Anda di halaman 1dari 163

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DIKLAT


DI BAPELKES DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2013

TESIS

ESTER ISMAYANTI
1106118893

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DEPOK
JUNI 2013

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


UNIVERSITAS INDONESIA

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DIKLAT


DI BAPELKES DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2013

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Kesehatan Masyarakat

ESTER ISMAYANTI
1106118893

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DEPOK
JULI 2013

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.
Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.
Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat


Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis berhasil
menyelesaikan tesis ini tepat waktu. Penulisan tesis ini dibuat dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Sangatlah sulit bagi penulis dapat menyelesaikan tesis ini tanpa adanya
bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segenap kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Bambang Wispriyono, Apt. PhD dan bapak Dr. Dian Ayubi,
MQIH selaku Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
2. Ibu Dr. drg. Indang Trihandini, M.Kes selaku Ketua Departemen Departemen
Biostatistik dan Kependudukan Masyarakat Universitas Indonesia.
3. Bapak dr. Pandu Riono, MPH. PhD selaku pembimbing utama atas segala
bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
4. Ibu Popy Yuniar, SKM, MM, Bapak R Sutiawan, S.Kom, M.Si selaku Dosen
penguji, terima kasih atas bimbingan dan arahannya guna perbaikan tesis ini.
5. Seluruh Staf dosen/pengajar pada Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, khususnya Departemen Biostatistik dan
Kependudukan Masyarakat yang dengan sabar telah memberikan pengajaran
dan ilmu yang sangat berharga.
6. Seluruh staf akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Departemen
Biostatistik dan Kependudukan Kesehatan Masyarakat yang telah
menyediakan fasilitas, bantuan dan dukungan selama ini.
7. BPPSDM Kementrian Kesehatan RI yang telah memberikan dukungan
beasiswa tugas belajar di Universitas Indonesia.
8. Pemerintah Provinsi Jawa Barat khususnya Badan Kepegawaian Daerah dan
Dinas Kesehatan yang telah memberikan ijin tugas belajar di Universitas
Indonesia.

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


9. Kepala Bapelkes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat atas ijin penelitian dan
fasilitas yang telah diberikan, serta seluruh staf Bapelkes yang telah banyak
membantu selama penelitian.
10. Kedua orang tua, suami tercinta dan adikku yang tidak pernah berhenti
berdoa, memberikan dukungan, semangat dan pengorbanan sehingga tesis ini
dapat diselesaikan. Tesis ini ku persembahkan untuk kalian.
11. Sahabat terbaikku, Dian Sri Rejeki atas semua kebersamaan kita selama
menuntut ilmu di Universitas Indonesia.
12. Untuk teman seperjuangan, Widya, Rina Wijaya, Ira Liasari, Mba Yeni, Rina
Sastra, Uni Linda, Isti, Mba Nita terima kasih atas kerja samanya. Terima
kasih atas dukungan selama penelitian.
13. Seluruh teman-teman tercinta, peminatan Informatika Kesehatan angkatan
2011 yang banyak memberikan dukungan, perhatian dan masukannya selama
ini.
14. Serta semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa


tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran dapat diberikan sebagai masukkan untuk
perbaikan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
kesehatan masyarakat.

Depok, Juli 2013

Penulis

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.
ABSTRAK

Nama : Ester Ismayanti

NPM : 1106118893

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Judul : Training Management Information Systems In Bapelkes West Java Provincial Health
Office

Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat perlu di dukung oleh sumber daya manusia kesehatan
yang memadai. Pendidikan dan pelatihan merupakan bentuk kegiatan kompetensi sumber daya
manusia untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Agar pelatihan dilaksanakan
sesuai kebutuhan perlu dilakukan analisis kebutuhan diklat, merancang desain kurikulum sesuai
tujuan, pelaksanaan akreditasi diklat guna mendapat sertifikat dan evaluasi diklat. Tujuan studi
ini untuk membangun model sistem informasi diklat untuk mempermudah proses pengolahan
dan analisis data diklat di Bapelkes. Studi menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
pengembangan Sistem Development Life Cycle (SDLC). Penelitian dilakukan di Bapelkes
Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian dikatakan bahwa pengolahan dan analisis data hasil
Analisis Kebutuhan Diklat (AKD), penilaian akreditasi diklat, penilaian hasil evaluasi
penyelenggaraan dan evaluasi pasca diklat masih tidak tepat waktu, input data berulang-ulang
sehingga mengakibatkan kegiatan pelaporan menjadi kurang efisien, pelaksanaan akreditasi
masih belum optimal karena terlalu banyak variabel penilaian yang harus dinilai. Kesimpulan
penelitian terbangunnya model sistem informasi manajemen diklat untuk meningkatkan proses
pengolahan dan analisa data serta tersedianya tambahan informasi yang tidak dihasilkan oleh
sistem sebelumnya.

Kata Kunci:

Sistem Informasi, Manajemen Diklat, Pengolahan dan Analisa Data Diklat, Bapelkes Dinkes
Provinsi Jawa Barat.

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


ABSTRACT

Name : Ester Ismayanti

NPM : 1106118893

Study Program : Public Health Science

Title : Training Management Information Systems In Bapelkes West Java Provincial Health
Office

Health Services to the community needs to be supported by the human resources adequate
healthcare. Education and training is a form of human resource competency activities to improve
knowledge, attitudes and skills. For training to be implemented according to the needs necessary
training needs analysis, designing the curriculum design goals, the implementation of training
and education in order to get a certificate of accreditation and evaluation of training. The purpose
of this study to build a model of the system to facilitate the training of information processing
and data analysis training in Bapelkes. The study used a qualitative approach to system
development methods Development Life Cycle (SDLC). The study was conducted in Bapelkes
West Java Province. The results say that the processing and analysis of data from Training Needs
Analysis (AKD), assessment and training accreditation, assessment and evaluation of the results
of post-training evaluation was not timely, repetitive data input, resulting in a less efficient
reporting activities, the implementation of accreditation is not yet optimal because too many
variables to be assessed valuation. Conclusion The establishment of research training model of
management information system to improve the processing and analysis of data and the
availability of additional information that is not generated by the previous system.

Key Word:

Information Systems, Training Management, Processing and Analysis of Data from Training,
Bapelkes West Java Provincial Health Office

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH ................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... xv
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................................. 7
1.6 Ruang Lingkup ................................................................................................................... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………. 8

2.1 Pengembangan Sumber Daya Manusia .............................................................................. 8

2.2 Pendidikan dan Pelatihan ................................................................................................... 8

2.3 Perilaku: pengetahuan, Sikap dan Tindakan ...................................................................... 9

2.4 Kompetensi ........................................................................................................................ 10

2.5 Sumber Daya Diklat .......................................................................................................... 11

2.6 Manajemen Diklat ............................................................................................................ 11

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


2.6.1 Analisis Kebutuhan Diklat ........................................................................................ 12

2.6.2 Perumusan Tujuan Diklat.......................................................................................... 12

2.6.3 Perumusan Program/Kurikulum .............................................................................. 12

2.6.4 Pelaksanaan Diklat .................................................................................................. 13

2.6.5 Evaluasi Pasca Diklat .............................................................................................. 14

2.7 Jenis Diklat ..................................................................................................................... 14

2.7.1 Diklat Prajabatan .................................................................................................. 14

2.7.1 Diklat Dalam Jabatan ............................................................................................ 15

2.8 Analisis Kebutuhan Diklat ............................................................................................ 16

2.9 Model Pendekatan dalam Evaluasi Diklat .................................................................... 19

2.10 Evaluasi dalam Program Kediklatan Aparatur ............................................................ 20

2.11 Akreditasi Diklat ......................................................................................................... 22

2.12 Sistem ........................................................................................................................... 26

2.13 Informasi ...................................................................................................................... 27

2.14 Sistem Informasi ......................................................................................................... 28

2.15 Sistem Informasi manajemen ...................................................................................... 29

2.16 Sistem Informasi Manajemen Diklat ............................................................................. 30

2.17 Model Pengembangan Sistem Informasi ...................................................................... 31

2.18 Proses Pengembangan Sistem Develepment Life Cycle (SDLC) .................................. 35

2.19 Analisis dan Perancangan Sistem ................................................................................ 40

2.20 Gambaran Umum ........................................................................................................ 46

2.21 Visi dan Misi .............................................................................................................. 48

2.22 Program Diklat .......................................................................................................... 48

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


BAB 3. KERANGKA KONSEP ............................................................................................ 55

3.1 Kerangka Teori .................................................................................................................. 55

3.2 Kerangka Konsep .............................................................................................................. 56

3.3 Definisi Operasional............................................................................................................ 58

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................. 66

4.1 Entitas Sistem ..................................................................................................................... 66

4.1.1 Entitas Sumber ......................................................................................................... 67

4.1.2 Entitas Proses ........................................................................................................... 67

4.2.3 Entitas Tujuan ........................................................................................................... 67

4.2 Pengembangan Sistem Informasi ..................................................................................... 67

4.2.1 Perencanaan Sistem dan Analisa Kelayakan ............................................................ 67

4.2.2 Analisis Sistem ......................................................................................................... 68

4.2.3 Perancangan Sistem .................................................................................................. 69

4.2.4 Pembuatan Prototype ................................................................................................. 70

4.2.5 Uji Coba Prototype ................................................................................................... 70

4.2.6 Pelaksanaan ............................................................................................................... 71

4.3 Pengumpulan Data .............................................................................................................. 71

4.4 Rencana Kerja Lapangan .................................................................................................... 72

BAB 5. HASIL PENELITIAN ……………………………………………………………. 73

5.1 Analisis Sistem Informasi ……...……………………………………………...…......... 78

5.1.1 Alur Sistem pelaporan Program Diklat ….……………………………………… 77

5.1.2 Identifikasi Masalah Sistem Informasi ………….....…………………………… 81

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


5.1.3 Analisis Kebutuhan Sistem Informasi …………...…………………………..... 84

5.1.4 Peluang pengembangan Sistem Informasi ……..…………………………… 87

5.2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Sistem …………………………………………. 88

5.3 Tahapan Desain Sistem ..……………………………………………………………… 88

5.3.1 Pengembangan Diagram Alir Proses Bisnis …...…………………………….. 88

5.3.2 Pemodelan Proses ……...……………………………………………………… 90

5.3.2.1 Diagram Konteks ….……………………………………………………… 90

5.3.2.2 Data Flow Diagram Level 0 ….………………………………………….. 91

5.3.2.3 Data Flow Diagram Level 1 ….…………………………………………… 92

5.3.3 Rancangan Basis Data ………………..………………………………………… 92

5.3.4 Desain Basis Data ............……………...……………………………………….. 93

5.3.5 Rancangan Tampilan .... ....………………..…………………………………….. 94

5.3.6 Rancangan Perangkat Keras dan Lunak............…………………………………. 107

5.3.7 Hasil Uji Prototype .…………………………………………………………..… 108

BAB 6. PEMBAHASAN …….……………………………………………………………… 109

6.1 Pembahasan Identifikasi Masalah Sistem Informasi Manajemen Diklat .....…………… 109

6.1.1 Masalah dalam Pengumpulan Data ..…………………………………………….. 109

6.1.2 Masalah dalam Pengolahan dan Penyajian Data ……………………..…………. 111

6.1.3 Masalah Sumber Daya Manusia ………………………………………..……….. 115

6.1.4 Masalah Mekanisme Umpan Balik ……………………………………..………. 116

6.2 Pembahasan Prototype Basis data Sistem informasi Manajemen Diklat ……...……… 117

6.3 Pembahasan indikator …………………………………………………………...………. 119

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


BAB 7. KESIMPULAN ……………………………………………………………..………. 120

7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….....…… 120

7.2 Saran …………………………………………………………………………………...... 121

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………… 122

LAMPIRAN

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Peralatan Komputer ....................……………………………………………. 50

Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................………………………………………….. 58

Tabel 3.2 Penilaian Akreditasi Diklat ................................................................................. 60

Tabel 4.1 Matriks Proses Pengumpulan Data ...................................................................... 71

Tabel 5.1 Matrik Identifikasi Masalah Sistem Informasi …………………..…………….. 82

Tabel 5.2 Matriks Identifikasi Kebutuhan Sistem Informasi …………………….……….. 85

Tabel 5.3 Unsur-unsur Peluang Pengembangan Sistem Informasi ..……………………… 87

Tabel 5.4 Spesifikasi Hardware Sistem Informasi ….....………………………………….. 108

Tabel 6.1 Perbandingan Sistem ………………………………………………………….... 118

Tabel 6.2 Analisis Kelebihan dan Kekurangan Sistem …………………………..……….. 118

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep Kompetensi ........................................................................................ 11

Gambar 2.2 Siklus Kegiatan Diklat ...................................................................................... 12

Gambar 2.3 Model Evaluasi Kirk Patrick ............................................................................ 19

Gambar 2.4 Konsep Input, Proses dan Output .................................................................... 29

Gambar 2.5 Model SDLC Linier ......................................................................................... 31

Gambar 2.6 Model Incremental ........................................................................................... 34

Gambar 2.7 Model Proses SDLC ........................................................................................ 35

Gambar 2.8 Metode Elemen yang Menyusun DFD ........................................................... 45

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................ 57

Gambar 4.1 Entitas Sistem Informasi Manajemen Diklat .................................................. 66

Gambar 5.1 Diagram Alir yang Sedang Berjalan ............................................................... 77

Gambar 5.2 Diagram Alir yang diusulkan ......................................................................... 89

Gambar 5.3 Diagram Konteks Sistem Informasi ................................................................ 90

Gambar 5.4 DFD level 0 Sistem Informasi Manajemen Diklat ............................................ 91

Gambar 5.5 DFD level 1 Sistem Informasi Manajemen Diklat ........................................... 92

Gambar 5.6 Form Menu Password ....................................................................................... 94

Gambar 5.7 Form Menu Tampilan Utama ............................................................................ 94

Gambar 5.8 Form Menu Master kode Diklat ........................................................................ 95

Gambar 5.9 Form Menu Master Biodata Peserta .................................................................. 95

Gambar 5.10 Form Menu Master Biodata Fasilitator .......................................................... 96

Gambar 5.11 Form Menu Input Diklat Hasil TNA .............................................................. 96

Gambar 5.12 Form Menu Input Penilaian Komponen Kurikulum ....................................... 97

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


Gambar 5.13 Form menu Input Penilaian Komponen Peserta .............................................. 98

Gambar 5.14 Form Menu Input penilaian Komponen Fasilitator........................................... 98

Gambar 5.15 Form menu Input Penilaian Komponen Tempat Penyelenggara..................... 99

Gambar 5.16 Form Menu Input Evaluasi Fasilitator ............................................................. 99

Gambar 5.17 Form Menu Input Evaluasi Peserta ................................................................. 100

Gambar 5.18 Form menu Input Nilai Pengetahuan Alumni ................................................. 100

Gambar 5.19 Form menu Input Nilai Sikap Alumni ............................................................ 101

Gambar 5.20 Form Menu Input Nilai keterampilan Alumni ................................................ 101

Gambar 5.21 Form Menu Output Biodata Fasilitator ............................................................ 102

Gambar 5.22 Form menu Output Grafik Prioritas Diklat Hasil TNA .................................... 102

Gambar 5.23 Form Menu Output Laporan Hasil AKD/TNA ................................................ 103

Gambar 5.24 Form Menu Output Grafik Penilaian Komponen Akreditasi Diklat.................... 103

Gambar 5.25 Form Menu Output Laporan Evaluasi Fasilitator............................................. 104

Gambar 5.26 Form Menu Output Laporan Evaluasi Peserta ................................................. 104

Gambar 5.27 Form Menu Output Sertifikat Peserta Diklat..................................................... 105

Gambar 5.28 Form Menu Output Nilai Pengetahuan Alumni ............................................... 105

Gambar 5.29 Form menu Output Nilai Sikap Alumni............................................................ 106

Gambar 5.30 Form Menu Output Nilai Keterampilan Alumni .............................................. 106

Gambar 5.31 Form Menu Output Nilai Dukungan ........................................................... 107

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rancangan Kamus Data

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


DAFTAR SINGKATAN

Bapelkes : Balai Pelatihan Kesehatan

LAN : Lembaga Administrasi Negara

SDM : Sumber Daya Manusia

JPL : Jumlah Jam Pelajaran

AKD : Analisis Kebutuhan Diklat

TNA : Training Need Assesment

GBPP : Garis-Garis Besar Program Pembelajaran

TOT : Training Of Trainer

MOT : Master Of Training

TOC : Training Of Course

TPU : Tujuan Pembelajaran Umum

TPK : Tujuan Pembelajaran Khusus

WI : Widyaiswara

SI : Sistem Informasi

SIM : Sistem Informasi Manajemen

SDLC : Sistem Development Life Cycle

ANSI : Analisis & Desain Sistem Informasi

DFD : Data Flow Diagram

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, agar
pembangunan kesehatan dapat diselenggarakan secara optimal, terutama dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat, perlu didukung sarana dan
prasarana, sumber daya manusia, serta pembiayaan yang memadai. Sumber daya manusia
kesehatan harus tersedia dan terdistribusi secara merata baik jumlah, jenis, mutu serta
mempunyai kompetensi yang memadai dalam menyelenggarakan pembangunan dan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Pusdiklat Aparatur, 2011).

Pendidikan dan Pelatihan merupakan bentuk kegiatan peningkatan kompetensi


sumber daya manusia (SDM), karena melalui penyelenggaraan pendidikan dan diklat yang
dikelola secara efektif dapat menghasilkan SDM yang memiliki kompetensi sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Namun menjadi sebaliknya apabila penyelenggaraan pendidikan dan
diklat tidak dikelola secara profesional maka kompetensi yang diharapkan besar
kemungkinan tidak tercapai. Hal ini akan mengakibatkan inefisiensi biaya yang cukup tinggi
dalam pengembangan pegawai (LAN RI, 2008).

Pelatihan merupakan suatu cara untuk pengembangan sumber daya manusia.


Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan formal, yang tujuannya untuk
meningkatkan kemampuan atau keterampilan kerja seseorang atau sekelompok orang. Dalam
suatu pelatihan, orientasi atau penekanannya adalah pada tugas yang harus dilaksanakan di
dalam suatu institusi atau organisasi (Notoatmodjo. S, 1999).

Berdasarkan pemikiran bahwa pelatihan merupakan bagian integral dari sistem


pembinaan Pegawai negeri Sipil dan mempunyai keterkaitan dengan pengembangan karir
Pegawai negeri sipil, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 101/2000 tentang Diklat
Jabatan pegawai Negeri Sipil, yang didalamnya disebutkan bahwa pelatihan adalah
merupakan proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai negeri Sipil. Pelatihan diarahkan untuk mempersiapkan Pegawai Negeri
Sipil agar memenuhi persyaratan jabatan yang ditentukan dan kebutuhan organisasi, termasuk
pengadaan kader pimpinan dan staf.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2000, disebutkan bahwa tujuan


diklat antara lain meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk dapat melakukan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


2

tugas jabatan secara professional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai
kebutuhan instansi, memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat, menciptakan kesamaan visi dan
dinamika pola pikir.

Menurut Lembaga Administrasi Negara RI tahun 2003 menggambarkan proses


Konsep Model Diklat sebagai suatu sistem yang intergral yang merupakan suatu siklus diklat
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Agar pelatihan dapat dilaksanakan sesuai
kebutuhan maka maka dimulai dengan penilaian kebutuhan diklat, penentuan tujuan diklat,
perencanaan program pelatihan/pembuatan desain kurikulum, pelaksanaan pelatihan dengan
standarisasi akreditasi pelatihan guna mendapatkan sertifikat serta pelatihan.

Kebutuhan pendidikan dan pelatihan merupakan perwujudan dari kesenjangan


kemampuan (kompetensi) pegawai akibat adanya perbedaan antara kompetensi yang
seharusnya dimiliki seseorang dengan kompetensi yang diharapkan organisasi. Ini terjadi
akibat adanya tuntutan pelaksanaan tugas yang diembannya dan situasi lingkungan global dan
kemampuan teknologi yang terjadi (LAN RI, 2008). Selain itu kebutuhan pendidikan dan
diklat muncul adanya masalah-masalah yang menganggu kinerja organisasi, seperti
penurunan prestasi yang mencakup menurunnya pelayanan, menurunnya tingkat produksi
(LAN RI, 2011).

Analisis kebutuhan diklat adalah proses kegiatan bertujuan untuk menemukan adanya
kesenjangan antara pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan perilaku pegawai pada
suatu unit organisasi yang dapat ditingkatkan melalui diklat. Dalam menentukan jenis diklat
maupun materi atau substansi yang diberikan dalam diklat harus dengan kebutuhan peserta
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian tentang jenis
diklat apa yang dibutuhkan oleh anggota organisasi untuk meningkatkan kinerja dan kinerja
organisasi, sehingga diklat yang diselenggarakan tidak menghabiskan sumber daya cuma-
cuma, tanpa menghasilkan daya ungkit yang besar bagi organisasinya (Munir Baderel, 2004).

Pelaksanaan kegiatan diklat masih banyak yang dilaksanakan tanpa didahului oleh
analisis kebutuhan diklat. Hal ini berakibat diklat cenderung tidak menghasilkan hal yang
positif baik bagi peserta diklat sendiri atau bagi lembaga/institusi pengirim. Tentu saja hal ini
sangat merugikan, karena kegiatan diklat membutuhkan dana, tenaga yang tidak
menghasilkan apa-apa. Padahal sebuah diklat diadakan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan para pesertanya yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas dan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


3

produktifitas dari lembaga/institusi tempat mereka bekerja. Analisis kebutuhan diklat


merupakan dasar dalam memahami kebutuhan diklat pada setiap organisasi atau lembaga,
agar penyelenggaraan diklat memberikan kontribusi yang bermakna bagi lembaga
pengirimnya. Disamping itu dengan analisis kebutuhan diklat ini sangat bermanfaat dalam
menentukan program diklat, dan hal-hal yang harus dilakukan oleh lembaga diklat sehingga
menjawab tuntutan serta tantangan yang dihadapi institusi pengirim secara aktual dengan
kondisi riil di lapangan.

Perumusan tujuan diklat merupakan upaya untuk menghilangkan kesenjangan antara


standar kinerja dengan tingkat kinerja yang dimiliki. Rumusan tujuan diklat tersebut
dijabarkan dalam kompetensi kegiatan operasional yang bisa diukur, selanjutnya dirumuskan
dalam kurikulum. Keberhasilan pendidikan dan pelatihan ditentukan oleh berbagai macam
faktor antara laian penentuan tujuan diklat, pengembangan kurikulum, penyusunan program
pelatihan, penetapan peserta dan fasilitator, penyelenggaraan administrasi, proses
pembelajaran dan lingkungan fisik serta lingkungan emosional (LAN RI, 2003)

Pada hakekatnya diklat adalah suatu sistem pembelajaran, mutu diklat sangat
tergantung pada mutu komponen-komponennya serta kerja sama diantara komponen tersebut
sehingga menimbulkan efek sinergis. Komponen-komponen tersebut adalah peserta,
pelatih/fasilitator, kurikulum, panitia penyelenggara. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan (Pasal 13) menetapkan bahwa diklat wajib memenuhi
persyaratan tersedianya calon peserta diklat, tenaga pelatih, kurikulum, sumber dana yang
menjamin kelangsungan penyelenggaraan diklat serta sarana dan prasarana.

Sebagai ketentuan lebih lanjut, Kementerian Kesehatan telah menjabarkannya dalam


Keputusan Menteri Kesehatan No. 725 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat
di Bidang Kesehatan yang diantaranya menjelaskan akreditasi diklat. Akreditasi diklat pada
hakikatnya merupakan tahapan rencana dalam menyelenggarakan suatu diklat untuk
mewujudkan diklat yang bermutu. Akreditasi diklat diberlakukan pada diklat di bidang
kesehatan yang lama diklatnya minimal 30 jam pelajaran (jpl). Tujuan pelaksanaan akreditasi
diklat yaitu untuk mengendalikan dan meningkatkan mutu diklat di bidang kesehatan
diantaranya mutu kurikulum, mutu peserta, mutu pelatih, penyelenggara diklat dan tempat
penyelenggaraan diklat termasuk sarana dan prasarana diklat (Pusdiklat SDM Kesehatan,
2012).

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


4

Evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat merupakan kegiatan untuk menilai


keberhasilan diklat sehingga evaluasi hasil penyelenggaran diklat tersebut sangat diperlukan
dalam siklus kediklatan. Evaluasi tersebut diantaranya evaluasi peserta, evaluasi
penyelenggaraan, evaluasi fasilitator dan evaluasi pasca diklat. Evaluasi ini dipandang
sebagai salah satu instrumen pengendali mutu diklat, akan menentukan apakah diklat tersebut
perlu dilakukan perbaikan di masa yang akan datang. Namun evaluasi yang dilakukan baru
menyangkut pada proses pelaksanaan diklat dan terkadang masih bersifat formalitas. Dalam
arti, hasil evaluasi yang dilaksanakan tidak dijadikan bahan atau informasi bagi pengambilan
keputusan dalam upaya perbaikan pelaksanaan program diklat itu sendiri, (LAN RI, 2007).

Dalam sistem kediklatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Diklat Jabatan PNS dan
beberapa pedoman pelaksanaan teknisnya, menekankan pentingnya proses evaluasi diklat
dalam rangka peningkatan efektivitas penyelenggara diklat. Mekanisme evaluasi yang
diterapkan dalam sistem kediklatan PNS meliputi pertama, evaluasi terhadap peserta untuk
menilai sejauh mana peserta memahami pembelajaran baik yang meliputi pengetahuan,
keterampilan maupun sikap. Kedua evaluasi terhadap kinerja penyelenggara diklat dan tenaga
pengajar atau disebut dengan evaluasi reaksi peserta terhadap penyelenggaraan diklat. Ketiga,
evaluasi pasca diklat yang dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan yang
sudah diajarkan selama diklat berdampak terhadap kinerja di tempat kerjanya.

Keberhasilan program kerja suatu organisasi sangat ditentukan oleh kualitas sumber
daya mulai dari tingkat manajer, staf sampai ke tingkat pelaksana di lapangan. Oleh karena
itu peningkatan kualitas sumber manusia organisasi menjadi isu yang sangat penting dan
perlu mendapat perhatian yang besar dari pimpinan organisasi.

Sebagai institusi diklat kesehatan, Bapelkes diharapkan mampu menyediakan semua


informasi mengenai hasil analisis kebutuhan diklat, hasil penilaian akreditasi diklat, hasil
evaluasi penyelenggaraan diklat dan hasil evaluasi pasca diklat. Namun sampai saat ini
sistem informasi diklat yang ada masih belum optimal, pengolahan dan analisa data masih
manual, data tersimpan masih dalam bentuk file terpisah dan belum terintegrasi satu sama
lain.

Untuk mengetahui sejauh mana hasil guna dan daya guna kegiatan penyelenggaraan
diklat diperlukan adanya sistem yang dapat menyediakan data yang lengkap, akurat dan tepat
waktu (real time) sebagai informasi untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dalam

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


5

penyelenggaraan kegiatan diklat serta bagi proses pengambilan keputusan. Disinilah


pentingnya sistem informasi manajemen diklat sebagai sarana untuk menyiapkan informasi
yang akurat dan mutakhir yang dapat digunakan oleh manajemen diklat secara efektif (LAN
RI, 2003).

Kemajuan di bidang teknologi komputer dan software pendukungnya merupakan


inovasi dalam melakukan proses dan analisis data dalam jumlah banyak secara cepat serta
dapat menghasilkan output laporan dan umpan balik bagi yang menerimanya (Fatta, 2007).
Peningkatan kemampuan komputer, manajemen data dan komunikasi menyebabkan
perubahan yang mendasar diantaranya terjadinya pergeseran model pengolahan data, yang
tadinya dilakukan secara sentralisasi (terpusat) kini menjadi pengolahan data terdesentralisasi
atau pengolahan terdistribusi. Artinya setiap komputer yang terhubung pada jaringan dapat
melakukan pengolahan data sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Berdasarkan asal data
yang akan diolah yang kebanyakan berasal dari data internal kini bergeser dengan melibatkan
data eksternal. Pengolahan data dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan sehingga
menghasilkan informasi. Dengan perkataan lain yang dulu hanya melakukan pertukaran data
antar organisasi atau unit organisasi terus meningkat menjadi pertukaran informasi (Fatta,
2007).

Hasil observasi yang dilakukan pada sistem yang ada di Bapelkes, informasi
pelaksanaan kegiatan Analisis kebutuhan Diklat, pelaksanaan akreditasi diklat, pelaksaanan
evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat dan evaluasi terhadap pasca diklat belum dianalisis
secara sempurna sehingga kurang mencerminkan keadaan keberhasilan program diklat,
dengan perkataan lain belum dapat disajikan informasi secara cepat dan akurat. Walaupun
pencatatan dan pelaporan sudah memakai komputer sebagai alat bantu tetapi dalam hal
pengolahan data dan analisis data masih dilakukan secara manual, disamping itu pengelolaan
data diklat selama ini masih belum menggunakan basis data dan tidak terintegrasi sehingga
menyulitkan pengguna jika ingin menelusuri data beberapa tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan masih kurangnya kualitas sumber daya manusia dalam memanfaatkan teknologi
informasi yang sudah ada.

Berdasarkan kebutuhan informasi penyelenggaraan diklat yang semakin penting maka


perlu dikembangkan suatu rancangan sistem informasi manajemen diklat di Bapelkes Dinkes
Provinsi Jawa Barat. Sistem yang akan dikembangkan untuk mempercepat proses pencatatan,
pengolahan, analisa dan pelaporan kegiatan program penyelenggaraan diklat sehingga

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


6

informasi yang dihasilkan oleh sistem dijadikan sebagai masukan dalam perencanaan
kegiatan penyelenggaraan diklat.

1.2 Perumusan Masalah

Pengolahan dan analisis data hasil kegiatan analisis kebutuhan diklat, penilaian
akreditasi diklat, penilaian evaluasi penyelenggraan diklat berupa evalusi pre test, post test
peserta, evaluasi fasilitator, evaluasi panitia penyelenggaraan, evaluasi pasca diklat terhadap
alumni diklat masih manual, data yang akan diolah begitu banyak sehingga laporan dari
kegiatan tersebut masih mengalami keterlambatan.

Pengelolaan data belum menggunakan basis data, melainkan menyimpan datanya


dalam beberapa file sehingga menyulitkan penggunanya dalam melakukan penelusuran data
yang telah dikumpulkan, khususnya untuk data beberapa tahun lalu. Instansi tidak didukung
oleh kualitas sumber daya manusia yang memadai dalam melakukan pengumpulan dan
pengolahan data. Komputer yang dimiliki belum dimanfaatkan secara optimal dalam
pengelolaan data diklat.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengembangkan prototype sistem informasi manajemen diklat berupa aplikasi


komputer untuk membantu proses pengolahan dan analisis data diklat secara lebih cepat dan
akurat guna mendukung manajemen diklat di Bapelkes Dinkes Provinsi Jawa Barat dalam
menyelenggarakan diklat sesuai kebutuhan, menghasilkan diklat sesuai standar akreditasi
diklat serta mengukur keberhasilan program diklat berupa seberapa besar pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang didapat dari pelatihan terhadap kompetensi alumni diklat di unit
kerjanya.
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis permasalahan sistem informasi diklat yang tengah berjalan saat ini untuk
mengetahui kelemahan sistem yang ada sebagai bahan menyusun rekomendasi untuk
perbaikan sistem.
2. Mengidentifikasi kebutuhan sistem informasi diklat melalui studi kelayakan sistem di
Bapelkes Dinkes Provinsi Jawa Barat
3. Menyusun rancangan model sistem informasi diklat yang sesuai dengan kebutuhan guna
mendukung sistem manajemen diklat.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


7

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari pengembangan sistem ini bermanfaat bagi pengelola program diklat dapat
memudahkan pengolahan dan analisa data sehingga dapat menyajikan informasi
penyelenggaraan diklat secara akurat, cepat, dan tepat waktu dan juga menjadi dasar bagi
para pengambil keputusan untuk perencanaan program diklat selanjutnya. Manfaat lain yang
diharapkan adalah dapat mengurangi kesalahan input, proses dan output data yang mungkin
terjadi dan mengurangi kemungkinan hilangnya data yang diakibatkan proses manual serta
efisiensi sumber daya diklat.
1.5 Ruang Lingkup
Pengembangan sistem dilaksanakan di Bapelkes Dinkes Provinsi Jawa Barat.
Informasi didapatkan dari laporan analisis kebutuhan diklat tahun 2011, dokumen akreditasi
diklat, laporan evaluasi penyelenggaraan diklat dan laporan evaluasi pasca diklat yang berasal
dari anggaran APBD Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan Sumber Daya Manusia

Dalam The World Bank Report (1992), dikatakan bahwa pengembangan sumber daya
manusia mencakup pendidikan diklat, kesehatan, gizi, penurunan vertilitas, kemampuan
administratif dan kewirausahaan, serta penelitian dan teknologi. Soekijo Notoatmojo (2003)
memberikan pengertian pengembangan sumber daya manusia dalam dua pengertian yaitu:
dalam aspek fisik (berkaitan dengan kesehatan dan gizi) dan aspek non fisik yang berkaitan
dengan pendidikan dan diklat.
Pengertian lain mengenai pengembangan sumber daya manusia disampaikan oleh T
Hani Handoko (2003) mengatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia pada
hakekatnya merupakan upaya untuk menyiapkan para pegawai guna memegang
tanggungjawab pekerjaan di waktu yang akan datang (baik pegawai baru maupun pegawai
lama). Proses pengembangan sumber daya manusia berkaitan erat dengan konsep pendidikan
dan diklat yaitu sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk mencapai suatu
pengembangan. Dari berbagai konsep dan teori tentang pendidikan dan diklat, pada
umumnya adalah agar dengan pendidikan dan diklat diharapkan terdapat adanya peningkatan
kinerja, yaitu berupa penyempurnaan kemampuan dan produktifitas pegawai dalam
menjalankan tugasnya saat ini, melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
2.2 Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan Pelatihan merupakan suatu bentuk investasi jangka pendek untuk
membantu meningkatkan kemampuan para pegawai dalam melaksanakan tugasnya (Siagian,
2009). Diklat merupakan upaya pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi untuk
pemenuhan kebutuhan dan untuk mencapai tujuan organisasi. Diklat dianggap berhasil
apabila menyiapkan penampilan sumber daya manusia yang seharusnya seperti yang
diinginkan oleh organisasi penyelenggara diklat. Peran pelatih membantu membelajarkan
peserta diklat untuk mengubah perilaku yang biasa ditampilkan menjadi perilaku yang
diharapkan oleh organisasi.

Notoatmojo (2003) diklat (training) adalah merupakan bagian dari suatu proses
pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus
seseorang atau sekelompok orang. Diklat yang diikuti oleh peserta diharapkan dapat
meningkatkan kemampuannya baik dalam pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


9

merupakan kegiatan yang pada umumnya lebih menekankan pada kemampuan psikomotor
dengan didasari pengetahuan dan sikap

2.3 Perilaku : pengetahuan, sikap dan tindakan

Skiner (1938) dalam Soekidjo, seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan
demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses : Stimulus  Organisme  Respons,
sehingga teori skinner ini disebut teori “SOR” (stimulus, organism, respons).
Berdasarkan teori “SOR” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam
bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan. Bentuk perilaku tertutup yang dapat diukur adalah pengetahuan dan
sikap.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa
tindakan, atau praktek ini dapat diamati oleh orang lain dari luar.
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom
dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran dan indera penglihatan. Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis
besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: tahu, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Sikap (attitude)
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang,
setuju-tidak setuju, baik-tidak naik dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


10

psikologi social menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi
sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Seperti halnya
pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, antara
lain: menerima, menanggapi, menghargai, bertanggung jawab
3. Tindakan atau praktek (practice)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak
(praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab terwujudnya tindakan
perlu factor lain yaitu adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan
dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:
a. Praktek terpimpin
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktekkan sesuatu hal
secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
c. Adopsi
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa
yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi atau tindakan yang berkualitas (Soekidjo, 2005).
2.4 Kompetensi
Eksistensi sumber daya manusia perlu mendapat perhatian khusus, berkaitan dengan
strategi peningkatan kualitas dan kompetensinya. Peningkatan kompetensi sumber daya
manusia dalam mengemban tugasnya melalui diklat adalah berorientasi pada standar
kompetensi jabatan sesuai dengan tantangan reformasi dan globalisasi yang tentu saja
disesuaikan dengan kebutuhan stakeholdernya. Kualitas aparatur tidak mungkin meningkat
tanpa adanya usaha-usaha yang konkrit untuk meningkatkannya. Oleh karena itu diklat perlu
terus ditingkatkan agar sumber daya manusia benar-benar memiliki kompetensi dalam
melaksanakan tugasnya secara professional.
Kompetensi jabatan SDM aparatur secara umum adalah kemampuan dan karakteristik
yang dimiliki PNS berupa pengetahuan, sikap dan perilaku, yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya (Mustopadidjaja, 2002). Disinilah kompetensi menjadi satu
karakteristik yang mendasari individu atau seseorang mencapai kinerja tinggi dalam
Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


11

pekerjaannya. Karakteristik itu muncul dalam bentuk pengetahuan (knowledge), keterampilan


(skill) dan perilaku (attitude) untuk menciptakan aparatur yang memiliki semangat
pengabdian yang tinggi dalam melayani masyarakat. Berikut gambar 2.1 : konsep
kompetensi.

2.5 Sumber Daya Diklat


Sumber daya diklat adalah sumber daya yang memiliki kemungkinan untuk
didayagunakan dalam pelaksanaan diklat. Pengelolaan sumber daya diklat dimaksudkan
untuk meningkatkan kompetensi pengelola diklat agar memahami konsep-konsep
pengelolaan sumber daya diklat, jenis-jenis sumber daya diklat serta proses pengelolaan
sumber daya diklat. Sumber daya diklat tersebut diantaranya sumber daya manusia (SDM)
diklat, sarana dan prasarana diklat serta bahan ajar/materi atau modul diklat.
Pemahaman tentang sumber daya diklat secara baik oleh pengelola diklat
dimaksudkan untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan penggunaan dan pemberdayaan
sumber daya diklat yang ada dalam rangka menunjang efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan diklat.
2.6 Manajemen Diklat

Dalam diklat terdapat proses integral dimana satu sama lain saling mempengaruhi
yang dikenal dengan istilah Manajemen Diklat. Manajemen Diklat terdiri dari proses
pengkajian diklat (training need assessment/TNA), perumusan tujuan diklat, perumusan
kurikulum, penyelenggaraan diklat dan evaluasi diklat. Dengan menerapkan manajemen
diklat diharapkan diklat yang diselenggarakan berdampak produktif, efektif dan efisien,
karena diklat yang diselenggarakan sesuai kebutuhan (LAN RI, 2003). Berikut ini adalah
gambar siklus kegiatan diklat.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


12

Gambar 2.2: Siklus Kegiatan Diklat

Pengkajian
kebutuhan
diklat

Evaluasi Perumusa
Program n tujuan
diklat diklat

Pelaksanaa Merancang
n Program program
Diklat diklat

2.6.1 Analisa Kebutuhan Diklat atau TNA (Training Need Assesment)


Tahap awal sebelum diklat adalah penilaian kebutuhan diklat yang merupakan proses
penentuan kebutuhan yang dilakukan secara sistematis dan objektif dengan melakukan
analisis organisasional, analisis kepegawaian dan analisis individu. Analisis organisasional
dilakukan untuk mengetahui permasalahan diklat yang akan dilakukan dan faktor yang
mempengaruhinya. Analisis operasional dilakukan untuk mengetahui apa yang akan
dipelajari dalam diklat dan analisis individu adalah untuk mengetahui siapa yang
membutuhkan diklat serta tipe diklat yang dibutuhkan.
2.6.2 Perumusan Tujuan Diklat
Tujuan Diklat disusun berdasarkan orientasi yang diharapkan oleh organisasi pada
sumber daya manusia yang akan mengikuti diklat. Siagian (2009) mengatakan bahwa diklat
dapat bermanfaat baik bagi organisasi maupun bagi karyawan, manfaatnya adalah
peningkatan produktifitas dan semangat kerja, terwujudnya hubungan yang harmonis antara
atasan dan bawahan, terjadinya proses pengambilan keputusan, meningkatkan kemampuan
karyawan, meningkatkan kepuasan kerja dan menyiapkan karyawan untuk menghadapi tugas
baru.
2.6.3 Perumusan Program / Kurikulum

Dalam penyusunan program yang paling penting adalah menentukan kurikulum


diklat. Kurikulum merupakan kumpulan materi pelajaran yang akan diberikan dengan cara

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


13

pemberian nilai pencapaian tujuan. Menurut Gryson, sebagaimana dijelaskan dalam Modul
Analisis Kebutuhan Diklat dan Kurikulum, kurikulum adalah suatu perencanaan untuk
mendapatkan keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Kurikulum
mengandung 4 elemen : 1) isi (content), b) strategi pembelajaran (teaching-learning
strategies), c) proses penilaian (assessment process), d) evaluasi proses (evaluation
processes). Penyusunan kurikulum pada program diklat harus responsif menjawab
permasalahan-permasalahan yang akan dipecahkan melalui diklat.

2.6.4 Pelaksanaan diklat


Pelaksanaan diklat dalam pedoman Penyelenggaraan Diklat di mulai dari persiapan,
proses dan evaluasi.
a. Persiapan Diklat merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan menjelang diklat
diselenggarakan yang merupakan implementasi dari hasil akreditasi diklat.
Ada dua jenis persiapan diklat yaitu: persiapan teknis dan administrasi.
- Persiapan teknis diantaranya: mengadakan rapat persiapan, mempelajari standar
yang merupakan hasil dari akreditasi diklat, menentukan fasilitator, menentukan
scenario proses pembelajaran, mendesain kelas, menyiapkan bahan diklat,
menyiapkan bahan praktek, menyiapkan tempat praktek lapangan, monitoring
calon peserta, monitoring pengajar.
- Persiapan Administrasi diantaranya : membuat draft surat, mengirim surat
pemanggilan peserta, mengirim surat permohonan pengajar, mengirim surat
permintaan nomor sertifikat, mengirimkan dan memonitor surat kepada pejabat
yang berwenang untuk membuka acara kegiatan diklat secara resmi, mengirim
surat undangan pembukaan, membuat daftar absen sementara, merekapitulasi
biodata peserta sementara, merencanakan penggunaan biaya, menggandakan
makalah, menyiapkan alat tulis, menyiapkan spanduk selamat datang, menyiapkan
sarana transporttasi untuk praktek lapangan.
b. Proses Diklat
Proses Diklat dilaksanakan sesuai dengan kurikulum dan jadwal diklat yang telah
disepakati saat persiapan diklat (akreditasi diklat). Alur proses diklat adalah sebagai
berikut:
- Pra Proses pembelajaran diantaranya memasang spanduk, menyiapkan tempat
belajar, melakukan registrasi peserta, menyiapkan absensi, menyiapkan tanda
peserta, membagikan modul diklat, mengumpulkan kelengkapan dan persyaratan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


14

administrasi peserta yang diperlukan untuk sertifikat dan pertanggungjawaban


keuangan, mengecek fungsi AVA serta alat bantu diklat sesuaidengan metode
pembelajaran
- Selama proses pembelajaran diantaranya melaksanakan pembukaan, penyampaian
kebijakan program diklat oleh pejabat berwenang, penjelasan panitia tentang
program diklat, pelaksanaan pre test, pencairan/BLC, pelaksanaan proses belajar
mengajar, mencatat proses pembelajaran pada setiap sesi, pelaksanaan evaluasi
setiap selesai materi, pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan diklat, peserta diklat
menyusun RTL, pelaksanaan post test, penulisan sertifikat, penutupan diklat
c. Evaluasi Diklat
Pelaksanaan evaluasi diklat dilakukan dengan maksud untuk mengetahui secara lebih
dini penilaian atau tanggapan panitia atau peserta terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung. Evaluasi terdiri :
- Evaluasi yang dilakukan terhadap peserta meliputi pre test dan post test
- Evaluasi yang dilakukan oleh peserta meliputi evaluasi terhadap fasilitator dan evaluasi
penyelenggaraan diklat
2.6.5 Evaluasi Pasca Diklat
Tahap evaluasi program diklat bertujuan untuk menguji efektifitas penyelenggaraan
diklat dengan menggunakan indikator reaksi, indikator belajar, indikator hasil dan indikator
biaya dari peserta diklat.
2.7 Jenis Diklat
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan
diklat Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), jenis diklat terdiri dari diklat prajabatan dan diklat
dalam jabatan
2.7.1 Diklat Prajabatan
Diklat ini dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan
wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang
sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara, bidang tugas dan budaya sebagai pelayan
masyarakat
Diklat prajabatan terdiri dari:
- Diklat prajabatan golongan I untuk menjadi PNS golongan I
- Diklat Prajabatan golongan II untuk menjadi PNS golongan II
- Diklat Prajabatan golongan III untuk menjadiPNS golongan III

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


15

2.7.2 Diklat Dalam Jabatan


Diklat dalam jabatan adalah diklat yang dilaksanakan untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat melaksanakan tugas-tugas dengan sebaik-
baiknya. Diklat dalam jabatan terdiri dari diklat kepemimpinan, diklat fungsional dan diklat
teknis.
a. Diklat kepemimpinan
Diklat kepemimpinan adalah diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
kompetensi kepemimpinan aparatur kesehatan yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural
Diklat kepemimpinan terdiri dari:
- Diklat kepemimpinan tingkat IV untuk jabatan structural eselon IV
- Diklat kepemimpinan tingkat III untuk jabatan structural eselon III
- Diklat kepemimpinan tingkat II untuk jabatan structural eselon II
- Diklat kepemimpinan tingkat I untuk jabatan structural eselon I
Penyelenggaraan diklat kepemimpinan tersebut diatas diatur oleh Lembaga Administrasi
Negara (LAN).
b. Diklat fungsional
Diklat fungsional adalah diklat yang memberikan pengetahuan dan / atau penguasaan
keterampilan di bidang tugas yang terkait dengan jabatan fungsional PNS sehingga mampu
melaksanakan tugas dan kewajibannya secara professional.

Di lingkungan kesehatan, diklat fungsional terdiri dari 2 kelompok yaitu:

- Diklat fungsional kesehatan: ditujukan bagi aparatur yang menduduki jabatan


fungsional kesehatan
- Diklat fungsional non kesehatan: ditujukan bagi aparatur yang menduduki jabatan
fungsional non kesehatan
c. Diklat Teknis
Diklat teknis adalah diklat yang diselenggarakan untuk meningkatkan kompetensi
teknis dalam jabatan pegawai negeri sipil sesuai bidang tugasnya. Ada dua jenis diklat teknis
yaitu:
- Diklat teknis administrasi umum
Diklat yang memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis yang bersifat
umum dalam rangka pencapaian kompetensi PNS terkait dengan tugas-tugas yang
bersifat umum, sehingga mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara
professional

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


16

- Diklat teknis substantif


Diklat yang memberikan pengetahuan teknis dan ketrampilan yang bersifat
substantif dalam rangka pencapaian kompetensi PNS terkait dengan tugas-tugas
yang bersifat teknis kesehatan, sehingga mampu melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya secara professional.

2.8 Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) / Training Need Assesment (TNA)


A. Pengertian kebutuhan
Menurut Briggs, kebutuhan adalah ketimpangan atau gap antara apa yang seharusnya
dengan apa senyatanya. Sedangkan menurut Gilley dan Eggland, kebutuhan adalah
kesenjangan antara seperangkat kondisi yang ada pada saat sekarang ini dengan seperangkat
kondisi yang diharapkan.
B. Indikator kebutuhan diklat
- Keluhan masyarakat
- Penggunaan waktu yang kurang efisien
- Mutu kerja rendah
- Boros
- Tidak ada standar dan pengukuran kerja
- Lemahnya koordinasi
- Rencana mutasi
- Hasil kerja menurun
- Konflik internal dan eksternal
- Arsip tidak teratur
C. Pengerian Analisis kebutuhan
Menurut Ellington dan Harris, analisis kebutuhan adalah suatu istilah dalam diklat
yang dipergunakan untuk menentukan tipe program pembelajaran yang diperlukan oleh
sebagian dari peserta diklat agar yang bersangkutan dapat memenuhi kriteria standar dari
suatu jenis pekerjaan. Sedangkan menurut Burton dan Merrill analisis kebutuhan adalah suatu
proses yang sistematis dalam menentukan sasaran, mengidentifikasi ketimpangan antara
sasaran dengan keadaan nyata, serta menetapkan prioritas tindakan (Baderel Munir, 2004).
Dalam bidang pendidikan, analisis kebutuhan adalah suatu proses untuk menentukan
apa yang seharusnya diajarkan. Kebutuhan diklat dapat diketahui sekiranya terjadi
ketimpangan antara kondisi (pengetahuan, keterampilan dan perilaku), yang senyatanya ada

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


17

dengan tujuan-tujuan / kinerja yang diharapkan tercipta pada suatu organisasi (Baderel
Munir, 2004).
D. Pengertian Analisis Kebutuhan Diklat
Analisis kebutuhan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk menemukan
dan mengenali adanya suatu kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat
ditingkatkan melalui diklat. Rosset dan Arwady menyebutkan bahwa analisis kebutuhan
diklat adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam analisis untuk memahami permasalahan
kinerja atau permasalahan yang berkaitan dengan penerapan teknologi baru (Baderel Munir,
2004).
E. Tujuan Analisis Kebutuhan Diklat
- Sebagai dasar penyusunan program diklat
- Diskrepansi kompetensi dijadikan tujuan diklat
- Sebagai masukan bagi organisasi tindak lanjut kegiatan dan menentukan prioritas
program
- Menjaga dan meningkatkan produktifitas kerja
- Menghadapi kebijakan dan tugas baru
F. Manfaat Analisis Kebutuhan Diklat
- Diklat akan sesuai dengan kebutuhan organisasi, jabatan maupun individu
pegawai
- Menjaga dan meningkatkan motivasi peserta dalam mengikuti diklat
- Efisiensi biaya organisasi
- Memahami masalah yang timbul dalam organisasi
G. Fungsi analisis kebutuhan diklat
- Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan tugas atau pekerjaan
- Mengidentifikasi kritis yang bisa mengatasi masalah kinerja
- Memperoleh prioritas untuk memilih tindakan yang tepat
- Memperoleh informasi tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang tidak
dimiliki karyawan yang tidak mampu berunjuk kerja
H. Manfaat identifikasi dan indikator kebutuhan diklat
1. Langsung
a. MenghasilkanProgram diklat yang disusun sesuai kebutuhan
b. Sebagai dasar yang kuat dalam penyusunan program diklat
c. Menumbuhkan motivasi peserta diklat karena dengan minat dan kebutuhan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


18

2. Tidak langsung
a. Menjaga produktifitas
b. Meningkatkan produktifitas
c. Mengetahui kebutuhan diklat yang nyata agar memenuhi syarat-syarat jabatan
I. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan diklat
1. Faktor Internal
a. Mutasi Jabatan
b. Pembentukan organisasi baru
c. Perkembangan ilmu dan teknologi
d. Kekurangan pengetahuan, sikap dan perilaku
2. Faktor eksternal
a. Peraturan Perundangan
b. Ekonomi
c. Sikap masyarakat
d. Pendidikan dan teknologi
J. Tiga jenis kebutuhan diklat
1. Kebutuhan diklat pada tingkat organisasi merupakan himpunan data umum dari
bagian atau bidang yang mempunyai kebutuhan diklat
2. Kebutuhan diklat pada tingkat jabatan merupakan adanya kesenjangan
pengetahuan, sikap dan perilaku yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
yang bersifat periodik / insidentil
3. Kebutuhan diklat pada tingkat individu berkaitan dengan siapa dan jenis diklat
apa yang diperlukan
2.9 Model Pendekatan dalam Evaluasi Diklat
Model evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-
pakar evaluasi. Dalam bidang pendidikan pada umumnya dikenal berbagai model evaluasi
diantaranya model Kirkpatrick. Menurut model ini evaluasi dibagi menjadi empat tahap yaitu
reaction level, immediate level, intermediate level dan ultimate level.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


19

Gambar 2.3: Model Evaluasi Kick Patrick

Keempat tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Reaction Level
Reaction level adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk mengukur reaksi peserta terhadap
program diklat. Evaluasi ini untuk menjawab pertanyaan apakah peserta puas dan
menyukai program diklat dan menyukai program diklat yang mereka ikuti, apakah
mereka merasa program diklat tersebut berguna bagi mereka. Dengan demikian evaluasi
pada tingkatan ini terfokus kepada persepsi peserta terhadap program diklat beserta
efektifitasnya. Hal-hal yang dievaluasi dalam tingkatan ini biasanya menyangkut:
- Isi program diklat yang meliputi kegunaan, ketertarikan peserta terhadap diklat,
lamanya penyelenggaraan, ketersediaan meteri pembelajaran, metode pembelajaran
dan lain sebagainya
- Tenaga pengajar yang meliputi kredibilitas pengajar, kemampuannya dalam
menyajikan materi pembelajaran, kemampuan berkomunikasi, antusiasme dan lain
sebagainya
- Fasilitas diklat yang meliputi asrama, ruang pembelajaran, lokasi dan lain-lain
b. Learning Level
Learning evaluation atau disebut juga immediate level merupakan evaluasi untuk
mengukur sejauhmana peserta telah mempelajari materi-materi yang diberikan selama
diklat. Evaluasi ini menurut Frances dan Bee (1999) dalam jurnal evaluasi program diklat
LAN RI 2007 adalah pertanyaan untuk mengukur sejauhmana tujuan dan sasaran diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


20

telah tercapai, misalnya apakah peserta telah mencapai tingkatan standar atau kompetensi
yang telah ditentukan. Kedua evaluasi ini juga untuk mengukur hal-hal yang sudah
diperoleh peserta selama mengikuti diklat. Aspek-aspek yang dievaluasi biasanya
meliputi tiga aspek pembelajaran yaitu yang menyangkut pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skills) dan perilaku (attitude).
c. Job Behaviour Level
Job Behaviour level atau disebut juga intermediate level) adalah evaluasi yang ditujukan
untuk mengukur dampak atau pengaruh diklat terhadap kinerja peserta diklat setelah
kembali ketempat kerjanya. Dengan demikian evaluasi ini untuk menilai apakah peserta
diklat melakukan proses transformasi baik mencakup pengetahuan, keterampilan maupun
perilaku di tempat kerjanya.
d. Result Level
Result level atau disebut juga dengan ultimate level adalah evaluasi yang ditujukan untuk
mengukur dampak diklat terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan. Kinerja
organisasi dalam hal ini mulai dari tingkatan individual pegawai maupun tingkatan
organisasional. Kinerja individual pegawai misalnya peningkatan produktifitas,
peningkatan penjualan oleh tenaga-tenaga pemasaran, sedangkan kinerja organisasional
misalnya kualitas modal, keuntungan serta kualitas kerja pegawai. Beberapa pakar
menyatakan bahwa evaluasi ini merupakan evaluasi yang sangat sulit untuk dilaksanakan
hal ini disebabkan karena pertama tidak adanya alat ukur yang jelas tentang kinerja dan
adanya factor-faktor lain disamping diklat yang mempengaruhinya.
2.10 Evaluasi dalam Program Kediklatan Aparatur

Evaluasi dalam program kediklatan sangat diperlukan, tidak sebagai upaya penilaian
terhadap efektifitas program diklat itu sendiri akan tetapi sebagai upaya peningkatan kualitas
program diklat secara keseluruhan. Mengingat pentingnya proses evaluasi tersebut maka
dalam sistem kediklatan diterapkan mekanisme evaluasi. mekanisme evaluasi terdiri dari
empat jenis evaluasi yaitu evaluasi terhadap peserta, evaluasi terhadap pelatih/widyaiswara,
evaluasi terhadap kinerja penyelenggara dan evaluasi pasca diklat (LAN RI, 2007).

a. Evaluasi terhadap peserta.

Evaluasi terhadap peserta apabila merujuk kepada model evaluasi Kirkpatrick


termasuk ke dalam kategori learning level atau immediate level. Evaluasi ini dilakukan untuk
mengukur sejauhmana peserta telah mempelajari materi-materi yang telah diberikan selama
diklat, yang meliputi tiga aspek yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) serta

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


21

sikap (attitude). Menurut Van Wart, Cayer dan Cook (1993), evaluasi terhadap pembelajaran
peserta terdiri dari dua aspek kognitif berkaitan dengan sejauhmana peserta diklat menyerap
informasi materi-materi diklat selama proses pembelajaran dan sejauhmana menguasai
keterampilan intelektual. Sedangkan aspek perilaku menyangkut sejauhmana peserta
memiliki atau memperlihatkan perilaku tertentu yang diharapkan dari program diklat.

b. Evaluasi terhadap widyaiswara dan kinerja penyelenggara

Evaluasi terhadap widyaiswara dan kinerja penyelenggara apabila merujuk kepada


model evaluasi Kirk Patrick termasuk ke dalam evaluasi reaction level atau reaksi peserta
terhadap kualitas widyaiswara atau tenaga pengajar. Sebagaimana dinyatakan oleh pakar
kediklatan bahwa evaluasi reaksi peserta diklat pada dasarnya merupakan masukan bagi
peningkatan perencanaan penyelenggaraan diklat berikutnya.

c. Evaluasi Pasca Diklat

Evaluasi pasca diklat merupakan evaluasi yang dilaksanakan setelah peserta diklat
kembali ke tempat kerjanya masing-masing. Pada umumnya evaluasi pasca diklat ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para alumni mampu menerapkan sikap,
pengetahuan dan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan yang
diembannya. Erat kaitannya dengan tujuan yang pertama dari evaluasi pasca diklat, dalam
model Kircpatrick evaluasi pasca diklat ini disebut juga dengan intermediate level evaluation,
yakni evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui sejauhmana dampak dari diklat terhadap
pelaksanaan tugas pekerjaannya serta sejauhmana pendayagunaan potensi para alumni diklat
terutama dalam kaitannya dengan pembinaan karir.

Adapun yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan evaluasi pasca diklat
ini adalah terutama lembaga pembina kepegawaian dari alumni diklat. Namun masih
jarangnya lembaga pembina kepegawaian tersebut melaksanakan kegiatan evaluasi pasca
diklat ini. Ada beberapa kendala yang mungkin menjadi penyebab antara lain berkaitan
dengan kesulitan dalam melaksanakan evaluasi itu sendiri. Kegiatan evaluasi pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan penelitian yang melibatkan berbagai prosedur kegiatan mulai dari
penetapan tujuan, penyusunan instrument, pengumpulan data, analisis data sampai dengan
penyusunan laporan. Dengan demikian kegiatan evaluasi pasca diklat, Pembina kepegawaian
dituntut untuk memiliki kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan
dalam melakukan evaluasi itu sendiri.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


22

Kendala lainnya berkaitan dengan aspek standar kinerja, karena sebagaimana kita
ketahui bahwa dalam manajemen kepegawaian PNS memiliki standar kinerja baku. Padahal
dalam evaluasi pasca diklat terhadap kinerja menurut pakar menuntut adanya standar kinerja
yang akan menjadi acuan.

2.11 Akreditasi Diklat


A. Definisi Akreditasi Diklat
Akreditasi diklat kesehatan adalah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah atau
Badan Akreditasi yang berwenang kepada suatu diklat kesehatan yang telah memenuhi
standar yang telah ditetapkan berdasarkan hasil penilaian terhadap komponen yang
diakreditasi. Komponen akreditasi diklat meliputi 5 komponen yaitu kurikulum, peserta latih,
pelatih, penyelenggara diklat dan sarana. Akreditasi diklat pada hakekatnya merupakan
tahapan rencana dalam menyelenggarakan suatu diklat untuk mewujudkan diklat yang
bermutu (Pusdiklat Aparatur, 2012).
B. Tim Penilai Akreditasi
Tim penilai akreditasi ditugaskan untuk menilai dokumen akreditasi yang terdiri dari
tim penilai akreditasi pusat dan daerah. Tim penilai akreditasi pusat ditetapkan oleh Kepala
Badan PPSDM Kesehatan dengan masa tugas 2 (dua) tahun sedangkan tim akreditasi daerah
adalah tim penilai akreditasi yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan
masa tugas 2 (dua) tahun (Pusdiklat Aparatur, 2012).
C. Sasaran
Sasaran akreditasi diklat adalah seluruh diklat di bidang kesehatan di luar diklat
kepemimpinan dan prajabatan yang memiliki jumlah jam pelajaran 30 jpl. Untuk proses
pembelajaran di kelas 1 jpl @ 45 menit, sedangkan yang prosesnya di luar kelas (berupa
magang) 1 jpl @ 60 menit. Sasaran akreditasi diklat meliputi diklat fungsional, diklat teknis
dan diklat penunjang kepemimpinan atau diklat kepemimpinan untuk pejabat struktural
kesehatan (Pusdiklat Aparatur, 2012).
D. Komponen Akreditasi Diklat
Standar penilaian akreditasi diklat meliputi komponen, variable dan parameter dengan
rincian sebagai berikut : a). Komponen Kurikulum (5 variabel, 8 parameter), b). Komponen
Peserta (2 variabel, 2 parameter), c). Komponen Pelatih ( 2 variabel, 2 parameter), d).
Kompenen Penyelenggaraan (2 variabel, 2 parameter). e), Komponen Tempat
Penyelenggaraan (1 variabel, 1 parameter) (Pusdiklat Aparatur, 2012).

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


23

1. Komponen Kurikulum
a. Variabel tujuan yaitu kejelasan kompetensi dengan tujuan diklat
b. Variabel materi yaitu:
- Kesesuaian antara materi inti diklat dengan tujuan diklat.
- Kesesuaian materi inti yang terdapat dalam Garis-Garis Besar Program
Pembelajaran (GBPP) atau Rancang Bagun Program Pembelajaran (RBPP)
- Proporsi waktu antara teori dengan penugasan / praktik pada struktur program
c. Variabel metode yaitu kesesuaian metode diklat dengan kompetensi yang ingin dicapai
d. Variabel alat bantu yaitu kesesuaian alat bantu dengan metode yang digunakan
e. Variabel evaluasi yaitu:
- Adanya instrumen evaluasi untuk peserta, pelatih/fasilitator dan penyelenggara
- Kesesuaian instrumen evaluasi peserta dengan kompetensi yang ingin dicapai
2. Komponen Peserta
- Variabel Kriteria yaitu persyaratan peserta ditetapkan untuk setiap jenis diklat
- Variabel efektifitas diklat yaitu banyaknya peserta dalam satu kelas
3. Komponen Pelatih
- Variabel kriteria yaitu memiliki kemampuan kediklatan dengan telah mengikuti
diklat calon widyaiswara/ AKTA/ training of trainer (TOT)/ Tenaga Pelatih Program
Kesehatan (TPPK) atau mempunyai pengalaman melatih/mengajar
- Variabel professional yaitu kesesuaian keahlian dengan materi yang diberikan
(kualifikasi tenaga), yaitu latar belakang pendidikan / diklat termasuk diklat
tambahan dan pengalaman dalam bidang tugasnya sesuai dengan materi yang
diberikan
4. Komponen Penyelenggara
- Variabel Landasan Hukum yaitu kewenangan hukum yang dimiliki
- Variabel Penyelenggara yaitu tersedianya tenaga pengelola diklat sesuai standar
5. Komponen Tempat Penyelenggara
- Variable tempat penyelenggara yaitu kesesuaian tempat penyelenggaraan
berdasarkan fungsi tempat penyelenggaraan diklat
E. Menetapkan Keputusan Akreditasi

Terakreditasi: apabila dokumen akreditasi sudah memenuhi ketentuan akreditasi


dengan nilai tiap komponen sudah memenuhi ketentuan akreditasi dengan nilai tiap

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


24

komponen ≥ 3 dan tidak ada nilai parameter yang mendapat nilai 1 untuk komponen
kurikulum

Tidak terakreditasi: apabila dokumen akreditasi tidak memenuhi ketentuan akreditasi


karena ada nilai komponen yang < 3 atau nilai tiap komponen ≥ 3 tetapi ada nilai parameter
yang mendapat nilai 1 untuk komponen kurikulum

F. Proses Penilaian pengajuan awal dokumen akreditasi


Proses pengajuan awal dokumen dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
- Pengecekan kelengkapan dokumen dilakukan oleh sekretariat dalam waktu 1 hari sejak
dokumen diterima sesuai dengan daftar tilik (check list) kelengkapan administrasi
- Surat pengajuan akreditasi dan dokumen tersebut dicatat oleh sekretariat ke dalam buku
agenda
- Dokumen akreditasi yang sudah diterima dapat langsung didistribusikan oleh sekretariat
kepada tim teknis/penilai dengan nota dinas walaupun belum lengkap. Kelengkapan
dokumen harus dipenuhi oleh penyelenggara maksimal 2 hari sejak penyelenggaraan
menyampaikan dokumen tersebut
- Dokumen akreditasi dinilai oleh tim teknis dalam waktu 3 hari
- Dokumen akreditasi yang sudah memenuhi ketentuan akreditasi dapat diterbitkan surat
keterangan akreditasi
- Dokumen akreditasi yang belum memenuhi ketentuan akreditasi, tim teknis/penilai akan
memberikan feedback kepada panitia penyelenggara melalui secretariat
- Sekretariat akan menghubungi panitia penyelenggara dan meminta agar menghubungi
tim teknis/penilai untuk mendapatkan bimbingan atas feedback tersebut. Proses feedback
dan perbaikan dilakukan sampai dengan sesuai ketentuan dan selesai dilakukan dalam
waktu 1 minggu sebelum diklat diselenggarakan
- Dokumen yang sudah diperbaiki dan memenuhi ketentuan diserahkan kembali oleh
panitia penyelenggara kepada sekretariat dan sekretariat menyampaikan kelengkapan
dokumen tersebut kepada tim teknis/penilai
- Tim teknis / penilai melakukan penilaian kembali
- Dokumen akreditasi yang sudah memenuhi ketentuan akreditasi, diterbitkan surat
keterangan akreditasi 1 minggu sebelum diklat diselenggarakan. Diklat dapat
diselenggarakan bila panitia penyelenggara diklat telah mendapatkan surat keterangan
akreditasi. Masa berlaku surat keterangan akreditasi 1 tahun sejak diterbitkan.
-

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


25

G. Sertifikasi

Setelah mendapatkan surat keterangan akreditasi, penyelenggara mengajukan surat


permohonan penerbitan sertifikat pada hari ke - 2 diklat, dengan melampirkan :

a. Rekapitulasi biodata peserta, berisi:


- Nama
- Tempat dan Tanggal lahir
- Pangkat / golongan kerja
- NIP
- Jabatan
- Unit Kerja
b. Pasfoto ukuran 4 x 6 dengan latar belakang merah

Kelengkapan untuk penerbitan sertifikat seyogyanya dapat diterima oleh pengelola


sertifikat di Pusdiklat Aparatur (di pusat) dan di Dinas Kesehatan Provinsi/Bapelkes (di
daerah) pada hari ke-2 tersebut agar sertifikat dapat diserahkan kepada peserta saat penutupan
diklat. Sertifikat tidak akan diterbitkan apabila proses pengajuan sertifikat dilakukan lebih
dari 1 bulan setelah penutupan diklat.

Perlu diperhatikan, apabila diklat yang sama akan dilaksanakan kembali selama masa
berlakunya surat keterangan akreditasi diklat tersebut, maka surat permohonan sertifikat
diajukan dengan melampirkan surat keterangan akreditasi sebelumnya dengan memenuhi
perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan (apabila ada rekomendasi perbaikan).
Angka kredit yang didapatkan oleh peserta terbagi 3 yaitu:
- Diklat teknis : angka kredit mengacu pada peraturan menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara tentang jabatan fungsional kesehatan yang terbit terakhir, yaitu:
a. Lamanya lebih dari 961 jam : 15 angka kredit
b. Lamanya antara 641 – 690 jam : 9 angka kredit
c. Lamanya antara 481 – 640 jam : 5 angka kredit
d. Lamanya antara 161 – 480 jam : 3 angka kredit
e. Lamanya antara 81 – 160 jam : 2 angka kredit
f. Lamanya antara 30 – 80 jam : 1 angka kredit
- Diklat Jabatan fungsional : angka kredit yang didapatkan mengacu pada Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara masing-masing jabatan fungsional

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


26

- Diklat teknis dan jabatan dimana pesertanya widyiswara, maka angka kreditnya mengacu
pada Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 3 Tahun 2010.
2.12 Sistem

2.12.1 Definisi Sistem

Definisi sistem berkembang sesuai konteks dimana pengertian sistem digunakan.


Sistem adalah entitas atau satuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem
yang saling terhubung dan terkait untuk mencapai suatu tujuan. Banyak hal yang kita temui
sehari-hari adalah sistem. Sepeda adalah sistem yang terdiri atas sasis, dua roda, pedal, rantai,
roda gigi, setang dan rem dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat transportasi.
Murdick dan Ross (1993) mendefinisikan sistem sebagai seperangkat elemen yang
digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan bersama.

Menurut Gordon B Davis, sistem adalah seperangkat unsur-unsur yang terdiri dari
manusia, alat, konsep dan prosedur yang dihimpun menjadi satu untuk maksud dan tujuan
bersama. Sedangkan menurut Raymond McLeod Jr, sistem adalah sekelompok elemen yang
terintergrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan.

Menurut Scott (1996), sistem terdiri dari unsur-unsur seperti masukan (input),
pengolahan (processing), serta keluaran (output). Ciri pokok sistem menurut Gaspert ada
empat, yaitu sistem itu beroperasi dalam satu lingkungan terdiri dari unsur-unsur, ditandai
dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama.

2.12.2 Karakteristik sistem


Untuk memahami atau mengembangkan sustu sistem, maka perlu membedakan
unsur-unsur dari sistem yang membentuknya. Berikut adalah karakteristik sistem yang dapat
membedakan suatu sistem dengan sistem lainnya:
Batasan (boundary). Penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang termasuk di
dalam sistem dan mana yang di luar sistem.
Lingkungan (environment). Segala sesuatu di luar sistem, lingkungan yang menyediakan
asumsi, kendala dan input terhadap suatusistem.
Masukan (input). Sumber daya (data, bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan
yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem
Keluaran (output). Sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan
layar, komputer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh kegiatan
dalam suatu sistem.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


27

Komponen (component). Kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang


mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output). Komponen ini bias
merupakan subsistem dari sebuah sistem.
Penghubung (interface). Tempat dimana komponen atau sistem dan linkungannya
bertemu atau berinteraksi.
Penyimpanan (storage). Area yang dikuasai dan digunakan untuk penyimpanan
sementara dan tetap dari informasi, energy, bahan baku dan sebagainya. Penyimpanan
merupakan media penyangga di antara komponen tersebut bekerja dengan berbagai
tingkatan yang ada dan memungkinkan komponen yang berbeda dari berbagai data yang
sama.
2.13 Informasi
2.13.1 Data dan informasi
Data dapat didefinisikan sebagai fakta-fakta yang masih mentah atau acak yang
menjadi input untuk proses yang menghasilkan informasi. Definisi data yang lain, data
merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.
Kesatuan nyata adalah berupa suatu objek nyata seperti tempat, benda dan orang yang betul-
betul ada atau terjadi. Untuk pengambilan keputusan bagi manajer, maka faktor-faktor
tersebut harus diolah lebih lanjut untuk menjadi suatu informasi.
Informasi dipahami sebagai pemrosesan input terorganisir, memiliki arti dan berguna
bagi orang yang menerimanya. Gordon B Davis, (1985) mendefinisikan informasi sebagai
data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti dan berguna bagi penerimanya
untuk mengambil keputusan masa kini maupun masa yang akan datang. Raymond McLeod
(1995) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih
berarti bagi penerimannya.
Menurut John Burch dan Gary Grudnitski, agar informasi dihasilkan lebih berharga,
maka informasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut a) Informasi harus akurat, sehingga
mendukung pihak manajemen dalam mengambil keputusan; b) Informasi harus relevan,
benar-benar terasa manfaatnya bagi yang membutuhkan; c) Informasi harus tepat waktu,
sehingga tidak ada keterlambatn pada saat dibutuhkan.
2.13.2 Kualitas Informasi
Ketika pengembang sistem baik pengguna maupun spesialis informasi mendefinisikan
output yang diberikan prosesor informasi, mereka akan mempertimbangkan setidaknya empat
dimensi utama dasar informasi. Dengan kata lain, untuk mengukur apakah informasi tersebut

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


28

memiliki kualitas atau tidak, kita dapat mengujinya dengan empat dimensi yaitu: relevansi,
akurasi, ketepatan waktu, ekonomis, efisien, dan dapat dipercaya.
- Relevan (relevancy), suatu informasi tidak akan ada gunanya apabila tingkat
relevansinya dengan keadaan yang sedang dianalisis sangat tipis. Relevansi suatu
informasi akan menjadi penting karena hal itu bisa menjadi variabel-variabel yang
menentukan pengambilan keputusan oleh organisasi.
- Akurasi, informasi dikatakan berkualitas jika seluruh kebutuhan telah tersampaikan,
seluruh pesan telah benar, serta pesan yang disampaikan sudah lengkap atau hanya
sistem yang diinginkan oleh user.
- Ketepatan waktu, berbagai proses dapat diselesaikan dengan tepat waktu, laporan-
laporan yang dibutuhkan dapat disampaikan tepat waktu.
- Ekonomis, informasi yang dihasilkan mempunyai daya jual yang tinggi, serta biaya
operasional untuk menghasilkan informasi tersebut minimal, informasi tersebut juga
mampu memberikan dampak yang luas terhadap laju pertumbuhan ekonomi dan
teknologi informasi.
- Efisien, informasi yang berkualitas memiliki sintaks ataupun kalimat yang sederhana
(tidak berbelit-belit) namun mampu memberikan makna
- Dapat dipercaya, informasi berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Misalkan output
suatu program computer, bisa dikategorikan sebagai reliability.
2.14 Sistem Informasi
2.14.1 Definisi sistem informasi
Sistem informasi adalah cara terorganisir untuk mengumpulkan, memasukan dan
memproses data dan menyimpannya, mengelola, mengontrol dan melaporkannya sehingga
dapat mendukung perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan. Menurut Kertahardi,
sistem informasi didefinisikan sebagai suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara
sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan
informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian,
pengendalian kegiatan suatu perusahaan dan menyajikian sinergi organisasi pada proses
(Murdick dan Ross, 1993).
Dengan demikian sistem informasi berdasarkan konsep (input, proses, output – IPO)
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


29

Gambar 2.4: Konsep Input, Proses, Output

2.14.2 Komponen Sistem Informasi


Stair (1992) menjelaskan bahwa sistem informasi berbasis computer dalam suatu
organisasi terdiri dari komponen-komponen berikut:
- Perangkat keras, yaitu perangkat keras komputer untuk melengkapi data kegiatan
memasukan data, memproses data, dan keluaran data
- Perangkat lunak, yaitu program dan instruksi yang diberikan ke dalam komputer
- Database, yaitu kumpulan data dan informasi yang diorganisasikan sedemikian rupa
sehingga mudah diakses pengguna sistem informasi.
- Telekomunikasi, yaitu komunikasi yang menghubungkan antara pengguna sistem dengan
sistem komputer secara bersama-sama ke dalam suatu jaringan kerja yang efektif
- Manusia, yaitu personel dari sistem informasi, meliputi manajer, analisis, programmer
dan operator serta bertanggungjawab terhadap perawatan sistem.
2.15 Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen adalah suatu sistem informasi manajemen yang
menggambarkan ketersediaan suatu rangkaian data yang cukup lengkap yang disimpan agar
dapat menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen dan pembuatan
keputusan dalam suatu organisasi. Biasanya sistem informasi manajemen menghasilkan
informasi untuk memantau kinerja, memelihara koordinasi dan menyediakan informasi untuk
operasi organisasi.
Menurut George M Scott, sistem informasi manajemen adalah sekumpulan sistem
informasi yang saling berinteraksi, memberikan informasi baik untuk kepentingan operasi
atau kegiatan manajerial. Sedangkan Raymond McLeod jr dan George P Schell
mendefinisikan bahwa sistem informasi manajemen adalah suatu sistem berbasis komputer
yang membuat informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


30

Para pengguna sistem informasi biasanya terdiri atas entitas-entitas organisasi formal
perusahaan atau sub unit anak perusahaannya. Secara lebih ringkas definisi sistem informasi
manajemen adalah penggunaan sumber daya informasi secara efektif dan efisien untuk
meningkatkan kinerja organisasi.
2.16 Sistem Informasi Manajemen Diklat
Sistem Informasi Manajemen Diklat adalah sistem yang terpadu untuk mengolah dan
menyajikan informasi tentang orang yang terlibat dalam diklat (pimpinan, penyelenggara,
widiaiswara, peserta, alumni diklat), program, dana, tempat sesuatu dalam organisasi atau
lingkungan sekitarnya guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan
keputusan dalam organisasi diklat (LAN RI, 2003).
Sistem informasi diklat adalah sistem yang mengelola data dan informasi diklat
kesehatan. Dalam melaksanakan tugasnya institusi diklat perlu ditunjang oleh data dan
informasi yang lengkap, akurat serta tepat waktu.
Jenis data diklat yang dicatat meliputi:
a. Nama Diklat
b. Jenis Diklat
c. Peserta: nama, NIP, tempat tanggal lahir, pangkat dan Gol, tk pendidikan akhir, jenis
kelamin, nama jabatan, hsl evaluasi, jml peserta
d. Widyaiswara: Nama, Nip, Pendidikan dasar profesi, tingkat pendidikan terakhir, diklat
yang diikuti, pengalaman di bidang tugasnya, evaluasi
e. Lama kegiatan (jumlah hari, jumlah jam pelajaran)
f. Tanggal Penyelenggaraan diklat
g. Tempat Penyelenggara
h. Unit Penyelenggara Diklat
i. Sumber Biaya

Informasi hasil diklat yang dilaporkan per kegiatan diklat

a. Rekapitulasi nama diklat


b. Daftar nama peserta diklat setiap jenis diklat
c. Rekapitulasi jumlah diklat berdasarkan jenis diklat
d. Rekapitulasi jumlah peserta diklat berdasarkan jenis diklat
e. Rekapitulasi jumlah peserta diklat berdasarkan jenis tenaga
f. Rekapitulasi tempat dan unit penyelenggara
g. Rekapitulasi hasil akreditasi diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


31

Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan Pelatihan (Simdiklat) adalah program


untuk mendukung kegiatan diklat mulai dari pendataan diklat dan peserta diklat sampai
semua keperluan kesekretariatan dan administrasi untuk memudahkan bagi penyelenggaraan
diklat. Berikut adalah fitur-fitur dan keunggulan sistem informasi diklat:
- Memudahkan dalam pengisian data yang terkait dengan diklat
- Tersedia menu cetak untuk semua formulir-formulir kelengkapan penyelenggara diklat
seperti daftar hadir peserta, tanda terima ATK (alat tulis kantor) dan bahan diklat, surat
ijin, identitas peserta, cek kelengkapan peserta, kuesioner penyaji, daftar terima sertifikat,
album kenangan peserta, label instansi dan lain-lain sehingga cukup satu kali pengisian
data yang terkait dengan nama diklat dan peserta untuk menampilkan formulir-formulir
yang dibutuhkan.
- Memudahkan dalam proses pencarian data diklat dan data peserta
- Memudahkan dalam merekap data peserta baik data per diklat maupun data per tahun
- Data yang ada dapat dikonversikan dalam bentuk file Microsoft Excel
- Program dapat berjalan di lingkungan jaringan, sehingga dapat dijalankan di beberapa
komputer sekaligus
2.17 Model Pengembangan Sistem Informasi
2.17.1 Metodologi / Model berurutan linear

Menurut Pressman (2001), model ini disebut juga model daur hidup klasik (Classic
Life Cycle) atau model Watterfall. Model berurutan linear menganjurkan pendekatan yang
sistematik dan berurutan terhadap pengembangan software yang dimulai dari level sistem dan
berkembang melalui analisis, perancangan (design), pengkodean (coding), uji coba (testing)
dan dukungan (support). Gambar 2.5 menggambarkan model berurutan linear untuk rekayasa
software.

Gambar 2.5: Model SDLC Linier

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


32

Kelemahan model Waterfall menurut Sutanta (2003) antara lain:


- Iretasi sering terjadi sehingga menimbulkan masalah baru
- Klien kesulitan untuk menyatakan semua keinginannya secara eksplisit di awal tahap
pengembangan
- Keberhasilan pengembangan baru akan diketahui lama setelah pengembangan dimulai.
2.17.2 Model Prototype

Menurut Kadir (2003), prototype merupakan suatu model dalam pengembangan


sistem yang menggunakan pendekatan untuk membuat suatu program dengan cepat dan
bertahap sehingga segera dapat dievaluasi oleh pemakai. Bagi sistem berskala kecil,
prototyping dapat menggantikan siklus hidup pengembangan sistem, bagi sistem berskala
besar/sistem yang mempengaruhi unit organisasi yang besar, prototyping dipadukan dengan
SDLC (Leod, 2004).

Prototype bukan merupakan software yang sesungguhnya. Teknik prototyping


melibatkan suatu proses iterasi yang berfokus pada penyempurnaan prototype berdasarkan
persyaratan yang diminta oleh pemakai. Kerjasama antara pemakai dan analisis sistem serta
uji coba prototype akan menghasilkan desain yang sempurna dan mempermudah
pengembangan sistem (Kadir, 2003).

Menurut Lucas (2000), sasaran prototype adalah sebagai berikut:


a. Mengurangi waktu sebelum pemakai melihat sesuatu yang kongkret dari usaha
pengembangan sistem
b. Menyediakan umpan balik yang cepat dari pemakai ke pengembang
c. Membantu menggambarkan kebutuhan pemakai dengan sedikit kesalahan
d. Meningkatkan pemahaman pengembangan dan pemakai terhadap sasaran yang
seharusnya dicapai oleh sistem
e. Menjadikan keterlibatan pemakai sangat berarti dalam analisis dan desain sistem
Kelebihan pengembangan sistem penggunaan prototyping antara lain:
a. Pendefinisian kebutuhan pemakai menjadi lebih baik karena keterlibatan pemakai yang
lebih intensif
b. Meningkatkan kepuasan pemakai dan mengurangi resiko pemakai tidak menggunakan
sistem, mengingat keterlibatan pemakai sangat tinggi sehingga sistem memenuhi
kebutuhan mereka lebih baik
c. Mempersingkat waktu pengembangan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


33

d. Memperkecil kesalahan disebabkan pada setiap versi prototype, kesalahan segera


terdeteksi oleh pemakai.
e. Pemakai memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam meminta perubahan
f. Menghemat biaya (menurut penelitian, biaya pengembangan lebih rendah 10% hingga
20% dibanding dengan SDLC tradisional)

Kelemahan penggunaan prototyping dalam pengembangan sistem antara lain:

a. Ketidaksadaran user bahwa ini hanya suatu model awal bukan model akhir
b. Pengembang kadang-kadang membuat implementasi yang sembarang
c. Kemungkinan dokumentasi terabaikan karena pengembang lebih berkonsentrasi pada
pengujian dan pembuatan prototype
d. Mengingat target waktu yang pendek ada kemungkinan sistem yang dibuat tidak lengkap
dan bahkan sistem kurang teruji
e. Jika terlalu banyak proses pengulangan dalam membuat prototype, ada kemungkinan
pemakai menjadi jenuh dan memberikan reaksi yang negative
f. Apabila tidak dikelola dengan baik, prototype menjadi tidak pernah berakhir. Hal ini
disebabkan permintaan terhadap perubahan terlalu mudah dipenuhi
2.17.3 Metodologi Incremental dan Iteratif

Menurut Pressman (2001), model incremental adalah gabungan dari model berurutan
linear (SDLC) dengan filosofi iteratif dari metode prototyping sedangkan menurut Graham
(1992) dalam Deek (2005), model incremental dan iteratif juga disebut model pengembangan
bertahap, dimana mempunyai tujuan yang sama dalam menurunkan waktu siklus
pengembangan sistem.

Model incremental menerapkan model berurutan linear dengan cara penggantian


seperti proses kalender waktu. Setiap urutan linear menghasilkan sebuah tahap incremental
dari sebuah software. Ketika sebuah model incremental digunakan, tahap incremental yang
pertama biasanya merupakan inti sebuah produk yaitu berupa kebutuhan dasar, sedangkan
untuk fitur-fitur tambahan masih belum dihasilkan pada tahap ini. Inti sebuah produk tersebut
kemudian digunakan oleh pengguna untuk dicoba dan dievaluasi. Dari hasil uji coba dan di
evaluasi tersebut ditujukan pada modifikasi inti produk, sehingga dapat lebih memenuhi
kebutuhan pengguna dan dihasilkan fitur dan fungsi tambahan. Proses ini diulang mengikuti
setiap hasil tahap increment sampai dihasilkan produk lengkap (Pressman, 2001).

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


34

Gambar 2.6: Model Incremental

Model proses incremental, seperti prototype dan pendekatan-pendekatan


pengembangan sistem lainnya, pada dasarnya merupakan proses iteratif. Tetapi tidak seperti
metode prototype, model incremental lebih fokus pada hasil produk operasional setiap tahap
increment. Tahap increment awal dibagi menjadi versi-versi dari produk final tetapi masing-
masing versi tersebut memiliki kemampuan melayani pengguna dan juga menyediakan
sebuah platform untuk dievaluasi oleh pengguna.

Pengembang model incremental sangat bermanfaat terutama ketika susunan tenaga


pelaksana tidak tersedia sampai batas waktu yang ditentukan untuk implementasi secara
lengkap. Tahap incremental permulaan dapat diterapkan dengan beberapa tenaga pelaksana.
Jika inti sebuah produk diterima dengan baik, penambahan tenaga pelaksana dapat dilakukan
(bila diperlukan) untuk implementasi terhadap increment selanjutnya.

Sebagai tambahan, tahap increment dapat direncanakan untuk mengelola resiko


teknis. Misalnya, sebuah sistem utama mungkin membutuhkan ketersediaan perangkat keras
baru dimana waktu pengembangan tersebut belum dapat ditentukan. Adalah memungkinkan
untuk merencanakan lebih awal tahap increment untuk menghindari penggunaan hardware
tersebut, dengan demikian dapat menghindari adanya penundaan waktu yang lama
(Pressman, 2001).

Keuntungan metode incremental menurut Deek (2005) antara lain:


a. Memperbaiki moral tim pengembang
Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


35

b. Solusi awal dari masalah-masalah pelaksanaan


c. Mengurangi resiko kerusakan yang terjadi karena suatu sistem yang tidak dapat
dikembangkan seperti yang diajukan atau karena integrasi komponen-komponen yang
terlambat
d. Memperbaiki pemeliharaan
e. Memperbaiki control over engineering atau gold plating
f. Pengukuran produktifitas
g. Perkiraan umpan balik
h. Kebutuhan tenaga pelaksana lebih sedikit

Kelemahan metode incremental antara lain:


a. Fungsi-fungsi digunakan masih sangat sederhana
b. Belum disertai dengan fitur-fitur tambahan
2.18 Proses Pengembangan Sistem Development Life Cycle (SDLC)
Beberapa ahli membagi proses-proses pengembangan sistem ke dalam sejumlah
urutan yang berbeda-beda. Tetapi semuanya akan mengacu pada proses-proses standar
berikut:
a. Analisis
b. Desain
c. Implementasi
d. Pemeliharaan
Gambar 2.7
Model Proses Pengembangan Daur Hidup Sistem Informasi (SDLC)

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


36

Pada perkembangannya, proses-proses standar tadi dituangkan dalam satu metode


yang dikenal dengan nama Sistem Development Life Cycle (SDLC) yang merupakan
metodologi umum dalam pengembangan sistem yang menandai usaha analisis dan desain.
SDLC meliputi fase-fase sebagai berikut:

1. Identifikasi dan seleksi proyek


2. Inisiasi dan perencanaan proyek
3. Analisis
4. Desain
a. Desain Logis
b. Desain fisikal
5. Implementasi
6. Pemeliharaan
2.18.1 Identifikasi dan seleksi proyek
Pada tahap ini, yang harus dilakukan antara lain mendefinisikan proyek-proyek yang
potensial, melakukan klasifikasi dan merangking proyek, serta memilih proyek yang akan
dikembangkan. Dalam tahapan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:
1. Mengidentifikasi proyek-proyek yang potensial.
Potensi dari proyek yang dimaksud adalah seberapa besar keuntungan yang bisa
diperoleh, durasi waktu yang tersedia apakah cukup untuk menyelesaikan proyek dan
apakah sumber daya yang dimiliki mampu untuk menyelesaikan proyek.
2. Melakukan klarifikasi dan merangking proyek

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


37

Jika pada saat yang bersaman ada beberapa proyek yang harus dikerjakan sekaligus maka
perlu dibuat klasifikasi dan rangking proyek, dari proyek yang paling layak untuk
dikerjakan sampai proyek yang dirasa tidak menguntungkan jika dikerjakan.
3. Memilih proyek untuk dikembangkan
Jika klasifikasi dan rangking telah ditetapkan maka selanjtnya adalah menentukan proyek
yang harus dikerjakan.
Adapun sumber daya yang terlibat adalah pengguna, analis sistem dan manajer yang
mengkoordinasi proyek. Aktifitas yang biasa dilakukan padsa tahap ini meliputi
wawancara manajemen pengguna, merangkum pengetahuan yang didapatkan dan
mengestimasi cakupan proyek dan mendokumentasikan hasilnya. Tahapan ini akan
menghasilkan laporan kelayakan yang berisi definisi masalah dan rangkuman tujuan yang
ingin dicapai dari proyek yang dipilih.
2.18.2 Inisiasi dan perencanaan proyek
Perencanaan sistem informasi adalah tahapan untuk menentukan permasalahan atau
kebutuhan yang timbul. Apakah diperlukan pengembangan sistem secara menyeluruh ataukah
ada usaha lain untuk mengatasi permasalahan sistem yang ada. Perencanaan diarahkan untuk
menilai kelayakan membangun suatu sistem. Bila sistem sudah ada, maka diarahkan untuk
menilai pengembangan dan penyempurnaan sistem untuk memenuhi kebutuhan organisasi
(Everett, 2007).
Dalam tahapan ini, proyek sistem informasi yang potensial dijelaskan dan
argumentasi untuk melanjutkan proyek dikemukakan. Rencana kerja yang matang juga
disusun untuk menjalankan tahapan-tahapan lainnya. Pada tahap ini ditentukan secara detail
rencana kerja yang harus dikerjakan, durasi yang diperlukan masing-masing tahap, sumber
daya manusia, perangkat lunak, perangkat keras, maupun financial diestimasi. Biasanya hal-
hal tadi dituangkan dalam jadwal pelaksanaan proyek.
Pembuatan perencanaan ini bukan langkah mudah karena untuk mengestimasi beban
kerja dan durasi dari masing-masing tahap dibutuhkan pengalaman yang cukup banyak.
Kesalahan pada tahap ini akan mengakibatkan keuntungan yang diperoleh tidak maksimal,
bahkan bias rugi. Pada tahapan ini peran manajer sistem informasi yang berpengalaman
sangat dibutuhkan.
Menurut Sutabri (2003),dengan melakukan perencanaan akan menghasilkan
keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
a. Dapat menentukan lingkup proyek
b. Dapat mengenali area permasalahan yang potensial
Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


38

c. Dapat mengatur urutan tugas berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan untuk
efisiensi
d. Memberikan dasar untuk pengendalian
2.18.3 Tahapan analisis
Fase ketiga dalam SDLC adalah tahapan analisis. Tahapan analisis adalah tahapan di
mana sistem yang sedang berjalan dipelajari dan sistem pengganti diusulkan. Dalam tahapan
ini dideskripsikan sistem yang sedang berjalan, masalah dan kesempatan didefinisikan dan
rekomendasi umum untuk bagaimana memperbaiki, meningkatkan atau mengganti sistem
yang sedang berjalan diusulkan. Tujuan utama dari fase analisis adalah untuk memahami dan
merekomendasikan kebutuhan bisnis dan persyaratan proses dari sistem baru.
Everett (2007) menyatakan bahwa analisis sistem merupakan penelitian dan
pemahaman terhadap sistem yang ada. Sutabri (2003), mendefinisikan analisis sistem adalah
penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan merancang sistem baru atau diperbarui.
Tahap analisis dilakukan setelah adanya perencanaan dan sebelum tahap desain sistem.
Kesalahan pada tahap analisis akan sangat berpengaruh terhadap selanjutnya. Ada enam
aktifitas utama dalam fase ini (Fatta, 2007):
1. Pengumpulan informasi
Langkah awal pada tahapan analisis adalah mengumpulkan informasi tentang bagaimana
proses-proses bisnis yang ada pada sistem lama berjalan. Kemudian ditentukan pada
titik-titik mana saja proses bisnis yang mengalami masalah yang bisa diselesaikan
dengan sistem informasi. Kelemahan-kelemahan dari sistem ini lama diidentifikasi dan
diperbaiki dengan sistem baru.
2. Mendefinisikan sistem requirement (kebutuhan sistem)
Dari informasi kelemahan sistem yang didapat, analisis sistem kemudian didefinisikan
apa saja sebenarnya yang dibutuhkan oleh sistem lama untuk mengatasi masalahnya.
Inilah yang disebut sebagai sistem reqruitment (kebutuhan sistem). Seringkali kebutuhan
ini akan mengubah total keseluruhan proses bisnis pada sistem lama, tetapi kadang-
kadang hanya perubahan penambahan beberapa prosedur baru.
3. Memprioritaskan kebutuhan
Dalam beberapa kasus, kebutuhan yang diperoleh sangat lengkap dan rumit.
Ketersediaan waktu dan sumber daya lain untuk menyelesaikan keseluruhan reqruitmen
bisa saja tidak mencukupi. Pada kondisi seperti ini maka analisis akan memprioritaskan
kebutuhan-kebutuhan yang dianggap kritis untuk diprioritaskan.
4. Menyusun dan mengevaluasi alternatif
Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


39

Satu hal yang tidak boleh dilupakan analis adalah rencana kedua. Setelah menyusun dan
memprioritaskan kebutuhan, analisis harus menyiapkan alternative jika seandainya
susunan kebutuhan nantinya akan ditolak oleh klien
5. Mengulas kebutuhan dengan pihak manajemen
Langkah terakhir adalah mengulas kebutuhan yang sudah ada dengan pihak klien, karena
klienlah yang paling tahu kebutuhan sistem mereka.
2.18.4 Tahapan desain
Menurut Jogiyanto (2005), desain sistem dapat diartikan sebagai tahapan setelah
analisis dari siklus pengembangan sistem. Pendefinisian kebutuhan-kebutuhan fungsional,
persiapan untuk rancang bangun implementasi, gambaran perencanaan, sketsa atau
pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan
berfungsi serta konfigurasi dari komponen-komponen perangkat lunak dan perangkat keras
dari suatu sistem. Tahapan desain adalah tahapan mengubah kebutuhan yang masih berupa
konsep menjadi spesifikasi sistem yang riil. Tahapan desain sistem dapat dibagi menjadi 2
tahap, yaitu desain logis dan desain fisik. Adapun perbedaan dari keduanya dapat dijelaskan
sebagai berikut (Fatta,2007):
1. Desain logis
Desain logis adalah bagian dari fase desain dalam SDLC di mana semua fitur-fitur
fungsional dari sistem dipilih dari tahapan analisis dideskripsikan terpisah dari flatform
komputer yang nanti digunakan. Hasil dari tahapan ini adalah:
a. Deskripsi fungsional mengenai data dan proses yang ada dalam sistem baru
b. Deskripsi yang detail dari spesifikasi sistem, meliputi:
- Input (data apa saja yang menjadi input)
- Output (informasi apa saja yang menjadi output)
- Proses (prosedur apa saja yang harus dieksekusi untuk mengubah input menjadi
output)

Tahapan desain logis biasanya menghasilkan beberapa dokumen, diantaranya


dokumen model data, dokumen model proses, rancangan table, hierarki antar modul sampai
antar muka dari sistem yang akan dibuat.

2. Desain fisik
Pada bagian ini, spesifikasi logis diubah ke dalam detail teknologi dimana
pemograman dan pengembangan sistem bias diselesaikan. Pada tahapan inilah aktifitas
coding dilakukan. Adapun output dari sistem ini adalah:
Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


40

a. Deskripsi teknis, mengenai pilihan teknologi perangkat lunak dan perangkat kers yang
digunakan
b. Deskripsi yang detail dari spesifikasi sistem meliputi:
- Modul-modul program
- File-file
- Sistem jaringan
- Sistem perangkat lunak
Pada tahapan desain, ada beberapa aktivitas utama yang dilakukan, yaitu:
a. Merancang dan mengintegrasikan jaringan
b. Merancang arsitektur aplikasi
c. Mendesain antar muka pengguna
d. Mendesain sistem antar muka
e. Mendesain dan mengintgrasikan database
f. Membuat prototype untuk detail dari desain
g. Mendesain dan mengintegrasikan kendali sistem
2.18.5 Implementasi
Pada tahap kelima SDLC ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Testing, yaitu menguji hasil kode program yang telah dihasilkan dari tapan desain fisik.
Tujuan pengujian ada dua, dari sisi pengembang sistem, harus dijamin kode program
yang dibuat bebas dari kesalahan sintaks maupun logika. Dari sisi pengguna, program
yang dihasilkan harus mampu meyelesaikan masalah yang ada pada klien dan sistem baru
harus mudah dijalankan dan dipahami oleh pengguna akhir.
2. Instalasi, setelah program lulus ujicoba, maka perangkat lunak dan perangkat keras akan
diinstal pada organisasi atau perusahaan klien dan secara resmi mulai digunakan untuk
menggantikan sistem lama.
Output dari tahapan ini adalah source code yang error free, prosedur diklat dan buku
panduan.
2.18.6 Pemeliharaan
Langkah terakhir dari SDLC di mana pada tahapn ini sistem secara sistematis
diperbaiki dan ditingkatkan. Hasil dari tahapan ini adalah versi baru dari perangkat lunak
yang telah dibuat. Perbaikan yang dilakukan tingkatannya bias sangat variatif, mulai dari
memperbaiki program yang crash hingga berfungsi kembali sampai pada penambahan modul-
modul program yang baru sebagai jawaban atas perubahan kebutuhan pengguna.
2.19 Analisis dan Perancangan sistem
Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


41

Analisis sistem didefinisikan bagaimana memahami dan menspesifikasi dengan detail


apa yang harus dilakukan oleh sistem. Sementara sistem desain diartikan menjelaskan dengan
detail bagaimana bagian-bagian dari sistem informasi diimplementasikan. Dengan demikian,
analisis dan desain sistem informasi (ANSI) bisa didefinisikan sebagai proses organisasional
kompleks dimana sistem informasi berbasis komputer diimplementasikan. Atau bisa
diringkas sebagai berikut: analisis mendefinisikan masalah sedangkan desain memecahkan
masalah.
2.19.1 Analisis Sistem
a. Definisi analisis sistem
Analisis sistem adalah sebuah istilah yang secara kolektif mendeskripsikan fase-fase
awal pengembangan sistem. Tahapan ini sangat penting karena menentukan bentuk sistem
yang harus dibangun. Tahapan ini bisa merupakan tahap yang mudah jika klien sangat paham
dengan masalah yang dihadapi dalam organisasinya dan tahu betul fungsionalitas dari sistem
informasi yang akan dibuat. Tujuan utama dari analisis ini: 1) untuk menentukan kelemahan
dari proses-proses bisnis pada sistem lama untuk bias menentukan kebutuhan dari sistem baru
2) menentukan tingkat kelayakan kebutuhan sistem baru tersebut ditinjau dari beberapa
aspek, diantaranya ekonomi, teknik, operasional dan hukum
b. Analisis kelemahan sistem lama

Sasaran sistem informasi adalah peningkatan kinerja, peningkatan efektifitas


informasi, penurunan biaya, peningkatan keamanan aplikasi, peningkatan efisiensi dan
peningkatan pelayanan kepada pelanggan. Penyimpangan dari keenam sasaran inilah yang
menimbulkan masalah pada sistem informasi yang disebut analisis PIECES.

1. Analisis kinerja (performance)

Masalah kinerja terjadi ketika tugas-tugas bisnis yang dijalankan tidak mencapai
sasaran. Kinerja diukur dengan jumlah produksi dan waktu tanggap. Jumlah produksi adalah
jumlah pekerjaan yang bisa diselesaikan selama jangka waktu tertentu. Sedangkan waktu
tanggap adalah keterlambatan rata-rata antara suatu transaksi dengan tanggapan yang
diberikan kepada transaksi tersebut

2. Analisis informasi (Information)

Informasi merupakan komoditas krusial bagi pengguna akhir. Evaluasi terhadap


kemampuan sistem informasi dalam menghasilkan informasi yang bermanfaat perlu

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


42

dilakukan untuk menyikapi peluang dan menangani masalah yang muncul. Situasi yang
membutuhkan peningkatan informasi meliputi: 1) kurangnya informasi mengenai keputusan
atau situasi yang sekarang, 2) kurangnya informasi yang relevan mengenai keputusan, 3)
kurangnya informasi yang tepat waktu, 4) terlalu banyak informasi, 5) informasi tidak akurat

3. Analisis Ekonomi (economi)

Alasan ekonomi barangkali merupakan motivasi paling umum bagi suatu proyek.
Pijakan dasar kebanyakan manajer adalah biaya atau rupiah. Persoalan ekonomis dan peluang
berkaitan dengan masalah biaya.

4. Analisis keamanan data (security)

Tugas-tugas bisnis perlu dimonitor dan dibetulkan jika ditemukan kinerja yang di
bawah standar. Kontrol dipasang untuk meningkatkan kinerja sistem, mencegah atau
mendeteksi kesalahan sistem, menjamin keamanan data, informasi dan persyaratan. Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1) input data tidak diedit dengan cukup, 2) kejahatan
terhadap data, 3) pelanggaran etika pada data atau informasi. Missal data atau informasi
diakses orang yang tidak berwenang, 4) data disimpan secara berlebihan, tidak konsisten pada
file-file atau database-database yang berbeda, 5) pelanggaran peraturan atau panduan privasi
data, 6) terjadi error saat pemrosesan (oleh manusia, mesin atau perangkat lunak), 7) terjadi
error saat membuat keputusan.

5. Analisis efisiensi (efficiency)

Efisiensi menyangkut bagaimana menghasilkan output sebanyak-banyaknya dengan


input yang sekecil mungkin. Berikut adalah indikasi bahwa suatu sistem dapat dikatakan
tidak efisien: 1) banyak waktu yang terbuang pada aktifitas sumber daya manusia, mesin,
computer, 2) data diinput atau disalin secara berlebihan, 3) data diproses secara berlebihan, 4)
informasi dihasilkan secara berlebihan, 4) usaha yang dibutuhkan untuk tugas-tugas terlalu
berlebihan, 5) material yang dibutuhkan untuk tugas-tugas terlalu berlebihan

6. Analisis Layanan (service)

Berikut adalah beberapa criteria penilaian dimana kualitas suatu sistem bias dikatakan
buruk: 1) sistem menghasilkan produk yang tidak akurat, 2) sistem menghasilkan produk
yang tidak konsisten, 3) sistem menghasilkan produk yang tidak dipercaya, 4) sistem tidak

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


43

mudah dipelajari, 5) sistem tidak mudah digunakan, 6) sistem canggung untuk digunakan, 7)
sistem tidak fleksibel.

7. Analisis Kebutuhan Sistem

Hasil dokumentasi dari tahap analisis kelemahan sistem digunakan untuk


rekomendasi fungsionalitas apa saja yang bias dilakukan sistem baru. Fungsionalitas ini
sebenarnya mencerminkan kebutuhan sistem. Tujuan dari fase analisis adalah memahami
dengan sebenar-benarnya kebutuhan dari sistem baru. Kebutuhan sistem bisa diartikan
sebagai berikut: 1) pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh sistem, 2) pernyataan
tentang karakteristik yang harus dimiliki sistem. Ada dua jenis kebutuhan sistem diantaranya
kebutuhan fungsional dan kebutuhan non fungsional. Kebutuhan fungsional adalah jenis
kebutuhan yang berisi proses-proses apa saja yang nantinya akan akan dilakukan oleh sistem.
Sedangkan kebutuhan non fungsional berupa properti perilaku yang dimiliki oleh sistem,
meliputi:

Operasional. Pada bagian ini harus dijelaskan secara teknis bagaimana sistem baru akan
beroperasi. Platform sistem yang dipakai didefinisikan, apakah menggunakan windows atau
linux. Perangkat lunak untuk mengembangkan sistem juga ditentukan, perangkat keras
spesifik yang diperlukan juga ditentukan. Arsitektur sistem juga dijelaskan, apakah 2-tier, 3-
tier atau yang lainnya.
Kinerja. Pada bagian ini dijelaskan seberapa bagus kinerja perangkat lunak yang
dikembangkan dalam mengolah data, menampilkan informasi dan secara keseluruhan
menyelesaikan proses bisnis yang ditanganinya. Efisiensi dari perangkat lunak juga
dicantumkan.

Keamanan. Kebutuhan keamanan berisi pernyataan tentang mekanisme pengamanan


aplikasi, data maupun transaksi yang akan diimplementasikan pada sistem. Sistem password
yang digunakan akan seperti apa dan perangkat keras spesifikasi untuk pengamanan sistem
juga dideskripsikan.

8. Analisis kelayakan sistem

Tahapan kelayakan teknis adalah mekanisme untuk menjustifikasi apakah kebutuhan


sistem layak untuk dikembangkan pada sistem informasi. Ada beberapa segi untuk
mengevaluasi kelayakan sistem diantaranya:

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


44

Kelayakan teknis. Kelayakan teknis menyoroti kebutuhan sistem yang telah disusun dari
aspek teknologi yang akan digunakan. Jika teknologi yang mudah didapat, murah dan tingkat
pemakainnya mudah maka secara teknis usulan kebutuhan sistem bisa dinyatakan layak.
Untuk mempermudah melakukan studi kelayakan teknis, biasanya digunakan pedoman
pertanyaan sebagai berikut: apakah teknologi yang dibutuhkan sudah tersedia, apakah
teknologi yang akan digunakan dapat berintegrasi dengan teknologi yang sudah ada, apakan
sistem yang sudah ada dapat dikonversikan ke sistem dengan teknologi baru, apakah
organisasi memiliki orang yang menguasai teknologi baru ini ini.

Kelayakan operasional. Kelayakan operasional menyangkut beberapa aspek. Untuk disebut


layak secara operasional, usulan kebutuhan sistem harus benar-benar bisa menyelesaikan
masalah yang ada di sisi pemesan sistem informasi. Di samping itu, informasi yang
dihasilkan oleh sistem harus merupakan informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh
pengguna tepat pada saat pengguna menginginkannya.

Kelayakan ekonomi. Aspek yang paling dominan dari aspek kelayakan yang lain adalah
kelayakan ekonomi. Tak dapat disangkal lagi motivasi pengembangan sistem informasi pada
organisasi adalah motif keuntungan. Dengan demikian aspek untung rugi menjadi
pertimbangan utama dalam pengembangan sistem. Kelayakan ekonomi berhubungan denga
return on investment atau berapa lama biaya investasi dapat kembali. Analisis kelayakan
ekonomi juga akam memprtimbangkan apakah bermanfaat melakukan investasi ke proyek ini
atau kita harus melakukan sesuatu yang lain. Suatu proyek yang besar biasanya lebih
menekankan kelayakan ekonomi karena umumnya berhubungan dengan biaya yang terbilang
besar. Untuk menganalisis kelayakan ekonomi digunakan kalkulasi yang dinamakan cost
benefit analysis atau analisis biaya. Adapun tujuan dari analisis biaya dan manfaat ini adalah
untuk memberikan gambaran kepada pengguna apakah manfaat yang diperoleh dari sistem
baru “lebih besar” dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Pada analisis biaya dan
manfaat, ada beberapa metode kuantitatif yang digunakan untuk menentukan standar
kelayakan proyek. Metode kuantitatif yang digunakan adalah: 1) analisis payback (payback
periode), 2) analisis net present value, 3) return on investment (ROI), dan 4) internal rate of
return (IRR)

2.19.2 Tahapan Desain Sistem

Tahapan desain adalah tahapan dimana spesifikasi proyek secara lengkap dibuat.
Tahapan desain menjawab pertanyaan “bagaimana wujud dari sistem yang akan dibuat?”.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


45

Pada tahapan desain ada beberapa dokumen yang akan dibuat, meliputi: 1) pemodelan proses,
2) pemodelan data dan 3) desain antar muka.

a. Process Modelling (pemodelan proses)

Pemodelan proses adalah cara formal untuk menggambarkan bagaimana bisnis


beroperasi. Mengilustrasikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan bagaimana data
berpindah diantara aktivitas-aktivitas itu. Ada banyak cara untuk mempresentasikan proses
model. Cara yang popular adalah dengan menggunakan data flow diagram (DFD). Elemen-
elemen yang menyusun DFD ada empat yaitu:

Proses. Aktifitas atau fungsi yang dilakukan untuk alas an bisnis yang spesifik, biasa berupa
manual maupun terkomputerisasi

Data flow. Satu data tunggal atau kumpulan logis suatu data, selalu diawali atau berakhir
dengan proses

Data store. Kumpulan data yang disimpan dengan cara tertentu. Data yang mengalir
disimpan dalam data sore. Aliran data di update atau ditambahkan ke data store

External entity. Orang, organisasi atau sistem yang berada di luar sistem tetapi berinteraksi
dengan sistem

Masing-masing elemen akan diberi lambang tertentu untuk membedakan satu dengan
yang lain. Ada beberapa metode untuk menggambarkan elemen-elemen tersebut. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut:

Gambar 2.8
Metode elemen-elemen yang menyusun DFD

Elemen DFD Field Tipikal yang Symbol Gene and Symbol de


biasa digunakan Sarson Marco and
Jourdan
Setiap proses memiliki:
Nomor
No
Nama Label (nama) Nama proses
Deskripsi proses Type (proses) Nama
proses
Satu/lebih output Deskripsi
Satu/lebih input Nomor proses

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


46

Setiap data flow


memiliki: Label (nama)
Nama Type
Deskripsi Deskripsi
Nama Nama
Satu/lebih koneksi ke Alias
suatu proses Komposisi
(deskripsi dari elemen-
elemen data)
Setiap data store Label (nama)
memiliki: Type
Nomor Deskripsi
Nama Alias
Deskripsi Komposisi
Satu/lebih input Catatan
Satu/lebih output
Setiap entitas ekternal Label (nama)
memiliki: Type
Nama Deskripsi Nama entitas Nama entitas
Deskripsi Alias
Komposisi
Catatan

2.20 Gambaran Umum

Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) berdiri pada tahun 1987 merupakan lembaga
yang dibentuk oleh Pusdiklat Pegawai Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan
nama KLKM (Kursus Latihan Kesehatan Masyarakat) dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 45/Menkes/SK/I/1987 dan menempati gedung asrama Bidan di Jl.
Pasteur No.31 Bandung hingga saat ini. Pada tahun 1993 berubah nama dari KLKM menjadi
Bapelkes Bandung melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.991/Menkes/SK/X/1993.

Dengan berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah dan


melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan tanggal 23 Agustus 2001 Nomor
909/Menkes/SK/III/2001, tentang pengalihan beberapa kelembagaan/UPT di lingkungan
Departemen Kesehatan menjadi perangkat daerah, secara resmi Bapelkes menjadi UPTD
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat melalui Perda Nomor 5 Tahun 2002 dan Keputusan
Gubernur Jawa Barat Nomor 50 Tahun 2002 tentang tugas pokok, fungsi dan rincian tugas
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di lingkungan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


47

berganti nama menjadi Balai Pelatihan Tenaga Kesehatan Masyarakat (BPTKM) Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Tanggal 11 Desember Tahun 2009 Balai Pelatihan Tenaga
Kesehatan Masyarakat (BPTKM) kembali berganti nama menjadi Balai Pelatihan Kesehatan
(Bapelkes) dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 113 Tahun 2009.

Berdasarkan Keputusan Menkes No 725/Menkes/SK/V/ 2003 tentang pedoman


penyelenggaraan pelatihan di bidang kesehatan bahwa setiap institusi penyelenggara diklat
dibidang kesehatan harus dilakukan akreditasi oleh Tim Akreditasi Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kesehatan, untuk itu BAPELKES telah terakreditasi pada bulan Desember 2003
dengan mendapatkan sertifikat dari tim Akreditasi institusi pelatihan kesehatan Departemen
Kesehatan RI nomor : 06/H/A.1/XII/2003. Dan Pada bulan Nopember Tahun 2007 telah
dilaksanakan Akreditasi Ulang dan mendapatkan sertifikat kembali dengan nomor
31/H/A.I/VII/2008 tanggal 06 Mei 2008.

Kebijakan pemerintah tentang diklat aparatur seperti yang ditetapkan dalam PP


Nomor: 101 tahun 2000 tentang Diklat Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) didasarkan pada
pemikiran bahwa:

1. Diklat merupakan bagian integral dari sistem pembinaan PNS

2. Diklat mempunyai keterkaitan dengan pengembangan karier PNS

3. Sistem diklat meliputi proses identifikasi kebutuhan, perencanaan, penyelenggaraan serta


evaluasi dan pengembangan

4. Diklat diarahkan untuk mempersiapkan PNS agar memenuhi jabatan yang ditentukan dan
kebutuhan organisasi termasuk pengadaan kader-kader pimpinan dan staf.

Sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang mempunyai peran
untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia khususnya bidang kesehatan yang demikian
banyak di Propinsi Jawa Barat dituntut untuk meningkatkan mutu SDM yang dimiliki baik
staf struktural maupun fungsional atau widyaiswara untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan sesuai dengan spesialisasi bidangnya masing-masing.

Hasil nyata dari suatu pendidikan dan pelatihan (output, outcome, impact dan benefit)
terhadap petugas kesehatan yang berada di bidang teknis, fungsional, administrasi maupun
manajemen adalah perubahan sikap dan perilaku kearah yang lebih baik (positif) serta
meningkatnya kinerja petugas kesehatan sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing
sehingga dapat mendorong meningkatnya kinerja dan produktivitas organisasi.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


48

Peran diklat adalah sebagai stimulator agar organisasi dapat secara bersama-sama dan
terus menerus belajar (learning organization) untuk menemukan konsep, strategi, metoda
dalam merancang dan mencapai visi misi yang baru. Peran yang lain adalah sebagai
motivator bagi pegawai untuk bekerja lebih baik sehingga dapat meraih prestasi kerja
sehingga dapat meningkatkan karier dimasa depan. Dengan demikian akan dihasilkan
individu individu yang unggul dan berkepribadian sehingga diharapkan dapat menjadikan
organisasi yang unggul dan kompetitif.

2.21 Visi dan Misi


Visi
Terwujudnya Bapelkes yang unggul dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalitas
sumber daya manusia kesehatan.

Misi

1. Mengembangkan Program Pelatihan.


2. Mengembangkan Kualitas Sumber Daya Kediklatan.
3. Meningkatkan koordinasi, kerjasama dan fasilitasi kediklatan
4. Mengembangkan Standarisasi penyelenggaraan Pelatihan Kesehatan melalui akreditasi
pelatihan.

2.22 Program Diklat

Program pengembangan Sumber Daya Manusia

Program ini bertujuan untuk menghasilkan pegawai Bapelkes agar memiliki kompetensi
sesuai dengan tuntutan tugas, baik dalam kemampuan profesional, keahlian, ketrampilan
maupun integritas pengabdian, sehingga dapat melaksanakan perannya secara optimal
sebagai abdi masyarakat dan abdi negara

Pengelolaan Sarana dan Prasarana

Program ini meliputi pemeliharaan sarana dan prasarana Bapelkes

Kerjasama Lintas Program di Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat.

Program ini bertujuan agar penyelenggaraaan diklat yang ada di program Dinas Kesehatan
Prop. Jabar dilaksanakan di Bapelkes, sesuai tupoksi Bapelkes. Kegiatan ini sudah

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


49

mendapatkan dukungan yang baik dari Kepala Dinas Kesehatan dengan dikeluarkannya Surat
Edaran.

Pengembangan Metode Diklat melalui Analisa Kebutuhan Diklat.

Program ini bertujuan untuk melakukan analisa kebutuhan diklat di instansi kesehatan baik
Dinkes Kabupaten/Kota maupun Rumah Sakit dan Puskesmas agar dihasilkan program-
program diklat yang sesuai dengan kebutuhan, dengan metode yang beragam.

Penyelenggaraan Diklat
Program ini bertujuan menyelenggarakan diklat teknis, fungsional, pratugas, penyusunan
kurikulum, GBPP dan modul.

Peningkatan kerjasama kemitraan

Program ini ditujukan untuk menjalin kerjasama dengan institusi lain dibidang peningkatan
sumber daya manusia

Pelaksanaan Evaluasi Pasca Diklat

Program atau kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui manfaat/penerapan hasil diklat bagi
peningkatan kinerja mantan peserta diklat

2.23 Sumber Daya

Jumlah pegawai Bapelkes pada tahun 2013 sebanyak 60. Yang terdiri pegawai
negeri sipil (PNS) sebanyak 47 orang, staf terdiri dari 33 orang dan widyaiswara 10 orang
beserta pejabat struktural 4 orang.

2.24 Sarana Prasarana

Program pengelolaan sarana dan prasarana yang dilakukan di Balai Pelatihan


Kesehatan (Bapelkes) meliputi pengadaan peralatan diklat, peralatan asrama dan peralatan
kantor. Pemeliharaan gedung diefektifkan dan ditingkatkan secara terus menerus. Kegiatan
tersebut dibiayai dari anggaran APBD melalui kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana
Bapelkes dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Perkantoran Bapelkes.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


50

1. Peralatan Komputer
Tabel 2.1
Peralatan Komputer
No Jenis Jumlah Peralatan Jml Peralatan Jumlah
s.d thn 2012 tahun 2012
1 Komputer 21 buah 6 buah 27 buah
2 Printer
- Printer Laser Jet 2 buah 2 buah
- Printer Matrix 1 buah 1 buah
Double Folio
- Printer Desk Jet 5 buah 5 buah
3 Laptop 6 buah 3 buah 10 b
u
a
h

2.25.1 Dana

Sumber dana/anggaran Balai Pelatihan Kesehatan berasal dari Dana Anggaran


Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

2.25.2 Tugas Pokok Fungsi dan Rincian Tugas Unit

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa barat Nomor: 38 Tahun 2010 tentang Tugas
Pokok, Fungsi, Rincian Tugas dan Tata kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkungan
Dinas Kesehatan Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Bapelkes adalah UPTD Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes)

Balai Pelatihan Kesehatan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat

Tugas Pokok :
Melaksanakan sebagian fungsi dinas dalam bidang pelatihan kesehatan masyarakat.
Fungsi :
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pelatihan kesehatan masyarakat
b. Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan masyarakat
Rincian Tugas
a. Menyelenggarakan penyusunan program kerja Balai Pelatihan Kesehatan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


51

b. Menyelenggrakan pengkajian bahan petunjuk teknis pelatihan kesehatan masyarakat


c. Menyelenggarakan perencanaan dan evaluasi pelatihan tenaga kesehatan masyarakat
d. Menyelenggarakan pelatihan kesehatan masyarakat
e. Menyelenggarakan fasilitasi dan koordinasi pelatihan tenaga kesehatan masyarakat
f. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan analisa data perencanaan pelatihan
g. Menyelenggarakan ketatausahaan Balai Pelatihan Kesehatan
h. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan
i. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi terkait
j. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan
k. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
2. Kepala Bapelkes
Tugas Pokok
Memimpin, mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan tugas
pokok Balai Pelatihan Kesehatan.

Fungsi
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pelatihan kesehatan masyarakat
b. Penyelenggara pelatihan tenaga kesehatan masyarakat

Rincian Tugas

a. Menyelenggrakan perumusan program kerja Balai Pelatihan Kesehatan


b. Menyelenggarakan koordinasi pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi Balai Pelatihan Kesehatan
c. Menyelenggarakan koordinasi pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi Balai Pelatihan Kesehatan
d. Menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis pelatihan kesehatan masyarakat
e. Menyelenggarakan perencanaan, evaluasi dan pelaksanaan pelatihan tenaga kesehatan
masyarakat
f. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan
g. Menyelenggarakan koodinasi dengan instansi terkait
h. Menyelenggarakan evaluasi pelaporan
i. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
3. Subbagian Tata Usaha

Tugas pokok:

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


52

Melaksanakan pengelolaan data dan informasi, penyusunan rencana, program, pengelolaan


administrasi keuangan, kepegawaian umum.

Fungsi:
a. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana program, pengendalian dan pelaporan.
b. Pelaksanaan pengelolaan data informasi, kepegawaian dan umum, dan pelaksanaan
pengelolaan urusan keuangan
Rincian Tugas
a. Melaksanakan penyusunan program kerja Balai Pelatihan Kesehatan dan Subbagian Tata
Usaha.
b. Melaksanakan Pengelolaan data dan Informasi.
c. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian
d. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan
e. Melaksanakan pengelolaan tata usaha meliputi naskah dinas dan kearsifan, urusan rumah
tangga serta perlengkapan.
f. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan.
g. Melaksanakan koordinasi dengan unit terkait.
h. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan program kerja Balai Pelatihan Kesehatan dan
kegiatan Subbagian Tata Usaha
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
4. Seksi Perencanaan dan evaluasi
Tugas pokok
Melaksanakan perencanaan dan evaluasi pelatihan kesehatan

Fungsi:
a. Penyusunan bahan petunjuk teknis pelatihan kesehatan masyarakat dan
b. Pelaksanaan rencana evaluasi pelatihan tenaga kesehatan masyarakat
Rincian tugas:
a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi perencanaan dan evaluasi.
b. Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis pelatihan kesehatan
c. Melaksanakan perencanaan program pelatihan tenaga kesehatan
d. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan analisa data perencanaan pelatihan.
e. Melaksanakan penyusunan bahan pengembangan metoda pelatihan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


53

f. Melaksanakan evaluasi hasil penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan.


g. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan.
h. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
i. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan
j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
5. Seksi Peyelenggaraan
Tugas Pokok
Melaksanakan penyelenggaraan pelatihan kesehatan
Fungsi:
a. Penyusunan bahan petunjuk teknis penyelenggaraan pelatihan kesehatan
b. Pelaksanaan pelatihan tenaga kesehatan

Rincian tugas :

a. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi penyelenggaraan.


b. Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis penyelenggaraan pelatihan.
c. Melaksanakan pelayanan dan administrasi penyelenggaraan pelatihan kesehatan.
d. Melaksanakan pelayanan alat bantu pelatihan, bimbingan kelas dan bimbingan lapangan.
e. Melaksanakan penyiapan bahan dan alat bantu pelaksanaan pelatihan, laboratorium kelas
dan laboratorium lapangan.
f. Melaksanakan pelatihan kesehatan.
g. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan.
h. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
i. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan
j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
6. Kelompok Jabatan Fungsional Widyaiswara

Tugas Pokok

Melaksanakan kegiatan mendidik, mengajar dan melatih PNS pada unit diklat serta
melaksanakan kegiatan pengembangan profesinya.

Fungsi :

1) Melakukan analisis kebutuhan pelatihan.


2) Menyusun kurikulum pelatihan.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


54

3) Menyusun bahan pelatihan.


4) Menyusun GBPP/SAP
5) Menyusun modul pelatihan.
6) Menyusun instrumen TNA dan evaluasi pelaksanaan pelatihan.
7) Melakukan pembelajaran tatap muka di depan kelas pelatihan.
8) Memberikan tutorial jarak jauh bagi peserta diklat jarak jauh.
9) Melakukan pengamatan proses pembelajaran.
10) Membimbing peserta pelatihan dalam penulisan kertas kerja.
11) Membimbing peserta pelatihan dalam praktek kerja lapangan.
12) Menjadi pembimbing, moderator, atau nara sumber alam seminar/lokakarya atau diskusi
atau yang sejenis.
13) Memberikan konsultasi penyelenggaraan pelatihan.
14) Menyusun soal ujian pelatihan.
15) Menyusun karya tulis / karya ilmiah di bidang pelatihan.
16) Menterjemahkan / menyadur buku dan bahan-bahan lain di bidang pelatihan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


55

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah teori, model evaluasi adalah model desain evaluasi yang dibuat
oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi. Dalam bidang pendidikan pada umumnya dikenal
berbagai model evaluasi diantaranya model Kirkpatrick. Menurut model ini evaluasi dibagi
menjadi empat tahap yaitu reaction level, immediate level, intermediate level dan ultimate
level.

Keempat tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Reaction Level
Reaction level adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk mengukur reaksi peserta
terhadap program diklat. Evaluasi ini untuk menjawab pertanyaan apakah peserta puas dan
menyukai program diklat dan menyukai program diklat yang mereka ikuti, apakah mereka
merasa program diklat tersebut berguna bagi mereka. Dengan demikian evaluasi pada
tingkatan ini terfokus kepada persepsi peserta terhadap program diklat beserta efektifitasnya.
Hal-hal yang dievaluasi dalam tingkatan ini biasanya menyangkut:

- Isi program diklat yang meliputi kegunaan, ketertarikan peserta terhadap diklat,
lamanya penyelenggaraan, ketersediaan meteri pembelajaran, metode pembelajaran
dan lain sebagainya
- Tenaga pengajar yang meliputi kredibilitas pengajar, kemampuannya dalam
menyajikan materi pembelajaran, kemampuan berkomunikasi, antusiasme dan lain
sebagainya
- Fasilitas diklat yang meliputi asrama, ruang pembelajaran, lokasi dan lain-lain
b. Learning Level

Learning evaluation atau disebut juga immediate level merupakan evaluasi untuk
mengukur sejauhmana peserta telah mempelajari materi-materi yang diberikan selama diklat.
Evaluasi ini menurut Frances dan Bee (1999) adalah pertanyaan untuk mengukur sejauhmana
tujuan dan sasaran diklat telah tercapai, misalnya apakah peserta telah mencapai tingkatan
standar atau kompetensi yang telah ditentukan. Kedua evaluasi ini juga untuk mengukur hal-
hal yang sudah diperoleh peserta selama mengikuti diklat. Aspek-aspek yang dievaluasi
biasanya meliputi tiga aspek pembelajaran yaitu yang menyangkut pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skills) dan perilaku (attitude).
Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


56

c. Job Behaviour Level


Job Behaviour level atau disebut juga intermediate level) adalah evaluasi yang ditujukan
untuk mengukur dampak atau pengaruh diklat terhadap kinerja peserta diklat setelah
kembali ketempat kerjanya. Dengan demikian evaluasi ini untuk menilai apakah peserta
diklat melakukan proses transformasi baik mencakup pengetahuan, keterampilan maupun
perilaku di tempat kerjanya.
d. Result Level
Result level atau disebut juga dengan ultimate level adalah evaluasi yang ditujukan untuk
mengukur dampak diklat terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan. Kinerja
organisasi dalam hal ini mulai dari tingkatan individual pegawai maupun tingkatan
organisasional. Kinerja individual pegawai misalnya peningkatan produktifitas,
peningkatan penjualan oleh tenaga-tenaga pemasaran, sedangkan kinerja organisasional
misalnya kualitas modal, keuntungan serta kualitas kerja pegawai. Beberapa pakar
menyatakan bahwa evaluasi ini merupakan evaluasi yang sangat sulit untuk dilaksanakan
hal ini disebabkan karena pertama tidak adanya alat ukur yang jelas tentang kinerja dan
adanya factor-faktor lain disamping diklat yang mempengaruhinya.

3.2 Kerangka Konsep


Berdasarkan latar belakang dan landasan teoritis, selanjutnya dikembangkan menjadi
kerangka konsep pengembangan sistem informasi manajemen diklat di Bapelkes Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat seperti yang digambarkan sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


57

Gambar 3.1
Kerangka Konsep

INPUT PROSES OUTPUT

Analisis Kebutuhan Diklat


(TNA):
1. Data Diklat yang dibutuhkan a. Prioritas diklat sesuai kebutuhan
b. Rekapitulasi kebutuhan diklat
dinkes kab kota

Dokumen Akreditasi Diklat:


1. Data Kurikulum
- Tujuan Diklat A. Penilaian Komponen Diklat :
- Materi 1. Rata2 Nilai Komponen
- Evaluasi Diklat Kurikulum
- Metode 1 1 2. Rata2 Nilai Komponen Peserta
- Alat bantu 3. Rata2 Nilai Komponen
2. Data Peserta Fasilitator
- Kriteria peserta 4. Rata2 Nilai Penyelenggara
- Jumlah peserta 5. Rata2 Nilai Tempat
3. Data Pelatih 2 2 Penyelenggara
- Pendidikan B. Status akreditasi diklat
- Diklat
4. Data penyelenggara
- Landasan Hukum
- Tenaga pengelola
5. Tempat penyelenggaran SIM DIKLAT

- Pengumpulan Laporan Nilai Evaluasi Diklat:


1. Rata2 kenaikan Nilai Pre post
Evaluasi Diklat: Data peserta
1. Evaluasi Peserta - Pengolahan 2. Rata2 Nilai evaluasi terhadap
2. Evaluasi Pelatih 3 Data 3 Pelatih
3. Evaluasi Penyelenggara - Analisis Data
3. Rata2 Nilai evaluasi terhadap
penyelenggara

Laporan Hasil Evaluasi Pasca


Diklat
Evaluasi Pasca Diklat - % Nilai Pengetahuan
1. Pengetahuan
2. Sikap
- % Nilai Sikap
3. Perilaku - % Nilai Keterampilan
4. Dukungan
4 4 - % Nilai Dukungan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


58

3.3 Definisi Operasional


Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Sumber Data
I INPUT
1 Data Kebutuhan Diklat Diklat yang dibutuhkan oleh Dinas Laporan analisis
Kesehatan & RS kab kota hasil analisis kebutuhan diklat
kebutuhan diklat

2 Data Peserta Data berasal dari peserta diklat di Biodata Peserta


Bapelkes berupa nama, pendidikan,
NIP, ketenagaan.

3 Data Kurikulum Seperangkat rencana & pengaturan Dokumen Akreditasi


mengenai isi dan bahan pembelajaran Diklat
serta metode yang digunakan sebagai
pedoman menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran. Terdiri dari: tujuan
diklat, materi diklat, GBPP, struktur
program, metode diklat, alat bantu,
evaluasi
4 Data Fasilitator / widyaiswara Data yang berasal dari fasilitator atau Biodata Fasilitator/
widyaiswara yang diangkat sebagai widyaiswara
pejabat fungsional oleh Pejabat yang
berwenang dengan tugas, tanggung
jawab, wewenang untuk mendidik,
mengajar, dan/atau melatih PNS pada
lembaga Diklat Pemerintah.
5 Data penyelenggara diklat Data yang berasal penyelenggara diklat SK Panitia dan MOT
meliputi tenaga pengelolan diklat yang
telah mengikuti Training of course
(TOC), Master of Training, waktu/lama
penyelenggaraan diklat
6 Data Tempat penyelenggara Data tempat penyelenggaraan diklat Tempat pelaksaan
diklat Kegiatan Diklat
7 Data Pengetahuan alumni Data kemampuan responden dalam Kuesioner Evaluasi
peserta menjawab pertanyaan yang terdapat Pasca diklat
dalam kuesioner yang diberikan dalam
kegiatan evaluasi pasca diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


59

8 Data Sikap alumni peserta Data sikap alumni terhadap pekerjaan Kuesioner Evaluasi
di tempat kerjanya Pasca diklat

9 Data Keterampilan alumni Data kemampuan alumni peserta dalam Kuesioner Evaluasi
peserta mengaplikasikan pengetahuan dan Pasca diklat
keterampilan yang diperolehnya dari
diklat di tempat kerjanya
II PROSES
1 Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi berbasis komputer
diklat yang dikembangkan untuk mengelola
data dan informasi diklat kesehatan
untuk pengambilan keputusan
manajemen diklat

III OUTPUT

1. Prioritas Diklat yang Informasi prioritas kegiatan diklat SIM Diklat


dibutuhkan Dinas Kab Kota sesuai analisis kebutuhan diklat
2. Rekapitulasi kebutuhan diklat Informasi rekapitulasi identifikasi SIM Diklat
Dinkes kab Kota masalah, penyebab masalah,
pemecahan masalah , prioritas masalah,
kode diklat, jenis diklat, nama diklat
yang dibutuhkan dinkes kab kota
3. Rata-rata Nilai Komponen Informasi penilaian terhadap tujuan SIM Diklat
Kurikulum diklat, materi, GBPP, struktur program,
metode diklat, media diklat, alat bantu
sesuai standar pedoman akreditasi
diklat
4. Rata-rata nilai Komponen Informasi penilaian terhadap SIM Diklat
Peserta kesesuaian persyaratan peserta sesuai
standar pedoman akreditasi diklat
5. Rata-rata nilai Komponen Informasi penilaian terhadap fasilitator SIM Diklat
fasilitator mengenai kemampuan kediklatan,
/widyaiswara keahlian pelatih dengan materi yang
diberikan sesuai standar pedoman
akreditasi diklat
6. Rata-rata nilai Komponen Informasi penilaian terhadap SIM Diklat
Penyelenggara penyelenggara sesuai standar pedoman
akreditasi diklat
7. Rata-rata Nilai Komponen Informasi penilaian terhadap tempat SIM Diklat
Tempat Penyelenggara penyelenggara sesuai standar pedoman

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


60

akreditasi diklat
8. Evaluasi Peserta Evaluasi yang dilakukan terhadap peserta
meliputi : 1). Pengetahuan peserta terhadap
materi yang akan di berikan (pretest) dan 2).
Daya serap peserta terhadap materi yang telah
diberikan selama diklat (post test)

9. Nilai Evaluasi Peserta Evaluasi yang dilakukan peserta terhadap


fasilitator. Evaluasi ini dilakukan setiap akhir
terhadap Fasilitator
materi meliputi: nilai aspek kompetensi, nilai
aspek sikap dan perilaku, nilai aspek
performance

10. Nilai Evaluasi Peserta Evaluasi yang dilakukan oleh peserta untuk
menilai penyelenggaraan diklat secara
terhadap Penyelenggaraan
keseluruhan. Evaluasi ini dilakukan diakhir
Diklat
proses diklat

11. Persentase Nilai Pengetahuan Informasi kemampuan alumni diklat SIM Diklat
alumni Peserta diklat dalam menjawab pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner yang
diberikan dalam kegiatan evaluasi
pasca diklat
12. Persentase Nilai Sikap alumni Informasi sikap alumni terhadap SIM Diklat
Peserta diklat pekerjaan di tempat kerjanya hasil
wawancara dengan atasan dan teman
alumni peserta diklat
13. Persentase Nilai Keterampilan Informasi kemampuan alumni peserta SIM Diklat
alumni Peserta diklat dalam mengaplikasikan pengetahuan
diperolehnya dari diklat di tempat
kerjanya
14. Persentase Nilai Dukungan Informasi kemampuan alumni peserta SIM Diklat
lingkungan alumni Peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan
diklat diperolehnya dari diklat di tempat
kerjanya

Tabel 3.2
Penilaian Akreditasi Diklat
No Variabel Definisi Operasional Cara Nilai Skala nilai
III OUTPUT
A. PENILAIAN
KOMPONEN
Penilaian Kurikulum
1 Tujuan Diklat
1) Penilaian terhadap Membandngkan rumusan tujuan Mengecek tujuan diklat 5 = tujuan menunjukan
kejelasan kompetensi diklat dengan kejelasan perubahan dengan pedoman kejelasan perubahan
dengan tujuan diklat kompetensi pengetahuan, sikap dan kurikulum yang ada. kompetensi pengetahuan,

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


61

keterampilan. sikap, perilaku


4 = tujuan menunjukan
kejelasan perubahan
kompetensi pengetahuan,
keterampilan saja
3 = tujuan menunjukan
kejelasan perubahan
kompetensi keterampilan saja
2 = tujuan menunjukan
kejelasan perubahan
kompetensi pengetahuan saja
1 = tujuan tidak menunjukan
kejelasan perubahan
kompetensi
pengetahuan, sikap, perilaku
2 Materi
a) Kesesuaian antara Bandingkan kesesuaian antara tiap- Perhitungannya: 5 = 81-100% materi inti
materi ini diklat tiap materi inti dengan tujuan diklat (jml materi inti yg sesuai : sesuai dengan tujuan yang
dengan tujuan diklat khusus atau kompetensi total materi inti) x 100% akan dicapai
Hitung prosentase (%) kesesuaiannya 4 = 61-80% materi inti sesuai
dengan tujuan yang akan
dicapai
3 = 41-60% materi inti sesuai
dengan tujuan yang akan
dicapai
2 = 21-40% materi inti sesuai
dengan tujuan yang akan
dicapai
1 = <20% materi inti sesuai
dengan tujuan yang akan
dicapai
b) Kesesuaian materi Membandingkan kesesuaian antara Perhitungannya: 5 = 81-100% kesesuaian
yang terdapat di dalam TPU, TPK dan pokok bahasan dari (jml materi inti yg TPU, TPK dan pokok
GBPP tiap-tiap materi. Hitung prosentase TPU,TPK dan pokok bahasan
(%) kesesuaiannya bahasannya sesuai:total 4 = 61-80% kesesuaian TPU,
materi inti) x 100% TPK dan pokok bahasan
3 = 41-60% kesesuaian TPU,
TPK dan pokok bahasan
2 = 21-40% kesesuaian TPU,
TPK dan pokok bahasan
1 = <20% kesesuaian TPU,
TPK dan pokok bahasan

c) Proporsi waktu antara Membandingkan proporsi waktu Perhitungannya: 5 = Proporsi praktek ≥ 60%
teori dengan praktek / pemberian teori (T) dengan praktek Proporsi waktu antara T 4 = Proporsi praktek 40-59%
penugasan pada (P dan PL) yang ada pada struktur dan P+PL 3 = Proporsi praktek 30-39%
struktur program program Jml T 2 = Proporsi praktek 21-29%
Jml total (T+P+PL)x100% 1 = Proporsi praktek <20%

Jml P dan PL

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


62

Jml total (T+P+PL)x100%

3 Metode: 5 = 81-100% metode yang


Kesesuaian metode diklat Membandingkan kesesuaian metode Perhitungannya: digunakan sesuai dengan
dengan kompetensi yang pembelajaran yang digunakan pada (jml materi inti yang sesuai kompetensi yang akan dicapai
ingin di capai setiap materi (utamanya materi inti) metodenya dengan TPK 4 = 61-80% metode yang
dengan TPK. Hitung prosentase (%) :total materi inti) x 100% digunakan sesuai dengan
metode yang sesuai kompetensi yang akan dicapai
3 = 41-60% metode yang
digunakan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai
2 = 21-40% metode yang
digunakan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai
1 = < 20% metode yang
digunakan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai

4 Alat Bantu
Kesesuaian alat bantu Membandingkan kesesuaian alat Perhitungannya: 5 = 81-100% alat bantu sesuai
dengan metode yang bantu pembelajaran yang digunakan (jumlah materi inti yang dengan metode / persyaratan
digunakan pada setiap materi (utamanya materi alat bantu pembelajarannya praktik
inti), dengan metode pembelajaran sesuai dengan metode 4 = 61-80% alat bantu sesuai
dan TPK. Hitung prosentase (%) alat pembelajaran: total materi dengan metode / persyaratan
bantu yang sesuai inti) x 100% praktik
3 = 41-60% alat bantu sesuai
dengan metode / persyaratan
praktik
2 = 21-40% alat bantu sesuai
dengan metode / persyaratan
praktik
1 = < 20% alat bantu sesuai
dengan metode / persyaratan
praktik

5 Evaluasi:
a) Adanya instrumen 1) Mengecek ketersedian instrumen 5 = ada instrumen evaluasi
evaluasi untuk peserta, - Form evaluasi peserta: berupa pre peserta, pelatih dan
pelatih dan test, post test atau instrumrn ceklist penyelanggara
penyelenggara atau lainnya sesuai dengan tujuan 4 = ada instrumen evaluasi
diklat peserta, pelatih atau
- Form evaluasi pelatih penyelanggara
- Form Evaluasi Penyelenggara 3 = Hanya ada instrumen
evaluasi peserta
2 = hanya ada instrument
evaluasi pelatih
1 = hanya ada instrument
evaluasi penyelenggara
b) Kesesuaian evaluasi 2) Membandingkan kesesuaian 5 = 81-100% instrumen
hasil belajar dengan evaluasi peserta setiap materi inti evaluasi hasil belajar sesuai

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


63

kompetensi yang ingin dan lembar observasi atau checklist dengan kompetensi yang
dicapai (bila ada penugasan dan praktik) ingin dicapai
4 = 61-80% instrumen
evaluasi hasil belajar sesuai
dengan kompetensi yang
ingin dicapai
3 = 41-60% instrumen
evaluasi hasil belajar sesuai
dengan kompetensi yang
ingin dicapai
2 = 21-40% instrumen
evaluasi hasil belajar sesuai
dengan kompetensi yang
ingin dicapai
1 = <20% instrumen evaluasi
hasil belajar sesuai dengan
kompetensi yang ingin
dicapai
Penilaian Peserta
1 Kriteria:
Kesesuaian persyaratan Mengecek kesesuaian kriteria peserta 5 = Sesuai
calon peserta sesuai dengan tugas / fungsinya dan 1 = Tidak Sesuai
tujuan diklat. Lihat latar belakang
pendidikan, tugas, jenis tenaga dan
lain-lain
2 a) Efektifitas diklat Mengecek jumlah peserta yang akan 5 = Peserta = 30
berdasarkan jumlah mengikuti diklat dan perhatikan 4 = Peserta 31-35
peserta dalam 1 kelas / apakah jumlah tersebut sesuai dengan 3 = peserta 36-40
angkatan jenis diklat yang akan 2 = peserta 41-45
diselenggarakan 1 = Peserta 45-50

5 = Peserta ≤ 15
b).1 Diklat non teknis
3 = peserta 16-20
Jumlah calon peserta dalam kelas 1 = Peserta ≥ 21
5 = Peserta : fasilitator = ≤5:1
b).2 Diklat Teknis
Perbandingan jumlah peserta dengan 3 = Peserta:fasilitator = 6-10 :
fasilitator 1
1 = Peserta : fasilitator > 10:1

Penilaian Pelatih
Kriteria: 5 = 81-100% telah mengikuti
1. Memiliki kemampuan Mengecek kemampuan kediklatan Perhitungannya: diklat WI dasar / Diklat bagi
kediklatan pelatih apakah telah mengikuti diklat (jml pelatih yang sesuai : pelatih (TOT/ akta/
WI/AKTA/ TOT atau mempunyai total pelatih) x 100% mempunyai pengalaman
pengalaman melatih/mengajar. melatih / mengajar
Hitung prosentasinya 4 = 61-80% telah mengikuti
diklat WI dasar / Diklat bagi
pelatih (TOT/ akta/
mempunyai pengalaman
melatih / mengajar

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


64

3 = 41-60% telah mengikuti


diklat WI dasar / Diklat bagi
pelatih (TOT/ akta/
mempunyai pengalaman
melatih / mengajar
2 = 21-40% telah mengikuti
diklat WI dasar / Diklat bagi
pelatih (TOT/ akta/
mempunyai pengalaman
melatih / mengajar
1 = ≤20% telah mengikuti
diklat WI dasar / Diklat bagi
pelatih (TOT/ akta/
mempunyai pengalaman
melatih / mengajar

Profesionalisme
2 Kesesuaian keahlian Mengecek kesesuaian keahlian Perhitungannya: (jml 5 = 81-100% pelatih memiliki
dengan materi yang pelatih dengan materi yang diberikan, pelatih yang sesuai : total pendidikan dasar profesi /
diberikan dilihat dari latar belakang pendidikan pelatih) x 100% diklat tambahan / pengalaman
/ keahlian termasuk diklat tambahan dalam bidang tugasnya sesuai
dan pengalaman dalam bidang dengan materi yang diberikan
tugasnya. Hitung prosentase (%) nya. 4 = 61-80% pelatih memiliki
pendidikan dasar profesi /
diklat tambahan / pengalaman
dalam bidang tugasnya sesuai
dengan materi yang diberikan
3 = 41-60% pelatih memiliki
pendidikan dasar profesi /
diklat tambahan / pengalaman
dalam bidang tugasnya sesuai
dengan materi yang diberikan
2 = 21-40% pelatih memiliki
pendidikan dasar profesi /
diklat tambahan / pengalaman
dalam bidang tugasnya sesuai
dengan materi yang diberikan
1 = ≤ 20% pelatih memiliki
pendidikan dasar profesi /
diklat tambahan / pengalaman
dalam bidang tugasnya sesuai
dengan materi yang diberikan
Penilaian
Penyelenggara
Landasan Hukum - Mengecek kesesuain institusi 5 = institusi diklat kesehatan,
1 Kesesuaian institusi penyelenggara dengan tupoksi baik pemerintah maupun
penyelenggara melatih swasta
berdasarkan kewenangan - Mengecek SK Panitia 3 = institusi kesehatan non
hukum penyelenggara apakah diklat, dengan Master of

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


65

mencantumkan nama MOT atau training (MOT)


cek apakah ada surat tugas MOT 1 = Institusi kesehatan non
diklat, tanpa Master of
Training (MOT)
Penyelenggara
2 Adanya MOT dan atau Ceklist siapa penyelenggara diklat, 5 = Memiliki tenaga yang
TOC yang menjadi apakah ada MOT dan atau TOC yang telah mengikuti Pelatiham
pengelola diklat telah mengikuti diklat MOT atau Penyelenggara atau Training
TOC officer Course (TOC) dan ada
Master of Training (MOT)
3 = Memiliki tenaga yang
telah mengikuti Diklat
Penyelenggara Pelatih atau
Training officer course
(TOC) atau ada Master of
Training (MOT)
1 = Tidak memiliki tenaga
yang telah mengikuti Diklat
Penyelenggara Pelatih atau
Training officer course
(TOC) dan tidak ada Master
of Training (MOT)

Penilaian tempat
penyelenggara
1 Kesesuaian tempat Mengecek kesesuaian tempat 5 = Institusi diklat sesuai
penyelenggaraan penyelenggaraan diklat dengan dengan badan hukum dan
berdasarkan fungsi fungsinya memiliki sarana kelas dengan
tempat penyelenggaraan kelengkapannya
diklat 3 =Institusi non diklat dan
memiliki sarana kelas dengan
kelengkapannya
1 = Institusi non diklat
dengan sarana kelas yang
tidak lengkap
C. Penilaian Akreditasi
Diklat
Akreditasi Diklat Suatu pengakuan yang diberikan oleh Nilai tiap komponen ≥3 Terakreditasi
pemerintah atau badan akreditasi dan tidak ada nilai
yang berwenang kepada suatu diklat parameter yang mendapat
yang telah memenuhi standar yang nilai 1 untuk komponen
telah ditetapkan sehingga diberikan kurikulum
izin untuk penyelenggaraannya
nilai komponen yang < 3 Tidak terakreditasi
atau nilai tiap komponen ≥
3 tetapi ada nilai parameter
yang mendapat nilai 1
untuk komponen

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


66

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan dalam merancang Sistem Informasi Manajemen Diklat


yaitu dengan cara melakukan serangkaian proses untuk menganalisis masalah dan
mencari solusi terhadap masalah yang ditemukan pada sistem yang sedang berjalan.
Metode pendekatan sistem yang digunakan adalah sistem development life cycle (SDLC)
yang meliputi tahapan perencanaan, analisis, perancangan sistem dan pembuatan
prototype. Untuk melengkapi metode yang ada dalam SDLC dipergunakan metode
incremental iterative.
4.1 Entitas sistem
Entitas sangat diperlukan dalam sebuah sistem informasi karena bertujuan untuk
memberikan arah dari mana data diambil dan kemana data ditujukan (Al Fatta, 2005).
Entitas pada Sistem Informasi Manajemen Diklat terdiri dari entitas sumber, entitas
proses dan entitas tujuan. Untuk Sistem Informasi Diklat dapat digambarkan sebagai
berikut :

SUMBER PROSES PENGGUNA

Dinas Kes Kab Kota

Ka Dinkes Provinsi
Ka Dinkes / RS Kab Kota
Panitia Penyelenggara
Ka Bapelkes
SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN DIKLAT Kasie penyelenggaraan
Tim Akreditasi
Ka sie evaluasi dan pelaporan
Fasilitator/Widyaiswara

Staf perencanaan dan


evaluasi

Umpan Balik
Gambar 4.1
Entitas Sistem Informasi Diklat Bapelkes Dinkes Provinsi Jawa Barat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


67

4.1.1 Entitas Sumber


Entitas sumber berfungsi sebagai sumber data. Dalam sistem ini entitas sumbernya
adalah dinkes kab kota, panitia penyelanggara, tim akreditasi, staf evaluasi perencanaan
dan evaluasi. Widyaiswara melakukan input data hasil kegiatan analisis kebutuhan diklat
dan hasil evaluasi diklat. Panitia penyelenggara melakukan input data diklat berupa
dokumen akreditasi yang meliputi struktur program, gbpp, tujuan pelatihan, jadwal
pelatihan yang terdapat dalam kerangka acuan diklat. Tim akreditasi melakukan input
data penilaian dokumen akreditasi diklat. Staf seksi perencanaan dan evaluasi melakukan
input data evaluasi fasilitator, evaluasi peserta, evaluasi peneyelenggaraan.
4.1.2 Entitas Proses
Entitas proses merupakan bentuk interaksi antara entitas sumber melalui tahapan
pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data dan analisis data. Informasi yang
dihasilkan dialirkan ke entitas tujuan sebagai pengguna informasi untuk kebutuhan
pengambilan keputusan serta umpan balik ke entitas sumber sebagai upaya koreksi hasil
analisis data apabila terdapat kesenjangan.
4.1.3 Entitas Tujuan
Entitas tujuan berfungsi untuk menerima informasi yaitu kepala Dinas kesehatan
Provinsi, Ka Dinkes Kab Kota, Direktur RS, Kepala Bapelkes, Fasilitator/widyaiswara, Ka
Sie Penyelenggara, ka Sie Evaluasi dan pelaporan. Entitas tujuan menerima output dari
sistem berupa laporan kegiatan diklat analisis kebutuhan diklat, laporan hasil penilaian
akreditasi, laporan evaluasi penyelenggaraan diklat, laporan hasil evaluasi pasca diklat.
4.2 Pengembangan Sistem Informasi
Rencana pengembangan sistem informasi manajemen diklat yang akan peneliti
tampilkan dengan menggunakan pendekatan teoritis, yaitu pendekatan sistem yang dikenal
dengan Sistem Development Life Cycle (SDLC). Model pengembangan sistem dimaksud
meliputi beberapa tahapan kegiatan yaitu: analisis sistem, desain sistem dan pembuatan
prototype dan uji coba sistem. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
4.2.1 Perencanaan Sistem dan Analisa Kelayakan
Tahap analisis sistem, analisis kebutuhan dan analisa kelayakan sistem yang dilakukan
adalah merencanakan dengan Bapelkes untuk menentukan tujuan yang harus dicapai sistem.
Dalam perencanaan sistem harus dipertimbangkan juga dana, durasi waktu yang tersedia
untuk menyelesaikan proyek serta sumber daya yang dimiliki untuk menyelesaikan proyek.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


68

4.2.2 Analisis Sistem


4.2.2.1 Survey terhadap sistem yang ada
Hasil dari kegiatan ini adalah identifikasi permasalahan sistem informasi. Pelaksanaan
survey dapat dilakukan dengan cara:
a. Wawancara mendalam
Informan dalam wawancara mendalam ini adalah orang-orang yang berhubungan
langsung dengan sistem yang ada sekarang. Informan tidak dipilih secara acak tetapi tetap
memperhatikan kaidah yang berlaku dalam metode penelitian kualitatif yaitu kesesuaian
(appropriatness) dan kecukupan (adequacy). Dengan pertimbangan kaidah tersebut maka
ditetapkan sebagai informan adalah orang-orang yang berhubungan langsung dengan
sistem yaitu Ka Seksi Penyelenggaraan, Widyaiswara, Panitia Penyelenggara, Staf
Evaluasi dan Pelaporan.
Pokok-pokok pertanyaan yang diajukan meliputi bagaimana pengolahan data dan
informasi selama ini, bagaimana kualitas informasi yang dihasilkan, apakah informasi
tersebut dipakai untuk pengambilan keputusan, pemanfaatan sarana dan prasarana apakah
sudah maksimal, indikator yang dipakai dan lain-lain.
b. Telaah Dokumen
Kegiatan yang dilakukan adalah menelaah dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
penyelenggaraan diklat yaitu laporan analisis kebutuhan diklat, kegiatan penyelenggaraan
diklat dan laporan pelaksanaan evaluasi pasca diklat
c. Observasi dan Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk melihat bagaimana tiap-tiap proses berjalan, serta
mengamati bagaiman proses masukan dan keluaran serta penyajian data yang ada.
Pengamatan ini bertujuan agar sistem yang dibuat sesuai dengan apa yang dibutuhkan
pengguna. Selain itu juga untuk melihat bagaimana jalannya sistem secara manual
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam desain
4.2.2.2 Identifikasi kebutuhan Informasi
Pada tahap ini kegiatan analisis difokuskan pada identifikasi kebutuhan informasi para
pengambil keputusan sebagai pengguna informasi. Analisis ini bertujuan untuk menggali
informasi apa saja yang dibutuhkan pengguna informasi untuk mendukung pelaksanaan
program penyelenggaraan diklat
4.2.2.3 Identifikasi kebutuhan sistem
Kegiatan yang dilakukan adalah;
a. Menentukan syarat-syarat spesifik untuk input
Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


69

b. Menentukan syarat-syarat spesifik untuk proses


c. Menentukan syarat-syarat spesifik untuk output
Hasil yang diharapkan adalah model logis yang menggambarkan proses dan aliran
data. Model logis berupa Data Flow Diagram (DFD), kamus data, flow chart sistem, diagram
ER.
4.2.3 Perancangan Sistem
Perancangan sistem merupakan langkah lanjutan dari hasil analisis sistem meliputi
rangkaian kegiatan sebagai berikut:
a. Pembuatan Pemodelan
Model yang akan dibuat diharuskan mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan sistem
informasi, untuk itu diperlukan tahapan kegiatan antara lain :
- Pembuatan Bagan Alir Data
Diperlukan untuk mengetahui aliran data yang masuk apakah berupa data laporan atau
data analisis, sehingga dengan mudah data tersebut dapat diolah oleh pengolah data
untuk dapat dijadikan informasi sederhana.
- Diagram Konteks
Pembuatan diagram konteks ini berdasarkan input, proses dan output sehingga secara
garis besar dapat diketahui siapa saja sebagai pelapor atau sumber data, siapa pengolah
data dan siapa pengguna data
- Pembuatan Diagram Detail
Pembuatan diagram detail untuk menggambarkan proses perhitungan dan manipulasi
data untuk menghasilkan informasi.
b. Perancangan Basis Data
Untuk mendapatkan rancangan model yang akurat sesuai kebutuhan sistem, maka
diperlukan beberapa komponen pendukung antara lain:
- Pengumpulan field
Pada tahap ini sumber data dikumpulkan dalam satu kelompok field, agar mudah untuk
membuka dan mengakses data serta dapat disimpan secara teratur.
- Normalisasi Data
Normalisasi data dimaksudkan sebagai bentuk analisis untuk mengidentifikasi data-data
yang akan digunakan dengan melihat kekurangan dan kelebihan dari data yang sudah
masuk.
- Pembuatan Kamus Data

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


70

Pembuatan kamus data bertujuan untuk memudahkan pengelolah dan pengguna sistem
informasi mencari komponen data atau unit data yang diperlukan.
- Penentuan Relationship antar tabel
Relationship bertujuan agar pengguna dapat mengetahui hubungan sistem yang dibuat,
sehingga mempermudah menemukan permasalahan program di setiap entitas.
4.2.4 Pembuatan Prototype
Pembuatan prototype merupakan hasil dari rangkaian tahapan pengembangan sistem
yang selanjutnya diujicoba dan diimplementasikan. Namun prototype bukanlah akhir dari
pengembangan sistem yang menggunakan pendekatan SDLC sebab prototype yang
dihasilkan akan dikaji secara terus menerus dan dikembangkan lagi sesuai kebutuhan.
Adapun langkah pembuatan prototype menurut Pressman (1992) adalah sebagai berikut:
- Pembuatan prototype dimulai dengan mengumpulkan kebutuhan
- Programer dan user bertemu dan menentukan semua tujuan untuk pembuatan perangkat
lunak
- Identifikasi semua kebutuhan yang diketahui
- Mendefinisikan batasan kewenangan
4.2.5 Uji coba prototype
Setelah sistem dibuat maka tahapan sekanjutnya adalah melakukan uji coba dengan
melakukan test mulai dari input data hingga output yang dihasilkan. Komponen yang dinilai
pada tahapan uji coba adalah sebagai berikut:
- Komponen Rancangan Input
Komponen rancangan input yang diuji adalah kendali input, kemudahan dalam
penggunaan dan mekanisme backup data yang digunakan.
- Komponen Rancangan Proses
Komponen rancangan proses yang diuji adalah prosedur sistem operasi, konsistensi dan
kehandalan perangkat yang digunakan, fungsi dari fasilitas yang digunakan, fleksibilitas
dari model yang digunakan.
- Komponen Rancangan Database
Komponen rancangan database yang diuji adalah mekanisme backup data, keamanan
dan pemulihan bila terjadi hal tidak terduga, kejelasan fungsi dari entitas dan atribut serta
kapasitas database yang dimiliki.
- Komponen Rancangan Kendali

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


71

Komponen rancangan kendali yang diuji adalah adanya fasilitas pendukung seperti menu
help, mekanisme recovery bila terjadi kerusakan pada sistem.
4.2.6 Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan atau implementasi ini menguji, menginstal dan memulai
penggunaan sistem yang dikembangkan. Tujuannya adalah:
- Menguji serta mendokumentasikan program dan prosedur sistem yang dibutuhkan
- Memastikan bahwa personel yang terlibat dapat mengoperasikan sistem
- Memastikan konversi sistem lama ke sistem yang baru dapat berjalan secara baik dan
benar
4.3 Pengumpulan Data
4.3.1 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh melalui
pengukuran kualitatif dan bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sistem yang
akan dikembangkan. Metode yang digunakan untuk pengukuran kualitatif adalah wawancara,
yaitu untuk memperoleh data primer dari informan melalui pedoman wawancara yang telah
disiapkan dan dilakukan observasi, sedangkan untuk memperoleh data sekunder dilakukan
pemeriksaan data (studi dokumentasi) terhadap laporan-laporan yang berkaitan dengan
penelitian ini. Proses pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Matriks Proses Pengumpulan Data

Data Metode Pengumpulan Substansi Sumber data


data /instrumen
1. Organisasi Observasi Tupoksi Bapelkes Observasi kegiatan
Studi dokumen Struktur organisasi dan dokumen
Sistem informasi peraturan

2. Kebutuhan Wawancara Informasi yang Informan


informasi diperlukan oleh user,
manfaatnya dan
bagaimana
pemenuhannya selama
ini
3. Format laporan Observasi dengan Laporan dari sistem Dokumen/ Format,
dan variabel menggunakan check informasi laporan kegiatan dan
list Variabel yang terdapat penilaian akreditasi
Studi dokumen dalam laporan diklat

4. Pengelolaan Observasi dengan Pengelolaan data Informan


alur laporan dan menggunakan check Waktu pelaporan dan Dokumen Laporan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


72

umpan balik list alurnya


Wawancara Umpan balik
5. Input, Proses Observasi dengan Pada input adalah 1. Laporan yang
dan Output check list pengumpulan data, dihasilkan
Wawancara kualitas dan kuantitas 2. Laporan kegiatan
sumber daya penilaian akreditasi
Pada proses, adalah diklat
perlunya otomatisasi, 3. Informan
bagaimana meng-update
data dan koordinasi
tugas
Pada Output yaitu
laporan dan bentuk
informasi yang
dihasilkan
6. Peluang Observasi dengan Sumber daya manusia, Dokumen
pengembangan check list penganggaran, material, penyelenggara
system Wawancara manajemen dan kegiatan diklat
teknologi Informan

7. Aspek legal Wawancara Mekanisme pelaporan, Informan


Studi dokumen SOP, soft ware Peraturan-peraturan
yang berhubungan
4.4 Rencana Kerja lapangan

No Waktu Kegiatan Tempat


1 April – Mei 2013 Tahap Perencanaan Bapelkes

2 April – Mei 2013 Tahap Analisis Sistem Bapelkes

3 Mei – Juni 2013 Tahap Perancangan Sistem Bapelkes

4 Mei – Juni 2013 Tahap Pengembangan Sistem Bapelkes

5 Juni 2013 Tahap Pengujian Sistem Labkom FKM UI


dan Bapelkes
6 Juni 2013 Tahap Implementasi Sistem Bapelkes

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


73

BAB V

HASIL PENELITIAN

Seperti yang telah di jelaskan dalam metodologi penelitian bahwa metode yang
digunakan dalam pengembangan sistem informasi manajemen diklat ini adalah metode
system development life cycle (SDLC) yang meliputi tahapan analisis, perancangan sistem
dan pembuatan prototype. Untuk melengkapi metode yang ada dalam SDLC dipergunakan
metode incremental interative.

Pada tahapan analisis ini peneliti akan memahami dan mendokumentasikan kebutuhan
bisnis dan persyaratan proses dari sistem baru. Adapun aktifitas yang dilakukan adalah
dengan pengumpulan informasi tentang bagaimana proses-proses bisnis yang ada pada sistem
lama yang sedang berjalan, mengidentifikasi apa saja yang dibutuhkan oleh sistem lama
untuk mengatasi masalahnya, serta kelayakan sistem apakah kebutuhan sistem layak untuk
dikembangkan dalam sistem informasi. Untuk mengidentifikasi masalah, dilakukan analisis
terhadap kinerja, informasi, ekonomi, keamanan aplikasi, efisiensi dan pelayanan pelanggan
atau dikenal dengan analisis PIECES (performance, information, economy, control, eficiency
dan service).

Setelah tahapan analisis selesai, maka usulan kebutuhan sistem diterjemahkan


menjadi sistem informasi berbasis komputer yaitu menyusun desain rancangan model sistem
informasi diklat yang sesuai kebutuhan. Langkah awal dimulai dengan pemodelan sistem
dengan mencakup dua hal yaitu pemodelan proses dan pemodelan data. Proses model
menggambarkan keseluruhan proses bisnis yang akan dilakukan oleh sistem informasi, untuk
menggambarkan bagaimana bisnis beroperasi dengan menggunakan data flow diagram
(DFD) sedangkan data model menggambarkan data yang digunakan dan diciptakan dalam
suatu sistem bisnis. Model ini menunjukan orang, tempat atau benda dimana data di ambil
dan bagaimana hubungan antar data tersebut. Salah satu cara pemodelan data adalah dengan
ERD (entity Relationship Diagram).

Pengumpulan data dilakukan dengan studi kualitatif dengan melakukan wawancara


mendalam dengan Kepala Seksi Penyelenggara, Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi,
Widyaiswara dan staf seksi perencanaan dan evaluasi. Informasi lain diperoleh dari hasil
pengamatan dan telaah dokumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan program diklat di
Bapelkes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

5.1 Analisis Sistem Informasi

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


74

5.1.1 Alur Sistem Pelaporan Program Diklat

Sistem Pelaporan program penyelenggaraan diklat yang sudah berjalan di Bapelkes


dimulai dengan pengumpulan data diklat berupa data hasil analisis kebutuhan diklat, data
hasil penilaian akreditasi diklat, data hasil penyelenggaraan diklat, data kegiatan evaluasi
pasca diklat. Data tersebut kemudian di rekap, hasil rekapitulasi dilaporkan sebagai hasil
kegiatan analisis kebutuhan diklat, akreditasi diklat, evaluasi penyelenggaraan diklat dan
evaluasi pasca diklat. Laporan tersebut dilakukan secara rutin setelah proses kegiatan
berlangsung dan dilaporkan kepada Kepala Bapelkes.

Form laporan yang digunakan untuk dalam kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat
adalah kuesioner yang diberikan kepada responden kab kota, form laporan yang digunakan
untuk penilaian akreditasi terhadap mutu komponen pelatihan adalah dokumen akreditasi
diklat, form evaluasi yang digunakan untuk mengetahui evaluasi terhadap penyelenggara
diklat, evaluasi terhadap fasilitator/widyaiswara, evaluasi terhadap peserta adalah form
evaluasi, sedangkan form evaluasi pasca diklat berupa kuesioner diberikan kepada alumni
peserta diklat untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan diklat terhadap pengetahuan, sikap
dan keterampilan di tempat kerjanya.

Kendala yang dihadapi pada sistem pelaporan manajemen diklat di Bapelkes adalah
belum optimalnya pengolahan dan analisa datanya. Pengolahan dan analisis data masih
bersifat manual serta bahan analisis berupa data yang masuk terkadang tidak lengkap dan
tidak tepat waktu. Laporan hasil analisis seharusnya di feedback ke Kepala Bapelkes,
fasilitator/widyaiswara, Kepala Penyelenggara diklat, Kepala Evaluasi dan Perencanaan,
Kepala Ka Sub Bag Tata Usaha serta para stakeholder untuk kepentingan tindak lanjut
kegiatan program diklat, namun hal ini belum dilakukan secara optimal. Kendala lain adalah
belum dimanfaatkannya penggunaan perangkat komputer sebagai sarana untuk mempercepat
proses input data, pengolahan data sehingga informasi yang didapat belum tepat waktu begitu
pula output dalam penyajian data masih belum optimal.

Adapun alur sistem kegiatan diklat seperti diuraikan dibawah ini:

1. Analisis Kebutuhan Diklat

Kegiatan Diklat dimulai dari Analisis Kebutuhan Diklat, form isian AKD ini berupa
kuesioner yang dibagikan kepada responden dinas kesehatan kab kota. Data yang dihasilkan
dari kegiatan AKD ini berupa data kebutuhan diklat dari masing-masing dinkes kab kota
tersebut. Selain itu dari hasil wawancara kegiatan AKD ini berupa data identifikasi masalah,

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


75

penyebab masalah, pemecahan masalah, prioritas masalah yang berhubungan dengan


kebutuhan diklat. Data tersebut dikumpulkan dan direkap oleh widyaiswara. Hasil rekapan di
laporkan sebagai laporan kegiatan analisis kebutuhan diklat.

2. Akreditasi Diklat

Kegiatan akreditasi diklat dilaksanakan sebelum pelaksanaan diklat dimulai, dokumen


akreditasi yang telah diisi oleh panitia di kirim ke tim akreditasi. Usulan akreditasi diajukan 1
bulan sebelum pelatihan diselenggarakan. Apabila panitia tidak mengajukan usulan akreditasi
sesuai waktu yang ditetapkan maka tim akreditasi tidak akan mengeluarkan surat keterangan
akreditasi. Tim akreditasi melakukan penilaian terhadap dokumen tersebut, dokumen yang di
nilai berupa komponen kurikulum, komponen peserta, komponen fasilitator, komponen
panitia penyelenggara, komponen tempat penyelenggara.

Hasil penilaian dokumen tersebut sebagai dasar dalam pelaksanaan penyelenggaraan


diklat dan penerbitan sertifikat peserta. Hasil penilaian tersebut di laporkan kepada panitia
penyelenggaraan diklat, apabila belum memenuhi persyaratan penilaian panitia
penyelenggara harus melengkapi kembali dokumen yang kurang, surat akreditasi tidak akan
diterbitkan apabila penyelenggara tidak dapat memenuhi perbaikan sesuai ketentuan. Setelah
panitia penyelenggara dapat memenuhi perbaikan sesuai ketentuan maka penyelenggaraan
pelatihan boleh dilakukan.

3. Evaluasi Penyelenggaraan Diklat

Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan di Bapelkes adalah untuk menilai mutu dari
suatu program pelatihan. Evaluasi pre test terhadap peserta dilakukan sebelum kegiatan diklat
dimulai. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengukur apa yang telah diketahui oleh peserta
latih terkait dengan materi yang akan diberikan dalam diklat apa yang diharapkan oleh
peserta latih yang akan didapatkan dari program diklat. Evaluasi post test dilakukan setelah
semua materi disampaikan kepada peserta, ini menggambarkan seberapa besar materi
tersebut dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta.

Evaluasi terhadap fasilitator dilaksanakan setiap fasilitator selesai memberikan materi.


Evaluasi ini dilakukan oleh peserta untuk mengukur kualitas performa fasilitator. Evaluasi
tesebut menilai beberapa aspek diantaranya aspek kompetensi, aspek sikap dan perilaku,
aspek performance. Evaluasi terhadap panitia penyelenggaraan dilakukan setelah selesai
pelaksanaan kegiatan, evaluasi tersebut diantaranya menilai akomodasi (asrama), konsumsi,
ruang kelas (alat bantu), dan lain-lain. Hasil evaluasi ini di rekap dan di hitung oleh staf

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


76

bagian perencanaan dan evaluasi, hasil evaluasi pre dan post test di sampaikan kepada peserta
saat penutupan pelatihan, evaluasi peneyelenggaraan diklat disampaikan kepada pemegang
keputusan sedangkan evaluasi fasilitator disampaikan sebagai masukan kepada fasilitator.

4. Evaluasi Pasca Diklat

Evaluasi pasca diklat dilaksanakan setelah peserta kembali ke tempat kerjanya


masing-masing, waktu yang tepat untuk melakukan evaluasi ini antara 6 bulan sampai 12
bulan setelah program pelatihan berakhir. Penilaian terhadap alumni peserta meliputi nilai
pengetahuan, nilai sikap, dan nilai penerapan ketrampilan di tempat kerjanya. Data hasil
evaluasi pasca diklat di rekap oleh widyaiswara.

Adapun gambaran bisnis proses penyelenggaraan diklat terlihat pada gambar 5.1 di
bawah ini:

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


77

Gambar 5.1
Diagram Alir Proses Sistem Informasi Yang Sedang Berjalan
Dinkes Kab Kota Perencanaan dan Seksi Panitia Tim Akreditasi
Evaluasi penyelenggara Penyelenggara
Input
Star Mendapat
Perencanaan Jadwal Dokumen
dokumen
diklat diklat akreditasi
pelaksanaan
diklat
diklat
Kuesioner hsl
tna dan epp

Proses
Rekap data Menyusun Menyusun Tidak ada penilaian
Membuat
manual rencana diklat pelaksanaan dokumen
dokumen
diklat akreditasi diklat
kerangka
dan penerbitan sk
acuan
status akreditasi

Out
Laporan TNA Dokumen Kalender diklat Kerangka
put Tidak ada nilai
dan epp rencana diklat dan acuan diklat komponen dan
kepanitiaan (dokumen SK status
diklat) akreditasi

Arsip

Panitia Perencanaan dan Widyaiswara


penyelenggara Evaluasi
Input
Status Data Mendapat
akreditasi evaluasi data alumni

Proses Melaksanakan Mengolah Melakuan


kegiatan, data evaluasi dan
evaluasi & evaluasi mengolah data
membuat secara evaluasi pasca
sertifikat manual diklat secara
secara manual manual

Output
Nilai evaluasi Nilai
Sertifikat
penyelenggara Pengetahuan,
peserta, data selesai
an sikap dan
evaluasi
keterampilan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


78

5.1.2 Identifikasi Masalah Sistem Informasi

Dari hasil wawancara mendalam dan pengamatan yang dilakukan, didapatkan


masalah-masalah dalam sistem pencatatan dan pelaporan. Masalah-masalah tersebut
diuraikan menurut alur tranformasi data menjadi informasi, yang dibagi menjadi masalah
dalam pengumpulan data, masalah dalam pengolahan data dan penyajian data, masalah
pemanfaatan data, masalah sumber daya, sarana dan prasarana dan masalah mekanisme
umpan balik.

A. Masalah Dalam Pengumpulan Data


1. Kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD)
Data kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat didapat dari hasil wawancara kuesioner
yang di bagikan dan telah diisi oleh responden Dinas Kabupaten Kota per masing-masing
Bidang. Pengumpulan data hasil kegiatan AKD tersebut langsung di kumpulkan oleh
Widyaiswara yang mewawancarai responden tersebut. Setelah itu dilengkapi apabila ada
form yang belum terisi, untuk responden yang kebetulan tidak hadir pada saat itu, kuesioner
dititipkan untuk selanjutnya di harapkan dikirim ke Bapelkes.
Selanjutnya widyaiswara merekap hasil kegiatan tersebut, form laporan yang terlalu
banyak dan input data masih manual sehingga pembuatan laporan tidak tepat waktu, input
data dilakukan berulang-ulang dan disimpan banyak tempat.
Berikut kutipan hasil wawancara dengan widyaiswara: ……terlalu banyak data
kegiatan analisis kebutuhan diklat dan data hasil evaluasi pasca diklat menyulitkan untuk
melakukan rekap data tersebut karena dilakukan berulang-ulang, terkadang selalu ada form
data yang kurang lengkap, dikarenakan responden pada waktu wawancara tidak datang. Ini
sangat menyulitkan dalam membuat laporan tepat waktu, disamping itu kesibukan kami
selaku pengajar dan selalu mengikuti pelatihan di luar kota …..”
2. Kegiatan Akreditasi Diklat

Dalam kegiatan Akreditasi Diklat panitia penyelenggara diklat yang ditunjuk


melakukan pengumpulan dokumen akreditasi berupa jadwal diklat, kerangka acuan diklat,
biodata peserta diklat, biodata fasilitator/widyaiswara. Dalam kerangka acuan disebutkan
tujuan diklat, persyaratan peserta, lama diklat, sumber biaya. Dokumen tersebut belum semua
dikirim ke Tim Akreditasi Diklat untuk di nilai kesesuaian variabel masing-masing
komponen sehingga tim akreditasi tidak bisa melakukan penilaian terhadap komponen
akreditasi tersebut.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


79

Hasil dari kajian di Bagian Tim Akreditasi panitia penyelenggara diklat belum
semuanya mengirimkan berkas/dokumen akreditasi diklat ke tim akreditasi, selain itu tim
akreditasi diklat yang dibentuk belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga pelatihan
yang akan dilaksanakan belum semuanya dinilai apakah sudah memenuhi standar akreditasi
diklat yang di harapkan. Selain itu variabel komponen akreditasi yang terlalu banyak dapat
menyulitkan tim akreditasi dalam melaksanakan penilaian tersebut.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan Ka Sie penyelenggaraan: ….. tim akreditasi
yang dibentuk tidak jalan, sehingga tidak ada penilaian terhadap mutu pelatihan setiap
sebelum pelaksanaan diklat dimulai, dengan adanya sistem ini diharapkan akan
memudahkan dalam penilaian akreditasi diklat ini karena penilaian ini termasuk dalam
penilaian akreditasi intitusi Bapelkes ….

Pada pelaksanaan penyelenggaraan diklat, panitia melakukan input data secara


manual berupa input data jadwal diklat, strukutur program, GBPP, biodata peserta, fasilitator
dan panitia, MOT. Hasil input data terdokumentasi dalam file yang tersimpan dalam hard
disk, backup data menggunakan flash disk. Selain itu karena data belum tersimpan dalam
database menjadi sulit apabila dibutuhkan data beberapa tahun lalu.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan Ka Sie penyelenggaraan: ….. kami selalu
kesulitan untuk menelulusuri data diklat tahun-tahun sebelumnya terutama pada waktu
penilaian akreditasi institusi diklat, serta apabila diperlukan data fasilitator untuk diundang
mengajar pada pelatihan yang sama harus membuka dokumen yang tersimpan dalam rak
………..

3. Evaluasi Penyelenggaraan Diklat

Pengumpulan data hasil evaluasi penyelenggaraan diklat dilakukan oleh panitia


penyelenggara, pengolahan evaluasi penyelenggaraan diklat dilakukan oleh staf seksi
perencanaan dan evaluasi, tidak semua hasil evaluasi ini dapat dilakukan terutama evaluasi
fasilitator. Karena terlalu banyak fasilitator yang harus di evaluasi untuk setiap materi dalam
satu pelatihan, serta kesibukan dalam melakukan tugas lain. Perhitungan nilai evaluasi masih
secara manual sehingga terjadi penumpukan terhadap hasil evaluasi yang harus dinilai,
sehingga pada akhirnya nilai evaluasi di tulis seadanya dalam laporan pelaksanaan diklat.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan Staf Seksi Perencanaan dan Evaluasi : …..
perhitungan hasil evaluasi terhadap peserta berupa pre post test, evaluasi terhadap panitia
penyelenggara, dan evaluasi terhadap evaluasi fasilitator masih manual sehingga sangat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


80

menyulitkan dalam menghitung hasil evaluasi tersebut, ini berdampak pada penulisan
laporan penyelenggaraan diklat yang selalu tidak tepat waktu ….

4. Kegiatan Evaluasi Pasca Diklat

Pengumpulan data hasil kegiatan evaluasi pasca dilakukan oleh widyaiswara, data
berasal dari kuesioner yang dibagikan kepada mantan peserta diklat setelah minimal 6 bulan
pelatihan, kuesioner tersebut dikumpulkan oleh widyaiswara setelah pelaksanaan wawancara
tersebut. Kuesioner hasil wawancara dikumpulkan, apabila dalam waktu wawancara tersebut
alumni tidak hadir maka kuesioner dititipkan, selanjutnya di kirim ke Bapelkes via pos.

Menurut hasil wawancara dengan widyaiswara, input data hasil evaluasi pasca diklat
masih manual. Pertanyaan pada setiap kuesioner dalam setiap diklat bermacam-macam
sehingga menyulitkan dalam mengolah data hasil evaluasi ini. Berikut hasil kutipan dengan
widyaiswara “….untuk kuesioner evaluasi pasca diklat untuk setiap kegiatan sangat berbeda,
tetapi tujuannya sama yaitu menghitung nilai sikap pengetahuan, keterampilan dan sikap
peserta, ….”

B. Masalah Dalam Pengolahan dan Penyajian Data


1. Analisis Kebutuhan Diklat (AKD)

Data yang terkumpul untuk kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) di rekap
secara manual kemudian dicetak dan disimpan dalam bentuk dokumen kertas. Hasil input
data terdokumentasi dalam file yang tersimpan dalam hard disk, back up data menggunakan
flash disk. Selain itu karena data belum tersimpan dalam data base menjadi sulit apabila
dibutuhkan data tahun lalu. Data tidak cepat tersedia karena harus mencari dokumen lalu
memilahnya dan belum tentu dokumen itu ada. Hasil rekapan kegiatan ini dilaporkan dalam
bentuk tabel data, dan dilaporkan dalam bentuk laporan tahunan.

Hasil pengamatan di lokasi penelitian pengolahan data hasil kegiatan Analisis


Kebutuhan Diklat belum optimal karena tidak dilakukan analisis, sementara hasil analisis ini
akan mendukung bagi perencanaan diklat terutama usulan kegiatan diklat selanjutnya.
Adapun hasil analisis terhadap AKD yang diharapkan berupa prioritas jenis diklat yang
dibutuhkan sesuai kebutuhan kab kota beserta identifikasi masalah, penyebab masalah,
pemecahan masalah, prioritas masalah dari masing-masing dinkes kab untuk mengidentifikasi
kebutuhan diklat.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


81

2. Akreditasi Diklat

Dokumen akreditasi yang telah terkumpul dalam setiap kegiatan penyelenggaraan


diklat di dinilai setiap variabelnya secara manual oleh tim akreditasi diklat, hasil penilaian
direkap dalam bentuk tabel. Input data ke komputer dengan menggunakan Microsoft excel
dengan menyalin data hasil penilaian yang ada secara manual. Setelah itu tim akreditasi
membuat Surat Keterangan status akreditasi diklat bagi setiap jenis diklat yang dilaksanakan.
Surat Keterangan tersebut dijadikan sebagai pengantar bahwa pelatihan tersebut dapat
diterbitkan sertifikatnya ke Kepala Dinas Kesehatan.

Hasil pengamatan di lokasi penelitian, ketidaklengkapan dari panitia penyelenggara


diklat dalam mengirimkan dokumen akreditasi atau sama sekali tidak mengirimkan dokumen
akreditasi merupakan masalah dalam penilaian terhadap dokumen tersebut, selain itu tim
akreditasi yang dibentuk selama ini belum berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga belum
semua kegiatan pelatihan dianalisis terhadap kesesuaian kurikulum, kesesuaian peserta,
kesesuaian fasilitator, kesesuaian penyelenggara diklat dan kesesuaian tempat penyelenggara
diklat sehingga tidak diketahui apakah diklat yang diselenggarakan sudah sesuai standar.

Dengan memaksimalkan pemanfaatan indikator-indikator tersebut diharapkan dapat


membantu dalam peningkatan kualitas pelayanan kepada peserta latih secara berkelanjutan.
Selama ini informasi yang dihasilkan hanya rekapan jumlah peserta berdasarkan jenis
pelatihan, jenis diklat yang telah dilaksanakan tanpa dianalisis dengan memanfaatkan
indikator yang tersedia.

3. Evaluasi Penyelenggaraan Diklat

Setelah Panitia Penyelenggara mengumpulkan hasil evaluasi pre post tes peserta,
evaluasi penyelenggara dan evaluasi fasilitator maka bagian Perencanaan dan Evaluasi
menghitung secara manual hasil evaluasi tersebut, setelah di hitung kemudian hasil evaluasi
ini diinput data ke komputer. Hasil analisis dari evaluasi penyelenggaraan diklat ini disajikan
dalam bentuk tabel dan data yang tersimpan belum menggunakan basis data.

Menurut hasil pengamatan di lapangan, panitia selalu terlambat mengumpulkan hasil


evaluasi sehingga pengolahan dan analisa data mengalami keterlambatan. Selain itu penilaian
hasil evaluasi masih manual sehingga hasil dari evaluasi tersebut tidak dapat segera di
sampaikan pada saat pelatihan berlangsung.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


82

4. Evaluasi Pasca Diklat

Setelah data terkumpul, selanjutnya widyaiswara melakukan pengolahan dan analisa


data. Data di rekap secara manual kedalam komputer dengan menggunakan program
microsoft excel. Laporan masih dalam bentuk tabel data. Hasil pengamatan di lokasi
penelitian pengolahan data hasil kegiatan Evaluasi Pacsa Diklat belum optimal karena tidak
dilakukan analisis, sementara hasil analisis ini akan mendukung bagi keberhasilan program
diklat. Adapun hasil analisis terhadap Evaluasi Pasca Diklat yang diharapkan berupa
persentase penerapan nilai aspek sikap, persentasi nilai aspek keterampilan dan nilai aspek
pengetahuan di tempat kerjanya.

Berikut adalah matrik dari hasil analisis sistem informasi manajemen diklat di
Bapelkes, dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1
Matrik Identifikasi Masalah Sistem Informasi Manajemen Diklat
Kegiatan Input Proses Output

1. Analisis Banyak data yang Pengolahan data Hasil keluaran


Kebutuhan Diklat harus direkap serta hasil kegiatan (output) masih dalam
input data dilakukan analisis kebutuhan bentuk tabel, belum
berulang-ulang diklat masih manual ada perhitungan
menyulitkan dalam sehingga pembuatan prioritas kebutuhan
membuat laporan laporan tidak tepat diklat
tepat waktu waktu
2. Akreditasi diklat Input data variabel Penilaian akreditasi Tidak ada penilaian
komponen dalam belum dilakukan terhadap komponen
dokumen akreditasi sesuai ketentuan akreditasi
terlalu banyak, dan
masih manual
sehingga
menyulitkan dalam
penilaian akreditasi
3. Evaluasi Input data hasil Pengolahan data Laporan hasil
penyelenggaraan penilaian evaluasi hasil evaluasi masih evaluasi mengalami
diklat penyelenggaraan manual sehingga keterlambatan
diklat masih manual banyak kesalahan sehingga
sehingga sangat sulit dalam perhitungan berpengaruh pada
membuat hasil nilai evaluasi laporan kegiatan
laporan evaluasi tepat
waktu
4. Evaluasi Pasca Input data hasil Pengolahan data Penilaian apek sikap,
Diklat penilaian evaluasi masih manual aspek ketrampilan,
pasca diklat masih sehingga sehingga aspek pengetahuan
manual sehingga sulit untuk terhadap alumni

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


83

memperlambat menghasilkan peserta diklat tidak


pembuatan laporan. laporan tepat waktu cepat dapat dilihat.

C. Masalah Sumber Daya

Masalah sumber daya untuk pelaksanaan sistem informasi manajemen diklat masih
terbatas, untuk kegiatan pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data kegiatan
Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) dan Evaluasi Pasca Pelatihan (EPP) masih dilakukan oleh
Widyaiswara, disamping mereka melaksanakan kegiatan tersebut mereka juga masih
melaksanakan tugas pokok lain.

Untuk kegiatan Akreditasi Diklat pengumpulan data dilakukan oleh panitia


penyelenggara tetapi untuk pengolahan dan analisis data dilakukan oleh tim akreditasi yang
ditunjuk. Namun tim akreditasi ini yang ditunjuk belum berjalan sepenuhnya. Sedangkan
kegiatan evaluasi penyelenggaraan diklat seperti evaluasi pre post test, evaluasi peserta
terhadap fasilitator, evaluasi penyelenggaraan pengumpulan, pengolahan dan analisis data
dilakukan oleh 2 orang staf seksi perencanaan dan evaluasi. Pengolahan data masih manual
sehingga tidak tepat waktu sehingga hasil evaluasi per kegiatan diklat tidak semua di feed
back kepada fasilitator, penyelenggaraan diklat selain itu staf seksi perencanaan dan evaluasi
ini masih merangkap dengan tugas lain. Untuk sarana dan prasarana pendukung sudah
tersedia, perangkat lunak komputer dengan spesifikasi yang sudah memadai, hanya
pemanfaatannya perlu ditingkatkan lagi.

D. Masalah Mekanisme Umpan Balik


1. Analisa Kebutuhan Diklat (AKD)

Laporan Kegiatan Analisa Kebutuhan Diklat selain dilaporkan ke Kepala Bapelkes di


laporkan juga ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, namun
umpan balik laporan AKD ini belum dilakukan. Hasil kajian ini baru di sosialisasikan dalam
Rapat Intern di Bapelkes, Rapat Pimpinan di Dinas Kesehatan Provinsi dan laporan
dikirimkan ke Dinas kabupaten Kota melalui surat. Untuk selanjutnya informasi hasil dari
kegiatan AKD seharusnya diseminarkan dengan mengundang stakeholder terkait sebagai
dasar pengambilan keputusan terutama dalam penyusunan anggaran kebutuhan jenis diklat

2. Akreditasi Diklat

Penyajian data hasil akreditasi diklat baru berupa bentuk tabel sehingga tidak ada
umpan balik yang disampaikan kepada panitia penyelenggara apakah pelatihan tersebut sudah

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


84

sesuai standar. Selain itu pelaksanaan akreditasi ini belum semuanya di laksanakan sehingga
tidak ada laporan yang harus di umpan balik.

3. Evaluasi penyelenggara Diklat

Laporan hasil evaluasi pre post test di umpan balik pada saat penutupan pelatihan
kepada peserta, laporan hasil evaluasi penyelenggaraan seharusnya dilakukan ketika proses
pembelajaran masih berlanjut sehingga segala keluhan dari peserta pelatihan dapat segera di
feedback, untuk evaluasi fasilitator belum semua di feed back kepada fasilitator. Semua
laporan evaluasi pre, post tes, evaluasi penyelenggara dan evaluasi fasilitator dilaporkan pada
setiap akhir kegiatan pelatihan dalam bentuk hard copy dan ditandatangani oleh Kepala
Bapelkes.

4. Evaluasi Pasca Diklat

Laporan Kegiatan Evaluasi Pasca Diklat dilaporkan dalam bentuk laporan kegiatan.
Hasil wawancara dengan widyaiswara hasil kegiatan ini baru di sosialisasikan dalam Rapat
Intern di Bapelkes, Rapat Pimpinan di Dinas Kesehatan Provinsi dan laporan dikirimkan ke
Dinas kabupaten Kota melalui surat. Untuk selanjutnya informasi hasil dari kegiatan AKD
seharusnya diseminarkan dengan mengundang stakeholder terkait sehingga hasil evaluasi ini
dapat di feedback dan sebagai dasar pengambilan keputusan terutama dalam penyusunan
anggaran kebutuhan jenis diklat.

5.1.3 Analisis Kebutuhan Sistem Informasi


1. Analisis Kebutuhan Diklat (AKD)

Informasi kegiatan Analisis kebutuhan diklat dibutuhkan untuk mengetahui jenis


pelatihan apa yang diperlukan oleh dinkes kab kota untuk meningkatkan kinerjanya dan
kinerja organisasi serta rekapitulasi identifikasi masalah, penyebab masalah, pemecahan
masalah, prioritas masalah dari setiap dinkes kab kota yang menjadi alasan dibutuhkannya
diklat tersebut.

2. Akreditasi Diklat

Informasi penilaian akreditasi ini dibutuhkan untuk mengendalikan dan meningkatkan


mutu pelatihan di bidang kesehatan diantaranya mutu kurikulum, mutu peserta, mutu
pelatih/fasilitator, mutu penyelenggara diklat dan mutu tempat penyelenggaraan diklat.
Informasi ini dibutuhkan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dan tindakan pada
setiap kegiatan manajemen baik perencanaan, monitoring maupun evaluasi pelaksanaan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


85

program diklat. Menurut kajian di tempat penelitian informasi yang dihasilkan dari kegiatan
penyelenggaraan diklat tidak dapat menggambarkan kualitas diklat karena belum ada
pencapaian program diklat sesuai indikator yang telah dicapai.

3. Evaluasi Penyelenggaraan Diklat

Informasi penilaian terhadap pre, post dibutuhkan untuk menggambarkan seberapa


besar peserta telah mempelajari materi-materi yang diberikan selama diklat dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta. Informasi penilaian hasil
evaluasi peserta terhadap penyelenggaraan menggambarkan seberapa besar kinerja
penyelenggara diklat serta reaksi atau tingkat kepuasaan terhadap pelayanan yang di sediakan
oleh Bapelkes sedangkan informasi evaluasi peserta terhadap fasilitator menggambarkan
kredibilitas pengajar, kemampuannya dalam menyajikan materi pembelajaran, kemampuan
berkomunikasi dan sebagainya.

4. Evaluasi Pasca Pelatihan

Informasi hasil Evaluasi Pasca Pelatihan merupakan informasi untuk mengetahui


seberapa besar tujuan program pelatihan dapat diapilkasikan oleh alumni peserta diklat dalam
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta di tempat kerjanya. Dengan
Evaluasi Pasca Diklat ini dapat mengetahui kekurangan program diklat untuk selanjtnya
dapat memperbaiki program diklat di masa mendatang, selain itu dengan Evaluasi Pasca
Diklat ini dapat mengetahui apakah hasil pelatihan telah sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan dan apakah perlu kegiatan pelatihan dilanjutkan.

Tabel 5.2
Matrik Identifikasi Kebutuhan Sistem Informasi
Kegiatan Input Proses Output

Analisis Input kode diklat, jenis Mengolah data informasi dikeluarkan


Kebutuhan diklat, nama diklat, nama hasil kegiatan dari sistem ini adalah
Diklat bidang, nama dinkes kab analisis untuk mengetahui jenis
kota, identifikasi masalah, kebutuhan diklat pelatihan apa yang
penyebab masalah, secara otomatis diperlukan oleh dinkes
pemecahan masalah, kab kota rekapitulasi
prioritas masalah dari identifikasi masalah,
setiap dinkes kab kota penyebab masalah,
yang menjadi alasan pemecahan masalah,
dibutuhkannya diklat tsb prioritas masalah dari
setiap dinkes kab kota
yang menjadi alasan
dibutuhkannya diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


86

tersebut serta prioritas


diklat terbanyak yang
dipilih dinkes kab kota.
Akreditasi diklat Input kode diklat, jenis Menilai dokumen informasi penilaian
diklat, nama diklat, nama akreditasi secara akreditasi diantaranya
komponen, nama variabel otomatis mutu kurikulum, mutu
dari setiap komponen, nilai peserta, mutu
masing-masing dari setiap pelatih/fasilitator, mutu
komponen, jumlah nilai penyelenggara diklat dan
dari seluruh variabel tiap mutu tempat
komponen beserta nilai penyelenggaraan diklat.
komponen dari seluruh Sistem harus dapat
komponen akreditasi diklat menentukan apakh suatu
diklat terakreditasi atau
tdak terakreditasi.
Evaluasi Input data hasil evaluasi Mengolah dan Informasi dan laporan
Penyelenggaraan peserta berupa kode diklat, menganalisis data penilaian terhadap pre,
jenis diklat, nama diklat, hasil evaluasi post dibutuhkan untuk
waktu pelaksanaan, nama peserta, evaluasi menggambarkan
peserta, NIP peserta, fasilitator dan seberapa besar peserta
tempat tgl lahir peserta, evaluasi panitia telah mempelajari
pangkat/gol peserta, penyelenggaraan materi-materi yang
instansi peserta, nilai pre diklat secara diberikan selama diklat
test dan post test peserta. otomatis dalam meningkatkan
Input berupa kode diklat, pengetahuan, sikap dan
jenis diklat, nama diklat, keterampilan peserta.
waktu pelaksanaan diklat, total nilai rata-rata dari
nama fasilitator, nama aspek kompetensi, aspek
materi, nilai aspek sikap dan perilaku, aspek
kompetensi, nilai aspek performance dan dapat
sikap dan perilaku, nilai menghasilkan Informasi
aspek performance dan laporan evaluasi
Input data hasil evaluasi peserta terhadap
penyelenggaraan diklat fasilitator sehingga
berupa kode diklat, jenis menggambarkan
diklat, nama diklat, waktu kredibilitas pengajar,
pelaksanaan diklat, nilai kemampuannya dalam
akomodasi, nilai makanan menyajikan materi
minuman, nilai ruang pembelajaran,
kelas, nilai lain-lain. kemampuan
berkomunikasi dan
sebagainya.
Informasi dan laporan
penilaian hasil evaluasi
peserta terhadap
penyelenggaraan diklat
sehingga
menggambarkan
seberapa besar kinerja
penyelenggara diklat
Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


87

serta reaksi atau tingkat


kepuasaan terhadap
pelayanan yang di
sediakan oleh Bapelkes.

Evaluasi Pacsa Input kode diklat, jenis Mengolah dan Informasi dan laporan
Diklat diklat, nama diklat, menganalisis dat hasil Evaluasi Pasca
tanggal pelaksanaan diklat, hasil evaluasi Pelatihan terhadap
pertanyaan aspek sikap, pasca diklat persentasi penerapan
nama peserta, nilai sikap. terhadap sikap peserta dalam
Input kode diklat, jenis pengetahuan, menjalankan tugas di
diklat, nama diklat, sikap, tempat kerjanya.
tanggal pelaksanaan diklat, keterampilan Informasi dan laporan
pertanyaan aspek alumni diklat hasil evaluasi pasca
keterampilan, nama secara otomatis diklat terhadap persentasi
peserta, nilai keterampilan. penerapan keterampilan
Input kode diklat, jenis dalam menjalankan tugas
diklat, nama diklat, di tempat kerjanya
tanggal pelaksanaan diklat, Informasi nilai
pertanyaan aspek pengetahuan alumni
keterampilan, nama diklat
peserta, nilai keterampilan.

5.1.4 Peluang Pengembangan Sistem Informasi


Dari uraian permasalahan di atas, dapat dianalisa peluang pengembangan dari Sistem
Informasi Manajemen Diklat di Bapelkes Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat. Unsur-unsur
yang harus dipenuhi dalam pengembangan sistem ini dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3
Unsur-Unsur Peluang Pengembangan Sistem Informasi

No Unsur Yang Tersedia Peluang pengembangan


1 Sumber daya Tenaga yang tersedia saat ini di Bila memungkinkan
manusia bagian perencanaan dan dilakukan perekruitan untuk
evaluasi bagian pengolahan operator yang nantinya akan
data sebanyak 2 orang dengan digunakan oleh seksi
latar belakang sarjana perencanaan dan evaluasi
pendidikan dan psikologi untuk mengelola semua data
penyelanggaraan diklat
Melakukan pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan
di bidang komputer

2 Sarana prasarana Komputer sebagai instrument Komputer yang ada saat ini
untuk entri data dan akan lebih dimanfaatkan
pengolahan data untuk pengembangan sistem

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


88

3 Dana Selama ini tidak ada dana Akan diusulkan melalui


khusus dari bapelkes untuk anggaran APBD untuk dana
pengembangan system operasional pemeliharaan
dan perawatan sistem

4 Manajemen Manajemen sangat


mendukung
dikembangkannya sebuah
sistem informasi

5 Teknologi Selama ini belum pernah Digunakan software khusus


dibuat software karena yang yang akan mendukung
ada saat ini masih bersifat pelaksanaan kegiatan
manual program dan akan lebih baik
dibuat instalasi jaringan
sehingga distribusi
informasi berlangsung lebih
cepat

5.2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Sistem


Pengembangan sistem di Bapelkes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat merupakan
pengembangan dari sistem yang sedang berjalan yaitu pencatatan dan pelaporan program
penyelenggaraan diklat. Proses pengembangan sistem dimulai dari pembuatan desain sistem
dan penetapan software yang akan digunakan. Harapan dari pengembangan sistem adalah
mampu menghasilkan informasi tentang pelaksanaan penyelenggaraan program diklat, yang
berguna bagi pengambil keputusan dalam menunjang perencanaan, monitoring dan evaluasi
program diklat serta pihak-pihak yang membutuhkan data penyelenggaraan program diklat.
5.3 Tahapan Desain Sistem
Pada tahapan desain sistem ada beberapa dokumen yang akan dibuat, meliputi:
pemodelan proses, pemodelan data dan desain antar muka.

5.3.1 Pengembangan Diagram Alir Proses Bisnis Sistem Informasi Manajemen Diklat

Setelah melakukan analisis pada sistem yang sedang berjalan pada sistem pencatatan
dan pelaporan kegiatan diklat di Bapelkes maka desain pengembangan sistem yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


89

Gambar 5.2
Diagram Alir Proses yang Diusulkan Penyelenggaraan Diklat Di Bapelkes
Widyaiswara Perencanaan dan Seksi Panitia Tim Akreditasi
Evaluasi penyelenggara Penyelenggara
Input
Mendapat
Star Perencanaan Jadwal Dokumen
dokumen
diklat diklat akreditasi
pelaksanaan
diklat
diklat

Kuesioner hsl
tna dan epp

Proses
Rekap data Menyusun Menyusun Membuat Penilaian dokumen
secara rencana diklat pelaksanaan dokumen akreditasi diklat
otomatis diklat kerangka dan penerbitan sk
acuan status akreditasi
secara otomatis

Out
Laporan TNA Dokumen Kalender diklat Kerangka
put Nilai
dan epp rencana diklat dan acuan diklat komponen dan
kepanitiaan (dokumen SK status
diklat) akreditasi

Arsip

Panitia Perencanaan dan Widyaiswara


penyelenggara Evaluasi
Input
Status Data Mendapat
akreditasi evaluasi data alumni

Melakuan
Proses Melaksanakan Mengolah
evaluasi dan
kegiatan, data
mengolah
evaluasi & evaluasi
data evaluasi
membuat secara
pasca diklat
sertifikat otomatis
secara
otomatis

Output
Nilai evaluasi Nilai
Sertifikat
penyelenggara Pengetahuan,
peserta, data selesai
an sikap dan
evaluasi
keterampilan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


90

5.3.2 Pemodelan Proses

Pemodelan proses adalah cara untuk menggambarkan bagaimana bisnis beroperasi.


Mengilustrasikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan bagaimana data berpindah di antara
aktifitas-aktivitas itu. Ada banyak cara untuk mempresentasikan proses model diantaranya
dengan menggunakan model data flow diagram (DFD). Berikut adalah DFD dari sistem
Informasi Manajemen Diklat hasil wawancara dan pengamatan di Bapelkes dengan
menggunakan simbol De Marco and Jourdan.

5.3.2.1 Diagram Konteks

Berikut gambar diagram konteks dari sistem informasi manajemen diklat.

Gambar 5.3:

Diagram Konteks Sistem Informasi Manajemen Diklat

O1, O2, O3, O4


Ka Bapelkes

I1 O4 Widyaiswara/fasilitator
Dinkes Kab Kota

Tim Akreditasi I2 O2 Ka Sie


Penyelenggaraan
SIM DIKLAT

Panitia I3 O1 Ka Sie Perencanaan


dan Evaluasi

Staf Perencanaan I4 O3, O4 Peserta


dan evaluasi

Keterangan:

1. (I1) input data hasil TNA dan data hasil evaluasi pasca pelatihan
2. (I2) input data penilaian dokumen akreditasi
3. (I3) input data diklat, biodata fasilitator, biodata peserta, biodata panitia, biodata MOT,
GBPP, struktur program diklat, jadwal pelatihan, sertifikat peserta
4. (I4) input data evaluasi penyelenggaraan diklat, evaluasi widyaiswara/fasilitator, evaluasi
peserta
5. (O1) laporan kegiatan pelaksanaan kegiatan TNA, Evaluasi Pasca
6. (O2) Laporan penilaian akredidasi diklat dan penerbitan status akreditasi

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


91

7. (O3) Laporan biodata fasilitator, biodata peserta, biodata panitia, biodata MOT, GBPP,
struktur program diklat, jadwal pelatihan, sertifikat peserta
8. (O4) Laporan evaluasi peserta, fasilitator, panitia

5.3.2.2 Data Flow Diagram Level 0 Sistem Informasi Manajemen diklat

Gambar 5.4:
Data Flow Diagram Level 0 Sistem Informasi Manajemen Diklat

O1, O2, O3, O4 Ka Bapelkes

Dinkes Kab Kota I1 O4


Widyaiswara/fasilitator

Tim Akreditasi I2 O2 Ka Sie


Penyelenggaraan
SIM DIKLAT

Panitia I3 O1 Ka Sie Perencanaan


dan Evaluasi

Staf Perencanaan I4 O3, O4 Peserta


dan evaluasi

Keterangan:

1. (I1) input data hasil TNA dan data hasil evaluasi pasca pelatihan
2. (I2) input data penilaian dokumen akreditasi
3. (I3) input data diklat, biodata fasilitator, biodata peserta, biodata panitia, biodata MOT,
GBPP, struktur program diklat, jadwal pelatihan, sertifikat peserta
4. (I4) input data evaluasi penyelenggaraan diklat, evaluasi widyaiswara/fasilitator, evaluasi
peserta
5. (O1) laporan kegiatan pelaksanaan kegiatan TNA, Evaluasi Pasca
6. (O2) Laporan penilaian akreditasi diklat dan penerbitan status akreditasi
7. (O3) Laporan biodata fasilitator, biodata peserta, biodata panitia, biodata MOT, GBPP,
struktur program diklat, jadwal pelatihan, sertifikat peserta
8. (O4) Laporan evaluasi peserta, fasilitator, panitia

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


92

5.3.2.3 Data Flow Diagram Level 1 Sistem Informasi Manajemen diklat

Gambar 5.5:
Data Flow Diagram Level 1 Sistem Informasi Manajemen Diklat

Bapelkes

Widyaiswara Panitia Penyelenggara Tim akreditasi diklat Staf Perencanaan dan


evaluasi

2.0 3.0 4.0


1.0
Input data Input Input data
Input data
diklat penilaian evaluasi
TNA dan EPP
akreditasi penyelenggaraa
n
2.1
1.1 Input 3.1
Input data Input
4.1
data pesert komponen
TNA kurikulum Input data
a evaluasi
fasilitator
2.2
1.2 Input 3.2
Input data Input 4.2
data fasilita Komponen Input data
evaluasi tor peserta evaluasi
pasca peserta

2.3
Input 3.3
data Input
4.3
GBPP Komponen
Input
Fasilitator
data
evaluasi
panitia
2.4
3.4
Input
Input
data
komponen
Struktur
panitia
prog

2.5 3.5
Input Input
data komponen
jadwal tempat

data AKD (prioritas) data peserta, data fasilitator, data nilai komponen data nilai evaluasi peserta,
data EPP (nilai KAP) data GBPP, data struktur program, akreditasi fasilitator, panitia
data jadwal

5.3.3 Rancangan Basis Data


Setelah diagram alir data dibuat, maka yang dilakukan selanjutnya adalah membuat
rancangan tabel dan kamus data. Kamus data dibuat untuk mendefinisikan susunan data yang
relevan bagi penyimpanan data dan aliran data, kamus data dilihat pada lampiran tabel
(terlampir).

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


93

5.3.4 Desain Basis Data


Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, tersimpan secara bersama-sama di simpanan luar komputer dan
digunakan perangkat lunak tertentu untuk memanipulasinya sehingga mudah untuk
digunakan kembali. Basis data merupakan komponen yang penting pada sistem informasi,
karena berfungsi sebagai basis penyedia informasi bagi para pemakainya. Dalam
pengembangan sistem informasi Manajemen Diklat file-file yang saling berhubungan adalah
sebagai berikut:
1. File induk (Master File)
File ini merupakan file yang paling penting karena harus tetap ada selama sistem
informasi ini masih terus berjalan. File induk berisi file kode diklat, file bidang program
dinkes, file peserta, file fasilitator, file pangkat gol, file pendidikan, file dinkes kab kota
2. File transaksi
File ini disebut juga file input karena digunakan untuk merekam data dari suatu transaksi
yang terjadi. File ini adalah file Analisis Kebutuhan Diklat, file Akreditasi Diklat, file
evaluasi penyelenggaraan diklat, file evaluasi pasca diklat
3. File report juga disebut file output, yaitu file yang berisi informasi yang ditampilkan,
yaitu file report data hasil TNA, file laporan data peserta, file laporan data fasilitator, file
laporan GBPP, file laporan struktur program, file laporan jadwal, file laporan biodata
panitia, file laporan biodata MOT, file laporan evaluasi peserta, file laporan evaluasi
fasilitator, file laporan evaluasi panitia, file laporan evaluasi pasca diklat.
4. File pelindung (back up File)
File ini merupakan file cadangan yang berisi salinan-salinan dari file yang masih aktif di
basis data sebagai pelindung apabila dalam file utama terjadi kerusakan atau hilang.

5.3.5 Rancangan Antarmuka (tampilan)

Rancangan form yang akan digunalan untuk memasukan data ke dalam basis data
program aplikasi Sistem Informasi Manajemen Diklat adalah sebagai berikut:

1). Tampilan pengesahan / Log in

Form yang pertama muncul setelah apilkasi dijalankan adalah form login. Form ini dapat diisi
oleh petugas sebagai administrator. Tujuan form ini adalah untuk mencegah orang yang tidak
memiliki otoritas masuk kedalam sistem. Cara ini adalah untuk melindungi data-data di
dalam sistem. Tampilan form pengesahan adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


94

Gambar 5.6
Form Menu Pasword

jika password diterima oleh sistem maka selanjutnya pengguna akan dibawa ke dalam form
menu utama.

1) Tampilan Menu utama

Pada interface ini terdapat beberapa menu yang terdapat di sebelah kiri yang terdiri
dari menu master, menu transaksi, menu laporan. Dari menu utama ini, pengguna disediakan
beberapa menu pilihan, yaitu: menu TNA, menu Akreditasi diklat, menu evaluasi
penyelenggaraan, evaluasi pasca diklat.

Gambar 5.7
Form Menu Tampilan Utama

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


95

a. Tampilan Menu Master


Pada interface ini tersedia beberapa form untuk memasukan data master. Interface ini
dirancang dengan tujuan sebagai input data bersifat statis atau memerlukan perubahan
data pada waktu yang agak lama, seperti master file kode diklat, file bidang program
dinkes, file peserta, file fasilitator, file pangkat gol, file pendidikan, file dinkes kab kota.
Pada menu master kode diklat berfungsi untuk memasukan kode diklat, ada beberapa
kode diklat, jenis diklat nama diklat yang dapat di input dalam menu ini. Seperti pada
gambar 5.8.

Gambar 5.8
Form Menu Master Kode Diklat

Menu master yang lain adalah menu master biodata peserta, berfungsi untuk menginput
biodata beserta sesuai kode diklat, jenis diklat dan nama diklat. Dengan adanya form menu
input biodata peserta ini memudahkan panitia penyelenggara menginput biodata peserta
dengan cepat. Serta terdapat penilaian terhadap kesesuaian peserta dengan tujuan diklat.
Terlihat pada gambar 5.9

Gambar 5.9
Form Menu Master Input Biodata Peserta

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


96

Demikian juga untuk input data fasilitator, menu master biodata fasilitator dapat
memudahkan melakukan input data fasilitator secara cepat dan tepat. Serta terdapat penilaian
terhadap kesesuaian fasilitator seperti pelatih telah mengikuti WI Dasar/TOT/AKTA dan
pelatih memiliki keahlian dengan materi yang diberikan. Terlihat pada gambar 5.10.
Gambar 5.10
Form Menu Master Input Biodata Fasilitator

b. Tampilan Transaksi
Bagian ini digunakan untuk memasukan dan menampilkan data hasil TNA, data penilaian
akreditasi diklat, data evaluasi penyelenggaraan diklat, data evaluasi pasca diklat.
Rancangan form untuk memasukan data dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Form menu input data diklat hasil TNA berfungsi untuk memasukan data hasil TNA,
pada menu ini terdapat kode diklat, jenis diklat, nama diklat, dinkes kab/kota, bidang
yang dipilih.

Gambar 5.11
Form Menu Input Diklat Hasil TNA

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


97

Pada form input penilaian komponen kurikulum akreditasi diklat, berfungsi untuk
memudahkan tim akreditasi untuk memasukan nilai variabel pada komponen kurikulum
akreditasi diklat seperti pada gambar 5.12. variabel tersebut terdiri atas kejelasan kompetensi
dengan tujuan diklat, kesesuaian materi inti dengan tujuan diklat, kesesuaian materi yang
terdapat dalam GBPP, proporsi waktu antara teori dengan praktek pada struktur program,
kesesuaian metode pelatihan dengan kompetensi yang ingin dicapai serta adanya instrumen
evaluasi untuk peserta, pelatih dan penyelenggara.
Gambar 5.12
Form Menu Input Penilaian Komponen Kurikulum Akreditasi Diklat

Pada form menu input penilaian komponen peserta, berfungsi untuk memudahkan tim
akreditasi untuk menilai variabel pada komponen peserta. Variabel tersebut diantaranya
kesesuaian persyaratan calon peserta, efektifitas diklat berdasarkan jumlah peserta dalam satu
kelas, nilai jumlah peserta dalam satu kelas. Terlihat dalam gambar 5.13.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


98

Gambar 5.13
Form Menu Input Penilaian Komponen Peserta Akreditasi Diklat

Pada form menu input penilaian komponen fasilitator, berfungsi untuk memudahkan
tim akreditasi untuk menilai variabel pada komponen fasilitator. Variabel tersebut
diantaranya memiliki kemampuan kediklatan, kesesuaian keahlian dengan materi yang
diberikan. Terlihat dalam gambar 5.14.
Gambar 5.14
Form Menu Input Penilaian Komponen Fasilitator Akreditasi Diklat

Pada form menu input penilaian komponen tempat penyelenggara diklat, berfungsi
untuk memudahkan tim akreditasi untuk menilai variabel pada komponen tempat
penyelenggaraan diklat. Variabel tersebut diantaranya kesesuaian tempat penyelenggara
berdasarkan fungsi tempat penyelenggara pelatihan. Terlihat dalam gambar 5.15.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


99

Gambar 5.15
Form Menu Input Penilaian Komponen Tempat Penyelenggara Akreditasi Diklat

Pada form menu input penilaian komponen evaluasi fasilitator, berfungsi untuk
memudahkan staf perencanaan dan evaluasi untuk memasukan nilai evaluasi fasilitator terdiri
dari aspek kompetensi, aspek performance dan aspek sikap dan perilaku. Terlihat dalam
gambar 5.16.
Gambar 5.16
Form Menu Input Evaluasi Fasilitator

Pada form menu input penilaian komponen evaluasi peserta, berfungsi untuk
memudahkan staf perencanaan dan evaluasi untuk memasukan nilai evaluasi peserta terdiri
dari nilai pre test dan nilai post test. Terlihat dalam gambar 5.17.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


100

Gambar 5.17
Form Menu Input Evaluasi Peserta

Pada form menu input nilai retensi pengetahuan alumni peserta diklat hasil kegiatan
evaluasi pasca diklat, berfungsi untuk memudahkan widyaiswara untuk memasukan nilai
retensi pengetahuan peserta. Terlihat dalam gambar 5.18.
Gambar 5.18
Form Menu Input Nilai Pengetahuan Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat

Pada form menu input nilai sikap alumni peserta diklat hasil kegiatan evaluasi pasca
diklat, berfungsi untuk memudahkan widyaiswara untuk memasukan nilai sikap peserta
terhadap pelaksanaan diklat tang telah alumni ikuti. Terlihat dalam gambar 5.19.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


101

Gambar 5.19
Form Menu Input Nilai Sikap Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat

Pada form menu input nilai keterampilan alumni peserta diklat hasil kegiatan evaluasi
pasca diklat, berfungsi untuk memudahkan widyaiswara untuk memasukan nilai ketrampilan
alumni dalam menerapkan hasil diklat di tempat kerjanya. Terlihat dalam gambar 5.20.
Gambar 5.20
Form Menu Input Nilai Keterampilan Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat

c. Menu laporan
Interface ini merupakan tabel laporan yang berisikan hasil rekapitulasi data file report
data hasil TNA, file laporan biodata peserta, file laporan biodata fasilitator, file laporan
GBPP, file laporan struktur program, file laporan jadwal, file laporan evaluasi peserta, file
laporan evaluasi fasilitator, file laporan evaluasi panitia, file laporan evaluasi pasca diklat.
Dengan adanya form ini maka pembuatan laporan akan lebih cepat dan tepat.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


102

Berikut adalah laporan hasil input biodata fasilitator, hasil input data pada master data
biodata fasilitator. Terlihat pada gambar 5.21
Gambar 5.21
Form Output Biodata Fasilitator

Berikut adalah laporan hasil input data TNA diantaranya laporan prioritas kebutuhan
diklat dari masing-masing dinkes kab kota dan identifikasi, penyebab, pemecahan
masalah serta prioritas masalah dalam pemilihan diklat sebagai solusi dalam memecahkan
masalah tersebut. Terlihat dalam gambar 5.22 dan gambar 5.23.

Gambar 5.22
Form Menu Output Grafik Prioritas Diklat Hasil TNA

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


103

Gambar 5.23
Form Menu Output Laporan Hasil AKD/TNA

Pada form menu grafik penilaian komponen akreditasi merupakan hasil input data
penilaian komponen akreditasi diklat. Setelah masing-masing nilai komponen diinput akan
muncul penilaian terhadap status diklat yang akan dilaksanakan terakreditasi atau tidak
terakreditasi. Terlihat pada gambar 5.24.
Gambar 5.24
Form Menu Output Grafik Penilaian Komponen Akreditasi Diklat dan Status Akreditasi
Diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


104

Form menu output laporan evaluasi fasilitator merupakan hasil input data penilaian
evaluasi fasilitator. Di laporan akan muncul nilai aspek kompetensi, nilai aspek sikap dan
perilaku dan aspek performance. Dari ketiga aspek tersebut akan dinilai secara total
sehingga akan terlihat kriteria penilaian evaluasi untuk masing-masing fasilitator. Terlihat
paga gambar 5.25.

Gambar 5.25
Form Menu Output Laporan Evaluasi Fasilitator

Form menu output laporan evaluasi peserta merupakan hasil input data penilaian
evaluasi peserta. Di laporan akan muncul nilai pre test dan nilai post test. Dari penilaian
nilai pre test dan post test ini akan muncul rata-rata nilai peserta, nilai terkecil, nilai
terbesar, serta kenaikan rata-rata dari nilai post test terhadap nilai pre test. Terlihat pada
gambar 5.26.

Gambar 5.26
Form Menu Output Laporan Evaluasi Peserta

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


105

Form menu output sertifikat peserta merupakan hasil input biodata peserta, sehingga
otomatis akan tercatat dalam sertifikat. Sehingga akan mengurangi kesalahan dalam
pembuatan nama, NIP, tempat tanggal lahir, pangkat/golongan, instansi. Terlihat pada
gambar 5.26.

Gambar 5.27
Form Menu Output Sertifikat Peserta Diklat

Form menu output nilai pengetahuan alumni merupakan hasil input nilai retensi
pengetahuan alumni peserta diklat. Dari penilaian muncul kriteris nilai pengetahuan
terdiri dari kriteria sangat baik, baik, sedang, kurang, sangat kurang. Terlihat pada gambar
5.28.

Gambar 5.28
Form Menu Output Nilai Pengetahuan Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


106

Form menu output nilai sikap alumni merupakan hasil input nilai sikap alumni peserta
terhadap pelaksanaan diklat, dari penilaian tersebut muncul kriteris nilai sikap terdiri dari
kriteria sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Terlihat pada
gambar 5.29.

Gambar 5.29
Form Menu Output Nilai Sikap Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat

Form menu output nilai ketrampilan alumni merupakan hasil input nilai keterampilan
alumni peserta terhadap penerapan hasil diklat di tempat kerja, dari penilaian tersebut
muncul penerapan dari tujuan diklat apakah diterapkan atau tidak diterapkan. Terlihat
pada gambar 5.29.

Gambar 5.30
Form Menu Output Nilai Keterampilan Alumni pada Evaluasi Pasca Diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


107

Form menu output nilai dukungan alumni merupakan hasil input nilai dukungan
atasan atau lingkungan alumni peserta terhadap penerapan hasil diklat di tempat kerja,
dari penilaian tersebut muncul penerapan dari tujuan diklat apakah ada dukungan atau
tidak ada dukungan di tempat kerja. Terlihat pada gambar 5.31.

Gambar 5.31
Form Menu Output Nilai Dukungan pada Evaluasi Pasca Diklat

5.3.6 Rancangan Perangkat Keras dan lunak

1) Sistem online

Program aplikasi Sistem Informasi Manajemen Diklat dirancang untuk bekerja


dengan sistem operasi windows, dibangun dengan menggunakan bahasa pemograman Pascal,
basis data microsoft acces. Sistem ini akan diletakan Bapelkes Dinkes Provinsi Jawa Barat
dengan menggunakan sistem local area Network (LAN) antara bagian Perencanaan dan
Evaluasi, Bagian Penyelenggara Diklat, Bagian ruang Widyaiswara, bagian Tata Usaha dan
Ruang Kepala Bapelkes.

Spesifikasi komputer yang disarankan untuk berjalannya sistem ini dapat


menggunakan teknologi komputer dengan procesor yang setara Intel pentium IV atau lebih
tinggi. Apabila menggunakan sistem operasi windows, dapat menggunakan berbagai versi
windows, mulai Microsoft Windows 98, Windows 2000 atau Windows XP, windows 7 dan
windows 8. Kebutuhan minimal memory (RAM) sebesar 512 MB atau lebih, hard disk 40
GB, monitor VGA 15 inch atau lebih.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


108

Tabel 5.4
Spesifikasi Hardware Sistem Informasi Manajemen Diklat

No Hardware Spesifikasi Minimum

1 Processor Pentium IV 3.00 GHz


2 Kapasitas RAM 512 MB
3 Operation System Microsoft Windows 98, Windows 2000 atau
Windows XP
4 Software Microsoft Acces XP 2007 dan 2010
5 Hardware hard disk 40 GB, monitor VGA 15 inch atau
lebih.

Dalam pengembangan sistem ini juga memerlukan dukungan perangkat lunak


(software) dalam menjalankan operasinya agar menghasilkan informasi yang diinginkan.
Dalam pemograman digunakan software Microsoft Acces dengan bahasa pemograman
Pascal.

5.3.7 Hasil Ujicoba Prototype

Ujicoba aplikasi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Diklat ini dilakukan di


laboratorium komputer FKM UI dengan memasukkan data diklat. Berdasarkan komponen
yang diuji aplikasi sebagian berjalan dengan baik. Masih ditemui error pada rancangan input,
proses dan output. Semua telah memenuhi syarat untuk diaplikasikan di Bapelkes Dinas
Kesehatan Masyarakat. Pengembangan lebih lanjut sangat dimungkinkan dilakukan oleh
pihak Bapelkes atau pihak lain.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


109

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di bahas hasil analisis sistem yang mengacu pada hasil penelitian
dan dihubungkan dengan tujuan awal penelitian. Hasil pembahasan ini diharapkan dapat
menjadi solusi dari permasalahan sistem informasi yang ada saat ini. Menurut Lembaga
Administrasi Negara RI tahun 2003 menggambarkan proses Konsep Model Diklat sebagai
suatu sistem yang intergral yang merupakan suatu siklus diklat yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Agar pelatihan dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan maka dimulai
dengan penilaian kebutuhan diklat, penentuan tujuan diklat, perencanaan program
pelatihan/pembuatan desain kurikulum, pelaksanaan pelatihan dengan standarisasi akreditasi
pelatihan guna mendapatkan sertifikat serta pelatihan dan evaluasi. Berdasarkan model diklat
tersebut maka pembahasan masalah di mulai dari masalah analisis kebutuhan diklat,
akreditasi diklat, evaluasi penyelenggaraan diklat dan evaluasi pasca diklat.

6.1 Pembahasan Identifikasi Masalah Sistem Informasi Manajemen Diklat

6.1.1 Masalah Dalam Pengumpulan Data

Perencanaan sistem informasi adalah tahapan untuk menentukan permasalahan atau


kebutuhan yang timbul. Apakah diperlukan pengembangan sistem secara menyeluruh ataukah
ada usaha lain untuk mengatasi permasalahan sistem yang ada. Perencanaan diarahkan untuk
menilai kelayakan membangun suatu sistem. Bila sistem sudah ada, maka diarahkan untuk
menilai pengembangan dan penyempurnaan sistem untuk memenuhi kebutuhan organisasi
(Everett, 2007).
Sutabri (2003), mendefinisikan analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah
ada dengan tujuan merancang sistem baru atau diperbarui. Tahap analisis dilakukan setelah
adanya perencanaan dan sebelum tahap desain sistem. Kesalahan pada tahap analisis akan
sangat berpengaruh terhadap selanjutnya.
1. Analisis Kebutuhan Diklat (AKD)

Data kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat didapat dari hasil wawancara kuesioner
yang di bagikan dan telah diisi oleh responden Dinas Kabupaten Kota. Pengumpulan data
hasil kegiatan AKD tersebut langsung di kumpulkan oleh Widyaiswara. Selanjutnya
widyaiswara merekap hasil kegiatan tersebut, form laporan yang terlalu banyak dan input
data masih manual sehingga pembuatan laporan tidak tepat waktu, input data dilakukan
berulang-ulang dan disimpan banyak tempat.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


110

Pada sistem baru, dengan menggunakan tampilan akan memudahkan untuk


melakukan input data hasil kegiatan TNA. Data yang sudah terkumpul bisa langsung diinput
ke dalam komputer sehingga kekurangan data dapat terlihat langsung, proses input data tidak
diulang-ulang sehingga pembuatan laporan bisa lebih cepat dan data akan tersimpan dalam
database, selain itu pencarian data lama akan mudah karena semua data hasil TNA sudah
disimpan dalam sebuah basis data dalam server serta diibuat data backup untuk menghindari
kemungkinan hilangnya data apabila sistem mengalami gangguan.

2. Akreditasi Diklat

Dalam kegiatan Akreditasi Diklat panitia penyelenggara diklat yang ditunjuk


melakukan pengumpulan dokumen akreditasi berupa jadwal diklat, kerangka acuan diklat,
biodata peserta diklat, biodata fasilitator/widyaiswara. Pada pelaksanaannya panitia
melakukan input data secara manual berupa input data jadwal diklat, strukutur program,
GBPP, biodata peserta, fasilitator dan panitia, MOT. Hasil input data terdokumentasi dalam
file yang tersimpan dalam hard disk, backup data menggunakan flash disk. Selain itu karena
data belum tersimpan dalam database menjadi sulit apabila dibutuhkan data beberapa tahun
lalu

Selain itu variabel komponen akreditasi yang terlalu banyak dapat menyulitkan tim
akreditasi dalam melaksanakan penilaian tersebut. Sehingga penilaian akreditasi diklat tidak
dapat dilakukan tepat waktu.

Pada sistem baru, dengan menggunakan tampilan akan memudahkan untuk


melakukan input data hasil biodata peserta, biodata fasilitator, data jadwal diklat, strukutur
program, GBPP, biodata peserta, fasilitator dan panitia, MOT, sehingga proses input data
tidak diulang-ulang sehingga pembuatan laporan bisa lebih cepat dan data akan tersimpan
dalam database, selain itu pencarian data lama akan mudah. Penilaian Akreditasi akan lebih
mudah dilaksanakan sehingga penilaian terhadap variabel komponen akreditasi diantaranya
komponen kurikulum, komponen peserta, komponen fasilitator, komponen panitia
penyelenggara dan komponen tempat penyelenggara bisa terpenuhi secara optimal.

3. Evaluasi Penyelenggaraan

Pengumpulan data hasil evaluasi penyelenggaraan diklat dilakukan oleh panitia


penyelenggara, pengolahan evaluasi penyelenggaraan diklat dilakukan oleh staf seksi
perencanaan dan evaluasi, tidak semua hasil evaluasi ini dapat dilakukan terutama evaluasi
fasilitator. Karena terlalu banyak fasilitator yang harus di evaluasi untuk setiap materi dalam

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


111

satu pelatihan, serta kesibukan dalam melakukan tugas lain. Perhitungan nilai evaluasi masih
secara manual sehingga terjadi penumpukan terhadap hasil evaluasi yang harus dinilai,
sehingga pada akhirnya nilai evaluasi di tulis seadanya dalam laporan pelaksanaan diklat.

Pada sistem baru, dengan menggunakan tampilan akan memudahkan untuk


melakukan input data hasil evaluasi peserta, evaluasi fasilitator dan evaluasi panitia
penyelenggara. Sehingga penilaian evaluasi terhadap peserta, fasilitator dan panitia dapat
dilakukan dengan cepat. Data hasil pengumpulan ini dapat segera di input ke komputer
sehingga bisa dicek evaluasi mana saja yang belum dilakukan.

4. Evaluasi Pasca Diklat

Pengumpulan data hasil kegiatan evaluasi pasca dilakukan oleh widyaiswara, data
berasal dari kuesioner yang dibagikan kepada mantan peserta diklat setelah minimal 6 bulan
pelatihan, kuesioner tersebut dikumpulkan oleh widyaiswara setelah pelaksanaan wawancara
tersebut. Kuesioner hasil wawancara dikumpulkan, apabila dalam waktu wawancara tersebut
alumni tidak hadir maka kuesioner dititipkan, selanjutnya di kirim ke Bapelkes via pos. Input
data hasil evaluasi pasca diklat masih manual. Pertanyaan pada setiap kuesioner dalam setiap
diklat bermacam-macam sehingga menyulitkan dalam mengolah data hasil evaluasi ini.

Pada sistem baru, dengan menggunakan tampilan akan memudahkan untuk


melakukan input data hasil evaluasi pasca diklat. Sehingga laporan pelaksanaan evaluasi
pasca diklat dapat dilakukan dengan cepat.

6.1.2 Masalah dalam Pengolahan dan Penyajian Data

Data dapat didefinisikan sebagai fakta-fakta yang masih mentah atau acak yang
menjadi input untuk proses yang menghasilkan informasi. Definisi lain, data merupakan
kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kesatuan nyata
adalah berupa suatu objek nyata seperti tempat, benda dan orang yang betul-betul ada atau
terjadi. Untuk pengambilan keputusan bagi manajer, maka faktor-faktor tersebut harus diolah
lebih lanjut untuk menjadi suatu informasi.
Informasi dipahami sebagai pemrosesan input terorganisir, memiliki arti dan berguna
bagi orang yang menerimanya. Gordon B Davis, (1985) mendefinisikan informasi sebagai
data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti dan berguna bagi penerimanya
untuk mengambil keputusan masa kini maupun masa yang akan datang. Raymond McLeod
(1995) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih
berarti bagi penerimannya.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


112

1. Analisis Kebutuhan Diklat

Hasil pengamatan di lokasi penelitian pengolahan data hasil kegiatan Analisis


Kebutuhan Diklat belum optimal karena tidak dilakukan analisis, sementara hasil analisis ini
akan mendukung bagi perencanaan diklat terutama usulan kegiatan diklat selanjutnya.
Adapun hasil analisis terhadap AKD yang diharapkan berupa prioritas jenis diklat yang
dibutuhkan sesuai kebutuhan kab kota beserta identifikasi masalah, penyebab masalah,
pemecahan masalah, prioritas masalah dari masing-masing dinkes kab untuk mengidentifikasi
kebutuhan diklat.

Pada sistem baru, dengan menggunakan tampilan akan memudahkan untuk


melakukan proses data hasil Analisis Kebutuhan Diklat. Sehingga laporan prioritas jenis
diklat yang dibutuhkan sesuai kebutuhan kab kota beserta identifikasi masalah, penyebab
masalah, pemecahan masalah, prioritas masalah dari masing-masing dinkes kab untuk
mengidentifikasi kebutuhan diklat dapat dilakukan dengan cepat. Informasi kegiatan Analisis
kebutuhan diklat dibutuhkan untuk mengetahui jenis pelatihan apa yang diperlukan oleh
dinkes kab kota untuk meningkatkan kinerjanya dan kinerja organisasi serta rekapitulasi
identifikasi masalah, penyebab masalah, pemecahan masalah, prioritas masalah dari setiap
dinkes kab kota yang menjadi alasan dibutuhkannya suatu jenis diklat.

Pelaksanaan analisis kebutuhan diklat (AKD) tidak hanya terbatas pada penyusunan
program pelatihan berbasis kompetensi saja, tetapi untuk menyusun program pelatihan yang
berorientasi pada pemenuhan keterampilan untuk jabatan-jabatan tertentu di suatu organisasi.
Sehubungan hal tersebut maka pelaksanaan AKD merupakan hal yang sangat penting atau
strategis dalam penyusunan program diklat baik berbasis kompetensi maupun diklat berbasis
kebutuhan.

Manfaat dari kegiatan analisi kebutuhan diklat tersebut adalah : tersusunnya program
diklat sesuai kebutuhan, terwujudnya program diklat sesuai sasaran, terlaksananya diklat
yang lebih memotivasi peserta untuk mengikutinya karena sesuai kebutuhannya.

2. Akreditasi Diklat

Ketidaklengkapan dari panitia penyelenggara diklat dalam mengirimkan dokumen


akreditasi atau sama sekali tidak mengirimkan dokumen akreditasi merupakan masalah dalam
penilaian terhadap dokumen tersebut, selain itu tim akreditasi yang dibentuk selama ini
belum berjalan sebagaimana mestinya. Belum semua kegiatan pelatihan dianalisis terhadap
kesesuaian kurikulum, kesesuaian peserta, kesesuaian fasilitator, kesesuaian penyelenggara

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


113

diklat dan kesesuaian tempat penyelenggara diklat sehingga tidak diketahui apakah diklat
yang diselenggarakan sudah sesuai standar.

Pada sistem baru, akan memudahkan penilaian terhadap kegiatan akreditasi diklat
untuk dianalisis terhadap kesesuaian kurikulum, kesesuaian peserta, kesesuaian fasilitator,
kesesuaian penyelenggara diklat dan kesesuaian tempat penyelenggara diklat sehingga dapat
diketahui apakah diklat yang diselenggarakan sudah sesuai standar. Informasi penilaian
akreditasi ini dibutuhkan untuk mengendalikan dan meningkatkan mutu pelatihan di bidang
kesehatan diantaranya mutu kurikulum, mutu peserta, mutu pelatih/fasilitator, mutu
penyelenggara diklat dan mutu tempat penyelenggaraan diklat. Informasi ini dibutuhkan
sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dan tindakan pada setiap kegiatan manajemen
baik perencanaan, monitoring maupun evaluasi pelaksanaan program diklat. Menurut kajian
di tempat penelitian informasi yang dihasilkan dari kegiatan penyelenggaraan diklat tidak
dapat menggambarkan kualitas diklat karena belum ada pencapaian program diklat sesuai
indikator yang telah dicapai.

Terpenuhinya persyaratan akreditasi merupakan tahapan awal dalam


menyelenggarakan suatu pelatihan yang bermutu, manfaat bagi penyelenggara diklat adalah
sebagai bahan masukan untuk mempebaiki rancangan pelatihan, sedangkan bagi peserta
diklat akan mendapatkan pelatihan yang efektif dan berkualitas.

3. Evaluasi Penyelenggaraa Diklat

Penilaian terhadap evaluasi penyelenggaraan kegiatan diklat sangat penting


dilakukan. Pengolahan dan analisis data terhadap evaluasi ini masih dilakukan secara manual
sehingga hasil penilaian mengalami keterlambatan. Hasil evaluasi ini sebaiknya di
informasikan kepada peserta, fasilitator dan penyelenggaraan diklat pada saat pelatihan
berlangsung. Hasil penilaian selama ini ditampilkan dalam bentuk tabel dan dilaporkan
sebagai laporan rutin kegiatan penyelenggaraan diklat.

Pada sistem baru, akan memudahkan penilaian terhadap kegiatan evaluasi


penyelenggaraan diklat berupa evaluasi fasilitator, evaluasi peserta, evaluasi penyelenggaraan
diklat. Informasi penilaian terhadap pre, post dibutuhkan untuk menggambarkan seberapa
besar peserta telah mempelajari materi-materi yang diberikan selama diklat dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta. Informasi penilaian hasil
evaluasi peserta terhadap penyelenggaraan menggambarkan seberapa besar kinerja
penyelenggara diklat serta reaksi atau tingkat kepuasaan terhadap pelayanan yang di sediakan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


114

oleh Bapelkes sedangkan informasi evaluasi peserta terhadap fasilitator menggambarkan


kredibilitas pengajar, kemampuannya dalam menyajikan materi pembelajaran, kemampuan
berkomunikasi dan sebagainya.

4. Evaluasi Pasca Diklat

Pengolahan data hasil evaluasi pasca diklat terhadap sikap, pengetahuan dan
keterampilan selama ini dilakukan secara manual, pertanyaan yang diberikan kepada alumni
dalam kuesioner untuk setiap diklat sangat beragam, sehingga sulit untuk melakukan
pengolahan data dan analisis datanya. Untuk kegiatan selanjutnya diharapkan ada
keseragaman dalam membuat kuesioner evaluasi pasca diklat ini. Hasil pengolahan data
tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan dibuatkan laporan secara rutin dalam kegiatan
evaluasi pasca ini.

Pada sistem baru, akan memudahkan pengolahan data hasil evaluasi pasca diklat
terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk menggambarkan seberapa besar alumni
peserta bisa menerapkan tujuan diklat yang telah diberikan selama diklat dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta serta dukungan dari lingkungan
kerjanya dalam menerapkan pengetahuan yang didapat selama pelatihan. Evaluasi Pasca
Diklat ini dapat mengetahui kekurangan program diklat untuk selanjutnya dapat memperbaiki
program diklat di masa mendatang, selain itu dengan Evaluasi Pasca Diklat ini dapat
mengetahui apakah hasil pelatihan telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan apakah
perlu kegiatan pelatihan dilanjutkan.

Efektifitas program diklat dapat dievaluasi melalui hasil suatu pelatihan, kriteria yang
digunakan adalah reaction, learning, behavior and result. Bagaimana bentuk instrumen yang
dipergunakan untuk melakukan pengukuran, bagaimana kriteria yang dipergunakan untuk
menyatakan bahwa peserta telah berhasil mencapai kompetensi yang ditetapkan perlu adanya
konsistensi kesesuaian antara tujuan pengajaran dengan learning outcome (kompetensi) yang
diharapkan dengan bentuk performance dan behavioral outcomes yang digunakan untuk
melakukan evaluasi.

Hasil pengolahan dan analisis data yang disajikan selain dipengaruhi oleh kualitas
data juga dipengaruhi oleh penyelenggara program diklat. Selain itu kurang terampilnya
penyelenggara diklat dalam menggunakan komputer sebagai alat pengolah data. Untuk
meningkatkan kemampuan penyelenggara diklat dalam pengolahan dan penyajian data
sebaiknya di lakukan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


115

misalnya pelatihan pemanfaatan komputer, karena komputer menyediakan keefektifan dan


keefisiensian dalam pengelolaan data.

Masalah lain dalam pengolahan data adalah masih menggunakan sistem terpisah.
Sistem yang terpisah tidak memenuhi kebutuhan informasi yang dapat digunakan pada saat
yang bersamaan oleh berbagai macam pengguna informasi dalam suatu organisasi. Solusi
untuk masalah ini adalah dengan menggunakan manajemen basis data, karena manajemen
basis data merupakan software yang akan menentukan bagaimana software yang akan
menentukan bagaimana data di organisasikan, disimpan, diubah, diambil kembali, pengaturan
mekanisme pengamanan data, mekanismen pemakaian data secara bersama, mekanisme
pengelolaan dalam lingkungan sistem informasi.

Dengan adanya manajemen basis data akan memudahkan pengguna dalam melakukan
penelusuran terhadap data-data yang dibutuhkan, menjamin keamanan data, mengulangi
pengulangan data dan mengintegrasikan data dari beberapa file.

Dari informasi kelemahan sistem yang didapat, analisis sistem kemudian


didefinisikan apa saja sebenarnya yang dibutuhkan oleh sistem lama untuk mengatasi
masalahnya. Inilah yang disebut sebagai sistem reqruitment (kebutuhan sistem). Seringkali
kebutuhan ini akan mengubah total keseluruhan proses bisnis pada sistem lama, tetapi
kadang-kadang hanya perubahan penambahan beberapa prosedur baru (Al Fatta, 2007).

Sistem informasi adalah cara terorganisir untuk mengumpulkan, memasukan dan


memproses data dan menyimpannya, mengelola, mengontrol dan melaporkannya sehingga
dapat mendukung perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan. Menurut Kertahardi,
sistem informasi didefinisikan sebagai suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara
sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan
informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian,
pengendalian kegiatan suatu perusahaan dan menyajikian sinergi organisasi pada proses
(Murdick dan Ross, 1993).
6.1.3 Masalah Sumber Daya Manusia

Masalah sumber daya manusia ini dijumpai dalam entitas input dan entitas proses.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan sumber daya manusia dalam
pelaksanaan sistem yang ada masih terbatas karena masih melaksanakan tugas lain, padahal
dalam mengoperasikan sebuah sistem sumber daya manusia sangat dibutuhkan. Tetapi

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


116

keterbatasan ini dapat diantisipasi dengan meningkatkan kualitas pengelola program dalam
pemanfaatan sarana dan teknologi pendukung yang sudah ada.

Peningkatan kualitas dapat dilakukan melalui terutama pelatihan pemanfaatan


komputer, karena komputer menyediakan keefektifan dan keefisiensian dalam pengelolaan
data atau memberikan kesempatan kepada pengelola program untuk melaksanakan tugas
belajar. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Diklat diharapkan menjadi solusi
kekurangan tenaga pengelola data selama ini, karena sistem ini sudah menyediakan
kemudahan-kemudahan dalam melakukan pengolahan dan analisis data.

6.1.4 Masalah Mekanisme Umpan Balik

1. Kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD)

Laporan Kegiatan Analisa Kebutuhan Diklat sebaiknya diseminarkan dengan


mengundang Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dan stakeholder
terkait sehingga informasi dari kegiatan AKD ini sebagai dasar pengambilan keputusan
terutama dalam penyusunan anggaran jenis diklat sesuai kebutuhan.

2. Akreditasi Diklat

Laporan penilaian hasil akreditasi diklat untuk setiap kegiatan diklat disosialisikan
dan di feedback dalam rapat intern penyelenggara diklat sehingga mutu diklat dari masing-
masing komponen dapat memenuhi pedoman standar akreditasi diklat.

3. Evaluasi Penyelenggaraan Diklat

Laporan hasil evaluasi pre post test di umpan balik pada saat penutupan pelatihan
kepada peserta, laporan hasil evaluasi penyelenggaraan seharusnya dilakukan ketika proses
pembelajaran masih berlanjut sehingga segala keluhan dari peserta pelatihan dapat segera di
feedback, untuk evaluasi fasilitator belum semua di feed back kepada fasilitator.

4. Evaluasi Pasca Diklat

Laporan Kegiatan Evaluasi Pasca Diklat seharusnya diseminarkan dengan


mengundang stakeholder terkait sehingga hasil evaluasi ini dapat di feedback apakah diklat
yang diselenggarakan di Bapelkes dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
alumni peserta di temapt kerjanya.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


117

6.2 Pembahasan Prototype Basis Data Sistem Informasi Manajemen Diklat

Basis data Sistem Informasi Manajemen Diklat berguna untuk memberikan gambaran
analisis kebutuhan diklat, penilaian akreditasi terhadap pelatihan, evaluasi hasil
penyelenggaraan diklat serta kegiatan evaluasi pasca diklat. Prototype yang akan
dikembangkan ini terdiri dari input dan output data kegiatan analisis kebutuhan diklat,
penilaian akreditasi terhadap pelatihan, evaluasi hasil penyelenggaraan diklat serta kegiatan
evaluasi pasca diklat. Input data berguna pada proses entry data sebagai data awal dan proses
selanjutnya. Input data akan memudahkan pemasukan data berdasarkan kebutuhan sistem
informasi. Keunggulan lain dari input data ini adalah efisiensi dalam pemasukan data
sehingga pengelola data tidak perlu melakukan entri data tiap kegiatan dilakukan.

Output dan indikator yang dihasilkan dari prototype ini adalah dalam bentuk tabel dan
grafik yang terdiri dari:
A. Analisis Kebutuhan Diklat
1. Data Prioritas kebutuhan diklat hasil AKD/TNA di Dinas kesehatan Kab Kota
B. Akreditasi Diklat
1. Data Penilaian terhadap Komponen Akreditasi Diklat
2. Grafik rata-rata dari masing masing komponen akreditasi diklat
C. Evaluasi Penyelenggaraan Diklat
Laporan penilaian evaluasi penyelenggaraan diklat, evaluasi fasilitator, evaluasi
peserta
D. Evaluasi Pasca Diklat
E. Laporan penilaian pengetahuan, sikap , keterampilan dan dukungan pada evaluasi
pasca diklat.
Bila ditinjau dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan tidak semua
kebutuhan informasi user dapat dipenuhi oleh Sistem Informasi Manajemen Diklat,
berhubung dengan masalah waktu pengembangan. Informasi yang tidak dapat dipenuhi
tersebut adalah informasi tenaga kesehatan yang telah dan yang akan mengikuti diklat se-
Dinas Kesehatan Kabupaten Kota. Bila dimungkinkan pengembangan sistem lebih lanjut,
pihak Bapelkes dapat mengembangkan sistem yang dapat menjawab kebutuhan informasi
tersebut.

Berdasarkan pengamatan pada proses analisa dan desain sistem yang telah dilakukan
dapat dibuat perbandingan antara sistem informasi yang lama dengan sistem informasi yang
akan dikembangkan. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 6.1

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


118

Tabel 6.1
Perbandingan Sistem
Perbandingan Sistem
Pengelolaan Data
Sistem Lama Sistem Baru

Entri Data - Data kegiatan TNA belum - Adanya Prioritas Kebutuhan


dianalisis prioritasnya diklat hasil AKD/TNA
- Blm ada data nilai - Data penilaian akreditasi lebih
akreditasi cepat dan menggunakan
- Program aplikasi yang grafik
digunakan Acces - Program aplikasi acees dan
- Menggunakan Sistem Flat Delphi
- Menggunakan Manajemen
Basis Data
Pengolahan Data - Menggunakan cara - Menggunakan cara otomatis
manual terutama dalam - Proses perhitungan
proses perhitungan menggunakan jumlah rumus
- Proses perhitungan hanya - Proses cepat
menggunakan jumlah total
- Proses lambat
Pelaporan - Laporan hasil kegiatan - Laporan bulanan dan tahunan
dan laporan tahunan di dapat langsung di cetak
buat secara terpisah
Penyajian Data - Bentuk Tabel - Bentuk Tabel dan Grafik

Selain perbandingan sistem yang lama dengan sistem yang baru diuraikan juga
kelebihan dan kekurangan dari Sistem Informasi Manajemen Diklat. Kelebihan dan
kekurangan ini dapat digunakan sebagai acuan ke tahap pengembangan yang lebih sempurna.
Kelebihan dan kekurangan sistem dapat dilihat pada tabel 6.2
Tabel 6.2
Analisis Kelebihan dan Kekurangan Sistem
Kelebihan Sistem Kekurangan Sistem

1. Memudahkan pengelola data dalam 1. Masih belum sempurna karena


proses pengolahan/analisis data, karena pengembangan sistem yang dilakukan
prosesnya dilakukan secara otomatis adalah yang pertama kali.
2. Informasi yang disajikan lebih cepat 2. Hasil informasi yang disajikan dari
dan akurat sistem ini sangat tergantung dari data
3. Informasi yang disajikan lebih relevan yang dikumpulkan
bagi pengguna yang akan
membutuhkan karena sudah dianalisa
4. Informasi akurat (up to date)
5. Terhindar dari masalah redudansi data,
duplikasi data, data tidak diterima, data
Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


119

tidak lengkap dan data hilang karena


memakai basis data.
6. Tampilan lebih menarik karena
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
7. Menjadi model pengembangan sistem
di Bapelkes

6.3 Pembahasan Indikator

Selama ini pihak pengelola diklat Bapelkes belum dapat secara optimal menyajikan
indikator yang berkaitan dengan pelaksanaan program diklat, hal ini berkaitan dengan tidak
dianalisisnya data secara sempurna. Dengan adanya basis data program diklat ini, maka
indikator yang dibutuhkan dapat dengan cepat dilihat dari aplikasi basis data yang
dikembangkan seperti prioritas kebutuhan diklat berdasarkan kebutuhan diklat pada kegiatan
analisis kebutuhan diklat, nilai variabel dari komponen kurikulum, komponen peserta,
komponen fasilitator, komponen penyelenggara dan komponen tempat penyelenggara, status
akreditasi diklat pada kegiatan akreditasi diklat, nilai kenaikan post test terhadap pre test,
nilai evaluasi fasilitator, nilai evaluasi penyelenggaraa pada kegiatan penyelenggaraan diklat
di Bapelkes serta retensi nilai pengetahuan, persentase nilai sikap peserta dan persentase
penerapan hasil pelatihan alumni peserta diklat di tempat kerja alumni diklat.

Dengan adanya indikator tersebut diharapkan penyelenggara diklat melaksanakan


kegiatan sesuai kebutuhan diklat di dinas kesehatan kabupaten kota, dapat meningkatkan
mutu program diklat diantaranya mutu kurikulum, mutu peserta, mutu fasilitator, mutu
penyelenggara diklat, mutu tempat penyelenggara diklat yang dilaksanakan, dan dengan
adanya evaluasi pada setiap pelaksanaan diklat dapat meningkatkan kualitas fasilitator dan
penyelenggara diklat, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
alumni diklat dalam melaksanakan tugas pokoknya di institusi kerjanya.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


120

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari proses pengembangan sistem yang dilakukan dalam penelitian ini, maka
kesimpulan yang dapat diambil:

1. Metode pengembangan sistem yang digunakan pada perancangan sistem informasi


adalah SDLC. Metode pengembangan sistem tersebut dipilih karena target dan
batasan perancangan sistem informasi cukup jelas, pengguna dapat terlibat secara
intensif dalam perancangan sistem informasi sehingga sistem informasi yang
dihasilkan diharapkan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
2. Tahap analisa kebutuhan pengguna merupakan tahap terpenting dalam pengembangan
sistem informasi, karena penyaringan kebutuhan pengguna dilakukan pada tahap ini.
Bila penyaringan kebutuhan pengguna tidak dilakukan dengan benar, tahap
selanjutnya bisa memberikan hasil yang menyimpang dari kebutuhan pengguna. Pada
penelitian ini penyaringan kebutuhan pengguna dilakukan dengan wawancara,
kuesioner, pengamatan langsung dan telaah dokumen.
3. Sistem Informasi Manajemen Diklat merupakan Sistem Informasi kegiatan diklat di
Bapelkes untuk mengetahui kegiatan hasil Analisis Kebutuhan Diklat, menghasilkan
penilaian terhadap mutu komponen diklat, menghasilkan evaluasi terhadap peserta
diklat, fasilitator, penyelenggaraan diklat, serta untuk mengetahui kegiatan hasil
Evaluasi Pasca Diklat.
4. Laporan hasil dari kegiatan AKD/TNA, kegiatan Akreditasi Diklat, Kegiatan evaluasi
penyelenggaraan diklat dan kegiatan evaluasi pasca diklat setiap kegiatannya kurang
lengkap dan tidak tepat waktu disamping kesibukan dalam melaksanakan tugas pokok
lain, pelaksanaan input data serta output data masih bersifat manual dan output
dihasilkan belum optimal karena belum dianalisis indikatornya.
5. Di dalam pengolahan dan penyajian data masih menggunakan cara manual dan
penyajiannya hanya dalam bentuk tabel, kualitas data diragukan, belum menggunakan
basis data sehingga bila diperlukan informasi tahun sebelumnya tidak dapat disajikan
dengan cepat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


121

6. Sumber daya manusia yang menangani data perlu tambah dan dilatih, sarana dan
prasarana perlu pendukung sudah memadai, pemanfaatan komputer perlu ditingkatkan
lagi
7. Mekanisme umpan balik belum dilaksanakan secara optimal
8. Terdapat lima menu yang dihasilkan prototype Sistem Informasi Manajemen Diklat
yaitu menu Analisis Kebutuhan Diklat, menu Akreditasi Diklat, menu Evaluasi
Penyelenggaraan Diklat, Menu Evaluasi Pasca Diklat. Bahasa pemograman yang
dipakai dalam prototype ini adalah Microsoft Acces dan delphi. Spesifikasi minimum
perangkat kerasnya adalah Processor Pentium IV 3.00 GHz, kapasitas RAM 512 MB,
Microsoft Windows 98, Windows 2000 atau Windows XP, kapasitas Hardisk hard
disk 40 GB, monitor VGA 15 inch atau lebih.
9. Hasil Prototype Sistem Informasi Manajemen Diklat ini dapat mempermudah
pengelola diklat dan pengambil kebijakan dalam melihat prioritas masalah
berdasarkan indikator yang dihasilkan dari kegiatan AKD/TNA, Akreditasi Diklat,
evaluasi penyelenggaraan diklat, evaluasi pasca diklat sehingga dapat menentukan
langkah perencanaan dan evaluasi Program Diklat, disamping itu dapat menghasilkan
dokumentasi program diklat secara cepat. Dokumentasi ini berbentuk tabel dan grafik.
10. Prototype menghasilkan indikator program diklat secara cepat karena proses analisis
sudah dilakukan secara otomatis

7.2 Saran

1. Partisipasi pengguna dan manajemen sangat penting dalam desain sistem dan
pengembangan sistem informasi ke depan, karena penyebab utama kegagalan proses
pengembangan sistem informasi bukan hanya terkait dengan masalah teknis dari
sistem informasi tetapi juga masalah non teknis

2. Melakukan sosialisasi keberadaan Sistem Informasi Diklat di Bapelkes Dinas


Kesehatan Provinsi Jawa Barat

3. Sebelum dilakukan implementasi sistem dilakukan terlebih dahulu pelatihan bagi


pengguna sistem sesuai ketentuan yang diharapkan agar pemanfaatan Sistem
Informasi Manajemen Diklat dapat optimal

4. Untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan program kegiatan diklat perlu


pengembangan sistem lebih lanjut dalam komunikasi datanya dengan pemasangan
jaringan atau LAN (Local Area Network)

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


122

DAFTAR PUSTAKA

1. Al Fatta, Hanif (2007). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
2. Balai Pelatihan Kesehatan, (2008). Profil Bapelkes Dinkes Prov Jabar Tahun 2010
3. Balai Pelatihan Kesehatan, (2008). Rencana Strategis BPTKM Dinkes Prov Jabar
Tahun 2008 – 2013
4. Budi, Ronald (2010). Programming with Microsoft Visual Basic, Skripta Media
Creative, Yogyakarta.
5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, (2008). Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Tahun 2008 – 2013
6. Handoko, T hani, (2003). Manajemen. Penerbit Andi
7. Ibisa, (2011). Keamanan Sistem Informasi. Penerbit Andi. Yogyakarta
8. Jogiyanto, (2005). Analisis dan Desain Sistem Informasi. Penerbit Andi, Yogyakarta.
9. Kementerian Kesehatan RI, (2011). Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Pelayanan di
Bidang Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur, Jakarta
10. Kementerian Kesehatan RI, (2011). Rencana Peningkatan Pendidikan dan Diklat
Aparatur Kesehatan tahun 2011-2025, Badan PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Aparatur,
Jakarta
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Diklat di Bidang Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Badan
PPSDM Kesehatan, Pusdiklat Kesehatan, Jakarta
12. Ladjamudin, Al-Bahra. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Penerbit Graha Ilmu.
Yogyakarta.
13. Lembaga Administrasi Negara RI, (2002). Diklat sebagai suatu sistem, Bahan ajar
diklat kewidyaiswaraan berjenjang tingkat pertama, LAN RI, Jakarta.
14. Lembaga Administrasi Negara RI, (2003). Modul Diklat analisis kebutuhan diklat,
LAN RI, Jakarta
15. Lembaga Administrasi Negara RI, (2007). Jurnal evaluasi program diklat: analisis
konseptual dan praktis dalam kediklatan aparatur, LAN RI, Jakarta
16. Lembaga Administrasi Negara RI, (2008), Modul diklat manajemen diklat, LAN RI
2003.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


123

17. Lembaga Administrasi Negara RI, (2008). Profil Program Pendidikan dan Diklat
Aparatur Bidang Teknis Manajemen, Fungsional dan Kebijakan Pembangunan, LAN
RI, Jakarta.
18. Masnapita, (2011), Sistem Pengembangan Basis Data Manajemen Diklat Tenaga
Pelatih Jabatan Fungsional Kesehatan Di Pusdiklat Aparatur PPSDM Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, Depok. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat
19. Mc Leod, Raymond et.al. Management Information Sistem. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta. (Terjemahan)
20. Munir, Baderel, (2004), Pengkajian Kebutuhan Diklat. Bapelkes Cilandak, Jakarta
21. Notoatmojo, S, (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta
22. Notoatmojo, S, (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
23. Notoatmojo, S, (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta
24. Pressman, Roger S, (2002). Rekayasa Perangkat Lunak. Penerbit Andi, Yogyakarta
25. Siagian, P. Sondang, (2011). Sistem Informasi Manajemen. Penerbit Bumi Aksara.
Jakarta
26. Siagian, P.Sondang, (2004). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Penerbit PT Rineka
Cipta, Jakarta.
27. Strategi peningkatan kompetensi sumber daya manusia aparatur melalui pendidikan
dan diklat http://makassar.lan.go.id/dokumen/1.Peningkt%20Komp.%20SDMA.pdf (tgl 14
Maret 2013)
28. Tantra, Rudy (2012). Manajemen Proyek Sistem Informasi. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
29. Wanda, Roostiati (2007). Pengembangan sistem Informasi pemanfaatan fasilitas
diklat di pusdiklat SDM kesehatan. Depok. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat
30. Widjaya, Iwan K (2013). Manajemen Proyek Teknologi Informasi. Penerbit Graha
Ilmu. Yogyakarta
31. Zakiyudin, Ais (2012). Sistem Informasi Manajemen. Penerbit Mitra Wacana Media.
Jakarta

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


124

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN KEPALA SESKI


PENYELENGGARA BAPELKES DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT
(INFORMAN 1)

Petunjuk umum wawancara :

1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai


2. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan mulai dari nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, jabatan
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara
4. Wawancara dilakukan oleh peneliti
5. Dalam diskusi informan bebas mengeluarkan pendapat
6. Dijelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman sangat berharga
7. Dalam wawancara tidak ada jawaban yang benar atau salah serta dijaga kerahasiaannya

Pelaksanaan :
A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jabatan :
No Kontak :
B. Keterangan Wawancara
Hari / Tanggal :
Lamanya :
C. Pelaksanaan Wawancara
1. Apa yang ibu/bapak ketahui tentang Sistem informasi Manajemen Diklat yang sedang
berjalan?
2. Menurut Ibu/Bapak apa saja yang menjadi masalah dalam Sistem informasi
Manajemen Diklat selama ini?
3. Adakah Indikator yang digunakan ibu untuk menilai keberhasilan program
penyelenggara Diklat?
4. Apabila akan dikembangkan sistem yang baru kebutuhan informasi yang bagaimana
yang diperlukan?
5. Menurut Bapak/ibu bagaimana kualitas dan kuantitas sumber daya yang menunjang
sistem selama ini baik dari tenaga pengelola maupun perangkat pendukungnya?

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


125

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN WIDYAISWARA BAPELKES


DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT (INFORMAN 2)

Petunjuk umum wawancara :

1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai


2. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan mulai dari nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, jabatan
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara
4. Wawancara dilakukan oleh peneliti
5. Dalam diskusi informan bebas mengeluarkan pendapat
6. Dijelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman sangat berharga
7. Dalam wawancara tidak ada jawaban yang benar atau salah serta dijaga kerahasiaannya

Pelaksanaan :
A. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jabatan :
No Kontak :
B. Keterangan Wawancara
Hari / Tanggal :
Lamanya :
C. Pelaksanaan Wawancara
1. Apa yang ibu/bapak ketahui tentang Sistem informasi Manajemen Diklat yang
sedang berjalan?
2. Menurut Ibu/Bapak apa saja yang menjadi masalah dalam Sistem informasi
Manajemen Diklat selama ini?
3. Adakah Indikator yang digunakan ibu untuk menilai keberhasilan program
peyelenggaraan diklat?
4. Apabila akan dikembangkan sistem yang baru kebutuhan informasi yang
bagaimana yang diperlukan?
5. Menurut Bapak/ibu bagaimana kualitas dan kuantitas sumber daya yang
menunjang sistem selama ini baik dari tenaga pengelola maupun perangkat
pendukungnya?
6. Bila dilihat dari manajemen organisasi adakah dukungan pihak manajemen atau
kebijakan khusus untuk mengembangkan sistem?

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


126

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN STAF SIE PERENCANAAN


DAN EVALUASI BAPELKES DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT
(INFORMAN 3)

Petunjuk umum wawancara :

1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai


2. Lakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan mulai dari nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, jabatan
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara
4. Wawancara dilakukan oleh peneliti
5. Dalam diskusi informan bebas mengeluarkan pendapat
6. Dijelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman sangat berharga
7. Dalam wawancara tidak ada jawaban yang benar atau salah serta dijaga kerahasiaannya

Pelaksanaan :
a. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jabatan :
No Kontak :
b. Keterangan Wawancara
Hari / Tanggal :
Lamanya :
c. Pelaksanaan Wawancara
1. Kegiatan apa saja yang dilakukan bagian evaluasi dan pelaporan?
2. Bagaimana alur pencatatan dan pelaporan?
3. Apakah ada diklat tentang cara pencatatan dan pelaporan?
4. Bagaimana pemanfaatan data dan informasi selama ini?
5. Bagaimana metode pengumpulan data?
6. Darimana saja sumber data dan informasi yg dibutuhkan?
7. Bagaimana cara pengolahan dan analisis datanya, apakah ada alat bantu?
8. Apakah tersedia basis data maupun software dalam pengelolaan data diklat?
9. Apa tindakan yg dilakukan bila data yang dilaporkan tidak lengkap?
10. Bagaimana melakukan validasi data yg dilaporkan?
11. Siapa saja yang memanfaatkan data dan informasi diklat selama ini?
12. Faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pendukung dan penghambat dlm
pengembangan sistem ini?
13. Menurut anda apakah kelebihan dan kekurangan sistem yang ada sekarang?

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


127

Matriks Hasil Pengumpulan Data Sistem Informasi Manajemen Diklat di Bapelkes Dinkes
Provinsi Jawa Barat

Hasil wawancara mendalam dengan Kepala Seksi Penyelenggaraan Dinkes Provinsi Jawa
Barat

No Uraian Hasil Pengumpulan Data


1 Tujuan yang diharapkan dari Diketahuinya gambaran penyelenggaraan
sistem kegiatan diklat meliputi kegiatan analisis
kebutuhan diklat (TNA), penilaian akreditasi,
evaluasi pasca diklat, pemanfaatan sarana
prasarana diklat, pengelolaan data peserta yang
sudah mengikuti diklat di Bapelkes

2 Lingkup Sistem
 Sumber Data Data berasal dari kegiatan diklat yang ada di
 Pengguna Informasi Bapelkes
Informasi dapat di sebarkan ke
stakeholdeKepala dinas prov, ka dinkes kab
kota.

3 Organisasi Sistem Pergub Peraturan Gubernur Jawa barat Nomor


 Struktur Organisasi 113 tahun 2009
Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Bapelkes
4 Gambaran sistem yang ada Sistem yang ada sekarang hanya menghasilkan
sekarang laporan-laporan Program saja baik dalam
bentuk tabel tetapi analisis tidak begitu
optimal. Sehingga tidak memberikan gambaran
keadaan penyelenggaraan diklat
5 Dana khusus untuk pengembangan Tidak ada dana khusus namun bila diperlukan
sistem akan dilaksanakan pengembangan sistem lebih
lanjut
6 Informasi saat ini:  Informasi yang dilakukan sudah cukup baik
 Informasi yang telah dilakukan namun belum lengkap seperti basis data
saat ini  Informasi dilaporkan pada laporan
 Tampilan Informasi akuntabilitas dan kinerja (LAKIP) dan
Kualitas Informasi laporan tahunan
Kualitas informasi sudah cukup baik namun
belum lengkap dan dibutuhkan informasi
secara online yang mudah diakses
7 Kuantitas dan kualitas SDM Bila dilihat dari segi kuantitas dan kualitas
masih kurang

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


128

Matriks Hasil Pengumpulan Data Sistem Informasi Manajemen Diklat di Bapelkes Dinkes
Provinsi Jawa Barat
Hasil Wawancara dengan widyaiswara

No Uraian Hasil Pengumpulan Data


1 Tujuan Sistem Dapat menggambarkan kegiatan analisis
kebutuhan diklat dan evaluasi pasca diklat

2 Lingkup Sistem
 Sumber Data Dari kegiatan AKD dan EPP
 Pengguna Informasi Kepala Bapelkes, Kepala Dinkes Prov, Ka
dinkes Kab Kota
4 Komunikasi Sub Sistem

 Sumber Data Responden Dinkes Kab Kota

 Instrumen pengumpul Data Kuesioner

 Ketepatan pengiriman data Kurang tepat waktu

 Kelengkapan data Masih ada data kuesioner TNA dan AKD yang
belum terisi
PROSES:
Pengumpulan data yang dilakukan
saat ini:
 Data yang dikumpulkan dari mana Data berasal dari petugas yang melakukan
 wawancara terhadap responden dinkes kab kota

 Cara Pengumpulan gimana Langsung dikumpulkan setelah wawancara di


dinkes kab kota

 Pengiriman Data ke … Data di bawa ke Bapelkes oleh petugas yang


melakukan wawancara
Pengolahan Data yang dilakukan saat
ini:
 Penyimpanan data Data di simpan dalam komputer (excel) secara
manual
 Cara pengolahan Data Pengolahan data belum optimal

 Perangkat Lunak pengolah data yg Belum ada perangkat lunak pengolah data
digunakan

 Tenaga pengolah data Belum ada pengolah data khusus, pengolah data
dilakukan oleh widyaiswara
Analisa Data  Laporan belum pernah di analisa
 Analisa data yg dilakukan saat ini  Analisa untuk kegiatan dilaporkan dalam
bentuk laporan tahunan dalam bentuk table
 Bentuk analisa yang ditampilkan  Belum dianalisis

Umpan balik  Umpan balik laporan tidak dilakukan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


129

OUTPUT
Informasi saat ini:  Informasi yang dilakukan sudah cukup baik
 Informasi yang telah dilakukan namun belum lengkap seperti basis data
saat ini  Informasi dilaporkan pada laporan
 Tampilan Informasi akuntabilitas dan kinerja (LAKIP) dan laporan
 Kualitas Informasi tahunan
 Kualitas informasi sudah cukup baik namun
belum lengkap dan dibutuhkan informasi
secara online yang mudah diakses
Pengguna Informasi  Pengguna informasi yaitu: Kepala Bapelkes,
Kepada siapa saja informasi diberikan Kepala Dinkes Prov Jabar, Kepala Dinkes Kab
Kota, para stakeholder terkait.
Indikator yang dihasilkan  Belum ada indikator dari hasil kegiatan TNA
Jenis2 indikator yang dihasilkan dan EPP
Pemanfaatan informasi  Informasi sangat berguna bagi pengambilan
Apakah informasi yang dihasilkan keputusan
dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan
6 Manajemen  Hasil akd dan epp dapat dimanfaatkan oleh
Advokasi dan sosialisasi para pengmabil kebijakan dilakukan advokasi
Apa dan bgmn advokasi dan dan sosialisasi. Kegiatan tersebut dilakukan
sosialisasi yang telah dilakukan terkait melalui seminar di bapelkes dengan
dengan hasil tna, epp mengundang stakeholder terkait
Peningkatan SDM  SDM masih kekurangan terutama dalam hal
system informasi

7 Peluang Pengembangan Sistem  Peluang pengembangan system sangat besar,


Kemungkinan pengembangan system karena ada dukungan dari pihak manajemen,
5 M (man, money, material, method, SDM, sarana prasarana yang ada serta metode
machine) yang sudah memadai.

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


130

Matriks Hasil Pengumpulan Data Sistem Informasi Manajemen Diklat di Bapelkes Dinkes
Provinsi Jawa Barat
Hasil Wawancara dengan Staf Perencanaan dan Evaluasi

No Uraian Hasil Pengumpulan Data


1 Pelaksanaan SOP Selama ini SOP untuk pengumpulan dan
pengolahan data tidak ada, yang ada hanya SOP
untuk perencanaan dan evaluasi saja walaupun
sebenarnya SOP untuk pengolahan dan
pengumpulan data itu perlu
2  Mekanisme sistem informasi Data dari kegiatan AKD dan EPP masuk ke
penyelenggaraan diklat bagian widyaiswara kemudian di rekapitulasi.
Hasil rekap di berikan ke Seksi perencanaan dan
evaluasi untuk selanjutnya dilaporkan ke Kepala
Bapelkes. Untuk evaluasi penyelenggaraan diklat
di rekap oleh bagian perencanaan dan evaluasi
kemudian di rekap sebagai laporan
penyelenggaraan diklat

3 Fasilitas pengolahan data Sebenarnya sudah ada komputer untuk


dibandingkan dengan beban kerja membantu mengolah data tapi pengelola belum
mahir menggunakan komputer sehingga beban
kerja untuk mengolah data sepertinya berat
disamping mereka harus memberikan pelayanan
kepada pelaksanaan diklat. Jadi sebaiknya ada
tenaga khusus untuk mengolah data dan mahir
menggunakan komputer

4  Sumber Data Sumber data berasal dari peserta, fasilitator

 Instrumen pengumpul Data Format evaluasir

 Ketepatan pengiriman data Karena kesibukan dgn tugas lain sehingga data
tidak tepat waktu
 Kelengkapan data Belum semua dapat di evaluasi karena data tidak
lengkap
5 PROSES:
Pengumpulan data yang dilakukan
saat ini:
 Data yang dikumpulkan dari mana Data berasal dari panitia yang ditunjuk untuk
membantu penyelenggaraan diklat

 Cara Pengumpulan gimana Format evalusi dikumpulkan setelah diisi oleh


peserta

 Pengiriman Data ke … Data di bawa ke bagian perencanaan dan


evaluasi
6 Pengolahan Data yang dilakukan saat
ini:
 Penyimpanan data Data di simpan dalam komputer (excel) secara

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


131

manual
 Cara pengolahan Data Pengolahan data masih manual

 Perangkat Lunak pengolah data yg Belum ada perangkat lunak pengolah data
digunakan

 Tenaga pengolah data Belum ada pengolah data khusus, pengolah data
dilakukan oleh staf perencanaan dan evaluasi
7 Analisa Data  Laporan belum pernah di analisa
 Analisa data yg dilakukan saat ini  Analisa untuk kegiatan dilaporkan dalam
bentuk laporan kegatan diklat dalam bentuk
table
 Bentuk analisa yang ditampilkan  Belum dianalisis

8 Umpan balik  Umpan balik laporan sebagian dilakukan


OUTPUT
9 Informasi saat ini:  Informasi yang dilakukan sudah cukup baik
 Informasi yang telah dilakukan namun belum lengkap seperti basis data
saat ini  Informasi dilaporkan pada laporan evaluasi
 Tampilan Informasi  Kualitas informasi sudah cukup baik namun
 Kualitas Informasi belum lengkap dan dibutuhkan informasi
secara online yang mudah diakses
10 Pengguna Informasi  Pengguna informasi yaitu: peserta, fasilitator
Kepada siapa saja informasi diberikan Kepala Bapelkes
11 Indikator yang dihasilkan  Skor nilai evaluasi peserta, fasilitator dan
Jenis2 indikator yang dihasilkan penyelenggaraan diklat
12 Pemanfaatan informasi  Informasi sangat berguna bagi pengambilan
Apakah informasi yang dihasilkan keputusan
dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan
13 Peningkatan SDM  SDM masih kekurangan terutama dalam hal
sistem informasi

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


132

Lampiran 1 : Susunan kamus data

1. Kamus Data Analisis Kegiatan Diklat (AKD)

Nama Tabel : Data Diklat Hasil TNA

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

2 Jenis_diklat varchar(15) Jenis Diklat

3 Nm_diklat char(20) Nama Diklat

4 Nm_dinas_kab_kot char(30) Nama Dinkes Kab Kota

5 Nm_bid_prog Char(30) Nama Bidang kab Kota

6 Kompetensi_diklat Char(30) Kompetensi Diklat

Nama Tabel : Data Diklat Anggaran APBD (sesuai kalender diklat)

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

2 Jenis_diklat varchar(15) Jenis Diklat

3 Thn_anggaran num(4) Tahun Anggaran

3 Nm_diklat char(30) Nama Diklat

4 Jml_jpl num(4) Jumlah jam Pelajaran

5 Jml_pst num(4) Jumlah Peserta

2. Kamus data Akreditasi Diklat

Nama Tabel : Komponen Kurikulum (Variabel Kompetensi)

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

2 Jenis_diklat varchar(15) Jenis Diklat

3 Nm_diklat char(20) Nama Diklat

4 kd_kompetensi char(6) Kode Kompetensi

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


133

5 Nm_Kompetensi Char(30) Nama Kompetensi

Nama Tabel : Komponen Kurikulum (Variabel Tujuan)

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

2 Jenis_diklat varchar(15) Jenis Diklat

3 Nm_diklat char(20) Nama Diklat

4 kd_tujuan char(6) Kode Tujuan Diklat

5 Tuj_Umum Char(30) Tujuan Umum diklat

6 Tuj_khusus Char(30) Tujuan Khusus Diklat

Nama Tabel : Komponen Kurikulum (Struktur Program)

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

2 Jenis_diklat varchar(15) Jenis Diklat

3 Nm_diklat char(20) Nama Diklat

4 kd_struktur_prog varchar (6) Kode Struktur Program

5 Jns_materi varchar(15) Jenis Materi Diklat

6 Nm_materi char(20) Nama Materi Diklat

7 Jjp_teori Num(4) Jumlah Jam Pelajaran Teori

8 Jjp_praktek Num(4) Jumlah jam Pelajaran


Praktek

9 Jjp_lap Num(4) Jumlah Jam Pelajaran di


Lapangan

Nama Tabel : Komponen Kurikulum (Variabel GBPP)

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


134

2 Jenis_diklat varchar(15) Jenis Diklat

3 Nm_diklat char(20) Nama Diklat

4 kd_gbpp varchar (6) Kode GBPP

5 nm_materi varchar (30) Nama materi

6 wkt_jpl num(4) Waktu Jam Pelajaran

7 Tuj_pemb_um varchar(30) Tujuan Pembelajaran Umum

8 Tuj_pemb_khus varchar(30) Tujuan pembelajaran Khusus

9 Pokok_bhsn varchar(20) Pokok bahasan

10 Metode_pemb varchar(20) Metode Pembelajaran

11 Media_alat_bantu varchar(20) Media Alat Bantu

12 Referensi varchar(20) Referensi

Nama Tabel : Komponen Kurikulum (Variabel Rencana evaluasi)

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

2 Jenis_diklat varchar(15) Jenis Diklat

3 Nm_diklat char(20) Nama Diklat

4 kd_evaluasi varchar (6) Kode Evaluasi Diklat

5 Ev_pst varchar (2) Evaluasi Peserta Diklat

6 Ev_fasilitator varchar (2) Evaluasi Fasilitator Diklat

7 Ev_penyelenggara varchar (2) Evaluasi penyelenggara

Nama Tabel : Komponen Kurikulum (Variabel jadwal pelatihan)

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


135

1 Kd_ diklat varchar(6) Kode Diklat

2 tgl_awal date(dd/mm/yyyy) Tgl awal di mulainya Diklat

3 tgl_akhir date(dd/mm/yyyy) Tgl akhir berakhirnya Diklat

4 Hari varchar(10) Hari Pelaksanaan Diklat

5 Tgl date(dd/mm/yyyy) Tanggal Pelaksanaan Diklat

6 jam_mulai num(4) Jam dimulainya Diklat

7 Jam_akhir num(4) Jam Berakhirnya Diklat

8 Jjp_teori num(4) Jumlah jam pelajaran teori

9 Jjp_praktek num(4) Jumlah jam pelajaran praktek

10 Jjp num(4) Jml jam pelajaran per materi

11 Nm_fasilitator varchar(20) Nama Fasilitator

Nama Tabel : Komponen Peserta (Variabel Kriteria Peserta)

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 NIP_ NRPTT Num(20) No NIP/ NRPTT

2 nm_pst Varchar(20) Nama Peserta Diklat

3 Tmp_lhr_pst Varchar(15) Tempat Lahir Peserta

4 tgl_lhr_pst Date(dd/mm/yyyy) Tanggal Lahir Peserta

5 Pend_pst Date(dd/mm/yyyy) Pendidikan Peserta

6 gol_pst Varchar(10) Golongan Peserta

7 Pangkat Varchar(20) Pangkat Peserta

8 Alamat_instansi Varchar(30) Alamat Instansi

9 No_telp Varchar(10) No Telepon Peserta

Nama Tabel : Komponen Peserta (Variabel jumlah peserta)

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


136

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

2 Jenis_diklat varchar(15) Jenis Diklat

3 Nm_diklat varchar(20) Nama Diklat

4 jml_pst Num(4) Jumlah Peserta Diklat

Nama Tabel : Komponen Pelatih

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

2 Jenis_diklat varchar(15) Jenis Diklat

3 Nm_diklat varchar(20) Nama Diklat

4 nm_fasilitator varchar(20) Nama Fasilitator

5 Nm_materi varchar(25) Nama Materi

6 Pend_fasilitator Varchar(10) Pendidikan Fasilitator

7 Pel_pernah_diikuti varchar(25) Pelatihan Pernah diikuti

8 Pengalaman_kerja varchar(25) Pengalaman bekerja

9 Pangkat varchar(10) Pangkat Fasilitator

10 Golongan varchar(10) Golongan Fasilitator

11 Nm_instansi varchar(25) Nama Instansi

12 No_telp varchar(10) No Telepon Fasilitator

Nama Tabel : Komponen Penyelenggara (Variabel panitia)

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

2 nm_diklat varchar(15) Jenis Diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


137

3 Nip_panitia varchar(20) Nip Panitia Diklat

4 nm_panitia Varchar(20) Nama Panitia Diklat

5 Gol_panitia Varchar(10) Golongan panitia

6 Pangkat_panitia Varchar(10) Pangkat Panitia

7 Pel_pernah_diikuti Varchar(30) Pelatihan Pernah Diikuti

8 Status_kepanitiaan Varchar(10) Status Kepanitian

Nama Tabel : Komponen Penyelenggara (Variabel MOT)

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

2 nm_diklat varchar(15) Jenis Diklat

3 Nip_MOT varchar(12) Nip MOT Diklat

4 nm_MOT Varchar(20) Nama MOT Diklat

5 Gol_MOT Varchar(10) Golongan MOT

6 Pangkat_MOT Varchar(10) Pangkat MOT

7 Pel_pernah_diikuti Varchar(30) Pelatihan Pernah Diikuti

Nama Tabel : Komponen Tempat Penyelenggara

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat varchar (6) Kode Diklat

2 nm_diklat varchar(20) Jenis Diklat

3 tempat_Penyelenggara varchar(20) Tempat Penyelenggara


Diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


138

3. Kamus Data Sertifikasi

Nama Tabel : Sertifikasi

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat Varchar(6) Kode Diklat

2 no_sertifikat num(10) No Sertifikat

3 Nip_pst varchar(15) Nip Peserta Diklat

4 temp_lhr_pst date(dd/mm/yyy) Tempat Lahir Peserta

5 Tgl_lhr_pst Date(dd/mm/yyyy) Tanggal Lahir Peserta

6 Pangkat_pst Varchar(12) Pangkat Peserta

7 Gol_pst Varchar(10) Golongan Peserta

8 nm_diklat Varchar(20) Nama Diklat

9 Tgl_awal Date(dd/mm/yyyy) Tanggal Awal diklat

10 Tgl_akhir Date(dd/mm/yyyy) Tanggal Akhir diklat

11 Nam_materi Varchar(30) Nama Materi Diklat

4. Kamus Data Evaluasi penyelenggaraan Diklat

Nama Tabel : Evaluasi Fasilitator

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat Varchar(6) Kode Diklat

2 nip_fasilitator Varchar(12) NIP Fasilitator

3 Nm_fasilitator Varchar(12) Nama Fasilitator Diklat

4 Jjp Num(4) Jumlah jam pelajaran

5 Hari Varchar(10) Hari dimana saat mengajar

6 Tgl Date(dd/mm/yyyy) Tgl Fasilitator Mengajar

7 Nilai_cs Num(4) Nilai Cipta Suasana

8 Nilai_pm Num(4) Nilai Penguasaan Materi

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


139

9 Nilai_sp Num(4) Nilai sistematika penyajian

10 Nilai_mp Num(4) Nilai penguasaan materi

11 Nilai_pmb Num(4) Nilai pemberian motivasi


belajar

12 Nilai_pptp Num(4) Nilai pengukuran tujuan


pembelajaran

13 Nilai_pba Num(4) Nilai Penggunaan Alat


bantu

14 Nilai_kw Num(4) Nilai ketepatan waktu

15 Nilai_cmp Num(4) Nilai cara menjawab


pertanyaan

16 Nilai_pe Num(4) Nilai penguasaan emosi

17 Nilai_hep Num(4) Nilai hubungan emosional


dengan peserta

18 Nilai_pbi Num(4) Nilai penggunaan bahasa


Indonesia

19 Nilai_ip Num(4) Nilai intonasi pembicaraan

20 Nilai_kkb Num(4) Nilai kerapihan dan


keserasian berpakaian

21 Nilai_gm Num(4) Nilai gaya mengajar

22 R_kom Num(4) Rata-rata nilai aspek


kompetensi

23 Skor_kom Num(4) Skor aspek kompetensi

24 R_sp Rata-rata nilai sikap dan

Num(4) perilaku

25 Skor_sp Num(4) Skor aspek sikap dan


perilaku

26 Tot_aspek Num(4) Total Jumlah Aspek

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


140

27 Kriteria Varchar(20) kriteria penilaian fasilitator


berdasarkan nilai yang
didapat

Nama Tabel : Evaluasi Peserta

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat Varchar(6) Kode Diklat

2 Nip_pst Varchar(12) NIP Peserta

3 Nm_peserta Varchar(12) Nama Peserta Diklat

4 penddk_pst Varchar(12) Pendidikan Terakhir


Peserta

5 Pre_test Num(4) Nilai peserta pada saat test


sebelum pelaksanaan
pelatihan

6 Post_test Num(4) Nilai peserta pada saat test


sesudah pelaksanaan
pelatihan

Nama Tabel : Evaluasi Penyelenggara

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat Varchar(6) Kode Diklat

2 nm_diklat Varchar(30) Jenis Diklat

3 Jenis_diklat varchar(15) Jenis Diklat

4 Nilai_kk Num(4) Nilai kebersihan kamar

5 Nilai_kkm Num(4) Nilai Kebersihan Kamar Mandi

6 Nilai_ka Num(4) Nilai Kebersihan Asrama

7 Nilai_ppk Num(4) Nilai Pelayanan Petugas kamar

8 R_asr Num(4) Rata-rata nilai Asrama

9 Skor_asr Num(4) Skor asrama

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


141

10 Nilai_Mkmn Num(4) Nilai Makanan Minuman

11 Nilai_vmm Num(4) Nilai Variasi makmin

12 Nilai_kpmm Num(4) Nilai Kebersihan Makmin

13 Nilai_ppmm Num(4) Nilai Petugas pelayanan Makmin

14 Nilai_krm Num(4) Nilai keberihan Ruang Makan

15 R_mm Num(4) Rata-rata nilai Makmin

16 Skor_mm Num(4) Skor Makmin

17 Nilai_kLkl Num(4) Nilai kualitas komputer/LCD

18 Nilai_kss Num(4) Nilai kualitas Soundsystem

19 Nilai_kw Num(4) Nilai Kualitas Wireless

20 Nilai_kkk Num(4) Nilai Kerapihan Kelas

21 Nilai_tk Num(4) Nilai tata Letak Kelas

22 Nilai_kbk Num(4) Nilai Kebersihan kelas

23 R_rk Num(4) Rata-rata nilai ruang kelas

24 Skor_rk Num(4) Skor Ruang kelas

25 Nilai_rm Num(4) Nilai ruang mushola

26 Nilai_kmu Num(4) Nilai Kamar Mandi Umum

27 R_ll Num(4) Rata-rata nilai lain-lain

28 Skor_mm Num(4) Skor lain-lain

5. Kamus Data Evaluasi Pasca Diklat


Nama Tabel : Nilai Retensi Pengetahuan Alumni
No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat Varchar(6) Kode Diklat

2 nm_diklat Varchar(30) Jenis Diklat

3 Nm_alumni Varchar(20) Nama Alumni peserta


diklat

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


142

4 Nm_kab_kot Varchar(20) Nama Kab Kota alumni

5 Nilai_Pengetahuan Num(4) Nilai Retensi Pengetahuan

Nama Tabel : Nilai Sikap Alumni

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat Varchar(6) Kode Diklat

2 nm_diklat Varchar(30) Jenis Diklat

3 Nm_alumni Varchar(20) Nama Alumni peserta


diklat

4 Nm_kab_kot Varchar(20) Nama Kab Kota alumni

5 Nilai_Skor_Sikap Num(4) Nilai Sikap Alumni

6 Nilai_SS Num(4) Nilai sangat Setuju

7 Nilai_S Num(4) Nilai setuju

8 Nilai_R Num(4) Nilai Ragu-ragu

9 Nilai_TS Num(4) Nilai Tidak Setuju

10 Nilai_STS Num(4) Nilai Sangat Tidak setuju

Nama Tabel : Nilai Keterampilan Alumni

No Nama Field Tipe data/lebar Keterangan

1 Kd_ diklat Varchar(6) Kode Diklat

2 nm_diklat Varchar(30) Jenis Diklat

3 Nm_alumni Varchar(20) Nama Alumni peserta


diklat

4 Nm_kab_kot Varchar(20) Nama Kab Kota alumni

5 Nilai_penerapan Num(4) Nilai Penerapan Alumni


terhadap tujuan diklat
dalam menjalankan
tugasnya

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.


143

Universitas Indonesia

Pengembangan sistem..., Ester Ismayanti, FKM UI, 2014.

Anda mungkin juga menyukai