DISUSUN OLEH
03120180247
C1
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
Sarana transportasi darat yang paling penting adalah jalan raya. Sejalan
dengan perkembangan teknologi, maka kebutuhan akan jalan yang memenuhi
persyaratan guna meningkatkan kekuatan konstruksi sangat penting.
Kekuatan konstruksi jalan sangat dipengaruhi oleh jenis perkerasan jalan
tersebut.
A. Persyaratan Tanah
Tanah dasar ialah jalur tanah baguan dari jalan yang terletak
dibawah perkerasan jalan. Kekuatan dan keawetan pengerasan jalan itu
sangat tergantung pada sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Oleh
karena itu, maka pada perencanaan pembuatan jalan baru harus diadakan
pemeriksaan tanah yang teliti ditempat- tempat yang akan dijadikan tanah
dasar yang berfungsi untuk mendukung pengerasan jalan.
Ada tiga kondisi yang akan ditemui di lapangan untuk penyiapan
tanah dasar, yaitu:
- kondisi tanah asli
- tanah dasar berasal dari timbunan,atau
- tanah dasar berasal dari galian
Sifat utama seperti Indeks Plastis berkisar 4/10 dan lolos saringan
No. 200, maksimum 200%
Tabel 1.2. Sifat umum bahan tanah untuk lapis pondasi bawah
C. Contoh Bahan
Persyaratan umum
Bahan-bahan yang dipilih dan digunakan untuk pembangunan LPB
terdiri dari bahan-bahan berbutir dipecah (A), bahan berbutir
dibelah dan kerikil (B), kerikil, pasir dan lempung alami (C).
1) LPB kelas A, berupa agregat batu pecah disaring, digradasi dan
semuanya lolos saringan 3” atau 75.00 mm, memenuhi tabel 1.3
dibawah ini.
2) LPB kelas B, terdiri dari campuran batu belah dengan kerikil, pasir
dan lempung yang lolos saringan 2,5” atau 62.50 mm, memenuhi
tabel
2.1 dibawah ini.
3) LPB kelas C, terdiri dari kerikil, pasir dan lempung yang lolos
saringan 1,5” atau 37.50 mm, memenuhi tabel 1.3 dibawah ini.
Bahan untuk pekerjaan lapis pondasi bawah harus bebas debu, zat
organic, serta bahan-bahan lain yang harus dibuang, dan harus
memiliki kualitas, bila bahan tersebut telah ditempatkan akan siap
saling mengikat membentuk satu permukaan yang stabil dan mantap.
Syarat-syarat kualitas
Bahan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah harus memenuhi
syarat- syarat kualitas berikut yang diberikan pada Tabel 1.4
A. Persyaratan Pasir
- gradasi
- kompak dan keras
- ukuran maksimum
- kadar lempung
- bentuk butir, dan
- tekstur permukaan
Agregat berbutir halus, adalah bahan yang lewat saringan No.4 dan
tertahan pada saringan No.200. biasanya berupa pasir murni, hasil
screening dari mesin pemecah batu, atau kombinasi dari keduanya.
Agregat halus harus bersih , keras, tahan lama, bebeas dari lumpur
dan berbagai macam bahan organis lainnya. Butiran yang lewat saringan
No. 40, harus non-plastis, atau mempunyai nilai plastis yang masih dalam
batas toleransi. Tidak ada nilai batas gradasi untuk bahan berbutir halus,
kecuali bahwa bahan yang lolos saringan No. 200, agar tahan lama dan
campuran mudah untuk dikerjakan, harus memenhi ketentuan da kriteria
dibawah ini:
Bila pasir berasal dari sumber ala,. Kehilangan soundness pada material
yang tertahan pada saringan No. 50 adalah ≤ 15%. Bila pasir yang mengandung
garam dari sumber di pantai, diyakini tidak mengganggu campuran, bahan
tersebut dapat dipakai.
2..1.4 Mineral Pengisi (Filler)
Mineral filler, adalah agregat halus yang lolos saringan No. 20O,
berupa abu (dust). Abu kapur atau abu semen diyakini dapat
memperbaiki adhesi antara aspal dan agregat. Untuk persyaratan mineral
filler,apakah abu kapur atau lainnya,gunakan tabel berikut :
Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka
aspal harus memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat
dilaksanakan mempunyai tingkat kekentalan tertentu. Penggunaan aspal
pada perkerasan jalan dapat melalui dicampurkan pada agregat sebelum
dihamparkan (prahampar), seperti lapisan beton aspal atau disiramkan
pada lapisan agregat yang telah dipadatkan dan ditutupi oleh agregat-
agregat yang lebih halus (pascahampar), seperti perkerasan penetrasi
macadam atau pelaburan. Fungsi utama aspal untuk kedua jenis proses
pembentukan perkerasan yaitu proses pencampuran prahampar dan
pascahampar itu berbeda. Pada proses prahampar aspal yang dicampurkan
dengan agregat akan membungkus atau menyelimuti butir-bitur agregat
mengisi pori antar butir, dan meresap ke dalam pori masing-masing butir.
Pada proses pascahampar, aspal disiramkan pada lapisan agregat yang
telah dipadatkan, lalu di atasnya ditaburi butiran agregat halus. Pada
proses ini aspal akan meresap ke dalam pori-pori abtar butir agregat di
bawahnya. Fungsi utamanya adalah menghasilkan lapisan perkerasan
bagian atas yang kedap air dan tidak mengikat agregat sampai bagian
bawah.
a. Pemeriksaan Penetrasi
Nilai penetrasi didapat dari uji penetrasi dari alat penetrometer pada
suhu 25ºC dengan beban 100 gr selama 5 detik, dimana dilakukan
sebanyak 5 kali. ( SNI 062456-1991)
b. Pemeriksaan Titik Lembek
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengukur nilai temperatur
dimana bola-bola baja mendesak turun lapisan aspal yang ada pada
cincin, hingga aspal tersebut menyentuh dasar pelat yang terletak di
bawah cincin pada jarak 1 (inchi), sebagai akibat dari percepatan
pemanasan tertentu. Berat bola baja 3,45-3,55 gr dengan diameter 9,53
mm. (SNI 06-2434-1991)
c. Pemeriksaan titik nyala
Pemeriksaan ini untuk menentukan suhu dimana diperoleh nyala
pertama diatas permukaan aspal dan menentukan suhu dimana terjadi
terbakarnya pertama kali diatas permukaan aspal. Dengan mengetahui
nilai titik nyala dan titik bakar aspal, maka dapat diketahui suhu
maksimum dalam memanaskan aspal sebelum terbakar. (SNI 06-2440-
1991)
d. Pemeriksaan Kehilangan Berat
Pemeriksaan ini berguna dalam pelaksanaan pengujian kehilangan
berat minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentu
yang dinyatakan dengan berat semula (SNI 06-2440-1991)
e. Pemeriksaan Daktalitas Aspal
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengukur jarak terpanjang yang
dapat ditarik pada cetakan yang berisi aspal sebelum putus pada suhu
25ºC dengan kecepatan tarik 5 cm/menit. Besarnya daktalitas aspal
penetrasi 60/70 disyaratkan min 100 cm ( SNI 06-2432-1991
f. Pemeriksaan Berat Jenis Aspal Berat jenis aspal merupakan
perbandingan antara berat aspal dengan berat air suling dengan
volume
yang sama. Persyaratan yang ditentukan untuk berat jenis aspal adalah
1 gr/cc (SNI 06-2441-1991).
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN