTM D2573-08. Standard Test Method for Field Vane Shear Test in Cohesive Soil. West
Conshohocken PA, 2008: ASTM International, http://www.astm.org/.
270 – Glosarium
Fasilitas Pelabuhan –– meliputi wilayah daratan dan pelabuhan di wilayah perairan baik
fasilitas pokok atau penunjang.
Fasilitas penunjang di wilayah daratan –– kawasan perkantoran, fasilitas pos dan
telekomunikasi, fasilitas pariwisata dan perhotelan, instalasi air bersih, listrik, dan
telekomunikasi, jaringan jalan dan rel kereta api, jaringan air limbah, drainase, dan
sampah, areal pengembangan pelabuhan, tempat tunggu kendaraan bermotor,
kawasan perdagangan bebas, dan kawasan industry, serta fasilitas umum lainnya
antara lain tempat peribadatan, taman, tempat rekreasi, olahraga, jalur hijau, dan
kesehatan.
Fasilitas penunjang wilayah perairan –– wilayah perairan untuk pengembangan pelabuhan
jangka panjang, perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal, perairan
tempat uji coba kapal (percobaan berlayar), perairan tempat kapal mati, perairan untuk
keperluan darurat, dan perairan untuk kegiatan kepariwisata dan perhotelan.
Fasilitas pokok di wilayah perairan –– wilayah alur-pelayaran perairan tempat labuh
(harbour basin), kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal,
perairan tempat alih muat kapal, perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang
berbahaya dan beracun (B3), perairan untuk kegiatan karantina, parairan alur
penghubung intrapelabuhan, perairan pandu, dan perairan untuk kapal pemerintah.
Fasilitas Pokok Pelabuhan di Wilayah Daratan ––dermaga, gudang lini 1, lapangan
penumpukan lini 1, terminal penumpang, terminal peti kemas, terminal barang potongan
(general cargo), barang curah kering (bulk cargo) dan curah cair (liquid cargo), terminal
ro-ro, fasilitas penampungan dan pengolahan limbah, fasilitas bunker,fasilitas pemadam
kebakaran, dan fasilitas gudang bahan/barang berbahaya dan beracun (B3), serta
fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan sarana bantu navigasi – pelayaran
(SBNP).
Fraction of time gang idle –– perincian waktu gang mengganggu.
Frekuensi kegagalan/kerusakan –– kejadian kegagalan/kerusakan suatu fasilitas
Hak Pengelolaan Atas Tanah –– hak yang diberikan kepada Pemerintah, pemerintah daerah,
atau badan usaha milik negara yang dapat digunakan untuk kepentingan pihak lain.
Indeks tingkat produksi –– ukuran kenaikan dan penurunan hasil produksi
Indikator Financial –– ukuran pendapatan yang dihasilkan sehubungan dengan tingkat
pelayanan yang diberikan dan berapa biaya yang telah dikeluarkan.
Indikator kemampuan pelabuhan –– ukuran keberhasilan atau kekurangan suatu pelabuhan
dalam melayani para pengguna jasa pelabuhan.
Indikator Kinerja (PI) –– alat ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja sistem atau proses
apa pun atau ukuran atas kinerja layanan
Indikator kinerja pelayanan –– ukuran tingkat pelayanan yang terkait dengan jasa pelabuhan
Indikator Operasional –– ukuran yang mnenyangkut pada kegiatan secara teknis di
pelabuhan
Inspection –– observasi secara kualitatif dari kondisi item.
Interval –– masa antara dua kejadia yang berkaitan
Jaringan pelayanan transportasi –– susunan rute-rute pelayanan transportasi yang
membentuk satu kesatuan hubungan.
272 – Glosarium
Manajemen pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung –– meliputi manajemen
pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan persyaratan penyedia jasa dan
tenaga ahli/terampil pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung.
Manajemen perawatan –– alat yang digunakan untuk membuat sebuah kebijakan mengenai
aktivitas perawatan, dengan melibatkan aspek teknis dan pengendalian manajemen ke
dalam sebuah program perawatan.
Marine fender –– sistem untuk mencegah kerusakan kapal dan dermaga saat berlabuhnya
kapal.
Mean Time to Repair (MTTR) –– nilai rata-rata waktu perbaikan kerusakan yang terjadi.
Metode jalur kritis atau Critical Path Method (CPM) –– teknik menganalisis jaringan
kegiatan/aktivitas-aktivitas ketika menjalankan proyek dalam rangka memprediksi durasi
total
Mission time –– waktu operasional suatu item.
Moda transportasi –– alat angkut yang digunakan untuk berpindah tempat dari satu tempat
ke tempat lain
Not Operation Time (NOT) –– waktu persiapan bongkar-muat dan istirahat kerja atau waktu
jeda yaitu waktu berhenti yang direncanakan selama Kapal di Pelabuhan.
Otoritas Pelabuhan (Port Authority) –– lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas
yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan
kepelabuhanan yang diusahakan secara komersial.
Overhaul –– pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh terhadap suatu fasilitas atau
bagian dari fasilitas sehingga mencapai standar yang dapat diterima atau restorasi dan
observasi yang komprehensif untuk mengembalikan suatu item pada kinerja awal.
Owner –– pemilik peralatan/fasilitas.
Pekerjaan perawatan bangunan gedung –– pekerjaan perbaikan dan/atau penggantian
bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana
berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan
mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi.
Pekerjaan permeliharaan bangunan gedung –– pekerjaan dengan jenis pembersihan,
perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau
perlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman
pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung.
Pelabuhan –– tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang,
berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta
sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
Pelabuhan daratan –– merupakan suatu tempat tertentu di daratan dengan batas-batas yang
jelas, dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan dan gudang
serta prasarana dan sarana angkutan barang dengan cara pengemasan khusus dan
berfungsi sebagai pelabuhan umum;
Pelabuhan khusus –– pelabuhan yang dibangun dan dioperasikan untuk kepentingan sendiri
guna menunjang kegiatan tertentu;
274 – Glosarium
Pemeliharaan prediktif –– teknik manajemen yang, secara sederhana, menggunakan
evaluasi reguler terhadap kondisi operasi aktual peralatan pabrik atau fasilitas., sistem
produksi, dan fungsi pengelolaan pabrik atau fasilitas untuk mengoptimalkan total
operasi pabrik atau fasilitas yang tepat tanpa adanya risiko kegagalan.
Pemeliharaan tak terencana –– emergency maintenance yaitu pekerjaan perbaikan yang
harus segera dilakukan karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga.
Pemeliharaan terencana –– pemeliharaan yang dilakukan secara terorganisasi untuk
mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan datang, pengendalian dan
pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Pemerintah daerah –– gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah –– Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penataan Ruang –– suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengelola Terminal Khusus –– badan usaha tertentu sesuai dengan usaha pokoknya.
Pengerukan (Dredging) –– mengambil tanah atau material dari lokasi di dasar air laut atau
sungai untuk mendapatkan kedalaman tertentu pada sebuah fasilitas pelabuhan
Pengorganisasian dalam pemeliharaan dan perawatan –– penerapan dari metode
manajemen dengan cara yang sistematis terorganisir
Pengukuran Kinerja Pemeliharaan (MPM) –– proses multidisiplin untuk mengukur dan
membenarkan nilai yang diciptakan oleh investasi pemeliharaan, dan mengurus
persyaratan pemegang saham organisasi dilihat secara strategis dari keseluruhan
perspektif bisnis"
Penyelenggara Pelabuhan –– otoritas pelabuhan atau unit penyelenggara pelabuhan.
Penyelenggara pelabuhan umum –– unit pelaksana teknis/satuan kerja pelabuhan atau
Badan Usaha Pelabuhan;
Perawatan berbasis kondisi (condition-based maintenance /CBM) –– perawatan dan
pemeliharaan yang dilakukan setiap kali nilai parameter sistem (kondisi) tertentu
melebihi nilai yang telah ditentukan.
Perawatan berkala atau periodic maintenance –– kegiatan perawatan yang dilakukan
secara periodic atau dalam jangka waktu tertentu.
Perawatan korektif –– perawatan yang dilakukan setelah kerusakan terdeteksi dan bertujuan
untuk memulihkan alat atau fasilitas ke kondisi prima untuk beroperasi sesuai fungsinya.
Perawatan reaktif (reactive maintenance) –– penanganan tertentu yang akan dilakukan
apabila telah terjadi kegagalan pada aset tersebut.
Perawatan rutin atau Routine Maintenance –– kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara rutin, misalnya setiap hari, sedangkan periodic maintenance ––
kegiatan pemeliharaan dan erawatan yang dilakukan secara periodic atau dalam jangka
waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali, setiap bulan sekali, ataupun setiap tahun
sekali.
Personil atau tim pemeliharaan –– tenaga kerja yang bekerja dalam sistem pemeliharaan
dan perawatan untuk menemukan cacat-cacat (bukan kesalahan yang sebenarnya) atas
276 – Glosarium
Rencana Induk Pelabuhan Nasional –– pengaturan ruang kepelabuhanan nasional yang
memuat tentang kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan hierarki pelabuhan secara
nasional yang merupakan pedoman dalam penetapan lokasi, pembangunan,
pengoperasian, dan pengembangan pelabuhan.
Renovasi –– memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur,
struktur maupun utilitas bangunannya.
Restorasi –– memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap
mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya
dapat berubah.
Risk Based Centered Maintenance (RBCM) –– suatu metode kuantitatif hasil integrasi
antara pendekatan reliabilitas dan strategi pendekatan risiko untuk mencapai jadwal
maintenance yang optimal.
Service time (waktu pelayanan) –– waktu total selama kapal sandar di dermaga, waktu ini
biasanya diukur dalam jam atau hari.
Serviceability –– Tingkat kemudahan atau kesulitan pada item yang dapat dikembalikan ke
kondisi kerjanya.
Setiap Orang –– orang perseorangan atau korporasi.
Ship Round Time (total waktu kapal berada dipelabuhan) –– jumlah waktu tunggu kapal dan
waktu pelayanan kapal, indicator meliputi antara lain :
Shut-down –– mendadak mati sendiri / sengaja dimatikan.
Shut-in –– sengaja dimatikan secara manual (istilah dalam pengeboran minyak).
Simpul jaringan transportasi –– gabungan beberapa komponen objek/ yang saling berkaitan
dalam suatu tatanan struktur jaringan transportasi.
Sistem jaringan transportasi darat –– jaringan yang terdiri atas jaringan jalan nasional,
jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.
Sistem jaringan transportasi laut –– sistem jaringan terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan
alur pelayaran.
Sistem jaringan transportasi nasional –– sistem jaringan transportasi yang terdiri
atas: sistem jaringan transportasi darat; sistem jaringan transportasi laut; dan sistem
jaringan transportasi udara.
Sistem jaringan transportasi udara –– sistem yang terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan
ruang udara untuk penerbangan
Syahbandar –– pejabat Pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan memiliki
kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap
dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan
dan keamanan pelayaran.
Tata Ruang –– wujud struktur ruang dan pola ruang.
Tatanan Kepelabuhanan Nasional –– suatu sistem kepelabuhanan yang memuat peran,
fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi
pelabuhan serta keterpaduan intra-dan antarmoda serta keterpaduan dengan sektor
lainnya.
278 – Glosarium
Unit Penyelenggara Pelabuhan –– lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang
melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, pengawasan kegiatan kepelabuhanan,
dan pemberian
Useful life –– Jarak waktu suatu item beroperasi dan berproduksi.
User –– pemakai peralatan/fasilitas.
Vendor –– seseorang atau perusahaan yang menjual peralatan/perlengkapan, pabrik-pabrik
dan bangunan-bangunan.
Waiting time (waktu tunggu kapal) –– waktu rata-rata kapal dihitung mulai saat kedatangan
kapal di pelabuhan sampai di dermaga untuk bongkar muat barang.
Waktu antara kegagalan (MTTF) –– jarak rata-rata antar kerusakan, rumusnya adalah Kurun
Waktu dibagi dengan Jumlah Kerusakan yang terjadi
Waktu bongkat-muat –– waktu yang digunakan sebagai indikator kinerja yang utama
pelabuhan dalam kegiatan bongkar-muat.
Waktu Efektif (Effektive Time) –– jumlah jam bagi suatu kapal yang benar-benar digunakan
untuk bongkar-muat selama kapal di tambatan.
Waktu Efektif dibanding Berth Time (ET/BT) –– jumlah waktu efektif dibagi dengan jumlah
waktu sandar (waktu selama kapal di tambat
Waktu Pelayanan Pemanduan (Approach Time/AT) –– jumlah waktu terpakai untuk kapal
bergerak dari lokasi labuh sampai ikat tali di tambatan atau sebaliknya.
Waktu rata-rata untuk perbaikan (MTTR) –– waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk reparasi
yaitu jumlah waktu reparasi dibagi dengan Jumlah reparas
Waktu tunggu (dwell time) –– waktu mulai dari saat peti kemas diturunkan dari kapal hingga
keluar pintu gerbang terminal pelabuhan.
Waktu Tunggu Kapal (Waiting Time/WT) –– jumlah waktu sejak pengajuan permohonan
tambat setelah kapal tiba di lokasi labuh sampai kapal digerakkan menuju tambatan.
282 – Indeks
Kapal keruk, 221, 232 komunikasi, 7, 44, 75, 89, 90, 104, 167, 225, 228, Lihat:
kapal mati, 1, 11, 271 170, 205 Pemeliharaan
kapasitas daya dukung, 8 Konsekwensi operasional, 59 maintenance concept, 47
karantina, 1, 11, 271 konsep pemeliharaan, 47, 51, 63, maintenance dredging, 225, 228
karet, 176, 201, 202 65 Maintenance of Existing Plant
kargo, 17, 22, 26, 151, 212 konsolidasi, 17, 222 Buildings and Grounds, 36, 69
kawasan cagar budaya, 236 konstruksi, 32, 158, 159, 164, 166, maintenance planning, 61
kawasan industry, 1, 10, 271 167, 171, 179, 180, 188, 189, maintenance policy, 47
kawasan lindung, 236 190, 196, 197, 198, 199, 203, Manajemen korosi, 179
kawasan mangrove, 236 204, 215, 224, 237, 239, 245, manajemen kualitas total (TQM),
kawasan pemukiman, 236 246 44
kawasan perdagangan, 1, 10, 271 Konstruksi beton, 189 manajemen pemeliharaan, 166
kawasan perikanan dan budidaya, konsultan, 188 Manajemen Pemeliharaan dan
236 kontainer, 22, 23, 149, 155 Perawatan Fasilitas, 8
kawasan perkantoran, 1, 10, 271 kontainerisasi, 6 manajemen perawatan dan
kawasan suaka alam, 236 Kontinuitas operasional, 73 pemeliharaan, 8
kawasan terumbu karang, 236 kontrak, 191, 226, 227 Manajemen Produksi, 8, 119, 259
kayu, 39, 71, 77, 171, 173, 184, kontraktor, 37, 148, 150, 151, 153, Manajemen resiko, 182
202 227, 240 marine, 201, 267
keamanan, 16, 22, 23, 24, 31, 157, korektif, 34, 141, 144, 145, 152, material endapan, 217
176, 213, 215, 218 157 material keruk, 235
Kebijakan operasional, 7, 81 korosi, 155, 161, 163, 165, 171, mean low water level, 181
kebijakan pemeliharaan, 47, 52, 173, 174, 175, 176, 177, 178, Mean time to repair. MTTR
54 179, 180, 181, 182, 183, 184, Mean Time to Repair, 145
kedalaman perairan, 229 185, 186, 187, 188, 190, 191, mekanikal, 144, 204
kegagalan, 141, 143, 162, 164, 205, 209, 272 metode jalur kritis, 133
166, 179, 180, 181, 197, 199, Kunjungan kapal, 19 moda, 17, 23
242 moda transportasi, 10, 13, 17, 23
Kekuatan beton, 189
kekuatan tanah, 218
L model organisasi, 7
Monitoring dan Evaluasi, 8
kepariwisataan, 11 mooring, 219, 232
kerusakan Labour Productivity, 101, 272 MP3EI, 12
berat, 206 lalu lintas, 17, 18, 20, 21, 22, 26, MTBF, 102, 103
196, 211, 213 MTTR, 102, 103, 145, 273, 279
ringan, 206 lapangan penumpukan, 1, 31, 211 multiplant, 70, 87
sedang, 16, 144, 162, 164, 165, lapangan penumpukan lini 1, 1,
10, 271
166, 195, 202, 204, 206, Laser Scanning, 244 N
233 Latest Finish/LF, 136
Latest Start/LS, 136 navigasi, 1, 23, 225, 226, 237
keselamatan, 17, 33, 146, 211, layout, 235 Navigasi, 10, 169, 225
213, 214 Lead Time, 83 NOT, 27
Keselamatan, 36, 38, 88, 104 Life Cycle Cost (LCC), 55 Not Operation Time, 27
Kesiapan operasi peralatan, 27, life cycle costing (LCC), 51
29, 30
ketersediaan, 17, 23, 42, 43, 44,
lifetime, 157, 167
limbah air kotor, 156
O
57, 58, 75, 88, 102, 103, 119, lingkungan, 17, 32, 37, 155, 165,
124, 127, 131, 140, 145, 150, 166, 175, 181, 190, 191, 194, olah gerak kapal, 1, 11, 212, 214,
237, 270 215, 216, 225, 227, 228, 236, 271
khusus, 15 237, 238, 239, 246 on-the-job trainning, 78
kinerja, 4, 28, 53, 74, 82, 94, 98, listrik, 1, 10, 36, 37, 69, 72, 75, 94, operasi dan logistik, 43
115, 123, 157, 171, 176, 202, 109, 142, 148, 151, 156, 170, operasional, 3, 17, 23, 24, 25, 26,
211, 217, 249, 250, 253, 270, 175, 188, 205, 271 28, 30, 31, 33, 37, 141, 142,
271, 272, 273, 276, 279 lokasi pelabuhan, 21 150, 151, 156, 158, 167, 180,
kolam pelabuhan, 1, 11, 169, 171, lubang bor, 218 190, 206, 211, 214, 217, 218,
212, 214, 271, 272 219, 237, 242
komersial, 212 Operational consequences, 59
Komoditas, 21 M operator, 27, 32, 37, 147, 154, 156
kompetitor, 9 operator pelabuhan, 32
komponen efektiftas preventif, 8 maintenance, 34, 141, 142, 143, opportunity-based maintenance/
144, 145, 146, 147, 148, 152, OBM, 49, 274
284 – Indeks
prategang, 192, 194 reaktif, 195 Servicing, 143
Precautionary Maintenance realible, 181 Shed Occupancy Ratio, 27, 29, 30
Actions (PM), 48, 278 re-application, 180 Shed Occupancy Ratio (SOR), 100
predictive, 8, 48, 51, 60, 278 Receiving, 27, 29, 30, 100, 276 Ship Round Time, 100, 277
Prediktif Maintenance, 8 reclamation, 225 silika, 195, 196
pre-feasibility study, 17 Redesign, 61 siltation, 227, 228
Preparation time, 145 refleksi, 218 simpul jaringan transportasi, 10
prespektif, 7, 47 regulasi, vi, 4, 18, 139, 148, 188 sistem conveyor, 33
pressure, 200 rehabilitasi, 204, 245 sistem penjadwalan, 7, 81, 82, 83,
preventif, 7, 8, 33, 35, 43, 56, 58, rekayasa, v, 4, 36, 37, 141, 148, 136
62, 67, 83, 103, 104, 106, 108, 150, 151, 152, 181, 225 sistem transportasi laut, vi, 4, 18
109, 111, 117, 121, 129, 141, reklamasi, 154, 215, 216, 225, skala penuh, 176
143, 144, 146, 147, 153, 205 226, 228, 229, 233, 237, 246 SNI, 191, 192, 194
preventive, 34, 48, 59, 60, 61, 107, rekruitmen, 7 soft-engineering, 216
108, 141, 142, 146, 147, 152, relationship, 227 sonar, 226, 244
205, 278 reliabilitas, 49, 61, 72, 73, 252, SOR, 27, 29, 30
Preventive, 141, 144 277 sosial, 203, 204
preventive engineering, 141 Reliability-Centered Maintenance spalling, 190, 191, 196, 200
Preventive Maintenance, 57, 141, (RCM), 55, 57, 58, 65 spring tide, 243
144, 264 reliability-centred maintenance stainless steel, 177, 187
prinsip Lean, 44 (RCM), 51 standar nasional Indonesia (SNI), 5
prinsip Penjadwalan, 8 remediasi, 52, 57, 216, 225 Standardisasi, 87
Prinsip Perencanaan, 8 remediation, 216 Statistical-based predictive
prioritas penjadwalan, 8 Rencana Induk Pelabuhan (RIP), maintenance, 116
proactive, 48, 278 10 Steelworks, 155, 167
proaktif, 62, 109, 182 Rencana Induk Pelabuhan storekeeping, 38
produktivitas, 5, 7, 8, 13, 25, 26, Nasional, 40 Storeskeeping, 36, 38
63, 93, 94, 95, 96, 97, 101, 102, Rencana Induk Pelabuhan strategi operasi, 104, 127, 132,
103, 104, 105, 106, 120, 141, Nasional (RIPN), 10, 11 182
157, 222, 226, 263, 276 renovasi, 204, 206, 245 strategi perawatan, 8, 58, 64, 127,
Produktivitas, 25, 27, 29, 93, 94, repair, 145, 159, 165, 167 154, 167, 171, 250, 251, 257,
95, 96, 100, 102, 103, 105, 106, response variable, 18 276
276 restorasi, 204, 206, 245 strategic landuse development
Produktivitas kerja, 27 Retak, 196, 197, 199, 200, 201 planning, 18
program, v, vi, 4, 5, 7, 8, 11, 13, return of investment, 34 strategis, 17, 23, 213
14, 31, 36, 51, 56, 69, 78, 86, review, 158, 179 Struktur, 72, 104, 149, 159, 170,
87, 88, 89, 101, 109, 111, 112, ringan, 206 171, 174, 175, 179, 182, 188,
115, 116, 117, 118, 119, 120, RIPN, 10, 11 189, 200, 203, 208, 263
123, 133, 134, 140, 141, 159, risiko, 61, 62, 95, 116, 123, 125, struktur bangunan, 204, 205, 215,
161, 211, 212, 249, 250, 254, 128, 179, 180, 219, 275, 277 239
255, 256, 257, 262, 270, 273, rock dredging, 225, 228, 229 struktural, 159, 161, 162, 163,
278 routine, 142, 159, 167 164, 165, 166, 167, 171, 180,
program pemeliharaan, 212 rubble, 241 198, 199, 204, 207, 216, 242
Project Work, 8 run to failure maintenance, 108 suhu air, 216, 217
proteksi berkelanjutan, vi, 8 sumber daya, 28, 31, 33, 160, 161,
proyek, 154, 215, 223, 224
proyeksi, 17, 20, 21
S 181, 182, 212, 237
sustainable, 236
proyeksi lalu lintas, 6 swell, 218
safety, 181, 182
salinitas, 216, 217
Q Salvage, 36, 38, 39 T
sampah, 1, 10, 84, 271
Quick & Dirty Decision Charts Sarana Bantu Navigasi – Pelayaran taman nasional, 236
(Q&D), 54, 276 (SBNP), 10 taman wisata alam, 236
SBNP, 1 Tangga, 208, 209
R scan, 226
sedimentasi, 31, 212, 213, 216,
tata graha, 204
tata ruang, 204
225, 227 teknik evaluasi dan review
R & D, 43 Seismik, 244 program, 133
rail-mounted gantries, 148 selimut beton, 155, 191, 200 teknologi, 2, 6, 22, 41, 43, 44, 65,
reach stackers, 149 sempadan pantai, 236 67, 95, 104, 117, 120, 127, 174,
286 – Indeks