Disusun oleh:
Nayla Zahra Aghni Fitria (21/482223/SV/19913)
Akhir kata, semoga laporan ini banyak memberi manfaat dan menambah
wawasan bagi kita semua. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, karena
kesempurnaan hanya ada pada-Nya, maka apabila ada kesalahan dalam
penulisan laporan makalah ini, saya Nayla Zahra Aghni Fitria mahasiswa
tahun ajaran 2021/2022 memohon maaf kepada semua pembaca. Untuk itu
kami juga meminta saran dan kritiknya untuk memperbaiki dan
menyempurnakan laporan ini. Terima kasih.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4
BAB 6 KESIMPULAN..........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
daerah. Akibat dana yang sangat besar tersebut maka pemerintah daerah
berupaya memperoleh dana untuk pengerukan dari pemerintah pusat.
Akibat dari berbagai permasalahan diatas, perlu ditentukan juga lokasi
alternatif dari Pelabuhan Trisakti untuk mengantisipasi kemungkinan
bahwa Pelabuhan Trisakti sudah tidak mampu beroperasi secara optimal
lagi.
5
BAB 2
PEMBAHASAN MASALAH
2.1 Pelabuhan Labuan Bajo
6
pembangunan yang berkelanjutan dan memperkuat citra positif
pelabuhan di mata masyarakat.
4. Menjaga keamanan dan keselamatan
Pengelolaan pelabuhan utama dapat meningkatkan keamanan dan
keselamatan kapal, muatan, dan manusia yang beraktivitas di
pelabuhan. Dengan demikian, tingkat kecelakaan dan kerugian yang
tidak diinginkan akan berkurang, serta memastikan bahwa semua
proses operasi berjalan dengan lancar.
2.3 Aspek-aspek yang Perlu Diperhatikan dalam Pengelolaan
Infrastruktur Pelabuhan Utama
Dalam pengelolaan infrastruktur di pelabuhan utama, ada beberapa
aspek penting yang wajib untuk diperhatikan. Menurut Muhammad
Tholchah, et al. (2018), aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Infrastruktur
Infrastruktur yang memadai dan berkualitas sangat penting dalam
pengelolaan pelabuhan utama. Aspek infrastruktur yang perlu
diperhatikan meliputi dermaga, alat bongkar muat, terminal peti
kemas, jaringan jalan dan jalur kereta api, serta sistem informasi dan
komunikasi.
2. Keamanan dan Keselamatan
Keamanan dan keselamatan kapal, muatan, dan orang-orang yang
bekerja di pelabuhan merupakan hal yang sangat penting dalam
pengelolaan pelabuhan utama. Aspek keamanan dan keselamatan
meliputi sistem navigasi, peralatan pemadam kebakaran, serta prosedur
keamanan dan keselamatan yang ketat.
3. Lingkungan
Aspek lingkungan perlu diperhatikan dalam pengelolaan pelabuhan
utama, seperti pengelolaan limbah dan pengurangan emisi gas rumah
kaca. Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas lingkungan di
sekitar pelabuhan dan memperkuat citra positif pelabuhan di mata
masyarakat.
4. Pelayanan
7
Pelayanan yang baik kepada pengguna pelabuhan, seperti pengaturan
antrean kapal, penanganan muatan, serta penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi yang canggih dapat meningkatkan kualitas
pelayanan pelabuhan dan membantu menjaga kepercayaan pengguna
pelabuhan.
5. Keuangan
Pengelolaan keuangan yang baik dapat membantu memastikan
kelancaran operasi pelabuhan utama. Hal ini meliputi pengelolaan
anggaran yang efektif dan efisien serta pengelolaan risiko yang tepat.
6.
8
BAB 3
FASILITAS PADA PELABUHAN UTAMA
3.1. Definisi dan Jenis-jenis Fasilitas
Fasilitas di darat pada pelabuhan utama merupakan fasilitas yang
berada di sekitar pelabuhan dan diperlukan untuk menunjang kelancaran
operasi pelabuhan. Beberapa fasilitas di darat pada pelabuhan utama antara
lain:
1. Apron
Apron adalah halaman di atas dermaga yang terbentang dari sisi muka
dermaga sampai gudang laut atau lapangan penumpukan terbuka.
Apron berfungsi untuk menempatkan barang yang akan dinaikkan ke
kapal atau barang yang baru diturunkan dari kapal. Bentuk apron
tergantung dari jenis barangnya apakah barang potongan, curah atau
peti kemas. Lebar apron tergantung dari fasilitasnya, seperti jalan
untuk truk dan KA, kran, alat pengangkut lainnya seperti forklift, kran
mobil, gerbong yang ditarik traktor, dan sebagainya. Lebar apron
adalah antara 15 sampai dengan 25 meter.
2. Gudang
Gudang merupakan fasilitas yang digunakan untuk menyimpan barang
yang akan diimpor ataupun yang akan diekspor. Gudang yang
memadai dapat membantu mempercepat proses distribusi barang.
3. Alat bongkar muat
Alat bongkar muat seperti derek kapal, crane, forklift, dan truk angkut
merupakan fasilitas yang diperlukan dalam proses bongkar muat
barang di pelabuhan utama. Fasilitas ini sangat membantu dalam
mempercepat proses bongkar muat barang.
4. Terminal peti kemas
Merupakan fasilitas yang penting dalam pengelolaan pelabuhan utama.
Fasilitas ini digunakan untuk mengekspor dan mengimpor kontainer
dengan menggunakan kapal-kapal besar.
9
Penanganan bongkar muat di terminal peti kemas dapat dibedakan
lift on roll on
menjadi dua macam, yaitu metode dan metode .
lift off roll off
5. Menara pengawas
Menara pengawas digunakan untuk melakukan pengawasan di semua
tempat dan mengatur serta mengarahkan semua kegiatan di terminal
peti kemas, seperti pengoperasian peralatan dan pemberitahuan arah
penyimpangan dan penempatan peti kemas.
3.2. Pemeliharaan dan Perawatan Fasilitas
Berikut adalah beberapa pemeliharaan primer menurut Mulyono,
T., (2017).
1. Pemeliharaan Peralatan Pabrik yang Ada (Maintenance of Existing
Plant Equipment)
Kegiatan ini merupakan tugas untuk unit pemeliharaan. Tanggung
jawab unit ini adalah membuat perbaikan yang diperlukan untuk
peralatan produksi di pelabuhan dan menjalankan pemeliharaan
preventif.
2. Pemeliharaan Bangunan Pabrik yang Ada dan Area Luar
(Maintenance of Existing Plant Buildings and Grounds)
Perbaikan bangunan dan properti eksternal bangunan dari setiap
fasilitas-jalan, rel kereta api, sistem saluran pembuangan, dan pasokan
fasilitas air yang umumnya dilakukan oleh unit rekayasa pemeliharaan.
Perbaikan dan perubahan minor untuk bangunan-atap, pengecatan,
penggantian kaca atau hal khusus yang diperlukan untuk layanan
lainnya seperti sistem listrik atau pipa atau sejenisnya dilakukan oleh
unit teknik pemeliharaan khusus. Perbaikan dan pemeliharaan jalan,
trek dan switch, pagar, atau struktur terpencil juga menjadi tanggung
jawab unit tersebut.
3. Inspeksi Peralatan dan Pelumasan (Equipment Inspection and
Lubrication)
Secara umum, semua inspeksi peralatan dan pelumasan telah menjadi
tugas yang dilakukan unit pemeliharaan. Sementara inspeksi yang
10
membutuhkan alat khusus atau pembongkaran parsial peralatan
ditangani oleh unit pemeliharaan, penggunaan operator terlatih dalam
tugas penting ini akan memberikan efektivitas pekerjaan.
11
BAB 4
KEBIJAKAN PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR PELABUHAN
UTAMA DI INDONESIA
4.1. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Pengelolaan Infrastruktur
Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Sektor Perikanan Tangkap
Sesuai arahan pembangunan yang tercermin dalam agenda prioritas
pembangunan nasional (Nawa Cita) bahwa kelautan dan perikanan
menjadi sektor unggulan nasional yang mendapat perhatian cukup besar.
Ini terlihat dari sembilan agenda Nawa Cita yang menjadi agenda
pemerintahan Presiden Jokowi. Ada empat poin yang terkait dengan
kelautan dan perikanan di antaranya: memperkuat jati diri sebagai negara
maritim, memberantas perikanan ilegal (IUU Fishing), mengakselerasi
pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan hasil perikanan, dan
meningkatkan kedaulatan pangan melalui peningkatan produksi perikanan.
Sebagai upaya dalam mewujudkan tujuan nasional tersebut,
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memiliki arah kebijakan,
strategi dan langkah operasional yang dirumuskan dalam Rencana Strategi
(Renstra) KKP 2015-2019. Pada bidang infrastruktur, pemerintah dalam
hal ini KKP berupaya untuk mampu memenuhi kebutuhan infrastruktrur
maupun mengoptimalkan fungsi dari infrastruktur yang ada. Sebagai
contoh pengembangan armada penangkapan ikan 30 GT di wilayah
perbatasan sebanyak 25 unit per tahun dan pembangunan cold storage di
100 sentra perikanan terpadu yang akan dikembangkan oleh KKP selama
periode 2015-2019 di lokasi prioritas seperti Simeulu, Natuna,
Tahuna/Sangihe, Saumlaki, dan Merauke dalam rangka Sistem Logistik
Ikan Nasional (SLIN) (KKP, 2015). Selain itu, peningkatan armada
perikanan tangkap nasional yang modern dan berdaya saing diupayakan
oleh KKP dalam bentuk target di tahun 2016 berupa pengadaan kapal
perikanan sebanyak 3.522 unit, kapal perikanan 30 GT yang terbangun di
wilayah perbatasan 25 unit, dan alat penangkap ikan dan alat bantu
penangkapan ikan sebanyak 6.675 unit. Di sisi lain, akan dibentuk pula
kawasan sentra nelayan di 100 lokasi.
12
4.2. Peran dan Tanggung Jawab Instansi Terkait
Infrastruktur berperan penting dalam pembangunan suatu wilayah.
Tidak dimungkiri keberadaan infrastruktur menjadi tulang punggung
dalam meningkatkan perekonomian suatu kawasan. Di sisi lain, partisipasi
swasta dalam pengadaan infrastruktur dapat dikatakan belum terealisasi
penuh. Mayoritas peran swasta lebih mengarah pada kegiatan investasi di
sekitar pelabuhan dan CSR pada masyarakat. Infrastruktur yang mereka
bangun hanya diperuntukkan bagi kepentingan usaha seperti terminal
untuk kepentingan sendiri (TUKS), cold storage, pabrik es, dan
pemanfaatan kawasan sebagai tempat operasional unit pengolahan ikan.
Untuk itu, agar ketersediaan infrastruktur bisa dipenuhi perlu ada skema
antara pemerintah dan swasta dalam kerja sama pengadaan infrastruktur
bagi kepentingan bersama.
13
BAB 5
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGELOLAAN
INFRASTRUKTUR PELABUHAN UTAMA DI INDONESIA
5.1. Faktor Pendukung
Pengelolaan infrastruktur pelabuhan utama di Indonesia memiliki
faktor pendukung yang mempengaruhi keberhasilannya. Berikut adalah
faktor-faktor pendukung pengelolaan infrastruktur pelabuhan utama di
Indonesia:
1. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan infrastruktur
pelabuhan utama dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan pelabuhan. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
berbagai kebijakan untuk mendukung pengembangan infrastruktur
pelabuhan, seperti Peraturan Presiden No. 66 Tahun 2013 tentang
Pengembangan Pelabuhan Nasional dan Rencana Induk Pelabuhan
Nasional 2015-2019.
2. Investasi swasta
Investasi swasta dapat menjadi faktor pendukung pengembangan
infrastruktur pelabuhan utama di Indonesia. Dalam beberapa tahun
terakhir, investasi swasta di sektor pelabuhan semakin meningkat,
seperti investasi yang dilakukan oleh Hutchison Port Holdings di
Pelabuhan Tanjung Priok.
3. Kerja sama internasional
Kerja sama internasional dalam bidang pengelolaan pelabuhan dapat
membantu meningkatkan kualitas pengelolaan dan memperluas
jangkauan pasar. Indonesia telah melakukan kerja sama dengan
beberapa negara dalam pengembangan infrastruktur pelabuhan, seperti
kerja sama dengan Jepang dalam pembangunan Pelabuhan Patimban.
4. Potensi pasar yang besar
Indonesia memiliki potensi pasar yang besar dan beragam, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini membuat pelabuhan utama
14
di Indonesia menjadi tempat strategis bagi para pengusaha untuk
melakukan distribusi barang dan jasa.
5. Sumber daya alam yang melimpah
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti minyak,
gas, dan tambang mineral. Hal ini membuat pelabuhan utama di
Indonesia menjadi tempat penting bagi ekspor sumber daya alam
tersebut.
5.2. Faktor Penghambat
Meskipun pelabuhan pada kenyataannya memiliki peran yang
sangat penting bagi perekonomian nasional, Indonesia belum memiliki
sistem pelabuhan dengan kinerja yang baik menurut sudut pandang para
penggunanya. Suatu pelabuhan dapat dikatakan efektif dan efisien apabila
kapal tidak menunggu lama di laut, dapat melakukan bongkar muat
dengan cepat dan lancar serta didukung dengan fasilitas peralatan atau
sarana dan prasarana yang memadai.
Kinerja yang kurang baik tersebut ditandai sebagai berikut:
1. Dwelling time dan waiting time
Dwelling time merupakan sebuah proses yang dibutuhkan sejak peti
kemas turun dari kapal, ditumpuk di lapangan penumpukan hingga
keluar dari pelabuhan. Terdapat tiga proses utama yang terjadi saat
dwelling time, di antaranya adalah pre-clearance, customs-clearance
dan post-clearance. Dwelling time pada proses ekspor peti kemas
terhitung lebih cepat dibandingkan kegiatan impor.
Waiting time adalah waktu tunggu kapal untuk dapat bersandar di
dermaga dan melakukan proses bongkar-muat barang. Semakin kecil
atau nol waiting time-nya maka kinerja bongkar muat di pelabuhan
semakin baik. Sebaliknya, jika waiting time-nya semakin besar, maka
akan berdampak pula pada kinerja pelabuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waiting time di antaranya adalah
ketersediaan fasilitas dermaga, peralatan bongkar muat yang memadai
serta fasilitas pendukung lainnya seperti lapangan penumpukan dan
peralatan angkat dan angkut yang digunakan untuk kegiatan trucking,
15
serta lift on dan lift off di lapangan penumpukan. Hal lain yang tidak
kalah pentingnya adalah kinerja atau produktivitas bongkar muat yang
dilakukan oleh crane di dermaga.
2. Demurrage
Salah satu permasalahan yang terjadi di Pelabuhan Indonesia adalah
adanya demurrage. Demurrage adalah batas waktu pemakaian peti
kemas di dalam pelabuhan (container yard). Batas waktu untuk barang
impor dihitung sejak proses bongkar peti kemas (discharges) dari
kapal hingga peti kemas keluar dari pintu pelabuhan (get out),
sedangkan untuk barang ekspor, batas waktu pemakaian peti kemas
dihitung mulai dari pintu masuk pelabuhan (get in) sampai peti kemas
dimuat (loading) ke atas kapal. Seringkali, waktu tunggu untuk
berlabuh jauh lebih lama daripada waktu untuk berlayar. Free time
demurrage diberikan kepada penyewa apabila dapat mengembalikan
peti kemas yang sudah dalam keadaan kosong kepada pihak pelayaran
(shipping line) selama berada dalam batas waktu yang diberikan, jika
terlambat maka penyewa harus membayar denda kepada perusahaan
pelayaran.
3. Peralatan penunjang aktivitas pelabuhan
Peralatan bongkar muat sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan
di pelabuhan. Permasalahan yang kerap terjadi adalah kurangnya
peralatan sehingga mengakibatkan terlambatnya aktivitas bongkar
muat di pelabuhan. Hal tersebut menyebabkan keterlambatan kapal
yang bersandar di pelabuhan sehingga harga sewa yang dibayarkan
oleh pihak ekspedisi akan lebih besar dan akan berdampak pada harga
jual barang yang ditawarkan.
Permasalahan kekurangan peralatan seperti crane dan forklift masih
terjadi di beberapa pelabuhan Indonesia, salah satunya di pelabuhan
Nusantara Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur
(NTT). Aktivitas bongkar muat di pelabuhan Waingapu untuk satu
kapal peti kemas membutuhkan waktu dua sampai tiga hari, sementara
kapal barang curah tanpa peti kemas membutuhkan waktu tiga hingga
16
empat hari. Jika ada tambahan peralatan, maka waktu yang dibutuhkan
untuk bongkar muat berpotensi dapat diselesaikan dalam waktu hanya
satu hari.
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Meningkatnya kegiatan bongkar muat dan aktivitas perdagangan baik
luar negeri maupun domestik berkorelasi dengan peningkatan kualitas
pelayanan pelabuhan agar semakin efektif dan efisien. Upaya
meningkatkan kualitas pelayanan pelabuhan tersebut salah satunya
ditunjang oleh ketersediaan SDM yang andal dan memiliki
keterampilan teknis dalam kegiatan operasional pelabuhan.
5.
17
BAB 6
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Puriningsih, F. S. (2022). Kebutuhan Infrastruktur Pelabuhan Sorong untuk
Mendukung Poros Maritim Dunia. Warta Penelitian Perhubungan, 34(1),
45–52. https://doi.org/10.25104/warlit.v34i1.1536
Rahmayanti, A. Z. (2019). Peran Pemerintah Dan Swasta Dalam Penyediaan
Infrastruktur Perikanan Tangkap Studi Kasus: Bitung. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 26(2), 131–141. https://doi.org/10.14203/jep.26.2.2018.131-
141
Utara, U. S. (2010). Pengelolaan Pelabuhan Oleh Daerah. Www.Bphn.Go.Id, 21,
1–59.
Mulyono, T. (2017). Perawatan Fasilitas Pelabuhan. Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta.
Tholchah, M., Sukoco, A., & Lestari, P. (2018). Pengembangan Strategi
Peningkatan Kualitas Pelayanan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Jurnal
Manajemen Transportasi & Logistik, 6(2), 179-189.
Harijanto, B., Widjaya, T., & Setiawan, E. (2016). Analisis Kelayakan Investasi
Peningkatan Kapasitas Terminal Petikemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Jurnal Teknik ITS, 5(2), F166-F171.
19