Anda di halaman 1dari 33

Makalah Konstruksi Jalan

Teknologi Bahan Perkerasan Jalan

KELOMPOK 8

Disusun oleh :

1. Wahyudinata (06)
2. Siti Khofifah Nur Fadillah (15)
3. Dhea Risma Lufita (20)
4. Ayu Lhaksmi Primastuti (32)
5. Feby Aditya Kristanto (39)

Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Dan Perencanaan

Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

A. LATAR BELAKANG..................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................3

C. TUJUAN PENULISAN................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Bahan Material Perkerasan Jalan..................................................................5

B. Bahan tanah Lapis Pondasi Bawah dan Bahu...............................................6

BAB III PENUTUP...............................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

i
DAFTAR GAMBAR

ii
DAFTAR TABEL

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sarana transportasi darat yang paling penting adalah jalan raya. Sejalan
dengan perkembangan teknologi, maka kebutuhan akan jalan yang memenuhi
persyaratan guna meningkatkan kekuatan konstruksi sangat penting. Kekuatan
konstruksi jalan sangat dipengaruhi oleh jenis perkerasan jalan tersebut.

Di Indonesia kontruksi perkerasan yang paling banyak digunakan adalah


perkerasan lentur, ada berbagai jenis/tipe dalam perkerasan lentur. Kualitas
dari konstruksi perkerasan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah
satunya sangat tergantung pada bahan perkerasan yang akan digunakan.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, “dalam proses perancangan


perkerasan jalan, bahan perkerasan jalan merupakan bahan yang diutamakan
didalam pertimbangan analisis parameter perancangan, karena salah satu
parameter kekuatan konstruksi jalan, terletak pada pemilihan material yang
tepat dari material yang akan digunakan didalam suatu rancangan perkerasan
jalan” (Soedang,2005;151).

Untuk menunjang pengetahuan mahasiswa mengenai penyiapan bahan


material perkerasan jalan yang baik, makan untuk itu disusunlah makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatasn dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut.

1) Apa saja bahan material perkerasan jalan?


2) Bagaimana karakteristik setiap bahan material perkerasan jalan?
3) Bagaimana standar bahan material perkerasam jalan agar didapatkan
material yang baik?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari disusunnya makalah ini meliputi:
1) Untuk mengetahui jenis-jenis bahan material perkerasan jalan.

1
2) Untuk mengetahui karakteristik setiap jenis material perkerasan jalan.
3) Untuk mengetahui persyaratan bahan material perkerasan jalan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan Material Perkerasan Jalan
1. Bahan Tanah
1) Persyaratan Tanah
Soedang (2005;152) menyatakan, ”Tanah dasar (Subgrade) akan
selalu menjadi pondasi dari suatu perkerasan jalan baik struktur perkerasan
lentur maupun perkerasan kaku.” Tanah dasar ini dapat berupa batuan
keras, batuan lunak atau tanah asli. Batuan kerasn atau batuan lunak
biasanya secara teknis tidak memerlukan suatu pemilihan atau perbaikan
kekuatan material yang berarti. Hanya dari sei pengerjaan yang relatif
sedikit lebih sulit dari pengerjaan tanah biasa. Yang lebih memerlukan
perhatian adalah subgrade yang terbentuk dari tanah.

 Gambar 1.1 Pekerjaan tanah dasar (Solar chart)

Tanah dasar ialah jalur tanah baguan dari jalan yang terletak dibawah
perkerasan jalan. Kekuatan dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung
pada sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Oleh karena itu, maka pada
perencanaan pembuatan jalan baru harus diadakan pemeriksaan tanah yang teliti
ditempat- tempat yang akan dijadikan tanah dasar yang berfungsi untuk
mendukung pengerasan jalan.
Ada tiga kondisi yang akan ditemui di lapangan untuk penyiapan tanah
dasar, yaitu:
1) Kondisi tanah asli
2) Tanah dasar berasal dari timbunan,atau

3
3) Tanah dasar berasal dari galian

Ketiga kondisi ini akan memberikan Penanganan pelaksanaan yang


berbeda satu sama lain. Untuk kondisi tanah asli, pemilihan hanya pada lokasi
yang memberikan jenis tanah yang menyumbangkan kekuatan yang memenuhi
persyaratan konstruksi tanah berasal dari timbunan disamping pemilihan
tersebut diatas, juga perlu ditinau kembang susut tanah (sweeling), masa
konsolidasi, dan pemadatan.

Sedangkan untuk kondisi tanah dasar berupa hasil galian, disamping


pemilihan jenis tanah yang memadai, harus juga memperhatikan faktor
kelongsoran dan pertimbangan teknis lainnya dalam menghadapi pekerjaan
tanah. Beberapa aspek yang menjadi perhatian khusus dalam menyiapkan
bahan tanah dasar untuk konstruksi jalan yaitu:

1) Nilai CBR yang sesuai persyaratan dan rencana


2) Potensi kembang susut tanah (sweeling)
3) Sifat permeabilitas tanah
4) Tigkat kepadatan
5) Kapileritas tanah (untuk tanah ekspansif)

B. Bahan tanah Lapis Pondasi Bawah dan Bahu


1) Secara umum karakteristik tanah untuk lapisan pondasi bawah (bila
digunakan tanah campur pasir) dan bahu hampir sama.
2) Sifat utama seperti Indeks Plastis berkisar 4/10 dan lolos saringan No. 200,
maksimum 200%

4
Tabel 1.1. Pendekatan kekuatan CBR

Sumber: Soedang (2005,153)

Tabel 1.2. Sifat umum bahan tanah untuk lapis pondasi bawah

Sumber: Soedang (2005,154)

Contoh Bahan
Contoh bahan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah harus diserahkan
kepada Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan paling sedikit 14 hari
sebelum pekerjaan dimulai, dan harus disertai dengan hasil-hasil data pengujian
sesuai dengan persyaratan spesifikasi untuk kualitas dan bahan-bahan seperti
diuraikan dalam spesifikasi LPB dibawah.

Syarat Bahan
 Persyaratan umum
 Bahan-bahan yang dipilih dan digunakan untuk pembangunan LPB
terdiri dari bahan-bahan berbutir dipecah (A), bahan berbutir dibelah
dan kerikil (B), kerikil, pasir dan lempung alami (C).
1) LPB kelas A, berupa agregat batu pecah disaring, digradasi dan
semuanya lolos saringan 3” atau 75.00 mm, memenuhi tabel 1.3
dibawah ini.
2) LPB kelas B, terdiri dari campuran batu belah dengan kerikil, pasir
dan lempung yang lolos saringan 2,5” atau 62.50 mm, memenuhi
tabel 2.1 dibawah ini.

5
3) LPB kelas C, terdiri dari kerikil, pasir dan lempung yang lolos
saringan 1,5” atau 37.50 mm, memenuhi tabel 1.3 dibawah ini.
 Bahan untuk pekerjaan lapis pondasi bawah harus bebas debu, zat
organic, serta bahan-bahan lain yang harus dibuang, dan harus
memiliki kualitas, bila bahan tersebut telah ditempatkan akan siap
saling mengikat membentuk satu permukaan yang stabil dan mantap.
 Bila perlu dan sesuai dengan perintah Direksi Teknik, bahan-bahan
dari berbagai sumber atau pemasokan dapat disatukan (dicampur)
dalam perbandingan yang diminta oleh Direksi Teknik atau seperti
yang ditunjukan dengan pengujian-pengujian, untuk dapat memenuhi
persyaratan Spesifikasi bahan lapis pondasi bawah
 Gradasi lapis pondasi bawah (LPB)
Tabel 1.3. Syarat Spesifikasi Bahan
UKURAN % LOLOS ATAS BERAT
SARINGAN KELAS A KELAS B KELAS C
Mm ( <75 mm ) ( < 62,5 mm )
75.0 100 -
62.5 - 100
37.5 60 - 90 67 - 100 Maks. 100
25.0 46 - 78 -
10.0 40 - 70 40 - 100
9.5 24 - 56 25 - 80
4.75 13 - 45 16 - 66
2.30 6 - 36 10 - 55 Maks. 80
1.18 - 6 - 45
0.60 2 - 22 -
0.125 2 - 18 3 - 33
0.075 0 - 10 0 - 20 Maks. 15
Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB
 Syarat-syarat kualitas
Bahan yang digunakan untuk lapis pondasi bawah harus memenuhi
syarat-syarat kualitas berikut yang diberikan pada Tabel 1.4

6
Tabel 1.4. Syarat Kualitas Material Lapis Pondasi Bawah
URAIAN BATAS TEST
Batas Cair Maksimum 35%
Indeks Plastisitas 4% - 12%
Ekivalen Pasir (Bahan Halus Plastis) Minimum 25
CBR terendam Minimum 30%
Kehilangan berat karena Abrasi (500 putaran) Maksimum 40%
Sumber : https://www.academia.edu/15500234/Spektek_Umum_LPA_dan_LPB
Pasir
1) Persyaratan Pasir
Material pasir juga seringkali digunakan sebagai bahan
material perkerasan jalan. Baik digunakan sebagai lapis pondasi bawah,
lapis antara tanah dasar yang lunak dengan lapis pondasi bawah atau
sebagai bahan material pencampur hot-mix, terutama pasir halus sampai
sedang yang bersih.

Adapun persyaratan dari bahan material pasir yang digunakan


dalam bahan perkerasan jalan harus memliki kriteria sebagai berikut:

- Dapat berupa pasir sungai , pasir laut atau pasir vulkanis,


dengan syarat yang harus dipenuhi sebagai bahan perkerasan
- Pasir harus bergradasi baik
- Batas maksimum 30% dari total campuran

Menurut Direktorat Jendral Bina Marga (2009) menjelaskan


bahwa, agregat halus adalah agregat yang berupa pasir atau pengayakan
batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan no.8 (2.36 mm).
Adapun gradasi yang ditentukan sebagai berikut :

Tabel 1.5. Persyaratan Material Pasir

7
Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga 2009

Bahan Agregat
A.) Klasifikasi Agregat (Sub Base dan Base Course)

1) Klasifikasi berdasarkan sumber bahan (resource)

Berdasarkan cara didapatkannya bahan, agregat terdiri dari agregat


alam dan agregat buatan. Agregat alam diperoleh secara alamiah dialam
ini, dengan sedikit pengolahan seperti pasir dan kerikil. Sedangkan agregat
buatan adalah agregat yang memerlukan proses pemecahan batu dengan
alat pemecah batu, untuk dijadikan material yang memnuhi syarat sebagai
bahan perkerasan jalan. Bermacam-macam ukuran butir dari hasil
pemecahan batu ini sesuai dengan kebutuhan gradasi komponen
perkerasan. Residu dari hasil pemecahan berupa abu batu yang dapat
digunakan sebagai bahan filler campuran dari bahan-bahan agregat dan
aspal tersebut. Sumber lain bahan filler berasal dari produksi semen dan
kapur,berupa abu semen dan abu kapur. Masing-masing harus dicermati
sifat absorbsi (penyerapan) aspal. Secara spesifik berikut adalah
penjelasan klasifikasi agregat berdasarkan sumber bahan dan proses
pengolahannya.

a) Agregat alam

Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam


atau dengan sedikit proses pengolahan, dinamakan agregat alam.Dua
bentuk agregat alam yang sering dipergunakan yaitu: kerikil dan pasir.
Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel >¼ inch (6,35 mm), Pasir
adalah agregat dengan ukuran partikel < ¼ inch tetapi lebih besar dari
0,075 mm (saringan no.200).

b) Agregat yang melalui proses pengolahan

8
Digunung- gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat
masih berbentuk batu gunung sehingga diperlukan proses pengolahan
terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi
perkerasan jalan.

Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya


diperoleh:

 Bentuk partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus.


 Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik.
 Gradasi sesuai yang diinginkan.

Proses pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu


(Crusher stone) sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol
sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.

c) Agregat buatan

Agregat yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel dengan


ukuran <0,075>

Pengendalian mutu agregat didapatkan dari angka abrasi yang


diperoleh dari hasil Los Angeles Abrasion test. Indikasinya bila abrasi
memberikan keausan lebih dari 50%,agregat dinyatakan tidak baik untuk
dijadikan bahan perkerasan jalan.

2.) Ditinjau dari asal kejadiannya

d) Batuan beku

Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku.


Dibedakan atas, batuan beku luar (extrusive igneous rock) dan batuan
beku dalam (intrusive igneous rock).

e) Batuan sedimen

Sedimen berasal dari campuran partikel mineral, sisa- sisa hewan


dan tanaman.

9
Berdasarkan cara pembentukannya batuan sedimen dapat
ddibedakan atas:

 Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti


breksi, konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan
ini banyak mengandung silica.
 Batuan sedimen yang di bentuk secara organis seperti batu
gamping, batu-bara, opal.
 Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu
gamping, garam, gips dan flint.
f) Batuan metamorf

Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami


proses perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan temperature
dari kulit bumi.

2) Klasifikasi berdasarkan dimensi butiran

Berdasarkan ukuran besar butiran dibedakan sebagai agregat kasar


dengan ukuran butiran > ¼ inchi (6,35 mm) yaitu bahan yang tertahann
saringan No.4 dan agregat halus, bahan yang lolos saringan No.4 dan
tertahan pada saringan No.200 (0,075mm). Yang lolos saringan No.200
dikategorikan sebagai abu batu. Secara spesifik dimensi butiran, pasir
termasuk agregat halus.

a. Agregat berbutir kasar


 Sifat -sifat agregat berbutir kasar

i). Kekuatan dan keawetan

Agregat adalah merupakan elemen perkerasan jalan yang


mempunyai kandungan 90-95% acuan berat,dan 75-85% acuan volume
dari komposisi perkerasan,sehingga otomatis menyumbangkan faktor
kekuatan utama dalam perkerasan jalan. Berfungsi sebagai penstabil
mekanis,agregat harus mempunyai suatu kekuatan dan kekerasan,untuk
menghindarkan terjadinya kerusakan akibat beban lalu lintas.

10
Sifat kekuatan dan keawetan dipengaruhi oleh:

a) gradasi
b) kompak dan keras
c) ukuran maksimum
d) kadar lempung
e) bentuk butir, dan
f) tekstur permukaan
1) Gradasi seragam (uniform graded), dari komposisi butiran akan
menghasilkan suatu kepadatan yang bervariasi akibat kontak butir
sebagian, sedangkan stabilitas pada sifat penyekatan (confined).
2) Gradasi baik (well graded), memberikan suatu keadaan kepadatan
stabilitas yang baik akibat kontak butir yang hampir menyeluruh pada
bidang permukaan
3) Gradasi Jelek (poor graded), kondisi yang terburuk karena kontak butir
buruk megakibatkan kepadatan rendah dan mempunyai stabilitas yang
kecil
Adapun kriteria agregat yang baik adalah mempunyai karakteristik
sebagai berikut:

a) memiliki tingkat keausan <50%


b) mempunyai ukuran butiran maksimum 1/2 – 1/3 tebal lapisan.
Karena jika ukuran butiran melebihi tebal dari lapisan
perkerasan, ada sebagian permukaan yang tidak akan
terselimuti oleh aspal.
c) bersih dari kandungan lumpur, lempung dan debu dll, agar
mampu menempel pada aspal dengan baik
d) Maksimum kandungan bagian lunak 5%
e) mempunyai tekstur permukaan yang kasar untuk memperbesar
gaya gesek dan menungkatkan stablitas perkerasan jalan
f) porositas yang rendah, agar daya serap agregat terhadap aspal
rendah, sehingga penggunaan material aspal tidak boros

b. Agregat berbutir halus

11
Agregat berbutir halus, adalah bahan yang lewat saringan No.4 dan
tertahan pada saringan No.200. biasanya berupa pasir murni, hasil
screening dari mesin pemecah batu, atau kombinasi dari keduanya.

Agregat halus harus bersih , keras, tahan lama, bebeas dari lumpur
dan berbagai macam bahan organis lainnya. Butiran yang lewat saringan
No. 40, harus non-plastis, atau mempunyai nilai plastis yang masih dalam
batas toleransi. Tidak ada nilai batas gradasi untuk bahan berbutir halus,
kecuali bahwa bahan yang lolos saringan No. 200, agar tahan lama dan
campuran mudah untuk dikerjakan, harus memenhi ketentuan da kriteria
dibawah ini:

Tabel 1.6. Persyaratan Agregat Halus

Sumber: Soedang (2005,157)

Bila pasir berasal dari sumber ala,. Kehilangan soundness pada


material yang tertahan pada saringan No. 50 adalah ≤ 15%. Bila pasir yang
mengandung garam dari sumber di pantai, diyakini tidak mengganggu
campuran, bahan tersebut dapat dipakai.

2..1.4 Mineral Pengisi (Filler)

Menurut Direktorat Jendral Bina Marga (2009), filler adalah bahan


berbutir halus yang berfungsi sebagai butiran pengisi pada pembuatan
campuran aspal. Bahan pengisi yang ditambahakan harus kering dan bebas
dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-
4142-1996 harus mengandung bahan lolos ayakan no. 200 (75 micron)
tidak kurang dari 75%. Adapun gradasi yang tentukan sebagai berikut :

12
Tabel 1.6. Persyaratan Agregat Halus

Sum
ber: Direktorat Jenderal Bina Marga (2009)

Mineral filler, adalah agregat halus yang lolos saringan No. 20O,
berupa abu (dust). Abu kapur atau abu semen diyakini dapat memperbaiki
adhesi antara aspal dan agregat. Untuk persyaratan mineral filler,apakah
abu kapur atau lainnya,gunakan tabel berikut :

Tabel 1.7. Persyaratan Agregat Halus

Sumber: Soedang (2005,157)

Menurut Suprapto (2000), penggunaan filler dalam campuran


beton aspal akan sangat mempengaruhi karakteristik beton aspal, efek
tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :

I. Efek penggunaan filler terhadap karakteristik campuran aspal


a. Efek penggunaan filler terhadap viskositas campuran :
 Efek penggunaan berbagai jenis filler terhadap viskositas
campuran tidak sama.
 Luas permukaan filler yang makin besar akan menaikkan
viskositas campuran dibanding dengan permukaan kecil
 Adanya daya affinitas, menyebabkan jumlah aspal yang dapat
diserap berbagai filler cukup bervariasi. Pada keaadaan
dimana viskositas naik, jumlah aspal yag diserap semakin
besar.
b. Efek penggunaan filler terhadap daktalitas dan penetrasi
campuran :

13
 Kadar filler yang semakin tinggi akan menurunkan daktalitas,
hal ini juga terjadi pada berbagai suhu.
 Jenis filler yang akan menaikkan viskositas aspal akan
menurunkan penetrasi aspal.
c. Efek suhu dan pemanasan :
 Jenis dan kadar filler memberikan pengaruh yang saling
berbeda pada berbagai temperatur.

II. Efek penggunaan filler terhadap karakteristik campuran aspal


beton

Kadar filler dalam campuran akan mempengaruhi dalam proses


pencampuran, penggelaran, dan pemadatan. Disamping itu kadar dan jenis
filler akan berpengaruh terhadap sifat elastis campuran dan sensitifitas
terhadap air. Hasil penelitian pengaruh penggunaan filler terhadap
campuran beton aspal adalah sebagai berikut :

a. Filler diperlukan untuk meningkatkan kepadatan, kekuatan, dan


karakteristik lain beton aspal.
b. Filler dapat berfungsi ganda dalam campuran beton aspal :
 Sebagai bahan dari agregat, filler akan mengisi rongga dan
menambah bidang kontak antar butir agregat sehingga akan
meningkatkan kekuatan campuran.
 Bila dicampur dengan aspal, filler akan membentuk bahan
pengikat yang berkosentrasi tinggi sehingga mengikat butiran
agregat secara bersama-sama.
c. Sifat aspal (Daktalitas,Penetrasi,Viskositas) diubah secara drastis
oleh filler, walaupun kadarnya relatif rendah dibanding pada
campuran beton aspal. Penambahan filler akan meningkatkan
konsistensi aspal.
d. Pada kadar filler yang umum digunakan dalam campuran beton
aspal, daktalitas campuran aspal-filler akan mencapai nol. Sedangkan

14
pada suhu dan kadar filler yang sama, nilai penetrasi campuran
aspal-filler akan turun sampai < 1/3 dari penetrasi semula.
e. Viskositas campuran aspal-filler pada suhu tinggi sangat bervariasi
pada kisaran yang lebar, tergantung pada jenis filler dan kadarnya.
Perbedaan ini menjadi kecil apabila pada suhu rendah.
f. Hasil tes menunjukkan bahwa ada hubungan yang baik antara
viskositas aspal dan usaha pemadatan campuran. Disarankan suhu
perlu dinaikkan bila memadatkan campuran dengan aspal-filler
berkosentrasi tinggi.
g. Hasil tes menunjukkan ada hubungan yang baik antara stabilitas
campuran dan kekentalan aspal pada pemadatan campuran dengan
kadar void yang sama.
h. Sensitivitas campuran terhadap air pada tipe dan kadar filler yang
berbeda menunjukkan variasi yang besar. Hasil tes menunjukkan
bahwa sensitivitas terhadap air dapat diturunkan dengan mengurangi
kadar filler yang sensitif air.

2..1.5 Bahan Aspal

“Aspal adalah bahan alam dengan komponen kimia utama


hidrokarbon, hasil explorasi dengan warna hitam bersifat plastis hingga
cair,tidak larut dalam larutan asam encer dan alkah atau air,tapi larut
sebagian besar dalam aether, CS, bensol,dan chloroform”
(Soedang,2005;151).

Sejalan dengan pendapat tersebut, “Aspal merupakan material


perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen dan
merupakan material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai
agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika
dipanaskan sampai temperatur tertentu dan kembali membeku jika
temperature turun” (Sukirman,1999)

Aspal yang digunakan sebagai material perkerasan jalan berfungsi


sebagai :

15
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan
agregat antara sesama aspal.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori
yang ada di dalam butir agregat itu sendiri.

Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka
aspal harus memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat
dilaksanakan mempunyai tingkat kekentalan tertentu. Penggunaan aspal
pada perkerasan jalan dapat melalui dicampurkan pada agregat sebelum
dihamparkan (prahampar), seperti lapisan beton aspal atau disiramkan
pada lapisan agregat yang telah dipadatkan dan ditutupi oleh agregat-
agregat yang lebih halus (pascahampar), seperti perkerasan penetrasi
macadam atau pelaburan.

Fungsi utama aspal untuk kedua jenis proses pembentukan


perkerasan yaitu proses pencampuran prahampar dan pascahampar itu
berbeda. Pada proses prahampar aspal yang dicampurkan dengan agregat
akan membungkus atau menyelimuti butir-bitur agregat mengisi pori antar
butir, dan meresap ke dalam pori masing-masing butir. Pada proses
pascahampar, aspal disiramkan pada lapisan agregat yang telah
dipadatkan, lalu di atasnya ditaburi butiran agregat halus. Pada proses ini
aspal akan meresap ke dalam pori-pori abtar butir agregat di bawahnya.
Fungsi utamanya adalah menghasilkan lapisan perkerasan bagian atas
yang kedap air dan tidak mengikat agregat sampai bagian bawah.

Gambar 1.2 Fungsi aspal pada setiap butir agregat (Sukirman,2003)

16
Tabel 1.8. Ketentuan-ketentuan aspal Penetrasi 60/70

Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga (2009)

Menurut Sukirman (1999) aspal merupakan hasil produksi dari


bahan-bahan alam, sehingga sifat-sifat aspal harus selalu diperiksa di
laboratorium dan aspal yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan dapat
dipergunakan sebagai bahan pengikat perkerasan lentur.

Pemeriksaan aspal tersebut terdiri dari :

a. Pemeriksaan Penetrasi
Nilai penetrasi didapat dari uji penetrasi dari alat penetrometer pada
suhu 25ºC dengan beban 100 gr selama 5 detik, dimana dilakukan
sebanyak 5 kali. ( SNI 062456-1991)
b. Pemeriksaan Titik Lembek
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengukur nilai temperatur
dimana bola-bola baja mendesak turun lapisan aspal yang ada pada
cincin, hingga aspal tersebut menyentuh dasar pelat yang terletak di
bawah cincin pada jarak 1 (inchi), sebagai akibat dari percepatan

17
pemanasan tertentu. Berat bola baja 3,45-3,55 gr dengan diameter 9,53
mm. (SNI 06-2434-1991)
c. Pemeriksaan titik nyala
Pemeriksaan ini untuk menentukan suhu dimana diperoleh nyala
pertama diatas permukaan aspal dan menentukan suhu dimana terjadi
terbakarnya pertama kali diatas permukaan aspal. Dengan mengetahui
nilai titik nyala dan titik bakar aspal, maka dapat diketahui suhu
maksimum dalam memanaskan aspal sebelum terbakar. (SNI 06-2440-
1991)
d. Pemeriksaan Kehilangan Berat
Pemeriksaan ini berguna dalam pelaksanaan pengujian kehilangan
berat minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentu yang
dinyatakan dengan berat semula (SNI 06-2440-1991)
e. Pemeriksaan Daktalitas Aspal
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengukur jarak terpanjang yang
dapat ditarik pada cetakan yang berisi aspal sebelum putus pada suhu
25ºC dengan kecepatan tarik 5 cm/menit. Besarnya daktalitas aspal
penetrasi 60/70 disyaratkan min 100 cm ( SNI 06-2432-1991
f. Pemeriksaan Berat Jenis Aspal Berat jenis aspal merupakan
perbandingan antara berat aspal dengan berat air suling dengan volume
yang sama. Persyaratan yang ditentukan untuk berat jenis aspal adalah
1 gr/cc (SNI 06-2441-1991).

2.1.6 Pemeriksaan Sifat Agregat dan Aspal

Sifat agregat yang akan digunakan sebagai material pembentuk


campuran beton aspal umumnya dicari disekitar lokasi pekerjaan. Sumber
agregat diperiksa apakah jumlahnya memenuhi kebutuhan, dan
karakteristik agregat seperti yang disyaratkan. Pertimbangan lain yang
perlu pula dilakukan adalah kebutuhan akan mesin pemecah batu, agar
dapat memproduksi agregat dengan ukuran yang dikehendaki. Sedangkan
aspal yang direncanakan akan dipergunakan dalam campuran beton aspal
umumnya didatangkan dari tempat pemasok dan dicek karakteristiknya,
apakah memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi

18
pekerjaan. Pada lampiran diberikan tabel yang menunjukkan rujukan
untuk manual pengujian berdasarkan SNI dan AASHTO.

2.1.7 Metode Perencanaan Campuran Lataston

Menurut Sukirman (1999) Perencanaan campuran diperlukan untuk


mendapatkan resep campuran yang memenuhi spesifikasi, menghasilkan
campuran yang memenuhi kinerja yang baik dari agregat tersedia. Metode
perencanaan campuran yang umum dipergunakan di Indonesia :

a. Metode Bina Marga, bersumber dari BS594 dan dikembangkan untuk


kebutuhan di Indonesia oleh CQCMU (Central Quality Control dan
Monitoring Unit), Bina Marga sehingga lebih dikenal dengan nama
metode CQCMU.
b. Metode Asphalt Institut
Direktorat Jendral Bina Marga (1996) menyatakan bahwa, rencana
campuran nominal diperlukan sebagai resep awal untuk campuran
percobaan dilaboratorium yang memenuhi persyaratan gradasi dan
kadar aspal seperti yang diberikan pada spesifikasi. Komponen-
komponen campuran agregat untuk campuran dinyatakan dalam fraksi
rencana sebagai berikut :
 Coarse Agregate = ( fraksi agregat kasar ) : persen berat
material yang tertahan saringan no.8 terhadap berat total
campuran.
 Fine Agregate = ( fraksi agregat halus ) : persen berat material
yang lolos saringan no.8 dan tertahan saringan no.200
terhadap berat total campuran.
 Fine Filler = ( fraksi bahan filler ) : persen berat material
yang lolos saringan no.200 terhadap berat total campuran.
 b = kadar aspal total

19
Menurut Sukirman (2003), perencanaan komposisi campuran aspal
didasarkan pada syarat-syarat campuran aspal yaitu stabilitas, durabilitas,
fleksibilitas dan tahan geser. jika agregat dicampur dengan aspal maka :

a. Parikel-partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh


aspal.
b. Rongga – rongga agregat ada yang terisi aspal da nada pula
yang terisi udara.
c. Terdapat rongga antar butir yang terisi udara.

JENIS ASPAL
Aspal Alam :- Aspal Gunung (Rock Asphalt)
ex : Aspal P. Buton
- Aspal Danau (Lake Asphalt)
ex : Aspal Bermudez, Trinidad

Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau


buton, dan ada pula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau.
Aspal alam terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau.
Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan
nama Asbuton (Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah
satu material perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun
masih bersifat konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung
aspal. Asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam,
maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah
sampai tinggi.
Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :1)
Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti
asbuton kasar,asbuton halus,asbuton mikro, dan butonite mastik
asphalt.2) Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal
murni melalui proses ekstrasi atau proses kimiawi

Aspal Buatan :Aspal Minyak

20
Merupakan hasil destilasio minyak bumi 
Berdasarkan jenis bahan dasarnya
 Asphaltic base crude oil
 Bahan dasar dominan aspaltic
 Parafin base crude oil
 Bahan dasar dominan parafin
 Mixed base crude oil
 Bahan dasar campuran asphaltic dan parafin
Berdasarkan bentuknya
 Aspal keras/panas (Asphalt cemen)
Aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu ruang
berbentuk padat
*) Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat
*) Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat
kekerasannya).
*) Aspal keras yang biasa digunakan :
    -  AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 – 50 
    -  AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 – 79
    -  AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 – 100
    -  AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300
*) Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas,
volume lalu lintas tinggi.
*) Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin,
lalu lintas rendah.
*) Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan 80/100.

 Aspal dingin / Cair (Cut Back Asphalt)


Aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair, pada suhu ruang
berbentuk cair
*) Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan bahan pencair dari
hasil penyulingan minyak bumi
*) Pada suhu ruang berbentuk cair 

21
*) Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan
pelarutnya, aspal cair dibedakan atas :
1.  RC (Rapid curing cut back )
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan bensin (premium), RC 
merupakan curback asphal  yang paling cepat menguap.        
RC cut back asphalt dugunakan sebagai:
- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resap pengikat)
2.  MC (Medium Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak tanah  (Kerosine).
MC merupakan cutback aspal yang kecepatan menguapnya sedang.
3.  SC (Slow Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar, SC merupakan cut
back asphal yang paling lama menguap.
SC Cut back asphalt  digunakan sebagai:
- Prime  coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)
Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada suhu 600
(makin kental)
ex :  
RC 30 – 60              MC 30 – 60                SC 30 – 60
RC 70 – 140            MC 70 – 140              SC 70 - 140

 Aspal emulsi (emulsion asphalt)


Aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dandigunakan dalam kondisi
dingin dan cair.
*) Aspal emulsi adlah suatu campuran aspal dengan air dan bahan
pengemulsi.
*) Emulsifer agent merupakan ion bermuatan listrik (Elektrolit), (+) Cation ;
(-) Annion.
*) Emulsifer agent berfungsi sebagai stabilisator.

22
*) Partikel aspal melayang-layang dalam air karena partikel aspal diberi
muatan listrik.
*) Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;
1. Kationik
Disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan
arus listrik posirif.
2. Anionik,
Disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan
negative.
3. Nonionik,
Merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak
mengantarkan listrik.
*) Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal
emulsi anionik dan kationik.
*) Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas 
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan   pengemulsi
sehingga pengikatan cepat terjadi. Digunakan untuk  
Tack Coat
- Medium Setting (MS), Digunakan untuk Seal Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap,   
Digunakan Sebagai Prime coat
 Aspal Buton

Aspal buton merupakan aspal alam yang berasal dari pulau buton,
Indonesia. Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan
bahan mineral lainnya dalam bentuk bantuan. Karena aspal buton
merupakan bahan alam maka kadar bitumennya bervariasi dari rendah
sampai tinggi. Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton dibedakan
atas  B10, B13, B20, B25, dan B30 (Aspal Buotn B10 adalah aspal
buton dengan kadar bitumen rata-rata 10%).

23
Fungsi Aspal Dalam Konstruksi Perkerasan Jalan
*) Sebagai Bahan Pengikat:
    Memeberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat dan antara
aspal itu sendiri
*) Bahan Pengisi
    Mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada antara
agregat itu sendiri.

Langkah langkah pembuatan jalan aspal

pembersihan dan perataan lahan


Sebelum jalan raya dibangun, lahan dibersihkan dahulu dari sampah
maupun pepohonan kemudian diratakan. untuk membersihkan lahan dan
menggali maupun mengurug tanah

Excavator
setelah lahan dibersihkan kemudian dilakukan pekerjaan perataan tanah
dengan menggunakan alat bulldozer

24
bulldozer untuk memindahkan tanah bekas galian maka digunakan dump
truk.
Penghamparan material pondasi bawah
Penghamparan material pondasi bawah berupa batu kali menggunakan
alat transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan
menggunakan alat tandem roller

Tandem roller
pekerjaan perataan dengan tandem roller di lakukan lagi pada saat
penghamparan lapis pondasi atas, dan lapir permukaan. Pada saat
penghamparan material pondasi dilakukan pekerjaan pengukuran elevasi
urugan dengan alat teodolit dan perlengkapanya.
Penghamparan lapis asphalt
setelah lapisan pondasi bawah selesai dikerjakan, proses selanjutnya
adalah penghamparan asphalt yang sebelumya sudah dipanaskan terlebih

25
dahulu sehingga mencair. untuk menghamparkan asphalt digunakan alat
asphalt finisher

setelah asphalt berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang


sudah diukur menggunakan theodolit sesuai perencanaan pekerjaan
selanjutnya adalah pemadatan dengan buldozer hingga memenuhi
kepadatan dan elevasi yang direncanakan

pekerjaan selanjutnya adalah finishing pemadatan dan perataanjalan raya


dengan alat peneumatic roller
jalan raya sudah jadi dengan konstruksi sebagai berikut:

Kelebihan jalan aspal


 Jalan lebih halus, mulus dan tidak bergelombang sehingga enak
dalam berkendara.

26
 Warna hitam aspal memepengaruhi psikologi pengendara menjadi
lebih teduh dan nyaman.
 Untuk penggunaan pada jalan dengan lalu lintas kendaraan ringan,
jalan aspal lebih murah dibanding konstruksi jalan beton.
 Proses perawatan lebih mudah karena tinggal mengganti pada
area jalan aspal yang rusak saja, dengan cari menggali dan
mengganti dengan yang baru pada area jalan yang rusak.

Kekurangan jalan aspal


 Tidak tahan terhadap genangan air, sehingga memerlukan saluran
drainase yang baik untuk proses pengeringan jalan aspal pasca
hujan atau banjir.

Pada struktur tanah yang buruk harus dilakukan perbaikan tanah terlebih

27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
 Bahan perkerasan jalan terdiri dari beberapa material, sesuai dengan dengan
bagian lapisannya. Seperti, lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi atas, dan
lapisan permukaan. Masing-masing lapisan memiliki jenis bahan material
penyusun sendiri.
 Bahan material inilah yang nantinya akan menentukan kualitas dan mutu
dari perkerasan jalan yang dihasilkan atau dibangun
 Setiap bahan penyusun lapisasn perkerasan jalan mempunyai karakteristik
yang berbeda. Untuk mendapatkan kualitas perkerasan jalan yang baik,
maka harus mengetahui karakteristik setiap bahan tersebut serta mengetahui
persyaratan bahan agar dapat menyiapkan bahan-bahan perkerasan jalan
yang baik dan bermutu
B. SARAN

Dalam melakukan perencanaan perkerasan jalan, pengenalan karakteristik,


sifat dan syarat bahan material sangat dianjurkan. Karena mutu dan kualitas
perkerasan jalan yang dihasilkan sebanding dengan kualitas material yang
dijadikan bahan perkerasan jalan tersebut.

28
DAFTAR PUSTAKA
Departmen Pekerjaan Umum, 1987. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton
Laston Untuk Jalan Raya: Jakarta.
Imsippoliban, 2016. Spesifikasi Aspal Keras Berdasarkan Penetrasi (online)
(https://imsippoliban.files.wordpress.com/2016/03/rsni-s-01-2003-
spesifikasi-aspal-keras-berdasarkan-penetrasi.pdf), diakses 01 April 2019
M.Sc. Tm, Suprapto. 2000. Bahan dan Struktur Jalan Raya, Yogyakarta: Penerbit
Biro
Saodang, Hamirhan. 2015. Konstruksi Jalan Raya II, Bandung: Penerbit Nova
Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Bandung: Penerbit Nova
Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas, Jakarta: Penerbit Yayasan
Obor Indonesia

29

Anda mungkin juga menyukai