Anda di halaman 1dari 29

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PROGRAM PEMBANGUNAN GEDUNG KUMDAM XVI/PATTIMURA


TA. 2018

BAB I

PERSYARATAN UMUM

SASARAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN YANG DILAKSANAKAN

Konstruksi :
- Restorasi Kantor 3 Lt 1 unit 564 M²

Pasal 1

HALAMAN PEKERJAAN DAN PENGGUNAANNYA

Pengaturan dan penggunaan halaman kerja ditentukan Direksi/Pengawas


Lapangan. Penyedia Jasa dapat memberikan usulan-usulannya dengan memberikan
penetapan gudang, los kerja tempat menimbun bahan-bahan tersebut.

Pasal 2

KEAMANAN DAN KESELAMATAN MANUSIA DAN BARANG

a. Penyedia Jasa wajib mengadakan penjagaan yang baik dan terus menerus
selama berlangsungnya pekerjaan pembangunan atas bahan, peralatan, mesin dan alat
kerja yang disimpan ditempat pekerjaan (gudang).
b. Selama berlangsungnya pekerjaan semua bahan-bahan, mesin dan peralatan
harus tetap dirawat dengan baik dan diperbaiki setiap diperlukan.
c. Kehilangan dan kerusakan bahan, mesin dan peralatan karena kelalaian
penjaga/pemelihara menjadi tanggung jawab penyedia jasa.
d. Penyedia jasa bertanggung jawab atas biaya, kerugian ataupun tuntutan ganti rugi
(claim) yang diakibatkan oleh adanya peristiwa yang mengakibatkan lukanya atau
meninggalnya seseorang dalam melaksanakan pekerjaan tersebut, bilamana ternyata hal
itu disebabkan oleh karena kelalaian Penyedia Jasa.
e. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
tersebut, maka Penyedia jasa diwajibkan mengambil segala tindakan guna kepentingan
diri si korban tersebut.
f. Penyedia Jasa harus memenuhi peraturan hukum mengenai perawatan dan
tunjangan dari si korban atau keluarganya.
g. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap guna keperluan pertolongan
pertama pada kecelakaan harus selalu berada ditempat pekerjaan. Hal ini harus
disesuaikan dengan ketentuan badan keselamatan kerja.
2

Pasal 3

PENERANGAN DAN SUMBER DAYA

Pada kantor, gudang dan los kerja dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan
yang dianggap perlu diberi penerangan yang cukup daya listriknya baik untuk
penerangan, sumber daya kerja maupun untuk keperluan sistem pengetesan instalasi
dan atau percobaan berbeban dari sistem instalasi harus diusahakan oleh penyedia jasa
atau beban penyedia jasa.

Pasal 4

KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN

a. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang dan los kerja dan
bagian dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan-
bahan bekas dan lain-lain. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan diberhentikanya
pekerjaan oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Akibat dari seluruh hal ini menjadi
tanggungan Penyedia Jasa.
b. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang maupun yang berada di
lapangan tidak boleh mengganggu kelancaran dan keamanan/umum dan juga agar
memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh Direksi/Pengawas
Lapangan. Cara menyimpan bahan, peralatan dan mesin harus disesuaikan dengan
kondisi yang disyaratkan produsen.
c. Tidak diperkenankan :
1) Buruh menginap ditempat pekerjaan/kecuali ada peraturan lain yang
disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan/User.
2) Memasak ditempat pekerjaan.
3) Membawa masuk penjual-penjual makanan, buah-buahan, minuman, rokok
dan sebagainya ditempat pekerjaan.
4) Keluar masuk dengan bebas.
Hal-hal tersebut dikecualikan apabila sudah mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi/Pengawas Lapangan /User dimana pekerjaan ini dilaksanaakan.
d. Peraturan lain mengenai penertiban akan dikeluarkan oleh Direksi/Pengawas
Lapangan pada waktu pelaksanaan setelah koordinasi dengan satuan setempat.

Pasal 5

PENGAWASAN

a. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Direksi/Pengawas


Lapangan.
3

b. Direksi/Pengawas Lapangan berhak pada setiap waktu bila dianggap perlu tanpa
memberitahukan sebelumnya untuk mengadakan inspeksi/pemeriksaan kepada
Penyedia Jasa atau Sub Penyedia Jasa.
1) Terhadap jenis pekerjaan yang dipersiapkan didalam/diluar site.
2) Terhadap gudang-gudang penyimpanan bahan.
3) Terhadap pengolahan maupun sumber-sumbernya.
c. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan
Direksi/Pengawas Lapangan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa, pekerjaan itu jika
diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan
pemeriksaan.
d. Ditempat pekerjaan Direksi/Pengawas Lapangan menempatkan petugas bagian
pengawasan, jam Pengawas adalah dari jam 08.00 s/d 17.00 WIT atau ditambah diluar
jam dinas bila diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi pekerjaan.

BAB II

PERENCANAAN PEKERJAAN

Pasal 1

ALAT DAN PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN

a. Penyedia Jasa yang mengerjakan pekerjaan pelaksanaan didalam proyek ini,


harus menyedikan alat dan perlengkapannya sesuai dengan bidangnya masing-masing,
seperti :
1) Alat-alat ukur.
2) Alat-alat tukang.
3) Alat-alat pengetesan .
b. Disamping itu Penyedia jasa juga harus menyediakan buku-buku laporan
lapangan seperti ; buku harian, buku curah hujan, buku tegoran, buku tamu buku
mingguan, buku petunjuk alat-alat yang akan dipasang, tenaga ahli untuk dapat
memutuskan segala sesuatunya dilapangan dan bertindak atas nama Penyedia Jasa/Sub
Penyedia Jasa yang bersangkutan.

Pasal 2
PENYIMPANAN BARANG-BARANG MATERIAL

a. Penyediaan Jasa dan Sub Penyedia Jasa diwajibkan untuk menempatkan barang-
barang dan material–material untuk kebutuhan pelaksanaan baik diluar (terbuka)
ataupun didalam gudang, sesuai dengan sifat-sifat barang-barang dan material tersebut,
atas persetujuan Pengawas lapangan, sehingga akan menjamin :
1) Keamanannya.
2) Terhindarnya kerusak-kerusakan yang diakibatkan oleh cara penyimpanan
yang salah.
4

b. Barang-barang dan material-material yang tidak digunakan untuk kebutuhan pada


pekerjaan yang bersangkutan tidak diperkenankan untuk disimpan didalam site.
c. Material-material yang ditolak untuk dipakai supaya segera dikeluarkan dari site,
selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah pemberitahuan penolakan.

Pasal 3

KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN

Penyedia Jasa/Sub Penyedia Jasa diwajibkan menjaga keleluasaan halaman


dengan menempatkan barang-barang dan material sedemikian rupa, sehingga :
a. Memudahkan pekerjaan.
b. Menjaga kebersihan dari sampah-sampah, kotoran-kotoran bangunan (puing-
puing) air yang menggenang.
c. Tidak menyumbat saluran-saluran air.

Pasal 4

KELENGKAPAN LAPANGAN

Penyedia Jasa / Sub Penyedia Jasa diwajibkan menyediakan :

a. Listrik dan penerangan untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan keamanan.


b. Air minum atau air bersih yang dapat diminum untuk kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan dan semua petugas-petugas yang ada di proyek.
c. Alat-alat pemadam kebakaran.
d. Alat-alat PPPK.
e. Kamar mandi/WC untuk para pekerja lapangan.

Pasal 5

BARANG CONTOH (SAMPLE)

a. Penyedia Jasa/Sub Penyedia Jasa diwajibkan menyerahkan barang-barang


contoh (sample) dari material yang akan dipakai/dipasang untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan.
b. Barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti/sertifikat
pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang/material tersebut.
c. Untuk barang-barang dan material-material yang akan didatangkan ke site (melalui
pemesanan), maka Penyediaan jasa diwajibkan menyerahkan brosur, berupa :
1) Katalog.
2) Gambar kerja atau shop drawing.
3) Mock Up, sample dan lain-lain yang dianggap perlu oleh Direksi/Pengawas
Lapangan dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas lapangan.
5

Pasal 6

PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN

a. Penyedia Jasa/Sub Penyedia Jasa diwajibkan mengadakan pengujian atas mutu


pekerjaan atau atas pekerjaan yng telah diselesaikan sesuai dengan kebutuhan masing-
masing, misalnya :
1) Pengujian mutu beton.
2) Pengujian kabel listrik (merger)
3) Pengujan tekanan untuk pipa (plumbing)
4) Pengujian kebocoran
5) Pengujian bekerjanya mesin-mesin dan peralatan-peralatan lainnya.
b. Semua biaya-biaya untuk kebutuhan tersebut diatas ditenggung oleh Penyedia
Jasa/Sub Penyedia yang bersangkutan. Laporan pengujian mutu beton harus segera
diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah tanggal pengujian kubus beton yang
bersangkutan. Laporan yang diterima 3(tiga) hari atau lebih setelah tanggal pengujian
dianggap batal bila dianggap perlu oleh Direksi /Pengawas Lapangan , Penyedia Jasa
dapat diperintahkan untuk mengadakan cor driling atas biaya Penyedia Jasa .

Pasal 7

GAMBAR-GAMBAR AS BUILT DRAWING

a. Penyedia Jasa atau Sub Penyedia Jasa diwajibkan untuk membuat gambar “AS
BUILT DRAWING” sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan dilapangan secara
kenyataan, untuk kebutuhan pemeriksaan dan maintenance dikemudian hari.
b. Gambar-gambar tersebut harus dibuat dalam rangkap 3(tiga) dan diserahkan
kepada :
1) Pemilik/User
2) Wasdalyek
3) Zidam XVI/Pattimura

Pasal 8

SHOP DRAWING

a. Dalam hal-hal tertentu, maka kebutuhan pemasangan atau pelaksanaan sesuatu


pekerjaan yang membutuhkan penjelasan-penjelasan, dimana hal-hal tersebut tidak
terdapat dalam gambar-gambar kerja, maka Penyedia Jasa dan Sub Penyedia Jasa
diwajibkan membuat gambar-gambar shop drawing untuk kebutuhan tersebut diatas dan
untuk mendapatkan persetujuan dari Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan.
b. Semua gambar harus dibuatkan kembali shop drawingnya untuk memudahkan
pelaksanaan.
6

Pasal 9

MASA PEMELIHARAAN DAN JAMINAN PEKERJAAN

a. Masa pemeliharaan untuk pekerjaan konstruksi dan finishing adalah 3 (tiga) bulan
terhitung dari tanggal penyerahan pertama, masa pemeliharaan bisa lewat tahun
anggaran.
b. Jaminan pekerjaan dan pemasangan instalasi alat-alat meliputi :
1) Instalasi listrik dan Mechanikal adalah 3 (tiga) bulan.
2) Mesin-mesin adalah 3 (tiga) bulan terhitung dari tanggal Penyerahan
Pertama.
3) Mesin/alat yang memiliki garansi dari pabrik lebih dari 3 (tiga) bulan, maka
jaminannya mengikuti dari pabrik.

Pasal 10

PERATURAN-PERATURAN DAN SYARAT-SYARAT


YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN

a. Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan peraturan :


1) Standar industri Indonesia (SII)
2) Standar Nasional Indonesia (SNI)
3) Keputusan Menhan RI Nomor : Kep/17/XII/2001 tanggal 10 Desember
2001 tentang tata cara penyelenggaran Proyek Bangunan Di lingkungan Dephan
dan TNI dan peraturan-peraturan lain yang berlaku dan di persyaratkan
berdasarkan Nasional di Indonesia yang belum tercantum diatas dan mendapat
persetujuan Direksi/Pengawas lapangan.
b. Penyedia jasa harus melaksanakan segala pekerjaan menurut Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS), gambar-gambar dan instruktur instansi dari Direksi/Pengawas
Lapangan.
c. Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
pada setiap waktu. Bagaimanapun kelalaian Direksi/Pengawas Lapangan dalam
pengontrolan terhadap kekeliruan-kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh
penyedia jasa tidak berarti penyedia jasa bebas dari tanggung jawab.
d. Pekerjaan yang tidak memenuhi Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), gambar
atau instruksi tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan harus memperbaiki atau di
bongkar. Semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Semua bahan yang akan dipakai harus mendapatkan persetujuan Direksi/Pengawas
Lapangan.
7

Pasal 11

FOTO-FOTO DOKUMENTASI PROYEK


a. Penyedia Jasa diwajibkan membuat foto-foto dokumentasi proyek meliputi :
1) Foto-foto kegiatan proyek, antara lain kegiatan dalam uitzet, penempatan
peralatan-peralatan lapangan (beton batcher), penempatan material, pengerasan
jalan dan lain-lain.
2) Foto-foto tahapan pekerjaan yang penting antara lain pembongkaran
pemasangan instalasi listrik, pembesian, bekisting, pekerjaan beton sebelum dan
sesudah pengecoran, plumbing, pekerjaan plafond, lantai dan pekerjaan lain
sesuai dengan gambar rencana.
3) Dan lain-lain kegiatan yang dianggap perlu oleh Direksi/Pengawas
Lapangan.
b. Kondisi proyek pada progres pekerjaan mencapai 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan
seterusnya sampai dengan 100% (setiap peningkatan progress 5 %) dan kondisi pada
waktu pemeliharaan.
c. Foto-foto tersebut harus dicetak berwarna, dalam ukuran post card.

BAB III

SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1

PERSYARATAN MATERIAL DAN BAHAN

a. Yang dimaksud Bahan Bangunan adalah semua bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan sebagai yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS)
serta gambar – gambar.
b. Semua bahan bangunan yang dipergunakan adalah yang berkualitas baik,
memenuhi segala persyaratan–persyaratan yang terdapat dalam peraturan Standar
Industri Indonesia (SII), Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Peraturan–peraturan
setempat lainnya yang berlaku atas jenis–jenis pekerjaan yang berlaku.
c. Direksi / Pengawas Lapangan berwenang untuk meminta keterangan mengenai
asal dari bahan bangunan dan lain–lain serta sebelum digunakan agar diperiksa terlebih
dahulu kepada Direksi / Pengawas Lapangan di tempat pekerjaan.
d. Penyebutan suatu merk dagang pada bestek ini adalah untuk keseragaman mutu
dan melindungi Direksi / Pengawas Lapangan dari suatu merek lain yang belum terkenal
dan teruji kualitasnya. Apabila terdapat perselisihan tentang merk / pemeriksaan bahan ,
maka Direksi / Pengawas Lapangan berhak mengirimkan contoh–contoh bahan ke Balai
Penelitian Bahan Bangunan dan segala biaya yang berhubungan dengan hal tersebut
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
e. Bahan yang datang sebelum diturunkan dari kendaraan pengangkut harus
diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi / Pengawas Lapangan (terutama bahan yang
bervolume besar) untuk disetujui atau ditolak / dikembalikan.
8

f. Dalam jangka waktu 2 x 24 jam semua bahan yang dinyatakan ditolak oleh Direksi
/ Pengawas Lapangan supaya segera dikeluarkan dari lokasi proyek. Apabila bahan –
bahan tersebut masih tetap dipergunakan oleh pelaksana, maka Direksi / Pengawas
Lapangan berhak untuk memerintahkan membongkar kembali dan segala kerugian yang
diakibatkan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

Pasal 2

TANAH URUGAN

a. Tanah urugan berasal dari sumber tanah yang telah disetujui Direksi / Pengawas
Lapangan.
b. Tanah urug harus baik, mengandung butiran – butiran lepas, kadar tanah liatnya
rendah, tidak mengandung bahan – bahan organik, bersih dari akar – akar kayu /
tanaman dan batu – batu besar diameter maksimal 10 cm sedangkan tanah merah harus
mendapat persetujuan Dieksi / Pengawas Lapangan.

Pasal 3

AIR KERJA

a. Air untuk keperluan pekerjaan pasangan , pekerjaan beton dan pemadatan tanah /
pasir harus bersih dan tidak mengandung zat – zat kimia (garam – garam) yang dapat
merusak pekerjaan.
b. Apabila tidak mungkin atau tidak cukup air kerja yang dapat dari air minum setempat
maka Penyedia Jasa harus dapat mengusahakan dari sumber lain yang memenuhi
persyaratan di atas.
c. Khusus air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,
asam, garam dan bahan organik atau bahan – bahan lain yang dapat merusak mutu
beton, baja tulangan dan baja konstruksi lainnya. Sebaiknya air yang dipergunakan /
dipakai air bersih yang dapat diminum.

Pasal 4

SEMEN

a. Semen yang dipakai / dipergunakan dalam pekerjaan ini harus berkualitas baik,
memenuhi persyaratan yang ditentukan di dalam Peraturan Semen Portland Indonesia
NI–8
b. Semen yang di gunakan adalah semen merk Portland 50 Kg atau atas persetujuan
Direksi / Pengawas Lapangan.
9

Pasal 5
PASIR

a. Pasir Beton :
Pasir beton harus bersih tidak boleh mengandung zat – zat organik yang dapat
mengurangi mutu beton, kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.
b. Pasir Pasang.
Pasir yang dipergunakan untuk adukan pasangan dan plesteran dengan syarat antara
lain :
1) Butiran – butirannya harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan
jari tangan serta kadar lumpurnya tidak boleh lebih tinggi dari 5 %.
2) Untuk adukan plesteran dan adukan pasangan, butiran – butirannya harus
dapat melalui ayakan yang berlubang persegi 3 mm.
c. Pasir Urug.
Pasir urug atau pasir pengisi dapat dipergunakan pasir biasa yang tidak
mengandung bahan- bahan organik (sisa-sisa kayu, biji-bijian, akar-akar tanaman, daun-
daun, garam dan lain-lain) serta tidak mengandung lumpur.

Pasal 6

KERIKIL

a. Kerikil yang dapat digunakan adalah jenis yang permukaannya kasar / jenis klos atau
adesit yang sudah dicuci. Besarnya butiran maksimum 2 – 3 cm.
b. Apabila kerikil yang di maksud sukar untuk di dapat, maka diperbolehkan
menggunakan batu pecah yang sama ukurannya. Kerikil – kerikil tersebut tidak boleh
dicampur dengan batu cadas dan dalam keadaan bersih serta tidak mengandung lumpur.

Pasal 7
BATU KALI

a. Semua bahan batu kali kecuali ada persyaratan lain, harus sesuai dengan PUBB NI-
3, dan cara mengerjakannya harus dilakukan menurut cara yang terbaik.
b. Batu harus keras dengan permukaan yang kasar, tanpa cacat atau retak-retak dan
belahan- belahan, tidak diperkenankan memakai batu bulat dengan permukaan yang licin
maupun batu dari gunung yang masih terbungkus dengan tanah, batu cadas digunakan
bila batu kali tidak ditemukan dan pemakaiannya harus seijin Direksi / pengawas
lapangan.
10

Pasal 8
BATU TELA / BATAKO
a. Batu tela yang digunakan seragam, tidak retak dan mempunyai kekerasan yang baik
b. Batako yang digunakan seragam, tidak retak dan mempunyai kekerasan yang baik.
Pemakaian batu tela/batako haruslah telah disetujui oleh direksi/pengawas lapangan.
Pengawas berhak menolak tela/batako yang tidak memenuhi syarat.

Pasal 9

KERAMIK

a. Keramik yang dipergunakan berukuran 40 X 40 untuk lantai..


b. Keramik dinding KM/WC mengunakan ukuran 20 X 25, untuk lantainya berukuran
20 X 20.
c. Keramik dinding luar menggunakan Keramik ukuran 20 x 25.
d. Merk keramik yang digunakan adalah merk dengan Kwalitas 1 atau yang setara
sesuai petunjuk Direksi.

Pasal 10

KAYU
a. Kayu harus berkualitas baik dengan ketentuan, bahwa segala sifat dan
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaianya tidak akan merusak
atau mengurangi nilai konstruksi/bangunan. Kayu berdasarkan mutunya dibedakan
dalam 2 (dua) macam, yaitu kayu kelas satu dan kayu kelas dua.
1) Kayu mutu kelas satu, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Kayu harus kering udara lengas kayu 12 % - 18 % besarnya mata
kayu tidak boleh lebih dari 1/6 kali lebar balok atau tidak boleh lebih dari
3,5 cm.
b) Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu
dan miring arah sarat tangan alfa tidak boleh lebih besar dari 1/10, sedang
untuk
balok tidak boleh mengandung wanvlak yang lebih besar dari 1/10 tinggi
balok.
c. Jenis kayu yang di gunakan untuk kayu kelas I adalah kayu besi,
kayu linggua, kayu gupasa atau sesuai petunjuk Direksi / Pengawas
Lapangan.
d) Ukuran kayu kelas I yang digunakan adalah kayu 6/12, 5/10 dan
Papan 3/30.
2) Kayu mutu kelas dua , harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Kadar lengas kayu kecil/kurang dari 30 %, besar mata kayu tidak
melebihi ¼ dari lebar balok/tidak boleh lebih dari 5 cm.
b) Retak-retak dalam arah radial, tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu
dan arah serat tangan alfa tidak boleh lebih besar dari 1/7, sedang untuk
balok tidak mengandung Wanvlak yang lebih besar dari 1/10 tinggi balok.
11

c) Kayu kelas II menggunakan kayu meranti,makila atau sesuai


petunjuk Direksi / Pengawas Lapangan.
d) Ukuran kayu kelas II yang digunakan adalah kayu 5/10, 5/7, 2/3 dan
Papan 2/25.
b. Bahan-bahan kayu berlapis
1) Teakwood harus berkualitas baik corak maupun serat harus terpilih dan
warnanya merata yang dihasilkan dari kayu jati yang baik.
2) Plywood/triplek/ multiplek harus berkualitas baik corak maupun serat terpilih
dan warnanya merata dengan susunan lapisan yang padat.
3) Untuk kayu berlapis / triplek ukuran yang digunakan adalah 4 mm standar.

Pasal 11

KACA

a. Kaca lembaran terbuat dari bahan gelas yang pipih pada umumnya mempunyai
ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya dapat diperoleh dari proses-
proses tarik gilas dan pengembangan.
b. Ketebalan kaca yang digunakan adalah 5 mm.

Pasal 12

PAKU

Paku dibuat dengan kepala benam berbentuk bulat yang permukaan diatasnya
berpetak-petak dan bagian bawahnya miring, pada bagian luarnya diberi gurat-gurat
sedang bagian ujung yang runcing berbentuk tetra hendral yang konis.

Pasal 13

ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

a. Alat-alat penggantung dan pengunci adalah segala peralatan yang merupakan


kelengkapan dari suatu bangunan, misalnya : pintu, jendela, lubang udara dan lain-lain
yang digunakan untuk tujuan-tujuan penggantungan dan penutupan.
b. Untuk alat-alat penggantung dan pengunci jenis sederhana hasil industri kecil ,
yaitu kunci pintu rumah, kunci gembok, engsel baja dan grendel sorong dalam PUBB
1982 ini dimasukan dalam pasal-pasal tersendiri.
c. Alat-alat penggantung dan pengunci harus terbuat dari bahan yang homogen dan
bermutu serta tidak berkarat.
d. Alat-alat tersebut harus cukup kuat dan tanpa cacat.
e. Bagian-bagian dari alat gantung dan kunci harus terdiri dari kesatuan-kesatuan
tanpa pengelasan yang dalam penggunaannya harus sesuai dengan maksudnya dan
berjalan baik yang satu terhadap lainnya.
12

f. Alat pengunci yang di gunakan adalah merk Yale, Freeder, atau merek yang setara
atas persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.
g. Alat penggantung yang di gunakan adalah merk Emco, King, atau merk yang
setara atas persetujauan Direksi / Pengawas Lapangan.

Pasal 14

BAJA TULANGAN

Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat antara lain :


1) Bahan-bahan baja dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan
dari PBI-71.
2) Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak
boleh disimpan dalam alam terbuka / bebas untuk jangka waktu yang lama.
Penyimpanan untuk masing –masing diameter harus dipisahkan dikelompokan
sendiri-sendiri.
3) Batang baja tulangan tidak mengandung serpihan, lipatan-lipatan retak-
retak, gelombang-gelombang dan cerna-cerna yang dalam atau berlapis-lapis.
4) Ukuran diameter harus tepat dan sesuai gambar konstruksi yang sudah
ditentukan.
5) Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1
mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
6) Mutu baja tulangan yang digunakan U24, U39 (dipergunakan untuk beton
tertentu sesuai gambar dan petunjuk direksi).

Pasal 15

KONSTRUKSI BAJA RINGAN

Baja Konstruksi yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :


a. Syarat-syarat mutu dan pemasangan harus menurut atau disesuaikan dengan
standar peraturan perencanaan bangunan baja Indonesia 1983, dengan mutu baja ST-
37.
b. Semua bahan yang dipakai harus disertai dengan jaminan mutu dari pabrik atau
sertifikat pengujian dari laboratorium pengujian yang disetujui oleh disetujui oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.
c. Bahan-bahan yang dipakai buatan dalam negeri yang dikenal baik yang produknya
memenuhi standarisasi industry yang berlaku.
d. Bahan struktur baja tidak boleh cacat dan bengkok-bengkok, jadi harus betul-betul
lurus. Profil yang tepat bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail konstruksinya
ditunjukan dalam gambar.
e. Konstruksi baja ringan yang digunakan adalah baja ringan profil C.75.0,75, profil
C.75.0,95 dan profil reng 45
13

Pasal 16

PENUTUP ATAP

a. Bahan yang dipergunakan untuk atap adalah genteng metal BJLS 0,30 sesuai
arahan Direksi lapangan. Ukuran panjang, lebar dan tebal untuk seluruh partai yang
diserahkan harus sama dan seragam seluruh genteng metal harus dapat tersusun rapih
pada rangka atap sehingga tidak memungkinkan masuknya air hujan secara langsung
maupun karena tampias.

b. Bahan atap dipasang pada bangunan sesuai Gambar Kerja.

Pasal 17

CAT

a. Warna cat adalah asli dari kalengnya dan tidak boleh mengadakan campuran dari
bermacam-macam warna. Penyedia Jasa harus mengajukan contoh merek maupun jenis
warnanya kepada Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
b. Cat yang digunakan untuk semua bangunan baik kantor maupun perumahan,
adapun untuk cat dinding menggunakan merk Jotun dan cat kayu menggunakan merk
glotex atau merk setara sesuai petunjuk/persetujuan dari direksi/ pengawas lapangan
dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Atap warna hijau tua merk Jotun (Jotaroof 6020 B 70 G).


2) Dinding luar warna hijau mudah merk Jotun (Jotashield S 5020 G 30 Y atau
Jotatough S 1515 G 20 Y).
3) Dinding dalam warna putih merk Jotun (Jotaplast 0500 N).
4) Plafon warna putih merk Jotun (Jotaplast 0500 N).
5) Kusen warna hijau tua Merk Glotex 499.
6) Daun pintu / jendela warna hijau tua Merk Glotex 499.
7) Listplank warna hijau tua merk Glotex 499 Atau Jotun Gardex 6020 g 10 Y.

Pasal 18
PIPA
a. Pipa PVC yang dipergunakan adalah berkwalitas baik atau yang setara atas
persetujuan Direksi. Pipa PVC dan asesorisnya yang digunakan dengan diameter
sebagai berikut : 1,5”,2”,4”,6”,8 atau sesuai dengan gambar rencana.
b. Pipa Galvanis.
Galvanis iron pipa (GIP) harus menggunakan class medium yang berkualitas baik
yang berukuran sesuai dengan gambar rencana. Adapun diameter yang dipergunakan
adalah sesuai dengan gambar kerja.
c. Kran pipa yang dipergunakan berkualitas baik dan disetujui oleh Direksi/Pengawas
Lapangan.
d. Merk pipa yang di gunakan adalah merk Wavin, Maspion standar atau yang setara
atas persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.
14

Pasal 19

POLITUR DAN PLAMIR


a. Plitur, teak oil dan vernis yang akan digunakan harus dari kualitas baik, buatan
dalam negeri .
b. Plamir merupakan campuan semen putih, kapur dan lem dan digunakan hanya
untuk bagian interior, sedang untuk outdoor digunakan pengacian.

Pasal 20

PERLENGKAPAN SANITAIR

Persyaratan yang harus dipenuhi dari perlengkapan sanitair :


a. Bahan bebas dari goresan warna rata dan permukaan halus
b. Accsesories disesuaikan dengan merek terpasang.
c. Memakai barang-barang yang mempunyai garansi pabrik atau bersertifikat pabrik
pembuat.
d. Dengan type sesuai dengan fungsinya masing-masing, warna dan merk akan
ditentukan oleh Direksi/pemberi tugas.

Pasal 21

INSTALASI LISTRIK

a. Kabel.
1) Kabel listrik.
a) Untuk pekerjaan instalasi listrik didalam (instalasi penerangan), kabel
yang dipergunakan adalah jenis NYM dan NYY dengan penampang
minimum 2,5 mm SPLN.
b) Untuk kabel tulvur/kabel yang menghubungkan dari box sekring ke
box meteran menggunakan kabel NYM ukuran 3X4 mm.
2) Kabel Twistet.
a) Kabel yang dipakai adalah standar PLN dan setiap kabel twistet
harus disuplai lengkap dengan jointing yang materialnya antara lain: Klem
kabel, terminal cabang, mof/penutup kabel ujung dan lain-lain.
b) Kabel twistet harus disuplai dalam keadaan utuh, baru dan dalam
pembungkusannya.
b. Armatur.
1) Saklar yang dipergunakan adalah saklar dus minimal 10 Amp. Sistem
tekan., kualitas baik.
2) Stop kontak yang dipergunakan adalah stop kontak doos nominal 10 Amp.
Sistem putar untuk tegangan 220 volt , kualitas baik.
3) Merk yang digunakan Merk Broco berkualitas MK.
4) Fiting plapond yang digunakan adalah fiting down light untuk lampu SL dan
fiting lampu TL yang tertanam dalam plafond, dengan kualitas baik.
15

5) Box sekring menggunakan box standar PLN.


6) Bola lampu TL dan SL yang digunakan merk Philips atau yang sederajat.
c. Mini Circuit Breaker/MCB
MCB yang digunakan adalah kualitas baik, baru, utuh dan jelas tertera kekuatan
daya serta disuplai lengkap dengan box MCB dan papan pembaginya.merk yang
dipergunakan Merlin Gerin, BBC, AEG.

Pasal 22

GYPSUM

a. Gypsum digunakan pada pekerjaan plafond


b. Gypsum digunakan merupakan Gypsum Board yang bermutu baik produk Jaya
Plasterboard atau produk lain yang setara atau atas persetujuan Direksi/Pengawas
Lapangan.
c. Gypsum digunakan merupakan Gypsum Board yang bermutu baik tebal 9 mm
atau atas persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.

BAB IV
PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pasal 1

PEMBERSIHAN LAPANGAN

a. Pekerjaan pembersihan lapangan adalah semua pekerjaan yang berhubungan


dengan pembersihan awal proyek yang akan dilaksanakan dari puing-puing bekas
bongkaran dan kotoran-kotoran lain seperti : Akar-akar, rumput-rumput dan tanaman
yang tidak diperlukan.
b. Untuk pembersihan tanaman yang besar Penyedia Jasa diwajibkan meminta ijin
terlebih dahulu kepada Direksi/Pengawas Lapangan .
c. Penebangan pohon yang besar harus sampai keakar-akarnya sampai 50 cm dibawah
fail tanah yang ada, sisa-sisa dan bekas pembersihan harus dibuang ketempat yang
telah ditetapkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan kecuali ada ketentuan lain.
d. Pembersihan dari puing-puing bekas pembongkaran, bahan-bahan bekas
bongkaran tidak boleh dipergunakan kembali untuk pelaksanaan pembangunan ini.
e. Tinggi lantai diberi tanda ±0,00 dan fail diambil ±30 cm untuk seluruh bangunan
dari atas tanah halaman sedangkan dalam keadaan khusus akan ditentukan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.
16

Pasal 2

GALIAN TANAH

a. Galian tanah untuk pekerjaan pondasi harus cukup lebar dan berusaha mengambil
langkah-langkah untuk mencegah kelongsoran-kelongsoran tanah, apabila diperkirakan
akan menjadi longsor pada pekerjaan galian, sehingga tidak menyulitkan bagi pekerja-
pekerja dalam memasang pondasi.
b. Dalam galian lubang pondasi yang mencapai tanah keras, penggalian berikut
harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan dan apabila bekas
genangan air atau galian digenangi air yang timbul dari hujan dan sebab -sebab lain,
maka dasar galian harus dikeringkan terlebih dahulu
c. Apabila pada galian terdapat pipa-pipa air bersih, pipa pembuangan, kabel listrik,
kabel telpon dan lain-lain yang masih digunakan maka secepatnya untuk
memberitahukan kepada Pengawas untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.
d. Apabila galian dibuat lebih dalam dari ketentuan tanpa sepengetahuan dan
persetujuan Direksi maka kelebihan galian tidak boleh diurug dengan tanah biasa tapi
harus diisi dengan beton tumbuk atau dengan bahan yang sama dengan bahan pondasi
tanpa biaya tambahan dari pemberi tugas. Pengukuran ketinggian /kedalam muka tanah
dan pencetakan harus dilakukan oleh juru ukur ahli yang disetujui oleh pemberi tugas.

Pasal 3

PEKERJAAN BOWPLANK

a. Patok harus ditanam dalam tanah sampai kuat/tidak goyang, sehingga tidak
mudah dicabut dan menggunakan kayu ukuran 5 x 7 cm (ukuran paling kecil)
b. Jarak patok dari sisi galian pondasi minimum 30 cm sedang jarak patok yang satu
dengan yang lain minimum 2 m.
c. Pada papan bowplank menggunakan kayu kelas III dengan ukuran 0,2 x 20 x 300
cm dan pada bidang sebelah atas harus diserut sampai rata.
d. Penetuan ketinggian papan bouwplank dari tanah adalah 30 cm untuk seluruh
bangunan atau ditentukan lain atas persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.
e. Pemasangan bouwplank harus benar-benar siku (90 o) dan untuk mendapatkan
ketetapan yang maksimal dapat menggunakan water pass/ alat ukur Theodolit atau alat
air (slang dengan air).

Pasal 4
PEKERJAAN BATU KALI

a. Pasangan batu kali/batu belah dilaksanakan setelah kedalaman dan lebar galian
diperiksa oleh Direksi/Pengawas Lapangan dan sesuai ketentuan dalam gambar rencana
pada selurah pasangan batu kali harus didahului dengan urugan pasir yang dipadatkan
dan pasangan batu kosong dengan ketebalan sesuai ketentuan dalam gambar rencana.
Pasangan batu belah untuk pasangan pondasi harus berdiri.
17

b. Jika pekerjaan pasangan batu kali terpaksa dihentikan , maka permukaan


perhentian harus bergerigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan
sempurna. Didalam pasangan tidak boleh ada rongga-rongga atau celah-celah yang
kosong.
c. Adukan yang dipergunakan dengan campuran 1 Pc : 4 Ps penggunaan terlalu
banyak adukan untuk menutup rongga atau celah tidak dibenarkan. Rongga atau celah
harus diisi dengan batu yang lebih kecil. Daya dukung maksimum yang diijinkan dari
pasangan batu belah yang sudah selesai dikerjakan adalah 50 kg/cm 2

Pasal 5

PEKERJAAN URUGAN
a. Pengurugan untuk lahan/site digunakan tanah setempat yang bebas dari kotoran.
b. Pelaksanaan pengurugan dilaksanakan secara bertahap dan setiap lapis
dengan ketebalan 20 cm dipadatkan menggunakan alat yang telah disetujui
direksi/pengawas lapangan. dalam pelaksanaan pemadatan harus dilakukan secara
berurutan dan harus merata setiap kali dilakukan pemadatan tanah harus keadaaan
basah, untuk menjaga suatu ikatan molekul tanah, sehingga akan didapat hasil
pemadatan yang sempurna.
c. Pengurugan untuk lubang-lubang sisi pondasi dilaksanakan dengan menggunakan
tanah urugan yang telah dibersihkan dari kotoran-kotoran.
d. Tanah urug yang dipergunakan tidak diperkenankan mengambil dari halaman
disekitar bangunan kecuali mendapat ijin dari Direksi/Pengawas Lapangan.
e. Urugan pasir harus dikerjakan lapis demi lapis dengan diberi air secukupnya
sampai mencapai ketebalan minimal 5 cm padat atau sesuai yang tertera gambar
rencana.

Pasal 6

PEKERJAAN PASANGAN

a. Pasangan dinding batako/bata harus lurus, tegak, rata dalam lapisan-lapisan


sejajar lubang pada batako diisi dan water pass ukuran batako yang dipakai standar yang
ada dipasaran kecuali dikehendaki khusus.
b. Dalam satu hari pengerjaan pasangan dinding tidak boleh melebihi ketinggian 1 m
pekerjaan baru boleh diteruskan setelah pasangan sebelumnya betul-betul mengeras
untuk setiap bidang dinding batako/bata yang luasnya lebih dari 12 m 2 harus diberi
rangka penguat dari beton tulangan praktis dan tempat dimana angkur-angkur kusen
berada harus dicor 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr sebagai ikatan.
18

c. Pasangan dinding batako/bata yang berhubungan dengan beton harus diangker


pada beton tersebut dalam proses pengeringan pasangan harus selalu di basahi, untuk
dinding km/wc dibuat kedap air setinggi 2 (dua) meter dengan campuran 1 : 3.
d. Semua keperluan pekerjaan listrik, pemipaan dan lain-lain yang berkaitan dengan
pekerjaan pasangan batako harus dipersiapkan sesuai dengan gambar rencana dan
semua pasangan bata harus difinish dengan plesteran.
e. Pemasangan dinding batako harus diisi campuran pada setiap lubang.

Pasal 7

PEKERJAAN PLESTERAN

a. Seluruh permukaan yang akan diplester harus bersih dan bebas dari cat, minyak,
lumut dan lainnya yang mengganggu penempelan plesteran. Sebelum di plester, semua
permukaan harus dikasarkan dan disemprot dengan air hingga jenuh.
b. Plesteran dengan campuran 1 Pc : 2 Ps digunakan untuk seluruh dasar dinding
sampai 20 cm dari permukaan lantai dan dinding-dinding trasram/kamar mandi. Plester
dengan campuran 1 Pc : 3 Ps digunakan untuk pondasi yang lebih tinggi dari
tanah/halaman yang harus diplester. Plesteran dengan campuran 1 Pc : 4 Ps digunakan
untuk dinding/tempat selain tersebut diatas.
c. Sebelum dimulai pekerjaan plesteran pasangan dinding tembok harus
disiram/dibasahi dengan air terlebih dahulu sampai basah selanjutnya diplester sampai
rata dan tegak lurus.
d. Setelah plesteraan cukup kering, dilapis sampai licin dengan campuran air dan Pc
(diaci).
e. Plesteran retak, melepuh, berlubang atau kekurangan-kekurangan lainnya harus
diganti dengan plesteran yang baru. Penambahan tersebut harus rapih dan sama
terhadap plesteran disebelahnya.

Pasal 8

PEKERJAAN BETON TAK BERTULANG

a. Untuk beton lantai kerja serta rabat beton dicor dengan adukan campuran 1 Pc : 3
Ps : 5 kr tebalnya sesuai dengan gambar rencana.
b. Sebelum pengecoran beton tak bertulang (Beton tumbuk) dilaksanakan,
permukaan dibawah lapisan beton tumbuk harus dipadatkan, diratakan dan dibersihkan
dari segala kotoran.
c. Pengecoran dilakukan sedemikian rupa, sehingga membentuk lapisan beton
tumbuk padat, rata , sama tebalnya dengan ketentuan gambar rencana.
19

Pasal 9

PEKERJAAN BETON STRUKTUR

a. Beton :
1) Beton harus seragam dalam komposisi dan kosistensi dari adukan
keadukan, kecuali adanya perubahan yang diminta adanya perubahan dalam
komposisi maupun konsistensi semua agregat. Semen, air , beratnya harus
ditakar dengan seksama sebagai pedoman, Penyedia Jasa harus tetap berpegang
pada mutu beton K-225 yang dihasilkan dari beton ready mix atau sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas Lapangan.
2) Selimut beton :
Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaanya (tidak termasuk
Plesteran) adalah sebagai berikut :
a) Pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan tanah
3 cm.
b) Kolom praktis 1,5 cm
b. Pembesian :
1) Sebelum beton dicor tulangan besi beton harus bebas dari minyak, kotoran,
cat, karat lepas atau bahan-bahan lain yang merusak.
2) Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat, dan ikatan
tulangan digunkan kawat bendrat. sehingga tidak dapat berubah atau bergeser
pada waktu adukan ditumbuk/dipadatkan.
3) Dimensi tulangan besi beton harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam gambar rencana.
4) Mutu besi yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan U-24 untuk
baja diameter <12 mm dan U-39 untuk baja diameter > 13 mm.
5) Jika besi beton tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas, maka Penyedia
Jasa harus menyingkirkan dari tempat pekerjaan.
c. Bekisting :
1) Bekisting harus dibuat dan disangga sedemikian rupa, sehingga dapat
menahan getaran yang merusak atau lengkung akibat tekanan adukan beton yang
cair atau yang padat.
2) Cetakan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mempermudah
penumbukan untuk memadatkan pengecoran tanpa merusak konstruksi.
3) semua ukuran bekisting harus tepat sesuai dengan gambar rencana.
4) Steger cetakan dari kayu dolken atau kaso dan tidak diperkenankan
memakai bambu apabila memungkinkan lebih baik dengan menggunakan steger
modul dari besi/scafollding.
d. Pengecoran :
1) Pemberitahuan tentang pelaksanaan pengecoran.
Sebelum melaksanakan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari
pekerjaan, Penyedia Jasa harus memberitahu direksi/pengawas lapangan untuk
mendapat persetujuan jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya atau
persiapan pengecoran tidak disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan maka
Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk menyingkirkan / membongkar beton
yang dicor dengan biaya sendiri.
20

2) Pengangkutan beton.
Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar
pengangkutannya ketempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada
waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.
3) Pelaksanaan.
Pengecoran kedalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai
mengental yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit.
Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti
dan tidak boleh terputus tanpa adanya persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.
a) Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan /
bekisting, baja tulangan beton, penyokong dan pengikat disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan serta permukaan yang berhubungan dengan
pengecoran harus bersih dari air yang menggenang.
b) Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana
akan dilanjutkan pengecoran beton baru, permukaan beton tersebut harus
bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada sambungan
pengecoran ini bisa dipakai perekat beton yang telah disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan.
4) Pembongkaran Cetakan.
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan
khusus yang cukup untuk memikul 2 kali beban sendiri. Beton yang masih muda
umurnya tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuang
permukaaan beton harus diperiksa dengan hati-hati dan permukaan yang tidak
beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Direksi/Pengawas Lapangan
pembongkaran bekesting minimal 14 hari setelah pengecoran atau sesuai dengan
persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.
5) Perubahan konstruksi beton.
Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan Direksi, Pengawas
Lapangan mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat
seperti berikut :
a) Konstruksi beton yang kropos.
b) Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk atau profil yang
direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan yang ditunjukan dalam
gambar rencana.

Pasal 10

PEKERJAAN LANTAI

a. Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa wajib mempertimbangkan hal-hal yang


berhubungan dengan pekerjaan ini seperti : instalasi pipa, saluran air, saluran listrik
termasuk peil-peil dibawah lantai.
b. Pasangan keramik harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk gambar dan
dikerjakan oleh tenaga yang benar-benar ahli.
c. Keramik dipasang diatas lapisan perekat 1 Pc : 5 Ps:, setebal 5 cm, pemasangan
harus lurus dan rapi, siar-siar antara keramik maximum 3 mm dan setelah kering, baru di
cor/di poles dengan air semen sesuai warna sampai rata dan padat.
21

d. Permukaan lantai keramik yang telah selesai dikerjakan harus dilindungi dari
segala gangguan kerusakan yang mungkin terjadi sampai lantai benar-benar kuat,
apabila terjadi kerusakan, maka Penyedia Jasa wajib memperbaiki, sehingga dapat
diterima oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
e. Keramik yang digunakan kwalitas I atau setara sesuai petunjuk Direksi/Pengawas
Lapangan.

Pasal 11

PEKERJAAN KUSEN, PINTU / JENDELA


a. Persiapan.
1) Pekerjaan pembangunan/restorasi/renov untuk kusen ,daun pintu dan
jendela menggunakan bahan aluminium, sedangkan untuk pekerjaan rehab ,
menggunakan bahan kayu.
2) Pekerjaan kusen, pintu/jendela dilaksanakan menyesuaikan dengan
rencana dan petunjuk dari Direksi/Pengawas Lapangan apabila ada kusen,
pintu/jendela penggantian.
3) Setelah dilakukan pembersihan kusen, pintu/jendela dari bekas
pembongkaran, kotoran dan kerusakan kusen, pintu/jendela lainnya sebelum
pelaksanaan pekerjaan.
4) Sebelum dimulai pekerjaan ini. Penyedia Jasa meneliti kembali bentuk,
letak ukuran dari masing-masing pintu jendela serta yang akan dikerjakan.
Pemasangan agar dilaksanakan dengan baik dan rapi, sehingga menghasilkan
pekerjaan yang tegak lurus menurut Lod dan mendatar menurut waterpass.
5) Penyedia Jasa harus menyiapkan gambar-gambar pelaksanaan dibengkel /
shop drawing dengan ukuran disesuaikan dilapangan.
6) Untuk kusen kayu dan aluminium produsen diminta untuk merencanakan
sistem pemasangan dengan memperhitungkan keamanan terhadap defleksi yang
bisa terjadi akibat bentangan, tekanan angin dan sebagainya, sesuai dengan
rekomendasi pabrik.

b. Kusen Kayu.
a. Kayu yang dipergunakan adalah kayu besi, dengan ukuran 6 x 12,. Setiap
kusen pintu dipasang diatas neut dengan angkur dook besi Ø10 mm, tinggi 15 cm
dari lantai dan pada dinding tembok pasangan kusen dipasang angkur besi Ø10 –
12 mm sebanyak 3 buah setiap sisi, kusen jendela dipasang 2 buah setiap sisi.
b. Daun pintu kayu dan jendela :
i. Perletakan / tempat daun pintu dan jendela adalah sesuai petunjuk
gambar, bingkai pintu dan jendela dari kayu Linggua dengan ukuran seperti
dibawah ini.
ii. Untuk daun pintu dan jendela panil :
1. Ukuran bingkai daun pintu lebar 10 cm, tebal 4 cm, bingkai
daun pintu bagian bawah lebar 10 cm. Bagian tengah dipasang
dengan kayu lebar 30 cm tebal 3 cm.
2. Ukuran bingkai daun jendela lebar 8 cm, tebal 4 cm.
iii. Untuk daun pintu dalam ruangan menggunakan pintu sesuai dengan
gambar rencana.
22

iv. Untuk daun pintu KM / WC menggunakan double teakwood dan sisi


bagian dalam dilapisi aluminium plat atau seng.
c. Perlengkapan pintu dan jendela.
a. Setiap bingkai daun pintu dipasang dengan 3 buah engsel untuk jendela 2
buah engsel dengan ketentuan Merk dari Direksi/Pengawas Lapangan .
b. Daun pintu dipasang dengan kunci tanam 2 (dua) kali penguncian dengan
kwalitas baik.
c. Sebelum alat-alat perlengkapan tersebut dipasang, maka Penyedia Jasa
diharuskan menyerahkan contoh-contoh untuk mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Pengawas Lapangan.
d. Kaca.
a. Kaca yang dipergunakan dengan ketebalan 5 mm, jenis kaca yang
dipergunakan adalah polos ( penempatan sesuai gambar rencana).
b. Tepi kaca (bekas pemotongan) harus diasah / dihaluskan sebelum
dipasang. Pemasangan harus rapi dan cukup rapat dengan mengingat
kemungkinan mengembang dan menyusut akibat perubahan temperatur.

Pasal 12
PEKERJAAN KUNCI DAN PENGGANTUNG
a. Semua pemasangan harus dikerjakan dengan peralatan yang sesuai serta secara
baik dan memenuhi syarat teknis pabrik. Pemasangan harus mengikuti gambar rencana
tata letak.
b. Selama pekerjaan berlangsung harus dijaga agar peralatan kunci terlindung dari
goresan, kerusakan dan cipratan cat.
c. Selama masa pelaksanaan, anak kunci tidak boleh dipergunakan dan semuanya
harus tersimpan didalam almari Direksi / Pengawas Lapangan. Penggunaan anak kunci
harus seijin Direksi / Pengawas Lapangan.
d. Sekrup-sekrup harus ditanam rapi tanpa merusak daun pintu, kusen maupun alat-alat
penggantung dan pengunci itu sendiri.
e. Pemasangan yang tidak rapi dan menimbulkan cacat harus diperbaiki dan diganti atas
beban Penyedia Jasa sendiri.

Pasal 13
PEKERJAAN PENGECATAN DAN PLITURAN
a. Semua bagian kusen kayu dan bagian-bagian pintu yang akan dicat harus dalam
keadaan bersih dari segala macam kotoran. Sebelum pekerjaan dimulai lubang-lubang
dan retak-retak ditutup dengan dempul terlebih dahulu dan kemudian digosok amplas
sampai rata serta bagus dipulas, minimal 2 kali dan untuk contoh plitur atau teak oli
Penyedia Jasa harus menunjukan kepada Direksi/Pengawasan Jasa.
b. Semua bagian yang tidak diplitur/diteak oli ditutup dengan cat (tembok/kayu/besi).
Semua bagian yang akan dicat harus dalam keadaan bersih dari segala macam kotoran.
1) Semua kayu pada sambungan dan hubungan/perletakan dengan pasangan
dinding harus dimeni minimal 2 kali sampai rata bagian yang akan di cat harus di
plamir dengan plamir kayu serta lubang-lubang ditutup sampai rata/rapat benar,
kemudian dilanjutkan pengecatan dengan cat kayu minimal 2 kali sampai rata.
23

2) Pengecatan dilakukan minimal 2 kali dan pengecatan yang dilakukan diluar


ruangan yang tidak terlindung ketika keadaan cuaca mendung dan hujan tidak
diperkenankan.
4) Permukaan bidang dinding atau plafond yang akan dicat, sebelumnya harus
dibersihkan dengan cara menggosok dengan memakai kain yang dibasahi air.
5) Setelah kering diberi dempul/filter coat pada tempat-tempat yang berlubang,
sehingga tertutup, kemudian dilapisi plamur pada bagian dalam ruangan
sehinggga permukaan rata. sudah kering dan keras lapisan ini digosok dengan
amplas agar halus dan licin . untuk pengecatan dinding exterior tidak dilapisi
dengan plamur.
6) Pengecatan minimal dilakukan 2 kali atau sampai baik dan rata dengan
menggunakan roller 20 cm atau dengan cara lain yang telah disetujui oleh
Direksi/Pengawas Lapangan . Lapisan kedua baru boleh dilaksanakan setelah
lewat minimum 12 jam dari lapisan pertama.
c. Pekerjaan cat ini harus dikerjakan /dilaksanakan dengan tenaga yang sudah ahli
dan apabila diperlukan penyedia jasa wajib menambah lapisan pengecatan, sehingga
dianggap sempurna oleh Direksi/Pengawas Lapangan serta diharuskan menyerahkan
contoh-contoh cat untuk mendapatkan persetujuan.
d. Sebelum dicat dinding harus di Aci atau di plamir, bahan plamir yang digunakan
adalah plamir Merk Boyo atau setara dengan kualitas baik.

Pasal 14

PEKERJAAN PLAFOND/LANGIT-LANGIT

a. Rangka Plafond :
1) Rangka plafond menggunakan rangka dari besi hollow 4 x 4 cm / 2 x 4 cm,
tebal plat besi hollow minimal 0,3 mm dan diberi meni (pemasangan/pembagian
sesuai petunjuk gambar rencana).
2) Gambar-gambar detail pemasangan rangka plafond serta pemasangan
langit-langit harus dibuat oleh Penyedia Jasa dan selanjutnya diajukan kepada
Direksi/Pengawas Lapangan.
b. Pekerjaan Langit-langit :
1) Digunakan Gypsum Board yang bermutu baik produk Jaya Plasterboard
atau produk lain yang setara, tebal 9 mm.
2) Bahan penutup sambungan plafond digunakan Compound atau bahan
plester ex UB400 atau produk lain yang setara.
3) Paper tape yang digunakan berpori/berlubang dan bergaris tengah.

Pasal 15
PEKERJAAN ATAP

a. Bahan penutup atap dan sudut kemiringannya harus sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan dalam gambar. Demikian pula jumlah, ukuran dan perletakan gording
serta profil-profil lainnya.
24

b. Semua penggunaan bahan penutup atap harus berasal dari produsen dengan
mutu terbaik dan disetujui Direksi / Pengawas Lapangan.
c. Pelaksanaan harus mengikuti persyaratan yang ditentukan produsen.
d. Pembagian nok, atap harus dilengkapi dengan bahan atau profil pembantu
disamping profil noknya sendiri. Demikian pula antara penutup atap dengan dinding,
balok/plat beton, sambungan dilatasi dan sebagianya harus menjadi perhatian utama
agar tidak menimbulkan kebocoran.
e. Penutup atap digunakan sesuai gambar kerja dengan warna standar yang akan
ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
f. Pemasangan atap menggunakan jenis dan tipe yang direkomendasikan dari
pabrik, sehingga menjamin tidak terjadinya kebocoran.
g. Rangka atap diberikan kerataannya, sehingga setelah dipasang bahan atapnya
tidak terjadi kebocoran-kebocoran.
h. Pelaksanaan pemasangan listplank GRC, pemasangan harus lot, dan rapi dan
sesuai dengan gambar rencana. Listplank difinish dengan cat kayu, Catylac, Emco atau
Glotex dengan warna sesuai petunjuk Direksi / Pengawas Lapangan.

Pasal 16

PEKERJAAN SALURAN AIR DAN BAK KONTROL

a. Untuk saluran / selokan air dengan ukuran lebar atas dasar disesuaikan degan
gambar rencana. Kemiringan saluran apabila belum ditentukan dengan gambar, maka
akan ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan yang disesuaikan dengan keadaan
lahan lapangan.
b. Untuk saluran air yang melintasi jalan dipasang/dibuat gorong-gorong (duikers)
dengan cor beton bertulang tebal 15 cm dengan adukan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr
(sesuai gambar).
c. Saluran terbuat dari buis beton ½ lingkaran dan pasangan batu bata. Untuk
finishing pasangan diplester, diaci kemudian dicat. Warna yang dipergunakan sesuai
dengan petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal 17

PEKERJAAN SANITAIR

a. Sebelum pekerjaan ini dimulai maka Penyedia Jasa diwajibkan meneliti dan
memeriksa kembali pekerjaan-pekerjaan yang ada hubungannya dengan pekerjaan
sanitair, misalnya : tentang saluran pembuangan dan lain-lain.
b. Pemasangan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana dan petunjuk
Direksi/Pengawas lapangan dan dilakukan dengan baik sehingga menghasilkan
pekerjaan yang rapi. Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa harus menyerahkan
contoh-contoh barang yang digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari direksi /
pengawas lapangan.
c. Bak air terbuat dari bata dan bagian dalam serta luar dilapisi dengan keramik
ukuran 10 x 20 cm.
25

d. Kloset jongkok / duduk setara INA atau sesuai petunjuk Direksi.


e. Kran air yang digunakan adalah dengan kwalitas baik.
f. Saringan untuk setiap pembuangan air kotor KM/WC keadaan riool dipasang
saringan air dari bahan kuningan berengsel.
g. Untuk mengalirkan air kotor di KM/WC dibuat riool dari pipa Ø 4” dipasang terpisah
dengan kemiringan kurang lebih 1,5 % dan tertanam dalam tanah minimal 20 cm.
h. Septictank dan rembesan :
1) Untuk penampungan kotoran dari kloset dibuat septictank (bentuk/ukuran
sesuai gambar) terbuat dari pasangan bata dan adukan 1 Pc : 3 Ps, selanjutnya
diaci dengan adukan campuran semen dan air.
2) Pada penutup plat beton bertulang dipasang lubang udara (pada bak
penghancuran) dengan menggunakan pipa galvanis Ø 1,5 “ dan bagian atasnya
ditutup knei bentuk T pada bak lumpur diberi tutup lubang. Tutup plat beton
dipasang menonjol 10 cm dari tanah.
3) Pembuatan rembesan disesuaikan dengan gambar rencana.
4) Letaknya akan ditentukan kemudian oleh Direksi/Pengawas Lapangan
sesuai dengan kondisi setempat.
i. Pekerjaan sealant :
1) Pekerjaan meliputi pekerjaan sealant pada alat sanitair dan bagian lain
seperti yang tercantum pada gambar/persyaratan teknis.
2) Penyedia Jasa diwajibkan mengajukan contoh bahan yang akan dipakai
untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan.
3) Semua permukaan sebelum dipasang sealent harus dibersihkan dengan
bahan pembersih khusus (primer) yang juga mempunyai fungsi untuk menambah
daya lekat sealent.produk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan.
4) Pemasangan sealent harus rapi padat, tidak bercelah, tidak bocor dengan
ketebalan maksimum sesuai dengan petunjuk pabriknya.
3) Untuk Bak up material dapat dipakai bahan karet yang khusus digunakan
sebagai Bak up.

Pasal 18

PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

a. Instalasi kabel / Wiring :


1) Pemasangan dipermukaan :
a) Semua kabel harus dipasang pada kabel Tray atau dipasang
dipermukaan klem dan pendukung yang sesuai dengan konduit. Kabel tray
harus berlubang dan digalvanisir setelah dilubangi dan dipasang
dipermukaan dengan pendukung khusus dan dicat anti karat.
b) Semua kabel-kabel harus dipasang lurus/sejajar dan jari-jari
lengkungnya tidak boleh lebih dari syarat-syarat pabrik.
c) Untuk ujung penyambungan baik ke panel maupun kemesin harus
lengkap dengan kabel schoen/terminal.
26

2) Penyambungan kabel :
a) Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan.
b) Kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau nama
masing-masing dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi dimana
penyambungan dilakukan.
c) Penyambunagan kabel tembaga harus mempergunakan penyambung-
penyambung dengan ukuran yang sesuai.
d) Penyambungan pada kabel yang berisolasi karet atau PVC harus
diisolasi denga pipa karet atau PVC merk Maspion.
e) Semua penyambungan kabel tegangan tinggi harus diawasi oleh ahli
dari PLN atau jawatan lain yang sederajat dengan biaya Penyedia Jasa.
f) Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi persyaratan SII dan PLN.
g) Semua kabel/kawat harus dalam keadaan baru dan harus jelas
mengenai ukuran, jenis kabel, nomor, dan jenis pintalannya. Semua dengan
kawat dengan penampang 6 mm keatas harus terbuat secara dipilin
(stranded).
3) Lampu penerangan yang dipergunakan adalah jenis lampu SL dan Lampu
TL, SL, dengan merk Philips atau yang setara atas persetujuan Direksi.
4) Splice/pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya splice / sambungan-sambungan baik dalam
pedel maupun cabang-cabang kecuali pada outlet atau kontak-kontak penghubung
yang dapat dicapai (Accesible). Sambungan pada kabel Cirkuit cabang harus
dibuat secara mekanis dan harus teguh secara elektrik dengan cara-cara
“solderless connector. Dalam membuat “splitce” konektor harus dihubungkan
dengan sambungan, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak
dapat dilepas oleh karena adanya getaran.
5) Saluran penghantar dalam bangunan.
a) Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan Pipa konduit
minimal 5/8 diameternya.
b) Setiap pencabangan atau pengambilan keluar harus menggunakan
junction box yang sesuai dengan sambungan yang lebih dari satu harus
menggunakan terminal strip didalam junction box kualitas baik.
c) Ujung pipa masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi
dengan soket/look nut , sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila
tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka
lantai sampai dengan 2 m harus dimasukan dalam pipa logam dan pipa
harus diklem kebangunan pada setiap jarak 50 cm.

b. Instalasi saklar dan stop kontak :


1) Saklar-saklar dari jenis rocker mekanisme dengan rating 10 A / 13 A 250 V
dipasang inbow kecuali disebutkan lain pada gambar jika tidak ditentukan lain,
saklar-saklar tersebut bingkainya harus dipasang rata pada tembok dengan
ketinggian 150 cm diatas lantai yang sudah selesai kecuali ditentukan lain oleh
Direksi/Pengawas Lapangan. Saklar-saklar tersebut harus dipasang dalam kontak
dan ring stelannya yang standar dilengkapi dengan tutup persegi. Sambungan-
sambungan hanya diperbolehkan antara kotak-kotak yang bersekatan.
27

c. Testing sistem instalasi listrik:


1) Pada waktu instalasi telah selesai, sistem listrik yang dipasang harus di test
dan mendapat pengesahan dari PLN.
2) Instalasi listrik penerangan maupun tenaga siap terpasang .
3) Pengukuran instalasi penerangan :
a) Hubungan ke armatur diputuskan dengan mematikan saklar yang
berhubungan kelampu-lampu maupun ke alat.
b) MCB dipanel dalam posisi Off.
c) Pengukuran dilakukan setiap grup maupun phase serta arde.
d) Untuk pengukuran instalasi penerangan tahanan kawat dibuatkan
daftar.
e) Setiap menunjukan hasil pengukuran tahanan dibuatkan daftar .
f) Diwaktu pengukuran dilaksanakan, sumber daya dari PLN/Genset
tidak boleh dimasukan.
4) Pengetesan terhadap armatur/lampu penerangaan :
a) Jangka waktu pengetesan 7 X 24 Jam .
b) Lampu dinyalakan terus menerus.
c) Pengujian dapat dilakukan secara random dan secara keseluruhan.
5) Pengukuran untuk instalasi tenaga :
a) Hubungan ke equipment (alat) diputuskan dengan mematikan switch
untuk alat itu.
b) Penyedia jasa maupun MCB untuk alat itu dalam posisi OFF.
c) Pengukuran dilakukan setiuap pase serta arde.
d) Untuk pengukuran instalasi tenaga , tahanan kawat (sesuai PUIL
1987) .
e) Setiap penunjukan hasil pengukuran tahanan kawat dibuatkan daftar.
f) Pada waktu pengukuran dilaksanakan, sumber daya dari PLN
maupun Genset tidak boleh dimasukan.
6) Pengukuran arde induk:
a) Pemantekan pipa arde selesai dikerjakan serta kabel arde sudah
ditanam.
b) Setiap alat ukur khusus untuk mengukur tahanan kawat dari arde.
c) Hasil pengukuran dari tahanan kawat dari pada arde harus sesuai
dengan PUIL 1987.

Pasal 19
PERUBAHAN-PERUBAHAN

Apabila ada perubahan dari ketentuan-ketentuan tersebut diatas karena sesuatu


hal harus seijin Kalakgiat.
28

Pasal 20

PENUTUP

Semua peraturan dan persyaratan mengenai pekerjaan konstruksi,


mekanikal/elektrikal serta mengenai bahan – bahan yang berlaku namun belum
tercantum, tetap mewajibkan penyedia Jasa untuk mematuhi. Apabila terdapat
perbedaan penafsiran pengertian mengenai pasal-pasal pada Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) ini akan dilakukan penetapan dilapangan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
Demikian Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini dibuat untuk menjadi
pedoman bagi pelaksanaan proyek Pembangunan Gedung Kumdam XVI/Pattimura.

Ambon, Maret 2018


Kepala Zidam XVI/Pattimura,

Dian Hendriana S.
Kolonel Czi NRP 11930092380971
29

Anda mungkin juga menyukai