BAB I
PERSYARATAN UMUM
Konstruksi :
- Restorasi Kantor 3 Lt 1 unit 564 M²
Pasal 1
Pasal 2
a. Penyedia Jasa wajib mengadakan penjagaan yang baik dan terus menerus
selama berlangsungnya pekerjaan pembangunan atas bahan, peralatan, mesin dan alat
kerja yang disimpan ditempat pekerjaan (gudang).
b. Selama berlangsungnya pekerjaan semua bahan-bahan, mesin dan peralatan
harus tetap dirawat dengan baik dan diperbaiki setiap diperlukan.
c. Kehilangan dan kerusakan bahan, mesin dan peralatan karena kelalaian
penjaga/pemelihara menjadi tanggung jawab penyedia jasa.
d. Penyedia jasa bertanggung jawab atas biaya, kerugian ataupun tuntutan ganti rugi
(claim) yang diakibatkan oleh adanya peristiwa yang mengakibatkan lukanya atau
meninggalnya seseorang dalam melaksanakan pekerjaan tersebut, bilamana ternyata hal
itu disebabkan oleh karena kelalaian Penyedia Jasa.
e. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
tersebut, maka Penyedia jasa diwajibkan mengambil segala tindakan guna kepentingan
diri si korban tersebut.
f. Penyedia Jasa harus memenuhi peraturan hukum mengenai perawatan dan
tunjangan dari si korban atau keluarganya.
g. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap guna keperluan pertolongan
pertama pada kecelakaan harus selalu berada ditempat pekerjaan. Hal ini harus
disesuaikan dengan ketentuan badan keselamatan kerja.
2
Pasal 3
Pada kantor, gudang dan los kerja dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan
yang dianggap perlu diberi penerangan yang cukup daya listriknya baik untuk
penerangan, sumber daya kerja maupun untuk keperluan sistem pengetesan instalasi
dan atau percobaan berbeban dari sistem instalasi harus diusahakan oleh penyedia jasa
atau beban penyedia jasa.
Pasal 4
a. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang dan los kerja dan
bagian dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan-
bahan bekas dan lain-lain. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan diberhentikanya
pekerjaan oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Akibat dari seluruh hal ini menjadi
tanggungan Penyedia Jasa.
b. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang maupun yang berada di
lapangan tidak boleh mengganggu kelancaran dan keamanan/umum dan juga agar
memudahkan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh Direksi/Pengawas
Lapangan. Cara menyimpan bahan, peralatan dan mesin harus disesuaikan dengan
kondisi yang disyaratkan produsen.
c. Tidak diperkenankan :
1) Buruh menginap ditempat pekerjaan/kecuali ada peraturan lain yang
disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan/User.
2) Memasak ditempat pekerjaan.
3) Membawa masuk penjual-penjual makanan, buah-buahan, minuman, rokok
dan sebagainya ditempat pekerjaan.
4) Keluar masuk dengan bebas.
Hal-hal tersebut dikecualikan apabila sudah mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi/Pengawas Lapangan /User dimana pekerjaan ini dilaksanaakan.
d. Peraturan lain mengenai penertiban akan dikeluarkan oleh Direksi/Pengawas
Lapangan pada waktu pelaksanaan setelah koordinasi dengan satuan setempat.
Pasal 5
PENGAWASAN
b. Direksi/Pengawas Lapangan berhak pada setiap waktu bila dianggap perlu tanpa
memberitahukan sebelumnya untuk mengadakan inspeksi/pemeriksaan kepada
Penyedia Jasa atau Sub Penyedia Jasa.
1) Terhadap jenis pekerjaan yang dipersiapkan didalam/diluar site.
2) Terhadap gudang-gudang penyimpanan bahan.
3) Terhadap pengolahan maupun sumber-sumbernya.
c. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan
Direksi/Pengawas Lapangan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa, pekerjaan itu jika
diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan
pemeriksaan.
d. Ditempat pekerjaan Direksi/Pengawas Lapangan menempatkan petugas bagian
pengawasan, jam Pengawas adalah dari jam 08.00 s/d 17.00 WIT atau ditambah diluar
jam dinas bila diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi pekerjaan.
BAB II
PERENCANAAN PEKERJAAN
Pasal 1
Pasal 2
PENYIMPANAN BARANG-BARANG MATERIAL
a. Penyediaan Jasa dan Sub Penyedia Jasa diwajibkan untuk menempatkan barang-
barang dan material–material untuk kebutuhan pelaksanaan baik diluar (terbuka)
ataupun didalam gudang, sesuai dengan sifat-sifat barang-barang dan material tersebut,
atas persetujuan Pengawas lapangan, sehingga akan menjamin :
1) Keamanannya.
2) Terhindarnya kerusak-kerusakan yang diakibatkan oleh cara penyimpanan
yang salah.
4
Pasal 3
Pasal 4
KELENGKAPAN LAPANGAN
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
a. Penyedia Jasa atau Sub Penyedia Jasa diwajibkan untuk membuat gambar “AS
BUILT DRAWING” sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan dilapangan secara
kenyataan, untuk kebutuhan pemeriksaan dan maintenance dikemudian hari.
b. Gambar-gambar tersebut harus dibuat dalam rangkap 3(tiga) dan diserahkan
kepada :
1) Pemilik/User
2) Wasdalyek
3) Zidam XVI/Pattimura
Pasal 8
SHOP DRAWING
Pasal 9
a. Masa pemeliharaan untuk pekerjaan konstruksi dan finishing adalah 3 (tiga) bulan
terhitung dari tanggal penyerahan pertama, masa pemeliharaan bisa lewat tahun
anggaran.
b. Jaminan pekerjaan dan pemasangan instalasi alat-alat meliputi :
1) Instalasi listrik dan Mechanikal adalah 3 (tiga) bulan.
2) Mesin-mesin adalah 3 (tiga) bulan terhitung dari tanggal Penyerahan
Pertama.
3) Mesin/alat yang memiliki garansi dari pabrik lebih dari 3 (tiga) bulan, maka
jaminannya mengikuti dari pabrik.
Pasal 10
Pasal 11
BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS
Pasal 1
a. Yang dimaksud Bahan Bangunan adalah semua bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan sebagai yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat (RKS)
serta gambar – gambar.
b. Semua bahan bangunan yang dipergunakan adalah yang berkualitas baik,
memenuhi segala persyaratan–persyaratan yang terdapat dalam peraturan Standar
Industri Indonesia (SII), Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Peraturan–peraturan
setempat lainnya yang berlaku atas jenis–jenis pekerjaan yang berlaku.
c. Direksi / Pengawas Lapangan berwenang untuk meminta keterangan mengenai
asal dari bahan bangunan dan lain–lain serta sebelum digunakan agar diperiksa terlebih
dahulu kepada Direksi / Pengawas Lapangan di tempat pekerjaan.
d. Penyebutan suatu merk dagang pada bestek ini adalah untuk keseragaman mutu
dan melindungi Direksi / Pengawas Lapangan dari suatu merek lain yang belum terkenal
dan teruji kualitasnya. Apabila terdapat perselisihan tentang merk / pemeriksaan bahan ,
maka Direksi / Pengawas Lapangan berhak mengirimkan contoh–contoh bahan ke Balai
Penelitian Bahan Bangunan dan segala biaya yang berhubungan dengan hal tersebut
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
e. Bahan yang datang sebelum diturunkan dari kendaraan pengangkut harus
diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi / Pengawas Lapangan (terutama bahan yang
bervolume besar) untuk disetujui atau ditolak / dikembalikan.
8
f. Dalam jangka waktu 2 x 24 jam semua bahan yang dinyatakan ditolak oleh Direksi
/ Pengawas Lapangan supaya segera dikeluarkan dari lokasi proyek. Apabila bahan –
bahan tersebut masih tetap dipergunakan oleh pelaksana, maka Direksi / Pengawas
Lapangan berhak untuk memerintahkan membongkar kembali dan segala kerugian yang
diakibatkan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Pasal 2
TANAH URUGAN
a. Tanah urugan berasal dari sumber tanah yang telah disetujui Direksi / Pengawas
Lapangan.
b. Tanah urug harus baik, mengandung butiran – butiran lepas, kadar tanah liatnya
rendah, tidak mengandung bahan – bahan organik, bersih dari akar – akar kayu /
tanaman dan batu – batu besar diameter maksimal 10 cm sedangkan tanah merah harus
mendapat persetujuan Dieksi / Pengawas Lapangan.
Pasal 3
AIR KERJA
a. Air untuk keperluan pekerjaan pasangan , pekerjaan beton dan pemadatan tanah /
pasir harus bersih dan tidak mengandung zat – zat kimia (garam – garam) yang dapat
merusak pekerjaan.
b. Apabila tidak mungkin atau tidak cukup air kerja yang dapat dari air minum setempat
maka Penyedia Jasa harus dapat mengusahakan dari sumber lain yang memenuhi
persyaratan di atas.
c. Khusus air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,
asam, garam dan bahan organik atau bahan – bahan lain yang dapat merusak mutu
beton, baja tulangan dan baja konstruksi lainnya. Sebaiknya air yang dipergunakan /
dipakai air bersih yang dapat diminum.
Pasal 4
SEMEN
a. Semen yang dipakai / dipergunakan dalam pekerjaan ini harus berkualitas baik,
memenuhi persyaratan yang ditentukan di dalam Peraturan Semen Portland Indonesia
NI–8
b. Semen yang di gunakan adalah semen merk Portland 50 Kg atau atas persetujuan
Direksi / Pengawas Lapangan.
9
Pasal 5
PASIR
a. Pasir Beton :
Pasir beton harus bersih tidak boleh mengandung zat – zat organik yang dapat
mengurangi mutu beton, kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.
b. Pasir Pasang.
Pasir yang dipergunakan untuk adukan pasangan dan plesteran dengan syarat antara
lain :
1) Butiran – butirannya harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan
jari tangan serta kadar lumpurnya tidak boleh lebih tinggi dari 5 %.
2) Untuk adukan plesteran dan adukan pasangan, butiran – butirannya harus
dapat melalui ayakan yang berlubang persegi 3 mm.
c. Pasir Urug.
Pasir urug atau pasir pengisi dapat dipergunakan pasir biasa yang tidak
mengandung bahan- bahan organik (sisa-sisa kayu, biji-bijian, akar-akar tanaman, daun-
daun, garam dan lain-lain) serta tidak mengandung lumpur.
Pasal 6
KERIKIL
a. Kerikil yang dapat digunakan adalah jenis yang permukaannya kasar / jenis klos atau
adesit yang sudah dicuci. Besarnya butiran maksimum 2 – 3 cm.
b. Apabila kerikil yang di maksud sukar untuk di dapat, maka diperbolehkan
menggunakan batu pecah yang sama ukurannya. Kerikil – kerikil tersebut tidak boleh
dicampur dengan batu cadas dan dalam keadaan bersih serta tidak mengandung lumpur.
Pasal 7
BATU KALI
a. Semua bahan batu kali kecuali ada persyaratan lain, harus sesuai dengan PUBB NI-
3, dan cara mengerjakannya harus dilakukan menurut cara yang terbaik.
b. Batu harus keras dengan permukaan yang kasar, tanpa cacat atau retak-retak dan
belahan- belahan, tidak diperkenankan memakai batu bulat dengan permukaan yang licin
maupun batu dari gunung yang masih terbungkus dengan tanah, batu cadas digunakan
bila batu kali tidak ditemukan dan pemakaiannya harus seijin Direksi / pengawas
lapangan.
10
Pasal 8
BATU TELA / BATAKO
a. Batu tela yang digunakan seragam, tidak retak dan mempunyai kekerasan yang baik
b. Batako yang digunakan seragam, tidak retak dan mempunyai kekerasan yang baik.
Pemakaian batu tela/batako haruslah telah disetujui oleh direksi/pengawas lapangan.
Pengawas berhak menolak tela/batako yang tidak memenuhi syarat.
Pasal 9
KERAMIK
Pasal 10
KAYU
a. Kayu harus berkualitas baik dengan ketentuan, bahwa segala sifat dan
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaianya tidak akan merusak
atau mengurangi nilai konstruksi/bangunan. Kayu berdasarkan mutunya dibedakan
dalam 2 (dua) macam, yaitu kayu kelas satu dan kayu kelas dua.
1) Kayu mutu kelas satu, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Kayu harus kering udara lengas kayu 12 % - 18 % besarnya mata
kayu tidak boleh lebih dari 1/6 kali lebar balok atau tidak boleh lebih dari
3,5 cm.
b) Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu
dan miring arah sarat tangan alfa tidak boleh lebih besar dari 1/10, sedang
untuk
balok tidak boleh mengandung wanvlak yang lebih besar dari 1/10 tinggi
balok.
c. Jenis kayu yang di gunakan untuk kayu kelas I adalah kayu besi,
kayu linggua, kayu gupasa atau sesuai petunjuk Direksi / Pengawas
Lapangan.
d) Ukuran kayu kelas I yang digunakan adalah kayu 6/12, 5/10 dan
Papan 3/30.
2) Kayu mutu kelas dua , harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Kadar lengas kayu kecil/kurang dari 30 %, besar mata kayu tidak
melebihi ¼ dari lebar balok/tidak boleh lebih dari 5 cm.
b) Retak-retak dalam arah radial, tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu
dan arah serat tangan alfa tidak boleh lebih besar dari 1/7, sedang untuk
balok tidak mengandung Wanvlak yang lebih besar dari 1/10 tinggi balok.
11
Pasal 11
KACA
a. Kaca lembaran terbuat dari bahan gelas yang pipih pada umumnya mempunyai
ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya dapat diperoleh dari proses-
proses tarik gilas dan pengembangan.
b. Ketebalan kaca yang digunakan adalah 5 mm.
Pasal 12
PAKU
Paku dibuat dengan kepala benam berbentuk bulat yang permukaan diatasnya
berpetak-petak dan bagian bawahnya miring, pada bagian luarnya diberi gurat-gurat
sedang bagian ujung yang runcing berbentuk tetra hendral yang konis.
Pasal 13
f. Alat pengunci yang di gunakan adalah merk Yale, Freeder, atau merek yang setara
atas persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.
g. Alat penggantung yang di gunakan adalah merk Emco, King, atau merk yang
setara atas persetujauan Direksi / Pengawas Lapangan.
Pasal 14
BAJA TULANGAN
Pasal 15
Pasal 16
PENUTUP ATAP
a. Bahan yang dipergunakan untuk atap adalah genteng metal BJLS 0,30 sesuai
arahan Direksi lapangan. Ukuran panjang, lebar dan tebal untuk seluruh partai yang
diserahkan harus sama dan seragam seluruh genteng metal harus dapat tersusun rapih
pada rangka atap sehingga tidak memungkinkan masuknya air hujan secara langsung
maupun karena tampias.
Pasal 17
CAT
a. Warna cat adalah asli dari kalengnya dan tidak boleh mengadakan campuran dari
bermacam-macam warna. Penyedia Jasa harus mengajukan contoh merek maupun jenis
warnanya kepada Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
b. Cat yang digunakan untuk semua bangunan baik kantor maupun perumahan,
adapun untuk cat dinding menggunakan merk Jotun dan cat kayu menggunakan merk
glotex atau merk setara sesuai petunjuk/persetujuan dari direksi/ pengawas lapangan
dengan ketentuan sebagai berikut :
Pasal 18
PIPA
a. Pipa PVC yang dipergunakan adalah berkwalitas baik atau yang setara atas
persetujuan Direksi. Pipa PVC dan asesorisnya yang digunakan dengan diameter
sebagai berikut : 1,5”,2”,4”,6”,8 atau sesuai dengan gambar rencana.
b. Pipa Galvanis.
Galvanis iron pipa (GIP) harus menggunakan class medium yang berkualitas baik
yang berukuran sesuai dengan gambar rencana. Adapun diameter yang dipergunakan
adalah sesuai dengan gambar kerja.
c. Kran pipa yang dipergunakan berkualitas baik dan disetujui oleh Direksi/Pengawas
Lapangan.
d. Merk pipa yang di gunakan adalah merk Wavin, Maspion standar atau yang setara
atas persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.
14
Pasal 19
Pasal 20
PERLENGKAPAN SANITAIR
Pasal 21
INSTALASI LISTRIK
a. Kabel.
1) Kabel listrik.
a) Untuk pekerjaan instalasi listrik didalam (instalasi penerangan), kabel
yang dipergunakan adalah jenis NYM dan NYY dengan penampang
minimum 2,5 mm SPLN.
b) Untuk kabel tulvur/kabel yang menghubungkan dari box sekring ke
box meteran menggunakan kabel NYM ukuran 3X4 mm.
2) Kabel Twistet.
a) Kabel yang dipakai adalah standar PLN dan setiap kabel twistet
harus disuplai lengkap dengan jointing yang materialnya antara lain: Klem
kabel, terminal cabang, mof/penutup kabel ujung dan lain-lain.
b) Kabel twistet harus disuplai dalam keadaan utuh, baru dan dalam
pembungkusannya.
b. Armatur.
1) Saklar yang dipergunakan adalah saklar dus minimal 10 Amp. Sistem
tekan., kualitas baik.
2) Stop kontak yang dipergunakan adalah stop kontak doos nominal 10 Amp.
Sistem putar untuk tegangan 220 volt , kualitas baik.
3) Merk yang digunakan Merk Broco berkualitas MK.
4) Fiting plapond yang digunakan adalah fiting down light untuk lampu SL dan
fiting lampu TL yang tertanam dalam plafond, dengan kualitas baik.
15
Pasal 22
GYPSUM
BAB IV
PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pasal 1
PEMBERSIHAN LAPANGAN
Pasal 2
GALIAN TANAH
a. Galian tanah untuk pekerjaan pondasi harus cukup lebar dan berusaha mengambil
langkah-langkah untuk mencegah kelongsoran-kelongsoran tanah, apabila diperkirakan
akan menjadi longsor pada pekerjaan galian, sehingga tidak menyulitkan bagi pekerja-
pekerja dalam memasang pondasi.
b. Dalam galian lubang pondasi yang mencapai tanah keras, penggalian berikut
harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan dan apabila bekas
genangan air atau galian digenangi air yang timbul dari hujan dan sebab -sebab lain,
maka dasar galian harus dikeringkan terlebih dahulu
c. Apabila pada galian terdapat pipa-pipa air bersih, pipa pembuangan, kabel listrik,
kabel telpon dan lain-lain yang masih digunakan maka secepatnya untuk
memberitahukan kepada Pengawas untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.
d. Apabila galian dibuat lebih dalam dari ketentuan tanpa sepengetahuan dan
persetujuan Direksi maka kelebihan galian tidak boleh diurug dengan tanah biasa tapi
harus diisi dengan beton tumbuk atau dengan bahan yang sama dengan bahan pondasi
tanpa biaya tambahan dari pemberi tugas. Pengukuran ketinggian /kedalam muka tanah
dan pencetakan harus dilakukan oleh juru ukur ahli yang disetujui oleh pemberi tugas.
Pasal 3
PEKERJAAN BOWPLANK
a. Patok harus ditanam dalam tanah sampai kuat/tidak goyang, sehingga tidak
mudah dicabut dan menggunakan kayu ukuran 5 x 7 cm (ukuran paling kecil)
b. Jarak patok dari sisi galian pondasi minimum 30 cm sedang jarak patok yang satu
dengan yang lain minimum 2 m.
c. Pada papan bowplank menggunakan kayu kelas III dengan ukuran 0,2 x 20 x 300
cm dan pada bidang sebelah atas harus diserut sampai rata.
d. Penetuan ketinggian papan bouwplank dari tanah adalah 30 cm untuk seluruh
bangunan atau ditentukan lain atas persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.
e. Pemasangan bouwplank harus benar-benar siku (90 o) dan untuk mendapatkan
ketetapan yang maksimal dapat menggunakan water pass/ alat ukur Theodolit atau alat
air (slang dengan air).
Pasal 4
PEKERJAAN BATU KALI
a. Pasangan batu kali/batu belah dilaksanakan setelah kedalaman dan lebar galian
diperiksa oleh Direksi/Pengawas Lapangan dan sesuai ketentuan dalam gambar rencana
pada selurah pasangan batu kali harus didahului dengan urugan pasir yang dipadatkan
dan pasangan batu kosong dengan ketebalan sesuai ketentuan dalam gambar rencana.
Pasangan batu belah untuk pasangan pondasi harus berdiri.
17
Pasal 5
PEKERJAAN URUGAN
a. Pengurugan untuk lahan/site digunakan tanah setempat yang bebas dari kotoran.
b. Pelaksanaan pengurugan dilaksanakan secara bertahap dan setiap lapis
dengan ketebalan 20 cm dipadatkan menggunakan alat yang telah disetujui
direksi/pengawas lapangan. dalam pelaksanaan pemadatan harus dilakukan secara
berurutan dan harus merata setiap kali dilakukan pemadatan tanah harus keadaaan
basah, untuk menjaga suatu ikatan molekul tanah, sehingga akan didapat hasil
pemadatan yang sempurna.
c. Pengurugan untuk lubang-lubang sisi pondasi dilaksanakan dengan menggunakan
tanah urugan yang telah dibersihkan dari kotoran-kotoran.
d. Tanah urug yang dipergunakan tidak diperkenankan mengambil dari halaman
disekitar bangunan kecuali mendapat ijin dari Direksi/Pengawas Lapangan.
e. Urugan pasir harus dikerjakan lapis demi lapis dengan diberi air secukupnya
sampai mencapai ketebalan minimal 5 cm padat atau sesuai yang tertera gambar
rencana.
Pasal 6
PEKERJAAN PASANGAN
Pasal 7
PEKERJAAN PLESTERAN
a. Seluruh permukaan yang akan diplester harus bersih dan bebas dari cat, minyak,
lumut dan lainnya yang mengganggu penempelan plesteran. Sebelum di plester, semua
permukaan harus dikasarkan dan disemprot dengan air hingga jenuh.
b. Plesteran dengan campuran 1 Pc : 2 Ps digunakan untuk seluruh dasar dinding
sampai 20 cm dari permukaan lantai dan dinding-dinding trasram/kamar mandi. Plester
dengan campuran 1 Pc : 3 Ps digunakan untuk pondasi yang lebih tinggi dari
tanah/halaman yang harus diplester. Plesteran dengan campuran 1 Pc : 4 Ps digunakan
untuk dinding/tempat selain tersebut diatas.
c. Sebelum dimulai pekerjaan plesteran pasangan dinding tembok harus
disiram/dibasahi dengan air terlebih dahulu sampai basah selanjutnya diplester sampai
rata dan tegak lurus.
d. Setelah plesteraan cukup kering, dilapis sampai licin dengan campuran air dan Pc
(diaci).
e. Plesteran retak, melepuh, berlubang atau kekurangan-kekurangan lainnya harus
diganti dengan plesteran yang baru. Penambahan tersebut harus rapih dan sama
terhadap plesteran disebelahnya.
Pasal 8
a. Untuk beton lantai kerja serta rabat beton dicor dengan adukan campuran 1 Pc : 3
Ps : 5 kr tebalnya sesuai dengan gambar rencana.
b. Sebelum pengecoran beton tak bertulang (Beton tumbuk) dilaksanakan,
permukaan dibawah lapisan beton tumbuk harus dipadatkan, diratakan dan dibersihkan
dari segala kotoran.
c. Pengecoran dilakukan sedemikian rupa, sehingga membentuk lapisan beton
tumbuk padat, rata , sama tebalnya dengan ketentuan gambar rencana.
19
Pasal 9
a. Beton :
1) Beton harus seragam dalam komposisi dan kosistensi dari adukan
keadukan, kecuali adanya perubahan yang diminta adanya perubahan dalam
komposisi maupun konsistensi semua agregat. Semen, air , beratnya harus
ditakar dengan seksama sebagai pedoman, Penyedia Jasa harus tetap berpegang
pada mutu beton K-225 yang dihasilkan dari beton ready mix atau sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas Lapangan.
2) Selimut beton :
Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaanya (tidak termasuk
Plesteran) adalah sebagai berikut :
a) Pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan tanah
3 cm.
b) Kolom praktis 1,5 cm
b. Pembesian :
1) Sebelum beton dicor tulangan besi beton harus bebas dari minyak, kotoran,
cat, karat lepas atau bahan-bahan lain yang merusak.
2) Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat, dan ikatan
tulangan digunkan kawat bendrat. sehingga tidak dapat berubah atau bergeser
pada waktu adukan ditumbuk/dipadatkan.
3) Dimensi tulangan besi beton harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam gambar rencana.
4) Mutu besi yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan U-24 untuk
baja diameter <12 mm dan U-39 untuk baja diameter > 13 mm.
5) Jika besi beton tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas, maka Penyedia
Jasa harus menyingkirkan dari tempat pekerjaan.
c. Bekisting :
1) Bekisting harus dibuat dan disangga sedemikian rupa, sehingga dapat
menahan getaran yang merusak atau lengkung akibat tekanan adukan beton yang
cair atau yang padat.
2) Cetakan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mempermudah
penumbukan untuk memadatkan pengecoran tanpa merusak konstruksi.
3) semua ukuran bekisting harus tepat sesuai dengan gambar rencana.
4) Steger cetakan dari kayu dolken atau kaso dan tidak diperkenankan
memakai bambu apabila memungkinkan lebih baik dengan menggunakan steger
modul dari besi/scafollding.
d. Pengecoran :
1) Pemberitahuan tentang pelaksanaan pengecoran.
Sebelum melaksanakan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari
pekerjaan, Penyedia Jasa harus memberitahu direksi/pengawas lapangan untuk
mendapat persetujuan jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya atau
persiapan pengecoran tidak disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan maka
Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk menyingkirkan / membongkar beton
yang dicor dengan biaya sendiri.
20
2) Pengangkutan beton.
Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar
pengangkutannya ketempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada
waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.
3) Pelaksanaan.
Pengecoran kedalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai
mengental yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit.
Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti
dan tidak boleh terputus tanpa adanya persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan.
a) Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan /
bekisting, baja tulangan beton, penyokong dan pengikat disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan serta permukaan yang berhubungan dengan
pengecoran harus bersih dari air yang menggenang.
b) Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana
akan dilanjutkan pengecoran beton baru, permukaan beton tersebut harus
bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada sambungan
pengecoran ini bisa dipakai perekat beton yang telah disetujui
Direksi/Pengawas Lapangan.
4) Pembongkaran Cetakan.
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan
khusus yang cukup untuk memikul 2 kali beban sendiri. Beton yang masih muda
umurnya tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuang
permukaaan beton harus diperiksa dengan hati-hati dan permukaan yang tidak
beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Direksi/Pengawas Lapangan
pembongkaran bekesting minimal 14 hari setelah pengecoran atau sesuai dengan
persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.
5) Perubahan konstruksi beton.
Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan Direksi, Pengawas
Lapangan mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat
seperti berikut :
a) Konstruksi beton yang kropos.
b) Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk atau profil yang
direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan yang ditunjukan dalam
gambar rencana.
Pasal 10
PEKERJAAN LANTAI
d. Permukaan lantai keramik yang telah selesai dikerjakan harus dilindungi dari
segala gangguan kerusakan yang mungkin terjadi sampai lantai benar-benar kuat,
apabila terjadi kerusakan, maka Penyedia Jasa wajib memperbaiki, sehingga dapat
diterima oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
e. Keramik yang digunakan kwalitas I atau setara sesuai petunjuk Direksi/Pengawas
Lapangan.
Pasal 11
b. Kusen Kayu.
a. Kayu yang dipergunakan adalah kayu besi, dengan ukuran 6 x 12,. Setiap
kusen pintu dipasang diatas neut dengan angkur dook besi Ø10 mm, tinggi 15 cm
dari lantai dan pada dinding tembok pasangan kusen dipasang angkur besi Ø10 –
12 mm sebanyak 3 buah setiap sisi, kusen jendela dipasang 2 buah setiap sisi.
b. Daun pintu kayu dan jendela :
i. Perletakan / tempat daun pintu dan jendela adalah sesuai petunjuk
gambar, bingkai pintu dan jendela dari kayu Linggua dengan ukuran seperti
dibawah ini.
ii. Untuk daun pintu dan jendela panil :
1. Ukuran bingkai daun pintu lebar 10 cm, tebal 4 cm, bingkai
daun pintu bagian bawah lebar 10 cm. Bagian tengah dipasang
dengan kayu lebar 30 cm tebal 3 cm.
2. Ukuran bingkai daun jendela lebar 8 cm, tebal 4 cm.
iii. Untuk daun pintu dalam ruangan menggunakan pintu sesuai dengan
gambar rencana.
22
Pasal 12
PEKERJAAN KUNCI DAN PENGGANTUNG
a. Semua pemasangan harus dikerjakan dengan peralatan yang sesuai serta secara
baik dan memenuhi syarat teknis pabrik. Pemasangan harus mengikuti gambar rencana
tata letak.
b. Selama pekerjaan berlangsung harus dijaga agar peralatan kunci terlindung dari
goresan, kerusakan dan cipratan cat.
c. Selama masa pelaksanaan, anak kunci tidak boleh dipergunakan dan semuanya
harus tersimpan didalam almari Direksi / Pengawas Lapangan. Penggunaan anak kunci
harus seijin Direksi / Pengawas Lapangan.
d. Sekrup-sekrup harus ditanam rapi tanpa merusak daun pintu, kusen maupun alat-alat
penggantung dan pengunci itu sendiri.
e. Pemasangan yang tidak rapi dan menimbulkan cacat harus diperbaiki dan diganti atas
beban Penyedia Jasa sendiri.
Pasal 13
PEKERJAAN PENGECATAN DAN PLITURAN
a. Semua bagian kusen kayu dan bagian-bagian pintu yang akan dicat harus dalam
keadaan bersih dari segala macam kotoran. Sebelum pekerjaan dimulai lubang-lubang
dan retak-retak ditutup dengan dempul terlebih dahulu dan kemudian digosok amplas
sampai rata serta bagus dipulas, minimal 2 kali dan untuk contoh plitur atau teak oli
Penyedia Jasa harus menunjukan kepada Direksi/Pengawasan Jasa.
b. Semua bagian yang tidak diplitur/diteak oli ditutup dengan cat (tembok/kayu/besi).
Semua bagian yang akan dicat harus dalam keadaan bersih dari segala macam kotoran.
1) Semua kayu pada sambungan dan hubungan/perletakan dengan pasangan
dinding harus dimeni minimal 2 kali sampai rata bagian yang akan di cat harus di
plamir dengan plamir kayu serta lubang-lubang ditutup sampai rata/rapat benar,
kemudian dilanjutkan pengecatan dengan cat kayu minimal 2 kali sampai rata.
23
Pasal 14
PEKERJAAN PLAFOND/LANGIT-LANGIT
a. Rangka Plafond :
1) Rangka plafond menggunakan rangka dari besi hollow 4 x 4 cm / 2 x 4 cm,
tebal plat besi hollow minimal 0,3 mm dan diberi meni (pemasangan/pembagian
sesuai petunjuk gambar rencana).
2) Gambar-gambar detail pemasangan rangka plafond serta pemasangan
langit-langit harus dibuat oleh Penyedia Jasa dan selanjutnya diajukan kepada
Direksi/Pengawas Lapangan.
b. Pekerjaan Langit-langit :
1) Digunakan Gypsum Board yang bermutu baik produk Jaya Plasterboard
atau produk lain yang setara, tebal 9 mm.
2) Bahan penutup sambungan plafond digunakan Compound atau bahan
plester ex UB400 atau produk lain yang setara.
3) Paper tape yang digunakan berpori/berlubang dan bergaris tengah.
Pasal 15
PEKERJAAN ATAP
a. Bahan penutup atap dan sudut kemiringannya harus sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan dalam gambar. Demikian pula jumlah, ukuran dan perletakan gording
serta profil-profil lainnya.
24
b. Semua penggunaan bahan penutup atap harus berasal dari produsen dengan
mutu terbaik dan disetujui Direksi / Pengawas Lapangan.
c. Pelaksanaan harus mengikuti persyaratan yang ditentukan produsen.
d. Pembagian nok, atap harus dilengkapi dengan bahan atau profil pembantu
disamping profil noknya sendiri. Demikian pula antara penutup atap dengan dinding,
balok/plat beton, sambungan dilatasi dan sebagianya harus menjadi perhatian utama
agar tidak menimbulkan kebocoran.
e. Penutup atap digunakan sesuai gambar kerja dengan warna standar yang akan
ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
f. Pemasangan atap menggunakan jenis dan tipe yang direkomendasikan dari
pabrik, sehingga menjamin tidak terjadinya kebocoran.
g. Rangka atap diberikan kerataannya, sehingga setelah dipasang bahan atapnya
tidak terjadi kebocoran-kebocoran.
h. Pelaksanaan pemasangan listplank GRC, pemasangan harus lot, dan rapi dan
sesuai dengan gambar rencana. Listplank difinish dengan cat kayu, Catylac, Emco atau
Glotex dengan warna sesuai petunjuk Direksi / Pengawas Lapangan.
Pasal 16
a. Untuk saluran / selokan air dengan ukuran lebar atas dasar disesuaikan degan
gambar rencana. Kemiringan saluran apabila belum ditentukan dengan gambar, maka
akan ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan yang disesuaikan dengan keadaan
lahan lapangan.
b. Untuk saluran air yang melintasi jalan dipasang/dibuat gorong-gorong (duikers)
dengan cor beton bertulang tebal 15 cm dengan adukan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr
(sesuai gambar).
c. Saluran terbuat dari buis beton ½ lingkaran dan pasangan batu bata. Untuk
finishing pasangan diplester, diaci kemudian dicat. Warna yang dipergunakan sesuai
dengan petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan.
Pasal 17
PEKERJAAN SANITAIR
a. Sebelum pekerjaan ini dimulai maka Penyedia Jasa diwajibkan meneliti dan
memeriksa kembali pekerjaan-pekerjaan yang ada hubungannya dengan pekerjaan
sanitair, misalnya : tentang saluran pembuangan dan lain-lain.
b. Pemasangan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana dan petunjuk
Direksi/Pengawas lapangan dan dilakukan dengan baik sehingga menghasilkan
pekerjaan yang rapi. Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa harus menyerahkan
contoh-contoh barang yang digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari direksi /
pengawas lapangan.
c. Bak air terbuat dari bata dan bagian dalam serta luar dilapisi dengan keramik
ukuran 10 x 20 cm.
25
Pasal 18
2) Penyambungan kabel :
a) Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan.
b) Kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau nama
masing-masing dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi dimana
penyambungan dilakukan.
c) Penyambunagan kabel tembaga harus mempergunakan penyambung-
penyambung dengan ukuran yang sesuai.
d) Penyambungan pada kabel yang berisolasi karet atau PVC harus
diisolasi denga pipa karet atau PVC merk Maspion.
e) Semua penyambungan kabel tegangan tinggi harus diawasi oleh ahli
dari PLN atau jawatan lain yang sederajat dengan biaya Penyedia Jasa.
f) Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi persyaratan SII dan PLN.
g) Semua kabel/kawat harus dalam keadaan baru dan harus jelas
mengenai ukuran, jenis kabel, nomor, dan jenis pintalannya. Semua dengan
kawat dengan penampang 6 mm keatas harus terbuat secara dipilin
(stranded).
3) Lampu penerangan yang dipergunakan adalah jenis lampu SL dan Lampu
TL, SL, dengan merk Philips atau yang setara atas persetujuan Direksi.
4) Splice/pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya splice / sambungan-sambungan baik dalam
pedel maupun cabang-cabang kecuali pada outlet atau kontak-kontak penghubung
yang dapat dicapai (Accesible). Sambungan pada kabel Cirkuit cabang harus
dibuat secara mekanis dan harus teguh secara elektrik dengan cara-cara
“solderless connector. Dalam membuat “splitce” konektor harus dihubungkan
dengan sambungan, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak
dapat dilepas oleh karena adanya getaran.
5) Saluran penghantar dalam bangunan.
a) Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan Pipa konduit
minimal 5/8 diameternya.
b) Setiap pencabangan atau pengambilan keluar harus menggunakan
junction box yang sesuai dengan sambungan yang lebih dari satu harus
menggunakan terminal strip didalam junction box kualitas baik.
c) Ujung pipa masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi
dengan soket/look nut , sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila
tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka
lantai sampai dengan 2 m harus dimasukan dalam pipa logam dan pipa
harus diklem kebangunan pada setiap jarak 50 cm.
Pasal 19
PERUBAHAN-PERUBAHAN
Pasal 20
PENUTUP
Dian Hendriana S.
Kolonel Czi NRP 11930092380971
29