Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SPESIFIKASI

DIBUAT OLEH :

ANDI WIDYAWATI

41220038

KELAS 3B MANAJEMEN JASA KONSTRUKSI

PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN JASA KONSTRUKSI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

TAHUN 2023
SPESIFIKASI PEKERJAAN ASPHALT CONCRETE (AC)

I. URAIAN UMUM
Spesifikasi ini mengatur tentang pekerjaan asphalt concrete (AC) untuk pelapisan
ulang Landasan Pacu dengan Hotmix.
II. STANDAR RUJUKAN
1. SNI 03-6819-2002-Spesifikasi Agregat Halus untuk Campuran Perkerasan Beraspal.
2. SNI 03-1970-1990- Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
3. SNI 03-6388-2000 Spesifikasi Agregat Lapis Pondasi Bawah, Lapis Pondasi Atas,
dan Lapis Pondasi permukaan
4. SNI 03-1968-1990-Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan
Kasar.
5. SNI 1969:2008-Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
III.SYARAT MUTU MATERIAL
1. Persyaratan Material
a. Hot mix Ashpalt
Hot mix Ashpalt (HMA) atau yang biasa disebut aspal beton merupakan
kombinasi dari agregat yang dicampur.

a) Agregat Halus (SNI 03 - 6819 - 2002)


Persyaratan agregat halus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Penyerapan agregat halus terhadap air, pengujiannya dilakukan sesuai
dengan SNI 03-1970-1990 dengan hasil maksimum 3 %
2. Berat jenis semu, pengujiannya dilakukan sesuai dengan SNI 03-1970-
1990 dengan hasil minimum 2,5
3. Agregat halus harus nonplastis menurut batas atterberg, pengujiannya
dilakukan sesuai SNI 03-1970-1990
4. Agregat halus harus mempunyai nilai setara pasir minimum 50
5. Ketahanan terhadap pelapukan maksimum 15% berat dengan sodium
sulfat dan maksimum 20% berat dengan magnesium sulfat
6. Bebas dari gumpalan lempung maksimum 0,25%
7. Gradasi agregat halus.
Ukuran Saringan % Agregat Halus yang Lewat Saringan
MM (No.) Gradasi 1 Gradasi 2 Gradasi 3
9,5 mm Inchi 3/8 100 100
4,75 mm Inchi 4 95-100 100 80-100
2,36 mm Inchi 8 70-100 95-100 65-100
1,18 mm Inchi 16 40-80 85-100 40-80
0,600 mm Inchi 30 20-65 65-90 20-65
0,300 mm Inchi 50 7-40 30-60 7-40
0,150 mm Inchi 100 2-20 5-25 2-20
0,075 mm Inchi 200 0-10 0-5 1-10

b) Agregat Kasar (SNI 03-6388-2000)


Agregat yang tertahan pada saringan no.10 (2,00 mm) harus terdiri atas
butiran –butiran atau pecahan-pecahan batu, kerikil atau siag yang keras dan
awet.

Ukuran Saringan Persen Berat Lolos


Standa Alternati Gradas Gradas Gradas Gradas Gradas Gradas
r f i i i i i i
(mm) A B C D E F
50 2 in 100 100 - - - -
25 1 in - 75-95 100 100 100 100
9,5 3/8 in 30-65 40-75 50-85 60-100 - -
4,75 No. 4 25-55 30-60 35-65 50-85 55-100 70-100
2,00 No. 10 15-40 20-45 25-50 40-70 40-100 55-100
0,425 No. 40 8-20 15-30 15-30 25-45 20-50 30-70
0,075 No. 200 2-8 5-20 5-15 5-20 6-20 8-25
c) Aspal (Bina Marga 1972)
Aspal yang digunakan harus dari tipe aspal keras penetrasi 85-100.

Jenis Pemeriksaan Persyaratan Satuan


1. Penetrasi (25℃, detik) 85 - 100 0,1 mm
2. Titik nyala 232 ℃
3. Kehilangan berat (163℃, 5 jam) 1.0 % berat
4. Kelarutan (CCL4 atau CS2) 99 % berat
5. Dektalitas residu (25℃, cm/menit) 75 Cm
6. Penetrasi setelah kehilangan berat 47 % semula

d) Air

Air yang digunakan harus bersih dan tidak boleh mengandung bahan –
bahan seperti minyak, bahan kimia, alkali, gram dan material organik.Kadar
air bahan harus sama atau sedikit dibawah optimum, agar kepadatan rencana
dapat dicapai.
IV. PERSYARATAN PERALATAN
Semua peralatan untuk pembersihan, penyemprotan, penghamparan, dan
pemadatan material harus menggunakan alat berat yang sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia ( SNI ).
V. PERSYARATAN TENAGA KERJA
Pekerjaan pelapisan ulang landasan pacu ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja
dan pengawas yang berpengalaman sehingga mampu untuk mencapai kapasitas
perkerasan yang disyaratkan

VI. PERSYARATAN MENGENAI HASIL PEKERJAAN


Ketebalan untuk pekerjaan pembongkaran weakspot di lapangan berdasarkan
rencana adalah 15cm, berdasarkan observasi di lapangan, pekerjaan pembongkaran
dilakukan secara bertahap dengan ketebalan 7,5cm.
VII. PERSYARATAN MENGENAI HASIL PEKERJAAN
7.1 Prosedur Pekerjaan Pelapisan Ulang
a) Cold Milling
Cold Milling merupakan proses awal dalam pekerjaan pelapisan ulang
perkerasan. Cold Milling adalah proses penggilingan menghilangkan perkerasan
eksisting untuk dilakukan pekerjaan selanjutnya.(Mason, 1999).
 Pemotongan.
Mesin penggilingan harus mampu memotong tepi vertikal tanpa
memotong atau merusak tepi perkerasan yang tersisa dan harus memiliki
alat untuk mengendalikan kedalaman potongan. Area yang akan digiling
hanya akan menutupi area yang akan dilakukan perbaikan.
 Profiling.
Mesin penggilingan harus dilengkapi dengan perangkat elektronik
yang akan memotong permukaan ke tingkat dan toleransi yang ditentukan.
Mesin akan memotong tepi vertikal lebih detail agar ketepatan
penggilingan sesuai dengan yang ada dalam rencana.
 Pembersihan
Setelah pemotongan dilakukan, pembersihan harus dilakukan agar
semua sisa agregat dan debu keluar dari permukaan sisa penggilingan.
Pemebersihan dapat dilakukan dengan penyapuan atau penyiraman.

Gambar 7.1.1: Cold Milling


b) Penyemprotan Tack Coat
Permukaan hasil pembongkaran setelah dibersihkan apabila telah kering
selajutnya dapat disemprot dengan material lapis perekat (tack coat) secara
merata. Pada permukaan (vertikal) potongan harus juga diberi lapis perekat.
Tack coat harus dilakukan penyemprotan ulang apabila lahan kerja kotor atau
terkena air hujan. (Scott, 1999).
Penyemprotan lapisan tack coat dilakukan dengan selang penyemprot
yang diujungnya dipasang pipa semprot. Ujung dari pipa semprot merupakan
alat yang menentukan ketebalan penyemprotan. Penyemprotan tersebut dapat
dilakukan oleh manusia langsung maupun menggunakan alat/kendaraan.

Gambar .1.72: Penyemprotan Baik Gambar 7.1.3: Penyemprotan Buruk

c) Penghamparan Campuran HMA


Apabila lapisan tack coat sudah setting, material Hot Mixing Asphalt dapat
segera dihamparkan. Penempatan awal HMA harus dilakukan pada suhu yang
sesuai untuk mendapatkan kerapatan, kelancaran permukaan, dan persyaratan
tertentu lainnya.
Mesin pavers biasanya digunakan untuk menyebarkan Hot Mixing
Asphalt, sangat sedikit penyebaran HMA dilakukan dengan pekerjaan manual.
Alat ini merupakan traktor beroda ban atau crawler yang dilengkapi
dengan suatu sistem yang berfungsi untuk menghamparkan campuran aspal di
atas permukaan jalan. Pada bagian depan terdapat hopper yang berfungsi untuk
menerima campuran aspal dari dump truck. Selanjutnya campuran akan
dihamparkan dengan menggunakan conveyor dan auger. Aspal yang telah
dihamparkan diatur dengan alat Screed untuk mendapatkan ketebalan dan lebar
yang diinginkan. Sangat penting untuk tetap menjaga mesin pavers beroperasi
secara terus-menerus secara konstan.

Gambar 7.1.6: Mesin Paver

d) Pemadatan Lapisan Baru


Setelah dihamparkan, HMA harus dipadatkan secara menyeluruh dan
seragam oleh mesin pemadat. Permukaan harus dipadatkan sesegera mungkin bila
HMA telah dihamparkan sesuai dengan rencana yang diinginkan sehingga
pemadatan tidak menyebabkan perpindahan, penggeseran atau dorongan yang
tidak semestinya.
Mesin pemadat harus terus bekerja sampai permukaannya memiliki tekstur
yang seragam, hingga kerapatan yang dibutuhkan diperoleh.

Gambar 7.1.7: Alat Pemadat Aspal

VIII. SATUAN PENGUKURAN VOLUME PEKERJAAN DAN PROSEDUR


PENGUKURAN VOLUME PEKERJAAN
1. Satuan pengukuran
Adapun satuan pengukuran yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah Ton/M3.

Anda mungkin juga menyukai