KELOMPOK 8
Disusun oleh :
1. Wahyudinata (06)
2. Siti Khofifah Nur Fadillah (15)
3. Dhea Risma Lufita (20)
4. Ayu Lhaksmi Primastuti (32)
5. Feby Aditya Kristanto (39)
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................3
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sarana transportasi darat yang paling penting adalah jalan raya. Sejalan
dengan perkembangan teknologi, maka kebutuhan akan jalan yang memenuhi
persyaratan guna meningkatkan kekuatan konstruksi sangat penting. Kekuatan
konstruksi jalan sangat dipengaruhi oleh jenis perkerasan jalan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatasn dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut.
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari disusunnya makalah ini meliputi:
1) Untuk mengetahui jenis-jenis bahan material perkerasan jalan.
1
2) Untuk mengetahui karakteristik setiap jenis material perkerasan jalan.
3) Untuk mengetahui persyaratan bahan material perkerasan jalan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan Material Perkerasan Jalan
1. Bahan Tanah
1) Persyaratan Tanah
Soedang (2005;152) menyatakan, ”Tanah dasar (Subgrade) akan
selalu menjadi pondasi dari suatu perkerasan jalan baik struktur perkerasan
lentur maupun perkerasan kaku.” Tanah dasar ini dapat berupa batuan
keras, batuan lunak atau tanah asli. Batuan kerasn atau batuan lunak
biasanya secara teknis tidak memerlukan suatu pemilihan atau perbaikan
kekuatan material yang berarti. Hanya dari sei pengerjaan yang relatif
sedikit lebih sulit dari pengerjaan tanah biasa. Yang lebih memerlukan
perhatian adalah subgrade yang terbentuk dari tanah.
Tanah dasar ialah jalur tanah baguan dari jalan yang terletak dibawah
perkerasan jalan. Kekuatan dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung
pada sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Oleh karena itu, maka pada
perencanaan pembuatan jalan baru harus diadakan pemeriksaan tanah yang teliti
ditempat- tempat yang akan dijadikan tanah dasar yang berfungsi untuk
mendukung pengerasan jalan.
Ada tiga kondisi yang akan ditemui di lapangan untuk penyiapan tanah
dasar, yaitu:
1) Kondisi tanah asli
2) Tanah dasar berasal dari timbunan,atau
3
3) Tanah dasar berasal dari galian
4
Tabel 1.1. Pendekatan kekuatan CBR
Tabel 1.2. Sifat umum bahan tanah untuk lapis pondasi bawah
Contoh Bahan
Contoh bahan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah harus diserahkan
kepada Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan paling sedikit 14 hari
sebelum pekerjaan dimulai, dan harus disertai dengan hasil-hasil data pengujian
sesuai dengan persyaratan spesifikasi untuk kualitas dan bahan-bahan seperti
diuraikan dalam spesifikasi LPB dibawah.
Syarat Bahan
Persyaratan umum
Bahan-bahan yang dipilih dan digunakan untuk pembangunan LPB
terdiri dari bahan-bahan berbutir dipecah (A), bahan berbutir dibelah
dan kerikil (B), kerikil, pasir dan lempung alami (C).
1) LPB kelas A, berupa agregat batu pecah disaring, digradasi dan
semuanya lolos saringan 3” atau 75.00 mm, memenuhi tabel 1.3
dibawah ini.
2) LPB kelas B, terdiri dari campuran batu belah dengan kerikil, pasir
dan lempung yang lolos saringan 2,5” atau 62.50 mm, memenuhi
tabel 2.1 dibawah ini.
5
3) LPB kelas C, terdiri dari kerikil, pasir dan lempung yang lolos
saringan 1,5” atau 37.50 mm, memenuhi tabel 1.3 dibawah ini.
Bahan untuk pekerjaan lapis pondasi bawah harus bebas debu, zat
organic, serta bahan-bahan lain yang harus dibuang, dan harus
memiliki kualitas, bila bahan tersebut telah ditempatkan akan siap
saling mengikat membentuk satu permukaan yang stabil dan mantap.
Bila perlu dan sesuai dengan perintah Direksi Teknik, bahan-bahan
dari berbagai sumber atau pemasokan dapat disatukan (dicampur)
dalam perbandingan yang diminta oleh Direksi Teknik atau seperti
yang ditunjukan dengan pengujian-pengujian, untuk dapat memenuhi
persyaratan Spesifikasi bahan lapis pondasi bawah
Gradasi lapis pondasi bawah (LPB)
Tabel 1.3. Syarat Spesifikasi Bahan
UKURAN % LOLOS ATAS BERAT
SARINGAN KELAS A KELAS B KELAS C
Mm ( <75 mm ) ( < 62,5 mm )
75.0 100 -
62.5 - 100
37.5 60 - 90 67 - 100 Maks. 100
25.0 46 - 78 -
10.0 40 - 70 40 - 100
9.5 24 - 56 25 - 80
4.75 13 - 45 16 - 66
2.30 6 - 36 10 - 55 Maks. 80
1.18 - 6 - 45
0.60 2 - 22 -
0.125 2 - 18 3 - 33
0.075 0 - 10 0 - 20 Maks. 15
Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB
Syarat-syarat kualitas
Bahan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah harus memenuhi
syarat-syarat kualitas berikut yang diberikan pada Tabel 1.4
6
Tabel 1.4. Syarat Kualitas Material Lapis Pondasi Bawah
URAIAN BATAS TEST
Batas Cair Maksimum 35%
Indeks Plastisitas 4% - 12%
Ekivalen Pasir (Bahan Halus Plastis) Minimum 25
CBR terendam Minimum 30%
Kehilangan berat karena Abrasi (500 putaran) Maksimum 40%
Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB
Pasir
1) Persyaratan Pasir
Material pasir juga seringkali digunakan sebagai bahan
material perkerasan jalan. Baik digunakan sebagai lapis pondasi bawah,
lapis antara tanah dasar yang lunak dengan lapis pondasi bawah atau
sebagai bahan material pencampur hot-mix, terutama pasir halus sampai
sedang yang bersih.
7
Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga 2009
Bahan Agregat
A.) Klasifikasi Agregat (Sub Base dan Base Course)
a) Agregat alam
8
Digunung- gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat
masih berbentuk batu gunung sehingga diperlukan proses pengolahan
terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi
perkerasan jalan.
c) Agregat buatan
d) Batuan beku
e) Batuan sedimen
9
Berdasarkan cara pembentukannya batuan sedimen dapat
ddibedakan atas:
10
Sifat kekuatan dan keawetan dipengaruhi oleh:
a) gradasi
b) kompak dan keras
c) ukuran maksimum
d) kadar lempung
e) bentuk butir, dan
f) tekstur permukaan
1) Gradasi seragam (uniform graded), dari komposisi butiran akan
menghasilkan suatu kepadatan yang bervariasi akibat kontak butir
sebagian, sedangkan stabilitas pada sifat penyekatan (confined).
2) Gradasi baik (well graded), memberikan suatu keadaan kepadatan
stabilitas yang baik akibat kontak butir yang hampir menyeluruh pada
bidang permukaan
3) Gradasi Jelek (poor graded), kondisi yang terburuk karena kontak butir
buruk megakibatkan kepadatan rendah dan mempunyai stabilitas yang
kecil
Adapun kriteria agregat yang baik adalah mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
11
Agregat berbutir halus, adalah bahan yang lewat saringan No.4 dan
tertahan pada saringan No.200. biasanya berupa pasir murni, hasil
screening dari mesin pemecah batu, atau kombinasi dari keduanya.
Agregat halus harus bersih , keras, tahan lama, bebeas dari lumpur
dan berbagai macam bahan organis lainnya. Butiran yang lewat saringan
No. 40, harus non-plastis, atau mempunyai nilai plastis yang masih dalam
batas toleransi. Tidak ada nilai batas gradasi untuk bahan berbutir halus,
kecuali bahwa bahan yang lolos saringan No. 200, agar tahan lama dan
campuran mudah untuk dikerjakan, harus memenhi ketentuan da kriteria
dibawah ini:
12
Tabel 1.6. Persyaratan Agregat Halus
Sum
ber: Direktorat Jenderal Bina Marga (2009)
Mineral filler, adalah agregat halus yang lolos saringan No. 20O,
berupa abu (dust). Abu kapur atau abu semen diyakini dapat memperbaiki
adhesi antara aspal dan agregat. Untuk persyaratan mineral filler,apakah
abu kapur atau lainnya,gunakan tabel berikut :
13
Kadar filler yang semakin tinggi akan menurunkan daktalitas,
hal ini juga terjadi pada berbagai suhu.
Jenis filler yang akan menaikkan viskositas aspal akan
menurunkan penetrasi aspal.
c. Efek suhu dan pemanasan :
Jenis dan kadar filler memberikan pengaruh yang saling
berbeda pada berbagai temperatur.
14
pada suhu dan kadar filler yang sama, nilai penetrasi campuran
aspal-filler akan turun sampai < 1/3 dari penetrasi semula.
e. Viskositas campuran aspal-filler pada suhu tinggi sangat bervariasi
pada kisaran yang lebar, tergantung pada jenis filler dan kadarnya.
Perbedaan ini menjadi kecil apabila pada suhu rendah.
f. Hasil tes menunjukkan bahwa ada hubungan yang baik antara
viskositas aspal dan usaha pemadatan campuran. Disarankan suhu
perlu dinaikkan bila memadatkan campuran dengan aspal-filler
berkosentrasi tinggi.
g. Hasil tes menunjukkan ada hubungan yang baik antara stabilitas
campuran dan kekentalan aspal pada pemadatan campuran dengan
kadar void yang sama.
h. Sensitivitas campuran terhadap air pada tipe dan kadar filler yang
berbeda menunjukkan variasi yang besar. Hasil tes menunjukkan
bahwa sensitivitas terhadap air dapat diturunkan dengan mengurangi
kadar filler yang sensitif air.
15
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan
agregat antara sesama aspal.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori
yang ada di dalam butir agregat itu sendiri.
Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka
aspal harus memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat
dilaksanakan mempunyai tingkat kekentalan tertentu. Penggunaan aspal
pada perkerasan jalan dapat melalui dicampurkan pada agregat sebelum
dihamparkan (prahampar), seperti lapisan beton aspal atau disiramkan
pada lapisan agregat yang telah dipadatkan dan ditutupi oleh agregat-
agregat yang lebih halus (pascahampar), seperti perkerasan penetrasi
macadam atau pelaburan.
16
Tabel 1.8. Ketentuan-ketentuan aspal Penetrasi 60/70
a. Pemeriksaan Penetrasi
Nilai penetrasi didapat dari uji penetrasi dari alat penetrometer pada
suhu 25ºC dengan beban 100 gr selama 5 detik, dimana dilakukan
sebanyak 5 kali. ( SNI 062456-1991)
b. Pemeriksaan Titik Lembek
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengukur nilai temperatur
dimana bola-bola baja mendesak turun lapisan aspal yang ada pada
cincin, hingga aspal tersebut menyentuh dasar pelat yang terletak di
bawah cincin pada jarak 1 (inchi), sebagai akibat dari percepatan
17
pemanasan tertentu. Berat bola baja 3,45-3,55 gr dengan diameter 9,53
mm. (SNI 06-2434-1991)
c. Pemeriksaan titik nyala
Pemeriksaan ini untuk menentukan suhu dimana diperoleh nyala
pertama diatas permukaan aspal dan menentukan suhu dimana terjadi
terbakarnya pertama kali diatas permukaan aspal. Dengan mengetahui
nilai titik nyala dan titik bakar aspal, maka dapat diketahui suhu
maksimum dalam memanaskan aspal sebelum terbakar. (SNI 06-2440-
1991)
d. Pemeriksaan Kehilangan Berat
Pemeriksaan ini berguna dalam pelaksanaan pengujian kehilangan
berat minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentu yang
dinyatakan dengan berat semula (SNI 06-2440-1991)
e. Pemeriksaan Daktalitas Aspal
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengukur jarak terpanjang yang
dapat ditarik pada cetakan yang berisi aspal sebelum putus pada suhu
25ºC dengan kecepatan tarik 5 cm/menit. Besarnya daktalitas aspal
penetrasi 60/70 disyaratkan min 100 cm ( SNI 06-2432-1991
f. Pemeriksaan Berat Jenis Aspal Berat jenis aspal merupakan
perbandingan antara berat aspal dengan berat air suling dengan volume
yang sama. Persyaratan yang ditentukan untuk berat jenis aspal adalah
1 gr/cc (SNI 06-2441-1991).
18
pekerjaan. Pada lampiran diberikan tabel yang menunjukkan rujukan
untuk manual pengujian berdasarkan SNI dan AASHTO.
19
Menurut Sukirman (2003), perencanaan komposisi campuran aspal
didasarkan pada syarat-syarat campuran aspal yaitu stabilitas, durabilitas,
fleksibilitas dan tahan geser. jika agregat dicampur dengan aspal maka :
JENIS ASPAL
Aspal Alam :- Aspal Gunung (Rock Asphalt)
ex : Aspal P. Buton
- Aspal Danau (Lake Asphalt)
ex : Aspal Bermudez, Trinidad
20
Merupakan hasil destilasio minyak bumi
Berdasarkan jenis bahan dasarnya
Asphaltic base crude oil
Bahan dasar dominan aspaltic
Parafin base crude oil
Bahan dasar dominan parafin
Mixed base crude oil
Bahan dasar campuran asphaltic dan parafin
Berdasarkan bentuknya
Aspal keras/panas (Asphalt cemen)
Aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu ruang
berbentuk padat
*) Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat
*) Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat
kekerasannya).
*) Aspal keras yang biasa digunakan :
- AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 – 50
- AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 – 79
- AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 – 100
- AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300
*) Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas,
volume lalu lintas tinggi.
*) Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin,
lalu lintas rendah.
*) Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan 80/100.
21
*) Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan
pelarutnya, aspal cair dibedakan atas :
1. RC (Rapid curing cut back )
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan bensin (premium), RC
merupakan curback asphal yang paling cepat menguap.
RC cut back asphalt dugunakan sebagai:
- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resap pengikat)
2. MC (Medium Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak tanah (Kerosine).
MC merupakan cutback aspal yang kecepatan menguapnya sedang.
3. SC (Slow Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar, SC merupakan cut
back asphal yang paling lama menguap.
SC Cut back asphalt digunakan sebagai:
- Prime coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)
Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada suhu 600
(makin kental)
ex :
RC 30 – 60 MC 30 – 60 SC 30 – 60
RC 70 – 140 MC 70 – 140 SC 70 - 140
22
*) Partikel aspal melayang-layang dalam air karena partikel aspal diberi
muatan listrik.
*) Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;
1. Kationik
Disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan
arus listrik posirif.
2. Anionik,
Disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan
negative.
3. Nonionik,
Merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak
mengantarkan listrik.
*) Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal
emulsi anionik dan kationik.
*) Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi
sehingga pengikatan cepat terjadi. Digunakan untuk
Tack Coat
- Medium Setting (MS), Digunakan untuk Seal Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap,
Digunakan Sebagai Prime coat
Aspal Buton
Aspal buton merupakan aspal alam yang berasal dari pulau buton,
Indonesia. Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan
bahan mineral lainnya dalam bentuk bantuan. Karena aspal buton
merupakan bahan alam maka kadar bitumennya bervariasi dari rendah
sampai tinggi. Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton dibedakan
atas B10, B13, B20, B25, dan B30 (Aspal Buotn B10 adalah aspal
buton dengan kadar bitumen rata-rata 10%).
23
Fungsi Aspal Dalam Konstruksi Perkerasan Jalan
*) Sebagai Bahan Pengikat:
Memeberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat dan antara
aspal itu sendiri
*) Bahan Pengisi
Mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada antara
agregat itu sendiri.
Excavator
setelah lahan dibersihkan kemudian dilakukan pekerjaan perataan tanah
dengan menggunakan alat bulldozer
24
bulldozer untuk memindahkan tanah bekas galian maka digunakan dump
truk.
Penghamparan material pondasi bawah
Penghamparan material pondasi bawah berupa batu kali menggunakan
alat transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan
menggunakan alat tandem roller
Tandem roller
pekerjaan perataan dengan tandem roller di lakukan lagi pada saat
penghamparan lapis pondasi atas, dan lapir permukaan. Pada saat
penghamparan material pondasi dilakukan pekerjaan pengukuran elevasi
urugan dengan alat teodolit dan perlengkapanya.
Penghamparan lapis asphalt
setelah lapisan pondasi bawah selesai dikerjakan, proses selanjutnya
adalah penghamparan asphalt yang sebelumya sudah dipanaskan terlebih
25
dahulu sehingga mencair. untuk menghamparkan asphalt digunakan alat
asphalt finisher
26
Warna hitam aspal memepengaruhi psikologi pengendara menjadi
lebih teduh dan nyaman.
Untuk penggunaan pada jalan dengan lalu lintas kendaraan ringan,
jalan aspal lebih murah dibanding konstruksi jalan beton.
Proses perawatan lebih mudah karena tinggal mengganti pada
area jalan aspal yang rusak saja, dengan cari menggali dan
mengganti dengan yang baru pada area jalan yang rusak.
Pada struktur tanah yang buruk harus dilakukan perbaikan tanah terlebih
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahan perkerasan jalan terdiri dari beberapa material, sesuai dengan dengan
bagian lapisannya. Seperti, lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi atas, dan
lapisan permukaan. Masing-masing lapisan memiliki jenis bahan material
penyusun sendiri.
Bahan material inilah yang nantinya akan menentukan kualitas dan mutu
dari perkerasan jalan yang dihasilkan atau dibangun
Setiap bahan penyusun lapisasn perkerasan jalan mempunyai karakteristik
yang berbeda. Untuk mendapatkan kualitas perkerasan jalan yang baik,
maka harus mengetahui karakteristik setiap bahan tersebut serta mengetahui
persyaratan bahan agar dapat menyiapkan bahan-bahan perkerasan jalan
yang baik dan bermutu
B. SARAN
28
DAFTAR PUSTAKA
Departmen Pekerjaan Umum, 1987. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton
Laston Untuk Jalan Raya: Jakarta.
Imsippoliban, 2016. Spesifikasi Aspal Keras Berdasarkan Penetrasi (online)
(https://imsippoliban.files.wordpress.com/2016/03/rsni-s-01-2003-
spesifikasi-aspal-keras-berdasarkan-penetrasi.pdf), diakses 01 April 2019
M.Sc. Tm, Suprapto. 2000. Bahan dan Struktur Jalan Raya, Yogyakarta: Penerbit
Biro
Saodang, Hamirhan. 2015. Konstruksi Jalan Raya II, Bandung: Penerbit Nova
Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Bandung: Penerbit Nova
Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas, Jakarta: Penerbit Yayasan
Obor Indonesia
29