Klasifikasi tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan kategorisasi tanah berdasarkan
karakteristik yang membedakan masing-masing jenis tanah.Klasifikasi tanah merupakan sebuah
subjek yang dinamis yang mempelajari struktur dari sistem klasifikasi tanah, definisi dari kelaskelas yang digunakan untuk penggolongan tanah, kriteria yang menentukan penggolongan tanah,
hingga penerapannya di lapangan.Tanah sendiri dapat dipandang sebagai material maupun
sumber daya.
Tujuan : Untuk mengklasifikasi tanah dalam kelompokkelompok sesuai dengan sifat dan bentuk
fisik tanah tersebut.
Jenis klasifikasi:
Klasifikasi visual
Sistem US dept of agriculture
Sistem AASHTO
Sistem UCS
Klasifikasi Visual:
Dilakukan dengan cara melihaat langsung benda uji dan memperkirakan jenias material
berdasarkan.
Warna
Bau
Perasaan
Kethananan
Pemuaian
Sedimentasi
klasifikasi tanah bukanlah satu-satunya cara yang digunakan sebagai dasar untuk perencanaan
dan perancangan konstruksi.
Adapun sistem klasifikasi tanah yang telah umum digunakan adalah :
1. Sistem Unified Soil Clasification System (USCS).
Dalam sistem ini, Cassagrande membagi tanah atas 3 (tiga) kelompok (Sukirman, 1992) yaitu :
1. Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan No. 200.
2. Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan No. 200.
3. Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau dan sisa-sisa tumbuh-tumbuhan yang
terkandung di dalamnya.
Dimana :
W = Well Graded (tanah dengan gradasi baik),
P = Poorly Graded (tanah dengan gradasi buruk),
L = Low Plasticity (plastisitas rendah, LL<50),
H = High Plasticity (plastisitas tinggi, LL> 50).
Garis A pada umumnya memisahkan material seperti tanah liat (clay) dari material tanah
gambut (silty), dan organik dari non-organik.
Klasifikasi tanah
SUMBER:
http://kampuzsipil.blogspot.com/2011/09/sistem-klasifikasi-tanah.html
http://repository.binus.ac.id/content/S0034/S003493342.pdf
Hasil CBR yang dilakukan dengan penambahn kadar Cornice Adhesive serta adanya
variasi waktu pemeraman yang telah ditentukan dapat meningkatkan nilai CBR. Peningkatan
nilai CBR terjadi seiring bertambahnya waktu pemeraman akibat penambahan Cornice Adhesive.
Peningkatan pada nilai CBR terjadi secara signifikan setelah penambahan 6% Cornice Adhesive,
pada penambahan 9% Cornice Adhesive peningkatan nilai CBR sudah cukup baik tetapi lama
waktu pemeramannya tidak mempengaruhi peningkatan nilai CBR, sedangkan pada penambahan
12% dan 15% Cornice Adhesive, serta lamanya waktu pemeraman
dapat mempengaruhi peningkatan nilai CBR yang baik.
lempung adalah deposit yang mempunyai partikel berukuran
0,002 mm atau lebih kecil dari itu dalam jumlah lebih dari 50%. Menurut Mitchell, 1976)
lempung didefinisikan sebagai partikel tanah yang berukuran < 2 mm, sedangkan ASTM
memberikan batas bahwa secara fisik ukuran lempung adalah yang lolos saringan No.200.
Lempung terdiri dari partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis yang berbentuk
lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral
lempung (clay minerals), dan mineral-mineral yang sangat halus lainnya.
Mineralogi adalah faktor pengendali utama terhadap ukuran, bentuk, sifat fisis, mekanis
dan kimia dari partikel tanah ( Mitchell, 1976 ). Untuk jenis lempung tidak cukup hanya
dilihat dari ukuran butirannya saja tetapi perlu diketahui mineral yang terkandung
didalamnya.
Beberapa karakteristik tanah lempung mengembang yang diteliti oleh N. K. Ameta, D.G.
M. Purohit, A. S. Wayal, (2008), dapat diperlihatkan pada Tabel 1.
METODE PENELITIAN
Standart Penelitian
Penelitian Laboratorium ini dimaksudkan untuk mengetahui persentase penambahan
Cornice Adhesive dan variasi pemeramanya. Semua pengujian ini dilakukan di Laboratorium
Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Medan (ITM). Jenis Percobaan yang
dilakukan menurut Standart ASTM dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Percobaan yang dilakukan menurut Standart ASTM
Hasil
Pengujian
CBR
Untuk variasi waktu pemeraman pada pengujian CBR Desain baik pada tanah asli
maupun yang sudah distabilisasi dengan cornice adhesive diperoleh nilai CBR Desain pada
masing-masing waktu pemeraman, Dari Gambar 5. pemeraman 14 hari dengan kadar cornice
adhesive 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% dapat diperhatikan adanya garis variasi beban yang
dipikul terlihat titik-titik yang mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan pada saat pemeraman
tidak terjadinya penguapan sehingga hasil yang diperoleh optimal.
Pada saat waktu pemeraman 14 hari dengan penambahan 15% cornice adhesive dapat
dilihat bahwa garis grafiknya lebih tinggi dari penambahan cornice adhesive yang lain karena
beban yang dipikulnya lebih besar daripada yang lainnya.
Dari hasil penelitian tanah lempung daerah Melati, Perbaungan, Serdang Bedagai,
Sumatra Utara yang kemudian dianalisa dan di diskusikan dapat diambil beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Tanah lempung mempunyai indeks plastisitas sebesar 37,23%. Menurut Unified Soil
Classification System (USCS), tanah asli ini termasuk tanah kelompok CH yaitu Lempung
anorganik dengan plastis tinggi (high plasticity clay), sedangkan menurut American of
State Highway and Transportation Official (AASHTO) tanah tersebut dalam kelompok A7-6, merupakan tanah berlempung yang tidak baik atau buruk apabila digunakan sebagai
dasar pondasi.
2. Pada uji batas-batas konsistensi dengan stabilisasi cornice adhesive tanpa proses
pemeraman diperoleh nilai IP dari 37,233 menjadi 6,272%, PL dari 27,817% menjadi
33,718%, LL dari 65,05% menjadi 39,99%, sementara nilai Gs untuk cornice adhesive
yaitu 1,67 dan untuk tanah asli dan penambahan cornice adhesive 3%,6%,9%,12%,15%
nilai Gs terjadi penurunan dari 2,78 menjadi 2,11.
3. Pada pengujian CBR yang dilakukan dengan penambahan kadarcornice adhesive serta
adanya variasi waktu pemeraman yang telah ditentukan dapat meningkatkan nilai CBR
dan CBR Desain. Peningkatan nilai CBR dan CBR Desain terjadi seiring dengan
bertambahnya waktu pemeraman akibat penambahan cornice adhesive. Peningkatan CBR
Desain yang terjadi secara signifikan setelah penambahan 6% cornice adhesive. Pada
penambahan 9% Cornice Adhesive peningkatan nilai CBR sudah cukup baik yaitu 5,58,1% tetapi lama waktu pemeramannya tidak mempengaruhi peningkatan nilai CBR,
sedangkan pada penambahan 12% dan 15% Cornice Adhesive, serta lamanya waktu
pemeraman dapat mempengaruhi peningkatan nilai CBR yang baik yaitu 11,8-20
%.SUMBER:Anagnostopoulos C.A. dan Chatziangelou M, (2008), Compressive Strength of
CementStabilized Soils. A New Statistical Model, Electronic Journal of
GeotechnicalEngineering (EJGE).
STABILITAS TANAH
Stabilitas tanah adalah pengubahan atau perawatan terhadap satu atau beberapa properti tanah
untuk meningkatkan kondisi material tanah/butiran tanah, dan pertama dikembangkan di jaman
Romawi.
TUJUAN:
FAKTOR PENENTU:
1. Karakteristik alat pemadat
Berat dan Ukuran
Aksi yang dihasilkan
Frekuensi Operasi
2. Karakteristik tanah
3. Prosedur pemadatan
1 . Jumlah gilasan
2. Tebal lapisan
3.Towing speed
4. TEORI DASAR
Pertama kali dikembangkan oleh R.R. Proctor tahun 1920-an dengan 4 variabel :
1. Usaha Pemadatan (Energi Pemadatan)
2. Jenis tanah
3. Kadar air
4. Berat isi kering
Stabilisasi tanah dapat terdiri dari salah satu atau gabungan pekerjaan pekerjaan
berikut :
1.
Mekanis :
yaitu pemadatan untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan memakai energi mekanis, seperti
mesin gils, ledakan, tekanan statis dan sebagainya. stabilisasi dengan berbagai macam
peralatan mekanis seperti :
- mesin gilas ( roller)
- benda benda berat yang dijatuhkan (pounder)
- peledakan dengan alat peledak (eksplosif)
- tekanan statis
- pembekuan
- pemanasan
- dll
2. Bahan pencampur / tambahan (additive)
yaitu penambahan gamping, abu batubara dan kadang-kadang semen diterapkan pada
deposit lempung terutama pada lempung yang mengalami perubahan volume yang besar
yang mengakibatkan perubahan ion-ion Ca2+ untuk mengurangi kegiatan-kegiatan
mineral lempung.
Holtz dan Kovacs (1981), mengemukakan bahwa penggunaan bahan kimia untuk
stabilisasi tanah atau meningkatkan kekuatan tanah sangat mungkin dilakukan karena
adanya peristiwa pertukaran ion (ion exchange). Pertukaran ion tersebut adalah antara
ion-ion negatif (anion) yang berada pada permukaan lempung dengan ion-ion positif
(kation) yang ada disekitarnya. Selain karena mengandung exchange cation, efektifitas
fly ash sebagai bahan tambah kimia dikarenakan mengandung senyawa silikat dan
aluminat sehingga dikategorikan sebagai bahan pozzolan. Sebagai bahan pozzolan fly ash
memiliki kemampuan untuk terhidrasi seperti potland cement dan melakukan sementasi
pada tanah.
Penggunaan fly ash disarankan antara 10 - 20 % karena penambahan fly ash lebih dari 20
% tidak memberikan pengaruh yang signifikan bahkan cenderung menimbulkan
pengurangan pada kekuatan tanahnya. Penambahan fly ash sebesar 15 % akan memiliki
kekuatan mengembang lebih kecil dibanding dengan tanah lempung campuran atau
penambahan 5 % fly ash. Hal ini disebabkan karena struktur partikelnya lebih rapat
sehingga struktur partikel lempung yang dicampur fly ash 15 % lebih berdekatan dan
menghasilkan kepadatan kering lebih tinggi serta struktur atau fibrikasi partikel yang
lebih kuat. Penambahan fly ash 15 % merupakan persen optimum fly ash sebagai bahan
stabilisasi. Fenomena ini terjadi akibat hidrasi CaO akibat reaksi penambahan fly ash
dengan menghasilkan struktur kepadatan yang lebih tinggi dan harga kepadatan kering
yang lebih besar.
tujuan untuk
Perbaikan kemampatan :
Pengurangan permeabilitas :
Perbaikan karakterristik :
karakteristik
mekanisnya
yang
sulit,
kadang
kadang
material method /
geotextile.
d. Metoda perpindahan (displacement method)
Metoda ini dapat dibagi dalam dua macam :
a. Sesudah penggalian lapisan yang lunak dengan alat berat, bahan tanah
yang
b. Tanah yang lunak itu didesak dengan beban timbunan tanah yang baik
atau didesak dengan ledakan.
keruntuhan,
diperlambat.
ada
dua
maka
metoda
pelakasanaan
untuk
penimbunan
memperlambat
harus
kecepatan
pelaksanaan, yaitu :
a. Metoda peningkatan tinggi timbunan secara bertahap.
b. Metoda peningkatan tinggi timbunan secara kontinyu dan berangsur
angsur
e. Metoda pembebanan.
untuk mengusahakan konsolidasi lapisan yang lunak dan memperbesar gaya
geser. ada 4 metoda yang perlu diketahui :
a. Metoda pra pembebanan (pre loaading method)
b. Metoda beban tambahan (surchage method)
pada metoda ini, kapur atau stabilisator semen dikocok kocok dan
dicampur dengan tanah kohesif
Bilamana suatu gaya gempa bekerja pada tanah berpasir, maka sering
tanah
pasir
tersebut
mengalami
peristiwa
pencairan
(liquifaksi
Karakteristik
liquifaksi
yang
terdiri
dari
tanah
berpasir
lepas
yang
digunakan
untuk
stabilisasi
lapisan
yang
dangkal,
dihamparkan
di
tempat
pekerjaan,
kemudian
ditaburi
bahan
stabilisasi dan dicampur atau tanah yang akan distabilisasi itu digaruk dan
dicampur dengan bahan stabilisasi
D. Stabilisasi dengan grouting
Tujuan :
- memperkuat daya dukung tanah pondasi
- membendung air rembesan
Pipa pipa diisi dengan cairan bersuhu rendah, sehingga air pori dalam
tanah pondasi disekeliling pipa menjadi beku
Hasil yang diperoleh dari metoda ini sangat baik, sehingga metoda ini
dapat
diterapkan
sebagai
tindakan
sementara
untuk
konstruksi
terowongan dibawah dasar sungai atau kebocoran pada pipa air minum
dan pipa pembuangan kotoran.
- dipadatkan pada keadaan yang lebih basah dari optimum (3 % - 4 %). Hal
ini menjamin terdapatnya sruktur tanah lempung yang cukup terpencar dan
pada saat yang sama menghasilkan kepadatan kering yang rendah. Terlihat
bahwa kepadatan kering lempung mengembang merupakan parameter yang
penting.
- mengontrol perubahan kadar air dari nilai referensinya (kadar air pada saat
lempung itu akhirnya digunakan sebagai pendukung pondasi).
8. STABILISASI DENGAN BAHAN BUATAN
SUMBER:
http://vem-pait92.blogspot.com/2013/11/makalah-stabilisasi-tanah.html
SELESAI.