SKRIPSI
Oleh
Bayu Pradana Herlambang
108101000009
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh
Bayu Pradana Herlambang
108101000009
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun
1996-1998 TK Cahaya Agung, Pamulang – Tangerang Selatan
1998-2003 SDI AL-AZHAR 15 Pamulang – Tangerang Selatan
2003-2006 SMP Negeri 4 Kota Tangerang Selatan (Ex. SMP Negeri 1 Pamulang)
2006-2008 SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Ex. SMA Negeri 1 Pamulang)
2008-2013 S1 – Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Juli 2013
Bayu Pradana Herlambang, NIM. 108101000009
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Wanita Bekerja di
Wilayah Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013
xxii + 160 halaman, 45 tabel, 3 gambar, 3 lampiran
ABSTRAK
Peningkatan jumlah wanita yang bekerja di Tangerang Selatan dari tahun 2010
hingga 2011 adalah sebanyak 23,84%. Kecamatan Pamulang adalahKecamatan Terbesar
kedua di Kota Tangerang Selatan. Dalam melaksanakan pekerjaannya wanita bekerja
perlu mendapatkan perlindungan, karena dalam bekerja mereka dihadapkan pada
berbagai risiko yang dapat menimbulkan gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja. Salah satu gangguan kesehatan yang kurang mendapat perhatian dari perusahaan
adalah stres kerja. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan stres kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
stres kerja pada pekerja wanita di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun
2013. Di dalamnya akan dibahas mengenai faktor organisasional, faktor individual, dan
faktor lingkungan kerja, serta stres kerja (variabel dependen).
Penelitian ini merupakan penilitian kuantitatif. Adapun populasi pada penelitian ini
adalah seluruh wanita bekerja yang bertempat tinggal di Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan, sedangkan yang menjadi sampel ialah wanita bekerja di wilayah
Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan yang dipilih secara random, dengan
menggunakan metode cluster random sampling sejumlah 248 orang. Metode penelitian
yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Data yang diperoleh kemudian
dilakukan uji statistik dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami stres kerja lebih
banyak daripada responden yang tidak mengalami stres kerja yaitu sebesar 53,2% (132
Orang). Dan berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui bahwa beban kerja
(Pv=0,000), perkembangan teknologi (Pv=0,031), bertambahnya tanggung jawab tanpa
bertambahnya gaji (Pv=0,007), ketidakpastian ekonomi (Pv=0,003), penghargaan kerja
(Pv=0,003), kejenuhan kerja (Pv=0,000), dan pelecehan seksual (Pv=0,022) memiliki
hubungan bermakna dengan stres kerja.
Untuk meminimalisir terjadinya stres kerja wanita bekerja yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja, disarankan untuk dapat melakukan
beberapa cara seperti mengembangkan keterampilan, memperbanyak jaringan dukungan
sosial, menambah wawasan teknologi, maupun berusaha menghargai hasil kerja diri
sendiri.
iii
JAKARTA ISLAMIC STATE UNIVERSITY
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH
Skripsi, July 2013
Bayu Pradana Herlambang, NIM. 108101000009
Factors Related with Job Stress on Women Workers in South Tangerang City,
District Pamulang Year 20 13
xxii + 160 pages, 45 tables, 3 images, 3 attachments
ABSTRACT
An increasing number of women workers in South Tangerang from 2010 to 2011
was as much as 23.84%. Pamulang district is the second largest district in South
Tangerang City. In carrying out for doing women worker’s job need to be protected,
because the work they are exposed to various risks that may interfere with the safety and
occupational health. One of the health problems receive less attention from the company
is job stress. Therefore, the need to do research on the factors associated with job stress.
This study aims to determine the factors associated with work stress on women
workers in District Pamulang, South Tangerang City year 2013. It’ll be discussed on
organizational factors, individual factors, and factors of the work environment, and job
stress is the dependent variable.
This research is quantitative research. The population in this study were all
working women who reside in District Pamulang South Tangerang City, while the
sample was female workers in South Tangerang City District Pamulang were selected at
random, using a random sampling method that some 248 people. The research method
used was a cross-sectional approach. Data obtained and performed statistical tests with
chi square formula.
The results showed that workers who have job stress is more than those who did
not experience job stress is equal to 53.2% (132 people). And based on the results of the
bivariate analysis, it is known that the work load (Pv=0.000), technological development
(Pv=0.031), increased responsibility without increased salary (Pv=0.007), economic
uncertainty (Pv=0.003), the award of work (Pv=0.003 ), job burnout (Pv=0.000), and
sexual harrasment (Pv=0.022) had a significant relationship with job stress.
To minimize the job stress on working women caused by factors related to job
stress, it is advisable to be able to perform a number of ways such as developing skills,
expand social support networks, increase knowledge of technology, and try to appreciate
your work.
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala berkah, rahmat, kesempatan dan segala kemudahan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Stres Kerja pada Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan
Pamulang, Kota Tangerang Selatan Tahun 2013”.
Penulisan skripsi ini disusun dan disajikan sebagai persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan saran, bimbingan
serta bantuan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak yang sangat
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta, Ayahanda dan Ibunda di Pamulang yang selalu mendo’akan secara
tulus, memberikan semangat, kasih sayang dan dukungannya baik moril maupun
2. Bapak Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin Sp And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
3. Ibu Febrianti, SP, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.
4. Ibu Catur Rosidati, SKM. MKM, dan Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, M.MA selaku
penulis.
5. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, selaku penguji skripsi, dosen pembimbing akademik
dan dosen koordinator K3 yang selalu gigih berjuang dari tiada menjadi ada.
vii
6. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, dan bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK
selaku penguji skripsi yang telah memberikan banyak saran serta pendidikan kepada
penulis.
7. Dosen-dosen tenaga pengajar program studi kesehatan masyarakat serta dosen tamu
8. Bapak Kepala Kecamatan dan kepala Kelurahan se-Pamulang yang telah memberikan
9. Seluruh wanita bekerja yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk penelitian
ini.
10. Sahabat-sahabat K3 2008 yang selalu memberikan semangat. Sukses hari ini
Serta semua pihak yang telah berperan aktif membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi
perkembangan ilmu dan pengetahuan di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
ix
2. Bagi Wanita Bekerja .................................................................. 10
4) Pelatihan ........................................................................... 20
5) Karir .................................................................................. 22
Gaji ................................................................................... 27
Didapat) ............................................................................ 28
x
1) Pertentangan Antara Pekerjaan danTanggung Jawab
Keluarga ........................................................................... 29
2) Ketidakpastian Ekonomi................................................... 30
c. Faktor Lingkungan................................................................. 37
2) Diskriminasi Ras............................................................... 39
5) Kemacetan ........................................................................ 43
xi
2) Ketaksaan (Ambiguitas) Peran ......................................... 47
Individu ................................................................................. 52
xii
E. Gejala-Gejala Stres Kerja............................................................... 53
I. Kerangka Teori............................................................................... 65
HIPOTESIS ...................................................................................... 67
C. Hipotesis ........................................................................................ 74
xiii
1. Faktor Organisasional ................................................................ 89
c. Pelatihan Kerja....................................................................... 91
d. Karir ....................................................................................... 92
f. Perkembangan Teknologi....................................................... 94
Gaji ....................................................................................... 94
Keluarga ................................................................................ 95
xiv
1. Beban Kerja dengan Stres Kerja ............................................... 101
xv
D. Relokasi (Mutasi) Pekerjaan ......................................................... 120
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Karir Wanita Bekerja
xviii
Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Anak Wanita
2013................................................................................................ 98
Tabel 5.25 Distribusi Responden Menurut Beban Kerja dan Stres Kerja
2013................................................................................................ 102
xix
Tabel 5.28 Distribusi Responden Menurut Karir dan Stres Kerja Wanita
2013................................................................................................ 107
Tabel 5.35 Distribusi Responden Menurut Kejenuhan Kerja dan Stres Kerja
xx
Tabel 5.36 Distribusi Responden Menurut Perawatan Anak dan Stres Kerja
2013................................................................................................ 110
xxi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Model Stres Kerja menurut Cooper dan Davidson (1987) ............ 50
DAFTAR LAMPIRAN
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara anggota deklarasi milenium Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) tahun 2000 bersama 189
dari delapan tujuan. Masing-masing tujuan memiliki satu atau lebih target beserta
ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005 serta semua
jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015. Salah satu indikator pencapaiannya
adalah kontribusi wanita dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian (United
memberikan kesempatan kepada wanita untuk dapat berperan aktif di dalam dunia
kerja. Selain itu, tuntutan beban hidup di zaman sekarang juga memungkinan
banyaknya wanita yang masuk ke dalam dunia kerja. Keadaan ekonomi keluarga
1
2
Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah wanita yang bekerja sebesar
34,94% dan pria yang bekerja sebesar 57,75% dari jumlah angkatan kerja umur
produktif (15-64 tahun). Sedangkan pada hasil SAKERNAS 2011, wanita yang
bekerja adalah sebesar 35,83% dan pria bekerja sebesar 58,35% dari jumlah
2012). Hal ini menunjukkan bahwa wanita bekerja di indonesia semakin meningkat
setiap tahunnya.
pegawai wanita dan laki-laki berbeda. Kebanyakan pekerja wanita juga masih
mendominasi jenis-jenis pekerjaan dengan gaji rendah dan kurang terlindungi serta
menjadi mayoritas pekerja di sektor pekerjaan informal yang bersifat tidak tetap dan
tanpa gaji. Dalam perkembangan karir, pada pekerjaan yang formal wanita sering
karena masih adanya ideologi patriarkis yang dominan (Deka, 2009). Permasalahan
lainnya yaitu adanya peran ganda yang dimiliki wanita bekerja. Peran ganda seorang
wanita, selain mempunyai tangggung jawab di rumah sebagai istri maupun seorang
ibu, di luar rumah banyak wanita berperan sebagai pencari nafkah. Jika kedua peran
tersebut tidak dapat berjalan dengan seimbang, dapat menimbulkan konflik peran
risiko yang dapat menimbulkan gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
sehinggadapat terhindar dari segala resiko akibat kerja, kecelakaan, atau penyakit
akibat kerja. Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
tentang tenaga kerja wanita yang memuat waktu kerja, waktu melahirkan,
perlindungan dari jenis pekerjaan terburuk, dan sebagainya. Disamping itu, tenaga
fisik, mental maupun sosial. Untuk itu, tempat dan lingkungan kerja harus
Salah satu gangguan kesehatan yang kurang mendapat perhatian dari perusahaan
adalah stres, karena bersifat abstrak (Williams, 1997 dalam Vierdelina, 2008). Stres
dapat didefinisikan sebagai respon dari tubuh yang bersifat nonspesifik terhadap
yang berhubungan dengan kerja adalah respon seseorang yang mungkin timbul saat
tuntutan dan beban kerja tidak sebanding dengan pengetahuan dan kemampuan serta
(2004) menyebutkan bahwa penyebab dari stres kerja terdiri dari faktor
diantaranya yaitu kurangnya otonomi, kuota yang tidak logis, relokasi pekerjaan,
kurangnya pelatihan, karir yang melelahkan, hubungan dengan penyelia yang buruk,
bertambahnya gaji ,serta pekerja dikorbankan atas penurunan laba yang diperoleh.
Faktor individual diantaranya yaitu pertentangan antara karir dan tanggung jawab
pengakuan kerja, kejenuhan dan ketidakpuasan kerja, perawatan anak yang tidak
adekuat, serta konflik dengan rekan kerja. Sedangkan faktor lingkungan diantaranya
organisasi atau perusahaan maupun individu itu sendiri. Dampak stres terhadap
produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan
fasilitas lainnya serta banyaknya karyawan yang mangkir kerja, ataupun pekerjaan
tidak selesai tepat waktu baik karena kelambanan maupun karena banyaknya
dikutip oleh Jacinta F. Rini (2002) didapatkan bahwa stres pada pekerja berbanding
yang signifikan antara stres kerja dengan kepuasan kerja karyawan PT. Pos
Indonesia (Persero) Bandung. Pada hasil penelitian Suroso dan Siahaan (2006)
diketahui bahwa stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja pekerja, artinya
semakin tinggi tingkat stres yang dimiliki pekerja maka semakin rendah kinerja yang
dihasilkan.
Kota Tangerang Selatan adalah kota yang resmi memisahkan diri dari Kabupaten
Tangerang tanggal 28 Oktober 2008 merupakan salah satu kota termuda yang
yang ramai dan banyaknya peluang pekerjaan yang ada. Dalam statistik daerah Kota
Tangerang Selatan 2011, pada tahun 2010 jumlah wanita yang bekerja sebanyak
34,96% wanita usia kerja sedangkan priayang bekerja sebanyak 74,32% pria usia
kerja. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah wanita yang bekerja sebanyak 45,29%
wanita usia kerja sedangkan pria yang bekerja sebanyak 77,07% laki-laki usia kerja
(BPS Kota Tangerang Selatan, 2011). Peningkatan jumlah wanita yang bekerja dari
tahun 2010 sampai tahun 2011 adalah sebanyak 23,84%. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah wanita di Tangerang Selatan yang bekerja cukup tinggi untuk kota
yang strategis, karena sebelah timur berbatasan dengan kota Jakarta Selatan Provinsi
DKI Jakarta serta sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Bogor dan kota
Depok provinsi Jawa Barat yang memiliki aktifitas perdagangan yang ramai dan
Dari hasil studi pendahuluan stress kerja pada pekerja wanita yang dilakukan
mengalami stres sebesar 53,3%. Dan faktor independent penyebab stres yang
dirasakan responden diantaranya yaitu kuota yang tidak logis 13,3%, relokasi
pekerjaan 40% tidak nyaman, kurangnya pelatihan 26,7%, karir melelahkan 53,3%,
kejenuhan kerja 66,7%, perawatan anak 46,7%, hubungan yang buruk dengan rekan
kerja 26,7%, kondisi lingkungan kerja buruk 6,7%, pelecehan seksual 46,7%,
Berdasarkan data yang telah disebutkan diatas, maka penulis tertarik untuk
meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada wanita bekerja di
wilayah Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini belum pernah
dengan stress kerja pada wanita bekerja di wilayah Kecamatan Pamulang, Kota
Tangerang Selatan.”
7
B. Rumusan Masalah
Seorang wanita yang memiliki kondisi ekonomi lemah maupun karena
kebutuhan ekonomi yang dirasa kurang olehnya membuat dirinya ingin berperan
meningkat.
terhadap kesehatannya, baik dari lingkungan kerjanya maupun dari luar lingkungan
kerja. Selain mempunyai tanggung jawab sebagai wanita yang bekerja, wanita
bekerja yang berstatus menikah juga mempunyai tanggung jawab di rumahnya baik
sebagai istri ataupun seorang ibu. Disamping itu, pekerja wanita sering mendapatkan
perlakuan yang berbeda dibanding laki-laki yang bekerja. Tunjangan yang lebih
sedikit, gaji yang lebih kecil, sulitnya mengembangkan karir di pekerjaan formal,
dan kebanyakan wanita bekerja di sektor informal dengan penghasilan rendah dan
tidak tetap. Sehingga pekerja wanita lebih rentan terhadap stres kerja. Akan tetapi
stres. Stres akibat kerja dapat berdampak terhadap kesehatan pekerja yang
mempengaruhi kinerja dan produktifitas kerjanya. Selain itu, stres kerja juga
berdampak pada organisasi atau perusahaan, karena stres kerja dapat mengganggu
8
biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya kepada
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan stress kerja pada wanita bekerja di
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran stres kerja pada wanita bekerja di wilayah kecamatan
5. Apakah ada hubungan faktor organisasional dengan stres kerja pada wanita
6. Apakah ada hubungan faktor individual dengan stres kerja pada wanita bekerja di
7. Apakah ada hubungan faktor lingkungan dengan stres kerja pada wanita bekerja
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada wanita
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran stres kerja pada wanita bekerja di wilayah kecamatan
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan akan memperluas wawasan dan menambah
F. Ruang Lingkup
kerja pada wanita bekerja yang bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Pamulang
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 – Mei 2013. Penelitian ini
kecamatan Pamulang mengalami stres kerja dan banyaknya risiko wanita bekerja
TINJAUAN PUSTAKA
Wanita bekerja adalah wanita yang bekerja dan mendapatkan upah (Hoffman
dan Nye, 1984). Menurut Kardamo (1988) wanita bekerja adalah wanita yang
dan Subandi (1998) yaitu seorang wanita yang melakukan aktifitas formal atau
merupakan seorang wanita yang memiliki aktifitas di luar rumah (misalnya guru,
pedagang, buruh pabrik dan lainnya) serta melakukan sebuah kegiatan yang
mencapai tujuan yang ingin diraihnya. Semua wanita yang bekerja harus
11
12
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pekerja wanita antara lain seperti
upah (gaji) yang tidak sebanding dengan gaji laki-laki. Walaupun besarnya upah
pokok pegawai laki-laki dan wanita sama, akan tetapi tunjangan keluarga dan
Seorang pegawai wanita yang memiliki status menikah ataupun lajang, tetap
dianggap berstatus lajang. Sehingga seorang pegawai wanita yang telah menikah,
upah yang lebih kecil dibandingkan laki-laki, sehingga wanita mendominasi jenis
pekerjaan dengan upah rendah dan kurang terlindungi serta menjadi mayoritas
pekerja di sektor pekerjaan informal yang bersifat tidak tetap dan tanpa upah.
dengan laki-laki pada sektor publik menghadapi kendala lebih besar untuk
melekatnya ideologi patriarkis yang dominan (Deka, 2009). Selain itu peran
rumah sebagai istri maupun seorang ibu, juga di luar rumah sebagai wanita karir.
Jika kedua peran tersebut tidak dapat berjalan dengan seimbang, maka dapat
yang tidak seimbang dapat menimbulkan konflik peran ganda, yang pada
13
akhirnya dapat menjadi pemicu stres kerja pada wanita yang bekerja (Rini,
2002).
B. Definisi Stres
Stres dapat didefinisikan sebagai respon dari tubuh yang bersifat nonspesifik
Menurut National Safety Council (2004), stres adalah ketidakmampuan mental, fisik,
emosional, dan spiritual seseorang dalam mengatasi ancaman yang pada suatu waktu
mengatasinya.
kondisi yang dinamis dalam diri seseorang dihadapi dengan suatu kesempatan,
paksaan, ataupun tuntutan terhadap apa yang seseorang tersebut inginkan serta untuk
suatu hasil yang dirasa tidak menentu dan penting. Dalam hal ini, stres merupakan
kondisi dalam diri seseorang yang tidak menentu terhadap suatu hal yang dihadapai
Stres terdiri dari 3 macam, diantaranya yaitu eustress, neustress, dan distress.
Eustress merupakan stres yang baik, biasanya ada pada individu yang sedang
mencari motivasi atau inspirasi. Situasi yang biasanya menimbulkan eustress adalah
situasi yang menyenangkan dan tidak dianggap sebagai ancaman tetapi bisa
memiliki efek begitu penting, hal ini dianggap kurang baik. Sedangkan distress
dianggap buruk dan sering hanya disebut sebagai stres (Seaward,1994). Dalam
pandangan saat ini istilah "stres" memiliki sinonim dengan stres negatif dan istilah
2013).
Dari beberapa definisi mengenai stres tersebut dapat disimpulkan bahwa stres
merupakan suatu kondisi yang terjadi dimana tuntutan yang didapatkan seseorang
tuntutan tersebut yang pada suatu waktu dapat menimbulkan gangguan kesehatan
dalam mengatasi tuntutan tersebut (Cox,1981; Miller 2000). Hal ini secara tidak
langsung menjelaskan bahwa stres kerja merupakan suatu yang bersifat mendasar
bahwa yang dimaksud stres yang berhubungan dengan kerja adalah respon seseorang
15
yang mungkin timbul saat tuntutan dan beban kerja tidak sebanding dengan
ditarik kesimpulan bahwa stress kerja merupakan stres yang diakibatkan oleh
tersebut.
D. Faktor Penyebab
Sumber stres yang dapat menyebabkan seseorang tidak optimal dalam menjalankan
fungsinya atau yang dapat menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak hanya dari satu
macam pembangkit stres saja tetapi dapat disebabkan dari beberapa pembangkit
stres, sebagian besar diantaranya adalah dari jumlah waktu bekerja individu
tersebut. Tiap tenaga kerja dapat menentukan sejauhmana situasi yang dihadapi
menjadi situasi stres atau tidak. Tenaga kerja dalam interaksinya di dalam pekerjaan
juga dipengaruhi oleh hasil interaksi di tempat lain seperti di rumah, di sekolah, di
a. Faktor Organisasional
secara mandiri ada 78,4% yang tidak mengalami stres sedangkan yang
tidak bekerja secara mandiri ada 54,5% yang mengalami stres, dan dalam
2) Beban Kerja
Tugas-tugas yang diberikan kepada pekerja terlalu banyak atau terlalu
kerja berlebih atau terlalu sedikit kuantitatif. Beban kerja berlebih atau
terlalu sedikit kualitatif adalah apabila pekerja merasa tidak mampu untuk
dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi. Dan pada pekerjaan yang
rendah untuk bekerja. Pekerja akan merasa dirinya tidak berkembang dan
dengan tingkat stres kerja, yaitu semakin tinggi beban kerja kuantitatif
18
yang dirasakan pekerja, maka tingkat stres yang dialami akan semakin
disebabkan oleh beban kerja adalah dengan menambah gaji yang diterima
lainnya.
lama menuju tempat kerja baru dengan tanggung jawab sama atau
efisien dan efektif. Akan tetapi relokasi (mutasi) kerja yang tidak sesuai
dari unit kerja baru ataupun jabatan baru, apabila pada tingkat toleransi
hubungan yang signifikan antara mutasi kerja dengan stres kerja pada
cenderung mendapatkan stres kerja tiga kali lebih besar daripada yang
20
Margiati (1999).
4) Pelatihan
kinerja yang sukses (Noe, 2000). Pelatihan atau training adalah salah
produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan
tersebut.
5) Karir
2009).
pada sektor tertentu dan jenis pekerjaan tertentu karena upah perempuan
bakatnya, hal tersebut juga dapat memicu stres kerja (Munandar, 2008).
gless ceiling. Fenomena gless ceiling merupakan persepsi yang ada dalam
tetapi sulit untuk dipromosikan (Stoner et. al., 1996 dalam Wijayanti,
2009).
akan tetapi tidak signifikan terhadap stress kerja. Hal tersebut sesuai
yang cenderung naik karena stres yang dimiliki membantu pekerja untuk
Salah satu faktor utama yang berpengaruh dari seorang manajer yang
manajer dapat menjadi subyek penekanan yang tidak dapat menjadi satu
berpartisipasi.
dengan atasan, rekan kerja dan bawahan dalam bekerja dapat memicu
yang dilakukan oleh Britton (1989) yang dikutip oleh putri (2011)
terhadap kesehatan fisik dan kesehatan mental para pekerja. Hal tersebut
Selain itu juga menurut Parasuraman,dkk (1992) yang dikutip oleh putri
7) Perkembangan Teknologi
kerja bagi pekerja (Robbins, 1998). Hal ini juga diperkuat oleh Rina Fiati
dan Nafi Inayati Zahro dalam Seminar Nasional Teknologi Informasi &
hubungan antara teknologi informasi dan tingkat stress pada wanita yang
adalah gaji. Pernyataan yang sama juga dipaparkan oleh Cooper dan
faktor yang berhubungan dengan stres kerja. Sejalan dengan Bida (1995)
kepuasan pekerja terhadap gajinya, maka tingkat stres yang dialami akan
semakin berat dan begitu pula sebaliknya. Akan tetapi, berbeda dengan
stres kerja.
menganggap gajinya terlalu rendah, pekerja akan merasa tidak puas, dan
merasa puas. Semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin rendah stres
signifikan terhadap stres kerja (Kosnin dan Lee, 2008). Menurut Miller
(2000) salah satu cara untuk mengurangi potensi stres kerja pada pekerja
berdampak pada jumlah tenaga kerja perusahaan, biaya, dan proses kerja
(Cameron, 1994).
Misalnya pada kontrak tenaga kerja, apabila karyawan yang tersisa lebih
sedikit untuk melakukan jumlah beban kerja yang sama, hal ini
berdampak pada pekerjaan apa yang akan dilakukan dan bagaimana hal
b. Faktor Individual
banyak kasus, para karyawan yang mengalami stres kerja adalah mereka
orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Hal ini disebabkan,
memiliki konflik peran ganda yang rendah dan dukungan sosial yang
1. Time-Based Conflict.
2. Strain-Based Conflict.
3. Behavior-Based Conflict.
balimed Denpasar. Selain itu juga tidak sejalan dengan penelitian yang
2) Ketidakpastian Ekonomi
telah menyebabkan tidak saja beban berlebihan dan jam kerja panjang
publik sekaligus tetap harus menjalankan fungsinya sebagai istri dan ibu
3) Penghargaan Kerja
tersebut adalah suatu keharusan dari segi kemanusiaan. Di sisi lain, orang
yang telah memberikan suatu hasil untuk orang lain atau untuk suatu
atasannya terhadap hasil kerjanya yang telah dicapai dengan sepenuh hati
1983).
adalah penghargaan dalam bentuk benda, dapat berupa uang atau barang.
33
pokok lainnya) dan yang bersifat modal (rumah, kendaraan, maupun alat
dengan arah hubungan negatif. Hal ini didukung oleh Hezberg dalam
gajinya terlalu rendah, pekerja tersebut akan merasa tidak puas, dan
kerja, pada pekerja dapat mengurangi potensi stres kerja pada pekerja
4) Kejenuhan Kerja
tidak masuk kerja, dan kesakitan atau sakit. Kejenuhan kerja memiliki
kejadian stres kerja pada responden penelitiannya. Hal ini diperkuat oleh
dilakukan Cooper & Kelly (1984) yang dikutip oleh munandar (2006)
operator kran.
35
negatif signifikan dengan stres kerja (Kosnin dan Lee, 2008). Hal ini juga
diperkuat oleh Miller (2000) yang menyatakan bahwa salah satu cara
5) Perawatan Anak
yang memiliki anak kecil. Apabila usia anak semakin kecil, maka
dipendam, apalagi tidak ada lagi orang yang dapat diandalkan untuk
(1990) dalam Rahmah (2011), bahwa rasa cemas akibat dari efek negatif
hidup dengan orang lain merupakan salah satu aspek dari kehidupan yang
penuh stres. Hubungan yang baik antar anggota dari satu kelompok kerja
kerja terhadap stres kerja yang dialami pekerja. Artinya semakin kurang
kerjanya, maka tingkat stress yang dialami akan semakin berat dan
sebaliknya.
disebabkan karena pada satu tingakatan karir yang sama membuat pekerja
teman sekerja dan juga dimungkinkan karena budaya gotong royong yang
c. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan fisik dapat berupa suhu yang telalu panas, terlalu
2010). Hal ini didukung oleh Nugrahani (2008) yang mendapatkan bahwa
karyawan, artinya semakin baik lingkungan fisik maka stress kerja akan
persepsi terhadap kondisi lingkungan kerja dengan tingkat stres kerja pada
timbulnya stres kerja diantaranya yaitu tempat kerja yang sunyi atau
dengan orang lain saat menjalani tugasnya, tempat kerja yang jauh atau
Agar stres kerja yang dialami responden tidak semakin tinggi dapat
2) Diskriminasi Ras
3) Pelecehan Seksual
oleh orang yang menjadi sasaran hingga menimbulkan reaksi negatif: rasa
malu, marah, tersinggung dan sebagainya pada diri orang yang menjadi
kekuasaan yang lebih dari pada korban. Kekuasaan dapat berupa posisi
kelamin yang satu terhadap jenis kelamin yang lain, jumlah personal yang
lebih banyak, dsb. Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, meliputi:
main mata, siulan nakal, komentar yang berkonotasi seks, humor porno,
40
peyebab timbulnya stres kerja. Selain itu, menurut womens health (2013)
Dissorder /PTSD).
kecelakaan yang serius, atau penyerangan fisik atau seksual pada orang
Selama ini, faktor rasa takut, rasa malu, tidak tahu harus kemana
dari lawan jenis dan janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud
ditangani selama tahun 2012. Dari kasus yang tercatat, lingkupnya sekitar
fenomena gunung es, karena data yang ada (tercatat) belum seluruhnya
kedua hal tersebut harus dihindari karena membuat pekerja tertekan dan
5) Kemacetan
Kemacetan identik dengan kepadatan, yang didefinisikan sebagai
jumlah kendaraan yang menempati suatu panjang jalan tertentu dari lajur
pada ruas jalan raya terjadi ketika arus kendaraan lalulintas meningkat
serta jumlah pengguna jalan melebihi dari kapasitas yang ada (Meyer et
al, 1984 dalam Sari, 2011). Menurut Menteri Perindustrian, MS. Hidayat
kemacetan.
muncul gejala stres dalam rentang waktu 3-5 menit, sedangkan orang
44
yang tidak memiliki TSS, gejala stres akan muncul apabila sudah
dapat menimbulkan stres menjadi lima kategori besar (Munandar, 2006), yaitu:
tuntutan tugas.
1) Tuntutan Fisik
Kondisi kerja tertentu dapat menciptakan prestasi kerja yang optimal.
Selain berdampak pada prestasi kerja, kondisi fisik kerja juga memiliki
psikologis diri seorang tenaga kerja. Kondisi fisik dapat menjadi salah
45
2) Tuntutan Tugas
a) Kerja Shift
Kerja shift merupakan sumber utama dari stres bagi para
pekerja pabrik (Monk & Tepas, 1985 dalam Munandar, 2006). Para
gangguan perut dibandingkan para pekerja di pagi atau siang hari dan
b) Beban Kerja
Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit baik secara
sedikit kualitatif jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu
sumber dari stres. Risiko dan bahaya yang berhubungan dengan banyak
46
jabatan yang tidak dapat diubah, akan tetapi persepsi tenaga kerja
dampak dari penyakit yang berkaitan dengan stres, termasuk sakit jantung
sesuai dengan aturan- aturan yang ada dan sesuai yang diharapkan atasannya.
Peran yang tidak berfungsi dengan baik merupakan pembangkit stres yang
1) Konflik Peran
tertentu (Munandar, 2006). Dalam hal ini Kahn, dkk. (1964) mengatakan
diri, rasa diri tidak berguna, menurunnya rasa harga diri, depresi, motivasi
untuk bekerja rendah, tekanan darah dan tekanan nadi tidak normal, dan
c. Pengembangan Karir
kurang.
lebih pada hubungan yang tidak baik dalam pekerjaan. Hubungan yang tidak
pemberian support yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan
kesehatan mental dan fisik. Dari hal tersebut, faktor stres yang dikenali
terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau berperan serta dan
dapat memberikan tekanan yang menimbulkan stres, ada juga yang dapat
2006).
g. Karakteristik Individu
1) Kepribadian
2) Kecakapan
empat arena atau lingkup; lingkup kerja, rumah atau keluarga, sosial, dan
yang bisa diamati lewat perubahan fisik, emosi, dan perilaku yang disajikan
Arena Individu
Genetik, riwayat hidup, demografi (misalnya umur, pendidikan, agama, kebangsaan atau ras),
kemampuan menghadapi stress, kepribadian tipe A, extraversi vs intervensi, neurosis, peristiwa
kehidupan, dan lain-lain
aktifitas fisik, beban kerja yang berlebihan, waktu kerja yang membuat
maupun eksternal.
3) Perkembangan Karir,
tanggung jawab.
Faktor stres kerja yang bersumber dari luar organisasi, meliputi masalah-
secara finansial.
juga dapat mempengaruhi level stres diantara para pekerja dalam organisasi
pekerjaan, kondisi bekerja, dan tempat kerja), tuntutan peran (meliputi konflik
hubungan tidak baik dengan anak dan pasangan, serta perceraian dapat
Everly dan Giordano (1980) dalam munandar (2006) memaparkan bahwa stres
akan berpengaruh pada suasana hati (mood), otot kerangka (musculoskletal) dan
Tangan berkeringat
Mengalami kedinginan
Kuping berdenging
F. Pengukuran Stres
Menurut Karoley (1985 dalam Airmayanti, 2010) teknik pengukuran stres dapat
dialami dalam peristiwa kehidupan seseorang. Cara ini juga dikenal sebagai “Life
setiap pertanyaan bernilai 0-2. Untuk melakukan penilaian indikator stres kerja,
tidak bersifat mutlak, artinya pertanyaan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi saat itu. Sehingga penilaian dan pengelompokannya juga dapat
2. Performance Measure
prestasi kerja terlihat dari gejala seperti cenderung berbuat salah, cepat lupa dan
3. Psysiological Measure
Pada pengukuran ini berusaha untuk melihat perubahan fisik akibat stres,
seperti ketegangan pada otot bahu, leher dan pundak. Cara ini sering dianggap
paling tinggi reabilitasnya, namun sangat tergantung si pengukur dan pada alat
yang digunakan.
4. Biochemical Measure
Teknik ini melihat stres melalui respon biokimia individu berupa perubahan
Reabilitas dari cara ini tergolong tinggi namun hasil pengukurannya dapat
berubah bila subjek penelitiannya adalah perokok, peminum alkohol dan kopi.
57
Hal ini karena rokok, kopi dan alkohol dapat meningkatkan kadar kedua hormon
Dari keempat cara tersebut, yang paling sering digunakan dalam penelitian stres
adalah life event scale, karena paling mudah diatur dan membutuhkan biaya yang
Dalam dunia kerja, dampak yang ditimbulkan akibat stres kerja dapat
Dampak stres terhadap organisasi diantaranya yaitu terjadinya hambatan baik dalam
gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya serta banyaknya karyawan yang mangkir kerja,
ataupun pekerjaan tidak selesai tepat waktu baik karena kelambanan maupun karena
bahwa terdapat hubungan antara stres kerja dengan produktivitas pekerja wanita.
terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kepuasan kerja.
58
Sedangkan dari penelitian Suroso dan Siahaan (2006) diketahui bahwa stres kerja
berpengaruh negatif terhadap kinerja pekerja, artinya semakin tinggi tingkat stres
yang dimiliki pekerja maka semakin rendah kinerja yang dihasilkan. Dan menurut
Randall Schuller (1980) yang dikutip oleh Rini (2002) diketahui bahwa stress pada
H. Manajemen Stres
jangka panjang atau stres yang bersifat kronis (Munandar, 2006). Ada berbagai cara
manajemen stres untuk mencegah ataupun mengendalikan stres. Dalam jurnal Lulus
Margiyati (1999) strategi manajemen stres kerja menurut Baron dan Greenberg
(1990) yaitu dengan strategi yang dikembangkan secara pribadi atau individual,
yaitu:
1. Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kognitif. Artinya jika
seharusnya time out terlebih dahulu. Cara time out ini dapat dilakukan dengan
istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja; ke ruang istirahat (jika
menyediakan); pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka dengan air
dingin atau berwudhu bagi orang Islam; mendengarkan musik; menonton televisi
2. Melakukan relaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan meditasi ini bisa
dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libur kerja. Dengan melakukan
3. Melakukan diet dan fitnes. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah
sayursayuran, dan semacamnya serta banyak melakukan olah raga seperti lari
Cara mencegah dan mengendalikan stres kerja menurut Sauter (1990) yang
1. Beban kerja fisik ataupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan
kapasitas kerja dengan menghindari adanya beban kerja yang berlebih maupun
2. Jam kerja harus disesuaikan terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab di
luar pekerjaan
4. Membentuk lingkungan sosial yang sehat, baik diantara pekerja maupun antara
pendekatan perusahaan,
1. Kerekayasaan organisasi
lingkungan kerja yang tidak penuh stres. Lingkungan kerja secara fisik yang
vibrasi, tempratur panas ataupun terlalu dingin, serta paparan risiko dan bahaya
2. Kerekayasaan kepribadian
dicegah dan agar ambang stres dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.
nilai-nilai organisasi dengan nilai pribadi. Program pelatihan yang efektif akan
dalam menghadapi beban kerja berlebihan, promosi, dan job insecurity yang dapat
peristiwa tertentu yang kemudian terkait kuat dalam ingatan, sehingga timbulnya
ketegangan.
yang diproduksi oleh katekutan maupun ancaman, atau mengubah sistem hormon
dan syaraf kita ke dalam sikap mempertahankan. Dan dapat juga menurunkan
Selain itu juga perasaan sehat, tenang ,dan ringan (transcendence) yang timbul
Aktifitas dapat dilakukan dengan senam kesegeran badan, jogging, berjalan santai
di pagi hari, dan sebagainya. Apabila aktifitas fisik dilakukan secara teratur, dapat
Selain cara pencegahan dan pengendalian stres yang telah disebutkan, ada lagi
cara pencegahan dan pengendalian stres lainnya yaitu dengan melakukan manajemen
mengendalikan risiko dari dampak stres kerja, membuat individu dapat menghadapi
dan mengendalikan realita kehidupan dan keberadaan diri yang terdiri atas tubuh
Manajemen diri adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk
motivasi diri, dan membentuk perilaku yang tepat khususnya dalam mengantisipasi
tempat kerja (Yudhaningrum, 2009). Hal ini didukung oleh hasil penelitian
pelatihan manajemen diri tingkat stres kerja pada pekerja mengalami penurunan.
Teknik manajemen diri ada berbagai macam caranya. Menurut Manz (1986)
yang dikutip dalam Yudhaningrum (2009), teknik manajemen diri diantaranya yaitu:
64
hendak dicapai. Bila tujuan telah ditetapkan, seseorang akan lebih fokus pada
bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai, misalnya seorang wanita karir yang
memiliki rencana dan tujuan yang mantap akan dapat mencapai kesuksesan
dalam pekerjaannya.
2. Self monitoring, dapat dilakukan dengan cara mencatat atau membuat grafik
berkembang di bidangnya.
karena bila belum, maka dia dapat memperbaiki diri agar targetnya dapat
misalnya seorang pekerja melakukan penilaian atas hasil kerjanya dan cara
65
menghadiahi diri sendiri sebagai imbalan atas usaha yang telah dilakukan.
I. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini mengacu pada teori menurut National Safety
Council (2004) bahwa faktor-faktor penyebab stres kerja terdiri dari faktor
dari otonomi kerja, kuota (beban) yang tidak logis, relokasi pekerjaan, pelatihan,
(penurunan laba yang didapat). Faktor individual terdiri dari pertentangan antara
kerja, perawatan anak yang tidak adekuat, dan hubungan dengan rekan kerja. Faktor
lingkungan terdiri dari kondisi lingkungan kerja, diskriminasi ras, pelecehan seksual,
Bagan 2.2
Kerangka Teori Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja
Faktor Organisasi
kurangnya otonomi kerja
beban kerja
relokasi pekerjaan
pelatihan
karir yang melelahkan
hubungan dengan majikan
perkembangan teknologi
bertambahnya tanggung jawab
tanpa bertambahnya gaji
pekerja dikorbankan
(penurunan laba yang didapat)
Faktor Individu
pertentangan karir-keluarga
ketidakpastian ekonomi
kurangnya penghargaan
Stres Kerja
kejenuhan kerja
perawatan anak yang tidak
adekuat
hubungan dengan rekan kerja
Faktor Lingkungan
kondisi lingkungan kerja
diskriminasi ras
pelecehan seksual
kekerasan di tempat kerja
kemacetan
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu pada kerangka teori menurut National Safety
Council (2004) bahwa faktor-faktor penyebab stres kerja terdiri dari faktor
dari otonomi kerja, beban yang kerja, relokasi pekerjaan, pelatihan, karir yang
tanggung jawab tanpa bertambahnya gaji, dan pekerja dikorbankan (penurunan laba
yang didapat). Faktor individual terdiri dari pertentangan antara pekerjaan dan
anak. Faktor lingkungan terdiri dari kondisi lingkungan kerja, diskriminasi ras,
Namun ada beberapa variabel yang tidak dimasukkan ke dalam konsep penelitian
ini. Variabel otonomi kerja tidak dimasukkan karena dari studi pendahuluan peneliti,
variabel otonomi kerja datanya tidak bervariasi (bersifat homogen). Variabel pekerja
dikorbankan (penurunan laba yang didapat) tidak di masukkan karena penelitian ini
antara satu responden dengan responden lainnya. Selain itu, peneliti merasa kesulitan
67
68
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja
Faktor Organisasional
Beban kerja
Kondisi relokasi pekerjaan
Pelatihan Kerja
Karir
Hubungan dengan atasan/majikan
Perkembangan teknologi
Bertambahnya tanggung jawab
tanpa bertambahnya gaji
Faktor Individual
Pertentangan pekerjaan-keluarga
Ketidakpastian ekonomi
Penghargaan kerja Stres Kerja
Kejenuhan kerja
Perawatan anak
Hubungan dengan rekan kerja
Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan kerja
Pelecehan seksual
Kekerasan di tempat kerja
Kemacetan
69
B. Definisi Operasional
1. Faktor Dependen
1. Faktor Independen
Faktor Lingkungan
14. Kondisi Persepsi responden Wawancara Kuesioner 0. Buruk Ordinal
lingkungan mengenai kondisi fisik (total skor <3)
kerja
lingkungan kerja baik 1. Baik
berupa keramaian maupun (total skor ≥ 3)
kondisi sirkulasi tempat
kerja yang mengganggu
kenyamanan responden
dalam bekerja.
15. Pelecehan Pengalaman responden Wawancara Kuesioner 0. Pernah Ordinal
seksual berupa kontak atau Mengalami
(terdapat ≥ 1
komunikasi yang jawaban yang
berhubungan dengan seks menunjukkan
yang dilakukan secara pernah
dialami)
sepihak dan tidak
diharapkan oleh responden 1. Tidak Pernah
Mengalami
hingga menimbulkan
reaksi negatif seperti rasa
malu, marah, tersinggung
dan sebagainya pada diri
responden
74
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja wanita bekerja di wilayah
2. Ada hubungan antara kondisi relokasi pekerjaan dengan stres kerja wanita
3. Ada hubungan antara pelatihan kerja dengan stres kerja wanita bekerja di
4. Ada hubungan antara karir dengan stres kerja wanita bekerja di wilayah
5. Ada hubungan antara hubungan dengan atasan/majikan dengan stres kerja wanita
6. Ada hubungan antara perkembangan teknologi dengan stres kerja wanita bekerja
dengan stres kerja wanita bekerja di wilayah kecamatan Pamulang tahun 2013.
dengan stres kerja wanita bekerja di wilayah kecamatan Pamulang tahun 2013.
9. Ada hubungan antara ketidakpastian ekonomi dengan stres kerja wanita bekerja
10. Ada hubungan antara penghargaan kerja dengan stres kerja wanita bekerja di
11. Ada hubungan antara kejenuhan kerja dengan stres kerja wanita bekerja di
12. Ada hubungan antara perawatan anak dengan stres kerja wanita bekerja di
wilayah kecamatan Pamulang tahun 2013.
13. Ada hubungan antara hubungan dengan rekan kerja dengan stres kerja wanita
bekerja di wilayah kecamatan Pamulang tahun 2013.
14. Ada hubungan antara kondisi lingkungan kerja dengan stres kerja wanita bekerja
15. Ada hubungan antara pelecehan seksual dengan stres kerja wanita bekerja di
wilayah kecamatan Pamulang tahun 2013.
16. Ada hubungan antara kekerasan di tempat kerja dengan stres kerja wanita bekerja
di wilayah kecamatan Pamulang tahun 2013.
17. Ada hubungan antara kemacetan dengan stres kerja wanita bekerja di wilayah
kecamatan Pamulang tahun 2013.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
desain potong lintang (cross sectional), karena penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis dan melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan
dependen pada sampel dari suatu populasi yang diamati pada waktu yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 hingga bulan Mei 2013
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita bekerja yang bertempat
(RW) secara cluster dengan metode random secara proporsional. Dari masing-
masing RW, responden dipilih secara random berdasarkan kerangka sampel yang
76
77
Teknik random yang digunakan dalam pemilihan rukun warga (RW) yaitu
dengan cara menggulung setiap kertas yang memiliki luas permukaan, berat, jenis
dan kualitas kertas yang sama antara satu kertas dengan kertas lainnya serta setiap
kertas sudah dituliskan nomor RW sesuai dengan nomor RW yang ada sebenarnya,
kemudian setiap gulungan kertas tersebut dimasukkan ke dalam wadah gelas yang
tertutup dan hanya memiliki lubang kecil di tutupnya sebagai tempat keluarnya
gulungan kertas tersebut secara acak. Selain pemilihan rukun warga (RW), teknik
pemilihan sampel juga menggunakan cara yang sama. Hanya berbeda saat mengisi
setiap gulungan kertas, kertas diisi dengan nama-nama wanita bekerja yang ada di
sebelumnya yaitu bahwa proporsi pada populasi yang memiliki stress kerja akibat
tidak mendapat dukungan keluarga (P1) adalah 51,7% dan proporsi yang memiliki
kejadian stres kerja akibat mendapat dukungan keluarga (P2) adalah 26,8%. Pada
(P1-P2)2
Keterangan :
n : Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian
Z1-α/2 : Derajat kepercayaan, CI 95% = 1,96, α = 5% (two tail)
Z1-β : kekuatan uji 90%
P : Rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2}
78
P1 : Proporsi pada populasi yang memiliki stress kerja akibat tidak mendapat
dukungan keluarga (P1) adalah 51,7%.
P2 : Proporsi yang memiliki kejadian stress kerja akibat mendapat dukungan
keluarga (P2) adalah 26,8%.
Tabel 4.1
Populasi Sampel Penelitian Terdahulu
Hubungan
No Indikator Pv P1 P2 Α β Hasil
Variabel
1. Beban kerja Berat 10 26
5 80 34
dg stres Ringan
0,006 0,513 0,194 1 50
(Saragih, 10 36
2008) 5 90 45
1 63
2. Mutasi dg Mutasi tidak 10 20
stres sesuai
5 80 26
(Saragih, Mutasi sesuai
1 39
2008) 0,002 0,559 0,194
10 28
5 90 35
1 49
3. Karir Tidak 10 13
perawat dg meningkat 5 80 16
stres Meningkat 1 25
0,000 0,633 0,175
(Saragih, 10 17
2008) 5 90 22
1 31
4. Dukungan Tidak 10 46
keluarga mendapat 5 80 59
perawat dukungan
1 87
0,034 0,517 0,268
dg stres Mendapat
10 63
(Saragih, dukungan
5 90 78
2008)
1 111
5. Kejenuhan Jenuh 10 29
perawat dg Tidak jenuh 5 80 37
0,008 0,529 0,222
stres 1 56
10 90 40
79
Hubungan
No Indikator Pv P1 P2 Α β Hasil
Variabel
(Saragih, 5 50
2008) 1 70
6. Kepuasan Baik 10 202
terhadap gaji Buruk 5 80 257
1 379
dg stres 0,018 0,714 0,597
10 279
(Nugrahani, 5 344
90
2008) 1 484
7. Rutinitas Tidak 10 55
5 80 70
kerja dg stres membosankan
0,026 0,320 0,552 1 104
(Airmayanti, Membosankan 10 76
2010) 5 90 93
1 132
8. Dukungan Baik 10 59
sosial dari Buruk 5 80 76
rekan kerja
0,000 0,745 0,528 1 112
dg stres
10 82
(Nugrahani, 90
5 101
2008)
1 142
9. Dukungan Baik 10 395
sosial dari Buruk 5 80 504
supervisor dg 1 744
0,017 0,673 0,588
stres 10 548
(Nugrahani, 5 90 675
2008) 1 984
10. Promosi Buruk 10 11
5 80 14
kerja dengan Baik
1 27
stres kerja 1,00 0,75 0,25 10 15
(Yunus, 5 90 19
2011) 1 27
11. Kepuasan Buruk 10 90
5 80 117
gaji dengan Baik
0,451 0,583 0,417 1 179
stres kerja 10 116
5 90 147
1 216
Sumber: Hasil Perhitungan Sampel Berdasarkan Rumus Uji Hipotesis Beda Dua Proporsi, Ariawan (2009) terhadap
Hasil Analisis bivariat penelitian Nugrahani (2008), Saragih (2008), Airmayanti (2010), dan Yunus (2011)
80
diatas, diperoleh besar sampel sebesar 78 orang. Dari hasil tersebut di hitung
(2008) didapatkan responden yang tidak mengalami stres sebesar 62,9%. Maka
78 = 62,9/100x N
N = 78X 100/62,9
N = 124
dalam penelitian ini yaitu sebesar 124 sampel pada wanita bekerja. Karena
penggunaan metode sampling dalam penelitian ini berupa cluster random sampling,
D. Instrumen Penelitian
1. Uji Coba
dilakukan uji validitas dan uji realibitas. Uji coba questioner dilakukan kepada
2. Questioner
3. Scoring
ditetapkan sesuai dengan metode self report measurement yang dapat untuk
psikologi dan perilaku yang dapat dijawab dengan jawaban tidak pernah
(skor 0), kadang-kadang diberi (skor 1) dan sering diberi (skor 2). Dimana
1) Beban Kerja
Semakin tinggi skor, maka beban kerja yang didapat semakin terasa
ringan dan sebalikya apabila semakin rendah skor maka beban wanita
Ringan : skor ≥ 3
2) Pelatihan Kerja
pekerjaannya.
3) Karir
Semakin tinggi skor, maka karir yang didapat semakin terasa tidak
melelahkan dan sebalikya apabila semakin rendah skor maka karir wanita
mengganggu pekerjaannya.
5) Ketidakpastian Ekonomi
baik dan sebalikya apabila semakin rendah skor maka kondisi lingkungan
Baik : skor ≥ 3
84
7) Pelecehan seksual
Apabila ada salah satu /lebih jawaban “0.Ya” yang diisi oleh
rekan ataupun atasan kerja. Apabila semua jawaban diisi “1.Tidak”, maka
atasan kerja.
Apabila ada salah satu /lebih jawaban “0. Ya” yang diisi oleh
rekan ataupun atasan kerja di tempat kerjanya. Apabila diisi jawaban “1.
E. Jenis Data
Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli. Data primer
diperoleh secara langsung dari hasil jawaban kuesioner yang telah diisi oleh
2. Data sekunder
Data sekunder yang digunakan diperoleh dari data yang sudah diolah oleh
F. Pengolahan Data
Seluruh data primer yang terkumpul akan diolah untuk dapat mengahsilkan
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan ketepatan pengisian lembar
2. Coding
data dan mempercepat kegiatan entry data. Coding pada penelitian ini dilakukan
pada saat pengisian kuesioner dan pada saat memasukan data ke komputer.
3. Entry data
4. Cleaning data
Memeriksa kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.
G. Analisa Data
1. Analisis univariat
2. Analisis Bivariat
berhubungan dengan stress kerja dengan kejadian stress kerja pada pekerja
analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Metode ini digunakan
hubungan 2 variabel kategorik. Dengan derajat kemaknaan 5%, jika Pvalue >
0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang
bermakna antara kedua variabel tersebut. Sebaliknya jika Pvalue ≤ 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara
yaitu sebesar 26,82 km2 dan merupakan kecamatan yang memiliki penduduk
jiwa, sedangkan penduduk perempuan usia 15-64 tahun pada tahun 2010-2011
Tabel 5.1
Jumlah Penduduk di Wilayah Kecamatan Pamulang
berdasarkan Jenis Kelamin dan Tahun
Tahun
Jenis kelamin
2010 2011
Laki-Laki 144.898 151.104
Perempuan 141.372 147.980
Total 286.270 286.607
Sumber: BPS Tangsel
87
88
Tabel 5.2
Jumlah Penduduk Perempuan di Wilayah Kecamatan Pamulang menurut
Umur Angkatan Kerja dan Tahun
Tahun
Umur
2010 2011
15-64 100.733 106.136
Sumber: BPS Tangsel
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta
Selatan provinsi DKI Jakarta di sebelah timur dan berbatasan dengan kabupaten
Bogor dan kota Depok provinsi Jawa Barat di sebelah selatan menjadi salah satu
wilayah penyangga dan penghubung antara provinsi DKI Jakarta dengan provinsi
Banten dan Jawa Barat memberi banyak peluang pekerjaan bagi penduduknya.
.
89
pertanyaan yang intensitas perubahan fisiologis, psikologi dan perilaku yang dialami
yaitu jika diperoleh total skor jawaban ≥16 dapat dikategorikan sebagai stres dan jika
diperoleh total skor jawaban 1-15 dapat dikategorikan sebagai tidak stres.
Tabel 5.3
Distribusi Responden berdasarkan Stres Kerja
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja Jumlah Persentase
(n) (%)
Stres 132 53,2
Tidak Stres 116 46,8
Jumlah 248 100
Distribusi responden berdasarkan hasil penelitian yang tercantum dalam tabel
5.3, diketahui bahwa tidak semua responden mengalami stres. Sebagian besar
1. Faktor Organisasional
a. Beban Kerja
Tabel 5.4
Distribusi Responden berdasarkan Beban Kerja
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Beban Kerja
(n) (%)
Berat 84 33,9
Ringan 164 66,1
Jumlah 248 100
90
memiliki beban kerja yang ringan. Terkait beban kerja responden, paling
banyak dirasakan adalah dirinya dituntut untuk bekerja dengan cepat dan
tepat. Selain itu pekerjaan di luar tugas pokoknya dirasa terlalu berat bagi
b. Relokasi Pekerjaan
Tabel 5.5
Distribusi Responden berdasarkan Relokasi Pekerjaan
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Relokasi Pekerjaan
(n) (%)
Pernah 175 70,6
Tidak Pernah 73 29,4
Total 248 100
mendapat relokasi pekerjaan, yaitu dari total 248 responden ada 73 orang
Tabel 5.6
Distribusi Responden berdasarkan Kondisi Relokasi Pekerjaan
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Kondisi Relokasi Pekerjaan
(n) (%)
Tidak Sesuai 63 36
Sesuai 112 64
Total 175 100
c. Pelatihan Kerja
Tabel 5.7
Distribusi Responden berdasarkan Pelatihan Kerja
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Pelatihan Kerja
(n) (%)
Kurang 92 37,1
Cukup 156 62,9
kerja yang cukup ada lebih banyak jumlahnya daripada responden yang
d. Karir
Tabel 5.8
Distribusi Responden berdasarkan Jenjang Karir
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Jenjang Karir
(n) (%)
Ada 170 68,5
Tidak Ada 78 31,5
248 responden ada sebanyak 78 orang atau 31,5% yang tidak memiliki
Tabel 5.9
Distribusi Responden berdasarkan Karir
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Karir
(n) (%)
Tidak Meningkat 116 68,2
Meningkat 54 31,8
tidak meningkat.
.
93
Tabel 5.10
Distribusi Responden berdasarkan Atasan/majikan
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Atasan/majikan
(n) (%)
Memiliki Atasan/Majikan 219 88,3
Tidak Memiliki Atasan/majikan 29 11,7
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dalam penelitian ini tidak semua
Tabel 5.11
Distribusi Responden berdasarkan Hubungan dengan Atasan/Majikan
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Hubungan dengan Jumlah Persentase
Atasan/majikan (n) (%)
Buruk 8 3,7
Baik 211 96,3
f. Perkembangan Teknologi
Tabel 5.12
Distribusi Responden berdasarkan Kemampuan Mengikuti Perkembangan
Teknologi Wanita Bekerja di Wilayah di Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Perkembangan Teknologi
(n) (%)
Tabel 5.13
Distribusi Responden berdasarkan Perkembangan Pertambahan
Tanggung Jawab tanpa Pertambahan Gaji/Pendapatan Wanita Bekerja
di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Pertambahan Tanggung Jawab tanpa Jumlah Persentase
Pertambahan Gaji/Pendapatan (n) (%)
Ya 80 32,3
Tidak 168 67,7
2. Faktor Individual
a. Pertentangan antara Pekerjaan dan Tanggungjawab Keluarga
Tabel 5.14
Distribusi Responden berdasarkan Pertentangan antara Pekerjaan dan
Tanggungjawab Keluarga Wanita Bekerja
di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Pertentangan Pekerjaan dengan Jumlah Persentase
Tanggungjawab Keluarga (n) (%)
Terganggu 101 40,7
Tidak Terganggu 147 59,3
b. Ketidakpastian Ekonomi
Tabel 5.15
Distribusi Responden berdasarkan Ketidakpastian Ekonomi Wanita Bekerja
di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
c. Penghargaan Kerja
Tabel 5.16
Distribusi Responden berdasarkan Penghargaan Kerja yang Didapat
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Penghargaan Kerja
(n) (%)
Kurang 75 30,2
Sepadan 173 69,8
Dari hasil penelitian pada tabel 5.16 diketahui bahwa sebagian besar
pekerjaannya yaitu sebanyak 173 responden atau 69,8% dari 248 responden.
97
d. Kejenuhan Kerja
Tabel 5.17
Distribusi Responden berdasarkan Kejenuhan Kerja
Wanita Bekerja di Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Kejenuhan Jumlah Persentase
Kerja (n) (%)
Ada 58 23,4
Tidak Ada 190 76,6
ada sebanyak 190 orang atau 76,6%, seperti yang tercantum dalam pada tabel
5.17.
e. Perawatan Anak
Tabel 5.18
Distribusi Responden berdasarkan Kepemilikan Anak Wanita
Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Anak (n) (%)
Memiliki anak 186 75
Tidak/Belum Memiliki Anak 62 25
Tabel 5.19
Distribusi Responden berdasarkan Perawatan Anak
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Perawatan Anak (n) (%)
Tidak Adekuat 24 12,9
Adekuat 162 87,1
merawat anaknya.
Tabel 5.20
Distribusi Responden berdasarkan Hubungan dengan Rekan Kerja
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Hubungan dengan Jumlah Persentase
Rekan Kerja (n) (%)
Buruk 8 3,2
Baik 240 96,8
Dari hasil penelitian pada tabel 5.20 diketahui bahwa sebagian besar
3. Faktor Lingkungan
Tabel 5.21
Distribusi Responden berdasarkan Kondisi Lingkungan Kerja
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Kondisi Lingkungan Kerja
(n) (%)
Buruk 69 27,8
Baik 179 72,2
Total 248 100
besar adalah baik. Yang paling banyak dirasakan tidak nyaman oleh
lingkungan kerja.
b. Pelecehan Seksual
Tabel 5.22
Distribusi Responden berdasarkan Pelecehan Seksual terhadap
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Pelecehan Seksual
(n) (%)
Pernah Mengalami 65 26,2
Tidak Pernah Mengalami 183 73,8
Dari hasil penelitian pada tabel 5.22 diketahui bahwa sebagian responden
d. Kemacetan
Tabel 5.24
Distribusi Responden berdasarkan Kemacetan yang dialami Wanita
Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Jumlah Persentase
Kemacetan
(n) (%)
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square dengan tingkat
kemaknaan 5%. Dari hasil analisis bivariat, menunjukkan bahwa beban kerja,
pelecehan seksual secara statistik memiliki hubungan bermakna dengan stres kerja.
hubungan dengan rekan kerja, kondisi lingkungan kerja, kekerasan di tempat kerja
dan kemacetan tidak memiliki hubungan secara statistik dengan stres kerja.
stres, sedangkan responden yang menyatakan beban kerja ringan lebih banyak
tidak mengalami stres. Dari hasil uji chi square diperoleh Pvalue sebesar 0,000,
dimana Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan bermakna antara beban
Tabel 5.26
Distribusi Responden menurut Relokasi Pekerjaan dan Stres Kerja Wanita
Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja
Relokasi
Stres Tidak Stres Total Pvalue
Pekerjaan
n % N % n %
Tidak Sesuai 36 57,1 27 42,9 63 100
0,766
Sesuai 60 53,6 52 46,4 112 100
Total 37 21,1 138 78,9 175 100
Untuk variabel relokasi pekerjaan ini, analisis bivariat hanya dilakukan
dialaminya sebagian besar sama-sama mengalami stres. Dari hasil uji statistik chi
square diperoleh Pvalue sebesar 0,766, dimana Pvalue > 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa kondisi relokasi pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan stres yang
dialami responden.
Tabel 5.27
Distribusi Responden menurut Pelatihan Kerja dan Stres Kerja Wanita
Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja
Pelatihan
Stres Tidak Stres Total Pvalue
Kerja
n % n % n %
Kurang 53 57,6 39 42,4 92 100
0,352
Cukup 79 50,6 77 49,4 156 100
mendapat pelatihan kerja sebagian besarnya mengalami stres. Dari hasil uji
statistik chi square diperoleh Pvalue sebesar 0,352, dimana Pvalue > 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa pelatihan kerja tidak memiliki hubungan dengan stres yang
dialami responden.
Tabel 5.28
Distribusi Responden menurut Karir dan Stres Kerja Wanita Bekerja
di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja
Karir Stres Tidak Stres Total Pvalue
N % n % n %
Tidak Meningkat 65 56,0 51 44,0 116 100
0,091
Meningkat 22 40,7 32 59,3 54 100
Total 87 51,2 83 48,8 170 100
responden yang memiliki jenjang karir di tempat bekerjanya. Dari tabel 5.28
lebih banyak tidak mengalami stres. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh
Pvalue sebesar 0,091, dimana Pvalue > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa karir tidak
Tabel 5.29
Distribusi Responden menurut Hubungan dengan Atasan/Majikan dan
Stres Kerja Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja Pvalue
Hubungan
Stres Tidak Stres Total
Atasan/Majikan
n % n % n %
Buruk 5 62,5 3 37,5 8 100
0,727
Baik 112 53,1 99 46,9 211 100
Total 117 53,4 102 46,6 219 100
dengan atasan/majikannya lebih banyak yang mengalami stres. Dari hasil uji
statistik chi square diperoleh Pvalue sebesar 0,727, dimana Pvalue > 0,05. Hal ini
Tabel 5.30
Distribusi Responden menurut Perkembangan Teknologi dan Stres Kerja
Wanita Bekerja di Wilayah di Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja
Perkembangan Teknologi Stres Tidak Stres Total Pvalue
n % n % n %
Tidak Mampu Mengikuti 31 68,9 14 31,1 45 100
0,031
Mampu Mengikuti 101 49,8 102 50,2 203 100
Total 132 53,2 116 46,8 248 100
105
Dari hasil uji statistik chi square diperoleh Pvalue sebesar 0,031, dimana Pvalue <
mengalami stres. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh Pvalue sebesar 0,007,
dimana Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa bertambahnya tanggung jawab
dialami responden.
106
keduanya lebih banyak yang mengalami stres. Dari hasil uji chi square diperoleh
Pvalue sebesar 1,000,. Hal ini menunjukkan bahwa pertentangan antara pekerjaan
Tabel 5.33
Distribusi Responden menurut Ketidakpastian Ekonomi dan Stres Kerja
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja Pvalue
Ketidakpastian Ekonomi Stres Tidak Stres Total
n % n % n %
Terganggu 89 61,4 56 38,6 145 100
0,003
Tidak Terganggu 43 41,7 60 58,3 103 100
Total 132 21 116 46,8 248 100
Berdasarkan tabel 5.33 diketahui responden yang menyatakan terganggu
sebagian besarnya tidak mengalami stres. Dari hasil uji statistik chi square
107
diperoleh Pvalue sebesar 0,003, dimana Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
responden.
Tabel 5.34
Distribusi Responden menurut Penghargaan Kerja dan Stres Kerja Wanita
Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja Pvalue
Penghargaan Kerja Stres Tidak Stres Total
n % n % n %
penghargaan kerja yang didapat sudah sepadan lebih banyak yang tidak
mengalami stres. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh Pvalue sebesar 0,003,
dimana Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan bermakna antara
Tabel 5.35
Distribusi Responden menurut Kejenuhan Kerja dan Stres Kerja Wanita
Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja Pvalue
Kejenuhan Kerja Stres Tidak Stres Total
n % n % n %
stres. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh Pvalue sebesar 0,000, dimana
Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kejenuhan kerja memiliki hubungan
Tabel 5.36
Distribusi Responden menurut Perawatan Anak dan Stres Kerja Wanita
Bekerja di Wilayah di Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja
Perawatan Anak Stres Tidak Stres Total Pvalue
n % n % n %
Tidak Adekuat 16 66,7 8 33,3 24 100
0,173
Adekuat 80 49,4 82 50,6 162 100
Total 96 51,6 90 48,4 186 100
109
responden yang sudah memiliki anak. Dari hasil penelitian pada tabel 5.36
adekuat dalam merawat anaknya cenderung mengalami stres. Dari hasil uji
statistik chi square diperoleh Pvalue sebesar 0,173, dimana Pvalue > 0,05. Hal ini
Tabel 5.37
Distribusi Responden menurut Hubungan Rekan Kerja dan Stres Kerja
Wanita Bekerja di Wilayah di Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja
Hubungan Rekan Kerja Stres Tidak Stres Total Pvalue
n % n % n %
Buruk 4 50,0 4 50,0 8 100
1,000
Baik 128 53,3 112 46,7 240 100
yang memiliki hubungan baik dengan rekan kerjanya, keduanya sama-sama lebih
banyak yang mengalami stres. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh Pvalue
sebesar 1,000, dimana Pvalue > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
dengan rekan kerja tidak memiliki hubungan bermakna dengan tingkat stres yang
dialami responden.
110
Tabel 5.38
Distribusi Responden menurut Kondisi Lingkungan Kerja dan Stres Kerja
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja
Kondisi
Stres Tidak Stres Total Pvalue
Lingkungan Kerja
n % n % n %
mengalami stres. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh Pvalue sebesar 0,101,
dimana Pvalue > 0,05. Hal ini menunjukkan kondisi lingkungan kerja tidak
Tabel 5.39
Distribusi Responden menurut Pelecehan Seksual dan Stres Kerja Wanita
Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja
Pelecehan Seksual Stres Stres Kerja Total Pvalue
n % n % N %
stres. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh Pvalue sebesar 0,022, dimana
Pvalue < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pelecehan seksual memiliki hubungan
Tabel 5.40
Distribusi Responden menurut Kekerasan di Tempat Kerja dan Stres Kerja
Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja
Kekerasan
Stres Tidak Stres Total Pvalue
di Tempat Kerja
n % n % n %
Pernah Mengalami 22 68,8 10 31,3 32 100
0,090
Tidak Pernah Mengalami 110 50,9 105 49,1 216 100
tempat kerja sebagian besar mengalami stres. Dari hasil uji statistik chi square
diperoleh Pvalue sebesar 0,090, dimana Pvalue > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
kekerasan di tempat kerja tidak memiliki hubungan bermakna dengan stres yang
dialami responden.
112
Tabel 5.41
Distribusi Responden menurut Kemacetan dan Stres Kerja Wanita Bekerja
di Wilayah Kecamatan Pamulang Tahun 2013
Stres Kerja
Kemacetan Stres Tidak Stres Total Pvalue
n % n % n %
Terganggu 89 55,6 71 44,4 160 100
0,375
Tidak Terganggu 43 48,9 45 51,1 88 100
cenderung tidak mengalami stres. Dari hasil uji statistik chi square diperoleh Pvalue
sebesar 0,375, dimana Pvalue > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kemacetan tidak
A. Keterbatasan Penelitian
dengan tutup yang terbuka kecil yang hanya muat untuk keluarnya gulungan
keluar.
113
114
mungkin timbul saat tuntutan dan beban kerja tidak sebanding dengan
pembangkit stres. Karena penyebab stres bisa saja dari faktor individu,
Stres yang tidak dikelola dengan baik akan berpotensi menimbulkan efek
stres yang dapat menjadi motivasi atau inspirasi bagi seseorang karena dianggap
memiliki efek begitu penting, hal ini dianggap kurang baik. Sedangkan distress
dianggap buruk dan sering hanya disebut sebagai stres. Dalam pandangan saat ini
istilah "stres" memiliki sinonim dengan stres negatif dan istilah "tekanan" sering
Dalam dunia kerja, dampak yang ditimbulkan akibat stres kerja dapat
berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan maupun individu itu sendiri. Dalam
terdapat hubungan antara stres kerja dengan produktivitas pekerja wanita. Lain
hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kepuasan kerja. Sedangkan
dari penelitian Suroso dan Siahaan (2006) diketahui bahwa stres kerja
berpengaruh negatif terhadap kinerja pekerja, artinya semakin tinggi tingkat stres
sesuai dengan metode self report measurement yang terdiri dari beberapa
Hasil dari penelitian terhadap 248 responden diketahui bahwa sebagian besar
sebesar 53,2%.
dalam penelitian ini berbeda antara satu dengan yang lainnya sehingga beban
berhubungan dengan stres yang diteliti dalam penelitian ini, ada kemungkinan
hasil tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak terukur dalam penelitian
kualitas tidur pada pekerja wanita berpengaruh terhadap stres, mudah terinfeksi,
ada perubahan mood dan somatic disstress. Karena faktor kualitas tidur tidak
diteliti dalam penelitian ini, kemungkinan faktor kualitas tidur responden juga
ditangani dengan baik dan serius maka dapat menimbulkan kerugian bagi
yang dikutip oleh Rini (2002) diketahui bahwa stres pada pekerja berbanding
Ada beberapa cara pencegahan maupun pengendalian stres yang dapat dilakukan.
(2001), ada beberapa metode manajemen stres yang dapat dilakukan, diantaranya
yaitu:
1. Cukup istirahat
menghabiskan waktu yang lama untuk bekerja, sehingga orang tersebut tidak
memiliki banyak waktu beristirahat dan tidur yang cukup. Tidur dapat
daya tahan dan kekebalan terhadap stres, Karena seseorang yang memiliki
banyak teman mempunyai lawan bicara yang dipercaya untuk saling bertukar
pemenuhan kebutuhan dasar spiritual (basic spiritual needs), oleh sebab itu
agama adalah salah satu kebutuhan dasar yang dapat mencegah seseorang
dari kejadian stres. Bagi responden yang beragama islam apabila mengalami
stres selain berobat pada ahlinya, dianjurkan berdoa dan berzikir (mengingat
Seperti yang dianjurkan oleh ALLAH SWT dalam firmannya yang artinya
C. Beban Kerja
berkaitan dengan beban kerja yang dirasakan dalam pekerjaan responden. Terkait
beban kerja, yang paling banyak dirasakan responden adalah tuntutan untuk
bekerja dengan cepat dan tepat. Selain itu pekerjaan di luar tugas pokok yang
menyatakan beban kerja mereka ringan. Hasil ini mungkin karena beban
pekerjaan yang dijalani responden diimbangi dengan waktu kerja yang cukup.
Hal ini didukung oleh Munandar (2006) yang menyatakan bahwa unsur yang
desakan waktu. Selain itu, banyaknya beban kerja responden yang dirasa ringan
beban kerja mereka ringan lebih banyak yang tidak mengalami stres, sedangkan
responden yang menyatakan beban kerja mereka berat lebih banyak yang
mengalami stres. Hal ini mungkin karena responden yang memiliki beban kerja
119
berat memiliki batas waktu kerja yang terbatas untuk menyeleseikan tuntutan
beban kerjanya.
kerja memiliki hubungan yang bermakna dengan stres kerja. Hasil ini selaras
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani (2008) didapatkan bahwa
terdapat hubungan antara beban kerja kuantitatif dengan stres kerja. Selain itu
juga sejalan dengan hasil penelitian Airmayanti (2010) dan Bida (1995) yang
mendapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan
stres kerja.
sebagai stres, maupun stres yang bersifat positif yang dalam kata lain disebut
sebagai tekanan yang membangun prestasi. Menurut Davis dan Newstrom (1989)
dalam Margiati (1999) tugas yang banyak tidak selalu menjadi penyebab stres,
akan cenderung menjadi sumber stres apabila tugas yang banyak tersebut
melebihi kemampuan fisik maupun keahlian dan waktu yang diberikan kepada
tertentu dan dalam hal tertentu waktu akhir (deadline) dapat membuat motivasi
jika beban kerja dirasa terlalu sedikit yang disebabkan kurangnya rangsangan
akan menimbulkan semangat dan motivasi yang rendah untuk bekerja. Pekerja
akan merasa dirinya tidak berkembang dan merasa tidak berdaya untuk
120
Munandar, 2006).
disebabkan oleh beban kerja, disarankan kepada tiap individu responden untuk
juga terhadap jam kerja normal. Apabila pihak pemberi kerja ingin menambah
waktu kerja pekerjanya melebihi jam kerja normal (>8jam) untuk menyesuaikan
dengan beban kerja yang diberikan, disarankan untuk memberikan upah lembur
mengalami relokasi (mutasi kerja). Responden lebih banyak yang merasa sesuai
kerja baru yang tidak jauh dengan lokasi tempat tinggalnya ataupun tidak dalam
cenderung mendapatkan stres kerja tiga kali lebih besar daripada yang tidak
(Bida, 1995).
Baik responden yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan relokasi
pekerjaan yang didapatkan, keduanya lebih banyak yang mengalami stres. Hasil
hubungan yang bermakna dengan stres kerja. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan teori yang dinyatakan oleh National Safety Council (2004) bahwa
terjadinya stres kerja. Selain itu hasil ini juga tidak sejalan dengan penelitian
pekerjaan sudah merasa sesuai dengan keahlian maupun jenjang karir responden,
serta kemampuan yang dimiliki responden untuk dapat beradaptasi dengan baik
terhadap tugas, lingkungan kerja ataupun rekan kerjanya yang baru. Hal ini
diperkuat oleh Davis dan Newstrom (1989) dalam Margiati (1999) yang
pekerjaan, lingkungan kerja dan alat kerja yang sesuai untuk orang yang
bersangkutan sehingga dapat bekerja dengan efisien dan efektif. Akan tetapi
relokasi (mutasi) kerja yang tidak sesuai dapat menimbulkan tekanan kejiwaan
maupun perasaan yang bersumber dari unit kerja baru ataupun jabatan baru,
apabila pada tingkat toleransi tertentu tidak dapat ditoleransi oleh orang yang
2008). Oleh karena itu disarankan untuk para responden agar tidak menganggap
tantangan baru yang harus dihadapi dengan baik. Sehingga diharapkan dapat
termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi dan tidak menimbulkan stres yang
E. Pelatihan Kerja
pekerjaannya. Hal ini dapat disebabkan oleh jenis pekerjaan responden. Untuk
formal biasanya sudah dibuat sistem pelatihan bagi pekerja yang akan
mendapat pelatihan kerja, keduanya lebih banyak jumlah yang mengalami stres.
Hasil statistik uji chi-square menunjukkan bahwa pelatihan kerja tidak memiliki
hubungan yang bermakna dengan stres kerja. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan teori yang dinyatakan oleh National Safety Council (2004) bahwa
pelatihan merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya stres
kerja.
karena responden sudah mendapatkan pelatihan kerja sejak awal masuk kerja di
tertentu ada yang tidak memerlukan pelatihan untuk dapat bekerja dengan baik.
butuhkan dapat diperoleh baik dengan cara belajar sendiri, belajar dari teman,
memiliki hubungan dengan stres kerja, tetapi dari distribusi frekuensi antara
124
responden yang cukup mendapat pelatihan dengan tingkat stres kerja selaras
dengan yang diyatakan Denny (2011) bahwa seseorang yang di tempatkan dalam
pekerjaan yang tidak sesuai dengan kualifikasi kerjanya dan orang tersebut sulit
mempermudah pekerjannya, maka semakin kecil tingkat stres kerja yang dialami
orang tersebut.
F. Karir
jenjang karir dalam pekerjaannya. Responden dalam penelitian ini lebih banyak
yang ada dalam masyarakat bahwa wanita dapat diterima sebagai karyawan
perusahaan, tetapi sulit untuk dipromosikan (Stoner et. al., 1996 dalam Wijayanti,
2009).
Dari hasil uji chi-square didapatkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara
karir dengan stres kerja. Hasil ini tidak sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh
125
National Safety Council (2004) bahwa karir yang melelahkan merupakan salah
satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya stres kerja. Akan tetapi hasil ini
stres kerja.
keluarganya. Dan juga, pekerjaan wanita banyak berada pada skala bawah yang
tidak sesuai dengan harapan namun tetap bertahan pada pekerjaannya karena
terbukti, karena untuk wanita dengan ekonomi menengah kebawah pada kondisi
krisis banyak wanita yang menjadi pencari nafkah utama keluarga (Deka, 2009).
buruh tani. Wanita yang bekerja di sektor industri perkotaan lebih banyak terlibat
kecil seperti berdagang sayur mayur di pasar tradisional, usaha warung, yang
dirinya memiliki hubungan yang baik dengan atasan/majikan. Hal ini mungkin
Munandar (2006) perilaku yang kurang menenggang rasa dari atasan akan
stres.
kerja. Hasil ini tidak sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh National Safety
Council (2004) bahwa hubungan dengan atasan merupakan salah satu faktor
yang dapat menimbulkan terjadinya stres kerja. Hasil ini juga tidak sejalan
127
terjadi di dalam pekerjaan. Hal ini diperkuat oleh Munandar (2006) yang
menjadikan kesehatan lebih baik. Selain itu juga adanya komunikasi yang
Seperti yang dinyatakan Loh (2013) bahwa salah satu langkah dasar dalam
H. Perkembangan Teknologi
digunakan oleh responden dalam pekerjaannya tidak terlalu canggih dan rumit.
128
digunakan dan sudah tidak asing lagi pada kondisi moderen saat ini.
perkembangan teknologi sebagian besar mengalami stres. Hasil statistik uji chi-
bermakna dengan stres kerja. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Rina
Fiati dan Nafi Inayati Zahro yang dinyatakan dalam Seminar Nasional Teknologi
hubungan antara teknologi informasi dan stres pada wanita yang bekerja.
dalam penelitian ini mungkin dikarenakan pada zaman moderen saat ini
kerja yang berlaku dalam pekerjaan responden bersifat tetap. Dimana tanggung
jawab pekerjaan yang dilakukan setiap harinya sesuai dengan jabatan dan
bersifat monoton. Sementara gaji yang didapat setiap bulannya selalu sama
pertambahan gaji/pendapatan, lebih banyak yang mengalami stres. Hasil uji chi-
square dalam penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara
kerja. Hasil ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Cooper dan
(dalam dunia usaha dapat diartikan sebagai gaji) merupakan faktor yang
berhubungan dengan stres kerja. Hasil ini juga sejalan dengan Bida (1995) yang
mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara gaji dan stres kerja. Dan
hubungan antara kepuasan terhadap gaji dengan tingkat stres yang dialami
pekerja.
130
gaji dengan stres kerja mungkin dikarenakan adanya sistem pemberian gaji dan
pembagian tugas yang tetap sesuai dengan kebijakan yang berlaku di masing-
masing tempat kerja responden, akan tetapi tugas yang diberikan semakin
bertambah banyak dan tidak diiringi dengan penambahan gaji di setiap tambahan
tugas kerjanya.
gajinya terlalu rendah, pekerja akan merasa tidak puas, dan sebaliknya apabila
rendah kepuasan kerja maka semakin tinggi stres kerja, karena kepuasan kerja
memiliki hubungan korelasi negatif signifikan terhadap stres kerja (Kosnin dan
Lee, 2008). Hal ini juga diperkuat oleh Miller (2000) yang menyatakan bahwa
salah satu cara untuk mengurangi potensi stres kerja pada pekerja yaitu dengan
tersebut, peneliti berasumsi bahwa kemungkinan stres kerja terjadi karena faktor
antara pekerjaan dengan tanggung jawab keluarga. Hal ini mungkin karena
apabila dirinya berada dalam situasi pekerjaan, maka dia akan fokus kepada
dengan tanggung jawab keluarga maupun responden yang tidak terganggu karena
keduanya lebih banyak yang mengalami stres. Persentase yang terganggu dengan
oleh responden yang mengalami stres. Hal ini mungkin karena 3 hal, yaitu waktu
(pekerjaan atau keluarga), terjadi pada saat tekanan dari salah satu peran
perilaku dengan yang diinginkan oleh pekerjaan maupun keluarga (Chen, Choi,
dengan stres kerja. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Mayasari (2011)
stress kerja perawat wanita rumah sakit balimed Denpasar. Selain itu juga tidak
hubungan yang signifikan antara kondisi rumah tangga dengan stres kerja.
jawab keluarga dengan stres kerja mungkin karena responden dalam penelitian
132
konflik peran ganda yang rendah dan dukungan sosial yang tinggi, maka tingkat
stres kerja yang dialami rendah. Ditambah lagi dengan yag dinyatakan Beutell
menjalani peran pekerjaan dan keluarga. Hal ini juga diperkuat Margiati (1999)
dalam penelitiannya yang mendapatkan bahwa banyak kasus para pekerja yang
mengalami stres kerja adalah pekerja yang tidak mendapat dukungan (khususnya
moril) dari keluarga, seperi orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya,
K. Ketidakpastian Ekonomi
terganggu karena ketidakpastian ekonomi. Salah satu sifat manusia yang tidak
ekonomi.
hubungan yang bermakna terhadap stres kerja yang dialami responden. Hasil ini
sejalan dengan Melamed, Grosswasser, and Stern (1992) yang dikutip oleh
mungkin disebabkan adanya rasa cemas dan tegang dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya yang tidak didukung oleh keuangan yang tidak dikendalikan dengan
faktor yang dapat menyebabkan tekanan emosional bahkan ketika efek dari
sumber daya pribadi yang tetap konstan. Hal ini didukung oleh Belton dan santos
sehingga kemiskinan dalam hal ekonomi keuangan dianggap membuat stres bagi
L. Penghargaan Kerja
yang didapat sepadan dengan jerih payahnya dalam bekerja. Hal ini merupakan
perwujudan dari sikap saling menghormati atas jerih payah seseorang atas
pekerjaannya. Karena dalam interaksinya dengan orang lain maupun pihak lain,
setiap orang pasti memiliki keinginan untuk dihargai atas sesuatu yang
seorang pekerja yang ingin hasil kerjanya diakui dan dihargai oleh pihak pemberi
kerja. Baik berupa ucapan terimakasih, kata sanjungan maupun berupa insentif.
merasa kurang mendapat penghargaan kerja sama-sama lebih banyak yang tidak
mengalami stres. Dan dari uji chi-square didapatkan hasil bahwa penghargaan
kerja memiliki hubungan bermakna dengan stres kerja pada wanita bekerja yang
Hasil ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh National Safety
Council (2004) bahwa penghargaan kerja merupakan salah satu faktor yang
dapat menimbulkan terjadinya stres kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian
mengalami penurunan.
uang, padahal antara insentif dan penghargaan itu dua hal yang berbeda. Menurut
seseorang agar orang yang bersangkutan dapat berprestasi ataupun berjasa lebih
pekerja tersebut akan merasa tidak puas, dan sebaliknya apabila seseorang
menganggap gajinya cukup, tenaga kerja akan merasa puas dalam bekerja.
potensi stres kerja pada pekerja tersebut (Miller, 2000). Oleh karena itu,
juga menghargai hasil jerih payah pekerjanya walaupun hanya dengan ucapan
terimakasih tetapi dapat membuat psikologis pekerja menjadi puas dengan hasil
haruslah mengelola diri dengan baik, yaitu dapat dengan cara memanajemenisasi
atas hasil pekerjaan yang telah dilakukan. hal ini diperkuat oleh hasil penelitian
mengalami penurunan.
Dari beberapa teknik manajemen diri Manz (1986) yang dikutip oleh
Yudhaningrum (2009), salah satu teknik manajemen diri yang sesuai untuk
yang telah dilakukan adalah dengan cara Self reinforcement, yaitu teknik
seorang pekerja melakukan penilaian atas hasil kerjanya dan cara pengambilan
136
diri sendiri sebagai imbalan atas usaha yang telah dilakukan. Sehingga stres yang
M. Kejenuhan Kerja
yang tidak mengalami stres, sedangkan responden yang merasa jenuh dengan
pekerjannya sebagian besar mengalami stres, dan dari hasil analisis chi square
didapatkan bahwa kejenuhan kerja memiliki hubungan dengan stres kerja. Hasil
ini sejalan dengan Saragih (2008) yang dalam penelitiannya mendapatkan bahwa
ada hubungan bermakna antara kejenuhan dalam bekerja dengan stres pada
perawat. Hasil ini juga sejalan dengan teorinya munandar (2006) yang
dapat menimbulkan rasa bosan maupun jenuh, dan kemajemukan kerja yang
penelitian yang dilakukan Cooper & Kelly (1984) yang dikutip oleh munandar
(2006) bahwa kebosanan didapatkan sebagai sumber stres yang nyata pada
operator kran.
137
dikarenakan kurangnya tingkat motivasi kerja dan juga kepuasan kerja masing-
masing responden. Karena seseorang yang memiliki motivasi tinggi akan lebih
kepuasan kerja memiliki hubungan korelasi negatif signifikan dengan stres kerja
(Kosnin dan Lee, 2008). Hal ini juga diperkuat oleh Miller (2000) yang
menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi potensi stres kerja
N. Perawatan Anak
memiliki anak saja. Sebagian besar responden menyatakan bahwa dirinya sudah
baik (adekuat) dalam merawat anaknya. Hal ini mungkin karena adanya sikap
mandiri yang telah tertanam dengan baik pada anak. Karena berdasarkan
wawancara, anak yang dimiliki oleh responden rata-rata sudah bukan anak kecil
mengalami stres kerja, sedangkan responden yang tidak adekuat dalam merawat
anaknya lebih banyak yang mengalami stres kerja. Dan berdasarkan hasil uji chi-
bermakna dengan stres yang dialami pekerja. Hasil ini tidak sejalan dengan teori
yang dinyatakan oleh National Safety Council (2004) bahwa perawatan anak
merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya stres kerja.
National Safety Council (2004) mungkin dikarenakan sebagian besar anak yang
dimiliki responden sudah tumbuh menjadi dewasa dan remaja, karena anak yang
usianya kecil biasanya masih memerlukan perawatan orang lain dalam hidupnya,
dapat dikatakan bahwa anak kecil belum bisa mandiri. Selain itu pada responden
yang masih memiliki anak kecil, mungkin karena adanya orang lain (misalnya
responden dalam merawat anaknya. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Wulanyani dan Sudiajeng (2006) yang menyatakan bahwa rasa
sering dipendam oleh wanita bekerja yang memiliki anak kecil, apalagi jika tidak
ada bantuan dari orang lain yang dapat diandalkan dalam merawat anak saat
ditinggal bekerja.
dengan rekan kerja baik maupun responden yang memiliki hubungan dengan
tidak memiliki hubungan dengan stres kerja. Hasil ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bida (1995) bahwa tidak adanya hubungan yang
bermakna antara hubungan sesama rekan kerja dengan stres yang dialami
pekerja.
keluh kesahnya dengan bertukar pikiran kepada orang dekat yang nyaman
baginya, untuk hal pekerjaan yang menjadi orang terdekat biasanya adalah rekan
sekerjanya karena mereka sama-sama berada dalam satu tingkatan maupun satu
lini kerja yang sama. Sehingga secara tidak langsung menimbulkan kenyamanan
hubungan dengan rekan kerja. Selain itu, tidak adanya hubungan antara
hubungan rekan kerja dengan stres pekerja mungkin disebabkan karena merasa
pada satu tingakatan karir yang sama membuat pekerja tersebut tidak perlu
lingkungan kerjanya baik lebih banyak yang tidak mengalami stres, sedangkan
stres. Kondisi lingkungan kerja responden yang paling banyak dirasakan tidak
140
lingkungan kerja.
bermakna antara kondisi lingkungan kerja dengan stres kerja. Hal ini tidak
sejalan dengan teori yang diungkapkan National Safety Council (2004) bahwa
kondisi lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan
stres kerja. Hal ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian Susilo (2007) yang
signifikan terhadap stres kerja pada karyawan, artinya semakin baik lingkungan
kerja mungkin karena responden telah beradaptasi dengan baik pada kondisi
lingkungan tempat kerjanya dan juga mungkin karena sebagian besar responden
adalah wanita bekerja di sektor formal, biasanya telah tersedia fasilitas yang
bahwa stres kerja yang dialami respoden dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Q. Pelecehan Seksual
pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerjanya lebih banyak yang tidak
141
pelecehan seksual dengan stres kerja. Hasil ini sejalan dengan teori yang
kerja. Hal ini juga didukung oleh womens health (2013) yang memaparkan
pertempuran militer, bencana alam, insiden teroris, kecelakaan yang serius, atau
penyerangan fisik atau seksual pada orang dewasa atau anak-anak (Riggs, 2013).
&Lestari, 2007).
dapat membantu untuk jadi lebih baik. Cara pengobatan dengan medis
serotonin reuptake inhibitor atau SSRI. SSRI dapat menurunkan kecemasan dan
depresi dan membantu dengan gejala lainnya. Selain itu, obat penenang dan obat
yang sama untuk dibicarakan. Berbicara kepada korban trauma lainnya dapat
sendirian.
pelecehan seksual dapat disebabkan karena adanya daya tarik seksual atau
rangsanggan yang alami diantara dua jenis kelamin yang berbeda, ditambah lagi
wanita yang menjadi korban tidak berani menolak perlakuan karena takut
yang diterimanya.
pelecehan seksual pada wanita karena didasari oleh wanita itu sendiri, secara
disadari atau tidak disadari wanita telah mengundang lawan jenisnya untuk
parfum yang menarik lawan jenis, cara bicara yang mendesah dan sebagainya.
Oleh karena itu saat keluar rumah untuk melakukan aktivitas kerja,
informasi mengenai pelecehan seksual ditempat kerja untuk dapat terhindar dari
Dari hasil uji chi-square didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara
kekerasan di tempat kerja dengan stres kerja. Hal ini tidak sejalan dengan teori
kerja merupakan salah satu faktor penyebab stres kerja. Hasil ini juga tidak
sejalan dengan teori yang dinyatakan Health safety Executive (2006) bahwa
maupun ancaman verbal secara serius ataupun berulang juga dapat merusak
hatinya ditambah lagi dengan perasaan takut dalam dirinya apabila orang lain
mengetahui. Hal ini diperkuat oleh Yoan dan Ning (2009) yang menyatakan
bahwa adanya keengganan wanita korban kekerasan untuk berbicara, berasal dari
situasi sosial yang tidak mendukung posisi wanita tersebut ketika berusaha
S. Kemacetan
terganggu dengan kemacetan yang ada saat berangkat kerja maupun pulang
kerja. Hal ini ,mungkin karena kemacetan akan menghambat waktu tempuh
kemacetan lebih banyak yang tidak mengalami stres. Dan dari hasil uji chi-
dengan stres kerja pada wanita bekerja yang bertempat tinggal di wilayah
Kecamatan Pamulang. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang Vierdelina
(2008) yang mendapatkan bahwa belum terbukti ada hubungan yang signifikan
karena saat pergi dan pulang kerja responden sudah terbiasa menghindari
kemacetan dengan cara berangkat lebih awal namun tidak menggangu jam kerja
dan bagi yang naik kendaraan pribadi sudah terbiasa melalui jalur alternatif
untuk dapat menghidari kemacetan. Hal ini didukung oleh men health Indonesia
(2013) bahwa berangkat lebih awal dan merubah rute perjalanan merupakan
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
146
147
gaji/pendapatan.
B. Saran
1. Bagi Wanita Bekerja
a. Kembangkan ketrampilan dan perilaku yang tepat untuk memungkinkan
yang ditekuni).
Airmayanti, Diah. 2010. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja pada Pekerja
Bagian Produksi PT ISM Bogasari Flour Mills Tbk Tanjung Priok Jakarta Utara
Tahun 2009”. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN: Jakarta
Almasitoh, Ummu Hany. 2011. “Stres Kerja Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan
Dukungan Sosial pada Perawat”. PSIKOISLAMIKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI)
volume. 8 no. 1 halaman 63-82. lembaga penelitian pengembangan dan keislaman
(LP3K).
Arden, J.B. 2006. “Bekerja Tanpa Stress”. Terjemahan: Tanto Hendy. PT. Bhuana Ilmu
Populer: Jakarta
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2011. “Kecamatan Pamulang Dalam
Angka. 2011”. Tangerang Selatan.
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2012. “Kecamatan Pamulang Dalam
Angka. 2012”. Tangerang Selatan.
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2011. “Kota Tangerang Selatan Dalam
Angka. 2011”. http://tangselkota.bps.go.id/images/tda 2011/ .diakses tanggal 24
september 2012 pukul 21.17 WIB
149
150
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2012. “Kota Tangerang Selatan Dalam
Angka. 2012”. http://tangselkota.bps.go.id/images/dda 2012/index.htm diakses
tanggal 24 september 2012 pukul 21.17 WIB
Bararah,Vera Farah. 2011. “Sakit Akibat Stres Karena Macet Mengancam Penduduk
Kota”. Tersedia dalam
http://health.detik.com/read/2011/05/09/073619/1635136/763/ diakses pada 3
April 2013 pukul 10.32 WIB.
Bida, Putu. 1995. “Hubungan Faktor Instrinsik Pekerjaan, Faktor Ekstrinsik Pekerjaan,
dan Faktor Rumah Tangga Dengan Stres Kerja Pada Karyawan Conoco dan
Kontraktor di Block-B Kepulauan Natuna”. Tesis Universitas Indonesia: Depok
Canadian Centre for Occupational Health and Safety. 2013. “Violence in the
Workplace”. Tersedia dalam
http://www.ccohs.ca/oshanswers/psychosocial/violence.html diakses tanggal 8
Januari 2013 Pukul 08.57 WIB
Chusniah. 2010. “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Anak Dikalangan Wanita
Bekerja di Dusun Kesiman Lecari Sukorejo Pasuruan”. Skripsi S1 PAI Fakultas
Tarbiyah. UIN Maulana Malik Ibrahim: Malang
Deakin University. 2013. “Work Related Stress: A Short Guide for Staff”. Australia.
tersedia dalam http://www.deakin.edu.au/hr/ohs/work-stress/staff-guide-
workstress.php diakses tanggal 22 April 2013 pukul 20.25 WIB
151
Deka, Daan. 2009. “Perempuan Bekerja, Dilema tak Berujung”. Tersedia dalam
http://www.rahima.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=150:f
okus-edisi-12-perempuan-bekerja-dilema-tak-berujung&catid=32:fokus-suara-
rahima&Itemid=47 diakses tanggal 20 maret 2013 pukul 15.02 WIB.
Denny, Richard. 2011. “Membuka Kunci Potensi Kesuksesan dan Kebahagiaan Anda”.
Success for yourself eidsi III. Gramedia: Jakarta.
Fiati, Rina., Zahro, Nafi’ Inayati. 2011. “Pengaruh Teknologi Informasi, Kecerdasan
Intelektual, Emosional dan Motivasi Ekonomi Terhadap Stress Pada Wanita
Karir”. ISSN : 1979-6870. Universitas Muria Kudus: Kudus
Fiati, Rina. Zahro, Nafi’ Inayati. 2012. “Stres Kerja Pengaruhnya Terhadap Teknologi
Informasi, Kecerdasan Intelektual, Emosional Intelligent Dan Motivasi Ekonomi
Pada Wanita Karir”. Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi
Terapan (Semantik): Semarang.
Ghufroni, Jadi Nugroho Muni. 2010. “Pengaruh relokasi pasar terhadap kondisi sosial
ekonomi pedagang (studi kasus relokasi pasar Klitikan Notoharjo Kota
Surakarta)”. Tersedia dalam http://library.um.ac.id/
Harrianto Irawan. 2007. “Stres Akibat Kerja dan Penatalaksanaannya”. Vol.24 No.3.
Universa Medicina
Hawari, Dadang. 2001. “Manajemen Stres Cemas dan Depresi”. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta
Health and Safety Executive. 2006. “Violence at Work a Guide for Employers”. Tersedia
dalam http://www.hse.gov.uk/pubns/indg69.pdf diakses tanggal 8 januari 2013 pukul
08.55 WIB.
152
Hoffman, Wladis dan Nye, Ivan (1984). Working Mothers. Jossey-Bass Publisher
Irawan, R. Andhi. 2010. “Analisis Pengaruh Stres Kerja dan Gaya Kepemimpinan
terhadap Kinerja Karyawan pada P.D BPR Jepara Artha”. Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi UNDIP: Semarang
Kalimo, R., batawi, M.A.E., Cooper, C. L., dkk. 1987. Psychological Factors at Work
and Their Relation to Health. World Health Organization: Geneva
Kardamo, S. (1988). Manajemen wanita bekerja yang efektif. Jakarta : Balai Pustaka.
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. 2013. “Korban Berjuang, Publik
Bergerak: Menyoal Stagnansi Sistem Perlindungan Negara terhadap Perempuan
Korban Kekerasan”. Lembar Fakta catatan tahunan Komnas Perempuan Tahun
2012. Tersedia dalam http://www.komnasperempuan.or.id/wp-
content/uploads/2013/03/Lembar-Fakta-Catahu-2012-_Launching-7-Maret-
2013_.pdf. ,diakses tanggal 10 Mei 2013 Pukul 10.20 WIB.
Kosnin, Mohd.Azlina; Lee, Tan Sew. 2008. “Pengaruh Personality Terhadap Kepuasan
Kerja dan Stres Kerja Guru”. Jurnal Teknologi, 48(E) Halaman 33-47. Universiti
Teknologi Malaysia: Johor Baru.
Lianasari, Dwi. 2009. “Sumber Stres Karyawan Lini Depan Perbankan: Studi Kasus PT.
Bank Rakyat Indonesia (persero) TBK Cabang Jakarta-Pasar Minggu Dan
Depok”. Skripsi Universitas Indonesia: Depok.
Maurits, L.S. dan Widodo, Imam Djati. 2008. “Faktor dan Penjadualan Shift Kerja”.
Jurnal Teknoin volume 13, no.2 h.11-22. ISSN:0853-8697.
154
Mayasari, Ni Made Dwi Ariani. 2011. “Pengaruh Konflik Pekerjaan Keluarga Terhadap
Stress Kerja Perawat Wanita Rumah Sakit Balimed Denpasar Dengan Dukungan
Sosial Sebagai Variabel Moderasi”. Thesis. Universitas Udayana: Bali
Miller. David. 2000. “Dying to Care? Wrok, Stres and burnout in HIV/AIDS”.
Routledge. London.
Mizmir. 2011. “Hubungan Burnout dengan Kepuasan Kerja Pustakawan di Pusat Jasa
Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia”. Skripsi
Universitas Indonesia: Depok.
Novendra, Very. 1994. “Gambaran Umum Stres Kerja dan Faktor-faktor yang Berpengaruh
pada Pekerja di Balai Yasa Traksi Manggarai”. Skripsi. Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia: Depok
Nugrahani, Salafi. 2008. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja Pada
Pekerja Bagian Operasional PT.GUNZE Indonesia Tahun 2008”. Skripsi
Universitas Indonesia: Depok.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No.31 Tahun 2006. “Sistem Pelatihan Kerja
Nasional”.
Pramudya W, Felix. 2008. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja (studi kasus
pada perawat di RSKO Tahun 2008)”. Tesis. Universitas Indonesia. Depok
Putri, Siska Adinda Prabowo. 2011. “Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Stres Kerja
Pada Karyawan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana Semarang”. Majalah
Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No.1 Januari 2011
Rahmah, Laily. 2011. “Atribusi tentang kegagalan pemberian ASI pada ibu pekerja
(sebuah studi fenomenologi)”. Proyeksi, Volume 6 (1), Halaman 62-70, April
2011. Universitas Islam Sultan Agung: Semarang.
Retnaningtyas, Dwi. 2005. “Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja
Di Bagian Linting Rokok PT Gentong Gotri Semarang”. Skripsi S1. Universitas
Indonesia: Depok
Sapta, Rendy Dwi. 2009. “Analisis dampak kemacetan lalu lintas terhadap sosial
ekonomi pengguna jalan dengan contingent valuation method (CVM) (Studi kasus:
Kota Bogor, Jawa Barat)”. Skripsi Institut Pertanian Bogor : Bogor
Saragih Harlen. 2008. “Pengaruh Karakteristik Organisasi dan Individu terhadap Stres
Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Porsea”. Tesis
S2 Sekolah Pascasarjana USU: Medan
Seaward, Brian Luke. 1994. “Managing Stress”. Jones and Barlett Publishers: London
Suranto, A. & Subandi, A. (1998). Wanita yang menentang kodrat. Jakarta : Erlangga.
Suroso, Arif Imam. Siahaan, Rotua. 2006. “Pengaruh Stres Dalam Pekerjaan Terhadap
kinerja Karyawan Studi Kasus Di Perusahaan Agribisnis PT.NIC”. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Susilo, Tri. 2007. “Analisis Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Dan Non Fisik Terhadap
Stress Kerja Pada PT. Indo Bali di Kecamatan Negara, Kabupaten Jimbaran,
Bali”. Jurnal TEKMAPRO volume 2 no.2 tahun 2007. UPN Veteran Jawa Timur:
Surabaya
Syarifuddin, Dian. 2013. “VMware New Way of Life Mengungkap Bahwa Orang
Indonesia Lebih Menyukai Menggunakan Teknologi Milik Sendiri Untuk
Bekerja”. Tersedia dalam http://www.jagatreview.com/2013/02/pr-vmware-new-
way-of-life-mengungkap-bahwa-orang-indonesia-lebih-menyukai-menggunakan-
teknologi-milik-sendiri-untuk-bekerja/ diakses tanggal 21Maret2013 Pukul 17.33
WIB.
Tunjungsari, Peni. 2011. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Pada Kantor Pusat PT.Pos Indonesia (Persero). Universitas Komputer Indonesia.
Bandung
Vierdelina, Nadya. 2008. “Gambaran Stres Kerja dan factor-Faktor yang Berhubungan
pada Pengemudi Bus Patas 9B Jurusan Bekasi Barat-Cililitan/Kampung
Rambutan Tahun 2008”. Skripsi. Universitas Indonesia: Depok.
Wardhani, Yurika Fauzia dan Lestari Weny. (2007). “ Gangguan Stres Pasca Trauma
pada Korban Pelecehan Seksual dan Perkosaan”. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sistim dan Kebijakan Kesehatan: Surabaya
Wijayanti. 2009. “Glass Ceiling Dalam Karir Wanita, Mampukah Wanita Mengatasi
Glass Ceiling ?”. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Dalam
http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/segmen/issue/view/55 diakses tanggal 7 Mei
2013 pukul 23.58 WIB.
World Health Organization. 2003. “Work Organization And Stress: Systematic Problem
Approaches For Employers, Manager, And Trade Union Representatives”.
Protecting Worker’s Health Series no.3. Author: Leka, Stavroula; Griffiths,
Amanda; Cox, Tom. Tersedia dalam
http://www.who.int/occupational_health/publications/en/oehstress.pdf diakses
tanggal 27 juni 2012 pukul 02.09 WIB.
Wulanyani, Swasti. dan Sudiajeng, Lilik. 2006. “Stres Kerja Akibat Konflik Peran Pada
Wanita Bali”. Anima, Indonesian Psycgological Journal Volume 21 No. 2
Halaman 192-195.
Yoan dan Ning. 2009. “Dunia Menolak Kekerasan Terhadap Perempuan”. Fokus edisi
20. Tersedia dalam
http://www.rahima.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=158:fo
kus-edisi-20-dunia-menolak-kekerasan-terhadap-perempuan&catid=32:fokus-
suara-rahima&Itemid=47 diakses tanggal 7 mei 2013 pukul 15.30 WIB.
159
Yuda, Muchti Pratama. 2010. “Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Stres
Kerja pada Wanita Bekerja”. Skripsi S1. Unversitas Sumatera Utara
KUESIONER PENELITIAN
163
LEMBAR KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA PADA
WANITA BEKERJA DI WILAYAH KECAMATAN PAMULANG
KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2013
Petunjuk Pengisian:
Mohon terlebih dahulu mengisi tanda tangan di samping tanda tangan peneliti.
Isilah identitas diri anda di kolom “Identitas Responden” yang sudah tersedia.
Berilah tanda silang (X) pada angka (0) atau (1) yang ada pada kolom pertanyaan
sesuai dengan jawaban anda.
Jika anda selesai, periksalah kembali jawaban anda, jangan sampai ada yang
terlewati!
A1 Nama : [ ]
A2 Umur : [ ]
Alamat Lengkap :
A3 Blok/Nomor Rumah : [ ]
Kelurahan :
A4 No. Telpon/HP: [ ]
B. FAKTOR ORGANISASIONAL
B1 Kurangnya Otonomi (Diisi oleh Peneliti)
Apakah pekerjaan sekarang ini memungkinkan anda bisa
membuat keputusan sendiri tentang bagaimana menjadwalkan
B1.1 [ ]
pekerjaan anda?
0. Tidak
1. Ya
164
Apakah pekerjaan sekarang ini memungkinkan anda bebas
menentukan urutan hal-hal yang akan dilakukan pada
B1.2 [ ]
pekerjaan?
0. Tidak
1. Ya
Apakah pekerjaan ini memungkinkan anda bisa merencanakan
0. Tidak
1. Ya
Apakah pekerjaan sekarang ini memungkinkan anda dapat
B1.5 membuat banyak keputusan anda sendiri? [ ]
0. Tidak
1. Ya
Apakah pekerjaan sekarang ini menyediakan anda kebebasan
B1.6
(keleluasaan) yang signifikan dalam pengambilan keputusan? [ ]
0. Tidak
1. Ya
Apakah pekerjaan sekarang ini memungkinkan anda untuk
membuat keputusan mengenai metode apa yang akan anda
B1.7 gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan anda? [ ]
0. Tidak
1. Ya
Apakah pekerjaan sekarang ini memberi anda kesempatan yang
cukup bebas dalam menentukan bagaimana anda melakukan
B1.8 [ ]
pekerjaan?
0. Tidak
1. Ya
165
Apakah pekerjaan sekarang ini memungkinkan anda untuk
memutuskan sendiri bagaimana cara anda melakukan pekerjaan
B1.9 anda? [ ]
0. Tidak
1. Ya
B2 Beban Kerja (Diisi oleh Peneliti)
Apakah anda merasa pekerjaan yang dibebankan kepada anda
166
B4 Pelatihan (Diisi oleh Peneliti)
Apakah dari awal anda bekerja sampai sekarang anda pernah
mendapatkan pelatihan yang bertujuan agar anda dapat
B4.1 mengerjakan pekerjaan anda? [ ]
167
B.6 Hubungan Dengan Atasan/Majikan (Diisi oleh Peneliti)
Bagaimana pola hubungan dan dukungan yang anda dapat dari
atasan / majikan?
0. Buruk
B.6 [ ]
1. Baik
(Jika tidak punya atasan/majikan tidak perlu diisi, silahkan
lanjut ke pertanyaan berikutnya)
B.7 Perkembangan Teknologi (Diisi oleh Peneliti)
Apakah anda merasa bisa ketika dihadapkan dengan cara kerja
atau alat kerja yang baru untuk digunakan dalam pekerjaan
B.7 anda? [ ]
0. Tidak
1. Ya
B.8 Bertambahnya Tanggung Jawab Tanpa Pertambahan Gaji (Diisi oleh Peneliti)
Apakah gaji yang anda terima telah sesuai dengan tanggung
B.8 jawab yang anda laksanakan? [ ]
0. Tidak
1. Ya
C. FAKTOR INDIVIDU
C.1 Pertentangan Antara Karir Dan Tanggung Jawab Keluarga (Diisi oleh Peneliti)
Apakah keluarga anda mendukung pekerjaan anda saat ini?
C.1.1 [ ]
0. Tidak
1. Ya
Apakah anda selalu tepat waktu masuk kerja walaupun harus
C.1.2 mengurus /membantu keluarga anda sebelum berangkat? [ ]
0. Tidak
1. Ya
Apakah keluarga anda mengizinkan apabila anda sering bekerja
C.1.3 lembur? [ ]
0. Tidak
1. Ya
168
Apakah anda diberikan izin oleh keluarga jika anda kerja pada
C.1.4 malam hari? [ ]
0. Tidak
1. Ya
C.2 Ketidakpastian Ekonomi (Diisi oleh Peneliti)
Apakah penghasilan yang anda dapatkan selalu tetap setiap
C.2.1 bulannya? [ ]
0. Tidak
1. Ya
Apakah anda merasa pemasukan keuangan anda dapat
C.2.2 memenuhi kebutuhan anda setiap bulannya? [ ]
0. Tidak
1. Ya
C.3 Penghargaan Kerja (Diisi oleh Peneliti)
Apakah anda merasa tunjangan , fasilitas, ataupun kata-kata
pujian yang diberikan orang yang mempekerjakan anda,
maupun penghargaan yang anda dapatkan dari pihak lain sudah
C.3 sepadan dengan usaha yang anda kerjakan dalam mencari [ ]
nafkah?
0. Tidak
1. Ya
C.4 Kejenuhan Kerja (Diisi oleh Peneliti)
Apakah anda merasa tidak suka/ bosan dalam mengerjakan
C.4 pekerjaan anda? [ ]
0. Ya
1. Tidak
C.5 Perawatan Anak Yang Tidak Adekuat (Diisi oleh Peneliti)
Apakah anda dapat mengasuh anak dengan baik tanpa
mengganggu pekerjaan anda?
C.5 0. Tidak [ ]
1. Ya
(jika belum memiliki anak tidak perlu diisi, silahkan lanjut ke
pertanyaan C.6)
169
C.6 Hubungan Dengan Rekan Kerja (Diisi oleh Peneliti)
Bagaimana pola hubungan dan dukungan yang anda dapat dari
rekan kerja yang masih ada hubungannya dengan pekerjaan
C.6 [ ]
anda?
0. Buruk
1. Baik
D. FAKTOR LINGKUNGAN
D.1 Kondisi Lingkungan Kerja (Diisi oleh Peneliti)
Apakah anda merasa nyaman dengan kondisi lingkungan kerja
anda?
D.1.1 [ ]
0. Tidak
1. Ya
Apakah anda merasa nyaman dengan keramaian di tempat
D.1.2
kerja anda? [ ]
0. Tidak
1. Ya
Apakah anda nyaman dengan suhu lingkungan/sirkulasi udara
170
0.Ya 1. Tidak
Tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu
0.Ya 1. Tidak
Gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual
0.Ya 1. Tidak
Ajakan berkencan dengan iming-iming atau ancaman
0.Ya 1. Tidak
Ajakan melakukan hubungan seksual sampai perkosaan
0.Ya 1. Tidak
D.3 Kekerasan Di Tempat Kerja (Diisi oleh Peneliti)
Apakah anda pernah mendapat perlakuan di bawah ini dari
rekan atau pelanggan maupun atasan anda?
Perilaku yang mengancam
(misal: menghancurkan properti atau melempar benda ke anda,
menggebrak meja/pintu/dinding)
0.Ya 1. Tidak
Perkataan atau tulisan yang berisi ancaman
0.Ya 1. Tidak
D.3 Dilecehkan [ ]
(setiap perilaku yang merendahkan, mempermalukan, menghina,
ataupun mengganggu mental)
0.Ya 1. Tidak
Di caci maki
0.Ya 1. Tidak
Kekerasan Fisik
(misal: dipukul, disikut, didorong, atau ditendang)
0.Ya 1. Tidak
D.4 Kemacetan Saat Pergi Dan Pulang Kerja (Diisi oleh Peneliti)
Apakah kemacetan yang anda rasakan saat berangkat maupun
171
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda centang ( ) pada kolom indikator dengan memilih satu pilihan
yaitu jawaban Tidak Pernah, Kadang-Kadang, atau Sering.
Jika anda selesai, periksalah kembali jawaban anda, jangan sampai ada yang
terlewati.
INDIKATOR PERUBAHAN AKIBAT STRES KERJA
Diisi Oleh
No. Perubahan Fisiologis, Psikologis, dan Tidak Kadang- Sering
Peneliti
Perilaku selama 1 bulan terakhir Pernah (0) Kadang (1) (2)
Perubahan Fisiologis
1.
Sakit kepala atau pusing [ ]
[Saat tenang dan tiba-tiba terjadi]
2. Sakit punggung
[Bukan karena kurang minum, bukan
karena habis berolahraga atau bukan [ ]
karena habis melakukan aktifitas yang
berat]
3. Gangguan menstruasi [ ]
4. Asma atau sesak nafas
[ ]
[Saat tenang dan tiba-tiba terjadi]
5. Gangguan pencernaan pada
lambung dan usus
[ ]
(mag atau lainnya)
[Bukan karena salah makan]
6. Susah tidur (Insomnia) [ ]
7. Buang air besar lebih dari 2kali
berturut-turut [Bukan karena salah [ ]
makan]
8. Telinga berdenging
[Bukan karena bising, tapi saat tenang [ ]
dan tiba-tiba terjadi]
9. Menggertakan gigi di malam hari
[ ]
pada waktu tidur
172
INDIKATOR PERUBAHAN AKIBAT STRES KERJA
Diisi Oleh
No. Perubahan Fisiologis, Psikologis, dan Tidak Kadang- Sering
Peneliti
Perilaku selama 1 bulan terakhir Pernah (0) Kadang (1) (2)
10. Sakit sendi di bagian rahang [ ]
173
INDIKATOR PERUBAHAN AKIBAT STRES KERJA
Diisi Oleh
No. Perubahan Fisiologis, Psikologis, dan Tidak Kadang- Sering
Peneliti
Perilaku selama 1 bulan terakhir Pernah (0) Kadang (1) (2)
Perubahan psikologis
23. Mudah marah. [Saat tenang, tiba-
174
LAMPIRAN 3
OUTPUT SPSS UNIVARIAT
175
Statistics
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 16.70 2.73 1.30 4.90 2.80 1.29 2.64
Median 16.00 3.00 2.00 4.00 3.00 1.00 3.00
a
Mode 8 3 2 3 2 1 3
Std. Deviation 9.842 1.017 .931 2.878 .948 .672 .640
Stres_Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
176
Beban_Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Relokasi_Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kondisi_Relokasi_Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pelatihan_Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenjang_Karir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
177
karir
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Atasan_or_Majikan
Hubungan_dgn_Atasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Perkembangan_Teknologi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tambah_Tanggungjawab_tanpa_tambah_Gaji
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Ya 80 32.3 32.3 32.3
Tidak 168 67.7 67.7 100.0
Total 248 100.0 100.0
Pertentangan_Pekerjaan_Keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
178
Ketidakpastian_ekonomi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Penghargaan_Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kejenuhan_Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Perawatan_Anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
179
Hubungan_Rekan_Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kondisi_Lingkungan_Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pelecehan_Seksual
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kekerasan_di_Tempat_Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kemacetan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
180
OUTPUT SPSS BIVARIAT LAMPIRAN 4
Beban_Kerja * Stres_Kerja
Beban_Kerja * Stres_Kerja Crosstabulation
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39.29.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
181
Kondisi_Relokasi_Kerja * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
182
Pelatihan_Kerja * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 43.03.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Odds Ratio for Pelatihan_ Kerja (Kurang / Cukup) 1.325 .788 2.226
For cohort Stres_Kerja = Stres 1.138 .900 1.437
For cohort Stres_Kerja = Tidak Stres .859 .645 1.144
N of Valid Cases 248
183
Karir * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Meningkat Count 22 32 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.36.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
184
Hubungan_dgn_Atasan * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.73.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
185
Perkembangan_Teknologi * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.05.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
186
Tambah_Tanggungjwb_tnp_tambah_Gaji * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Tambah_Tanggungjwb Ya Count 53 27 80
_tnp_tambah_Gaji % within 66.2% 33.8% 100.0
Tambah_Tanggungjwb_tnp_tambah_Gaji %
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37.42.
b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate
187
Pertentangan_Pekerjaan_Keluarga * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Tidak Count 78 69
Terganggu % within Pertentangan_ Pekerjaan _Keluarga 53.1% 46.9% 100
Total Count 132 116
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 47.24.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
188
Ketidakpastian_ekonomi * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 48.18.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
189
Penghargaan_Kerja * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35.08.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
190
Kejenuhan_Kerja * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27.13.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
191
Perawatan_Anak * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.61.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
192
Hubungan_Rekan * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.74.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
193
Kondisi_Lingkungan_Kerja * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Baik Count 89 90
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 32.27.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
194
Pelecehan_Seksual * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 30.40.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
195
Kekerasan_di_Tempat_Kerja * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Tidak
Stres Stres Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.97.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
196
Kemacetan * Stres_Kerja
Crosstab
Stres_Kerja
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 41.16.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
197