Anda di halaman 1dari 79

KERTAS KERJA

STRATEGI PEMELIHARAAN
SWITCHGEAR 6.6 KV, 20 KV DAN
TRANSFORMATOR
DI PT TELUK LAMONG

Oleh:

Eka Setya Laksana 140901058

SUBDIT PERALATAN PELABUHAN

DIREKTORAT TEKNIK DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO)

SURABAYA

2015
Subdit.
Direktorat

PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA III

SURABAYA

Click here to enter a date.


LEMBAR PENGESAHAN

Kertas Kerja dengan judul:

STRATEGI PEMELIHARAAN SWITCHGEAR 6.6 KV, 20 KV

DAN TRANSFORMATOR

DI PT TELUK LAMONG

Oleh:
Eka Setya Laksana

140901058

Telah disetujui dan disahkan sebagai Kertas Kerja Pemagang


Subdit Peralatan Pelabuhan

Direktorat Teknik dan Teknologi Informasi

PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO)

Surabaya, 12 Januari 2015


Menyetujui,

ROBBY DAYOH
SM PERALATAN PELABUHAN

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul :

STRATEGI PEMELIHARAAN SWITCHGEAR 6.6 KV, 20 KV

DAN TRANSFORMATOR

DI PT TELUK LAMONG

Kertas kerja ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan program pemagang di PT Pelabuhan Indonesia III. Dalam
menyelesaikan kertas kerja ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :

1. Keluarga yang telah banyak memberikan dorongan dan doa untuk menyelesaikan
telaah staf ini.
2. Bapak Harry Poerwanto dan Robby Dayoh selaku pembimbing.
3. Seluruh teman-teman pemagang PT Pelabuhan Indonesia III
4. Teman-teman enjinering PT Terminal Teluk Lamong
Dalam penyusunan kertas kerja ini penulis menyadari masih terdapat beberapa
kekurangan dalam penyusunan maupun pembahasan masalah karena keterbatasan
pengetahuan penulis. Besar harapan penulis bahwa telaah staf ini dapat memberikan
informasi dan manfaat bagi semua pembaca.

Surabaya, Januari 2015

Penulis.

ii
HALAMAN MOTTO

Trust Us For Power Excellent

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

I.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1

I.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

I.3. Tujuan ............................................................................................................. 3

I.4. Metode Penulisan ........................................................................................... 3

I.5. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 4

I.6. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 6

II.1. Kelistrikan Teluk Lamong.............................................................................. 6

II.2. Switchgear dan Transformator ....................................................................... 7

II.3. Strategi Pemeliharaan ................................................................................... 35

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 69

III.1. Kesimpulan ............................................................................................... 69

III.2. Saran ......................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 71

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


PT. Teluk Lamong merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Pelabuhan
Indonesia III (Persero) yang baru berdiri pada tahun 2013. Pembangunan
Terminal Multipurpose Teluk Lamong yang berlokasi di Teluk Lamong, Gresik –
Jawa Timur, sangat penting guna menunjang operasional Pelabuhan Tanjung
Perak. Selama ini, Pelabuhan Tanjung Perak merupakan pelabuhan tersibuk
kedua setelah Tanjung Priok dan memegang peran sangat penting tidak hanya
sebagai pintu gerbang perekonomian untuk Jawa Timur, tetapi juga
perekonomian bagi kawasan timur Indonesia. Selain itu, pembangunan Terminal
Teluk Lamong diharapkan dapat menjadi alternatif bagi pengguna jasa dan
pelaku bisnis Logistik. Lokasinya yang memungkinkan pelayanan kepada kapal-
kapal yang memiliki kebutuhan kedalaman draft. Sehingga dapat meningkatkan
efisiensi pelayanan bongkar muat baik curah kering maupun petikemas. Untuk
mendukung proses bongkar muat yang peralatannya sudah menggunakan sistem
kelistrikan, diperlukan kehandalan pelayanan listrik untuk peralatan bongkar
muat. Dengan kesiapan peralatan dan fasilitas yang baik dari segi infrastruktur
dan suprastruktur yang dimiliki, diharapkan mampu mewujudkan visi dan misi
perusahaan.
Adapun fasilitas dan sarana pada operasional bongkar muat di Terminal
Multipurpose Teluk Lamong sebagai berikut: pada dermaga internasional akan
tersedia dermaga sepanjang 500x80 meter yang terdiri dari dermaga internasional
di sisi luar dan dermaga domestik di sisi dalam, lapangan curah kering (stockpile)
seluas 6 Ha dan lapangan petikemas (container yard) seluas 15 Ha. Fasilitas
peralatan di dermaga internasional pada tahap awal direncanakan tersedia 5 unit
Ship Tto Shore Crane (STS), 50 unit Combined Tractor Terminal (CTT), dan 10

1
unit Automated Stacking Crane (ASC) untuk bongkar muat petikemas, 1 unit
Shipunloader dan 1 unit Conveyor untuk bongkar muat curah kering.
Kegiatan bongkar muat yang ada di PT. Teluk Lamong baik itu petikemas dan
curah kering harus lebih handal terutama dalam sistem kelistrikannya. Dalam
sistem tenaga listrik, jaringan distribusi tenaga listrik adalah sangat penting guna
menjaga kontinuitas supply tenaga listrik kepada konsumen. Oleh karena itu
diperlukan koordinasi sistem proteksi yang baik yang mampu mengantisipasi
gangguan pada jaringan distribusi karena pada umumnya jaringan distribusi
sering mengalami gangguan. Hal ini akan mempengaruhi keandalan sistem dan
menyebabkan tejadinya pemadaman apabila keandalan sistem kurang baik
sehingga konsumen akan merasa dirugikan. Untuk menanggulangi hal ini perlu
dipasang peralatan pengaman untuk menjaga kontinuitas supply tenaga listrik.
Peralatan dan fasilitas seperti ship to shore crane dan automated stacking
crane tentunya diharapkan memiliki umur yang panjang, karena merupakan
sarana penunjang utama jasa kepelabuhan. Dalam hal memperpanjang umur alat
dan kehandalan peralatan yang sudah didukung peralatan elektronik yang canggih
maka suplai kelistrikannya harus lebih handal sehingga ini menjadi salah satu
faktor yang perlu dipertimbangkan.
Mengingat daerah pelabuhan termasuk daerah dengan lingkungan korosif dan
rentan terhadap debu, sehingga diperlukan adanya penjadwalan pemeliharaan dan
strategi pemeliharaan untuk meningkatkan kehandalan peralatan yang
menggunakan sistem kelistrikan dan sekaligus meningkatkan kehandalan proses
bongkar muat terutama untuk peralatannya seperti ship to shore crane dan
automated stacking crane.
Perlu diketahui bahwa dengan banyaknya peralatan yang
menggunakan kelistrikan sangat diperlukan kontinuitas pelayanan suplai listrik
yang baik agar peralatan yang ada terutama sistem yang menggunakan komponen
elektronik yang rawan terhadap kerusakan pada saat terjadi gangguan kelistrikan
dapat dioperasikan dengan baik yang mendukung proses bongkar muat peralatan.
Seiring dengan tingginya aktivitas peralatan dipelabuhan diperlukan

2
pemeliharaan yang baik, sehingga perlu dilakukan pembahasan mengenai
“Strategi pemeliharaan Switchgear 6.6 KV, 20 KV dan Transformator di PT.
Teluk Lamong”.

I.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

a. Apa saja jenis pemeliharaan yang ada pada switchgear dan transformator?
b. Apa saja item yang dipelihara dari switchgear dan transformator?
c. Bagaimana cara pemeliharaan dari switchgear dan transformator?
d. Bagaimana jadwal pemeliharaan dari switchgear dan transformator?
e. Berapa banyak personil untuk pemeliharaan switchgear dan transformator
juga saving cost?

I.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan kertas kerja ini adalah untuk mendapatkan strategi
pemeliharaan yang baik untuk pemeliharaan Switchgear 6.6 KV, 20 KV dan
Transformator yang meliputi jenis pemeliharaan, item yang dipelihara, cara
pemeliharaan, jadwal pemeliharaan, banyaknya personil dan saving cost dari
pemeliharaan yang dilakukan.

I.4. Metode Penulisan


Metodologi yang digunakan pada penulisan kertas kerja ini adalah sebagai
berikut:

1. Studi Literatur

Melakukan pengumpulan yang dibutuhkan, dalam hal ini adalah buku-buku


atau jurnal yang berhubungan dengan pemeliharaan switcgear dan pemeliharaan
transformator.

2. Pengumpulan Data

3
Setelah mempelajari literatur yang ada maka dilakukan pengumpulan data-data
seperti data kelistrikan, peralatan distribusi dan lain sebagainya yang mendukung
penyelesaian kertas kerja.

3. Perencanaan dan perhitungan dari data-data tersebut diatas.

Melakukan perencanaan dan perhitungan berdasarkan formulasi yang telah


diketahui.

4. Strategi pemeliharaan menggunakan jadwal pemeliharaan dan item peralatan


yang akan dipelihara

5. Analisis dan pembahasan terhadap hasil dari simulasi dengan data lapangan
sebagai validasi.

6. Pembuatan kertas kerja.

Melakukan penulisan laporan yang menunjukkan hasil akhir dari kertas kerja
ini.

I.5. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan kertas kerja ini sebagai berikut:

a. Memberikan kajian awal dan rekomendasi mengenai pemeliharaan peralatan


distribusi di PT Terminal teluk Lamong
b. Memberikan rekomendasi terhadap strategi pemeliharaan peralatan distribusi
untuk menjaga kontinuitas supply tenaga listrik di PT Terminal teluk Lamong

I.6. Sistematika Penulisan


BAB I : Pendahuluan yang membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan metode penulisan

BAB II: Pembahasan yang meliputi kelistrikan teluk lamong, peralatan


switchgear dan tranformator juga strategi pemeliharaan

4
BAB III: Merupakan kesimpulan dari hasil pembahasan dan saran dari hasil
pembahasan

5
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Kelistrikan Teluk Lamong

Gambar 2.1 Sistem Kelistrikan Teluk Lamong Eksisting

Teluk Lamong disuplai dari dua penyulang PLN yaitu penyulang dari
surabaya dan dari gresik, dengan kapasitas trafo utama sebesar 20 MVA. Untuk
peralatan listrik kondisi eksisting, jumlah trafo yang ada adalah sejumlah 16 buah ,
untuk switchgear 20 KV ada 5 buah, switchgear 6,6 KV 2 ada buah, dan untuk
cubicle 400 V ada 9 buah. Sistem kelistrikan di teluk lamong ada 3 variasi tegangan
yaitu 20 KV, 6,6 KV, dan 400 V. Dimana untuk tegangan 20 KV merupakan
tegangan distribusi yang digunakan untuk mensuplai ke HVS (High Voltage System),
untuk tegangan 6,6 KV digunakan untuk mensuplai MVS (Medium Voltage System)
dan untuk tegangan 400 V untuk LVS (Low Voltage System). Variasi beban juga
bergantung pada base tegangan, untuk di ASC (Automated Stacking Crane) dan STS
(Ship to Shore) atau CC (Container Crane) menggunakan tegangan 6,6 KV
sedangkan pompa dan perkantoran menggunakan base tegangan 400 V. Untuk CB
(Circuit Breaker) yang digunakan 20 KV dan 6,6 KV menggunakan media pemadam

6
busur api gas SF6 dan untuk yang 400 V menggunakan VCB (Vacuum Circuit
Breaker).

II.2. Switchgear dan Transformator


2.2.1 Switchgear
Switchgear adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan
menghubungkan. Switchgear sering disebut cubcle karena peralatan-peralatan
tersebut dikemas plat blok berbentuk almari dengan pintu di bagian depan yang
bisa di buka dan di tutup menurut standar operasi yang diminta. Switchgear
merupakan perangkat listrik yang fungsinya menswitch on/ off [1]. Untuk fungsi
lainnya:
o Fungsi Switching (melalui Circuit Breaker atau Load Break Switch atau
Disconnecting Switch, dll)
o Fungsi Proteksi (Switchgear dilengkapi dengan fuse atau relay untuk
proteksi beban seperti overcurrent, overload, reverse power, under/ over voltage,
dll)
o Fungsi pengukuran (switchgear dilengkapi dengan meter untuk pengukuran
besaran listrik seperti arus, tegangan, kwh, frekuensi, power faktor, dll)
o Fungsi Monitoring (switchgear dilengkapi dengan pilot indicator/ fasilitas
monitoring untuk memonitor statis seperti on/ off maupun abnormal/ trip).

Dalam suatu sistem distribusi tenaga listrik switchgear tegangan menengah


dipakai untuk menghubungkan dan melepas, serta membagi beban listrik. Switchgear
yang dipakai dalam dalam distribusi tenaga listrik adalah tipe Single Busbar atau
Metal Clad, yaitu circuit breaker yang di letakan didalam ruang yang tertutup
“CUBICLE” yang dapat dikeluarkan untuk pemeliharaan, serta dilengkapi dengan
peralatan pengunci automatis“INTERLOCK” sebagai pengaman operasinya. Jenis
circuit. Breaker dapat dibedakan dari cara atau jenis media pemadam busur api listrik
yang timbul pada saat pemutusan arus beban atau arus hubung singkat yang tinggi
yaitu [2]:

7
o Air Circuit Breaker (ACB), yaitu Pemutus Tenaga yang menggunakan udara
sebagai pemadaman busur api.
o Oil Circuit Breaker (OCB), yaitu Pemutus Tenaga yang menggunakan minyak
sebagai media pemadam busur api dan isolasi saat kontak-kontak circuit breaker
terbuka. Pada switchgear yang detempatkan dalam bilik cubicle dipakai circuit
breaker yang menggunakan minyak sedikit karena bentuk dan ukurannya yang
lebih kecil.
o Vacuum Switch, yaitu Pemutus Tenaga yang memanfaatkan Ruang Hamp
“VACUUM” untuk mencegah timbulnya bususr api dan isolasi.
o Circuit Breaker (CB) Jenis Gas SF6. Yaitu circuit Breaker yang menggunakan
Gas SF6 (Sulfur Hexa Fluroride) sebagai media pemadam busur api dan isolasi
diantara kontak. Pemutus Tenaga jenis Gas SF6 ini mulai banyak dipakai dalam
sistem Tenaga Listrik, karena mudah dalam operasiannya dan sederhana.

Untuk CB 6,6 kV yang digunakan di Terminal Teluk Lamong adalah jenis SF6
dengan bentuk panel seperti pada gambar 2.1 dan proteksi CB (interlock terhadap
grounding) seperti pada gambar 2.2.

Gambar 2.1 Switchgear 6.6 kV

8
Gambar 2.2 Proteksi SF6 CB

Untuk Spesifikasi CB SF 6 yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ur: 7,2 kV (tegangan maksimal operasi)

Up: 60 kV (isolasi tegangan maksimal)

Ir: 630 A (arus rata-rata yang dapat dilalui CB secara kontinyu)

Isc: 16 kA (arus hubung singkat CB atau breaking capacity)

Frekuensi 50 Hz (frekuensi tegangan operasi)

Untuk bagian-bagian CB SF 6 seperti pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Bagian-bagian CB

9
Untuk bagian-bagian CB pada gambar 2.3 adalah sebagai berikut:

1. Disconnector dan Earthing Switch


2. Busbar
3. Jalur koneksi ke beban
4. Indikator mekanik CB
5. Tempat untuk Relay atau Metering (Amperemeter dan Voltmeter)

Detail gambar dari Disconnector dan Earthing Switch seperti pada gambar 2.4 dan
2.5 berikut.

Gambar 2.4 Disconnector dan Earthing Switch

Gambar 2.5 Posisi secara mekanis di dalam Disconnector dan Earthing Switch

Untuk detail gambar busbar seperti pada gambar 2.6 berikut.

10
Gambar 2.6 Busbar pada Switchgear 6,6 kV SF6 CB

Untuk SF6 CB tipe pemadam busur api menggunakan gas SF6 dengan pemadaman
seperti pada gambar 2.7 berikut.

Gambar 2.7 Pemadaman busur api pada SF6 CB

2.2.2 Transformator

Hukum utama dalam transformator adalah hukum induksi faraday. Menurut


hukum ini suatu gaya listrik melalui garis lengkung yang tertutup, adalah
berbanding lurus dengan perubahan persatuan waktu dari pada arus induksi
atau flux yang dilingkari oleh garis lengkung itu (Seperti pada Gambar dan
Gambar ) [3].

11
Gambar 2.8. Arus magnetisasi secara grafis Gambar 2.9. Arus magnetisasi
tanpa memperhitungkan rugi-rugi besi. secara grafis dengan
memperhitungkan rugi-rugi besi.

Selain hukum Faraday, transformator menggunakan hukum Lorenz atau


lebih dikenal dengan kaidah tangan kanan seperti terlihat pada

Gambar berikut ini:

Gambar 2.10. Hukum Lorenz

Dasar dari teori transformator adalah sebagai berikut :

Arus listrik bolak-balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka
inti besi itu akan berubah menjadi magnet (seperti Gambar dan Gambar )
dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua
ujung belitan tersebut akan terjadi beda tegangan [3].

12
Gambar 2.11. Suatu arus listrik Gambar 2.12. Suatu lilitan
mengelilingi inti besi maka besi itu mengelilingi magnet maka akan
menjadi magnet. timbul gaya gerak listrik (GGL)
Dari prinsip tersebut di atas dibuat suatu transformator seperti Gambar di
bawah ini,

Gambar 2.13 Prinsip Dasar dari Transformator

Rumus tegangan adalah:

E = 4,44 N f x 10 -8..............................................................................(1)

Maka untuk transformator rumus tersebut sebagai berikut:

E1 / E2 = 4,44 N1 f 1x 10 -8 / 4,44 N2 f2 x 10 -8

karena f 1 = f2, maka

E1 / E2 = 4,44 N1 f 2x 10 -8/ 4,44 N2 f2 x 10 -8

E1 / E2 = N1/ N2 atau

13
E1 N2 = E2 N1, sehingga

E2 = (N2 / N1) x E1

Keterangan:

E1 = tegangan primer

E2 = tegangan sekunder

N1 = belitan primer

N2 = belitan sekunder

VA primer = VA sekunder

I1 x E1 = I2 x E2

E1/ E2 = I2 / I1

I1 = I2 ( E2/ E1)

Keterangan:

I1 = Arus primer

I2 = Arus sekunder

E1 = tegangan primer

E2 = tegangan sekunder

Rumus umum menjadi :

E1 N1 I2
= =
E2 N2 I1 .....................(2)

14
Pembebanan Trafo

Spesifikasi trafo biasanya dinyatakan dalam Kapasitas trafo tenaga dalam


MVA

 Tegangan kV
 Ratio tegangan

Perhitungan kemampuan arus trafo

Besarnya arus trafo dapat dihitung dengan rumus:

S = P + jQ

S = √3 V I

P = S / √3 V cos 

Q = S / √3 V sin 

Dimana :

S : Daya Semu ( MVA)

P : Daya Nyata (MW)

Q : Daya Reaktif (MVAR)

V : Tegangan ( kV)

 : Sudut daya

Trafo mampu dibebani melebihi rating daya dalam waktu tertentu.

Batas faktor pembebanan lebih dari trafo sesuai standard VDE adalah:

15
Tabel 2.1. Load Faktor Trafo

Load % Over-load

Factor 10 20 30 40 50

Jam Jam Jam Detik Detik

0.5 3 1,5 1 30 15

0.75 2 1 0,5 15 8

0.9 1 0,5 0,25 8 4

Konstruksi Bagian-bagian Transformator

Peralatan/Bagian Utama

1. Inti Besi

Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh


arus listrik yang melalui kumparan.Dibuat dari lempengan-lempengan
besi tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi
besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current (Gambar ).

Gambar 2.14 Inti Besi dan Laminasi yang diikat Fiber Glass

16
2. Kumparan Transformator

Adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu


kumparan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan
kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun
terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak
dan lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan
dan arus.

Gambar 2.15 Kumparan Phasa RST


3. Minyak Transformator
Sebagian besar kumparan-kumparan dan inti trafo tenaga direndam
dalam minyak trafo, terutama trafo-trafo tenaga yang berkapasitas
besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai isolasi dan media
pemindah, sehingga minyak trafo tersebut berfungsi sebagai media
pendingin dan isolasi.

4. Bushing
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah
bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang
sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan

17
tangki trafo. Pada bushing dilengkapi fasilitas untuk pengujian tentang
kondisi bushing yang sering disebut center tap.

Gambar 2.16. Bushing


5. Tangki Konservator
Berfungsi untuk menampung minyak cadangan dan uap/udara akibat
pemanasan trafo karena arus beban. Diantara tangki dan trafo
dipasangkan relai bucholz yang akan meyebak gas produksi akibat
kerusakan minyak karena listrik.

Untuk menjaga agar minyak terkontaminasi dengan air uyang masuk


bersama udara melalui saluran pelepasan dan masukanya udara
kedalam konservator perlu dilengkapi media penyerap uap air pada
udara sering disebut denga silica gel tidak keluar mencemari udara
disekitarnya.

18
Gambar 2.17. Konservator minyak trafo

Peralatan/Bagian Bantu

1. Sistem Pendingin

Sebagai instalasi tenaga listrik yang dialiri arus maka trafo akan terjadi
panas yang sebanding dengan arus yang mengalir serta temperatur udara
disekeliling trafo tersebut. Jika temperatur luar cukup tinggi dan beban
trafo juga tinggi maka trafo akan beroperasi denagn temperatur yang
tinggi pula. Untuk mengatasi hal tersebut trafo perlu dilengkapi dengan
sistim pendingin yang bisa memanfaatkan sifat alamiah dari cairan
pendingin dan dengan cara mensirkulasikan secara teknis baik yang
menggunakan sistem radiator, sirip-sirip yang tipis berisi minyak dan
dibantu dengan hembusan angin dari kipas-kipas sebagai pendingin
yang dapat beroperasi secara otomstis berdasar pada setting relai
temperatur dan sirkulasi air yang bersinggungan dengan pipa minyak
isolasi panas. Dari sistem pendingin tersebut maka trafo dapat dibagi
berdasarkan sistem pendinginnya seperti ONAN, ONAF, OFAN, OFAF
dan OFWF.

19
Gambar 2.18 Pendingin trafo type ONAN

2. Tap Changer (On Load Tap Changer)

Kualitas operasi tenaga listrik jika tegangannya nominal sesuai


ketentuan, tapi pada saat operasi terjadi penurunan tegangan sehingga
kwalitasnya menurun untuk itu perlu alat pengatur tegangan agar
tegangan selau pada kondisi terbaik, konstan dan kontinyu. Untuk itu
trafo dirancang sedemikian rupa sehingga perubahan tegangan pada
salah sisi input berubah tetapi sisi outputnya tetap. Alat ini disebut
sebagai sadapan pengatur tegangan tanpa terjadi pemutusan beban maka
disebut On Load Tap Changer (OLTC). Pada umumnya OLTC
tersambung pada sisi primer dan jumlahnya tergantung pada perancang
dan perubahan sistem tegangan pada jaringan.

20
Saklar pengubah

(driverter switch)

Tap pemilih

(selector switch)

Gambar 2.19. On Load Tap Changer (OLTC)

3. Alat pernapasan (Dehydrating Breather)

Sebagai tempat penampungan pemuaian minyak isolasi akibat panas


yang timbul maka minyak ditampung pada tangki yang sering disebut
sebagai konservator. Pada konservator ini permukaan minyak
diusahakan tidak boleh bersinggungan dengan udara karena kelembaban
udara yang mengandung uap air akan mengkontaminasi minyak
walaupun prosesnya berlangsung cukup lama. Untuk mengatasi hal
tersebut udara yang masuk kedalam tangki konservator pada saat
minyak menjadi dingin kebalikan jika trafo panas maka pada saat
menyusut maka alan menghisap udara dari luar masuk kedalam tangki
dan untuk menghindari terkontaminasi oleh kelembaban udara maka
diperlukan suatu media penghisap kelembaban yang digunakan biasanya
adalah silica gel yang secara khusus dirancang untuk maksud tersebut
diatas.

21
Gambar 2.20 Air Breather

Silica gel mempunyai batasan kemampuan untuk menyerap uap air.


Apabila silica gel sudah jenuh dengan uap air, maka tidak bisa lagi
menyerap air. Hal tersebut dapat ditandai dengan berubahnya warna
silica gel. Pada kondisi masih mampu menyerap air, warna silica gel
adalah biru tua. Semakin berkurang kemampuannya, warnanya akan
berubah menjadi bening. Apabila sudah berwarna seperti ini, silica gel
harus segera diganti.

Indikator-indikator :

1. Thermometer,
Adalah alat pengukur tingkat panas dari trafo baik panasnya
kumparan primer dan sekunder juga minyak. Thermometer ini
bekerja atas dasar air raksa (mercuri/Hg) yang tersambung dengan
tabung pemuaian dan tersambung dengan jarum indikator derajat
panas. Beberapa thermometer dikombinasikan dengan panas dari
resistor khusus yang tersambung dengan CT yang terpasang pada
salah satu fasa (fasa tengah) dengan demikian penunjukan yang
diperoleh adalah relatif terhadap kebenaran dari panas yang terjadi.

22
\

Gambar 2.21 Oil or Winding Temperatur


2. Permukaan minyak
adalah alat penunjukan tinggi permukaan minyak yang pada
konservator. Ada beberapa jenis seperti penunjukan lansung yaitu
dengan cara memasang gelas penduga pada salah satu sisi
konservator sehingga akan mudah mengetahui level minyak.
Sedangkan jenis lain jika konservator dirancang sedemikian rupa
dengan melengkapi semacam balon dari bahan elastis dan diisi
dengan udara biasa dan dilengkapi dengan alat pelindung seperti
pada sistem pernapasan sehingga pemuaian dan penyusutan minyak
udara yang masuk kedalam balon dalam kondisi kering dan aman.

Gambar 2.22 Indikasi permukaan minyak

23
Peralatan Proteksi Internal.

1. Relai Bucholz

Penggunaan relai deteksi gas (Bucholz) pada Transformator terendam


minyak yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan pada
gangguan Transformator seperti : arcing, partial discharge, over heating
yang umumnya menghasilkan gas. Gas-gas tersebut dikumpulkan pada
ruangan relai dan akan mengerjakan kontak-kontak alarm.

Relai deteksi gas juga terdiri dari suatu peralatan yang tanggap terhadap
ketidaknormalan aliran minyak yang tinggi yang timbul pada waktu
transformator terjadi gangguan serius. Peralatan ini akan menggerakkan
kontak trip yang pada umumnya terhubung dengan rangkaian trip
Pemutus Arus dari instalasi transformator tersebut. Ada beberapa jenis
relai bucholz yang terpasang pada trafo.

Relai sejenis tapi digunakan untuk mengamankan ruang OLTC dengan


prinsip kerja yang sama sering disebut dengan Relai Jansen. Terdapat
beberapa jenis antara lain sema seperti relai bucholz tetapi tidak ada
kontrol gas, jenis tekanan ada yang menggunakan membran/selaput
timah yang lentur sehingga bila terjadi perubahan tekanan kerena
gangguan akan berkerja, disini tidak alarm langsung trip dan dengan
prinsip yang sama hanya menggunakan pengaman tekanan atau saklar
tekanan.

Gambar 2.23 Bucholz Relai dan Juction Relai type membran

24
2. Pengaman tekanan lebih (Explosive Membrane)/Bursting Plate

Adalah relai yang bekerja karena tekanan lebih akibat gangguan didalam
trafo, karena tekanan ini melebihi kemampuan membran yang terpasang
maka membran akan pecah dan minyak yang karena tekanan akan keluar
dari dalam trafo.

Pipa penghubung

Konservator
Tutup tangki
V1
Tangki

Gambar 2.24 Plat mengaman tekanan lebih

3. Relai tekanan lebih (Sudden Pressure Relay)

Suatu flash over atau hubung singkat yang timbul pada suatu
transformator terendam minyak, umumnya akan berkaitan dengan suatu
tekanan lebih didalam tangki, karena gas yang dibentuk oleh
decomposisi dan evaporasi minyak. Dengan melengkapi sebuah
pelepasan tekanan pada trafo maka tekanan lebih yang membahayakan
tangki trafo dapat dibatasi besarnya. Apabila tekanan lebih ini tidak
dapat dieliminasi dalam waktu beberapa millidetik, tangki trafo akan
meledak dan terjadi panas lebih pada cairan, konsekuensinya pada
dasarnya harus memberikan suatu peralatan pengaman. Peralatan
pengaman harus cepat bekerja mengevakuasi tekanan tersebut.

25
Gambar 2.25 Relai Tekanan Lebih

4. Relai pengaman tangki

Relai bekerja sebagai pengaman jika terjadi arus mengalir tangki akibat
gangguan fasa ke tangki atau dari instalasi bantu seperti motor kipas,
sirkulasi dan motor-motor bantu yang lain, pemanas dan lain-lain. Arus
ini sebagai pengganti relai diferensial sebab sistem relai pengaman
tangki biasanya dipasang pada trafo yang tidak dilengkapi trafo arus
disisi primer dan biasanya pada trafo dengan kapasitas kecil. Trafo
dipasang diatas isolator sehingga tidak terhubung ke tanah kemudian
dengan menggunakan kabel pentanahan yang dilewatkan melali trafo
arus dengan tingkat isolasi dan ratio yang kecil kemudian tersambung
pada relai tangki tanah dengan ratio CT antara 300 s.d. 500 dengan sisi
sekunder hanya 1 Ampere.

26
Gambar 2.26 Relai Pengaman Tangki
Beberapa indikator pengukuran atau parameter yang umum pada transformator
seperti pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Parameter atau Pengukuran Transformator

INDIKASI KETERANGAN

Oil level transformer Indikasi ini menunjukkan bahwa minyak transformator


low alarm yang ada di dalam tangki trafo berkurang, sehingga alat
ukur permukaan minyak (level) mengerjakan kontak dan
mengirim alarm ke panel kontrol. Di panel kontrol
muncul sinyal oil level transformer low alarm serta
membunyikan bel (kontak penggerak untuk memberikan
sinyal dan alarm bekerja).

Oil level OLTC low Indikasi ini menunjukan bahwa minyak yang ada di
alarm dalam tangki tap changer berkurang, sehingga alat ukur
permukaan minyak (level) mengerjakan kontak dan
mengirim alarm ke panel kontral. Di panel kontrol
muncul sinyal oil level OLTC low alarm serta
membunyikan bel (kontak penggerak untuk memberikan
sinyal dan alarm bekerja).

27
Bucholz Alarm Indikasi ini menunjukan bahwa kontak relai Bucholz
untuk Alarm bekerja (kontak relai bucholz ada dua, satu
alarm dan yang satunya trip). Bekerjanya disebabkan
beberapa kejadian yaitu:

1. Jika didalam trafo ada gas yang disebabkan oleh


adanya panas lebih sehingga terjadi gelembung-
gelembung gas yang terakumulasi sampai nilai
tertentu (300-350 Cm3). Gas tersebut menekan
pelampung untuk kontak alarm, dan mengirim
sinyal ke panel kontrol dan di panel muncul sinyal
Bucholz alarm dan bel berbunyi.

2. Jika didalam trafo terjadi partial discharge pada


isolasi, maka akan terjadi gelembung gas (seperti
diatas) maka timbul Bucholz alarm dan bel
berbunyi.

3. Jika minyak didalam trafo bocor sehingga sampai


tingkat permukaan relai bucholz, maka apabila
pelampung atas sudah tidak terendam minyak,
maka kontak bucholz alarm akan tertutup dan
memberikan sinyal bucholz alarm dan bel
berbunyi.

Winding temperature Winding primer


alarm
Indikasi ini menunjukan bahwa suhu (temperature)
kumparan primer panas melebihi setting alarm
termometer (misalnya 85°C) dan susu trafo mencapai
85°C, maka kontak alarm pada termometer (termostat)
akan tertutup dan mengirim sinyal alarm ke panel kontrol

28
winding primer alarm serta bel berbunyi.

Winding sekunder

Indikasi ini menunjukan bahwa suhu (temperature)


kumparan primer panas melebihi setting alarm
termometer (misalnya 85°C) dan suhu trafo mencapai
85°C, maka kontak alarm pada termometer (termostat)
akan tertutup dan mengirim sinyal alarm ke panel kontrol
winding sekunder alarm serta bel berbunyi.

Winding temperature Winding primer


trip
Indikasi ini menunjukan bahwa suhu (temperature)
kumparan primer panas melebihi setting trip termometer
(misalnya 95°C) dan susu trafo mencapai 95°C, maka
kontak trip pada termometer (termostat) akan tertutup dan
mengirim sinyal trip ke PMT dan ke indikator panel
kontrol winding primer temperature high, PMT trip serta
bel berbunyi.

Winding sekunder

Indikasi ini menunjukan bahwa suhu (temperature)


kumparan sekunder panas melebihi setting trip
termometer (misalnya 95°C) dan susu trafo mencapai
95°C, maka kontak trip pada termometer (termostat) akan
tertutup dan mengirim sinyal trip ke PMT dan ke
indikator panel kontrol winding sekunder tempearuture
high, PMT trip serta bel berbunyi.

OLTC voltage Pengaturan setting tegangan pada peralatan regulator


regulator alarm tidak sesuai dengan tegangan yang diminta, maka relai
regulator tegangan akan memberikan sinyal ke panel

29
kontrol dan memberi sinyal OLTC voltage regulator
alarm serta bel berbunyi.

Transformer cooling Indikasi ini menunjukan bahwa sistem pendingin (kipas


fault alarm atau pompa minyak sirkulasi ada gangguan) yaitu :

1. saklar termis untuk pasokan motor kipas


pendingin trip (lepas) sehingga motor tidak
berputar dan saklar termis tersebut kontak
bantunya tertutup dan memberikan sinyal ke panel
kontrol Transformer cooling fault alarm dan bel
berbunyi.

2. pompa sirkulasi minyak tidak berputar/bekerja

3. saklar termis untuk pasokan motor pompa minyak


pendingin trip (lepas) sehingga motor tidak
berputar dan saklar termis tersebut kontak
bantunya menutup dan memberikan sinyal ke
panel kontrol Transformer cooling fault alarm dan
bel berbunyi.

Marshalling kios fault Indikasi tersebut menunjukan terjadi gangguan sumber


alarm arus bolak-balik 220/380 V, yaitu saklar sumber tegangan
AC 220/380 V trip, sehingga BAY tersebut tidak ada
pasokan AC, dan saklar tersebut kontak bantunya
menutup dan mengirim sinyal gangguan ke panel kontrol
sehingga timbul sinyal Marshalling kios fault alarm dan
bel berbunyi.

Fire protection out of Indikasi ini menunjukan bahwa sistem pemadam api
service alarm transformator tidak siap bekerja (out of service), yaitu
akibat saklar DC 110 V sumber pasokan untuk sistem

30
instalasi pemadam api trip (tidak masuk), sehingga
kontak bantunya menutup dan memgirim sinyal ke panel
kontrol dengan indikasi Fire protection out of service
alarm dan bel berbunyi.

Bucholz trip Indikasi ini menunjukkan bahwa relai bucholz bekerja


menjatuhkan PMT (trip) yang disebabkan oleh:

1. Gangguan yang serius atau hubung singkat lilitan


trafo/kumparan trafo sehingga terjadi penguraian
minyak dan bahan isolasi lain serta menimbulkan
gas dan aliran minyak dari trafo ke relai bucholz,
sehingga kontak relai bekerja mengirim sinyal trip
ke PMT primer dan sekunder, memberikan sinyal
alarm bucholz trip dan membunyikan bel.

2. Gangguan minyak trafo bocor sehingga terjadi


penurunan permukaan minyak sampai level yang
minimum (sebelumnya terjadi alarm bucholz),
sehingga kontak relai bekerja mengirim sinyal trip
ke PMT primer dan sekunder, memberikan sinyal
alarm bucholz trip dan bel berbunyi.

3. Terjadi gangguan alam, misalnya gempa bumi


yang besar, sehingga terjadi goncangan minyak
didalam terfo maupun relai bucholz, dan kontak
relai menutup memberikan sinyal trip PMT
primer dan sekunder dan sinyal bucholz trip bel
atau klakson bunyi.

Oil temperature alarm Indikasi ini menunjukan bahwa suhu (temperature)


minyak trafo panas melebihi setting alarm termometer
(misalnya 80°C) dan suhu trafo mencapai 80°C, maka

31
kontak alarm pada termometer (termostat) akan tertutup
dan mengirim sinyal alarm ke panel kontrol oil alarm
serta bel berbunyi.

Oil temperature trip Indikasi ini menunjukan bahwa suhu (temperature)


minyak trafo melebihi setting trip termometer (misalnya
95°C) dan suhu trafo mencapai 95°C, maka kontak trip
pada termometer (termostat) akan tertutup dan mengirim
sinyal trip ke PMT dan ke indikator panel kontrol oil
temperature high, PMT trip serta bel berbunyi.

Winding sekunder

Indikasi ini menunjukan bahwa suhu (temperature)


kumparan sekunder panas melebihi setting trip
termometer (misalnya 95°C) dan susu trafo mencapai
95°C, maka kontak trip pada termometer (termostat) akan
tertutup dan mengirim sinyal trip ke PMT dan ke
indikator panel kontrol winding sekunder PMT trip serta
bel berbunyi.

Protection device Indikasi ini menunjukan relai Jansen dan atau pengaman
OLTC trip OLTC bekerja, akibat terjadi breakdown isolasi pada
wadah tap changer atau ketidaknormalan operasi tap
changer atau terjadi tahanan pengalih putus, maka akan
memberikan sinyal trip PMT primer dan sekunder dan
sinyal ke panel protection device OLTC trip dan
bel/klakson bunyi.

Pressure relief device Indikasi ini menunjukan terjadi gangguan didalam trafo,
transformer trip misalnya hubung singkat lilitan/kumparan sehingga
terjadi tekanan hidraulik di dalam trafo. Tekanan ini

32
didistribusikan ke semua arah didalam trafo yang akan
mendorong dinding trafo,jika tekanan yang terjadi
melebihi kemampuan gaya dorong relai sudden pressure
(misalnya 10 psi) maka katup piringan akan terdorong
dan mengerjakan limit switch relai ,memberikan sinyal
trip ke PMT primer dan sekunder, serta sinyal ke panel
kontrol pressure relief device dan bel/klakson bunyi.

Fire protection Indikasi menunjukan ada gangguan fire protection trafo


operated trip bekerja, yaitu indikasi ada kebakaran trafo, dan PMT
trafo trip, bucholz bekerja, fire detector bekerja, maka
pemadam api memberikan sinyal untuk mengerjakan
sistem pemadam api bekerja yaitu membuang sebagian
permukaan minyak, kurang lebih 15 cm dari deksel atas,
menutup shutter, memasukan nitrogen bertekanan dan
mengaduk minyak di dalam tangki trafo, yang akhirnya
api yang berkobar dapat padam.dan mengirim sinyal ke
panel kontrol pemadam atau panel kontrol fire protection
operated bel bunyi.

Circuit breaker 20 kV Indikasi ini menunjukan bahwa pada kubikel 20 kV ada


open yang trip, PMT yang trip tersebut memberikan sinyal ke
panel kontrol circuit breaker 20 kV open bel bunyi.

DC supply failure Indikasi menunjukan ada saklar DC 110 V panel kontrol


atau proteksi pada panel trafo trip, dan kontak bantu
saklar DC tersebut memberikan sinyal DC supply failure
dan bel berbunyi

Main protection Indikasi ini menunjukan relai utama pengaman trafo


operated (diferensial) bekerja, sehingga kontak relai diferensial
menutup dan mengirim sinyal untuk mentripkan PMT

33
primer dan sekunder serta mengirim sinyal ke panel
kontrol Main protection operated bel /klakson berbunyi.

Back up protection Indikasi ini menunjukan relai cadangan (back up)


operated pengaman trafo (OCR, REF, SBEF) bekerja, sehingga
kontak relai menutup dan mengirim sinyal untuk
mentripkan PMT primer dan sekunder serta mengirim
sinyal ke panel kontrol Back up protection operated bel/
klakson berbunyi.

Breaker failure Indikasi menunjukan relai breaker failure bekerja, kontak


operated relai breaker menutup memberi sinyal trip pada PMT dan
PMT yang lain yang satu rel (bus) dan mengirim sinyal
ke panel kontrol Breaker failure operated dan bel/klakson
berbunyi.

Healty trip 1-2 alarm Indikasi menunjukan ada gangguan sistem pemantau
rangkaian trip PMT melihat ada ketidaknormalan (coil
trip putus) dan mengirim alarm ke panel kontrol Healty
trip 1-2 alarm dan bel berbunyi

Transformer fault Indikasi menunjukan ada gangguan pada pengaman trafo


alarm stage (bucholz, suhu tinggi, permukaan minyak) dan kontak
relai tersebut mengirim sinyal alarm ke panel kontrol
Transformer fault alarm stage dan bel berbunyi.

Transformer fault Indikasi menunjukan ada gangguan pada pengaman trafo


tripping stage (bucholz, suhu tinggi, permukaan minyak, jansen, sudden
pressure) dan kontak relai tersebut mengirim sinyal trip
ke PMT primer dan sekunder dan sinyal ke panel kontrol
Transformer fault tripping stage dan bel berbunyi.

Auto reclose in Indikasi menunjukan relai recloser bekerja pada waktu

34
progress ada gangguan, kontak relai memberikan indikasi ke panel
kontrol Auto reclose in progress dan bel/klakson
berbunyi.

II.3. Strategi Pemeliharaan


Suatu sistem tenaga listrik mempunyai jumlah dan jenis peralatan instalasi
distribusi yang sangat banyak yang dihubungkan satu dengan lainnya membentuk
suatu sistem distribusi. Peralatan dengan jumlah dan jenis yang banyak itu harus
dipelihara untuk mempertahankan unjuk kerjanya.
Sehubungan dengan pemeliharaan peralatan sistem tenaga listrik pada
umumnya membutuhkan dikeluarkannya peralatan tersebut dari operasi serta
menyangkut jumlah yang sangat banyak, maka penanganannya perlu didasari
pemikiran manajemen yang baik. Dalam hal ini perlu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) dan pengendalian
(controlling) dengan baik [4].
a). Perencanaan
Perencanaan pemeliharaan peralatan distribusi tenaga listrik meliputi
koordinasi antara kebutuhan akan pemeliharaan dan kondisi (keandalan)
sistem. Dalam hal ini diupayakan agar kedua kebutuhan itu terpenuhi sebaik
mungkin.
Hasil dari perencanaan ini adalah jawdal dan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan untuk setiap peralatan antara lain :
- Setiap Peralatan Memerlukan Pemeliharaan
Petunjuk pabrik pembuat peralatan pada umumnya memberikan periode
dan jenis pemeliharaan untuk peralatan tersebut.
Dalam hal tidak ada petunjuk dari pabrik, maka pengalaman masa lalu
(Statistik kerusakan) dapat dipakai sebagai dasar perencanaan jadwal dan
jenis pemeliharaan.
- Kondisi Lokal Dimana Peralatan Tersebut Terpasang

35
Perlu dipertimbangkan, apakah ada alternatif pemasokan menghindari
pemadaman selama peralatan yang dipelihara dikeluarkan dari operasi.
- Jenis penggunaan listrik yang dipasok
Ada penggunaan listrik sebagai penggerak suatu proses yang tidak boleh
terganggu. Prosesnya hanya berhenti pada jadwal yang telah ditentukan.
Apabila tidak ada alternatif pasokan daya listrik selama pelaksanaan
pemeliharaan, maka diperlukan kompromi yang dapat diperoleh dari hasil
koordinasi.
- Hal Khusus
Ada keadaan-keadaan khusus yang menyangkut acara-acara kenegaraan yang
harus dipertimbangkan dalam perencanaan pemeliharaan. Dalam hal ini
diupayakan untuk menghindari segala sesuatu yang kemungkinan dapat
menyebabkan menurunnya keandalan atau terjadinya pemadaman, termasuk
pemeliharaan.
Hasil perencanaan pemeliharaan peralatan instalasi distribusi ini adalah
Rencana Pemeliharaan yang mencakup :
- Jenis Pemeliharaan
- Jadwal Pelaksanaan
- Keterangan lain berupa perlu/tidaknya peralatan dikeluarkan dari operasi.
- Efisiensi Pemeliharaan
b). Pengorganisasian
Rencana pemeliharaan sebagai hasil perencanaan diatas merupakan dasar
dalam pengaturan orang, alat, tugas, tanggungjawab dan wewenang untuk
terlaksananya pekerjaan pemeliharaan.
Pengorganisasian ini perlu dalam mengalokasikan sumber daya yang ada atas
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan agar dapat dimanfaatkan seefisien
dan seefektif mungkin.
- Rincian Pekerjaan Yang Harus Dilaksanakan

36
Rincian ini perlu dibuat untuk membantu kelancaran pelaksanaan sekaligus
menghindari kesalahan. Dalam hal ini tingkat rincian yang diperlukan
tergantung kesiapan yang
akan melaksanakan pekerjaan itu.
- Pembagian Pekerjaan
Kegiatan-kegiatan spesifik yang sejenis dikelompokkan dengan
memperhatikan kesamaan pelaksanaan. Diupayakan agar dalam pelaksanaan
pekerjaan, tidak ada seseorang yang berbeban terlalu berat atau terlalu ringan
serta tidak ada yang dibebani pekerjaan diluar kemampuannya.
- Mengalokasikan sumber Daya
'Who does what' disusun agar seluruh tahapan pekerjaan terlaksana dengan
baik atau tidak terjadi saling mengelak diantara personil untuk melaksanakan
suatu pekerjaan.
Pengalokasian personil ini harus mempertimbangkan :
• Kemampuan masing-masing personil
• Beban kerja yang menjadi tanggung jawab masing-masing personil.
• Urutan tahapan pekerjaan.
Peralatan yang diperlukan untuk tiap tahapan pekerjaan diinventarisir dengan
jumlah yang memadai. Tidak lengkapnya peralatan, selain mengakibatkan
waktu pelaksanaan lebih panjang juga mutu pekerjaan yang lebih rencah.
Demikian juga halnya dengan material.
Dasar penyusunan yang utama adalah pengalaman dalam pelaksanaan yang
lalu.
- Koordinasi Pekerjaan
Mekanisme koordinasi harus jelas, mengingat :
• Tuntutan waktu pelaksanaan seminimum mungkin
• Menghindari kecelakaan tegangan listrik
• Menghindari gangguan
Kesalahan koordinasi dapat berakibat fatal pada instalasi bahkan jiwa personil
yang melaksanakan pekerjaan.

37
c). Penggerakan
Setelah ada rencana kerja, kemudian pengalokasian sumber daya, dan
selanjutnya saatnya pada pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan. Untuk
mencapai sasaran dengan baik seorang atasan / pimpinan melakukan proses
mempengaruhi kegiatan seseorang atau suatu kelompok kerja dalam usaha
melaksanakan rencana kerja yang telah disusun.
Proses ini disebut penggerakan. Pada tahap ini sumber daya manusia
merupakan salah satu penentu bagi keberhasilan pencapaian sasaran sehingga
kepemimpinan, motivasi dan komunikasi.
- Persiapan Personil
Kondisi personil harus dalam keadaan baik, mentaldan jasmani. Kesiapan
ini harus dinyatakan saat sebelum memulai pekerjaan dan masing-masing
personil menyatakan kesiapannya secara tertulis dalam blanko-blanko
yang sudah disiapkan.
Kondisi yang tidak baik (pusing, kurang tidur, letih dan lain-lain) dapat
membahayakan dirinya serta orang lain.
Selanjutnya diskusi mengenai apa yang akan dikerjakan akan sangat
membantu pelaksanakan pekerjaan.
- Persiapan Peralatan
Kondisi dan kesiapan peralatan perlu diperiksa sebelum saat pelaksanaan,
terutama yang menyangkut keselamatan jiwa seperti sabuk pengaman,
pelindung tubuh, tangga, alat uji tegangan dan lain-lain.
- Kepemimpinan dan Motivasi
Dalam rangka pelaksanaan pemeliharaan mulai dari persiapan sampai akhir
pekerjaan diperlukan proses mempengaruhi dan mengarahkan orang menuju
ke pencapaian tujuan yaitu terlaksananya pekerjaan pemeliharaan dengan
baik.
d). Pengendalian
Dalam upaya tercapainya sasaran seperti yang direncanakan, seorang atasan
atau pimpinan perlu melakukan pengendalian karena pada umumnya terjadi

38
perubahan situasi dan lingkungan serta kesalahan pada saat pelaksanaan.
Melalui pengendalian ini, penyimpangan yang terjadi dapat dideteksi sedini
mungkin sehingga tindakan koreksi dapat memperbaiki pelaksanaan. Dalam
mencapai tujuan sesuai dengan yang direncanakan, diperlukan pengendalian
agar penyimpangan dapat dideteksi sedini mungkin.
Penyimpangan dalam pelaksanaan dapat saja terjadi oleh kemungkinan-
kemungkinan:
• Adanya perubahan karena lingkungan,
• Terjadinya kesalahan karena informasi kurang jelas,
• Terjadi kesalahan karena kemampuan personil yang tidak memadai,
• Ditemukan masalah lain diluar yang sudah direncanakan.

Pemeliharaan adalah suatu rangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk


mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.

Tujuan pemeliharaan pada peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk


menjamin kontinyuitas distribusi tenaga listrik dan menjamin keandalan, antara
lain:

a. Untuk meningkatkan reliability, availability dan efficiency;

b. Memperpanjang umur peralatan;

c. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan;

d. Menigkatkan safety;

e. Mengurangi lama waktu padam akibat gangguan.

Faktor yang paling dominan dalam pemeliharaan peralatan listrik tegangan


tinggi adalah pada sistem isolasi. Atas dasar kemampuan isolasi inilah
kemampuan pengoperasian peralatan dapat ditentukan. Isolasi dapat terbuat dari
bahan padat atau cair (minyak).

39
Pemeliharaan dapat dibedakan antara pemeriksaan atau monitoring, dalam
keadaan operasi dan pemeliharaan (kalibrasi/pengujian, koreksi/resseting, serta
perbaikan) dalam keadaan padam.

Pemeriksaan atau monitoring dilaksanakan oleh operator setiap saat dengan


sisten chek list atau catatan saja. Untuk pemeliharaan harus dilaksanakan oleh
regu pemeliharaan.

Jenis Pemeliharaan

Jenis jenis pemeliharaan peralatan:

a. Predictive Maitenance (Conditional Maintenace) adalah pemeliharaan


yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik,
apakah dan kapan peralatan tersebut mengalami kegagalan. Dengan
prediksi kondisi tersebu dapat diketahui gejala kerusakan sejak dini.
Monitor dilaksanakan pada saat trafo beroperasi dan tidak operasi.
Pemeliharaan ini sering disebut Condiotional Base Maintenance (CBM).
b. Preventive Maintenace (Time Base Maitenance) adalah pemeliharaan
yang dilakukan secara berkala sesuai jangka waktu tertentu,
Pemeliharaan ini berpedoman pada Standard tertentu (IEEE, IEC, CIGRE
dan lain-lain) atau sesuai Instruction Manual dari Pabrik. Pemeliharaan
ini sering disebut dengan Time Base Maintenace (TBM).
c. Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan
berencana pada waktu tertentu ketika peralatan mengalami kelainan atau
unjuk kerja rendah dengan tujuan untuk mengembalikan ke kondisi
semula. Pemeliharaan disertai dengan perbaikan, penggantian part atau
bagian yang rusak atau kurang berfungsi untuk penyempurnaan instalasi.
Pemeliharaan ini biasa disebut dengan Corrective Maintenace.
d. Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk
memperbaiki kerusakan dengan waktu tidak tertentu dan bersifat darurat.

40
Selain itu ada beberapa faktor berikut yang akan mempengaruhi waktu untuk
inspeksi:
1) Skedul shutdown (turn around).
2) Emergency Shutdown.
3) Kondisi tidak normal atau tidak biasa.
4) Terjadi gangguan pada penyulang atau bus.
5) Kondisi atmosfir yang ekstrim seperti: panas, dingin, heavy cold, rain,
snow high wind, fog, smog, salt spray, high humidity, perubahan
temperatur yang tidak biasa dan lain-lain.
6) Persyaratan dan jadwal pemeliharaan.
Inspeksi sebagian mungkin saja dilakukan jika bagian lain tidak
diperbolehkan untuk tidak beroperasi. Pemeliharaan harian dilakukan
dengan cara visual karena kondisi kubikel dalam kondisi beroprasi.

Pemeliharaan Switchgear 6,6 dan 20 kV


Pemeliharaan yang dilakukan untuk switchgear 6,6 dan 20 kV meliputi
pemeliharaan preventive, predictive, dan corrective. Untuk item
pemeliharaannya seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Pemeliharaan Switcgear 6,6 dan 20 kV
Jenis Pemeliharaan Periode Pemeliharaan
No Kegiatan Kondisi Peralatan Peralatan Kerja
Preventive Predictive Corrective Harian Mingguan Bulanan Tahunan
Glass Cleaner,Toolset, Multitester,
1 Pemeriksaan Kebersihan Panel dan Ruangan √ √ √ √ √ ON
Flashight, Majun
2 Pemeriksaaan Suhu Ruangan √ √ √ √ √ ON Thermogun
3 Pemeriksaan Lampu Indikator Panel √ √ √ √ ON Toolset, Multitester
4 Pemeriksaan Visual Metering Panel √ √ √ √ ON Toolset, Multitester
5 Pemeriksaan Visual Rele √ √ √ √ ON Toolset, Multitester
6 Pemeriksaan Visual Grounding √ √ √ √ ON Toolset, Multitester
7 Pemeriksaan Visual indikator mekanis panel √ √ √ √ ON Toolset, Multitester
8 Pemeriksaan kondisi batere dan UPS √ √ √ √ ON Toolset, Multitester
9 Pengecekan Instrument & control switch contact √ √ √ ON Toolset, Multitester
10 Pengecekan Space heater and thermostat √ √ √ ON Toolset, Multitester
11 Pengecekan Protective Relay alarm dan fault record √ √ √ ON Toolset, Multitester
Pengecekan Protective Relay parameter dan protection
12 √ √ √ OFF Toolset, Multitester
setting
13 Pemeriksaan tahanan grounding panel √ √ √ OFF Toolset, Multitester, Megger,
Toolset, Multitester, Cable Roll,
14 Pemeriksaan Korona √ √ √ OFF Thermovision/Ultrasonic corona
test, Flashight, Majun
Toolset, Multitester, Megger,
15 Pemeriksaan Kerempakan Breaker √ √ √ OFF
Flashight, Majun
16 Pemeriksaan Tahanan antar fasa pada breaker √ √ √ OFF Toolset, Multitester, Megger,

Prosedur Inspeksi dan Pengujian


Prosedur yang akan dilaksanakan untuk inspeksi dan pengujian adalah sebagai
berikut:
1. Pengamatan fisik, kondisi electrical, and mechanical termasuk adanya
moisture atau corona.
2. Verifikasi ukuran fuse dan atau Breaker dan jenis sesuai dengan gambar dan
study koordinasi.

41
3. Verifikasi bahwa perbandingan trafo arus dan trafo tegangan sesuai dengan
gambar.
4. Yakinkan bahwa operasi dan urutannya benar pada sistem electrical dan
mechanical interlock.
5. Amati isolasi terhadap adanya kerusakan fisik atau permukaan yang
terkontaminasi.
6. Amati perlengkapan indikasi mekanis dapat bekerja dengan benar.
7. Lakukan inspeksi visual dan mekanikal untuk trafo instrument.
8. Inspeksi keseluruhan Switchgear.
(1) Amati kerusakan fisik, isolasi pecah/retak, kabel yang rusak, kekencangan
koneksi, kerusakan pada kawat dan seluruh kondisi umum lainnya.
(2) Verifikasi bahwa rating fuse di isisi primer dan sekunder atau CB/Fuse
sesuai dengan gambar.
(3) Verifikasi fungsi dari alat pemisah draw-out dan kontak pentanahan dan
interlocks.

Electrical Tests
Electrical Tests yang dilakukan sebagai berikut:
1. Lakukan pengujian listrik terhadap trafo instrument (pengukuran).
2. Lakukan pengujian resistance terhadap tanah.
3. Lakukan pengukuran resistance melalui koneksi baut dengan menggunakan
ohmmeter tahanan rendah..
4. Lakukan pengujian tahanan isolasi pada masing-masing bagian rel (bus)
terhadap fasa ke fasa dan fasa ke tanah,
5. Lakukan pengujian tegangan lebih pada masing-masing seksi rel terhadap
tanah dengan fasa yang diuji tidak ditanahkan,
6. Lakukan pengujian tahanan isolasi pada kabel penghantar kontrol terhadap
tanah.
7. Lakukan pengujian fungsi sistem.

Pemeliharaan Trafo Tenaga


Pemeliharaan trafo yang berupa monitoring dan dilakukan sesuai dengan
jadwal pemeliharaannya (Trafo besar, sedang dan kecil).

42
Tabel 2.4. Daftar Pemeliharaan Trafo Mingguan

No. Peralatan/Komponen yang Cara Pelaksanaan


Diperiksa

1 Tangki, radiator, pipa-pipa, Periksa apakah ada


katup-katup, sumbat kebocoran minyak.

2 Kipas-kipas pendingin, Pompa Periksa apakah ada suara-


Minyak, Lemari Kontrol suara atau bau yang tidak
normal.

3 Terminal utama, rel, terminal Periksa apakah ada benda


kabel, jumper-wire asing/binatang didekatnya.

4 Indikator tinggi minyak Periksa tinggi permukaan


minyak pada tangki utama
dan konservator

5 Bushing Periksa apakah ada yang


retak, kotor, pecah dan
kebocoran minyak.

6 Kipas pendingin, motor pompa Periksa apakah kipas


sirkulasi dan radiator pendingin masih bekerja
sesuai setting, indikator
pompa sirkulasi apakah
masih menunjukkan aliran
minyak dengan sempurna
dan apakah ada karat pada

43
sirip radiator.

7 Sumber arus searah (DC) dan Periksa sumber arus AC/ DC


arus bolak-balik (AC) apakah saklar dalam posisi
’on’ dan MCB ’on’ dalam
posisi sempurna.

8 Pemadam Kebakaran Periksa tekanan botol


pemadam CO2, BCF dan
tekanan nitrogen pada sistem
alat pemadam

9 Suhu minyak dan kumparan Periksa indikator suhu


trafo minyak dan kumparan trafo

10 Beban trafo Periksa beban trafo

11 Lemari kontrol dan proteksi Periksa kondisi dan


bersihkan bila kotor

12 Tekanan Nitrogen (Trafo tanpa Periksa tekanan gas Nitrogen


konservator)

Tabel 2.5 Daftar Pemeliharaan Trafo bulanan

No. Peralatan/Komponen yang Cara Pelaksanaan

44
Diperiksa

1 Lemari kontrol / Proteksi dan Periksa lemari kontrol/proteksi


box kontrol serta Marshalling dan box kontrol serta MK dari
Kiosk. karat, kotoran/ bangkai,
binatang, benda asing

2 Silica gel dan sistem pernapasan Periksa warna silikagel pada


sistem pernapasan trafo apakah
masih berwarna biru dan mulut
pernapasan terendam minyak.

3 Kerja OLTC Periksa jumlah kerja OLTC


apakah sudah perlu
penggantian minyak, atau
minyak OLTC sudah kotor.

Tabel 2.6 Daftar Pemeliharaan Trafo Tahunan

No. Peralatan/Komponen yang Cara Pelaksanaan


Diperiksa

Bersihkan dan periksa adanya


1 Diafragma
kebocoran

Lakukan uji fungsi bagi yang ada


rangkaian elektrik

Periksa rangkaian sistem


2 Tahanan pentanahan dan
pentanahan dan ukur nilai tahanan
tahanan tanah

45
pentanahan serta tahanan tanah.

Apabila ada baut yang kendor,


kencangkan. Apabila tahanan
pentanahan berubah, perbaiki.

3 Ratio belitan trafo Ukur ratio belitan trafo apakah ada


perubahan

4 Kekuatan dielektrik minyak Uji kekuatan dielektrik minyak


trafo trafo, sesuai standar yang
dipergunakan.

5 Kadar asam dalam minyak Uji kadar asam dalam minyak


trafo (Acidity) apakah memenuhi standar.

6 Kekentalan minyak Uji kekentalan minyak apakah


(Viscoscity) masih sesuai standar.

7 Kadar air dalam minyak trafo Uji kekentalan minyak apakah


(Water Content) masih sesuai standar.

8 Warna Minyak Uji warna minyak apakah masih


sesuai standar.

9 Kandungan Gas dalam Minyak Uji kandungan gas dalam minyak


menggunakan DGA, apakah masih
sesuai standar.

Bersihkan terminal dari debu,


10 Peralatan pengaman trafo

46
(Bucholz, Sudden Pressure, karat, oksidasi dan beri vet.
Relai Suhu, Jensen)
Periksa seal pada lobang kabel.

Bersihkan rongga tempat


sambungan kabel dari socket
Sudden Pressure dan seal pada
lobang kabel.

Uji fungsi alarm dan trip.

11 Body, Bushing trafo Bersihkan dari debu, kotoran,


karat.

12 Roda gigi OLTC Periksa,kencangkan mur baut, beri


pelumas bila perlu.

13 Baut terminal, baut bushing, Bersihkan dan kencangkan.


baut body dan baut
pentanahan.

14 Spark gap, bushing primer dan Periksa baut dan jarak spark gap.
sekunder Bila kendor kencangkan, bila jarak
tidak sesuai perbaiki.

15 Baut terminal pada panel Periksa baut terminal dari panel


kontrol dan proteksi kontrol dan proteksi, apabila ada
yang kendor agar dikencangkan.

Ukur tahanan isolasi dan IP dari


16 Tahanan isolasi, Kontrol
trafo.
mekanik, limit switch,

47
indikator dari OLTC Uji kontrol, limit switch apakah
bekerja normal dan indikator
OLTC sesuai dengan posisinya.

17 Tegangan tembus minyak Uji tegangan tembus minyak


apakah masih sesuai standar.

Periksa pondasi apakah ada


18 Pondasi
keretakan atau perubahan
kedudukan trafo

Periksa apakah isolasi antara


tangki terhadap tanah masih baik
(trafo memakai pengaman tangki).

PENGUJIAN TRAFO

Pengukuran Tahanan Isolasi Trafo

Pengukuran tahanan isolasi adalah suatau proses pengukuran dengan suatu


alat ukur insulation tester (Megger) untuk memperoleh hasil atau besaran atau
nilai tahanan isolasi belitan yang bertegangan dengan body atau case, maupun
antara belitan primer dengan sekunder dan tertier (bila ada).

Tujuan pengukuran tahanan isolasi adalag untuk mengetahui besarnya


kebocoran arus yang terjadi pada kumparan primer, sekunder maupun tertier.
Pengukuran tahanan isolasi digunakan untuk mengetahui aman atau tidaknya
suatu trafo untuk diberi tegangan. Kebocoran arus yang memenuhi ketentuan
akan memberi jaminan bagi trafo terhindar dari kegagalan isolasi.

Pelaksanaan Pengukuran

Tahanan isolasi yang harus diukur adalah antara :

48
1. Kumparan primer dengan kumparan sekunder
2. Kumparan Primer ke tanah
3. Kumparan Sekunder ke tanah
Langkah pengukuran adalah sebagai berikut:

1. Lepas konduktor pada terminal bushing primer, sekunder dan pentanahan


titik netral trafo
2. Hubung singkatkan semua terminal bushing sisi primer (R, S, T, N)
3. Hubung singkatkan semua terminal bushing sisi sekunder (r, s, t, n)
4. Buat rangkaian seperti gambar untuk pengukuaran Primer - Sekunder

a A
b N B
c C
n
n

5. Buat rangkaian pengukuran seperti gambar dibawah untuk pengukuran


Primer ke tanah

A
a N
b B
c C
n
n

6. Buat rangkaian pengukuran seperti gambar dibawah untuk pengukuran


Sekunder ke tanah

49
a A
b N
B
c C
n
n

Untuk masing–masing pengukuran lakukan selama 10 menit, catat hasil


pengukuran yang ditunjuk oleh alat ukur setelah pada menit ke-1 (pertama)
dan hasil pengukuran pada menit ke-10 (kesepuluh).

Untuk keamanan, buang muatan yang tersisa didalam kumparan primer


ataupun sekunder dengan cara menghubungsingkatkan terminal bushing 20kV
dan 6,6kV ke ground/body trafo menggunakan kabel berisolasi.

Dari hasil pengukuran hitung Indek Polaritas (IP) untuk masing-masing


pengukuran. IP dihitung dengan cara membagi hasil pengukuran pada menit
ke-10 (sepuluh) dengan hasil pengukuran selama pada menit ke-1 (pertama).

IP = M (10) / M (1)

Interprestasi hasil pengukuran IP dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.7 Index Polarisasi

No Index Polarisasi (IP) Kondisi

1 <1,00 Berbahaya

2 1,00 – 1,10 Jelek

3 1,10 – 1,25 Dipertanyakan

50
4 1,25 – 2,00 Baik

5 >2,00 Sangat Baik

Pengukuran Tahanan Pentanahan

Pengukuran tahanan pentanahan dibagi dalam dua bagian yaitu:

 Pengukuran tahanan NGR


 Pengukuran tahanan tanah

Langkah Pengukuran tahanan NGR

 Buka konduktor pada terminal bushing 6,6 kV NGR dan terminal


pentanahan, kemudian bersihkan terminal tersebut.
 Ukur tahanan dari NGR seperti pada rangkaian gambar berikut.
 Bandingkan hasil pengukuran dengan nilai NGR pada name plate.

FLUKE
NGR
40

Gambar 2.27 Pengukuran NGR

Pengukuran Tahanan Tanah

51
Pentanahan peralatan dan pentanahan sistem tenaga listrik dipengaruhi oleh
tahanan tanah di area tersebut. Sistem pentanahan di switchgear biasanya di
buat dalam sistem mesh untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang sekecil
mungkin. Tahanan tanah ditentukan oleh kondisi tanah itu sendiri. Tanah
kering, berbatu nilai tahanan tanhnya akan lebih besar dibanding tanah basah.

Langkah Pengukuran Tahanan Pentanahan (berdasarkan alat ukur Kyoritsu)

1. Peralatan yang akan diukur Tahanan pentanahannya harus bebas tegangan,


yaitu jika kita akan mengukur Tahanan Pentanahan titik Netral Trafo /
Solid Grounding, NGR, CT dan VT
2. Lepaskan terminal pentanhan dengan peralatan
3. Bersihkan ujung pentanahannya dan terminalnya
4. Lakukan pengukuran nilai tahanan peralatan dengan langkah sbb:
a. Hubungkan kabel alat ukur (Terminal E) ke terminal pentanahan
b. Hubungkan kabel alat ukur (Terminal C) ketanah dengan jarak 5 – 10
meter dari alat ukur dengan nggunakan road yang ditancapkan
c. Hubungkan kabel alat ukur (Terminal P) ketanah dengan jarak 5 –10
meter antara ujung kabel kuning dengan ujung kabel merah dengan
memakai road yang ditancapkan ketanah.
5. Nilai pentanahan peralatan yang diukur dan kedua elektroda tersebut harus
berada pada suatu garis lurus (segaris).
6. Operasikan alat ukur dengan memeriksa batere dari alat tersebut
7. Putar selector tahanan untuk melihat nilai tahanan peralatan dengan
menjaga jarum pada galvanometer tetap ditengah.
8. Amati hasil pengujian masukkan dalam test report sebanyak 3 kali kearah
lain hasil akhir adalah rata-rata dari total pengukuran tersebut.
9. Pengukuran selesai,lanjutkan dengan penyambungan kembali pentanahan
keterminal yang kita lepas.
10. Kembalikan alat-alat yang telah dipakai seperti semula.

52
Pengukuran Tangen 

Pengukuran tangen delta, pada prinsipnya addalah mengukur arus bocor


kapasitif pada transformator. Trafo dianggap sebagai kapasitor murni. Pada
kapasitor, apabila dialiri arus bolak-balik (AC) maka arus akan mendahului
tegangan sebesar 90o.

Ic = ώ C V.

Oleh karena kehilangan daya dielektrik, sudut arus mendahului tegangan tidak
lagi 90 derajat. Faktor daya dari kapasitor adalah cos . Dan  adalah sudut
fasa dari kapasitor.

Sudut kehilangan daya (loss angle) adalah  = 90 – . Sehingga faktor daya


bisa ditulis sebagai sin .

Kehilangan daya karena kapasitor yang tidak sempurna besarnya adalah :

PD = V I cos  = V I sin .

Komponen kapasitor yang tidak sempurna besarnya adalah Ic = I cos  = I ώ


C V. Sehingga

PD = V2 ώ C tan 

Rangkaian Pengukuran

Rangkaian pengukuran tangent delta ada bebarapa macam

 Test mode UST (CHL) obyek uji tidak diketanahkan

 Test mode GHT (CHG) obyek uji diketanahkan

 Test mode GHTg (CHG) obyek terhadap guard

53
Tabel 2.8 Pengukuran pada trafo dengan 2 kumparan

Test Mode C yang diukur

UST A CHL

UST B CHL

UST A+ B CHL

GST A + B CHL + CHG

GSTg A CHG

GSTg B CHL + CHG

GSTg A + B CHG

UST = Ungrounded Specimen Test

= CHL1 + CHL2 +CHL3

GST = Grounded Specimen Test

= CUST + CHE1 + CHE2 +CHE3

GSTg = Grounded Specimen Test with Guard

= CHE1 + CHE2 +CHE3

Keterangan :

C = Capacitance

H = High Voltage

L = Low Voltage

54
1-3 = fasa

E = Ground

Tabel 2.9 Hasil Pengukuran Tangen Delta

Hasil Uji Kondisi

< 0.5% Bagus

 0.5 % - 0.7 % Mengalami Penurunan

 0.7 % - 1.0 % dan naik Perlu Diperiksa

 1.0 % Jelek

Pengujian Kekuatan Dielektrika dan Kualitas Minyak Standar

Tujuan pengujian adalah untuk mengukur kemampuan minyak trafo


mengisolasi tegangan. Umur trafo sangat ditentukan oleh umur sistem
isolasinya, oleh karena itu adalah sangat penting memelihara minyak trafo
sebagai salah satu media isolasi trafo. Untuk menentukan jenis pemeliharaan
minyak trafo, perlu diketahui kondisi dari minyak trafo tersebut. Pengujian
minyak trafo bertujuan mengetahui kondisi minyak trafo tersebut. Selain
kondisi minyak trafo, dari hasil pengujian dapat diketahui kondisi dari trafo
itu sendiri.

Beberapa macam pengujian diperlukan untuk mengetahui kondisi minyak


trafo tersebut diantaranya :

 Tegangan tembus

55
 Kandungan air
 Tegangan permukaan
 Spesific resistance
 Keasaman
 Viscosity
 Flash point
 Pour point
 Density
 Sludge
 Ash content

Beberapa pengujian harus dilakukan di laboratorium, satu mata uji yang bisa
dan biasa dilakukan di lapangan adalah pengujian tegangan tembus. Pengujian
yang lain biasa disebut dengan Standard Quality Oil Test.

Batasan hasil pengujian minyak standard adalah sebagai berikut :

Tabel 2.10 Hasil Tes Pengujian Minyak


Sifat Minyak Isolasi Satuan Spesifikasi Metode Uji

Kejernihan (Appearance) - Jernih IEC 296

Massa jenis (density) 20o C g/cm3 ≤ 0,895 IEC 296

Viscositas kinematik
(kinematic viscosity) :

20o C cSt ≤ 25 IEC 296

-15o C cSt - IEC 296

-30o C cSt ≤ 1800 IEC 296


o
Titik nyala (Flash point) C ≥ 130 IEC 296A

56
o
Titik tuang (Pour point) C ≤ - 40 IEC 296

Angka kenetralan mg KOH/g < 0,03 IEC 296


(neutralization number)

Kandungan air (Water ppm <25 ISO 760-1978 (E)


content)

Tegangan tembus (Breakdown kV/2,5 mm ≥ 50 IEC 156 & IEC


Voltage) 296

Faktor kebocoran dielektrik - ≤ 0,05 IEC 250


(Dielectric Dissipation factor)

Stabilitas oksidasi (Oxydation IEC 474 & 74


stability)

- Kenetralan mg KOH ≤ 0,40

- Kotoran % ≤ 0,10

Pengujian Tegangan Tembus (Breakdown Voltage)

Pengujian tegangan tembus adalah pengujian minyak trafo dengan memberi


tegangan pada frekwensi sistem. Dua elektroda dipasang pada jarak tertentu
(2,5 mm) dan diberi tegangan secara bertahap dari rendah ke tinggi sampai
minyak trafo mengalami flash over.

Agar hasil pengujian akurat, beberapa persyaratan harus dipenuhi misalkan :

Pengambilan sampel harus mengikuti prosedur, wadah sampel harus bersih,


tidak basah. Sampel tidak boleh terkena tangan. Wadah untuk mengambil
sampel harus berwarna gelap dan lain-lain. Pengujian untuk satu sampel
dilaksanakan beberapa kali ( 5 kali) dan hasilnya diambil rata-rata. Dalam satu
trafo diambil dua sampel, minyak bagian atas dan bagian bawah trafo.

57
Standard hasil pengujian adalah sbb:

Tabel 2.11Tabel Tegangan Tembus/Breakdown Voltage Sesuai IEC 156

Tegangan Operasi Trafo (kV) Jarak Gap (mm) Nilai Minimum


(kV)

Un ≤ 36 2,5 30

36 < Un ≤ 70 2,5 35

70 < Un ≤ 170 2,5 40

170 < Un 2,5 45

Standard yang biasa digunakan di lapangan adalah untuk trafo yang sudah
dipakai adalah 40 kV / 2,5 mm dan minyak baru adalah 50 kV / 2,5 mm.

OIL TREATMENT

Apabila hasil pengujian tidak memenuhi standard, minyak bisa ditreatment


dengan menggunakan Oil Perification. Peralatan ini mempunyai beberapa
tahap perlakuan (treatment) diantaranya :

1. Filtering
Menggunakan filter yang berfungsi untuk menyaring material asing yang
ada dalam minyak, misalkan sobekan kertas selulosa, rontokan cat,
bangkai ular, bangkai burung, bangkai biawak, tusuk gigi, bungkus nasi,
buku manual dan lain-lain.

2. Pemanasan
Menggunakan heater dengan tujuan untuk membuang air yang
terkandung dalam minyak trafo. Minyak trafo dipanaskan sehingga

58
mencapai suhu 70o – 80oC. Diharapkan air yang terkandung pada minyak
trafo dapat menguap dan terpisah dari minyak trafo. Tetapi secara teori
dan kenyataan lapangan, air baru akan menguap pada suhu 100oC pada
tekanan 1 atm. Menaikkan suhu sampai suhu mencapai 100oC atau lebih
berkemungkinan dapat menyebabkan minyak atau peralatan oil
purification rusak. Untuk itu diperlukan satu proses lagi yaitu vacuum.

3. Vacuum

Pada tekanan kurang 1 atm, dengan suhu dibawah 100oC, air sdh bisa
berubah menjadi uap dan terpisah dengan minyak trafo.

4. Sentrifugal

Proses ini dilakukan dengan cara memutar minyak trafo dalam satu
wadah. Diharapkan material yang berat jenisnya lebih berat dari minyak
trafo, misalkan beram tembaga, lumpur, karat dan lain-lain, bisa
terkumpul di tengah wadah sehingga mudah dipisahkan dari minyak
trafo.

5. Fuller Earth

Proses ini bertujuan memisahkan asam yang terdapat dalam minyak trafo.
Cara kerjanya adalah material fuller earth akan mengikat asam yang ada
dalam minyak trafo seperti halnya silica gel mengikat air/uap air dari
udara.

Pengukuran DGA

Suatu analisa secara kualitatif maupun kuantitatif gas terlarut pada minyak
isolasi trafo, untuk mengetahui dan menganalisa ketidaknormalan yang terjadi
pada bagian dalam/internal trafo. Analisa ini dilakukan dengan peralatan yang
bernama Gas Chromatograph.

Cara pelaksanaan pengukuran :

59
 Ambil sampel minyak trafo untuk diuji di laboratorium (cara dan peralatan
untuk pengambilan sampel mempunyai prosedure tertentu).
 Langkah pertama yang dilakukan di laboratorium adalah ekstrasi atau
memisahkan gas dari contoh minyak. Pemisahan gas dari minyak
menggunakan peralatan pompa vacum yang berada dalam peralatan gas
chromatographi.
 Dari hasil akstrasi ini, gas – gas terlarut akan terpisahkan dari minyak
selanjutnya akan dianalisa jenisnya.
 Gas Chromatographi dapat diartikan “ memisahkan “ dan mendeteksi
jenis- jenis gas yang telah diekstrak dari contoh minyak.
 Jenis gas yang dapat dedeteksi dengan peralatan gas chromatographi
hanya ada 9 jenis gas, terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar
(combustible gases) dan uncombustible gases (gas tidak mudah terbakar,
CO2 , N2, O2)
 Gas yang di deteksi volumenya sangat kecil, hanya part per mllion (ppm)
atau seper sejuta liter.

Tabel 2.12 Jenis Gas Terlarut pada Minyak Isolasi Trafo dan Daya Larut
Gas pada Minyak

JENIS GAS SYMBOL DAYA LARUT SIFAT

Hydrogen H2 7,0 % Combustible

Nitrogen N2 8,6 %

Carbon Monoxide CO 9,0 % Combustible

Oxygen O2 16,0 %

Methane CH4 30,0 % Combustible

Carbon Dioxide CO2 120,0 %

Etahane C2H6 280,0 % Combustible

Ethylene C2H4 280,0 % Combustible


60
Acetylene C2H2 400,0 % Combustible
INTERPRESTASI DATA

Setelah diperoleh data jenis gas yang diproduksi didalam tangki trafo, maka
untuk mengetahui jenis ketidaknormalan atau gangguan yang terjadi,
dilakukan interprestasi atas data-data tersebut.

Hasil pengujian di laboratorium dan pengalaman lapangan telah


membuktikan bahwa apabila didalam minyak isolasi trafo ditemukan
combustible gas maka dipastikan telah terjadi ketidak normalan pada trafo
tersebut.

Tabel interprestasi Kandungan Gas Terlarut yang sering digunakan dibagi


berdasarkan 4 (empat) bagian tabel, yaitu:
1. Berdasarkan jenis gas yang diproduksi
2. Berdasarkan prosentase gas kunci
3. Berdasarkan total kandungan combustable gas
4. Berdasarkan perbandingan/ratio rogers

1. INTERPRESTASI BERDASARKAN GAS DIPRODUKSI

Tabel 2.13 Interprestasi berdasarkan Gas Diproduksi

GAS TERDETEKSI INTERPRESTASI

Nitrogen dan kurang atau lebih 5 % Trafo operasi normal


Oksigen

Nitrogen dan lebih 5 % Oksigen Periksa kebocoran pada seal dan kran-kran

Nitrogen dan Carbon Dioksida, atau Trafo beroperasi dengan beban lebih atau
Karbon Monoksida atau keduanya beroperasi dengan suhu tinggi, yang
mengakibatkan isolasi kertas mengalami

61
kerusakan

Nitrogen dan Hidrgen Terjadi Corona, lektroisa air atau terdapat karat

Nitrogen, Hidrogen, Karbon Dioksida Terjadi corona pada isolasi kertas atau terjadi
dan Karbon Monoksida pembebanan lebih pada trafo

Nitrogen, Hidrogen, Methan dan sedikit Terjadi loncatan bunga api kecil (sparking)
Ethane dan Ethelene atau ada sebagian kecil minyak isolasi yang
breakdown

Nitrogen, Hidrogen, Methan dan Terjadi loncatan bunga api kecil (sparking)
Karbon Dioksida, Karbon Monoksida, atau ada sebagian kecil isolasi kertas yang
dan sedikit Hidrokarbon (sedikit rusak
acythlene tidak terdeteksi)

Nitrogen dengan Hidrogen yang tinggi, Terjadi loncatan bunga api panjang (arcing)
dan sejumlah hidrokarbon termasuk akibat detorasi minyak isolasi
Acetylene

Sama dengan diatas, ditambah dengan Sama dengan diatas, arcing juga terjadi pada
Carbon Dioksida dan Carbon isolasi kertas
Monoksida

62
2. INTERPRESTASI BERDASARKAN KANDUNGAN GAS KUNCI

Tabel 2.14 Interprestasi berdasarkan Kandungan Gas Kunci

Kondisi Trafo Gas Kunci

Arcing pada minyak isolasi Acethylene

Corona pada minyak isolasi Hydrogen

Overheating pada minyak isolasi Ethylene

Overheating pada Isolasi kertas Carbon Monoksida

3. INTERPRESTASI DATA GAS BERDASARKAN TOTAL COMBUSTABLE


GAS

Tabel 2.15 Interprestasi Data Gas berdasarkan Total Combustable Gas

Total combustible gas 0 – 500 ppm : Trafo beroperasi dengan normal

Total combustible gas 500 - 1000 ppm : Terjadi dekomposisi minyak isolasi,
kemungkinan akibat proses operasi
penuaan usia.

Total combustible gas 1000 - 2500 ppm : Terjadi dekomposisi tingkat tinggi
minyak isolasi, harus dilihat trend
kenaikannya setiap saat.

Total combustible gas > 2500 ppm : Terjadi dekomposisi sangat tinggi
minyak isolasi, trafo harus keluar
Operasi, adakan pemeriksaan detail.

63
4. INTERPRESTASI DATA GAS MENGGUNAKAN RATIO ROGERS

Tabel 2.16 Interprestasi Data Gas Menggunakan Ratio Rogers

R2 R1 R5 Suggested Fault Diagnosis


CASE
(Diagnosa gangguan yang
(KASUS) C2H2/C2H4 CH4/CH2 C2H4/C2H6 diperkirakan)

> 0.1 Unit normal


1 < 0.1 < 0.1
< 1.0 (Normal)

Low energi density arcing -


Partial discharge (corona)
2 < 0.1 < 0.1 < 0.1 (Energi kepadatan busur api
rendah- telah terjadi korona dgn
kapasitas rendah)

Arching - high density


discharges
3 0.1 s/d 3.0 0.1 s/d 1.0 >3 (terjadi busur api dengan
kepadatan pelepasan yang
tinggi)

Low temperature thermal over


> 0.1 heating (mengalami pemanasan
4 < 0,1 1.0 s/d 3.0
< 1.0 berlebih tapi tidak terlalu
signifikan)

High tempertaure thermal


overheating - less than 700°C
5 > 0.1 > 0.1 1.0 s/d 3.0
(mengalami pemanasan berlebih
s.d. 700°C)

High tempertaure thermal


overheating - more than 700°C
6 > 0.1 > 0.1 > 3.0
(mengalami pemanasan lebih
diatas 700°C)

64
Jadwal Pemeliharaan
Untuk pemeliharaan listrik yang meliputi 21 peralatan instalasi distribusi
menggunakan tenaga kerja dari PT Terminal Teluk Lamong sejumlah 3 orang
yang terdiri dari 1 orang supervisor dan 2 orang teknisi. Tenaga kerja untuk
pemeliharaan dari PT Terminal Teluk Lamong dikarenakan untuk meningkatkan
kehandalan peralatan secara tepat, cepat, efisien dan handal juga untuk
menambah knowledge skill dari masing-masing teknisi. Jadwal pemeliharaan
Preventive Maintenance dan Predictive Maintenance termasuk juga jumlah
personil untuk pemeliharaan seperti pada tabel 2.17, 2.18, 2.19.
Tabel 2.17 Jumlah Personil Pemeliharaan
Waktu Pemeliharaan Jumlah Personil
No Kegiatan
PM PDM Supervisor Teknisi
1 Panel HVS 1 05/01/2015 05/01/2016 1 2
2 Panel HVS 2 06/01/2015 06/01/2016 1 2
3 Panel HVS 3 07/01/2015 07/01/2016 1 2
4 Panel HVS 31 08/01/2015 08/01/2016 1 2
5 Panel MVS 31 09/01/2015 09/01/2016 1 2
6 Panel HVS 41 12/01/2015 12/01/2016 1 2
7 Panel MVS 41 13/01/2015 13/01/2016 1 2
8 Trafo LVS 11 14/01/2015 14/01/2016 1 2
9 Trafo LVS 11 15/01/2015 15/01/2016 1 2
10 Trafo LVS 21 16/01/2015 16/01/2016 1 2
11 Trafo LVS 22 19/01/2015 19/01/2016 1 2
12 Trafo LVS 23 20/01/2015 20/01/2016 1 2
13 Trafo LVS 32 21/01/2015 21/01/2016 1 2
14 Trafo MVS 31 22/01/2015 22/01/2016 1 2
15 Trafo EMG MVS 3 23/01/2015 23/01/2016 1 2
16 Trafo LVS 31 A1 26/01/2015 26/01/2016 1 2
17 Trafo LVS 31 A2 27/01/2015 27/01/2016 1 2
18 Trafo LVS 31 B1 28/01/2015 28/01/2016 1 2
19 Trafo LVS 31 B2 29/01/2015 29/01/2016 1 2
20 Trafo MVS 41 30/01/2015 30/01/2016 1 2
21 Trafo LVS 41 02/02/2015 02/02/2016 1 2

65
Tabel 2.18 Jadwal Preventive Maintenance
Preventive Maintenance (Bulanan)
No Kegiatan
05/01/2015 06/01/2015 07/01/2015 08/01/2015 09/01/2015 12/01/2015 13/01/2015 14/01/2015 15/01/2015 16/01/2015 19/01/2015 20/01/2015 21/01/2015 22/01/2015 23/01/2015 26/01/2015 27/01/2015 28/01/2015 29/01/2015 30/01/2015 02/02/2015
1 Panel HVS 1
2 Panel HVS 2
3 Panel HVS 3
4 Panel HVS 31
5 Panel MVS 31
6 Panel HVS 41
7 Panel MVS 41
8 Trafo LVS 11
9 Trafo LVS 11
10 Trafo LVS 21
11 Trafo LVS 22
12 Trafo LVS 23
13 Trafo LVS 32
14 Trafo MVS 31
15 Trafo EMG MVS 3
16 Trafo LVS 31 A1
17 Trafo LVS 31 A2
18 Trafo LVS 31 B1
19 Trafo LVS 31 B2
20 Trafo MVS 41
21 Trafo LVS 41
64

Tabel 2.19 Jadwal Predictive Maintenance


Predictive Maintenance (Tahunan)
No Kegiatan
05/01/2016 06/01/2016 07/01/2016 08/01/2016 09/01/2016 12/01/2016 13/01/2016 14/01/2016 15/01/2016 16/01/2016 19/01/2016 20/01/2016 21/01/2016 22/01/2016 23/01/2016 26/01/2016 27/01/2016 28/01/2016 29/01/2016 30/01/2016 02/02/2016
1 Panel HVS 1
2 Panel HVS 2
3 Panel HVS 3
4 Panel HVS 31
5 Panel MVS 31
6 Panel HVS 41
7 Panel MVS 41
8 Trafo LVS 11
9 Trafo LVS 11
10 Trafo LVS 21
11 Trafo LVS 22
12 Trafo LVS 23
13 Trafo LVS 32
14 Trafo MVS 31
15 Trafo EMG MVS 3
16 Trafo LVS 31 A1
17 Trafo LVS 31 A2
18 Trafo LVS 31 B1
19 Trafo LVS 31 B2
20 Trafo MVS 41
21 Trafo LVS 41

1
Analisa Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) dan Cost Benefit
Kebutuhan SDM untuk pemeliharaan listrik di PT Teluk Lamong
menggunakan SDM pemeliharaan peralatan yang ada di PT Terminal Teluk
Lamong. Kondisi personil yang ada di Terminal Teluk Lamong untuk
pemeliharaan saat ini yaitu satu orang supervisor dengan empat orang teknisi.
Hal ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan personil pemeliharaan
peralatan listrik di PT Teluk Lamong. Untuk jumlah personil pemeliharaan
dengan jumlah jam efektif setiap minggu sperti tabel 2.20.
Tabel 2.20 Jumlah Personil Pemeliharaan di PT Terminal Teluk Lamong

Jumlah Jumlah Peralatan Yang Jumlah Rencana Jam


No
Personil Dipelihara Pemeliharaan (Per Minggu)
1 1 Supervisor 21 Peralatan Instalasi Distribusi 30 Jam
2 4 Teknisi 21 Peralatan Instalasi Distribusi 30 Jam

Jika pemeliharaan dilakukan dengan tenaga SDM dari pihak Teluk Lamong,
maka diperlukan investasi untuk tools dan material seperti pada tabel 2.21
berikut.
Tabel 2.21 Kebutuhan Tools dan Material Untuk Preventive
Maintenance

I. KEBUTUHAN TOOL
No TOOL JUMLAH HARGA SATUAN JUMLAH HARGA
1 Toolset 2 725.000 1.450.000
2 Safety Glass 5 34.450 172.250
3 Multitester dan Clamp Ampere 2 5.050.000 10.100.000
4 Testpen 5 30.000 150.000
5 Sarung Tangan Karet (20 kV) 2 635.000 1.270.000
6 Helmet 5 61.750 308.750
7 Safety Shoes 5 325.000 1.625.000
8 Stick Grounding 1 10.320.000 10.320.000
9 Insulation tester 1 9.400.000 9.400.000
10 Thermogun 2 3.100.000 6.200.000
11 Cable Roll 2 726.750 1.453.500
12 Flash Light 5 625.000 3.125.000

65
13 Ear Plug (set) 5 9.750 48.750
14 Masker 5 38.000 190.000
15 Earth tester 1 2.700.000 2.700.000
TOTAL I 48.513.250
II. KEBUTUHAN MATERIAL PER BULAN
No MATERIAL JUMLAH HARGA SATUAN JUMLAH HARGA
1 Majun (kg) 11 16.000 176.000
2 Glass Cleaner (can) 2 4.000 8.000
3 Contact Cleaner (can) 2 60.000 120.000
4 Sarung Tangan Katun (set) 8 64.800 518.400
5 Rust Penetran (Can) 2 47.500 95.000
TOTAL II PERBULAN 917.400
TOTAL II PER TAHUN 11.008.800
TOTAL HARGA I DAN II TAHUN PERTAMA INVESTASI 59.522.050

Apabila pemeliharaan peralatan instalasi listrik distribusi dikontrakkan kepada


pihak ke-3 (sumber vendor) maka jumlah biayanya seperti pada tabel 2.22
berikut.
Tabel 2.22 Kontrak Pemeliharaan dengan Pihak Ke-3
Jumlah
Harga Jumlah Harga
Harga /
No Uraian Satuan Vol Satuan / 5 Tahun
Tahun
Rp Rp Rp
I Biaya Personil
1. Supervisor Senior Man / Month 1 9.000.000 108.000.000 540.000.000
2. Supervisor Man / Month 1 7.500.000 90.000.000 450.000.000
3. Teknisi Senior Listrik Man / Month 1 6.500.000 78.000.000 390.000.000
4. Teknisi Listrik Man / Month 1 5.500.000 66.000.000 330.000.000
Jumlah Biaya Personil Man / Month 342.000.000 1.710.000.000

II Biaya Consumable Parts


Majun Ls/Tahun 1 2.500.000 2.500.000 12.500.000
Glass Cleaner Ls/Tahun 1 300.000 300.000 1.500.000
Contact Cleaner Ls/Tahun 1 2.500.000 2.500.000 12.500.000
Sarung Tangan Katun Ls/Tahun 1 8.000.000 8.000.000 40.000.000
Rust Penetran Ls/Tahun 1 2.500.000 2.500.000 12.500.000
Silica Gel Ls/Tahun 1 6.000.000 6.000.000 30.000.000
Jumlah Biaya Consumable Part Ls/Tahun 19.000.000 95.000.000

III Biaya Tools


Sewa Tools Ls 1 40.000.000 40.000.000 200.000.000
Sewa Oil Analysis Ls 1 50.000.000 50.000.000 250.000.000
Jumlah Biaya Tools Ls 90.000.000 450.000.000

IV Biaya Lain-lain
1. Biaya Sewa Kantor & Container
Ls/Bulan 1 4.000.000 48.000.000 240.000.000
Room Untuk Gudang dan
2. Sewa Kendaraan Unit/Bulan 1 3.000.000 36.000.000 180.000.000
3. Biaya Radio Komunikasi Unit/Bulan 4 200.000 9.600.000 48.000.000
4. Dokumentasi dan Pelaporan Ls/Bulan 1 400.000 4.800.000 24.000.000
5. Sewa Komputer Unit/Bulan 2 400.000 9.600.000 48.000.000
6. Pakaian Karyawan Set/Bulan 4 200.000 9.600.000 48.000.000
7. Perlengkapan APD Karyawan Orang/Bulan 4 500.000 24.000.000 120.000.000
8. Asuransi Karyawan Orang/Bulan 4 1.200.000 57.600.000 288.000.000
Jumlah Biaya Lain-lain 199.200.000 996.000.000
Jumlah 650.200.000 3.251.000.000
PPN 10% 65.020.000 325.100.000
66 Grand Total 715.220.000 3.576.100.000
Dari tabel 2.22 dapat diketahui bahwa apabila menggunakan pihak ke-3 untuk
pemeliharaan instalasi secara preventive maintenance menjadi beban dalam
hal keuangan pertahun sebesar Rp. 715.220.000,- dan apabila menggunakan
tenaga kerja dari PT Teluk Lamong jumlah yang dikeluarkan untuk investasi
peralatan dan material yang digunakan untuk pemeliharaan dalam satu tahun
pertama sebesar Rp. 59.522.050,- . Sehingga dengan menggunakan tenaga
kerja dari PT Teluk Lamong untuk tahun berikutnya hanya menggunakan
anggaran Rp. 11.008.800,- untuk pembelian material pemeliharaan dan dapat
menghemat anggaran sebesar Rp. 704.211.200,-. Selain itu apabila
menggunakan tenaga kerja PT. Teluk Lamong dapat mengetahui kondisi awal
peralatan sebelum terjadi kondisi yang lebih parah dan lebih familiar terhadap
peralatan sehingga lebih peka terhadap kondisi peralatan juga lebih cepat
untuk eksekusi jika terjadi kerusakan pada peralatan. Hal ini dikarenakan
apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan peralatan tidak dapat berfungsi
dengan baik atau berhenti beroperasi maka kerugian yang diakibatkan tidak
terjadinya bongkar muat dengan kapasitas bongkar muat sebesar 15
box/crane/jam dengan tarif handling charge per box (untuk 20 feet) sebesar
644.150 rupiah (enam ratus empat puluh empat ribu seratus lima puluh rupiah)
maka total kehilangan perjam dengan jumlah 5 STS seperti pada tabel 2.23
berikut.

Tabel 2.23 Total Kehilangan Pendapatan Jika 5 Buah STS Tidak


Beroperasi

Target Box/Crane(STS)/Jam 15
Jumlah STS 5
Tarif Handling Charge Per
Rp 644.150
Boks (Ukuran 20 Feet)
Perjam Rp 48.311.250
Perhari Rp 1.159.470.000
Perbulan Rp 34.784.100.000
Pertahun Rp 417.409.200.000

67
Untuk itu pemeliharaan yang baik perlu dilakukan dengan melihat dari sisi
peralatan yang akan dipelihara, jadwal pemaliharaan, jumlah sumber daya
manusia yang ada dan kerugian dari sisi operasi akibat tidak terjadi bongkar
muat.

68
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan bahwa untuk penerapan strategi pemeliharaan
switchgear 6.6 kV, 20 kV dan transformator perlu memperhatikan hal berikut:

1. Pemeliharaan yang dilakukan adalah pemeliharaan periodik atau preventive


dengan memperhatikan hasil dari pemeliharaan periodik untuk dilakukan
pemeliharaan predictive agar peralatan instalasi lebih handal dan terjaga
kontinuitas pelayanan suplai listriknya.
2. Pemeliharaan pada switchgear perlu memperhatikan item yang akan dipelihara
baik untuk preventive maupun predictive agar pemeliharaan yang dilakukan
dapat tepat sesuai dengan yang diinginkan.
3. Pemeliharaan preventive maupun predictive perlu memperhatikan instruksi kerja
pemeliharaan untuk masing-masing alat agar dalam pelaksanaannya sesuai
dengan target dan tepat sasaran juga membantu personil lebih safety dalam
melaksanakan pekerjaan dengan mengikuti instruksi kerja pemeliharaan.
4. Jadwal pemeliharaan yang dilakukan disesuaikan dengan jumlah personil dan
jumlah peralatan yang akan dipelihara sehingga semua peralatan dapat dipelihara
sesuai dengan target yang diharapkan.
5. Jumlah personil yang ada di PT Terminal teluk Lamong ada 5 (lima) personil
dengan 1 (satu) supervisor dan 4 (empat) orang teknisi, sudah cukup untuk
melakukan pemeliharaan dengan kondisi dan jumlah peralatan yang akan
dipelihara dengan waktu efektif untuk melakukan pemeliharaan dalam 1 (satu)
minggu selama 30 (tiga puluh) jam.
6. Dengan menggunakan tenaga kerja dari PT Teluk Lamong maka dalam satu
tahun dapat menghemat anggaran sebesar Rp. 704.211.200,-. Selain itu tenaga
kerja (teknisi) akan lebih handal dalam melakukan pemeliharaan juga lebih
familiar terhadap peralatan yang dipelihara sehingga apabila terjadi gangguan
dapat melakukan tindakan pemeliharaan dengan cepat tepat dan mengurangi

69
kerugian akibat peralatan bongkar muat tidak dapat beroperasi karena tidak ada
supplai listrik.

III.2. Saran
Saran yang dapat diberikan setelah mengerjakan Kertas Kerja ini adalah :

1. Membuat SOP dalam melaksanakan setiap pemeliharaan dan melakukan review


secara periodik.

2. Melakukan breafing setiap pagi sebelum melakukan pemeliharaan.

3. Penggunaan checklist dalam setiap melakukan pemeliharaan agar bisa


dilakukan dokumentasi dan analisa setiap kerusakan yang terjadi.

70
DAFTAR PUSTAKA

[1] PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN,


Pemeliharaan Switchgear

[2] PT. PLN (PERSERO) P3B, Pemeliharaan Pemutus Tenaga, 2003

[3] PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN,


Pemeliharaan Trafo Tenaga

[4] PT. PLN (PERSERO) P3B, Panduan Pemeliharaan Trafo Tenaga, 2003

71

Anda mungkin juga menyukai