STRATEGI PEMELIHARAAN
SWITCHGEAR 6.6 KV, 20 KV DAN
TRANSFORMATOR
DI PT TELUK LAMONG
Oleh:
SURABAYA
2015
Subdit.
Direktorat
SURABAYA
DAN TRANSFORMATOR
DI PT TELUK LAMONG
Oleh:
Eka Setya Laksana
140901058
ROBBY DAYOH
SM PERALATAN PELABUHAN
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul :
DAN TRANSFORMATOR
DI PT TELUK LAMONG
Kertas kerja ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan program pemagang di PT Pelabuhan Indonesia III. Dalam
menyelesaikan kertas kerja ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Keluarga yang telah banyak memberikan dorongan dan doa untuk menyelesaikan
telaah staf ini.
2. Bapak Harry Poerwanto dan Robby Dayoh selaku pembimbing.
3. Seluruh teman-teman pemagang PT Pelabuhan Indonesia III
4. Teman-teman enjinering PT Terminal Teluk Lamong
Dalam penyusunan kertas kerja ini penulis menyadari masih terdapat beberapa
kekurangan dalam penyusunan maupun pembahasan masalah karena keterbatasan
pengetahuan penulis. Besar harapan penulis bahwa telaah staf ini dapat memberikan
informasi dan manfaat bagi semua pembaca.
Penulis.
ii
HALAMAN MOTTO
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
unit Automated Stacking Crane (ASC) untuk bongkar muat petikemas, 1 unit
Shipunloader dan 1 unit Conveyor untuk bongkar muat curah kering.
Kegiatan bongkar muat yang ada di PT. Teluk Lamong baik itu petikemas dan
curah kering harus lebih handal terutama dalam sistem kelistrikannya. Dalam
sistem tenaga listrik, jaringan distribusi tenaga listrik adalah sangat penting guna
menjaga kontinuitas supply tenaga listrik kepada konsumen. Oleh karena itu
diperlukan koordinasi sistem proteksi yang baik yang mampu mengantisipasi
gangguan pada jaringan distribusi karena pada umumnya jaringan distribusi
sering mengalami gangguan. Hal ini akan mempengaruhi keandalan sistem dan
menyebabkan tejadinya pemadaman apabila keandalan sistem kurang baik
sehingga konsumen akan merasa dirugikan. Untuk menanggulangi hal ini perlu
dipasang peralatan pengaman untuk menjaga kontinuitas supply tenaga listrik.
Peralatan dan fasilitas seperti ship to shore crane dan automated stacking
crane tentunya diharapkan memiliki umur yang panjang, karena merupakan
sarana penunjang utama jasa kepelabuhan. Dalam hal memperpanjang umur alat
dan kehandalan peralatan yang sudah didukung peralatan elektronik yang canggih
maka suplai kelistrikannya harus lebih handal sehingga ini menjadi salah satu
faktor yang perlu dipertimbangkan.
Mengingat daerah pelabuhan termasuk daerah dengan lingkungan korosif dan
rentan terhadap debu, sehingga diperlukan adanya penjadwalan pemeliharaan dan
strategi pemeliharaan untuk meningkatkan kehandalan peralatan yang
menggunakan sistem kelistrikan dan sekaligus meningkatkan kehandalan proses
bongkar muat terutama untuk peralatannya seperti ship to shore crane dan
automated stacking crane.
Perlu diketahui bahwa dengan banyaknya peralatan yang
menggunakan kelistrikan sangat diperlukan kontinuitas pelayanan suplai listrik
yang baik agar peralatan yang ada terutama sistem yang menggunakan komponen
elektronik yang rawan terhadap kerusakan pada saat terjadi gangguan kelistrikan
dapat dioperasikan dengan baik yang mendukung proses bongkar muat peralatan.
Seiring dengan tingginya aktivitas peralatan dipelabuhan diperlukan
2
pemeliharaan yang baik, sehingga perlu dilakukan pembahasan mengenai
“Strategi pemeliharaan Switchgear 6.6 KV, 20 KV dan Transformator di PT.
Teluk Lamong”.
a. Apa saja jenis pemeliharaan yang ada pada switchgear dan transformator?
b. Apa saja item yang dipelihara dari switchgear dan transformator?
c. Bagaimana cara pemeliharaan dari switchgear dan transformator?
d. Bagaimana jadwal pemeliharaan dari switchgear dan transformator?
e. Berapa banyak personil untuk pemeliharaan switchgear dan transformator
juga saving cost?
I.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan kertas kerja ini adalah untuk mendapatkan strategi
pemeliharaan yang baik untuk pemeliharaan Switchgear 6.6 KV, 20 KV dan
Transformator yang meliputi jenis pemeliharaan, item yang dipelihara, cara
pemeliharaan, jadwal pemeliharaan, banyaknya personil dan saving cost dari
pemeliharaan yang dilakukan.
1. Studi Literatur
2. Pengumpulan Data
3
Setelah mempelajari literatur yang ada maka dilakukan pengumpulan data-data
seperti data kelistrikan, peralatan distribusi dan lain sebagainya yang mendukung
penyelesaian kertas kerja.
5. Analisis dan pembahasan terhadap hasil dari simulasi dengan data lapangan
sebagai validasi.
Melakukan penulisan laporan yang menunjukkan hasil akhir dari kertas kerja
ini.
4
BAB III: Merupakan kesimpulan dari hasil pembahasan dan saran dari hasil
pembahasan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Teluk Lamong disuplai dari dua penyulang PLN yaitu penyulang dari
surabaya dan dari gresik, dengan kapasitas trafo utama sebesar 20 MVA. Untuk
peralatan listrik kondisi eksisting, jumlah trafo yang ada adalah sejumlah 16 buah ,
untuk switchgear 20 KV ada 5 buah, switchgear 6,6 KV 2 ada buah, dan untuk
cubicle 400 V ada 9 buah. Sistem kelistrikan di teluk lamong ada 3 variasi tegangan
yaitu 20 KV, 6,6 KV, dan 400 V. Dimana untuk tegangan 20 KV merupakan
tegangan distribusi yang digunakan untuk mensuplai ke HVS (High Voltage System),
untuk tegangan 6,6 KV digunakan untuk mensuplai MVS (Medium Voltage System)
dan untuk tegangan 400 V untuk LVS (Low Voltage System). Variasi beban juga
bergantung pada base tegangan, untuk di ASC (Automated Stacking Crane) dan STS
(Ship to Shore) atau CC (Container Crane) menggunakan tegangan 6,6 KV
sedangkan pompa dan perkantoran menggunakan base tegangan 400 V. Untuk CB
(Circuit Breaker) yang digunakan 20 KV dan 6,6 KV menggunakan media pemadam
6
busur api gas SF6 dan untuk yang 400 V menggunakan VCB (Vacuum Circuit
Breaker).
7
o Air Circuit Breaker (ACB), yaitu Pemutus Tenaga yang menggunakan udara
sebagai pemadaman busur api.
o Oil Circuit Breaker (OCB), yaitu Pemutus Tenaga yang menggunakan minyak
sebagai media pemadam busur api dan isolasi saat kontak-kontak circuit breaker
terbuka. Pada switchgear yang detempatkan dalam bilik cubicle dipakai circuit
breaker yang menggunakan minyak sedikit karena bentuk dan ukurannya yang
lebih kecil.
o Vacuum Switch, yaitu Pemutus Tenaga yang memanfaatkan Ruang Hamp
“VACUUM” untuk mencegah timbulnya bususr api dan isolasi.
o Circuit Breaker (CB) Jenis Gas SF6. Yaitu circuit Breaker yang menggunakan
Gas SF6 (Sulfur Hexa Fluroride) sebagai media pemadam busur api dan isolasi
diantara kontak. Pemutus Tenaga jenis Gas SF6 ini mulai banyak dipakai dalam
sistem Tenaga Listrik, karena mudah dalam operasiannya dan sederhana.
Untuk CB 6,6 kV yang digunakan di Terminal Teluk Lamong adalah jenis SF6
dengan bentuk panel seperti pada gambar 2.1 dan proteksi CB (interlock terhadap
grounding) seperti pada gambar 2.2.
8
Gambar 2.2 Proteksi SF6 CB
9
Untuk bagian-bagian CB pada gambar 2.3 adalah sebagai berikut:
Detail gambar dari Disconnector dan Earthing Switch seperti pada gambar 2.4 dan
2.5 berikut.
Gambar 2.5 Posisi secara mekanis di dalam Disconnector dan Earthing Switch
10
Gambar 2.6 Busbar pada Switchgear 6,6 kV SF6 CB
Untuk SF6 CB tipe pemadam busur api menggunakan gas SF6 dengan pemadaman
seperti pada gambar 2.7 berikut.
2.2.2 Transformator
11
Gambar 2.8. Arus magnetisasi secara grafis Gambar 2.9. Arus magnetisasi
tanpa memperhitungkan rugi-rugi besi. secara grafis dengan
memperhitungkan rugi-rugi besi.
Arus listrik bolak-balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka
inti besi itu akan berubah menjadi magnet (seperti Gambar dan Gambar )
dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada kedua
ujung belitan tersebut akan terjadi beda tegangan [3].
12
Gambar 2.11. Suatu arus listrik Gambar 2.12. Suatu lilitan
mengelilingi inti besi maka besi itu mengelilingi magnet maka akan
menjadi magnet. timbul gaya gerak listrik (GGL)
Dari prinsip tersebut di atas dibuat suatu transformator seperti Gambar di
bawah ini,
E = 4,44 N f x 10 -8..............................................................................(1)
E1 / E2 = 4,44 N1 f 1x 10 -8 / 4,44 N2 f2 x 10 -8
E1 / E2 = N1/ N2 atau
13
E1 N2 = E2 N1, sehingga
E2 = (N2 / N1) x E1
Keterangan:
E1 = tegangan primer
E2 = tegangan sekunder
N1 = belitan primer
N2 = belitan sekunder
VA primer = VA sekunder
I1 x E1 = I2 x E2
E1/ E2 = I2 / I1
I1 = I2 ( E2/ E1)
Keterangan:
I1 = Arus primer
I2 = Arus sekunder
E1 = tegangan primer
E2 = tegangan sekunder
E1 N1 I2
= =
E2 N2 I1 .....................(2)
14
Pembebanan Trafo
Tegangan kV
Ratio tegangan
S = P + jQ
S = √3 V I
P = S / √3 V cos
Q = S / √3 V sin
Dimana :
V : Tegangan ( kV)
: Sudut daya
Batas faktor pembebanan lebih dari trafo sesuai standard VDE adalah:
15
Tabel 2.1. Load Faktor Trafo
Load % Over-load
Factor 10 20 30 40 50
0.5 3 1,5 1 30 15
0.75 2 1 0,5 15 8
Peralatan/Bagian Utama
1. Inti Besi
Gambar 2.14 Inti Besi dan Laminasi yang diikat Fiber Glass
16
2. Kumparan Transformator
4. Bushing
Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah
bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang
sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan
17
tangki trafo. Pada bushing dilengkapi fasilitas untuk pengujian tentang
kondisi bushing yang sering disebut center tap.
18
Gambar 2.17. Konservator minyak trafo
Peralatan/Bagian Bantu
1. Sistem Pendingin
Sebagai instalasi tenaga listrik yang dialiri arus maka trafo akan terjadi
panas yang sebanding dengan arus yang mengalir serta temperatur udara
disekeliling trafo tersebut. Jika temperatur luar cukup tinggi dan beban
trafo juga tinggi maka trafo akan beroperasi denagn temperatur yang
tinggi pula. Untuk mengatasi hal tersebut trafo perlu dilengkapi dengan
sistim pendingin yang bisa memanfaatkan sifat alamiah dari cairan
pendingin dan dengan cara mensirkulasikan secara teknis baik yang
menggunakan sistem radiator, sirip-sirip yang tipis berisi minyak dan
dibantu dengan hembusan angin dari kipas-kipas sebagai pendingin
yang dapat beroperasi secara otomstis berdasar pada setting relai
temperatur dan sirkulasi air yang bersinggungan dengan pipa minyak
isolasi panas. Dari sistem pendingin tersebut maka trafo dapat dibagi
berdasarkan sistem pendinginnya seperti ONAN, ONAF, OFAN, OFAF
dan OFWF.
19
Gambar 2.18 Pendingin trafo type ONAN
20
Saklar pengubah
(driverter switch)
Tap pemilih
(selector switch)
21
Gambar 2.20 Air Breather
Indikator-indikator :
1. Thermometer,
Adalah alat pengukur tingkat panas dari trafo baik panasnya
kumparan primer dan sekunder juga minyak. Thermometer ini
bekerja atas dasar air raksa (mercuri/Hg) yang tersambung dengan
tabung pemuaian dan tersambung dengan jarum indikator derajat
panas. Beberapa thermometer dikombinasikan dengan panas dari
resistor khusus yang tersambung dengan CT yang terpasang pada
salah satu fasa (fasa tengah) dengan demikian penunjukan yang
diperoleh adalah relatif terhadap kebenaran dari panas yang terjadi.
22
\
23
Peralatan Proteksi Internal.
1. Relai Bucholz
Relai deteksi gas juga terdiri dari suatu peralatan yang tanggap terhadap
ketidaknormalan aliran minyak yang tinggi yang timbul pada waktu
transformator terjadi gangguan serius. Peralatan ini akan menggerakkan
kontak trip yang pada umumnya terhubung dengan rangkaian trip
Pemutus Arus dari instalasi transformator tersebut. Ada beberapa jenis
relai bucholz yang terpasang pada trafo.
24
2. Pengaman tekanan lebih (Explosive Membrane)/Bursting Plate
Adalah relai yang bekerja karena tekanan lebih akibat gangguan didalam
trafo, karena tekanan ini melebihi kemampuan membran yang terpasang
maka membran akan pecah dan minyak yang karena tekanan akan keluar
dari dalam trafo.
Pipa penghubung
Konservator
Tutup tangki
V1
Tangki
Suatu flash over atau hubung singkat yang timbul pada suatu
transformator terendam minyak, umumnya akan berkaitan dengan suatu
tekanan lebih didalam tangki, karena gas yang dibentuk oleh
decomposisi dan evaporasi minyak. Dengan melengkapi sebuah
pelepasan tekanan pada trafo maka tekanan lebih yang membahayakan
tangki trafo dapat dibatasi besarnya. Apabila tekanan lebih ini tidak
dapat dieliminasi dalam waktu beberapa millidetik, tangki trafo akan
meledak dan terjadi panas lebih pada cairan, konsekuensinya pada
dasarnya harus memberikan suatu peralatan pengaman. Peralatan
pengaman harus cepat bekerja mengevakuasi tekanan tersebut.
25
Gambar 2.25 Relai Tekanan Lebih
Relai bekerja sebagai pengaman jika terjadi arus mengalir tangki akibat
gangguan fasa ke tangki atau dari instalasi bantu seperti motor kipas,
sirkulasi dan motor-motor bantu yang lain, pemanas dan lain-lain. Arus
ini sebagai pengganti relai diferensial sebab sistem relai pengaman
tangki biasanya dipasang pada trafo yang tidak dilengkapi trafo arus
disisi primer dan biasanya pada trafo dengan kapasitas kecil. Trafo
dipasang diatas isolator sehingga tidak terhubung ke tanah kemudian
dengan menggunakan kabel pentanahan yang dilewatkan melali trafo
arus dengan tingkat isolasi dan ratio yang kecil kemudian tersambung
pada relai tangki tanah dengan ratio CT antara 300 s.d. 500 dengan sisi
sekunder hanya 1 Ampere.
26
Gambar 2.26 Relai Pengaman Tangki
Beberapa indikator pengukuran atau parameter yang umum pada transformator
seperti pada tabel 2.2 berikut.
INDIKASI KETERANGAN
Oil level OLTC low Indikasi ini menunjukan bahwa minyak yang ada di
alarm dalam tangki tap changer berkurang, sehingga alat ukur
permukaan minyak (level) mengerjakan kontak dan
mengirim alarm ke panel kontral. Di panel kontrol
muncul sinyal oil level OLTC low alarm serta
membunyikan bel (kontak penggerak untuk memberikan
sinyal dan alarm bekerja).
27
Bucholz Alarm Indikasi ini menunjukan bahwa kontak relai Bucholz
untuk Alarm bekerja (kontak relai bucholz ada dua, satu
alarm dan yang satunya trip). Bekerjanya disebabkan
beberapa kejadian yaitu:
28
winding primer alarm serta bel berbunyi.
Winding sekunder
Winding sekunder
29
kontrol dan memberi sinyal OLTC voltage regulator
alarm serta bel berbunyi.
Fire protection out of Indikasi ini menunjukan bahwa sistem pemadam api
service alarm transformator tidak siap bekerja (out of service), yaitu
akibat saklar DC 110 V sumber pasokan untuk sistem
30
instalasi pemadam api trip (tidak masuk), sehingga
kontak bantunya menutup dan memgirim sinyal ke panel
kontrol dengan indikasi Fire protection out of service
alarm dan bel berbunyi.
31
kontak alarm pada termometer (termostat) akan tertutup
dan mengirim sinyal alarm ke panel kontrol oil alarm
serta bel berbunyi.
Winding sekunder
Protection device Indikasi ini menunjukan relai Jansen dan atau pengaman
OLTC trip OLTC bekerja, akibat terjadi breakdown isolasi pada
wadah tap changer atau ketidaknormalan operasi tap
changer atau terjadi tahanan pengalih putus, maka akan
memberikan sinyal trip PMT primer dan sekunder dan
sinyal ke panel protection device OLTC trip dan
bel/klakson bunyi.
Pressure relief device Indikasi ini menunjukan terjadi gangguan didalam trafo,
transformer trip misalnya hubung singkat lilitan/kumparan sehingga
terjadi tekanan hidraulik di dalam trafo. Tekanan ini
32
didistribusikan ke semua arah didalam trafo yang akan
mendorong dinding trafo,jika tekanan yang terjadi
melebihi kemampuan gaya dorong relai sudden pressure
(misalnya 10 psi) maka katup piringan akan terdorong
dan mengerjakan limit switch relai ,memberikan sinyal
trip ke PMT primer dan sekunder, serta sinyal ke panel
kontrol pressure relief device dan bel/klakson bunyi.
33
primer dan sekunder serta mengirim sinyal ke panel
kontrol Main protection operated bel /klakson berbunyi.
Healty trip 1-2 alarm Indikasi menunjukan ada gangguan sistem pemantau
rangkaian trip PMT melihat ada ketidaknormalan (coil
trip putus) dan mengirim alarm ke panel kontrol Healty
trip 1-2 alarm dan bel berbunyi
34
progress ada gangguan, kontak relai memberikan indikasi ke panel
kontrol Auto reclose in progress dan bel/klakson
berbunyi.
35
Perlu dipertimbangkan, apakah ada alternatif pemasokan menghindari
pemadaman selama peralatan yang dipelihara dikeluarkan dari operasi.
- Jenis penggunaan listrik yang dipasok
Ada penggunaan listrik sebagai penggerak suatu proses yang tidak boleh
terganggu. Prosesnya hanya berhenti pada jadwal yang telah ditentukan.
Apabila tidak ada alternatif pasokan daya listrik selama pelaksanaan
pemeliharaan, maka diperlukan kompromi yang dapat diperoleh dari hasil
koordinasi.
- Hal Khusus
Ada keadaan-keadaan khusus yang menyangkut acara-acara kenegaraan yang
harus dipertimbangkan dalam perencanaan pemeliharaan. Dalam hal ini
diupayakan untuk menghindari segala sesuatu yang kemungkinan dapat
menyebabkan menurunnya keandalan atau terjadinya pemadaman, termasuk
pemeliharaan.
Hasil perencanaan pemeliharaan peralatan instalasi distribusi ini adalah
Rencana Pemeliharaan yang mencakup :
- Jenis Pemeliharaan
- Jadwal Pelaksanaan
- Keterangan lain berupa perlu/tidaknya peralatan dikeluarkan dari operasi.
- Efisiensi Pemeliharaan
b). Pengorganisasian
Rencana pemeliharaan sebagai hasil perencanaan diatas merupakan dasar
dalam pengaturan orang, alat, tugas, tanggungjawab dan wewenang untuk
terlaksananya pekerjaan pemeliharaan.
Pengorganisasian ini perlu dalam mengalokasikan sumber daya yang ada atas
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan agar dapat dimanfaatkan seefisien
dan seefektif mungkin.
- Rincian Pekerjaan Yang Harus Dilaksanakan
36
Rincian ini perlu dibuat untuk membantu kelancaran pelaksanaan sekaligus
menghindari kesalahan. Dalam hal ini tingkat rincian yang diperlukan
tergantung kesiapan yang
akan melaksanakan pekerjaan itu.
- Pembagian Pekerjaan
Kegiatan-kegiatan spesifik yang sejenis dikelompokkan dengan
memperhatikan kesamaan pelaksanaan. Diupayakan agar dalam pelaksanaan
pekerjaan, tidak ada seseorang yang berbeban terlalu berat atau terlalu ringan
serta tidak ada yang dibebani pekerjaan diluar kemampuannya.
- Mengalokasikan sumber Daya
'Who does what' disusun agar seluruh tahapan pekerjaan terlaksana dengan
baik atau tidak terjadi saling mengelak diantara personil untuk melaksanakan
suatu pekerjaan.
Pengalokasian personil ini harus mempertimbangkan :
• Kemampuan masing-masing personil
• Beban kerja yang menjadi tanggung jawab masing-masing personil.
• Urutan tahapan pekerjaan.
Peralatan yang diperlukan untuk tiap tahapan pekerjaan diinventarisir dengan
jumlah yang memadai. Tidak lengkapnya peralatan, selain mengakibatkan
waktu pelaksanaan lebih panjang juga mutu pekerjaan yang lebih rencah.
Demikian juga halnya dengan material.
Dasar penyusunan yang utama adalah pengalaman dalam pelaksanaan yang
lalu.
- Koordinasi Pekerjaan
Mekanisme koordinasi harus jelas, mengingat :
• Tuntutan waktu pelaksanaan seminimum mungkin
• Menghindari kecelakaan tegangan listrik
• Menghindari gangguan
Kesalahan koordinasi dapat berakibat fatal pada instalasi bahkan jiwa personil
yang melaksanakan pekerjaan.
37
c). Penggerakan
Setelah ada rencana kerja, kemudian pengalokasian sumber daya, dan
selanjutnya saatnya pada pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan. Untuk
mencapai sasaran dengan baik seorang atasan / pimpinan melakukan proses
mempengaruhi kegiatan seseorang atau suatu kelompok kerja dalam usaha
melaksanakan rencana kerja yang telah disusun.
Proses ini disebut penggerakan. Pada tahap ini sumber daya manusia
merupakan salah satu penentu bagi keberhasilan pencapaian sasaran sehingga
kepemimpinan, motivasi dan komunikasi.
- Persiapan Personil
Kondisi personil harus dalam keadaan baik, mentaldan jasmani. Kesiapan
ini harus dinyatakan saat sebelum memulai pekerjaan dan masing-masing
personil menyatakan kesiapannya secara tertulis dalam blanko-blanko
yang sudah disiapkan.
Kondisi yang tidak baik (pusing, kurang tidur, letih dan lain-lain) dapat
membahayakan dirinya serta orang lain.
Selanjutnya diskusi mengenai apa yang akan dikerjakan akan sangat
membantu pelaksanakan pekerjaan.
- Persiapan Peralatan
Kondisi dan kesiapan peralatan perlu diperiksa sebelum saat pelaksanaan,
terutama yang menyangkut keselamatan jiwa seperti sabuk pengaman,
pelindung tubuh, tangga, alat uji tegangan dan lain-lain.
- Kepemimpinan dan Motivasi
Dalam rangka pelaksanaan pemeliharaan mulai dari persiapan sampai akhir
pekerjaan diperlukan proses mempengaruhi dan mengarahkan orang menuju
ke pencapaian tujuan yaitu terlaksananya pekerjaan pemeliharaan dengan
baik.
d). Pengendalian
Dalam upaya tercapainya sasaran seperti yang direncanakan, seorang atasan
atau pimpinan perlu melakukan pengendalian karena pada umumnya terjadi
38
perubahan situasi dan lingkungan serta kesalahan pada saat pelaksanaan.
Melalui pengendalian ini, penyimpangan yang terjadi dapat dideteksi sedini
mungkin sehingga tindakan koreksi dapat memperbaiki pelaksanaan. Dalam
mencapai tujuan sesuai dengan yang direncanakan, diperlukan pengendalian
agar penyimpangan dapat dideteksi sedini mungkin.
Penyimpangan dalam pelaksanaan dapat saja terjadi oleh kemungkinan-
kemungkinan:
• Adanya perubahan karena lingkungan,
• Terjadinya kesalahan karena informasi kurang jelas,
• Terjadi kesalahan karena kemampuan personil yang tidak memadai,
• Ditemukan masalah lain diluar yang sudah direncanakan.
d. Menigkatkan safety;
39
Pemeliharaan dapat dibedakan antara pemeriksaan atau monitoring, dalam
keadaan operasi dan pemeliharaan (kalibrasi/pengujian, koreksi/resseting, serta
perbaikan) dalam keadaan padam.
Jenis Pemeliharaan
40
Selain itu ada beberapa faktor berikut yang akan mempengaruhi waktu untuk
inspeksi:
1) Skedul shutdown (turn around).
2) Emergency Shutdown.
3) Kondisi tidak normal atau tidak biasa.
4) Terjadi gangguan pada penyulang atau bus.
5) Kondisi atmosfir yang ekstrim seperti: panas, dingin, heavy cold, rain,
snow high wind, fog, smog, salt spray, high humidity, perubahan
temperatur yang tidak biasa dan lain-lain.
6) Persyaratan dan jadwal pemeliharaan.
Inspeksi sebagian mungkin saja dilakukan jika bagian lain tidak
diperbolehkan untuk tidak beroperasi. Pemeliharaan harian dilakukan
dengan cara visual karena kondisi kubikel dalam kondisi beroprasi.
41
3. Verifikasi bahwa perbandingan trafo arus dan trafo tegangan sesuai dengan
gambar.
4. Yakinkan bahwa operasi dan urutannya benar pada sistem electrical dan
mechanical interlock.
5. Amati isolasi terhadap adanya kerusakan fisik atau permukaan yang
terkontaminasi.
6. Amati perlengkapan indikasi mekanis dapat bekerja dengan benar.
7. Lakukan inspeksi visual dan mekanikal untuk trafo instrument.
8. Inspeksi keseluruhan Switchgear.
(1) Amati kerusakan fisik, isolasi pecah/retak, kabel yang rusak, kekencangan
koneksi, kerusakan pada kawat dan seluruh kondisi umum lainnya.
(2) Verifikasi bahwa rating fuse di isisi primer dan sekunder atau CB/Fuse
sesuai dengan gambar.
(3) Verifikasi fungsi dari alat pemisah draw-out dan kontak pentanahan dan
interlocks.
Electrical Tests
Electrical Tests yang dilakukan sebagai berikut:
1. Lakukan pengujian listrik terhadap trafo instrument (pengukuran).
2. Lakukan pengujian resistance terhadap tanah.
3. Lakukan pengukuran resistance melalui koneksi baut dengan menggunakan
ohmmeter tahanan rendah..
4. Lakukan pengujian tahanan isolasi pada masing-masing bagian rel (bus)
terhadap fasa ke fasa dan fasa ke tanah,
5. Lakukan pengujian tegangan lebih pada masing-masing seksi rel terhadap
tanah dengan fasa yang diuji tidak ditanahkan,
6. Lakukan pengujian tahanan isolasi pada kabel penghantar kontrol terhadap
tanah.
7. Lakukan pengujian fungsi sistem.
42
Tabel 2.4. Daftar Pemeliharaan Trafo Mingguan
43
sirip radiator.
44
Diperiksa
45
pentanahan serta tahanan tanah.
46
(Bucholz, Sudden Pressure, karat, oksidasi dan beri vet.
Relai Suhu, Jensen)
Periksa seal pada lobang kabel.
14 Spark gap, bushing primer dan Periksa baut dan jarak spark gap.
sekunder Bila kendor kencangkan, bila jarak
tidak sesuai perbaiki.
47
indikator dari OLTC Uji kontrol, limit switch apakah
bekerja normal dan indikator
OLTC sesuai dengan posisinya.
PENGUJIAN TRAFO
Pelaksanaan Pengukuran
48
1. Kumparan primer dengan kumparan sekunder
2. Kumparan Primer ke tanah
3. Kumparan Sekunder ke tanah
Langkah pengukuran adalah sebagai berikut:
a A
b N B
c C
n
n
A
a N
b B
c C
n
n
49
a A
b N
B
c C
n
n
IP = M (10) / M (1)
1 <1,00 Berbahaya
50
4 1,25 – 2,00 Baik
FLUKE
NGR
40
51
Pentanahan peralatan dan pentanahan sistem tenaga listrik dipengaruhi oleh
tahanan tanah di area tersebut. Sistem pentanahan di switchgear biasanya di
buat dalam sistem mesh untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang sekecil
mungkin. Tahanan tanah ditentukan oleh kondisi tanah itu sendiri. Tanah
kering, berbatu nilai tahanan tanhnya akan lebih besar dibanding tanah basah.
52
Pengukuran Tangen
Ic = ώ C V.
Oleh karena kehilangan daya dielektrik, sudut arus mendahului tegangan tidak
lagi 90 derajat. Faktor daya dari kapasitor adalah cos . Dan adalah sudut
fasa dari kapasitor.
PD = V I cos = V I sin .
PD = V2 ώ C tan
Rangkaian Pengukuran
53
Tabel 2.8 Pengukuran pada trafo dengan 2 kumparan
UST A CHL
UST B CHL
UST A+ B CHL
GSTg A CHG
GSTg A + B CHG
Keterangan :
C = Capacitance
H = High Voltage
L = Low Voltage
54
1-3 = fasa
E = Ground
1.0 % Jelek
Tegangan tembus
55
Kandungan air
Tegangan permukaan
Spesific resistance
Keasaman
Viscosity
Flash point
Pour point
Density
Sludge
Ash content
Beberapa pengujian harus dilakukan di laboratorium, satu mata uji yang bisa
dan biasa dilakukan di lapangan adalah pengujian tegangan tembus. Pengujian
yang lain biasa disebut dengan Standard Quality Oil Test.
Viscositas kinematik
(kinematic viscosity) :
56
o
Titik tuang (Pour point) C ≤ - 40 IEC 296
- Kotoran % ≤ 0,10
57
Standard hasil pengujian adalah sbb:
Un ≤ 36 2,5 30
36 < Un ≤ 70 2,5 35
Standard yang biasa digunakan di lapangan adalah untuk trafo yang sudah
dipakai adalah 40 kV / 2,5 mm dan minyak baru adalah 50 kV / 2,5 mm.
OIL TREATMENT
1. Filtering
Menggunakan filter yang berfungsi untuk menyaring material asing yang
ada dalam minyak, misalkan sobekan kertas selulosa, rontokan cat,
bangkai ular, bangkai burung, bangkai biawak, tusuk gigi, bungkus nasi,
buku manual dan lain-lain.
2. Pemanasan
Menggunakan heater dengan tujuan untuk membuang air yang
terkandung dalam minyak trafo. Minyak trafo dipanaskan sehingga
58
mencapai suhu 70o – 80oC. Diharapkan air yang terkandung pada minyak
trafo dapat menguap dan terpisah dari minyak trafo. Tetapi secara teori
dan kenyataan lapangan, air baru akan menguap pada suhu 100oC pada
tekanan 1 atm. Menaikkan suhu sampai suhu mencapai 100oC atau lebih
berkemungkinan dapat menyebabkan minyak atau peralatan oil
purification rusak. Untuk itu diperlukan satu proses lagi yaitu vacuum.
3. Vacuum
Pada tekanan kurang 1 atm, dengan suhu dibawah 100oC, air sdh bisa
berubah menjadi uap dan terpisah dengan minyak trafo.
4. Sentrifugal
Proses ini dilakukan dengan cara memutar minyak trafo dalam satu
wadah. Diharapkan material yang berat jenisnya lebih berat dari minyak
trafo, misalkan beram tembaga, lumpur, karat dan lain-lain, bisa
terkumpul di tengah wadah sehingga mudah dipisahkan dari minyak
trafo.
5. Fuller Earth
Proses ini bertujuan memisahkan asam yang terdapat dalam minyak trafo.
Cara kerjanya adalah material fuller earth akan mengikat asam yang ada
dalam minyak trafo seperti halnya silica gel mengikat air/uap air dari
udara.
Pengukuran DGA
Suatu analisa secara kualitatif maupun kuantitatif gas terlarut pada minyak
isolasi trafo, untuk mengetahui dan menganalisa ketidaknormalan yang terjadi
pada bagian dalam/internal trafo. Analisa ini dilakukan dengan peralatan yang
bernama Gas Chromatograph.
59
Ambil sampel minyak trafo untuk diuji di laboratorium (cara dan peralatan
untuk pengambilan sampel mempunyai prosedure tertentu).
Langkah pertama yang dilakukan di laboratorium adalah ekstrasi atau
memisahkan gas dari contoh minyak. Pemisahan gas dari minyak
menggunakan peralatan pompa vacum yang berada dalam peralatan gas
chromatographi.
Dari hasil akstrasi ini, gas – gas terlarut akan terpisahkan dari minyak
selanjutnya akan dianalisa jenisnya.
Gas Chromatographi dapat diartikan “ memisahkan “ dan mendeteksi
jenis- jenis gas yang telah diekstrak dari contoh minyak.
Jenis gas yang dapat dedeteksi dengan peralatan gas chromatographi
hanya ada 9 jenis gas, terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar
(combustible gases) dan uncombustible gases (gas tidak mudah terbakar,
CO2 , N2, O2)
Gas yang di deteksi volumenya sangat kecil, hanya part per mllion (ppm)
atau seper sejuta liter.
Tabel 2.12 Jenis Gas Terlarut pada Minyak Isolasi Trafo dan Daya Larut
Gas pada Minyak
Nitrogen N2 8,6 %
Oxygen O2 16,0 %
Setelah diperoleh data jenis gas yang diproduksi didalam tangki trafo, maka
untuk mengetahui jenis ketidaknormalan atau gangguan yang terjadi,
dilakukan interprestasi atas data-data tersebut.
Nitrogen dan lebih 5 % Oksigen Periksa kebocoran pada seal dan kran-kran
Nitrogen dan Carbon Dioksida, atau Trafo beroperasi dengan beban lebih atau
Karbon Monoksida atau keduanya beroperasi dengan suhu tinggi, yang
mengakibatkan isolasi kertas mengalami
61
kerusakan
Nitrogen dan Hidrgen Terjadi Corona, lektroisa air atau terdapat karat
Nitrogen, Hidrogen, Karbon Dioksida Terjadi corona pada isolasi kertas atau terjadi
dan Karbon Monoksida pembebanan lebih pada trafo
Nitrogen, Hidrogen, Methan dan sedikit Terjadi loncatan bunga api kecil (sparking)
Ethane dan Ethelene atau ada sebagian kecil minyak isolasi yang
breakdown
Nitrogen, Hidrogen, Methan dan Terjadi loncatan bunga api kecil (sparking)
Karbon Dioksida, Karbon Monoksida, atau ada sebagian kecil isolasi kertas yang
dan sedikit Hidrokarbon (sedikit rusak
acythlene tidak terdeteksi)
Nitrogen dengan Hidrogen yang tinggi, Terjadi loncatan bunga api panjang (arcing)
dan sejumlah hidrokarbon termasuk akibat detorasi minyak isolasi
Acetylene
Sama dengan diatas, ditambah dengan Sama dengan diatas, arcing juga terjadi pada
Carbon Dioksida dan Carbon isolasi kertas
Monoksida
62
2. INTERPRESTASI BERDASARKAN KANDUNGAN GAS KUNCI
Total combustible gas 500 - 1000 ppm : Terjadi dekomposisi minyak isolasi,
kemungkinan akibat proses operasi
penuaan usia.
Total combustible gas 1000 - 2500 ppm : Terjadi dekomposisi tingkat tinggi
minyak isolasi, harus dilihat trend
kenaikannya setiap saat.
Total combustible gas > 2500 ppm : Terjadi dekomposisi sangat tinggi
minyak isolasi, trafo harus keluar
Operasi, adakan pemeriksaan detail.
63
4. INTERPRESTASI DATA GAS MENGGUNAKAN RATIO ROGERS
64
Jadwal Pemeliharaan
Untuk pemeliharaan listrik yang meliputi 21 peralatan instalasi distribusi
menggunakan tenaga kerja dari PT Terminal Teluk Lamong sejumlah 3 orang
yang terdiri dari 1 orang supervisor dan 2 orang teknisi. Tenaga kerja untuk
pemeliharaan dari PT Terminal Teluk Lamong dikarenakan untuk meningkatkan
kehandalan peralatan secara tepat, cepat, efisien dan handal juga untuk
menambah knowledge skill dari masing-masing teknisi. Jadwal pemeliharaan
Preventive Maintenance dan Predictive Maintenance termasuk juga jumlah
personil untuk pemeliharaan seperti pada tabel 2.17, 2.18, 2.19.
Tabel 2.17 Jumlah Personil Pemeliharaan
Waktu Pemeliharaan Jumlah Personil
No Kegiatan
PM PDM Supervisor Teknisi
1 Panel HVS 1 05/01/2015 05/01/2016 1 2
2 Panel HVS 2 06/01/2015 06/01/2016 1 2
3 Panel HVS 3 07/01/2015 07/01/2016 1 2
4 Panel HVS 31 08/01/2015 08/01/2016 1 2
5 Panel MVS 31 09/01/2015 09/01/2016 1 2
6 Panel HVS 41 12/01/2015 12/01/2016 1 2
7 Panel MVS 41 13/01/2015 13/01/2016 1 2
8 Trafo LVS 11 14/01/2015 14/01/2016 1 2
9 Trafo LVS 11 15/01/2015 15/01/2016 1 2
10 Trafo LVS 21 16/01/2015 16/01/2016 1 2
11 Trafo LVS 22 19/01/2015 19/01/2016 1 2
12 Trafo LVS 23 20/01/2015 20/01/2016 1 2
13 Trafo LVS 32 21/01/2015 21/01/2016 1 2
14 Trafo MVS 31 22/01/2015 22/01/2016 1 2
15 Trafo EMG MVS 3 23/01/2015 23/01/2016 1 2
16 Trafo LVS 31 A1 26/01/2015 26/01/2016 1 2
17 Trafo LVS 31 A2 27/01/2015 27/01/2016 1 2
18 Trafo LVS 31 B1 28/01/2015 28/01/2016 1 2
19 Trafo LVS 31 B2 29/01/2015 29/01/2016 1 2
20 Trafo MVS 41 30/01/2015 30/01/2016 1 2
21 Trafo LVS 41 02/02/2015 02/02/2016 1 2
65
Tabel 2.18 Jadwal Preventive Maintenance
Preventive Maintenance (Bulanan)
No Kegiatan
05/01/2015 06/01/2015 07/01/2015 08/01/2015 09/01/2015 12/01/2015 13/01/2015 14/01/2015 15/01/2015 16/01/2015 19/01/2015 20/01/2015 21/01/2015 22/01/2015 23/01/2015 26/01/2015 27/01/2015 28/01/2015 29/01/2015 30/01/2015 02/02/2015
1 Panel HVS 1
2 Panel HVS 2
3 Panel HVS 3
4 Panel HVS 31
5 Panel MVS 31
6 Panel HVS 41
7 Panel MVS 41
8 Trafo LVS 11
9 Trafo LVS 11
10 Trafo LVS 21
11 Trafo LVS 22
12 Trafo LVS 23
13 Trafo LVS 32
14 Trafo MVS 31
15 Trafo EMG MVS 3
16 Trafo LVS 31 A1
17 Trafo LVS 31 A2
18 Trafo LVS 31 B1
19 Trafo LVS 31 B2
20 Trafo MVS 41
21 Trafo LVS 41
64
1
Analisa Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) dan Cost Benefit
Kebutuhan SDM untuk pemeliharaan listrik di PT Teluk Lamong
menggunakan SDM pemeliharaan peralatan yang ada di PT Terminal Teluk
Lamong. Kondisi personil yang ada di Terminal Teluk Lamong untuk
pemeliharaan saat ini yaitu satu orang supervisor dengan empat orang teknisi.
Hal ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan personil pemeliharaan
peralatan listrik di PT Teluk Lamong. Untuk jumlah personil pemeliharaan
dengan jumlah jam efektif setiap minggu sperti tabel 2.20.
Tabel 2.20 Jumlah Personil Pemeliharaan di PT Terminal Teluk Lamong
Jika pemeliharaan dilakukan dengan tenaga SDM dari pihak Teluk Lamong,
maka diperlukan investasi untuk tools dan material seperti pada tabel 2.21
berikut.
Tabel 2.21 Kebutuhan Tools dan Material Untuk Preventive
Maintenance
I. KEBUTUHAN TOOL
No TOOL JUMLAH HARGA SATUAN JUMLAH HARGA
1 Toolset 2 725.000 1.450.000
2 Safety Glass 5 34.450 172.250
3 Multitester dan Clamp Ampere 2 5.050.000 10.100.000
4 Testpen 5 30.000 150.000
5 Sarung Tangan Karet (20 kV) 2 635.000 1.270.000
6 Helmet 5 61.750 308.750
7 Safety Shoes 5 325.000 1.625.000
8 Stick Grounding 1 10.320.000 10.320.000
9 Insulation tester 1 9.400.000 9.400.000
10 Thermogun 2 3.100.000 6.200.000
11 Cable Roll 2 726.750 1.453.500
12 Flash Light 5 625.000 3.125.000
65
13 Ear Plug (set) 5 9.750 48.750
14 Masker 5 38.000 190.000
15 Earth tester 1 2.700.000 2.700.000
TOTAL I 48.513.250
II. KEBUTUHAN MATERIAL PER BULAN
No MATERIAL JUMLAH HARGA SATUAN JUMLAH HARGA
1 Majun (kg) 11 16.000 176.000
2 Glass Cleaner (can) 2 4.000 8.000
3 Contact Cleaner (can) 2 60.000 120.000
4 Sarung Tangan Katun (set) 8 64.800 518.400
5 Rust Penetran (Can) 2 47.500 95.000
TOTAL II PERBULAN 917.400
TOTAL II PER TAHUN 11.008.800
TOTAL HARGA I DAN II TAHUN PERTAMA INVESTASI 59.522.050
IV Biaya Lain-lain
1. Biaya Sewa Kantor & Container
Ls/Bulan 1 4.000.000 48.000.000 240.000.000
Room Untuk Gudang dan
2. Sewa Kendaraan Unit/Bulan 1 3.000.000 36.000.000 180.000.000
3. Biaya Radio Komunikasi Unit/Bulan 4 200.000 9.600.000 48.000.000
4. Dokumentasi dan Pelaporan Ls/Bulan 1 400.000 4.800.000 24.000.000
5. Sewa Komputer Unit/Bulan 2 400.000 9.600.000 48.000.000
6. Pakaian Karyawan Set/Bulan 4 200.000 9.600.000 48.000.000
7. Perlengkapan APD Karyawan Orang/Bulan 4 500.000 24.000.000 120.000.000
8. Asuransi Karyawan Orang/Bulan 4 1.200.000 57.600.000 288.000.000
Jumlah Biaya Lain-lain 199.200.000 996.000.000
Jumlah 650.200.000 3.251.000.000
PPN 10% 65.020.000 325.100.000
66 Grand Total 715.220.000 3.576.100.000
Dari tabel 2.22 dapat diketahui bahwa apabila menggunakan pihak ke-3 untuk
pemeliharaan instalasi secara preventive maintenance menjadi beban dalam
hal keuangan pertahun sebesar Rp. 715.220.000,- dan apabila menggunakan
tenaga kerja dari PT Teluk Lamong jumlah yang dikeluarkan untuk investasi
peralatan dan material yang digunakan untuk pemeliharaan dalam satu tahun
pertama sebesar Rp. 59.522.050,- . Sehingga dengan menggunakan tenaga
kerja dari PT Teluk Lamong untuk tahun berikutnya hanya menggunakan
anggaran Rp. 11.008.800,- untuk pembelian material pemeliharaan dan dapat
menghemat anggaran sebesar Rp. 704.211.200,-. Selain itu apabila
menggunakan tenaga kerja PT. Teluk Lamong dapat mengetahui kondisi awal
peralatan sebelum terjadi kondisi yang lebih parah dan lebih familiar terhadap
peralatan sehingga lebih peka terhadap kondisi peralatan juga lebih cepat
untuk eksekusi jika terjadi kerusakan pada peralatan. Hal ini dikarenakan
apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan peralatan tidak dapat berfungsi
dengan baik atau berhenti beroperasi maka kerugian yang diakibatkan tidak
terjadinya bongkar muat dengan kapasitas bongkar muat sebesar 15
box/crane/jam dengan tarif handling charge per box (untuk 20 feet) sebesar
644.150 rupiah (enam ratus empat puluh empat ribu seratus lima puluh rupiah)
maka total kehilangan perjam dengan jumlah 5 STS seperti pada tabel 2.23
berikut.
Target Box/Crane(STS)/Jam 15
Jumlah STS 5
Tarif Handling Charge Per
Rp 644.150
Boks (Ukuran 20 Feet)
Perjam Rp 48.311.250
Perhari Rp 1.159.470.000
Perbulan Rp 34.784.100.000
Pertahun Rp 417.409.200.000
67
Untuk itu pemeliharaan yang baik perlu dilakukan dengan melihat dari sisi
peralatan yang akan dipelihara, jadwal pemaliharaan, jumlah sumber daya
manusia yang ada dan kerugian dari sisi operasi akibat tidak terjadi bongkar
muat.
68
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan bahwa untuk penerapan strategi pemeliharaan
switchgear 6.6 kV, 20 kV dan transformator perlu memperhatikan hal berikut:
69
kerugian akibat peralatan bongkar muat tidak dapat beroperasi karena tidak ada
supplai listrik.
III.2. Saran
Saran yang dapat diberikan setelah mengerjakan Kertas Kerja ini adalah :
70
DAFTAR PUSTAKA
[4] PT. PLN (PERSERO) P3B, Panduan Pemeliharaan Trafo Tenaga, 2003
71