TESIS
ESTER ISMAYANTI
1106118893
TESIS
ESTER ISMAYANTI
1106118893
Penulis
NPM : 1106118893
Judul : Training Management Information Systems In Bapelkes West Java Provincial Health
Office
Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat perlu di dukung oleh sumber daya manusia kesehatan
yang memadai. Pendidikan dan pelatihan merupakan bentuk kegiatan kompetensi sumber daya
manusia untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Agar pelatihan dilaksanakan
sesuai kebutuhan perlu dilakukan analisis kebutuhan diklat, merancang desain kurikulum sesuai
tujuan, pelaksanaan akreditasi diklat guna mendapat sertifikat dan evaluasi diklat. Tujuan studi
ini untuk membangun model sistem informasi diklat untuk mempermudah proses pengolahan
dan analisis data diklat di Bapelkes. Studi menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
pengembangan Sistem Development Life Cycle (SDLC). Penelitian dilakukan di Bapelkes
Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian dikatakan bahwa pengolahan dan analisis data hasil
Analisis Kebutuhan Diklat (AKD), penilaian akreditasi diklat, penilaian hasil evaluasi
penyelenggaraan dan evaluasi pasca diklat masih tidak tepat waktu, input data berulang-ulang
sehingga mengakibatkan kegiatan pelaporan menjadi kurang efisien, pelaksanaan akreditasi
masih belum optimal karena terlalu banyak variabel penilaian yang harus dinilai. Kesimpulan
penelitian terbangunnya model sistem informasi manajemen diklat untuk meningkatkan proses
pengolahan dan analisa data serta tersedianya tambahan informasi yang tidak dihasilkan oleh
sistem sebelumnya.
Kata Kunci:
Sistem Informasi, Manajemen Diklat, Pengolahan dan Analisa Data Diklat, Bapelkes Dinkes
Provinsi Jawa Barat.
NPM : 1106118893
Title : Training Management Information Systems In Bapelkes West Java Provincial Health
Office
Health Services to the community needs to be supported by the human resources adequate
healthcare. Education and training is a form of human resource competency activities to improve
knowledge, attitudes and skills. For training to be implemented according to the needs necessary
training needs analysis, designing the curriculum design goals, the implementation of training
and education in order to get a certificate of accreditation and evaluation of training. The purpose
of this study to build a model of the system to facilitate the training of information processing
and data analysis training in Bapelkes. The study used a qualitative approach to system
development methods Development Life Cycle (SDLC). The study was conducted in Bapelkes
West Java Province. The results say that the processing and analysis of data from Training Needs
Analysis (AKD), assessment and training accreditation, assessment and evaluation of the results
of post-training evaluation was not timely, repetitive data input, resulting in a less efficient
reporting activities, the implementation of accreditation is not yet optimal because too many
variables to be assessed valuation. Conclusion The establishment of research training model of
management information system to improve the processing and analysis of data and the
availability of additional information that is not generated by the previous system.
Key Word:
Information Systems, Training Management, Processing and Analysis of Data from Training,
Bapelkes West Java Provincial Health Office
6.1 Pembahasan Identifikasi Masalah Sistem Informasi Manajemen Diklat .....…………… 109
6.2 Pembahasan Prototype Basis data Sistem informasi Manajemen Diklat ……...……… 117
LAMPIRAN
Gambar 5.18 Form menu Input Nilai Pengetahuan Alumni ................................................. 100
Gambar 5.19 Form menu Input Nilai Sikap Alumni ............................................................ 101
Gambar 5.20 Form Menu Input Nilai keterampilan Alumni ................................................ 101
Gambar 5.22 Form menu Output Grafik Prioritas Diklat Hasil TNA .................................... 102
Gambar 5.23 Form Menu Output Laporan Hasil AKD/TNA ................................................ 103
Gambar 5.24 Form Menu Output Grafik Penilaian Komponen Akreditasi Diklat.................... 103
Gambar 5.26 Form Menu Output Laporan Evaluasi Peserta ................................................. 104
Gambar 5.28 Form Menu Output Nilai Pengetahuan Alumni ............................................... 105
Gambar 5.30 Form Menu Output Nilai Keterampilan Alumni .............................................. 106
WI : Widyaiswara
SI : Sistem Informasi
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
tugas jabatan secara professional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai
kebutuhan instansi, memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat, menciptakan kesamaan visi dan
dinamika pola pikir.
Analisis kebutuhan diklat adalah proses kegiatan bertujuan untuk menemukan adanya
kesenjangan antara pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan perilaku pegawai pada
suatu unit organisasi yang dapat ditingkatkan melalui diklat. Dalam menentukan jenis diklat
maupun materi atau substansi yang diberikan dalam diklat harus dengan kebutuhan peserta
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian tentang jenis
diklat apa yang dibutuhkan oleh anggota organisasi untuk meningkatkan kinerja dan kinerja
organisasi, sehingga diklat yang diselenggarakan tidak menghabiskan sumber daya cuma-
cuma, tanpa menghasilkan daya ungkit yang besar bagi organisasinya (Munir Baderel, 2004).
Pelaksanaan kegiatan diklat masih banyak yang dilaksanakan tanpa didahului oleh
analisis kebutuhan diklat. Hal ini berakibat diklat cenderung tidak menghasilkan hal yang
positif baik bagi peserta diklat sendiri atau bagi lembaga/institusi pengirim. Tentu saja hal ini
sangat merugikan, karena kegiatan diklat membutuhkan dana, tenaga yang tidak
menghasilkan apa-apa. Padahal sebuah diklat diadakan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan para pesertanya yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas dan
Universitas Indonesia
Pada hakekatnya diklat adalah suatu sistem pembelajaran, mutu diklat sangat
tergantung pada mutu komponen-komponennya serta kerja sama diantara komponen tersebut
sehingga menimbulkan efek sinergis. Komponen-komponen tersebut adalah peserta,
pelatih/fasilitator, kurikulum, panitia penyelenggara. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan (Pasal 13) menetapkan bahwa diklat wajib memenuhi
persyaratan tersedianya calon peserta diklat, tenaga pelatih, kurikulum, sumber dana yang
menjamin kelangsungan penyelenggaraan diklat serta sarana dan prasarana.
Universitas Indonesia
Dalam sistem kediklatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Diklat Jabatan PNS dan
beberapa pedoman pelaksanaan teknisnya, menekankan pentingnya proses evaluasi diklat
dalam rangka peningkatan efektivitas penyelenggara diklat. Mekanisme evaluasi yang
diterapkan dalam sistem kediklatan PNS meliputi pertama, evaluasi terhadap peserta untuk
menilai sejauh mana peserta memahami pembelajaran baik yang meliputi pengetahuan,
keterampilan maupun sikap. Kedua evaluasi terhadap kinerja penyelenggara diklat dan tenaga
pengajar atau disebut dengan evaluasi reaksi peserta terhadap penyelenggaraan diklat. Ketiga,
evaluasi pasca diklat yang dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan yang
sudah diajarkan selama diklat berdampak terhadap kinerja di tempat kerjanya.
Keberhasilan program kerja suatu organisasi sangat ditentukan oleh kualitas sumber
daya mulai dari tingkat manajer, staf sampai ke tingkat pelaksana di lapangan. Oleh karena
itu peningkatan kualitas sumber manusia organisasi menjadi isu yang sangat penting dan
perlu mendapat perhatian yang besar dari pimpinan organisasi.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil guna dan daya guna kegiatan penyelenggaraan
diklat diperlukan adanya sistem yang dapat menyediakan data yang lengkap, akurat dan tepat
waktu (real time) sebagai informasi untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dalam
Universitas Indonesia
Hasil observasi yang dilakukan pada sistem yang ada di Bapelkes, informasi
pelaksanaan kegiatan Analisis kebutuhan Diklat, pelaksanaan akreditasi diklat, pelaksaanan
evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat dan evaluasi terhadap pasca diklat belum dianalisis
secara sempurna sehingga kurang mencerminkan keadaan keberhasilan program diklat,
dengan perkataan lain belum dapat disajikan informasi secara cepat dan akurat. Walaupun
pencatatan dan pelaporan sudah memakai komputer sebagai alat bantu tetapi dalam hal
pengolahan data dan analisis data masih dilakukan secara manual, disamping itu pengelolaan
data diklat selama ini masih belum menggunakan basis data dan tidak terintegrasi sehingga
menyulitkan pengguna jika ingin menelusuri data beberapa tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan masih kurangnya kualitas sumber daya manusia dalam memanfaatkan teknologi
informasi yang sudah ada.
Universitas Indonesia
informasi yang dihasilkan oleh sistem dijadikan sebagai masukan dalam perencanaan
kegiatan penyelenggaraan diklat.
Pengolahan dan analisis data hasil kegiatan analisis kebutuhan diklat, penilaian
akreditasi diklat, penilaian evaluasi penyelenggraan diklat berupa evalusi pre test, post test
peserta, evaluasi fasilitator, evaluasi panitia penyelenggaraan, evaluasi pasca diklat terhadap
alumni diklat masih manual, data yang akan diolah begitu banyak sehingga laporan dari
kegiatan tersebut masih mengalami keterlambatan.
1. Menganalisis permasalahan sistem informasi diklat yang tengah berjalan saat ini untuk
mengetahui kelemahan sistem yang ada sebagai bahan menyusun rekomendasi untuk
perbaikan sistem.
2. Mengidentifikasi kebutuhan sistem informasi diklat melalui studi kelayakan sistem di
Bapelkes Dinkes Provinsi Jawa Barat
3. Menyusun rancangan model sistem informasi diklat yang sesuai dengan kebutuhan guna
mendukung sistem manajemen diklat.
Universitas Indonesia
Hasil dari pengembangan sistem ini bermanfaat bagi pengelola program diklat dapat
memudahkan pengolahan dan analisa data sehingga dapat menyajikan informasi
penyelenggaraan diklat secara akurat, cepat, dan tepat waktu dan juga menjadi dasar bagi
para pengambil keputusan untuk perencanaan program diklat selanjutnya. Manfaat lain yang
diharapkan adalah dapat mengurangi kesalahan input, proses dan output data yang mungkin
terjadi dan mengurangi kemungkinan hilangnya data yang diakibatkan proses manual serta
efisiensi sumber daya diklat.
1.5 Ruang Lingkup
Pengembangan sistem dilaksanakan di Bapelkes Dinkes Provinsi Jawa Barat.
Informasi didapatkan dari laporan analisis kebutuhan diklat tahun 2011, dokumen akreditasi
diklat, laporan evaluasi penyelenggaraan diklat dan laporan evaluasi pasca diklat yang berasal
dari anggaran APBD Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam The World Bank Report (1992), dikatakan bahwa pengembangan sumber daya
manusia mencakup pendidikan diklat, kesehatan, gizi, penurunan vertilitas, kemampuan
administratif dan kewirausahaan, serta penelitian dan teknologi. Soekijo Notoatmojo (2003)
memberikan pengertian pengembangan sumber daya manusia dalam dua pengertian yaitu:
dalam aspek fisik (berkaitan dengan kesehatan dan gizi) dan aspek non fisik yang berkaitan
dengan pendidikan dan diklat.
Pengertian lain mengenai pengembangan sumber daya manusia disampaikan oleh T
Hani Handoko (2003) mengatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia pada
hakekatnya merupakan upaya untuk menyiapkan para pegawai guna memegang
tanggungjawab pekerjaan di waktu yang akan datang (baik pegawai baru maupun pegawai
lama). Proses pengembangan sumber daya manusia berkaitan erat dengan konsep pendidikan
dan diklat yaitu sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk mencapai suatu
pengembangan. Dari berbagai konsep dan teori tentang pendidikan dan diklat, pada
umumnya adalah agar dengan pendidikan dan diklat diharapkan terdapat adanya peningkatan
kinerja, yaitu berupa penyempurnaan kemampuan dan produktifitas pegawai dalam
menjalankan tugasnya saat ini, melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
2.2 Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan Pelatihan merupakan suatu bentuk investasi jangka pendek untuk
membantu meningkatkan kemampuan para pegawai dalam melaksanakan tugasnya (Siagian,
2009). Diklat merupakan upaya pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi untuk
pemenuhan kebutuhan dan untuk mencapai tujuan organisasi. Diklat dianggap berhasil
apabila menyiapkan penampilan sumber daya manusia yang seharusnya seperti yang
diinginkan oleh organisasi penyelenggara diklat. Peran pelatih membantu membelajarkan
peserta diklat untuk mengubah perilaku yang biasa ditampilkan menjadi perilaku yang
diharapkan oleh organisasi.
Notoatmojo (2003) diklat (training) adalah merupakan bagian dari suatu proses
pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus
seseorang atau sekelompok orang. Diklat yang diikuti oleh peserta diharapkan dapat
meningkatkan kemampuannya baik dalam pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Diklat
Universitas Indonesia
merupakan kegiatan yang pada umumnya lebih menekankan pada kemampuan psikomotor
dengan didasari pengetahuan dan sikap
Skiner (1938) dalam Soekidjo, seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan
demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus Organisme Respons,
sehingga teori skinner ini disebut teori “SOR” (stimulus, organism, respons).
Berdasarkan teori “SOR” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam
bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan. Bentuk perilaku tertutup yang dapat diukur adalah pengetahuan dan
sikap.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa
tindakan, atau praktek ini dapat diamati oleh orang lain dari luar.
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom
dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran dan indera penglihatan. Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis
besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: tahu, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Sikap (attitude)
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang,
setuju-tidak setuju, baik-tidak naik dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli
Universitas Indonesia
psikologi social menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi
sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Seperti halnya
pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, antara
lain: menerima, menanggapi, menghargai, bertanggung jawab
3. Tindakan atau praktek (practice)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak
(praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab terwujudnya tindakan
perlu factor lain yaitu adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan
dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:
a. Praktek terpimpin
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktekkan sesuatu hal
secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
c. Adopsi
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa
yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi atau tindakan yang berkualitas (Soekidjo, 2005).
2.4 Kompetensi
Eksistensi sumber daya manusia perlu mendapat perhatian khusus, berkaitan dengan
strategi peningkatan kualitas dan kompetensinya. Peningkatan kompetensi sumber daya
manusia dalam mengemban tugasnya melalui diklat adalah berorientasi pada standar
kompetensi jabatan sesuai dengan tantangan reformasi dan globalisasi yang tentu saja
disesuaikan dengan kebutuhan stakeholdernya. Kualitas aparatur tidak mungkin meningkat
tanpa adanya usaha-usaha yang konkrit untuk meningkatkannya. Oleh karena itu diklat perlu
terus ditingkatkan agar sumber daya manusia benar-benar memiliki kompetensi dalam
melaksanakan tugasnya secara professional.
Kompetensi jabatan SDM aparatur secara umum adalah kemampuan dan karakteristik
yang dimiliki PNS berupa pengetahuan, sikap dan perilaku, yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya (Mustopadidjaja, 2002). Disinilah kompetensi menjadi satu
karakteristik yang mendasari individu atau seseorang mencapai kinerja tinggi dalam
Universitas Indonesia
Dalam diklat terdapat proses integral dimana satu sama lain saling mempengaruhi
yang dikenal dengan istilah Manajemen Diklat. Manajemen Diklat terdiri dari proses
pengkajian diklat (training need assessment/TNA), perumusan tujuan diklat, perumusan
kurikulum, penyelenggaraan diklat dan evaluasi diklat. Dengan menerapkan manajemen
diklat diharapkan diklat yang diselenggarakan berdampak produktif, efektif dan efisien,
karena diklat yang diselenggarakan sesuai kebutuhan (LAN RI, 2003). Berikut ini adalah
gambar siklus kegiatan diklat.
Universitas Indonesia
Pengkajian
kebutuhan
diklat
Evaluasi Perumusa
Program n tujuan
diklat diklat
Pelaksanaa Merancang
n Program program
Diklat diklat
Universitas Indonesia
pemberian nilai pencapaian tujuan. Menurut Gryson, sebagaimana dijelaskan dalam Modul
Analisis Kebutuhan Diklat dan Kurikulum, kurikulum adalah suatu perencanaan untuk
mendapatkan keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Kurikulum
mengandung 4 elemen : 1) isi (content), b) strategi pembelajaran (teaching-learning
strategies), c) proses penilaian (assessment process), d) evaluasi proses (evaluation
processes). Penyusunan kurikulum pada program diklat harus responsif menjawab
permasalahan-permasalahan yang akan dipecahkan melalui diklat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan tujuan-tujuan / kinerja yang diharapkan tercipta pada suatu organisasi (Baderel
Munir, 2004).
D. Pengertian Analisis Kebutuhan Diklat
Analisis kebutuhan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk menemukan
dan mengenali adanya suatu kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat
ditingkatkan melalui diklat. Rosset dan Arwady menyebutkan bahwa analisis kebutuhan
diklat adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam analisis untuk memahami permasalahan
kinerja atau permasalahan yang berkaitan dengan penerapan teknologi baru (Baderel Munir,
2004).
E. Tujuan Analisis Kebutuhan Diklat
- Sebagai dasar penyusunan program diklat
- Diskrepansi kompetensi dijadikan tujuan diklat
- Sebagai masukan bagi organisasi tindak lanjut kegiatan dan menentukan prioritas
program
- Menjaga dan meningkatkan produktifitas kerja
- Menghadapi kebijakan dan tugas baru
F. Manfaat Analisis Kebutuhan Diklat
- Diklat akan sesuai dengan kebutuhan organisasi, jabatan maupun individu
pegawai
- Menjaga dan meningkatkan motivasi peserta dalam mengikuti diklat
- Efisiensi biaya organisasi
- Memahami masalah yang timbul dalam organisasi
G. Fungsi analisis kebutuhan diklat
- Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan tugas atau pekerjaan
- Mengidentifikasi kritis yang bisa mengatasi masalah kinerja
- Memperoleh prioritas untuk memilih tindakan yang tepat
- Memperoleh informasi tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang tidak
dimiliki karyawan yang tidak mampu berunjuk kerja
H. Manfaat identifikasi dan indikator kebutuhan diklat
1. Langsung
a. MenghasilkanProgram diklat yang disusun sesuai kebutuhan
b. Sebagai dasar yang kuat dalam penyusunan program diklat
c. Menumbuhkan motivasi peserta diklat karena dengan minat dan kebutuhan
Universitas Indonesia
2. Tidak langsung
a. Menjaga produktifitas
b. Meningkatkan produktifitas
c. Mengetahui kebutuhan diklat yang nyata agar memenuhi syarat-syarat jabatan
I. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan diklat
1. Faktor Internal
a. Mutasi Jabatan
b. Pembentukan organisasi baru
c. Perkembangan ilmu dan teknologi
d. Kekurangan pengetahuan, sikap dan perilaku
2. Faktor eksternal
a. Peraturan Perundangan
b. Ekonomi
c. Sikap masyarakat
d. Pendidikan dan teknologi
J. Tiga jenis kebutuhan diklat
1. Kebutuhan diklat pada tingkat organisasi merupakan himpunan data umum dari
bagian atau bidang yang mempunyai kebutuhan diklat
2. Kebutuhan diklat pada tingkat jabatan merupakan adanya kesenjangan
pengetahuan, sikap dan perilaku yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
yang bersifat periodik / insidentil
3. Kebutuhan diklat pada tingkat individu berkaitan dengan siapa dan jenis diklat
apa yang diperlukan
2.9 Model Pendekatan dalam Evaluasi Diklat
Model evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-
pakar evaluasi. Dalam bidang pendidikan pada umumnya dikenal berbagai model evaluasi
diantaranya model Kirkpatrick. Menurut model ini evaluasi dibagi menjadi empat tahap yaitu
reaction level, immediate level, intermediate level dan ultimate level.
Universitas Indonesia
a. Reaction Level
Reaction level adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk mengukur reaksi peserta terhadap
program diklat. Evaluasi ini untuk menjawab pertanyaan apakah peserta puas dan
menyukai program diklat dan menyukai program diklat yang mereka ikuti, apakah
mereka merasa program diklat tersebut berguna bagi mereka. Dengan demikian evaluasi
pada tingkatan ini terfokus kepada persepsi peserta terhadap program diklat beserta
efektifitasnya. Hal-hal yang dievaluasi dalam tingkatan ini biasanya menyangkut:
- Isi program diklat yang meliputi kegunaan, ketertarikan peserta terhadap diklat,
lamanya penyelenggaraan, ketersediaan meteri pembelajaran, metode pembelajaran
dan lain sebagainya
- Tenaga pengajar yang meliputi kredibilitas pengajar, kemampuannya dalam
menyajikan materi pembelajaran, kemampuan berkomunikasi, antusiasme dan lain
sebagainya
- Fasilitas diklat yang meliputi asrama, ruang pembelajaran, lokasi dan lain-lain
b. Learning Level
Learning evaluation atau disebut juga immediate level merupakan evaluasi untuk
mengukur sejauhmana peserta telah mempelajari materi-materi yang diberikan selama
diklat. Evaluasi ini menurut Frances dan Bee (1999) dalam jurnal evaluasi program diklat
LAN RI 2007 adalah pertanyaan untuk mengukur sejauhmana tujuan dan sasaran diklat
Universitas Indonesia
telah tercapai, misalnya apakah peserta telah mencapai tingkatan standar atau kompetensi
yang telah ditentukan. Kedua evaluasi ini juga untuk mengukur hal-hal yang sudah
diperoleh peserta selama mengikuti diklat. Aspek-aspek yang dievaluasi biasanya
meliputi tiga aspek pembelajaran yaitu yang menyangkut pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skills) dan perilaku (attitude).
c. Job Behaviour Level
Job Behaviour level atau disebut juga intermediate level) adalah evaluasi yang ditujukan
untuk mengukur dampak atau pengaruh diklat terhadap kinerja peserta diklat setelah
kembali ketempat kerjanya. Dengan demikian evaluasi ini untuk menilai apakah peserta
diklat melakukan proses transformasi baik mencakup pengetahuan, keterampilan maupun
perilaku di tempat kerjanya.
d. Result Level
Result level atau disebut juga dengan ultimate level adalah evaluasi yang ditujukan untuk
mengukur dampak diklat terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan. Kinerja
organisasi dalam hal ini mulai dari tingkatan individual pegawai maupun tingkatan
organisasional. Kinerja individual pegawai misalnya peningkatan produktifitas,
peningkatan penjualan oleh tenaga-tenaga pemasaran, sedangkan kinerja organisasional
misalnya kualitas modal, keuntungan serta kualitas kerja pegawai. Beberapa pakar
menyatakan bahwa evaluasi ini merupakan evaluasi yang sangat sulit untuk dilaksanakan
hal ini disebabkan karena pertama tidak adanya alat ukur yang jelas tentang kinerja dan
adanya factor-faktor lain disamping diklat yang mempengaruhinya.
2.10 Evaluasi dalam Program Kediklatan Aparatur
Evaluasi dalam program kediklatan sangat diperlukan, tidak sebagai upaya penilaian
terhadap efektifitas program diklat itu sendiri akan tetapi sebagai upaya peningkatan kualitas
program diklat secara keseluruhan. Mengingat pentingnya proses evaluasi tersebut maka
dalam sistem kediklatan diterapkan mekanisme evaluasi. mekanisme evaluasi terdiri dari
empat jenis evaluasi yaitu evaluasi terhadap peserta, evaluasi terhadap pelatih/widyaiswara,
evaluasi terhadap kinerja penyelenggara dan evaluasi pasca diklat (LAN RI, 2007).
Universitas Indonesia
sikap (attitude). Menurut Van Wart, Cayer dan Cook (1993), evaluasi terhadap pembelajaran
peserta terdiri dari dua aspek kognitif berkaitan dengan sejauhmana peserta diklat menyerap
informasi materi-materi diklat selama proses pembelajaran dan sejauhmana menguasai
keterampilan intelektual. Sedangkan aspek perilaku menyangkut sejauhmana peserta
memiliki atau memperlihatkan perilaku tertentu yang diharapkan dari program diklat.
Evaluasi pasca diklat merupakan evaluasi yang dilaksanakan setelah peserta diklat
kembali ke tempat kerjanya masing-masing. Pada umumnya evaluasi pasca diklat ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para alumni mampu menerapkan sikap,
pengetahuan dan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan yang
diembannya. Erat kaitannya dengan tujuan yang pertama dari evaluasi pasca diklat, dalam
model Kircpatrick evaluasi pasca diklat ini disebut juga dengan intermediate level evaluation,
yakni evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui sejauhmana dampak dari diklat terhadap
pelaksanaan tugas pekerjaannya serta sejauhmana pendayagunaan potensi para alumni diklat
terutama dalam kaitannya dengan pembinaan karir.
Adapun yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan evaluasi pasca diklat
ini adalah terutama lembaga pembina kepegawaian dari alumni diklat. Namun masih
jarangnya lembaga pembina kepegawaian tersebut melaksanakan kegiatan evaluasi pasca
diklat ini. Ada beberapa kendala yang mungkin menjadi penyebab antara lain berkaitan
dengan kesulitan dalam melaksanakan evaluasi itu sendiri. Kegiatan evaluasi pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan penelitian yang melibatkan berbagai prosedur kegiatan mulai dari
penetapan tujuan, penyusunan instrument, pengumpulan data, analisis data sampai dengan
penyusunan laporan. Dengan demikian kegiatan evaluasi pasca diklat, Pembina kepegawaian
dituntut untuk memiliki kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan
dalam melakukan evaluasi itu sendiri.
Universitas Indonesia
Kendala lainnya berkaitan dengan aspek standar kinerja, karena sebagaimana kita
ketahui bahwa dalam manajemen kepegawaian PNS memiliki standar kinerja baku. Padahal
dalam evaluasi pasca diklat terhadap kinerja menurut pakar menuntut adanya standar kinerja
yang akan menjadi acuan.
Universitas Indonesia
1. Komponen Kurikulum
a. Variabel tujuan yaitu kejelasan kompetensi dengan tujuan diklat
b. Variabel materi yaitu:
- Kesesuaian antara materi inti diklat dengan tujuan diklat.
- Kesesuaian materi inti yang terdapat dalam Garis-Garis Besar Program
Pembelajaran (GBPP) atau Rancang Bagun Program Pembelajaran (RBPP)
- Proporsi waktu antara teori dengan penugasan / praktik pada struktur program
c. Variabel metode yaitu kesesuaian metode diklat dengan kompetensi yang ingin dicapai
d. Variabel alat bantu yaitu kesesuaian alat bantu dengan metode yang digunakan
e. Variabel evaluasi yaitu:
- Adanya instrumen evaluasi untuk peserta, pelatih/fasilitator dan penyelenggara
- Kesesuaian instrumen evaluasi peserta dengan kompetensi yang ingin dicapai
2. Komponen Peserta
- Variabel Kriteria yaitu persyaratan peserta ditetapkan untuk setiap jenis diklat
- Variabel efektifitas diklat yaitu banyaknya peserta dalam satu kelas
3. Komponen Pelatih
- Variabel kriteria yaitu memiliki kemampuan kediklatan dengan telah mengikuti
diklat calon widyaiswara/ AKTA/ training of trainer (TOT)/ Tenaga Pelatih Program
Kesehatan (TPPK) atau mempunyai pengalaman melatih/mengajar
- Variabel professional yaitu kesesuaian keahlian dengan materi yang diberikan
(kualifikasi tenaga), yaitu latar belakang pendidikan / diklat termasuk diklat
tambahan dan pengalaman dalam bidang tugasnya sesuai dengan materi yang
diberikan
4. Komponen Penyelenggara
- Variabel Landasan Hukum yaitu kewenangan hukum yang dimiliki
- Variabel Penyelenggara yaitu tersedianya tenaga pengelola diklat sesuai standar
5. Komponen Tempat Penyelenggara
- Variable tempat penyelenggara yaitu kesesuaian tempat penyelenggaraan
berdasarkan fungsi tempat penyelenggaraan diklat
E. Menetapkan Keputusan Akreditasi
Universitas Indonesia
komponen ≥ 3 dan tidak ada nilai parameter yang mendapat nilai 1 untuk komponen
kurikulum
Universitas Indonesia
G. Sertifikasi
Perlu diperhatikan, apabila diklat yang sama akan dilaksanakan kembali selama masa
berlakunya surat keterangan akreditasi diklat tersebut, maka surat permohonan sertifikat
diajukan dengan melampirkan surat keterangan akreditasi sebelumnya dengan memenuhi
perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan (apabila ada rekomendasi perbaikan).
Angka kredit yang didapatkan oleh peserta terbagi 3 yaitu:
- Diklat teknis : angka kredit mengacu pada peraturan menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara tentang jabatan fungsional kesehatan yang terbit terakhir, yaitu:
a. Lamanya lebih dari 961 jam : 15 angka kredit
b. Lamanya antara 641 – 690 jam : 9 angka kredit
c. Lamanya antara 481 – 640 jam : 5 angka kredit
d. Lamanya antara 161 – 480 jam : 3 angka kredit
e. Lamanya antara 81 – 160 jam : 2 angka kredit
f. Lamanya antara 30 – 80 jam : 1 angka kredit
- Diklat Jabatan fungsional : angka kredit yang didapatkan mengacu pada Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara masing-masing jabatan fungsional
Universitas Indonesia
- Diklat teknis dan jabatan dimana pesertanya widyiswara, maka angka kreditnya mengacu
pada Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 3 Tahun 2010.
2.12 Sistem
Menurut Gordon B Davis, sistem adalah seperangkat unsur-unsur yang terdiri dari
manusia, alat, konsep dan prosedur yang dihimpun menjadi satu untuk maksud dan tujuan
bersama. Sedangkan menurut Raymond McLeod Jr, sistem adalah sekelompok elemen yang
terintergrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan.
Menurut Scott (1996), sistem terdiri dari unsur-unsur seperti masukan (input),
pengolahan (processing), serta keluaran (output). Ciri pokok sistem menurut Gaspert ada
empat, yaitu sistem itu beroperasi dalam satu lingkungan terdiri dari unsur-unsur, ditandai
dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
memiliki kualitas atau tidak, kita dapat mengujinya dengan empat dimensi yaitu: relevansi,
akurasi, ketepatan waktu, ekonomis, efisien, dan dapat dipercaya.
- Relevan (relevancy), suatu informasi tidak akan ada gunanya apabila tingkat
relevansinya dengan keadaan yang sedang dianalisis sangat tipis. Relevansi suatu
informasi akan menjadi penting karena hal itu bisa menjadi variabel-variabel yang
menentukan pengambilan keputusan oleh organisasi.
- Akurasi, informasi dikatakan berkualitas jika seluruh kebutuhan telah tersampaikan,
seluruh pesan telah benar, serta pesan yang disampaikan sudah lengkap atau hanya
sistem yang diinginkan oleh user.
- Ketepatan waktu, berbagai proses dapat diselesaikan dengan tepat waktu, laporan-
laporan yang dibutuhkan dapat disampaikan tepat waktu.
- Ekonomis, informasi yang dihasilkan mempunyai daya jual yang tinggi, serta biaya
operasional untuk menghasilkan informasi tersebut minimal, informasi tersebut juga
mampu memberikan dampak yang luas terhadap laju pertumbuhan ekonomi dan
teknologi informasi.
- Efisien, informasi yang berkualitas memiliki sintaks ataupun kalimat yang sederhana
(tidak berbelit-belit) namun mampu memberikan makna
- Dapat dipercaya, informasi berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Misalkan output
suatu program computer, bisa dikategorikan sebagai reliability.
2.14 Sistem Informasi
2.14.1 Definisi sistem informasi
Sistem informasi adalah cara terorganisir untuk mengumpulkan, memasukan dan
memproses data dan menyimpannya, mengelola, mengontrol dan melaporkannya sehingga
dapat mendukung perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan. Menurut Kertahardi,
sistem informasi didefinisikan sebagai suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara
sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan
informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian,
pengendalian kegiatan suatu perusahaan dan menyajikian sinergi organisasi pada proses
(Murdick dan Ross, 1993).
Dengan demikian sistem informasi berdasarkan konsep (input, proses, output – IPO)
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Para pengguna sistem informasi biasanya terdiri atas entitas-entitas organisasi formal
perusahaan atau sub unit anak perusahaannya. Secara lebih ringkas definisi sistem informasi
manajemen adalah penggunaan sumber daya informasi secara efektif dan efisien untuk
meningkatkan kinerja organisasi.
2.16 Sistem Informasi Manajemen Diklat
Sistem Informasi Manajemen Diklat adalah sistem yang terpadu untuk mengolah dan
menyajikan informasi tentang orang yang terlibat dalam diklat (pimpinan, penyelenggara,
widiaiswara, peserta, alumni diklat), program, dana, tempat sesuatu dalam organisasi atau
lingkungan sekitarnya guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan
keputusan dalam organisasi diklat (LAN RI, 2003).
Sistem informasi diklat adalah sistem yang mengelola data dan informasi diklat
kesehatan. Dalam melaksanakan tugasnya institusi diklat perlu ditunjang oleh data dan
informasi yang lengkap, akurat serta tepat waktu.
Jenis data diklat yang dicatat meliputi:
a. Nama Diklat
b. Jenis Diklat
c. Peserta: nama, NIP, tempat tanggal lahir, pangkat dan Gol, tk pendidikan akhir, jenis
kelamin, nama jabatan, hsl evaluasi, jml peserta
d. Widyaiswara: Nama, Nip, Pendidikan dasar profesi, tingkat pendidikan terakhir, diklat
yang diikuti, pengalaman di bidang tugasnya, evaluasi
e. Lama kegiatan (jumlah hari, jumlah jam pelajaran)
f. Tanggal Penyelenggaraan diklat
g. Tempat Penyelenggara
h. Unit Penyelenggara Diklat
i. Sumber Biaya
Universitas Indonesia
Menurut Pressman (2001), model ini disebut juga model daur hidup klasik (Classic
Life Cycle) atau model Watterfall. Model berurutan linear menganjurkan pendekatan yang
sistematik dan berurutan terhadap pengembangan software yang dimulai dari level sistem dan
berkembang melalui analisis, perancangan (design), pengkodean (coding), uji coba (testing)
dan dukungan (support). Gambar 2.5 menggambarkan model berurutan linear untuk rekayasa
software.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Ketidaksadaran user bahwa ini hanya suatu model awal bukan model akhir
b. Pengembang kadang-kadang membuat implementasi yang sembarang
c. Kemungkinan dokumentasi terabaikan karena pengembang lebih berkonsentrasi pada
pengujian dan pembuatan prototype
d. Mengingat target waktu yang pendek ada kemungkinan sistem yang dibuat tidak lengkap
dan bahkan sistem kurang teruji
e. Jika terlalu banyak proses pengulangan dalam membuat prototype, ada kemungkinan
pemakai menjadi jenuh dan memberikan reaksi yang negative
f. Apabila tidak dikelola dengan baik, prototype menjadi tidak pernah berakhir. Hal ini
disebabkan permintaan terhadap perubahan terlalu mudah dipenuhi
2.17.3 Metodologi Incremental dan Iteratif
Menurut Pressman (2001), model incremental adalah gabungan dari model berurutan
linear (SDLC) dengan filosofi iteratif dari metode prototyping sedangkan menurut Graham
(1992) dalam Deek (2005), model incremental dan iteratif juga disebut model pengembangan
bertahap, dimana mempunyai tujuan yang sama dalam menurunkan waktu siklus
pengembangan sistem.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Jika pada saat yang bersaman ada beberapa proyek yang harus dikerjakan sekaligus maka
perlu dibuat klasifikasi dan rangking proyek, dari proyek yang paling layak untuk
dikerjakan sampai proyek yang dirasa tidak menguntungkan jika dikerjakan.
3. Memilih proyek untuk dikembangkan
Jika klasifikasi dan rangking telah ditetapkan maka selanjtnya adalah menentukan proyek
yang harus dikerjakan.
Adapun sumber daya yang terlibat adalah pengguna, analis sistem dan manajer yang
mengkoordinasi proyek. Aktifitas yang biasa dilakukan padsa tahap ini meliputi
wawancara manajemen pengguna, merangkum pengetahuan yang didapatkan dan
mengestimasi cakupan proyek dan mendokumentasikan hasilnya. Tahapan ini akan
menghasilkan laporan kelayakan yang berisi definisi masalah dan rangkuman tujuan yang
ingin dicapai dari proyek yang dipilih.
2.18.2 Inisiasi dan perencanaan proyek
Perencanaan sistem informasi adalah tahapan untuk menentukan permasalahan atau
kebutuhan yang timbul. Apakah diperlukan pengembangan sistem secara menyeluruh ataukah
ada usaha lain untuk mengatasi permasalahan sistem yang ada. Perencanaan diarahkan untuk
menilai kelayakan membangun suatu sistem. Bila sistem sudah ada, maka diarahkan untuk
menilai pengembangan dan penyempurnaan sistem untuk memenuhi kebutuhan organisasi
(Everett, 2007).
Dalam tahapan ini, proyek sistem informasi yang potensial dijelaskan dan
argumentasi untuk melanjutkan proyek dikemukakan. Rencana kerja yang matang juga
disusun untuk menjalankan tahapan-tahapan lainnya. Pada tahap ini ditentukan secara detail
rencana kerja yang harus dikerjakan, durasi yang diperlukan masing-masing tahap, sumber
daya manusia, perangkat lunak, perangkat keras, maupun financial diestimasi. Biasanya hal-
hal tadi dituangkan dalam jadwal pelaksanaan proyek.
Pembuatan perencanaan ini bukan langkah mudah karena untuk mengestimasi beban
kerja dan durasi dari masing-masing tahap dibutuhkan pengalaman yang cukup banyak.
Kesalahan pada tahap ini akan mengakibatkan keuntungan yang diperoleh tidak maksimal,
bahkan bias rugi. Pada tahapan ini peran manajer sistem informasi yang berpengalaman
sangat dibutuhkan.
Menurut Sutabri (2003),dengan melakukan perencanaan akan menghasilkan
keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
a. Dapat menentukan lingkup proyek
b. Dapat mengenali area permasalahan yang potensial
Universitas Indonesia
c. Dapat mengatur urutan tugas berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan untuk
efisiensi
d. Memberikan dasar untuk pengendalian
2.18.3 Tahapan analisis
Fase ketiga dalam SDLC adalah tahapan analisis. Tahapan analisis adalah tahapan di
mana sistem yang sedang berjalan dipelajari dan sistem pengganti diusulkan. Dalam tahapan
ini dideskripsikan sistem yang sedang berjalan, masalah dan kesempatan didefinisikan dan
rekomendasi umum untuk bagaimana memperbaiki, meningkatkan atau mengganti sistem
yang sedang berjalan diusulkan. Tujuan utama dari fase analisis adalah untuk memahami dan
merekomendasikan kebutuhan bisnis dan persyaratan proses dari sistem baru.
Everett (2007) menyatakan bahwa analisis sistem merupakan penelitian dan
pemahaman terhadap sistem yang ada. Sutabri (2003), mendefinisikan analisis sistem adalah
penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan merancang sistem baru atau diperbarui.
Tahap analisis dilakukan setelah adanya perencanaan dan sebelum tahap desain sistem.
Kesalahan pada tahap analisis akan sangat berpengaruh terhadap selanjutnya. Ada enam
aktifitas utama dalam fase ini (Fatta, 2007):
1. Pengumpulan informasi
Langkah awal pada tahapan analisis adalah mengumpulkan informasi tentang bagaimana
proses-proses bisnis yang ada pada sistem lama berjalan. Kemudian ditentukan pada
titik-titik mana saja proses bisnis yang mengalami masalah yang bisa diselesaikan
dengan sistem informasi. Kelemahan-kelemahan dari sistem ini lama diidentifikasi dan
diperbaiki dengan sistem baru.
2. Mendefinisikan sistem requirement (kebutuhan sistem)
Dari informasi kelemahan sistem yang didapat, analisis sistem kemudian didefinisikan
apa saja sebenarnya yang dibutuhkan oleh sistem lama untuk mengatasi masalahnya.
Inilah yang disebut sebagai sistem reqruitment (kebutuhan sistem). Seringkali kebutuhan
ini akan mengubah total keseluruhan proses bisnis pada sistem lama, tetapi kadang-
kadang hanya perubahan penambahan beberapa prosedur baru.
3. Memprioritaskan kebutuhan
Dalam beberapa kasus, kebutuhan yang diperoleh sangat lengkap dan rumit.
Ketersediaan waktu dan sumber daya lain untuk menyelesaikan keseluruhan reqruitmen
bisa saja tidak mencukupi. Pada kondisi seperti ini maka analisis akan memprioritaskan
kebutuhan-kebutuhan yang dianggap kritis untuk diprioritaskan.
4. Menyusun dan mengevaluasi alternatif
Universitas Indonesia
Satu hal yang tidak boleh dilupakan analis adalah rencana kedua. Setelah menyusun dan
memprioritaskan kebutuhan, analisis harus menyiapkan alternative jika seandainya
susunan kebutuhan nantinya akan ditolak oleh klien
5. Mengulas kebutuhan dengan pihak manajemen
Langkah terakhir adalah mengulas kebutuhan yang sudah ada dengan pihak klien, karena
klienlah yang paling tahu kebutuhan sistem mereka.
2.18.4 Tahapan desain
Menurut Jogiyanto (2005), desain sistem dapat diartikan sebagai tahapan setelah
analisis dari siklus pengembangan sistem. Pendefinisian kebutuhan-kebutuhan fungsional,
persiapan untuk rancang bangun implementasi, gambaran perencanaan, sketsa atau
pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan
berfungsi serta konfigurasi dari komponen-komponen perangkat lunak dan perangkat keras
dari suatu sistem. Tahapan desain adalah tahapan mengubah kebutuhan yang masih berupa
konsep menjadi spesifikasi sistem yang riil. Tahapan desain sistem dapat dibagi menjadi 2
tahap, yaitu desain logis dan desain fisik. Adapun perbedaan dari keduanya dapat dijelaskan
sebagai berikut (Fatta,2007):
1. Desain logis
Desain logis adalah bagian dari fase desain dalam SDLC di mana semua fitur-fitur
fungsional dari sistem dipilih dari tahapan analisis dideskripsikan terpisah dari flatform
komputer yang nanti digunakan. Hasil dari tahapan ini adalah:
a. Deskripsi fungsional mengenai data dan proses yang ada dalam sistem baru
b. Deskripsi yang detail dari spesifikasi sistem, meliputi:
- Input (data apa saja yang menjadi input)
- Output (informasi apa saja yang menjadi output)
- Proses (prosedur apa saja yang harus dieksekusi untuk mengubah input menjadi
output)
2. Desain fisik
Pada bagian ini, spesifikasi logis diubah ke dalam detail teknologi dimana
pemograman dan pengembangan sistem bias diselesaikan. Pada tahapan inilah aktifitas
coding dilakukan. Adapun output dari sistem ini adalah:
Universitas Indonesia
a. Deskripsi teknis, mengenai pilihan teknologi perangkat lunak dan perangkat kers yang
digunakan
b. Deskripsi yang detail dari spesifikasi sistem meliputi:
- Modul-modul program
- File-file
- Sistem jaringan
- Sistem perangkat lunak
Pada tahapan desain, ada beberapa aktivitas utama yang dilakukan, yaitu:
a. Merancang dan mengintegrasikan jaringan
b. Merancang arsitektur aplikasi
c. Mendesain antar muka pengguna
d. Mendesain sistem antar muka
e. Mendesain dan mengintgrasikan database
f. Membuat prototype untuk detail dari desain
g. Mendesain dan mengintegrasikan kendali sistem
2.18.5 Implementasi
Pada tahap kelima SDLC ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Testing, yaitu menguji hasil kode program yang telah dihasilkan dari tapan desain fisik.
Tujuan pengujian ada dua, dari sisi pengembang sistem, harus dijamin kode program
yang dibuat bebas dari kesalahan sintaks maupun logika. Dari sisi pengguna, program
yang dihasilkan harus mampu meyelesaikan masalah yang ada pada klien dan sistem baru
harus mudah dijalankan dan dipahami oleh pengguna akhir.
2. Instalasi, setelah program lulus ujicoba, maka perangkat lunak dan perangkat keras akan
diinstal pada organisasi atau perusahaan klien dan secara resmi mulai digunakan untuk
menggantikan sistem lama.
Output dari tahapan ini adalah source code yang error free, prosedur diklat dan buku
panduan.
2.18.6 Pemeliharaan
Langkah terakhir dari SDLC di mana pada tahapn ini sistem secara sistematis
diperbaiki dan ditingkatkan. Hasil dari tahapan ini adalah versi baru dari perangkat lunak
yang telah dibuat. Perbaikan yang dilakukan tingkatannya bias sangat variatif, mulai dari
memperbaiki program yang crash hingga berfungsi kembali sampai pada penambahan modul-
modul program yang baru sebagai jawaban atas perubahan kebutuhan pengguna.
2.19 Analisis dan Perancangan sistem
Universitas Indonesia
Masalah kinerja terjadi ketika tugas-tugas bisnis yang dijalankan tidak mencapai
sasaran. Kinerja diukur dengan jumlah produksi dan waktu tanggap. Jumlah produksi adalah
jumlah pekerjaan yang bisa diselesaikan selama jangka waktu tertentu. Sedangkan waktu
tanggap adalah keterlambatan rata-rata antara suatu transaksi dengan tanggapan yang
diberikan kepada transaksi tersebut
Universitas Indonesia
dilakukan untuk menyikapi peluang dan menangani masalah yang muncul. Situasi yang
membutuhkan peningkatan informasi meliputi: 1) kurangnya informasi mengenai keputusan
atau situasi yang sekarang, 2) kurangnya informasi yang relevan mengenai keputusan, 3)
kurangnya informasi yang tepat waktu, 4) terlalu banyak informasi, 5) informasi tidak akurat
Alasan ekonomi barangkali merupakan motivasi paling umum bagi suatu proyek.
Pijakan dasar kebanyakan manajer adalah biaya atau rupiah. Persoalan ekonomis dan peluang
berkaitan dengan masalah biaya.
Tugas-tugas bisnis perlu dimonitor dan dibetulkan jika ditemukan kinerja yang di
bawah standar. Kontrol dipasang untuk meningkatkan kinerja sistem, mencegah atau
mendeteksi kesalahan sistem, menjamin keamanan data, informasi dan persyaratan. Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1) input data tidak diedit dengan cukup, 2) kejahatan
terhadap data, 3) pelanggaran etika pada data atau informasi. Missal data atau informasi
diakses orang yang tidak berwenang, 4) data disimpan secara berlebihan, tidak konsisten pada
file-file atau database-database yang berbeda, 5) pelanggaran peraturan atau panduan privasi
data, 6) terjadi error saat pemrosesan (oleh manusia, mesin atau perangkat lunak), 7) terjadi
error saat membuat keputusan.
Berikut adalah beberapa criteria penilaian dimana kualitas suatu sistem bias dikatakan
buruk: 1) sistem menghasilkan produk yang tidak akurat, 2) sistem menghasilkan produk
yang tidak konsisten, 3) sistem menghasilkan produk yang tidak dipercaya, 4) sistem tidak
Universitas Indonesia
mudah dipelajari, 5) sistem tidak mudah digunakan, 6) sistem canggung untuk digunakan, 7)
sistem tidak fleksibel.
Operasional. Pada bagian ini harus dijelaskan secara teknis bagaimana sistem baru akan
beroperasi. Platform sistem yang dipakai didefinisikan, apakah menggunakan windows atau
linux. Perangkat lunak untuk mengembangkan sistem juga ditentukan, perangkat keras
spesifik yang diperlukan juga ditentukan. Arsitektur sistem juga dijelaskan, apakah 2-tier, 3-
tier atau yang lainnya.
Kinerja. Pada bagian ini dijelaskan seberapa bagus kinerja perangkat lunak yang
dikembangkan dalam mengolah data, menampilkan informasi dan secara keseluruhan
menyelesaikan proses bisnis yang ditanganinya. Efisiensi dari perangkat lunak juga
dicantumkan.
Universitas Indonesia
Kelayakan teknis. Kelayakan teknis menyoroti kebutuhan sistem yang telah disusun dari
aspek teknologi yang akan digunakan. Jika teknologi yang mudah didapat, murah dan tingkat
pemakainnya mudah maka secara teknis usulan kebutuhan sistem bisa dinyatakan layak.
Untuk mempermudah melakukan studi kelayakan teknis, biasanya digunakan pedoman
pertanyaan sebagai berikut: apakah teknologi yang dibutuhkan sudah tersedia, apakah
teknologi yang akan digunakan dapat berintegrasi dengan teknologi yang sudah ada, apakan
sistem yang sudah ada dapat dikonversikan ke sistem dengan teknologi baru, apakah
organisasi memiliki orang yang menguasai teknologi baru ini ini.
Kelayakan ekonomi. Aspek yang paling dominan dari aspek kelayakan yang lain adalah
kelayakan ekonomi. Tak dapat disangkal lagi motivasi pengembangan sistem informasi pada
organisasi adalah motif keuntungan. Dengan demikian aspek untung rugi menjadi
pertimbangan utama dalam pengembangan sistem. Kelayakan ekonomi berhubungan denga
return on investment atau berapa lama biaya investasi dapat kembali. Analisis kelayakan
ekonomi juga akam memprtimbangkan apakah bermanfaat melakukan investasi ke proyek ini
atau kita harus melakukan sesuatu yang lain. Suatu proyek yang besar biasanya lebih
menekankan kelayakan ekonomi karena umumnya berhubungan dengan biaya yang terbilang
besar. Untuk menganalisis kelayakan ekonomi digunakan kalkulasi yang dinamakan cost
benefit analysis atau analisis biaya. Adapun tujuan dari analisis biaya dan manfaat ini adalah
untuk memberikan gambaran kepada pengguna apakah manfaat yang diperoleh dari sistem
baru “lebih besar” dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Pada analisis biaya dan
manfaat, ada beberapa metode kuantitatif yang digunakan untuk menentukan standar
kelayakan proyek. Metode kuantitatif yang digunakan adalah: 1) analisis payback (payback
periode), 2) analisis net present value, 3) return on investment (ROI), dan 4) internal rate of
return (IRR)
Tahapan desain adalah tahapan dimana spesifikasi proyek secara lengkap dibuat.
Tahapan desain menjawab pertanyaan “bagaimana wujud dari sistem yang akan dibuat?”.
Universitas Indonesia
Pada tahapan desain ada beberapa dokumen yang akan dibuat, meliputi: 1) pemodelan proses,
2) pemodelan data dan 3) desain antar muka.
Proses. Aktifitas atau fungsi yang dilakukan untuk alas an bisnis yang spesifik, biasa berupa
manual maupun terkomputerisasi
Data flow. Satu data tunggal atau kumpulan logis suatu data, selalu diawali atau berakhir
dengan proses
Data store. Kumpulan data yang disimpan dengan cara tertentu. Data yang mengalir
disimpan dalam data sore. Aliran data di update atau ditambahkan ke data store
External entity. Orang, organisasi atau sistem yang berada di luar sistem tetapi berinteraksi
dengan sistem
Masing-masing elemen akan diberi lambang tertentu untuk membedakan satu dengan
yang lain. Ada beberapa metode untuk menggambarkan elemen-elemen tersebut. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut:
Gambar 2.8
Metode elemen-elemen yang menyusun DFD
Universitas Indonesia
Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) berdiri pada tahun 1987 merupakan lembaga
yang dibentuk oleh Pusdiklat Pegawai Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan
nama KLKM (Kursus Latihan Kesehatan Masyarakat) dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 45/Menkes/SK/I/1987 dan menempati gedung asrama Bidan di Jl.
Pasteur No.31 Bandung hingga saat ini. Pada tahun 1993 berubah nama dari KLKM menjadi
Bapelkes Bandung melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.991/Menkes/SK/X/1993.
Universitas Indonesia
berganti nama menjadi Balai Pelatihan Tenaga Kesehatan Masyarakat (BPTKM) Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Tanggal 11 Desember Tahun 2009 Balai Pelatihan Tenaga
Kesehatan Masyarakat (BPTKM) kembali berganti nama menjadi Balai Pelatihan Kesehatan
(Bapelkes) dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 113 Tahun 2009.
4. Diklat diarahkan untuk mempersiapkan PNS agar memenuhi jabatan yang ditentukan dan
kebutuhan organisasi termasuk pengadaan kader-kader pimpinan dan staf.
Sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang mempunyai peran
untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia khususnya bidang kesehatan yang demikian
banyak di Propinsi Jawa Barat dituntut untuk meningkatkan mutu SDM yang dimiliki baik
staf struktural maupun fungsional atau widyaiswara untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan sesuai dengan spesialisasi bidangnya masing-masing.
Hasil nyata dari suatu pendidikan dan pelatihan (output, outcome, impact dan benefit)
terhadap petugas kesehatan yang berada di bidang teknis, fungsional, administrasi maupun
manajemen adalah perubahan sikap dan perilaku kearah yang lebih baik (positif) serta
meningkatnya kinerja petugas kesehatan sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing
sehingga dapat mendorong meningkatnya kinerja dan produktivitas organisasi.
Universitas Indonesia
Peran diklat adalah sebagai stimulator agar organisasi dapat secara bersama-sama dan
terus menerus belajar (learning organization) untuk menemukan konsep, strategi, metoda
dalam merancang dan mencapai visi misi yang baru. Peran yang lain adalah sebagai
motivator bagi pegawai untuk bekerja lebih baik sehingga dapat meraih prestasi kerja
sehingga dapat meningkatkan karier dimasa depan. Dengan demikian akan dihasilkan
individu individu yang unggul dan berkepribadian sehingga diharapkan dapat menjadikan
organisasi yang unggul dan kompetitif.
Misi
Program ini bertujuan untuk menghasilkan pegawai Bapelkes agar memiliki kompetensi
sesuai dengan tuntutan tugas, baik dalam kemampuan profesional, keahlian, ketrampilan
maupun integritas pengabdian, sehingga dapat melaksanakan perannya secara optimal
sebagai abdi masyarakat dan abdi negara
Program ini bertujuan agar penyelenggaraaan diklat yang ada di program Dinas Kesehatan
Prop. Jabar dilaksanakan di Bapelkes, sesuai tupoksi Bapelkes. Kegiatan ini sudah
Universitas Indonesia
mendapatkan dukungan yang baik dari Kepala Dinas Kesehatan dengan dikeluarkannya Surat
Edaran.
Program ini bertujuan untuk melakukan analisa kebutuhan diklat di instansi kesehatan baik
Dinkes Kabupaten/Kota maupun Rumah Sakit dan Puskesmas agar dihasilkan program-
program diklat yang sesuai dengan kebutuhan, dengan metode yang beragam.
Penyelenggaraan Diklat
Program ini bertujuan menyelenggarakan diklat teknis, fungsional, pratugas, penyusunan
kurikulum, GBPP dan modul.
Program ini ditujukan untuk menjalin kerjasama dengan institusi lain dibidang peningkatan
sumber daya manusia
Program atau kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui manfaat/penerapan hasil diklat bagi
peningkatan kinerja mantan peserta diklat
Jumlah pegawai Bapelkes pada tahun 2013 sebanyak 60. Yang terdiri pegawai
negeri sipil (PNS) sebanyak 47 orang, staf terdiri dari 33 orang dan widyaiswara 10 orang
beserta pejabat struktural 4 orang.
Universitas Indonesia
1. Peralatan Komputer
Tabel 2.1
Peralatan Komputer
No Jenis Jumlah Peralatan Jml Peralatan Jumlah
s.d thn 2012 tahun 2012
1 Komputer 21 buah 6 buah 27 buah
2 Printer
- Printer Laser Jet 2 buah 2 buah
- Printer Matrix 1 buah 1 buah
Double Folio
- Printer Desk Jet 5 buah 5 buah
3 Laptop 6 buah 3 buah 10 b
u
a
h
2.25.1 Dana
Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa barat Nomor: 38 Tahun 2010 tentang Tugas
Pokok, Fungsi, Rincian Tugas dan Tata kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkungan
Dinas Kesehatan Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Bapelkes adalah UPTD Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat dengan ketentuan sebagai berikut:
Balai Pelatihan Kesehatan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat
Tugas Pokok :
Melaksanakan sebagian fungsi dinas dalam bidang pelatihan kesehatan masyarakat.
Fungsi :
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pelatihan kesehatan masyarakat
b. Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan masyarakat
Rincian Tugas
a. Menyelenggarakan penyusunan program kerja Balai Pelatihan Kesehatan
Universitas Indonesia
Fungsi
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pelatihan kesehatan masyarakat
b. Penyelenggara pelatihan tenaga kesehatan masyarakat
Rincian Tugas
Tugas pokok:
Universitas Indonesia
Fungsi:
a. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana program, pengendalian dan pelaporan.
b. Pelaksanaan pengelolaan data informasi, kepegawaian dan umum, dan pelaksanaan
pengelolaan urusan keuangan
Rincian Tugas
a. Melaksanakan penyusunan program kerja Balai Pelatihan Kesehatan dan Subbagian Tata
Usaha.
b. Melaksanakan Pengelolaan data dan Informasi.
c. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian
d. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan
e. Melaksanakan pengelolaan tata usaha meliputi naskah dinas dan kearsifan, urusan rumah
tangga serta perlengkapan.
f. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan.
g. Melaksanakan koordinasi dengan unit terkait.
h. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan program kerja Balai Pelatihan Kesehatan dan
kegiatan Subbagian Tata Usaha
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
4. Seksi Perencanaan dan evaluasi
Tugas pokok
Melaksanakan perencanaan dan evaluasi pelatihan kesehatan
Fungsi:
a. Penyusunan bahan petunjuk teknis pelatihan kesehatan masyarakat dan
b. Pelaksanaan rencana evaluasi pelatihan tenaga kesehatan masyarakat
Rincian tugas:
a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi perencanaan dan evaluasi.
b. Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis pelatihan kesehatan
c. Melaksanakan perencanaan program pelatihan tenaga kesehatan
d. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan analisa data perencanaan pelatihan.
e. Melaksanakan penyusunan bahan pengembangan metoda pelatihan
Universitas Indonesia
Rincian tugas :
Tugas Pokok
Melaksanakan kegiatan mendidik, mengajar dan melatih PNS pada unit diklat serta
melaksanakan kegiatan pengembangan profesinya.
Fungsi :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB III
Berdasarkan telaah teori, model evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat
oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi. Dalam bidang pendidikan pada umumnya dikenal
berbagai model evaluasi diantaranya model Kirkpatrick. Menurut model ini evaluasi dibagi
menjadi empat tahap yaitu reaction level, immediate level, intermediate level dan ultimate
level.
a. Reaction Level
Reaction level adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk mengukur reaksi peserta
terhadap program diklat. Evaluasi ini untuk menjawab pertanyaan apakah peserta puas dan
menyukai program diklat dan menyukai program diklat yang mereka ikuti, apakah mereka
merasa program diklat tersebut berguna bagi mereka. Dengan demikian evaluasi pada
tingkatan ini terfokus kepada persepsi peserta terhadap program diklat beserta efektifitasnya.
Hal-hal yang dievaluasi dalam tingkatan ini biasanya menyangkut:
- Isi program diklat yang meliputi kegunaan, ketertarikan peserta terhadap diklat,
lamanya penyelenggaraan, ketersediaan meteri pembelajaran, metode pembelajaran
dan lain sebagainya
- Tenaga pengajar yang meliputi kredibilitas pengajar, kemampuannya dalam
menyajikan materi pembelajaran, kemampuan berkomunikasi, antusiasme dan lain
sebagainya
- Fasilitas diklat yang meliputi asrama, ruang pembelajaran, lokasi dan lain-lain
b. Learning Level
Learning evaluation atau disebut juga immediate level merupakan evaluasi untuk
mengukur sejauhmana peserta telah mempelajari materi-materi yang diberikan selama diklat.
Evaluasi ini menurut Frances dan Bee (1999) adalah pertanyaan untuk mengukur sejauhmana
tujuan dan sasaran diklat telah tercapai, misalnya apakah peserta telah mencapai tingkatan
standar atau kompetensi yang telah ditentukan. Kedua evaluasi ini juga untuk mengukur hal-
hal yang sudah diperoleh peserta selama mengikuti diklat. Aspek-aspek yang dievaluasi
biasanya meliputi tiga aspek pembelajaran yaitu yang menyangkut pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skills) dan perilaku (attitude).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
8 Data Sikap alumni peserta Data sikap alumni terhadap pekerjaan Kuesioner Evaluasi
di tempat kerjanya Pasca diklat
9 Data Keterampilan alumni Data kemampuan alumni peserta dalam Kuesioner Evaluasi
peserta mengaplikasikan pengetahuan dan Pasca diklat
keterampilan yang diperolehnya dari
diklat di tempat kerjanya
II PROSES
1 Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi berbasis komputer
diklat yang dikembangkan untuk mengelola
data dan informasi diklat kesehatan
untuk pengambilan keputusan
manajemen diklat
III OUTPUT
Universitas Indonesia
akreditasi diklat
8. Evaluasi Peserta Evaluasi yang dilakukan terhadap peserta
meliputi : 1). Pengetahuan peserta terhadap
materi yang akan di berikan (pretest) dan 2).
Daya serap peserta terhadap materi yang telah
diberikan selama diklat (post test)
10. Nilai Evaluasi Peserta Evaluasi yang dilakukan oleh peserta untuk
menilai penyelenggaraan diklat secara
terhadap Penyelenggaraan
keseluruhan. Evaluasi ini dilakukan diakhir
Diklat
proses diklat
11. Persentase Nilai Pengetahuan Informasi kemampuan alumni diklat SIM Diklat
alumni Peserta diklat dalam menjawab pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner yang
diberikan dalam kegiatan evaluasi
pasca diklat
12. Persentase Nilai Sikap alumni Informasi sikap alumni terhadap SIM Diklat
Peserta diklat pekerjaan di tempat kerjanya hasil
wawancara dengan atasan dan teman
alumni peserta diklat
13. Persentase Nilai Keterampilan Informasi kemampuan alumni peserta SIM Diklat
alumni Peserta diklat dalam mengaplikasikan pengetahuan
diperolehnya dari diklat di tempat
kerjanya
14. Persentase Nilai Dukungan Informasi kemampuan alumni peserta SIM Diklat
lingkungan alumni Peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan
diklat diperolehnya dari diklat di tempat
kerjanya
Tabel 3.2
Penilaian Akreditasi Diklat
No Variabel Definisi Operasional Cara Nilai Skala nilai
III OUTPUT
A. PENILAIAN
KOMPONEN
Penilaian Kurikulum
1 Tujuan Diklat
1) Penilaian terhadap Membandngkan rumusan tujuan Mengecek tujuan diklat 5 = tujuan menunjukan
kejelasan kompetensi diklat dengan kejelasan perubahan dengan pedoman kejelasan perubahan
dengan tujuan diklat kompetensi pengetahuan, sikap dan kurikulum yang ada. kompetensi pengetahuan,
Universitas Indonesia
c) Proporsi waktu antara Membandingkan proporsi waktu Perhitungannya: 5 = Proporsi praktek ≥ 60%
teori dengan praktek / pemberian teori (T) dengan praktek Proporsi waktu antara T 4 = Proporsi praktek 40-59%
penugasan pada (P dan PL) yang ada pada struktur dan P+PL 3 = Proporsi praktek 30-39%
struktur program program Jml T 2 = Proporsi praktek 21-29%
Jml total (T+P+PL)x100% 1 = Proporsi praktek <20%
Jml P dan PL
Universitas Indonesia
4 Alat Bantu
Kesesuaian alat bantu Membandingkan kesesuaian alat Perhitungannya: 5 = 81-100% alat bantu sesuai
dengan metode yang bantu pembelajaran yang digunakan (jumlah materi inti yang dengan metode / persyaratan
digunakan pada setiap materi (utamanya materi alat bantu pembelajarannya praktik
inti), dengan metode pembelajaran sesuai dengan metode 4 = 61-80% alat bantu sesuai
dan TPK. Hitung prosentase (%) alat pembelajaran: total materi dengan metode / persyaratan
bantu yang sesuai inti) x 100% praktik
3 = 41-60% alat bantu sesuai
dengan metode / persyaratan
praktik
2 = 21-40% alat bantu sesuai
dengan metode / persyaratan
praktik
1 = < 20% alat bantu sesuai
dengan metode / persyaratan
praktik
5 Evaluasi:
a) Adanya instrumen 1) Mengecek ketersedian instrumen 5 = ada instrumen evaluasi
evaluasi untuk peserta, - Form evaluasi peserta: berupa pre peserta, pelatih dan
pelatih dan test, post test atau instrumrn ceklist penyelanggara
penyelenggara atau lainnya sesuai dengan tujuan 4 = ada instrumen evaluasi
diklat peserta, pelatih atau
- Form evaluasi pelatih penyelanggara
- Form Evaluasi Penyelenggara 3 = Hanya ada instrumen
evaluasi peserta
2 = hanya ada instrument
evaluasi pelatih
1 = hanya ada instrument
evaluasi penyelenggara
b) Kesesuaian evaluasi 2) Membandingkan kesesuaian 5 = 81-100% instrumen
hasil belajar dengan evaluasi peserta setiap materi inti evaluasi hasil belajar sesuai
Universitas Indonesia
kompetensi yang ingin dan lembar observasi atau checklist dengan kompetensi yang
dicapai (bila ada penugasan dan praktik) ingin dicapai
4 = 61-80% instrumen
evaluasi hasil belajar sesuai
dengan kompetensi yang
ingin dicapai
3 = 41-60% instrumen
evaluasi hasil belajar sesuai
dengan kompetensi yang
ingin dicapai
2 = 21-40% instrumen
evaluasi hasil belajar sesuai
dengan kompetensi yang
ingin dicapai
1 = <20% instrumen evaluasi
hasil belajar sesuai dengan
kompetensi yang ingin
dicapai
Penilaian Peserta
1 Kriteria:
Kesesuaian persyaratan Mengecek kesesuaian kriteria peserta 5 = Sesuai
calon peserta sesuai dengan tugas / fungsinya dan 1 = Tidak Sesuai
tujuan diklat. Lihat latar belakang
pendidikan, tugas, jenis tenaga dan
lain-lain
2 a) Efektifitas diklat Mengecek jumlah peserta yang akan 5 = Peserta = 30
berdasarkan jumlah mengikuti diklat dan perhatikan 4 = Peserta 31-35
peserta dalam 1 kelas / apakah jumlah tersebut sesuai dengan 3 = peserta 36-40
angkatan jenis diklat yang akan 2 = peserta 41-45
diselenggarakan 1 = Peserta 45-50
5 = Peserta ≤ 15
b).1 Diklat non teknis
3 = peserta 16-20
Jumlah calon peserta dalam kelas 1 = Peserta ≥ 21
5 = Peserta : fasilitator = ≤5:1
b).2 Diklat Teknis
Perbandingan jumlah peserta dengan 3 = Peserta:fasilitator = 6-10 :
fasilitator 1
1 = Peserta : fasilitator > 10:1
Penilaian Pelatih
Kriteria: 5 = 81-100% telah mengikuti
1. Memiliki kemampuan Mengecek kemampuan kediklatan Perhitungannya: diklat WI dasar / Diklat bagi
kediklatan pelatih apakah telah mengikuti diklat (jml pelatih yang sesuai : pelatih (TOT/ akta/
WI/AKTA/ TOT atau mempunyai total pelatih) x 100% mempunyai pengalaman
pengalaman melatih/mengajar. melatih / mengajar
Hitung prosentasinya 4 = 61-80% telah mengikuti
diklat WI dasar / Diklat bagi
pelatih (TOT/ akta/
mempunyai pengalaman
melatih / mengajar
Universitas Indonesia
Profesionalisme
2 Kesesuaian keahlian Mengecek kesesuaian keahlian Perhitungannya: (jml 5 = 81-100% pelatih memiliki
dengan materi yang pelatih dengan materi yang diberikan, pelatih yang sesuai : total pendidikan dasar profesi /
diberikan dilihat dari latar belakang pendidikan pelatih) x 100% diklat tambahan / pengalaman
/ keahlian termasuk diklat tambahan dalam bidang tugasnya sesuai
dan pengalaman dalam bidang dengan materi yang diberikan
tugasnya. Hitung prosentase (%) nya. 4 = 61-80% pelatih memiliki
pendidikan dasar profesi /
diklat tambahan / pengalaman
dalam bidang tugasnya sesuai
dengan materi yang diberikan
3 = 41-60% pelatih memiliki
pendidikan dasar profesi /
diklat tambahan / pengalaman
dalam bidang tugasnya sesuai
dengan materi yang diberikan
2 = 21-40% pelatih memiliki
pendidikan dasar profesi /
diklat tambahan / pengalaman
dalam bidang tugasnya sesuai
dengan materi yang diberikan
1 = ≤ 20% pelatih memiliki
pendidikan dasar profesi /
diklat tambahan / pengalaman
dalam bidang tugasnya sesuai
dengan materi yang diberikan
Penilaian
Penyelenggara
Landasan Hukum - Mengecek kesesuain institusi 5 = institusi diklat kesehatan,
1 Kesesuaian institusi penyelenggara dengan tupoksi baik pemerintah maupun
penyelenggara melatih swasta
berdasarkan kewenangan - Mengecek SK Panitia 3 = institusi kesehatan non
hukum penyelenggara apakah diklat, dengan Master of
Universitas Indonesia
Penilaian tempat
penyelenggara
1 Kesesuaian tempat Mengecek kesesuaian tempat 5 = Institusi diklat sesuai
penyelenggaraan penyelenggaraan diklat dengan dengan badan hukum dan
berdasarkan fungsi fungsinya memiliki sarana kelas dengan
tempat penyelenggaraan kelengkapannya
diklat 3 =Institusi non diklat dan
memiliki sarana kelas dengan
kelengkapannya
1 = Institusi non diklat
dengan sarana kelas yang
tidak lengkap
C. Penilaian Akreditasi
Diklat
Akreditasi Diklat Suatu pengakuan yang diberikan oleh Nilai tiap komponen ≥3 Terakreditasi
pemerintah atau badan akreditasi dan tidak ada nilai
yang berwenang kepada suatu diklat parameter yang mendapat
yang telah memenuhi standar yang nilai 1 untuk komponen
telah ditetapkan sehingga diberikan kurikulum
izin untuk penyelenggaraannya
nilai komponen yang < 3 Tidak terakreditasi
atau nilai tiap komponen ≥
3 tetapi ada nilai parameter
yang mendapat nilai 1
untuk komponen
Universitas Indonesia
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Ka Dinkes Provinsi
Ka Dinkes / RS Kab Kota
Panitia Penyelenggara
Ka Bapelkes
SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN DIKLAT Kasie penyelenggaraan
Tim Akreditasi
Ka sie evaluasi dan pelaporan
Fasilitator/Widyaiswara
Umpan Balik
Gambar 4.1
Entitas Sistem Informasi Diklat Bapelkes Dinkes Provinsi Jawa Barat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pembuatan kamus data bertujuan untuk memudahkan pengelolah dan pengguna sistem
informasi mencari komponen data atau unit data yang diperlukan.
- Penentuan Relationship antar tabel
Relationship bertujuan agar pengguna dapat mengetahui hubungan sistem yang dibuat,
sehingga mempermudah menemukan permasalahan program di setiap entitas.
4.2.4 Pembuatan Prototype
Pembuatan prototype merupakan hasil dari rangkaian tahapan pengembangan sistem
yang selanjutnya diujicoba dan diimplementasikan. Namun prototype bukanlah akhir dari
pengembangan sistem yang menggunakan pendekatan SDLC sebab prototype yang
dihasilkan akan dikaji secara terus menerus dan dikembangkan lagi sesuai kebutuhan.
Adapun langkah pembuatan prototype menurut Pressman (1992) adalah sebagai berikut:
- Pembuatan prototype dimulai dengan mengumpulkan kebutuhan
- Programer dan user bertemu dan menentukan semua tujuan untuk pembuatan perangkat
lunak
- Identifikasi semua kebutuhan yang diketahui
- Mendefinisikan batasan kewenangan
4.2.5 Uji coba prototype
Setelah sistem dibuat maka tahapan sekanjutnya adalah melakukan uji coba dengan
melakukan test mulai dari input data hingga output yang dihasilkan. Komponen yang dinilai
pada tahapan uji coba adalah sebagai berikut:
- Komponen Rancangan Input
Komponen rancangan input yang diuji adalah kendali input, kemudahan dalam
penggunaan dan mekanisme backup data yang digunakan.
- Komponen Rancangan Proses
Komponen rancangan proses yang diuji adalah prosedur sistem operasi, konsistensi dan
kehandalan perangkat yang digunakan, fungsi dari fasilitas yang digunakan, fleksibilitas
dari model yang digunakan.
- Komponen Rancangan Database
Komponen rancangan database yang diuji adalah mekanisme backup data, keamanan
dan pemulihan bila terjadi hal tidak terduga, kejelasan fungsi dari entitas dan atribut serta
kapasitas database yang dimiliki.
- Komponen Rancangan Kendali
Universitas Indonesia
Komponen rancangan kendali yang diuji adalah adanya fasilitas pendukung seperti menu
help, mekanisme recovery bila terjadi kerusakan pada sistem.
4.2.6 Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan atau implementasi ini menguji, menginstal dan memulai
penggunaan sistem yang dikembangkan. Tujuannya adalah:
- Menguji serta mendokumentasikan program dan prosedur sistem yang dibutuhkan
- Memastikan bahwa personel yang terlibat dapat mengoperasikan sistem
- Memastikan konversi sistem lama ke sistem yang baru dapat berjalan secara baik dan
benar
4.3 Pengumpulan Data
4.3.1 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh melalui
pengukuran kualitatif dan bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sistem yang
akan dikembangkan. Metode yang digunakan untuk pengukuran kualitatif adalah wawancara,
yaitu untuk memperoleh data primer dari informan melalui pedoman wawancara yang telah
disiapkan dan dilakukan observasi, sedangkan untuk memperoleh data sekunder dilakukan
pemeriksaan data (studi dokumentasi) terhadap laporan-laporan yang berkaitan dengan
penelitian ini. Proses pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Matriks Proses Pengumpulan Data
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB V
HASIL PENELITIAN
Seperti yang telah di jelaskan dalam metodologi penelitian bahwa metode yang
digunakan dalam pengembangan sistem informasi manajemen diklat ini adalah metode
system development life cycle (SDLC) yang meliputi tahapan analisis, perancangan sistem
dan pembuatan prototype. Untuk melengkapi metode yang ada dalam SDLC dipergunakan
metode incremental interative.
Pada tahapan analisis ini peneliti akan memahami dan mendokumentasikan kebutuhan
bisnis dan persyaratan proses dari sistem baru. Adapun aktifitas yang dilakukan adalah
dengan pengumpulan informasi tentang bagaimana proses-proses bisnis yang ada pada sistem
lama yang sedang berjalan, mengidentifikasi apa saja yang dibutuhkan oleh sistem lama
untuk mengatasi masalahnya, serta kelayakan sistem apakah kebutuhan sistem layak untuk
dikembangkan dalam sistem informasi. Untuk mengidentifikasi masalah, dilakukan analisis
terhadap kinerja, informasi, ekonomi, keamanan aplikasi, efisiensi dan pelayanan pelanggan
atau dikenal dengan analisis PIECES (performance, information, economy, control, eficiency
dan service).
Universitas Indonesia
Form laporan yang digunakan untuk dalam kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat
adalah kuesioner yang diberikan kepada responden kab kota, form laporan yang digunakan
untuk penilaian akreditasi terhadap mutu komponen pelatihan adalah dokumen akreditasi
diklat, form evaluasi yang digunakan untuk mengetahui evaluasi terhadap penyelenggara
diklat, evaluasi terhadap fasilitator/widyaiswara, evaluasi terhadap peserta adalah form
evaluasi, sedangkan form evaluasi pasca diklat berupa kuesioner diberikan kepada alumni
peserta diklat untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan diklat terhadap pengetahuan, sikap
dan keterampilan di tempat kerjanya.
Kendala yang dihadapi pada sistem pelaporan manajemen diklat di Bapelkes adalah
belum optimalnya pengolahan dan analisa datanya. Pengolahan dan analisis data masih
bersifat manual serta bahan analisis berupa data yang masuk terkadang tidak lengkap dan
tidak tepat waktu. Laporan hasil analisis seharusnya di feedback ke Kepala Bapelkes,
fasilitator/widyaiswara, Kepala Penyelenggara diklat, Kepala Evaluasi dan Perencanaan,
Kepala Ka Sub Bag Tata Usaha serta para stakeholder untuk kepentingan tindak lanjut
kegiatan program diklat, namun hal ini belum dilakukan secara optimal. Kendala lain adalah
belum dimanfaatkannya penggunaan perangkat komputer sebagai sarana untuk mempercepat
proses input data, pengolahan data sehingga informasi yang didapat belum tepat waktu begitu
pula output dalam penyajian data masih belum optimal.
Kegiatan Diklat dimulai dari Analisis Kebutuhan Diklat, form isian AKD ini berupa
kuesioner yang dibagikan kepada responden dinas kesehatan kab kota. Data yang dihasilkan
dari kegiatan AKD ini berupa data kebutuhan diklat dari masing-masing dinkes kab kota
tersebut. Selain itu dari hasil wawancara kegiatan AKD ini berupa data identifikasi masalah,
Universitas Indonesia
2. Akreditasi Diklat
Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan di Bapelkes adalah untuk menilai mutu dari
suatu program pelatihan. Evaluasi pre test terhadap peserta dilakukan sebelum kegiatan diklat
dimulai. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengukur apa yang telah diketahui oleh peserta
latih terkait dengan materi yang akan diberikan dalam diklat apa yang diharapkan oleh
peserta latih yang akan didapatkan dari program diklat. Evaluasi post test dilakukan setelah
semua materi disampaikan kepada peserta, ini menggambarkan seberapa besar materi
tersebut dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta.
Universitas Indonesia
bagian perencanaan dan evaluasi, hasil evaluasi pre dan post test di sampaikan kepada peserta
saat penutupan pelatihan, evaluasi peneyelenggaraan diklat disampaikan kepada pemegang
keputusan sedangkan evaluasi fasilitator disampaikan sebagai masukan kepada fasilitator.
Adapun gambaran bisnis proses penyelenggaraan diklat terlihat pada gambar 5.1 di
bawah ini:
Universitas Indonesia
Gambar 5.1
Diagram Alir Proses Sistem Informasi Yang Sedang Berjalan
Dinkes Kab Kota Perencanaan dan Seksi Panitia Tim Akreditasi
Evaluasi penyelenggara Penyelenggara
Input
Star Mendapat
Perencanaan Jadwal Dokumen
dokumen
diklat diklat akreditasi
pelaksanaan
diklat
diklat
Kuesioner hsl
tna dan epp
Proses
Rekap data Menyusun Menyusun Tidak ada penilaian
Membuat
manual rencana diklat pelaksanaan dokumen
dokumen
diklat akreditasi diklat
kerangka
dan penerbitan sk
acuan
status akreditasi
Out
Laporan TNA Dokumen Kalender diklat Kerangka
put Tidak ada nilai
dan epp rencana diklat dan acuan diklat komponen dan
kepanitiaan (dokumen SK status
diklat) akreditasi
Arsip
Output
Nilai evaluasi Nilai
Sertifikat
penyelenggara Pengetahuan,
peserta, data selesai
an sikap dan
evaluasi
keterampilan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hasil dari kajian di Bagian Tim Akreditasi panitia penyelenggara diklat belum
semuanya mengirimkan berkas/dokumen akreditasi diklat ke tim akreditasi, selain itu tim
akreditasi diklat yang dibentuk belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga pelatihan
yang akan dilaksanakan belum semuanya dinilai apakah sudah memenuhi standar akreditasi
diklat yang di harapkan. Selain itu variabel komponen akreditasi yang terlalu banyak dapat
menyulitkan tim akreditasi dalam melaksanakan penilaian tersebut.
Berikut kutipan hasil wawancara dengan Ka Sie penyelenggaraan: ….. tim akreditasi
yang dibentuk tidak jalan, sehingga tidak ada penilaian terhadap mutu pelatihan setiap
sebelum pelaksanaan diklat dimulai, dengan adanya sistem ini diharapkan akan
memudahkan dalam penilaian akreditasi diklat ini karena penilaian ini termasuk dalam
penilaian akreditasi intitusi Bapelkes ….
Berikut kutipan hasil wawancara dengan Ka Sie penyelenggaraan: ….. kami selalu
kesulitan untuk menelulusuri data diklat tahun-tahun sebelumnya terutama pada waktu
penilaian akreditasi institusi diklat, serta apabila diperlukan data fasilitator untuk diundang
mengajar pada pelatihan yang sama harus membuka dokumen yang tersimpan dalam rak
………..
Berikut kutipan hasil wawancara dengan Staf Seksi Perencanaan dan Evaluasi : …..
perhitungan hasil evaluasi terhadap peserta berupa pre post test, evaluasi terhadap panitia
penyelenggara, dan evaluasi terhadap evaluasi fasilitator masih manual sehingga sangat
Universitas Indonesia
menyulitkan dalam menghitung hasil evaluasi tersebut, ini berdampak pada penulisan
laporan penyelenggaraan diklat yang selalu tidak tepat waktu ….
Pengumpulan data hasil kegiatan evaluasi pasca dilakukan oleh widyaiswara, data
berasal dari kuesioner yang dibagikan kepada mantan peserta diklat setelah minimal 6 bulan
pelatihan, kuesioner tersebut dikumpulkan oleh widyaiswara setelah pelaksanaan wawancara
tersebut. Kuesioner hasil wawancara dikumpulkan, apabila dalam waktu wawancara tersebut
alumni tidak hadir maka kuesioner dititipkan, selanjutnya di kirim ke Bapelkes via pos.
Menurut hasil wawancara dengan widyaiswara, input data hasil evaluasi pasca diklat
masih manual. Pertanyaan pada setiap kuesioner dalam setiap diklat bermacam-macam
sehingga menyulitkan dalam mengolah data hasil evaluasi ini. Berikut hasil kutipan dengan
widyaiswara “….untuk kuesioner evaluasi pasca diklat untuk setiap kegiatan sangat berbeda,
tetapi tujuannya sama yaitu menghitung nilai sikap pengetahuan, keterampilan dan sikap
peserta, ….”
Data yang terkumpul untuk kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) di rekap
secara manual kemudian dicetak dan disimpan dalam bentuk dokumen kertas. Hasil input
data terdokumentasi dalam file yang tersimpan dalam hard disk, back up data menggunakan
flash disk. Selain itu karena data belum tersimpan dalam data base menjadi sulit apabila
dibutuhkan data tahun lalu. Data tidak cepat tersedia karena harus mencari dokumen lalu
memilahnya dan belum tentu dokumen itu ada. Hasil rekapan kegiatan ini dilaporkan dalam
bentuk tabel data, dan dilaporkan dalam bentuk laporan tahunan.
Universitas Indonesia
2. Akreditasi Diklat
Setelah Panitia Penyelenggara mengumpulkan hasil evaluasi pre post tes peserta,
evaluasi penyelenggara dan evaluasi fasilitator maka bagian Perencanaan dan Evaluasi
menghitung secara manual hasil evaluasi tersebut, setelah di hitung kemudian hasil evaluasi
ini diinput data ke komputer. Hasil analisis dari evaluasi penyelenggaraan diklat ini disajikan
dalam bentuk tabel dan data yang tersimpan belum menggunakan basis data.
Universitas Indonesia
Berikut adalah matrik dari hasil analisis sistem informasi manajemen diklat di
Bapelkes, dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1
Matrik Identifikasi Masalah Sistem Informasi Manajemen Diklat
Kegiatan Input Proses Output
Universitas Indonesia
Masalah sumber daya untuk pelaksanaan sistem informasi manajemen diklat masih
terbatas, untuk kegiatan pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data kegiatan
Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) dan Evaluasi Pasca Pelatihan (EPP) masih dilakukan oleh
Widyaiswara, disamping mereka melaksanakan kegiatan tersebut mereka juga masih
melaksanakan tugas pokok lain.
2. Akreditasi Diklat
Penyajian data hasil akreditasi diklat baru berupa bentuk tabel sehingga tidak ada
umpan balik yang disampaikan kepada panitia penyelenggara apakah pelatihan tersebut sudah
Universitas Indonesia
sesuai standar. Selain itu pelaksanaan akreditasi ini belum semuanya di laksanakan sehingga
tidak ada laporan yang harus di umpan balik.
Laporan hasil evaluasi pre post test di umpan balik pada saat penutupan pelatihan
kepada peserta, laporan hasil evaluasi penyelenggaraan seharusnya dilakukan ketika proses
pembelajaran masih berlanjut sehingga segala keluhan dari peserta pelatihan dapat segera di
feedback, untuk evaluasi fasilitator belum semua di feed back kepada fasilitator. Semua
laporan evaluasi pre, post tes, evaluasi penyelenggara dan evaluasi fasilitator dilaporkan pada
setiap akhir kegiatan pelatihan dalam bentuk hard copy dan ditandatangani oleh Kepala
Bapelkes.
Laporan Kegiatan Evaluasi Pasca Diklat dilaporkan dalam bentuk laporan kegiatan.
Hasil wawancara dengan widyaiswara hasil kegiatan ini baru di sosialisasikan dalam Rapat
Intern di Bapelkes, Rapat Pimpinan di Dinas Kesehatan Provinsi dan laporan dikirimkan ke
Dinas kabupaten Kota melalui surat. Untuk selanjutnya informasi hasil dari kegiatan AKD
seharusnya diseminarkan dengan mengundang stakeholder terkait sehingga hasil evaluasi ini
dapat di feedback dan sebagai dasar pengambilan keputusan terutama dalam penyusunan
anggaran kebutuhan jenis diklat.
2. Akreditasi Diklat
Universitas Indonesia
program diklat. Menurut kajian di tempat penelitian informasi yang dihasilkan dari kegiatan
penyelenggaraan diklat tidak dapat menggambarkan kualitas diklat karena belum ada
pencapaian program diklat sesuai indikator yang telah dicapai.
Tabel 5.2
Matrik Identifikasi Kebutuhan Sistem Informasi
Kegiatan Input Proses Output
Universitas Indonesia
Evaluasi Pacsa Input kode diklat, jenis Mengolah dan Informasi dan laporan
Diklat diklat, nama diklat, menganalisis dat hasil Evaluasi Pasca
tanggal pelaksanaan diklat, hasil evaluasi Pelatihan terhadap
pertanyaan aspek sikap, pasca diklat persentasi penerapan
nama peserta, nilai sikap. terhadap sikap peserta dalam
Input kode diklat, jenis pengetahuan, menjalankan tugas di
diklat, nama diklat, sikap, tempat kerjanya.
tanggal pelaksanaan diklat, keterampilan Informasi dan laporan
pertanyaan aspek alumni diklat hasil evaluasi pasca
keterampilan, nama secara otomatis diklat terhadap persentasi
peserta, nilai keterampilan. penerapan keterampilan
Input kode diklat, jenis dalam menjalankan tugas
diklat, nama diklat, di tempat kerjanya
tanggal pelaksanaan diklat, Informasi nilai
pertanyaan aspek pengetahuan alumni
keterampilan, nama diklat
peserta, nilai keterampilan.
2 Sarana prasarana Komputer sebagai instrument Komputer yang ada saat ini
untuk entri data dan akan lebih dimanfaatkan
pengolahan data untuk pengembangan sistem
Universitas Indonesia
5.3.1 Pengembangan Diagram Alir Proses Bisnis Sistem Informasi Manajemen Diklat
Setelah melakukan analisis pada sistem yang sedang berjalan pada sistem pencatatan
dan pelaporan kegiatan diklat di Bapelkes maka desain pengembangan sistem yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Gambar 5.2
Diagram Alir Proses yang Diusulkan Penyelenggaraan Diklat Di Bapelkes
Widyaiswara Perencanaan dan Seksi Panitia Tim Akreditasi
Evaluasi penyelenggara Penyelenggara
Input
Mendapat
Star Perencanaan Jadwal Dokumen
dokumen
diklat diklat akreditasi
pelaksanaan
diklat
diklat
Kuesioner hsl
tna dan epp
Proses
Rekap data Menyusun Menyusun Membuat Penilaian dokumen
secara rencana diklat pelaksanaan dokumen akreditasi diklat
otomatis diklat kerangka dan penerbitan sk
acuan status akreditasi
secara otomatis
Out
Laporan TNA Dokumen Kalender diklat Kerangka
put Nilai
dan epp rencana diklat dan acuan diklat komponen dan
kepanitiaan (dokumen SK status
diklat) akreditasi
Arsip
Melakuan
Proses Melaksanakan Mengolah
evaluasi dan
kegiatan, data
mengolah
evaluasi & evaluasi
data evaluasi
membuat secara
pasca diklat
sertifikat otomatis
secara
otomatis
Output
Nilai evaluasi Nilai
Sertifikat
penyelenggara Pengetahuan,
peserta, data selesai
an sikap dan
evaluasi
keterampilan
Universitas Indonesia
Gambar 5.3:
I1 O4 Widyaiswara/fasilitator
Dinkes Kab Kota
Keterangan:
1. (I1) input data hasil TNA dan data hasil evaluasi pasca pelatihan
2. (I2) input data penilaian dokumen akreditasi
3. (I3) input data diklat, biodata fasilitator, biodata peserta, biodata panitia, biodata MOT,
GBPP, struktur program diklat, jadwal pelatihan, sertifikat peserta
4. (I4) input data evaluasi penyelenggaraan diklat, evaluasi widyaiswara/fasilitator, evaluasi
peserta
5. (O1) laporan kegiatan pelaksanaan kegiatan TNA, Evaluasi Pasca
6. (O2) Laporan penilaian akredidasi diklat dan penerbitan status akreditasi
Universitas Indonesia
7. (O3) Laporan biodata fasilitator, biodata peserta, biodata panitia, biodata MOT, GBPP,
struktur program diklat, jadwal pelatihan, sertifikat peserta
8. (O4) Laporan evaluasi peserta, fasilitator, panitia
Gambar 5.4:
Data Flow Diagram Level 0 Sistem Informasi Manajemen Diklat
Keterangan:
1. (I1) input data hasil TNA dan data hasil evaluasi pasca pelatihan
2. (I2) input data penilaian dokumen akreditasi
3. (I3) input data diklat, biodata fasilitator, biodata peserta, biodata panitia, biodata MOT,
GBPP, struktur program diklat, jadwal pelatihan, sertifikat peserta
4. (I4) input data evaluasi penyelenggaraan diklat, evaluasi widyaiswara/fasilitator, evaluasi
peserta
5. (O1) laporan kegiatan pelaksanaan kegiatan TNA, Evaluasi Pasca
6. (O2) Laporan penilaian akreditasi diklat dan penerbitan status akreditasi
7. (O3) Laporan biodata fasilitator, biodata peserta, biodata panitia, biodata MOT, GBPP,
struktur program diklat, jadwal pelatihan, sertifikat peserta
8. (O4) Laporan evaluasi peserta, fasilitator, panitia
Universitas Indonesia
Gambar 5.5:
Data Flow Diagram Level 1 Sistem Informasi Manajemen Diklat
Bapelkes
2.3
Input 3.3
data Input
4.3
GBPP Komponen
Input
Fasilitator
data
evaluasi
panitia
2.4
3.4
Input
Input
data
komponen
Struktur
panitia
prog
2.5 3.5
Input Input
data komponen
jadwal tempat
data AKD (prioritas) data peserta, data fasilitator, data nilai komponen data nilai evaluasi peserta,
data EPP (nilai KAP) data GBPP, data struktur program, akreditasi fasilitator, panitia
data jadwal
Universitas Indonesia
Rancangan form yang akan digunalan untuk memasukan data ke dalam basis data
program aplikasi Sistem Informasi Manajemen Diklat adalah sebagai berikut:
Form yang pertama muncul setelah apilkasi dijalankan adalah form login. Form ini dapat diisi
oleh petugas sebagai administrator. Tujuan form ini adalah untuk mencegah orang yang tidak
memiliki otoritas masuk kedalam sistem. Cara ini adalah untuk melindungi data-data di
dalam sistem. Tampilan form pengesahan adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Gambar 5.6
Form Menu Pasword
jika password diterima oleh sistem maka selanjutnya pengguna akan dibawa ke dalam form
menu utama.
Pada interface ini terdapat beberapa menu yang terdapat di sebelah kiri yang terdiri
dari menu master, menu transaksi, menu laporan. Dari menu utama ini, pengguna disediakan
beberapa menu pilihan, yaitu: menu TNA, menu Akreditasi diklat, menu evaluasi
penyelenggaraan, evaluasi pasca diklat.
Gambar 5.7
Form Menu Tampilan Utama
Universitas Indonesia
Gambar 5.8
Form Menu Master Kode Diklat
Menu master yang lain adalah menu master biodata peserta, berfungsi untuk menginput
biodata beserta sesuai kode diklat, jenis diklat dan nama diklat. Dengan adanya form menu
input biodata peserta ini memudahkan panitia penyelenggara menginput biodata peserta
dengan cepat. Serta terdapat penilaian terhadap kesesuaian peserta dengan tujuan diklat.
Terlihat pada gambar 5.9
Gambar 5.9
Form Menu Master Input Biodata Peserta
Universitas Indonesia
Demikian juga untuk input data fasilitator, menu master biodata fasilitator dapat
memudahkan melakukan input data fasilitator secara cepat dan tepat. Serta terdapat penilaian
terhadap kesesuaian fasilitator seperti pelatih telah mengikuti WI Dasar/TOT/AKTA dan
pelatih memiliki keahlian dengan materi yang diberikan. Terlihat pada gambar 5.10.
Gambar 5.10
Form Menu Master Input Biodata Fasilitator
b. Tampilan Transaksi
Bagian ini digunakan untuk memasukan dan menampilkan data hasil TNA, data penilaian
akreditasi diklat, data evaluasi penyelenggaraan diklat, data evaluasi pasca diklat.
Rancangan form untuk memasukan data dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Form menu input data diklat hasil TNA berfungsi untuk memasukan data hasil TNA,
pada menu ini terdapat kode diklat, jenis diklat, nama diklat, dinkes kab/kota, bidang
yang dipilih.
Gambar 5.11
Form Menu Input Diklat Hasil TNA
Universitas Indonesia
Pada form input penilaian komponen kurikulum akreditasi diklat, berfungsi untuk
memudahkan tim akreditasi untuk memasukan nilai variabel pada komponen kurikulum
akreditasi diklat seperti pada gambar 5.12. variabel tersebut terdiri atas kejelasan kompetensi
dengan tujuan diklat, kesesuaian materi inti dengan tujuan diklat, kesesuaian materi yang
terdapat dalam GBPP, proporsi waktu antara teori dengan praktek pada struktur program,
kesesuaian metode pelatihan dengan kompetensi yang ingin dicapai serta adanya instrumen
evaluasi untuk peserta, pelatih dan penyelenggara.
Gambar 5.12
Form Menu Input Penilaian Komponen Kurikulum Akreditasi Diklat
Pada form menu input penilaian komponen peserta, berfungsi untuk memudahkan tim
akreditasi untuk menilai variabel pada komponen peserta. Variabel tersebut diantaranya
kesesuaian persyaratan calon peserta, efektifitas diklat berdasarkan jumlah peserta dalam satu
kelas, nilai jumlah peserta dalam satu kelas. Terlihat dalam gambar 5.13.
Universitas Indonesia
Gambar 5.13
Form Menu Input Penilaian Komponen Peserta Akreditasi Diklat
Pada form menu input penilaian komponen fasilitator, berfungsi untuk memudahkan
tim akreditasi untuk menilai variabel pada komponen fasilitator. Variabel tersebut
diantaranya memiliki kemampuan kediklatan, kesesuaian keahlian dengan materi yang
diberikan. Terlihat dalam gambar 5.14.
Gambar 5.14
Form Menu Input Penilaian Komponen Fasilitator Akreditasi Diklat
Pada form menu input penilaian komponen tempat penyelenggara diklat, berfungsi
untuk memudahkan tim akreditasi untuk menilai variabel pada komponen tempat
penyelenggaraan diklat. Variabel tersebut diantaranya kesesuaian tempat penyelenggara
berdasarkan fungsi tempat penyelenggara pelatihan. Terlihat dalam gambar 5.15.
Universitas Indonesia
Gambar 5.15
Form Menu Input Penilaian Komponen Tempat Penyelenggara Akreditasi Diklat
Pada form menu input penilaian komponen evaluasi fasilitator, berfungsi untuk
memudahkan staf perencanaan dan evaluasi untuk memasukan nilai evaluasi fasilitator terdiri
dari aspek kompetensi, aspek performance dan aspek sikap dan perilaku. Terlihat dalam
gambar 5.16.
Gambar 5.16
Form Menu Input Evaluasi Fasilitator
Pada form menu input penilaian komponen evaluasi peserta, berfungsi untuk
memudahkan staf perencanaan dan evaluasi untuk memasukan nilai evaluasi peserta terdiri
dari nilai pre test dan nilai post test. Terlihat dalam gambar 5.17.
Universitas Indonesia
Gambar 5.17
Form Menu Input Evaluasi Peserta
Pada form menu input nilai retensi pengetahuan alumni peserta diklat hasil kegiatan
evaluasi pasca diklat, berfungsi untuk memudahkan widyaiswara untuk memasukan nilai
retensi pengetahuan peserta. Terlihat dalam gambar 5.18.
Gambar 5.18
Form Menu Input Nilai Pengetahuan Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat
Pada form menu input nilai sikap alumni peserta diklat hasil kegiatan evaluasi pasca
diklat, berfungsi untuk memudahkan widyaiswara untuk memasukan nilai sikap peserta
terhadap pelaksanaan diklat tang telah alumni ikuti. Terlihat dalam gambar 5.19.
Universitas Indonesia
Gambar 5.19
Form Menu Input Nilai Sikap Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat
Pada form menu input nilai keterampilan alumni peserta diklat hasil kegiatan evaluasi
pasca diklat, berfungsi untuk memudahkan widyaiswara untuk memasukan nilai ketrampilan
alumni dalam menerapkan hasil diklat di tempat kerjanya. Terlihat dalam gambar 5.20.
Gambar 5.20
Form Menu Input Nilai Keterampilan Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat
c. Menu laporan
Interface ini merupakan tabel laporan yang berisikan hasil rekapitulasi data file report
data hasil TNA, file laporan biodata peserta, file laporan biodata fasilitator, file laporan
GBPP, file laporan struktur program, file laporan jadwal, file laporan evaluasi peserta, file
laporan evaluasi fasilitator, file laporan evaluasi panitia, file laporan evaluasi pasca diklat.
Dengan adanya form ini maka pembuatan laporan akan lebih cepat dan tepat.
Universitas Indonesia
Berikut adalah laporan hasil input biodata fasilitator, hasil input data pada master data
biodata fasilitator. Terlihat pada gambar 5.21
Gambar 5.21
Form Output Biodata Fasilitator
Berikut adalah laporan hasil input data TNA diantaranya laporan prioritas kebutuhan
diklat dari masing-masing dinkes kab kota dan identifikasi, penyebab, pemecahan
masalah serta prioritas masalah dalam pemilihan diklat sebagai solusi dalam memecahkan
masalah tersebut. Terlihat dalam gambar 5.22 dan gambar 5.23.
Gambar 5.22
Form Menu Output Grafik Prioritas Diklat Hasil TNA
Universitas Indonesia
Gambar 5.23
Form Menu Output Laporan Hasil AKD/TNA
Pada form menu grafik penilaian komponen akreditasi merupakan hasil input data
penilaian komponen akreditasi diklat. Setelah masing-masing nilai komponen diinput akan
muncul penilaian terhadap status diklat yang akan dilaksanakan terakreditasi atau tidak
terakreditasi. Terlihat pada gambar 5.24.
Gambar 5.24
Form Menu Output Grafik Penilaian Komponen Akreditasi Diklat dan Status Akreditasi
Diklat
Universitas Indonesia
Form menu output laporan evaluasi fasilitator merupakan hasil input data penilaian
evaluasi fasilitator. Di laporan akan muncul nilai aspek kompetensi, nilai aspek sikap dan
perilaku dan aspek performance. Dari ketiga aspek tersebut akan dinilai secara total
sehingga akan terlihat kriteria penilaian evaluasi untuk masing-masing fasilitator. Terlihat
paga gambar 5.25.
Gambar 5.25
Form Menu Output Laporan Evaluasi Fasilitator
Form menu output laporan evaluasi peserta merupakan hasil input data penilaian
evaluasi peserta. Di laporan akan muncul nilai pre test dan nilai post test. Dari penilaian
nilai pre test dan post test ini akan muncul rata-rata nilai peserta, nilai terkecil, nilai
terbesar, serta kenaikan rata-rata dari nilai post test terhadap nilai pre test. Terlihat pada
gambar 5.26.
Gambar 5.26
Form Menu Output Laporan Evaluasi Peserta
Universitas Indonesia
Form menu output sertifikat peserta merupakan hasil input biodata peserta, sehingga
otomatis akan tercatat dalam sertifikat. Sehingga akan mengurangi kesalahan dalam
pembuatan nama, NIP, tempat tanggal lahir, pangkat/golongan, instansi. Terlihat pada
gambar 5.26.
Gambar 5.27
Form Menu Output Sertifikat Peserta Diklat
Form menu output nilai pengetahuan alumni merupakan hasil input nilai retensi
pengetahuan alumni peserta diklat. Dari penilaian muncul kriteris nilai pengetahuan
terdiri dari kriteria sangat baik, baik, sedang, kurang, sangat kurang. Terlihat pada gambar
5.28.
Gambar 5.28
Form Menu Output Nilai Pengetahuan Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat
Universitas Indonesia
Form menu output nilai sikap alumni merupakan hasil input nilai sikap alumni peserta
terhadap pelaksanaan diklat, dari penilaian tersebut muncul kriteris nilai sikap terdiri dari
kriteria sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Terlihat pada
gambar 5.29.
Gambar 5.29
Form Menu Output Nilai Sikap Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat
Form menu output nilai ketrampilan alumni merupakan hasil input nilai keterampilan
alumni peserta terhadap penerapan hasil diklat di tempat kerja, dari penilaian tersebut
muncul penerapan dari tujuan diklat apakah diterapkan atau tidak diterapkan. Terlihat
pada gambar 5.29.
Gambar 5.30
Form Menu Output Nilai Keterampilan Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat
Universitas Indonesia
Form menu output nilai dukungan alumni merupakan hasil input nilai dukungan
atasan atau lingkungan alumni peserta terhadap penerapan hasil diklat di tempat kerja,
dari penilaian tersebut muncul penerapan dari tujuan diklat apakah ada dukungan atau
tidak ada dukungan di tempat kerja. Terlihat pada gambar 5.31.
Gambar 5.31
Form Menu Output Nilai Dukungan pada Evaluasi Pasca Diklat
1) Sistem online
Universitas Indonesia
Tabel 5.4
Spesifikasi Hardware Sistem Informasi Manajemen Diklat
Universitas Indonesia
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan di bahas hasil analisis sistem yang mengacu pada hasil penelitian
dan dihubungkan dengan tujuan awal penelitian. Hasil pembahasan ini diharapkan dapat
menjadi solusi dari permasalahan sistem informasi yang ada saat ini. Menurut Lembaga
Administrasi Negara RI tahun 2003 menggambarkan proses Konsep Model Diklat sebagai
suatu sistem yang intergral yang merupakan suatu siklus diklat yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Agar pelatihan dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan maka dimulai
dengan penilaian kebutuhan diklat, penentuan tujuan diklat, perencanaan program
pelatihan/pembuatan desain kurikulum, pelaksanaan pelatihan dengan standarisasi akreditasi
pelatihan guna mendapatkan sertifikat serta pelatihan dan evaluasi. Berdasarkan model diklat
tersebut maka pembahasan masalah di mulai dari masalah analisis kebutuhan diklat,
akreditasi diklat, evaluasi penyelenggaraan diklat dan evaluasi pasca diklat.
Data kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat didapat dari hasil wawancara kuesioner
yang di bagikan dan telah diisi oleh responden Dinas Kabupaten Kota. Pengumpulan data
hasil kegiatan AKD tersebut langsung di kumpulkan oleh Widyaiswara. Selanjutnya
widyaiswara merekap hasil kegiatan tersebut, form laporan yang terlalu banyak dan input
data masih manual sehingga pembuatan laporan tidak tepat waktu, input data dilakukan
berulang-ulang dan disimpan banyak tempat.
Universitas Indonesia
2. Akreditasi Diklat
Selain itu variabel komponen akreditasi yang terlalu banyak dapat menyulitkan tim
akreditasi dalam melaksanakan penilaian tersebut. Sehingga penilaian akreditasi diklat tidak
dapat dilakukan tepat waktu.
3. Evaluasi Penyelenggaraan
Universitas Indonesia
satu pelatihan, serta kesibukan dalam melakukan tugas lain. Perhitungan nilai evaluasi masih
secara manual sehingga terjadi penumpukan terhadap hasil evaluasi yang harus dinilai,
sehingga pada akhirnya nilai evaluasi di tulis seadanya dalam laporan pelaksanaan diklat.
Pengumpulan data hasil kegiatan evaluasi pasca dilakukan oleh widyaiswara, data
berasal dari kuesioner yang dibagikan kepada mantan peserta diklat setelah minimal 6 bulan
pelatihan, kuesioner tersebut dikumpulkan oleh widyaiswara setelah pelaksanaan wawancara
tersebut. Kuesioner hasil wawancara dikumpulkan, apabila dalam waktu wawancara tersebut
alumni tidak hadir maka kuesioner dititipkan, selanjutnya di kirim ke Bapelkes via pos. Input
data hasil evaluasi pasca diklat masih manual. Pertanyaan pada setiap kuesioner dalam setiap
diklat bermacam-macam sehingga menyulitkan dalam mengolah data hasil evaluasi ini.
Data dapat didefinisikan sebagai fakta-fakta yang masih mentah atau acak yang
menjadi input untuk proses yang menghasilkan informasi. Definisi lain, data merupakan
kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kesatuan nyata
adalah berupa suatu objek nyata seperti tempat, benda dan orang yang betul-betul ada atau
terjadi. Untuk pengambilan keputusan bagi manajer, maka faktor-faktor tersebut harus diolah
lebih lanjut untuk menjadi suatu informasi.
Informasi dipahami sebagai pemrosesan input terorganisir, memiliki arti dan berguna
bagi orang yang menerimanya. Gordon B Davis, (1985) mendefinisikan informasi sebagai
data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti dan berguna bagi penerimanya
untuk mengambil keputusan masa kini maupun masa yang akan datang. Raymond McLeod
(1995) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih
berarti bagi penerimannya.
Universitas Indonesia
Pelaksanaan analisis kebutuhan diklat (AKD) tidak hanya terbatas pada penyusunan
program pelatihan berbasis kompetensi saja, tetapi untuk menyusun program pelatihan yang
berorientasi pada pemenuhan keterampilan untuk jabatan-jabatan tertentu di suatu organisasi.
Sehubungan hal tersebut maka pelaksanaan AKD merupakan hal yang sangat penting atau
strategis dalam penyusunan program diklat baik berbasis kompetensi maupun diklat berbasis
kebutuhan.
Manfaat dari kegiatan analisi kebutuhan diklat tersebut adalah : tersusunnya program
diklat sesuai kebutuhan, terwujudnya program diklat sesuai sasaran, terlaksananya diklat
yang lebih memotivasi peserta untuk mengikutinya karena sesuai kebutuhannya.
2. Akreditasi Diklat
Universitas Indonesia
diklat dan kesesuaian tempat penyelenggara diklat sehingga tidak diketahui apakah diklat
yang diselenggarakan sudah sesuai standar.
Pada sistem baru, akan memudahkan penilaian terhadap kegiatan akreditasi diklat
untuk dianalisis terhadap kesesuaian kurikulum, kesesuaian peserta, kesesuaian fasilitator,
kesesuaian penyelenggara diklat dan kesesuaian tempat penyelenggara diklat sehingga dapat
diketahui apakah diklat yang diselenggarakan sudah sesuai standar. Informasi penilaian
akreditasi ini dibutuhkan untuk mengendalikan dan meningkatkan mutu pelatihan di bidang
kesehatan diantaranya mutu kurikulum, mutu peserta, mutu pelatih/fasilitator, mutu
penyelenggara diklat dan mutu tempat penyelenggaraan diklat. Informasi ini dibutuhkan
sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dan tindakan pada setiap kegiatan manajemen
baik perencanaan, monitoring maupun evaluasi pelaksanaan program diklat. Menurut kajian
di tempat penelitian informasi yang dihasilkan dari kegiatan penyelenggaraan diklat tidak
dapat menggambarkan kualitas diklat karena belum ada pencapaian program diklat sesuai
indikator yang telah dicapai.
Universitas Indonesia
Pengolahan data hasil evaluasi pasca diklat terhadap sikap, pengetahuan dan
keterampilan selama ini dilakukan secara manual, pertanyaan yang diberikan kepada alumni
dalam kuesioner untuk setiap diklat sangat beragam, sehingga sulit untuk melakukan
pengolahan data dan analisis datanya. Untuk kegiatan selanjutnya diharapkan ada
keseragaman dalam membuat kuesioner evaluasi pasca diklat ini. Hasil pengolahan data
tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan dibuatkan laporan secara rutin dalam kegiatan
evaluasi pasca ini.
Pada sistem baru, akan memudahkan pengolahan data hasil evaluasi pasca diklat
terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk menggambarkan seberapa besar alumni
peserta bisa menerapkan tujuan diklat yang telah diberikan selama diklat dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta serta dukungan dari lingkungan
kerjanya dalam menerapkan pengetahuan yang didapat selama pelatihan. Evaluasi Pasca
Diklat ini dapat mengetahui kekurangan program diklat untuk selanjutnya dapat memperbaiki
program diklat di masa mendatang, selain itu dengan Evaluasi Pasca Diklat ini dapat
mengetahui apakah hasil pelatihan telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan apakah
perlu kegiatan pelatihan dilanjutkan.
Efektifitas program diklat dapat dievaluasi melalui hasil suatu pelatihan, kriteria yang
digunakan adalah reaction, learning, behavior and result. Bagaimana bentuk instrumen yang
dipergunakan untuk melakukan pengukuran, bagaimana kriteria yang dipergunakan untuk
menyatakan bahwa peserta telah berhasil mencapai kompetensi yang ditetapkan perlu adanya
konsistensi kesesuaian antara tujuan pengajaran dengan learning outcome (kompetensi) yang
diharapkan dengan bentuk performance dan behavioral outcomes yang digunakan untuk
melakukan evaluasi.
Hasil pengolahan dan analisis data yang disajikan selain dipengaruhi oleh kualitas
data juga dipengaruhi oleh penyelenggara program diklat. Selain itu kurang terampilnya
penyelenggara diklat dalam menggunakan komputer sebagai alat pengolah data. Untuk
meningkatkan kemampuan penyelenggara diklat dalam pengolahan dan penyajian data
sebaiknya di lakukan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan
Universitas Indonesia
Masalah lain dalam pengolahan data adalah masih menggunakan sistem terpisah.
Sistem yang terpisah tidak memenuhi kebutuhan informasi yang dapat digunakan pada saat
yang bersamaan oleh berbagai macam pengguna informasi dalam suatu organisasi. Solusi
untuk masalah ini adalah dengan menggunakan manajemen basis data, karena manajemen
basis data merupakan software yang akan menentukan bagaimana software yang akan
menentukan bagaimana data di organisasikan, disimpan, diubah, diambil kembali, pengaturan
mekanisme pengamanan data, mekanismen pemakaian data secara bersama, mekanisme
pengelolaan dalam lingkungan sistem informasi.
Dengan adanya manajemen basis data akan memudahkan pengguna dalam melakukan
penelusuran terhadap data-data yang dibutuhkan, menjamin keamanan data, mengulangi
pengulangan data dan mengintegrasikan data dari beberapa file.
Masalah sumber daya manusia ini dijumpai dalam entitas input dan entitas proses.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan sumber daya manusia dalam
pelaksanaan sistem yang ada masih terbatas karena masih melaksanakan tugas lain, padahal
dalam mengoperasikan sebuah sistem sumber daya manusia sangat dibutuhkan. Tetapi
Universitas Indonesia
keterbatasan ini dapat diantisipasi dengan meningkatkan kualitas pengelola program dalam
pemanfaatan sarana dan teknologi pendukung yang sudah ada.
2. Akreditasi Diklat
Laporan penilaian hasil akreditasi diklat untuk setiap kegiatan diklat disosialisikan
dan di feedback dalam rapat intern penyelenggara diklat sehingga mutu diklat dari masing-
masing komponen dapat memenuhi pedoman standar akreditasi diklat.
Laporan hasil evaluasi pre post test di umpan balik pada saat penutupan pelatihan
kepada peserta, laporan hasil evaluasi penyelenggaraan seharusnya dilakukan ketika proses
pembelajaran masih berlanjut sehingga segala keluhan dari peserta pelatihan dapat segera di
feedback, untuk evaluasi fasilitator belum semua di feed back kepada fasilitator.
Universitas Indonesia
Basis data Sistem Informasi Manajemen Diklat berguna untuk memberikan gambaran
analisis kebutuhan diklat, penilaian akreditasi terhadap pelatihan, evaluasi hasil
penyelenggaraan diklat serta kegiatan evaluasi pasca diklat. Prototype yang akan
dikembangkan ini terdiri dari input dan output data kegiatan analisis kebutuhan diklat,
penilaian akreditasi terhadap pelatihan, evaluasi hasil penyelenggaraan diklat serta kegiatan
evaluasi pasca diklat. Input data berguna pada proses entry data sebagai data awal dan proses
selanjutnya. Input data akan memudahkan pemasukan data berdasarkan kebutuhan sistem
informasi. Keunggulan lain dari input data ini adalah efisiensi dalam pemasukan data
sehingga pengelola data tidak perlu melakukan entri data tiap kegiatan dilakukan.
Output dan indikator yang dihasilkan dari prototype ini adalah dalam bentuk tabel dan
grafik yang terdiri dari:
A. Analisis Kebutuhan Diklat
1. Data Prioritas kebutuhan diklat hasil AKD/TNA di Dinas kesehatan Kab Kota
B. Akreditasi Diklat
1. Data Penilaian terhadap Komponen Akreditasi Diklat
2. Grafik rata-rata dari masing masing komponen akreditasi diklat
C. Evaluasi Penyelenggaraan Diklat
Laporan penilaian evaluasi penyelenggaraan diklat, evaluasi fasilitator, evaluasi
peserta
D. Evaluasi Pasca Diklat
E. Laporan penilaian pengetahuan, sikap , keterampilan dan dukungan pada evaluasi
pasca diklat.
Bila ditinjau dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan tidak semua
kebutuhan informasi user dapat dipenuhi oleh Sistem Informasi Manajemen Diklat,
berhubung dengan masalah waktu pengembangan. Informasi yang tidak dapat dipenuhi
tersebut adalah informasi tenaga kesehatan yang telah dan yang akan mengikuti diklat se-
Dinas Kesehatan Kabupaten Kota. Bila dimungkinkan pengembangan sistem lebih lanjut,
pihak Bapelkes dapat mengembangkan sistem yang dapat menjawab kebutuhan informasi
tersebut.
Berdasarkan pengamatan pada proses analisa dan desain sistem yang telah dilakukan
dapat dibuat perbandingan antara sistem informasi yang lama dengan sistem informasi yang
akan dikembangkan. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 6.1
Universitas Indonesia
Tabel 6.1
Perbandingan Sistem
Perbandingan Sistem
Pengelolaan Data
Sistem Lama Sistem Baru
Selain perbandingan sistem yang lama dengan sistem yang baru diuraikan juga
kelebihan dan kekurangan dari Sistem Informasi Manajemen Diklat. Kelebihan dan
kekurangan ini dapat digunakan sebagai acuan ke tahap pengembangan yang lebih sempurna.
Kelebihan dan kekurangan sistem dapat dilihat pada tabel 6.2
Tabel 6.2
Analisis Kelebihan dan Kekurangan Sistem
Kelebihan Sistem Kekurangan Sistem
Selama ini pihak pengelola diklat Bapelkes belum dapat secara optimal menyajikan
indikator yang berkaitan dengan pelaksanaan program diklat, hal ini berkaitan dengan tidak
dianalisisnya data secara sempurna. Dengan adanya basis data program diklat ini, maka
indikator yang dibutuhkan dapat dengan cepat dilihat dari aplikasi basis data yang
dikembangkan seperti prioritas kebutuhan diklat berdasarkan kebutuhan diklat pada kegiatan
analisis kebutuhan diklat, nilai variabel dari komponen kurikulum, komponen peserta,
komponen fasilitator, komponen penyelenggara dan komponen tempat penyelenggara, status
akreditasi diklat pada kegiatan akreditasi diklat, nilai kenaikan post test terhadap pre test,
nilai evaluasi fasilitator, nilai evaluasi penyelenggaraa pada kegiatan penyelenggaraan diklat
di Bapelkes serta retensi nilai pengetahuan, persentase nilai sikap peserta dan persentase
penerapan hasil pelatihan alumni peserta diklat di tempat kerja alumni diklat.
Universitas Indonesia
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Dari proses pengembangan sistem yang dilakukan dalam penelitian ini, maka
kesimpulan yang dapat diambil:
Universitas Indonesia
6. Sumber daya manusia yang menangani data perlu tambah dan dilatih, sarana dan
prasarana perlu pendukung sudah memadai, pemanfaatan komputer perlu ditingkatkan
lagi
7. Mekanisme umpan balik belum dilaksanakan secara optimal
8. Terdapat lima menu yang dihasilkan prototype Sistem Informasi Manajemen Diklat
yaitu menu Analisis Kebutuhan Diklat, menu Akreditasi Diklat, menu Evaluasi
Penyelenggaraan Diklat, Menu Evaluasi Pasca Diklat. Bahasa pemograman yang
dipakai dalam prototype ini adalah Microsoft Acces dan delphi. Spesifikasi minimum
perangkat kerasnya adalah Processor Pentium IV 3.00 GHz, kapasitas RAM 512 MB,
Microsoft Windows 98, Windows 2000 atau Windows XP, kapasitas Hardisk hard
disk 40 GB, monitor VGA 15 inch atau lebih.
9. Hasil Prototype Sistem Informasi Manajemen Diklat ini dapat mempermudah
pengelola diklat dan pengambil kebijakan dalam melihat prioritas masalah
berdasarkan indikator yang dihasilkan dari kegiatan AKD/TNA, Akreditasi Diklat,
evaluasi penyelenggaraan diklat, evaluasi pasca diklat sehingga dapat menentukan
langkah perencanaan dan evaluasi Program Diklat, disamping itu dapat menghasilkan
dokumentasi program diklat secara cepat. Dokumentasi ini berbentuk tabel dan grafik.
10. Prototype menghasilkan indikator program diklat secara cepat karena proses analisis
sudah dilakukan secara otomatis
7.2 Saran
1. Partisipasi pengguna dan manajemen sangat penting dalam desain sistem dan
pengembangan sistem informasi ke depan, karena penyebab utama kegagalan proses
pengembangan sistem informasi bukan hanya terkait dengan masalah teknis dari
sistem informasi tetapi juga masalah non teknis
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Al Fatta, Hanif (2007). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
2. Balai Pelatihan Kesehatan, (2008). Profil Bapelkes Dinkes Prov Jabar Tahun 2010
3. Balai Pelatihan Kesehatan, (2008). Rencana Strategis BPTKM Dinkes Prov Jabar
Tahun 2008 – 2013
4. Budi, Ronald (2010). Programming with Microsoft Visual Basic, Skripta Media
Creative, Yogyakarta.
5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, (2008). Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Tahun 2008 – 2013
6. Handoko, T hani, (2003). Manajemen. Penerbit Andi
7. Ibisa, (2011). Keamanan Sistem Informasi. Penerbit Andi. Yogyakarta
8. Jogiyanto, (2005). Analisis dan Desain Sistem Informasi. Penerbit Andi, Yogyakarta.
9. Kementerian Kesehatan RI, (2011). Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Pelayanan di
Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur, Jakarta
10. Kementerian Kesehatan RI, (2011). Rencana Peningkatan Pendidikan dan Diklat
Aparatur Kesehatan tahun 2011-2025, Badan PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur,
Jakarta
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Diklat di Bidang Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Badan
PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Kesehatan, Jakarta
12. Ladjamudin, Al-Bahra. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Penerbit Graha Ilmu.
Yogyakarta.
13. Lembaga Administrasi Negara RI, (2002). Diklat sebagai suatu sistem, Bahan ajar
diklat kewidyaiswaraan berjenjang tingkat pertama, LAN RI, Jakarta.
14. Lembaga Administrasi Negara RI, (2003). Modul Diklat analisis kebutuhan diklat,
LAN RI, Jakarta
15. Lembaga Administrasi Negara RI, (2007). Jurnal evaluasi program diklat: analisis
konseptual dan praktis dalam kediklatan aparatur, LAN RI, Jakarta
16. Lembaga Administrasi Negara RI, (2008), Modul diklat manajemen diklat, LAN RI
2003.
Universitas Indonesia
17. Lembaga Administrasi Negara RI, (2008). Profil Program Pendidikan dan Diklat
Aparatur Bidang Teknis Manajemen, Fungsional dan Kebijakan Pembangunan, LAN
RI, Jakarta.
18. Masnapita, (2011), Sistem Pengembangan Basis Data Manajemen Diklat Tenaga
Pelatih Jabatan Fungsional Kesehatan Di Pusdiklat Aparatur PPSDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, Depok. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat
19. Mc Leod, Raymond et.al. Management Information Sistem. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta. (Terjemahan)
20. Munir, Baderel, (2004), Pengkajian Kebutuhan Diklat. Bapelkes Cilandak, Jakarta
21. Notoatmojo, S, (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta
22. Notoatmojo, S, (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
23. Notoatmojo, S, (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta
24. Pressman, Roger S, (2002). Rekayasa Perangkat Lunak. Penerbit Andi, Yogyakarta
25. Siagian, P. Sondang, (2011). Sistem Informasi Manajemen. Penerbit Bumi Aksara.
Jakarta
26. Siagian, P.Sondang, (2004). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Penerbit PT Rineka
Cipta, Jakarta.
27. Strategi peningkatan kompetensi sumber daya manusia aparatur melalui pendidikan
dan diklat http://makassar.lan.go.id/dokumen/1.Peningkt%20Komp.%20SDMA.pdf (tgl 14
Maret 2013)
28. Tantra, Rudy (2012). Manajemen Proyek Sistem Informasi. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
29. Wanda, Roostiati (2007). Pengembangan sistem Informasi pemanfaatan fasilitas
diklat di pusdiklat SDM kesehatan. Depok. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat
30. Widjaya, Iwan K (2013). Manajemen Proyek Teknologi Informasi. Penerbit Graha
Ilmu. Yogyakarta
31. Zakiyudin, Ais (2012). Sistem Informasi Manajemen. Penerbit Mitra Wacana Media.
Jakarta
Universitas Indonesia
Pelaksanaan :
A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jabatan :
No Kontak :
B. Keterangan Wawancara
Hari / Tanggal :
Lamanya :
C. Pelaksanaan Wawancara
1. Apa yang ibu/bapak ketahui tentang Sistem informasi Manajemen Diklat yang sedang
berjalan?
2. Menurut Ibu/Bapak apa saja yang menjadi masalah dalam Sistem informasi
Manajemen Diklat selama ini?
3. Adakah Indikator yang digunakan ibu untuk menilai keberhasilan program
penyelenggara Diklat?
4. Apabila akan dikembangkan sistem yang baru kebutuhan informasi yang bagaimana
yang diperlukan?
5. Menurut Bapak/ibu bagaimana kualitas dan kuantitas sumber daya yang menunjang
sistem selama ini baik dari tenaga pengelola maupun perangkat pendukungnya?
Universitas Indonesia
Pelaksanaan :
A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jabatan :
No Kontak :
B. Keterangan Wawancara
Hari / Tanggal :
Lamanya :
C. Pelaksanaan Wawancara
1. Apa yang ibu/bapak ketahui tentang Sistem informasi Manajemen Diklat yang
sedang berjalan?
2. Menurut Ibu/Bapak apa saja yang menjadi masalah dalam Sistem informasi
Manajemen Diklat selama ini?
3. Adakah Indikator yang digunakan ibu untuk menilai keberhasilan program
peyelenggaraan diklat?
4. Apabila akan dikembangkan sistem yang baru kebutuhan informasi yang
bagaimana yang diperlukan?
5. Menurut Bapak/ibu bagaimana kualitas dan kuantitas sumber daya yang
menunjang sistem selama ini baik dari tenaga pengelola maupun perangkat
pendukungnya?
6. Bila dilihat dari manajemen organisasi adakah dukungan pihak manajemen atau
kebijakan khusus untuk mengembangkan sistem?
Universitas Indonesia
Pelaksanaan :
a. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jabatan :
No Kontak :
b. Keterangan Wawancara
Hari / Tanggal :
Lamanya :
c. Pelaksanaan Wawancara
1. Kegiatan apa saja yang dilakukan bagian evaluasi dan pelaporan?
2. Bagaimana alur pencatatan dan pelaporan?
3. Apakah ada diklat tentang cara pencatatan dan pelaporan?
4. Bagaimana pemanfaatan data dan informasi selama ini?
5. Bagaimana metode pengumpulan data?
6. Darimana saja sumber data dan informasi yg dibutuhkan?
7. Bagaimana cara pengolahan dan analisis datanya, apakah ada alat bantu?
8. Apakah tersedia basis data maupun software dalam pengelolaan data diklat?
9. Apa tindakan yg dilakukan bila data yang dilaporkan tidak lengkap?
10. Bagaimana melakukan validasi data yg dilaporkan?
11. Siapa saja yang memanfaatkan data dan informasi diklat selama ini?
12. Faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pendukung dan penghambat dlm
pengembangan sistem ini?
13. Menurut anda apakah kelebihan dan kekurangan sistem yang ada sekarang?
Universitas Indonesia
Matriks Hasil Pengumpulan Data Sistem Informasi Manajemen Diklat di Bapelkes Dinkes
Provinsi Jawa Barat
Hasil wawancara mendalam dengan Kepala Seksi Penyelenggaraan Dinkes Provinsi Jawa
Barat
2 Lingkup Sistem
Sumber Data Data berasal dari kegiatan diklat yang ada di
Pengguna Informasi Bapelkes
Informasi dapat di sebarkan ke
stakeholdeKepala dinas prov, ka dinkes kab
kota.
Universitas Indonesia
Matriks Hasil Pengumpulan Data Sistem Informasi Manajemen Diklat di Bapelkes Dinkes
Provinsi Jawa Barat
Hasil Wawancara dengan widyaiswara
2 Lingkup Sistem
Sumber Data Dari kegiatan AKD dan EPP
Pengguna Informasi Kepala Bapelkes, Kepala Dinkes Prov, Ka
dinkes Kab Kota
4 Komunikasi Sub Sistem
Kelengkapan data Masih ada data kuesioner TNA dan AKD yang
belum terisi
PROSES:
Pengumpulan data yang dilakukan
saat ini:
Data yang dikumpulkan dari mana Data berasal dari petugas yang melakukan
wawancara terhadap responden dinkes kab kota
Perangkat Lunak pengolah data yg Belum ada perangkat lunak pengolah data
digunakan
Tenaga pengolah data Belum ada pengolah data khusus, pengolah data
dilakukan oleh widyaiswara
Analisa Data Laporan belum pernah di analisa
Analisa data yg dilakukan saat ini Analisa untuk kegiatan dilaporkan dalam
bentuk laporan tahunan dalam bentuk table
Bentuk analisa yang ditampilkan Belum dianalisis
Universitas Indonesia
OUTPUT
Informasi saat ini: Informasi yang dilakukan sudah cukup baik
Informasi yang telah dilakukan namun belum lengkap seperti basis data
saat ini Informasi dilaporkan pada laporan
Tampilan Informasi akuntabilitas dan kinerja (LAKIP) dan laporan
Kualitas Informasi tahunan
Kualitas informasi sudah cukup baik namun
belum lengkap dan dibutuhkan informasi
secara online yang mudah diakses
Pengguna Informasi Pengguna informasi yaitu: Kepala Bapelkes,
Kepada siapa saja informasi diberikan Kepala Dinkes Prov Jabar, Kepala Dinkes Kab
Kota, para stakeholder terkait.
Indikator yang dihasilkan Belum ada indikator dari hasil kegiatan TNA
Jenis2 indikator yang dihasilkan dan EPP
Pemanfaatan informasi Informasi sangat berguna bagi pengambilan
Apakah informasi yang dihasilkan keputusan
dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan
6 Manajemen Hasil akd dan epp dapat dimanfaatkan oleh
Advokasi dan sosialisasi para pengmabil kebijakan dilakukan advokasi
Apa dan bgmn advokasi dan dan sosialisasi. Kegiatan tersebut dilakukan
sosialisasi yang telah dilakukan terkait melalui seminar di bapelkes dengan
dengan hasil tna, epp mengundang stakeholder terkait
Peningkatan SDM SDM masih kekurangan terutama dalam hal
system informasi
Universitas Indonesia
Matriks Hasil Pengumpulan Data Sistem Informasi Manajemen Diklat di Bapelkes Dinkes
Provinsi Jawa Barat
Hasil Wawancara dengan Staf Perencanaan dan Evaluasi
Ketepatan pengiriman data Karena kesibukan dgn tugas lain sehingga data
tidak tepat waktu
Kelengkapan data Belum semua dapat di evaluasi karena data tidak
lengkap
5 PROSES:
Pengumpulan data yang dilakukan
saat ini:
Data yang dikumpulkan dari mana Data berasal dari panitia yang ditunjuk untuk
membantu penyelenggaraan diklat
Universitas Indonesia
manual
Cara pengolahan Data Pengolahan data masih manual
Perangkat Lunak pengolah data yg Belum ada perangkat lunak pengolah data
digunakan
Tenaga pengolah data Belum ada pengolah data khusus, pengolah data
dilakukan oleh staf perencanaan dan evaluasi
7 Analisa Data Laporan belum pernah di analisa
Analisa data yg dilakukan saat ini Analisa untuk kegiatan dilaporkan dalam
bentuk laporan kegatan diklat dalam bentuk
table
Bentuk analisa yang ditampilkan Belum dianalisis
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Num(4) perilaku
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia