Dosen Pengampuh :
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas tentang
Perencanaan Multimoda & Angkutan Barang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
BAB II METODOLOGI................................................................................................. 3
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada tugas ini sebagai berikut :
1. Mengetahui Proyeksi demand pelabuhan di masa yang akan datang
1
2. Mengetahui Estimasi kebutuhan fasilitas sisi darat
3. Mengetahui Kelayakan dari sisi ekonomi
2
BAB II
METODOLOGI
3
2. KM No. 53 Tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional
3. PM No. 21 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Pelayanan Kapal, Barang, dan
Penumpang
4. PM No. 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut
5. Perpres No. 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik
Nasional
6. PM No. 6 Tahun 2013 tentang Jenis, Struktur, dan Golongan Tarif Jasa Kepelabuhanan
7. PP No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
4
BAB III
PROYEKSI DEMAND
5
eksponensial dalam metode ini berasal dari pembobotan/timbangan (faktor
penghalusan dari periode-periode sebelumnya yang berbentuk eksponensial.
3. Proyeksi trend (trend projection) Metode proyeksi trend dengan regresi,
merupakan metode yang dignakan baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang. Metode ini merupakan garis trend untuk persamaan matematis.
2. Model / metode kausal (causal/explanatory model), mengasumsikan variabel yang
diramalkan menunjukkan adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa
variabel bebas (independent variable). Model / metode kausal (causal/explanatory
model) Merupakan metode peramalan yang didasarkan kepada hubungan antara
variabel yang diperkirakan dengan variabel alin yang mempengaruhinya tetapi buakn
waktu.
Dalam prakteknya jenis metode peramalan ini terdiri dari :
a. Metode regresi dan kolerasi, merupakan metode yang digunakan baik untuk jangka
panjang maupun jangka pendek dan didasarkan kepada persamaan dengan teknik
least squares yang dianalisis secara statis.
b. Model Input Output, merupakan metode yang digunakan untuk peramalan jangka
panjang yang biasa digunakan untuk menyusun trend ekonomi jangka panjang.
c. Model ekonometrik, merupakan peramalan yang digunakan untuk jangka panjang
dan jangka pendek.
6
Dalam menyusun ramalan pada dasarnya ada 2 macam analisis yang dapat digunakan
yaitu:
a. Analisi deret waktu (Time series), merupakan analisis antara variabel yang dicari
dengan variabel waktu
b. Analisis Cross Section atau sebab akibat (Causal method), merupakan analisis
variabel yang dicari dengan variabel bebas atau yang mempengaruhi.
Ada dua pendekatan untuk melakukan peramalan dengan menggunakan analisis deret
waktu dengan metode regresi sederhana yaitu :
a. Analisis deret waktu untuk regresi sederhana linier
b. Analisis deret untuk regresi sederhana yang non linier
Untuk menjelaskan hubungan kedua metode ini kita gunakan notasi matematis seperti:
Y = F (x)
Dimana :
Y = Dependent variable (variabel yang dicari)
X = Independent variable (variabel yang mempengaruhinya)
Notasi regresi sederhana dengan menggunakan regresi linier (garis lurus) dapat
digunakan sebagai berikut :
Y=a+bx
Dimana a dan b adalah merupakan parameter yang harus dicari. Untuk mencari nilai a
dapat digunakan dengan menggunakan rumus :
a = ӯ - b x̄
∑ − ̄
=
∑ − ∑
7
b. Prinsip dasarnya adalah berusaha memahami perilaku manusia dalam kehidupan
keseharian, termasuk dalam aktifitas pergerakan.
c. Selanjutnya pemahaman terhadap perilaku ini digunakan dalam traffic forecasting.
Dengan asumsi yang digunakan adalah:
a. Dalam melakukan aktifitasnya manusia berperilaku rasional, dan selalu berusaha
untuk memaksimalkan manfaat (dan meminimalkan mudharat).
b. Hal yang sama dilakukan dalam melakukan aktifitas pergerakan. Manusia akan
berusaha melakukannya dengan tujuan memaksimalkan manfaat atau
meminimalkan mudharat.
c. Ukuran yang digunakan dalam usaha tersebut di atas adalah “Utility”.
Pada tugas ini Model Econometric yang digunakan adalah Multiple Linear
Regression dan yang mempengaruhi pergerakan Peti Kemas yang berasal dari suatu
Zona (hynterland) pelabuhan Tenau Kupang, yaitu:
a. Jumlah Penduduk (jiwa)
b. PDRB (juta rupiah)
c. Tenaga Kerja (jiwa)
Multi-linear Regression
= + + +⋯ +
8
1. Traffic = F (Jumah penduduk, PDRB, Tenga Kerja)
Tanpa mengabaikan semua faktor yang mempengaruhi
Y= 4027,886 – 0,20006x1+0,000262x3-0,01565x3
Tabel 3.3. Hasil Multiple Linear Regression kondisi 1
Regression Statistics
Multiple R 1
R Square 1
Adjusted R Square 65535
Standard Error 0
Observations 4
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 3 142956,8 47652,25 #NUM! #NUM!
Residual 0 0 65535
Total 3 142956,8
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 2 138029,1 69014,55 14,00556 0,185659763
Residual 1 4927,655 4927,655
Total 3 142956,8
3. Traffic = F (PDRB)
Mengabaikan jumlah penduduk dan tenaga kerja
9
Y= -571,874+0,00141
Tabel 3.5. Hasil Multiple Linear Regression Kondisi 3
Regression Statistics
Multiple R 0,910443
R Square 0,828906
Adjusted R Square 0,743359
Standard Error 110,5872
Observations 4
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 118497,7 118497,7 9,689472 0,0895573
Residual 2 24459,06 12229,53
Total 3 142956,8
Dengan melihat nilai dari R2 yang paling besar dan nilai F yang paling kecildari
ketiga kondisi, maka yang paling baik untuk digunakan pada traffic forecasting
adalah kondisi 1 dengan persamaan:
Y= 4027,886 – 0,20006x1+0,000262x3-0,01565x
10
BAB IV
DESAIN FASILITAS SISI DARAT
Fasilitas sisi darat meliputi penentuan panjang dermaga, luas Container Yard atau Container
Park Area (CPA), luas Container Freight Station, dan peralatan bongkar muat yang diperlukan.
Jenis muatan yang akan dibongkar-muat dalam pelabuhan yang direncanakan adalah peti
kemas (container). Container merupakan suatu peti yang ukurannya telah distandardisasi
sebagai pembungkus barang-barang yang dikirim. Ukuran standar ini biasa dinyatakan dalam
TEUs (Twenty feet Equivalent Units), dengan konversi 1 TEU’s = 10 -15 ton tergantung
komoditas di dalam peti. Dalam pengerjaan tugas besar pelabuhan ini, diambil 1 TEUs = 10.5
ton.
Pelabuhan barang mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat barang.
Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan bongkar muat barang.
Pelabuhan barang ini bisa dibuat oleh pemerintah sebagai pelabuhan niaga atau oleh
perusahaan swasta untuk keperluan distribusi hasil produksinya. Pelabuhan barang ini akan
didesain sebagai pelabuhan domestik. Secara umum pelabuhan barang mempunyai fasilitas
berikut ini:
1. Panjang dermaga harus dapat menampung seluruh panjang kapal atau setidak-tidaknya
80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena muatan dibongkar muat melalui bagian
muka, belakang dan tengah kapal
2. Halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat barang. Barang yang
akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan kemudian diangkat dengan crane untuk masuk
ke kapal. Demikian pula pembongkarannya dilakukan dengan crane dan barang diletakkan
di atas dermaga yang kemudian diangkat ke gudang.
Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan/pemasukan barang dari dan ke gudang serta
fasilitas untuk reparasi.
11
4.2.Container Yard
Lapangan penumpukan adalah suatu tempat yang berada di luar dan terletak di dekat
dermaga yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang akan dimuat ke kapal
atau setelah dibongkar dari kapal. Lapangan penumpukan ini merupakan tempat untuk
menumpuk petikemas yang berisi muat FCL (Full Container Load), LCL (Less than
Container Load) ataupun petikemas kosong. Pada terminal petikemas modern/besar
container yard dibagi menjadi beberapa bagian yaitu container yard untuk petikemas
ekspor, container yard untuk petikemas impor, container yard untuk petikemas dengan
pendingin (refrigerated container), dan container yard untuk petikemas kosong.
Lapangan penumpukan ini berada di daratan yang tanahnya diberi perkuatan dan sistem
struktur perkerasannya harus kuat dan dapat mendukung peralatan
pengangkut/pengangkat petikemas dan beban dari petikemas baik muatan penuh
ataupun muatan kosong. Beban tersebut bisa cukup besar, terutama bila petikemas
tersebut ditumpuk. Penumpukan tersebut saat ini bisa mencapai 5-6 tier untuk
petikemas full dan 6-7 tier untuk petikemas kosong. Lapangan penumpukan harus
memiliki gang-gang sehingga pengaturan penumpukan dapat dilakukan dengan optimal
dan peralatan bongkar muat petikemas serta alat pengangkutnya dapat dengan mudah
melakukan manuver. Container yard harus memiliki gang-gang baik memanjang
maupun melintang untuk beroperasinya peralatan penanganan petikemas. Guna
kelancaran dan keteraturan pekerjaan yang berkaitan dengan penanganan petikemas
maka lapangan penumpukan petikemas dibawa ke dalam dua petakan berikut:
a. Petak yang digunakan untuk menampung petikemas yang baru dibongkar dari
kapal dan hendak dikerjakan lebih lanjut dinamakan Marshalling Yard Inbound.
b. Petak untuk menampung petikemas ekspor yang datang dari luar pelabuhan, dari
CFS, dari depot petikemas atau dari bengkel reparasi dan akan dimuat ke kapal
disebut Marshalling Yard Outbound.
Lapangan penumpukan container harus memiliki luas yang cukup untuk menampung
petikemas yang datang maupun yang akan diangkut ke luar pelabuhan. Letak lapangan
ini sebaiknya dekat dengan dermaga untuk mengurangi perjalanan dari traktor-trailer.
Oleh karena itu, langkah–langkah yang dapat dilakukan untuk menghitung luas
Container Park Area (CPA) adalah sebagai berikut:
12
Dimana:
H: Rasio dari tinggi tumpukan rata-rata dengan tinggi tumpukan maksimum, biasanya
mempunyai nilai antara 0.5 – 0.8
ATEU: Luas yang dibutuhkan per petikemas (TEU’s). Nilai dari ATEU tergantung dari
container handling system yang digunakan. Berikut adalah tabel mengenai nilai ATEU
D: Dwell time atau durasi petikemas berada di lapangan petikemas. (Jika tidak ada
informasi mengenai dwell time, asumsi dilakukan dengan nilai 7 hari untuk petikemas
impor dan 5 hari untuk petikemas ekspor)
N : Rasio area yard primer dengan area total yard, bernilai diantara 0.6 – 0.75 dari luas
total
L : Layout factor dari bentuk area terminal, bernilai 0.7 untuk bentuk segitiga dan 1.0
untuk bentuk persegi panjang
13
Berikut adalah rumus untuk menentukan jumlah slot yang dibutuhkan.
Dimana:
N : Rasio area yard primer dengan area total yard, bernilai 0.6 – 0.75 dari luas total
ATEU : Luas yang dibutuhkan per petikemas (TEU’s). Nilai dari ATEU bergantung pada
container handling system.
Jumlah ground slot ditentukan dengan membagi nilai SL dengan jumlah tumpukan di
container yard. Berikut adalah contoh perhitungan perencanaan CPA berdasarkan data
total bongkar muat tahun 2015:
k. Jumlah slot
14
BAB V
KELAYAKAN SISI FINANSIAL PELABUHAN
Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan
dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan proyek yang
direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian studi kelayakan adalah kemungkinan dari
gagasan usaha proyek yang akan dilaksanakan memeberikan benefit baik dalam arti finansial
maupun social benefit. Analisis kelayakan finansial adalah analisi dimana suatu proyek dilihat
dari sudut yang bersifat individual artinya tidak diperhatiakn dampaknya dalam lingkup yang
lebih luas. Sebenarnya analisis ekonomi juga merupakan analisis finansial hanya saja dalam
melakukan perhitungan terdapat perbedaan antara analisi finansial dan ekonomi. Dalama analisis
ekonomi variabel harga yang dipakai adalah harga bayangan sedangkan dalam analisis finansial
variabel harga yang dipakai adalah data harga riil. Untuk pengerjaan tugas besar kali ini akan
melakukan analisis finansial yang memerlukan data cost dan revenue dari pelabuhan yang ada
sesuai tahun rencana. Berikut adalah langkah pengerjaannya.
5.1 Cost
Langkah pengerjaan ini bertujuan untuk menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh pihak
pengelola pelabuhan, yang nantinya akan menjadi parameter dalam analisis kelayakan
finansial. Perhitungan cost berdasarkan tahun rencana dapat mengikuti Langkah-langkah
pengerjaan berikut ini:
1. Data
Berikut adalah default harga yang digunakan dalam pengerjaan tugas besar kali ini. Perlu
dicatat bahwa komponen cost merupakan simplifikasi untuk mempermudah pengerjaan
tugas besar, berikut juga dengan data harga
15
2. Data inputan
yang diperlukan untuk menghitung cost adalah data arus petikemas total, luas dermaga,
luas CPA, luas CFS, jumlah CC, jumlah RTGC, dan jumlah TTU, sesuai tahun rencana,
yang telah diperoleh dari bab sebelumnya.
3. Biaya Investasi Pengembangan
Biaya investasi pengembangan dilakukan berdasarkan kebutuhan pada akhir tahun rencana
pengembangan, sehingga investasi hanya dilakukan sekali saja pada awal tahun. Nilai
investasi didapat dari perkalian antara biaya investasi masing-masing fasilitas terhadap
kebutuhan pengembangan fasilitas tersebut pada tahun akhir.
4. Biaya Operasional dan Maintenance
Biaya operational and maintenance dihitung pertahun dengan mengalikan jumlah satuan
dari masing-masing fasilitas dengan harga satuan maintenance fasilitas dan biaya
operasional (poin 1; data) tersebut. Khusus untuk gaji operator peralatan, nilai gaji
dikalikan dengan jumlah pekerja setiap peralatan (sesuai jumlah shift kerja).
2. Data Inputan
16
Data inputan yang diperlukan untuk menghitung revenue adalah data arus petikemas total,
arus petikemas CPA, dan arus petikemas CFS sesuai tahun rencana, yang telah diperoleh
dari perhitungan sebelumnya.
3. Perhitungan Revenue
a. Full Container Load (FCL) Handling Charges
Merupakan biaya yang diperoleh oleh pengelola pelabuhan dari hasil operasi
bongkar/muat petikemas jenis FCL. Petikemas jenis FCL biasanya diangkut dan
disimpan di Container Park Area (CPA).
17
5.3 Analisis Kelayakan Finansial
1. Benefit Cost Ratio (BCR)
BCR merupakan rasio antara keuntungan terhadap biaya yang dibutuhkan. Suatu
proyek dikatakan layak apabila nilai BCR > 1. BCR dapat dirumuskan sebagai berikut:
nilai biaya dari setiap alternatif, sepanjang masa perencanaan. Selisih nilai tersebut
kemudian diestimasi nilai sekarangnya dengan menurunkan nilainya akibat adanya
tingkat bunga (discount rate) yang diperkirakan akan terjadi sepanjang waktu
perencanaan. Indikator NPV ini mampu menyediakan informasi besarnya selisih
(manfaat-biaya) di setiap tahun tinjauan serta besaran nilai uangnya pada saat
sekarang. Formulasi umum dari pendekatan NPV adalah sebagai berikut:
dimana Bt adalah manfaat/Pendapatan kotor dari proyek pada tahun t, Ct adalah biaya
kotor dari proyek pada tahun t, n adalah umur ekonomis proyek, dan i adalah discount
rate atau tingkat suku bunga (tahunan).
18
Nilai dari IRR suatu investasi biasa dibandingkan dengan MARR (Minimum
Attractive Rate of Return):
Jika IRR > MARR = menguntungkan
Jika IRR < MARR = merugikan NB:
Nilai MARR Indonesia untuk sektor konstruksi adalah sebesar 15.56%
Nilai IRR dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan goal seek pada excel
19