Anda di halaman 1dari 165

Gambaran Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit pada

Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus


Bengkulu Tahun 2017

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

Finny Rizki Putri


NIM: 1113101000003

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M / 1439 H

i
ii
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Desember 2017

Finny Rizki Putri, NIM : 1113101000003


Gambaran Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit pada
Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2017
xix + 136 halaman, 1 bagan, 8 tabel, 3 gambar, 6 lampiran

ABSTRAK
Informasi merupakan aspek penting yang harus tersedia untuk dapat
membuat keputusan dengan baik. Untuk menyediakan informasi dengan baik
dibutuhkan sistem informasi. sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM-RS)
adalah suatu sistem yang mengintegrasikan pengumpulan data, pemrosesan,
pelaporan, dan penggunaan informasi yang diperlukan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan melalui manajemen yang lebih baik
di berbagai level pelayanan kesehatan. RSUD Dr. M. Yunus telah
mengembangkan SIM-RS pada Instalasi Radiologi pada tahun 2012, akan tetapi
SIM-RS pada Instalasi Radiologi yang diterapkan saat ini belum pernah di
anaslisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran implementasi
SIM-RS pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus
Bengkulu pada Tahun 2017. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif karena akan menggambarkan aktivitas yang
terjadi pada implementasi SIM-RS pada Instalasi Radiologi di lapangan secara
lebih mendalam. Pada pelaksanaannya SIM-RS di RSUD dr. M. Yunus termasuk
pada instalasi Radiologi telah berjalan sesuai dengan permenkes No.
1171/MENKES/PER/2011, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih ada beberapa
hal yang belum berjalan seperti tidak adanya kebijakan terkait pelaksanaan SIM
pada instalasi Radiologi, tidak adanya kebijakan tertulis terkait pertemuan rutin,
jaringan yang kurang memadai, aplikasi pelaporan yang belum tersedia, serta
pemeliharaan sarana prasarana. Selain itu, pada pelaksanaannya juga tidak adanya
pelaporan indikator dan prosedur tertulis terkait manajemen data. Sedangkan,
dalam pelaksanaannya konsistennya data tidak menjadi sebuah masalah
dikarenakan data yang didapatkan berdasarkan pemeriksaan pasien setiap harinya.

Kata Kunci: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS), Instalasi Radiologi

iii
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
INTENTION HEALTH CARE MANAGEMENT
Thesis, December 2017

Finny Rizki Putri, NIM : 1113101000003


Implementation Description of Hospital Management Information System on
Radiology Installation in RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu 2017
xix + 136 page, 1 chart, 8 table, 3 picture, 6 attachment

ABSTRACT
Information is an important aspect that must be available to make the
decisions well. To provide the good information is needed information system.
The Hospital management Information system is a system that integrates data
collection, processing, reporting, and use the information necessary to improve the
efficiency and effectiveness of health service with better management at various
levelsof health service Dr. M. Yunus from Regional Public Hospital has
developed Hospital management Information system specially in Radiology
installation in 2012, however Hospital management Information system in
Radiology installation applied nowadays has never been analisis. The purpose of
this research is to know the description of Hospital management Information
system implementation on radiology Installation of Dr. M. Yunus Bengkulu
Regional Public Hospital in 2017. This research was conducted by using
qualitative descriptive approach because it will describe the activity that happened
on Hospital management Information system implementation in radiology
Installation in field in more deep. In the implementation ther are still somethings
that have not run like the absence of up to date regulation, lack of written policies
related to reguler meetings, inadequate networks, unavailable reporting
applications, and maintance of infrastucture. And then, implementation ther are
still same date have not been done such as, the absence of reporting of indocator
and written procedures related to data management. In the implementation of
consistent data does not become a problem because the data of obtained based on
the examination of patients every day.

Keywords: Hospital Management Information System, Radiology Installation

iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 Data Pribadi
Nama Lengkap : Finny Rizki Putri
Tempat Tanggal Lahir : Bengkulu, 28 Mei 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Raflesia 3 No. 25 RT. 06 Kelurahan Nusa
Indah, Kota Bengkulu, Bengkulu
Email : uti.finni@gmail.com
No. Handphone : 0821-1009-9447

 Riwayat Pendidikan
1. TK Asiyah 1 Bengkulu, lulus pada Tahun 2001
2. SD Negeri 1 Bengkulu, lulus pada Tahun 2007
3. SMP Negeri 2 Bengkulu, lulus pada Tahun 2010
4. SMA Negeri 2 Bengkulu, lulus pada Tahun 2013
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Tahun 2013-sekarang

 Pengalaman Organisasi
2009-2010 Bendahara Cheerleader SMA 2 Bengkulu
2014-2016 Bendahara HIMAMIRA (Himpunan Mahasiswa Bumi Raflesia)
UIN Jakarta
2014-2016 Anggota FDM (Forum Diskusi Mahasiswa) Bengkulu-Jakarta
2015-2016 Staff of HACAMSA (Health Care Management Student
Assosiation) UIN Jakarta
2015-2016 Volunteer Greenpeace Indonesia
2016-2017 Staff of Marketing and Communication HACAMSA (Health Care
Management Student Assosiation) UIN Jakarta

vii
viii

 Pengalaman Praktek Kerja


1. Pengalaman Belajar Lapangan di Puskesmas Kecamatan Rajeg, Kabupaten
Tangerang Tahun 2016
2. Kerja Praktek di Bagian Logistik pada Rumah Sakit Muhammadiyah Taman
Puring Jakarta Tahun 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
Penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Gambaran Implementasi Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit pada Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Dr.
M. Yunus Bengkulu Tahun 2017”. Sungguh Maha Sempurna itu adalah Allah
SWT, kekurangan dan kekhilafan terdapat pada Penulis maka dari pada itu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lebih dari ketidak sempurnaan. Kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kokohnya skripsi ini.
Ucapan terima kasih Penulis tuturkan secara ikhlas dan penuh dengan kerendahan
hati atas terselesaikannya skripsi ini kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan kelancaran sehingga
penulis dapat menjalankan penelitian dan membuat skripsi dengan lancar.
2. Kedua orang tua tercinta, Bapak Firdaus BG dan Ibu Yenni S.Pd yang
selalu mendoakan, memberi dukungan, semangat, serta selalu memberikan
kasih sayangnya yang tiada henti kepada penulis.
3. Kedua kakak Penulis, Kurnia Utami, S.Farm dan Fahrul Rozie, S.T yang
telah memberikan dukungan dan do’a kepada penulis.
4. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Baequni M.Kes, Ph.D yang selalu siap memberikan saran dan
bimbingan akademik dalam proses penulisan skripsi.
6. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM yang selalu siap memberikan
bimbingan akademik dalam penulisan.
7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu
dalam kelancaran penelitian hingga penyelesaian masa studi.
8. Seluruh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu yang
telah memberikan izin dan membantu dalam penelitian skripsi.

ix
x

9. Teman-teman kesehatan masyarakat UIN Jakarta angkatan 2013 terkhusus


teman-teman MPK yang selalu bersemangat untuk menyelesaikan
studinya.
10. Aries Apriyanto, Iqbal, Della, Andri, Ghifari, Tami, Veny, Shanti, Nia,
Piyul, Aftah, Darma, Farhan, Sani, Bocil, Rai, Cici, Nia Nadia, Firda, Silvi
yang telah membantu dan memberikan dukungan serta semangat kepada
penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan sehingga Penulis sangat menerima setiap kritik dan saran yang
diberikan untuk memperbaiki skripsi ini. Semoga tulisan yang sedikit ini dapat
bermanfaat dengan menambah khazanah keilmuan untuk kita bersama.

Jakarta, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ............................................................................................................ iii


ABSTRACT .......................................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 18
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 18

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 20

1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................... 21

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 21

1.4.1. Tujuan Umum ................................................................................ 21

1.4.2. Tujuan Khusus ............................................................................... 21

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 22

1.5.1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ............................... 22

1.5.2. Bagi Rumah Sakit .......................................................................... 22

1.5.3. Bagi Institusi Pendidikan .............................................................. 22

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 24


2.1 Rumah Sakit ................................................................................... 24

xi
xii

2.1.1. Definisi Rumah Sakit .................................................................... 24

2.1.2. Klasifikasi Rumah Sakit ............................................................... 25

2.1.3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ................................................... 25

2.2. Instalasi Radiologi ......................................................................... 26

2.3. Sistem Informasi ............................................................................ 34

2.3.1. Definisi Sistem Informasi ............................................................. 34

2.3.2. Unsur-unsur Sistem Informasi ..................................................... 35

2.4. Sistem Informasi Manajemen (SIM) ........................................... 39

2.4.1. Definisi Sistem Informasi Manajemen (SIM) ............................ 39

2.4.2. Fungsi Sistem Informasi Manajemen ......................................... 40

2.4.3. Komponen Sistem Informasi Manajemen .................................. 41

2.4.4. Tujuan dari Sistem Informasi Manajemen (SIM) ..................... 42

2.4.5. Manfaat dari Sistem Informasi Manajemen (SIM) ................... 42

2.4.6. Unsur Pengoperasian Sistem Informasi Manajemen (SIM)..... 43

2.5. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) ............ 44

2.5.1. Definisi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS)


......................................................................................................... 44

2.5.2. Peran Sistem Informasi Manajemen di Rumah Sakit ............... 45

2.6. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) pada


Instalasi Radiologi ........................................................................ 48

2.6.1. Fungsi SIM Radiologi ................................................................... 49

2.6.2. Modul Sistem Informasi Manajemen Radiologi ....................... 50

2.7. Pendekatan Sistem ......................................................................... 54

2.8. Health Metric Network (HMN) ................................................... 62

2.9. Kerangka Teori .............................................................................. 66

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH.............................. 68


xiii

3.1. Kerangka Pikir ............................................................................... 68

3.2. Definisi Istilah ................................................................................ 69

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 71


4.1. Desain Penelitian ........................................................................... 71

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 71

4.3. Informan Penelitian ....................................................................... 71

4.4. Sumber Data ................................................................................... 72

4.5. Instrumen Penelitian ...................................................................... 72

4.6. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 73

4.7. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 76

4.8. Teknik Analisis Data ..................................................................... 77

4.9. Teknik Penyajian Data .................................................................. 79

4.10. Teknik Validasi Data ..................................................................... 79

BAB V HASIL ..................................................................................................... 82


5.1. Deskripsi Informan Penelitian ..................................................... 82

5.2. Deskripsi Tempat Penelitian ........................................................ 83

5.2.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M Yunus


Bengkulu ........................................................................................ 83

5.2.2. Gambaran Umum Pusat Pelayanan Teknologi Informasi


Komunikasi (PPTIK) RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu ............ 85

5.2.3. Gambaran Umum Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus


Bengkulu ........................................................................................ 87

5.3. Gambaran Input, Proses, dan Output dalam Implementasi


Sistem Informasi Manajemen Instalasi Radiologi RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu ...................................................................... 93

5.3.1. Gambaran Input Implementasi Sistem Informasi Manajemen


Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu ................ 95

5.3.2. Gambaran Proses Implementasi Sistem Informasi Manajemen


Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu .............. 101
xiv

5.3.3. Gambaran Output Implementasi Sistem Informasi Manajemen


Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu .............. 106

5.4. Sintesis Hubungan Pusat Pelayanan dan Teknologi Informasi


Komunikasi (PPTIK) dan Instalasi Radiologi......................... 111

5.5. Sintesis Gambaran Input, Proses dan Output Implementasi


Sistem Informasi Manajemen Instalasi Radiologi RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu .................................................................... 113

5.6. Gambaran Masalah dan Solusi Alternatif Sistem Informasi


Manajemen Rumah Sakit Instalasi Radiologi RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu .......................................................................... 116

BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................. 118


6.1. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 118

6.2. Input Implementasi Sistem Informasi Manajemen Instalasi


Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu .............................. 118

6.3. Proses Implementasi Sistem Informasi Manajemen Instalasi


Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu .............................. 123

6.3.1. Indikator ........................................................................................ 123

6.3.2. Sumber Data ................................................................................. 124

6.3.3. Manajemen Data .......................................................................... 124

6.2. Output Implementasi Sistem Informasi Manajemen Instalasi


Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu .............................. 126

6.2.1. Produk Informasi ......................................................................... 126

6.2.2. Diseminasi dan Pengguna Informasi ......................................... 127

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 129


7.1. Simpulan ....................................................................................... 129

7.2. Saran .............................................................................................. 130

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 132


DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Standar Pelayanan Medik pada Instalasi Radiologi ............................. 28

Tabel 4.2. Sumber Perolehan Data berdasarkan Metode Pengumpulan Data....... 74

Tabel 4.3. Validasi Data ........................................................................................ 80

Tabel 5.4. Penyampaian Pelayanan ....................................................................... 88

Tabel 5.5. Pengelolaan Pelayanan ......................................................................... 92

Tabel 5.6. Gambaran Input, Proses, dan Output dalam Implementasi Sistem

Informasi Manajemen Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu ......... 93

Tabel 5.7. Sintesis Gambaran Input, Proses dan Output Implementasi Sistem

Informasi Manajemen Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu ....... 115

Tabel 5.8. Masalah dan Solusi Alternatif Pelaksanaan SIM-RS ......................... 116

xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 67

xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pendekatan Sistem................................................................... 56
Gambar 3.1 Kerangka Pikir......................................................................... 69
Gambar 5.1 Alur Pelaporan Kinerja Radiologi ........................................... 107

xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Form Inform Concern .............................................................. 138
Lampiran 2 Form Identitas Informan .......................................................... 139
Lampiran 3 Pedoman Wawancara .............................................................. 140
Lampiran 4 Matriks Wawancara ................................................................. 141
Lampiran 5 Pedoman Observasi ................................................................. 160
Lampiran 6 Gambar Dokumen.................................................................... 161

xviii
DAFTAR ISTILAH

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


APBN Anggaran Pendapan dan Belanja Negara
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
BUK Bina Upaya Kesehatan
Depkes Departemen Kesehatan
HMN Health Metric Network
IT Information Technology
ITC Information and Technology Communication
LAN Local Area Network
MRI Magnetic Resonance Imaging
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
PMK Peraturan Menteri Kesehatan
PPTIK Pusat Pelayanan Teknologi Informasi Komunikasi
RI Republik Indonesia
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
SDM Sumber Daya Manusia
SIM-RS Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
SIRS Sistem Informasi Rumah Sakit
SOP Standar Operasional Prosedur
UGD Unit Gawat Darurat
USG Ultra Sonografi
UU Undang – undang
WHO World Health Organization

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit sebagai salah satu institusi yang memberikan pelayanan

kesehatan, memiliki tanggung jawab yang sama dengan institusi pelayanan

kesehatan lainnya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Peran dan

tanggung jawab tersebut saat ini semakin menonjol seiring dengan adanya

perubahan-perubahan pola penyakit yang ada pada masyarakat, perubahan sosial

ekonomi masyarakat, maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Aditama (2003), baik atau buruknya suatu institusi Rumah Sakit

dapat dinilai dari kualitas pelayanan pasien, yang biasanya dihubungkan dengan

kualitas pelayanan perawatan. Oleh karena itu, suatu institusi Rumah Sakit akan

selalu mendapatkan tuntutan untuk terus menjaga dan/atau memperbaiki kualitas

pelayanan pasien untuk menjaga kualitas Rumah Sakit tersebut secara

keseluruhan.

Peningkatan kualitas akan dapat diwujudkan apabila Rumah Sakit mampu

membuat pengambilan keputusan untuk melakukan pelayanan kepada pasien

secara baik atau efektif. Menurut Anthony (1989), efektif atau tidaknya suatu

pengambilan keputusan tersebut, akan bergantung pada kualitas informasi yang

dikelola selama proses pengambilan keputusan berlangsung.

Oleh karena itu, proses pengelolaan informasi secara baik untuk

mendukung kegiatan operasional Rumah Sakit menjadi hal yang sangat penting

untuk dilakukan. Menurut WHO (2004), sistem yang mengelola suatu informasi

tertentu pada institusi Rumah Sakit, dapat disebut sebagai Sistem Informasi

18
19

Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS), yang dapat didefinisikan sebagai suatu

sistem yang mengintegrasikan pengumpulan (input), pemrosesan (proses), serta

pelaporan (output) suatu informasi yang diperlukan untuk meningkatkan

efektifitas pengambilan keputusan, berupa kecepatan, kelengkapan, ketepatan dan

keakuratan informasi dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien.

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, SIM-RS

dapat dilakukan secara digital, dengan bantuan komputer yang terhubung dalam

suatu jaringan internet tertentu. Dengan menggunakan Sistem Informasi berbasis

komputer dan jaringan, para tenaga medis dapat mengelola suatu data atau

informasi yang sama melalui komputer yang berbeda sehingga proses manajemen

data atau informasi akan menjadi lebih cepat dan akurat (Rustiyanto, 2012).

Salah satu jenis pelayanan penunjang medik di rumah sakit adalah

pelayanan Radiologi yang dilakukan oleh suatu Instalasi Radiologi. Instalasi

Radiologi adalah tempat penyelenggaraan pelayanan Radiologi dan/atau

Radioterapi kepada pasien yang membutuhkan diagnosis yang cepat dan tepat.

Pada Instalasi Radiologi, mutu pelayanan harus dijaga baik agar tidak menyebab-

kan pemborosan sumber daya dan meningkatkan kesalahan pelaksanaan pelayan-

an, sehingga pelayanan Radiologi diharapkan dapat berjalan sesuai dengan acuan

dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan medik (Muhardiansyah, 2012).

Menurut Hidayatullah (2017), suatu SIM-RS dapat dterapkan pada

berbagai Instalasi pelayanan yang ada dalam suatu intitusi Rumah Sakit, termasuk

Instalasi Radiologi seperti yang telah dijelaskan diatas. RSUD Dr. M. Yunus di

Kota Bengkulu yang akan dijadikan studi kasus penelitian, telah menerapkan

konsep SIM-RS pada beberapa Instalasi pelayanan didalamnya, antara lain yaitu
20

Instalasi Pendaftaran, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rekam Medik,

serta Instalasi Radiologi. Terkhusus untuk Instalasi Radiologi, konsep SIM-RS

sendiri baru saja dikembangkan pada tahun 2014, sehingga dapat digolongkan

sebagai suatu yang baru dan berpotensi memiliki masalah dalam pelaksanaannya.

Menurut WHO (2004), peningkatan kualitas SIM-RS yang merupakan

bagian dari Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di suatu institusi Rumah Sakit,

menjadi suatu hal yang dibutuhkan untuk menghasilkan informasi yang baik, guna

mendukung proses pengambilan keputusan dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien. Oleh karena itu WHO membuat sebuah kerangka atau

fase untuk dapat meningkatkan kualitas SIM-RS, meliputi Fase 1 (Penilaian), Fase

2 (Penyusunan Prioritas dan Rencana), serta Fase 3 (Implementasi). Dari ketiga

fase tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa apabila ingin meningkatkan kualitas

SIM-RS pada suatu institusi, maka harus dilakukan penilaian terlebih dahulu

terhadap sistem yang sedang berjalan sebagai dasar dalam tindakan selanjutnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka pada penelitian ini akan dibahas lebih

jauh mengenai penilaian kualitas SIM-RS yang sudah diimplementasikan pada

Instalasi Radiologi di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, sehingga dapat digunakan

sebagai dasar tindakan selanjutnya dalam upaya peningkatan kualitas SIM-RS

pada Instalasi terkait.

1.2 Rumusan Masalah

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu telah menerapkan beberapa Instalasi SIM-

RS yaitu pada Instalasi Pendaftaran, Instalasi Gawat Darurat (UGD) dan Instalasi

Rekam Medik. Pada Tahun 2014, pihak Rumah Sakit menambah Instalasi untuk

pengembangan SIM-RS yaitu pada Instalasi Radiologi. SIM-RS tersebut baru


21

berjalan dari Tahun 2014 dan tergolong masih baru dan belum pernah

diadakannya evaluasi terhadap pelaksaan SIM-RS Instalasi Radiologi. Oleh

karena itu, untuk melihat penerapan SIM-RS yang baru berjalan pada Instalasi

tersebut di lapangan, Penulis akan membahas mengenai Gambaran Implementasi

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) pada Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan di atas dapat dilihat suatu pertanyaan penelitian

yaitu “Bagaimana Implementasi SIM-RS pada Instalasi Radiologi RSUD Dr. M.

Yunus Bengkulu”.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini, adalah untuk mengetahui

gambaran implementasi SIM-RS pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu pada Tahun 2017.

1.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran terkait komponen input implementasi atau

pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu.

2. Mengetahui gambaran terkait komponen proses implementasi atau

pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu.
22

3. Mengetahui gambaran terkait komponen output implementasi atau

pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu.

4. Mengetahui gambaran umum masalah dan solusi alternatif pada setiap

komponen implementasi atau pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi

Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan

dosen mengenai implementasi SIM-RS pada Instalasi Radiologi.

1.5.2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini merupakan masukan yang diharapkan dapat menjadi

badan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam membuat kebijakan dan

keputusan, khususnya dalam SIM-RS pada Instalasi Radiologi.

1.5.3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan

dosen mengenai Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS).

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mempelajari tentang Implementasi Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit pada Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2017. Peneliti memilih RSUD Dr. M. Yunus

sebagai tempat penelitian dikarenakan SIM-RS yang terdapat pada RSUD Dr. M.
23

Yunus baru melakukan pengembangan pada Instalasi Radiologi. Instalasi tersebut

merupakan Instalasi baru yang menjalankan SIM-RS itu sendiri yaitu pada Tahun

2014.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif karena akan menggambarkan aktivitas yang terjadi pada implementasi

SIM-RS pada Instalasi Radiologi di lapangan secara lebih mendalam.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam kepada

informan, observasi serta telaah dokumen. Penelitian ini berlangsung dari bulan

Agustus hingga Oktober 2017.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1. Definisi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan

ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan social ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu

dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan

terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan yang baik.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi

melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan

penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,

24
25

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan

secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar, 2004).

2.1.2. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam

rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi

rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan

fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum

dimaksud diatas terdiri dari:

1. Rumah Sakit Umum Kelas A

2. Rumah Sakit Umum Kelas B

3. Rumah Sakit Umum Kelas C

4. Rumah Sakit Umum Kelas D

2.1.3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit pada umumnya bertugas untuk menyediakan keperluan untuk

pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan

upaya peenyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melakukan rujukan.

Rumah Sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelanggarakan

pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan

asuhan keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan,

pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan. Maksud


26

dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderita sakit dan

terluka (Siregar, 2004).

Menurut UU No. 44, 2009 Rumah Sakit berfungsi sebagai berikut, yaitu:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurnapada tingkat kedua dan ketiga dilakukan

berdasarkan kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia untuk

meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dengan memberikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan, hal ini merupakan upaya dalam rangka meningkatkan

pelayanan kesehatan.

2.2. Instalasi Radiologi

Menteri Kesehatan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

780/MENKES/PER/VII/2008 menyebutkan, Pelayanan Radiologi adalah

pelayanan medik yang menggunakan semua modalitas energi radiasi emisi radiasi

dengan sinar-X radioaktif, ultrasonografi dan radiasi radio frekuensi

elektromagnetik.

Instalasi Radiologi adalah tempat di lingkup rumah sakit yang

menyelenggarakan pelayanan Radiologi untuk pasien rawat jalan ataupun pasien

rawat inap. Pengelompokan Instalasi Radiologi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Radiologi Diagnostik
27

2. Radiologi Terapi

3. Radiologi Nuklir

Pengelompokan tersebut berdasarkan tingkat kesulitan dan kecanggihan

serta bahaya radiasi yang ditimbulkan. Hal tersebut merupakan aplikasi

Biomedical Engineering yang paling berhasil dan terlihat manfaatnya yang sangat

spektakuler terutama dalam diagnosis (Sabarguna, 2007).

Jenis pelayanan Radiologi pada rumah sakit tipe A sangat lengkap,

meliputi:

1. Pelayanan Radiodiagnostik, seperti Computerized Tomography Scan (CT-

Scan)

2. Pelayanan Radioterapi

3. Pelayanan Kedokteran Nuklir

4. Pelayanan Ultra Sonografi (USG)

5. Pelayanan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Sedangkan pada rumah sakit tipe B, C dan D, pelayanan Radiologi hanya

hanya terbatas pada Pelayanan Radiodiagnostik dan Pelayanan Ultra Sonografi

(USG) saja. Berikut adalah standar pelayanan medik pada suatu Instalasi

Radiologi di rumah sakit tipe B menurut Depkes RI (1986) dalam Muhardiansyah

(2012).
28

Tabel 2.1. Standar Pelayanan Medik pada Instalasi Radiologi

Pelayanan Keterangan

1. Pemeriksaan radiasi dengan kontras Alat; 500 mA, 125 kV


2. Pemeriksaan radiasi non kontras
Mobil Instalasi 100 mA
3. Pemeriksaan ultrasonografi, multi
purpose dengan catatan ada tenaga
yang kompeten
4. Angiografi atau CT-Scan tergantung
kebutuhan
5. Radioterapi, X-Ray Theraphy
6. Deep Therapy (Orthovolt)
7. Superficial (Contact Therapy)
Sumber: Depkes RI, 1986
Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi diatur dan ditetapkan oleh

Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Berikut ini adalah

pedoman standar pelayanan Radiologi untuk rumah sakit sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1333/Menkes/SK/XII/1999:

1. Falsafah dan Tujuan

Instalasi Radiologi di rumah sakit memberikan pelayanan Radiologi

imejing (pencitraan) yang sebaik-baiknya kepada penderita yang

membutuhkan dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab.

Kriterianya adalah:

a. Pelayanan Radiologi imejing (pencitraan) disesuaikan dengan

pengembangan dan tujuan dari rumah sakit secara keseluruhan.

b. Pelayanan Radiologi dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

yang ditetapkan Departemen Kesehatan RI dan standar profesi

disesuaikan dengan perkembangan teknologi kedokteran.


29

c. Instalasi Radiologi memberikan pelayanan rutin rumah sakit dan

pelayanan gawat darurat untuk 24 jam.

d. Jika pimpinan rumah sakit akan mengambil keputusan yang berkaitan

dengan fungsi dan peralatan Radiologi harus diminta terlebih dahulu

pendapat dan saran dari staf Radiologi.

2. Administrasi dan Pengelolaan

Instalasi Radiologi harus mempunyai bagan organisasi dan uraian tugas

yang jelas bagi semua klasifikasi pegawaai yang ada. Kriterianya adalah:

a. Bagan organisiasi akan memperlihatkan jalur komunikasi dan garis

komando dalam Instalasi Radiologi antara bidang administrasi, dokter

Radiologi/SMF Radiologi, dan kepala Instalasi Radiologi dan juga

berhubungan dengan bagian lain terutama bagian yang sering meminta

bantuan Pelayanan Radiologi.

b. Harus ada uraian tugas tertuis dari tiap-tiap jabatan terutama bagian

yang sering meminta bantuan Pelayanan Radiologi.

c. Struktur organisasi dan uraian tugas akan ditinjau ulang paling tidak

tiap tiga tahun sekali dan kalau diperlukan dapat dilakukan perubahan.

d. Ada pedoman tentang persiapan pemeriksaan Radiologi secara khusus

di Instalasi Radiologi.

e. Administrasi harus dikelola dengan baik.

f. Laporan hasil pemeriksaan Radiodiagnostik di rekam medis dalam

waktu 24 jam setelah interpretasi foto, sedangkan salinannya harus

ada di bagian Radiologi. Ahli Radiologi akan memberitahukan


30

secepatnya kepada dokter yang mengirim pasien untuk pemeriksaan

Radiologi apabila ditemukan hal-hal yang serius.

g. Semua foto dan rekam imejing (pencitraan) lainnya yang sudah dibaca

akan disimpan di rumah sakit paling tidak untuk jangka waktu 3-5

tahun, ini diperlukan bila pasien diperiksa ulang.

h. Catatan film X-ray, film USG, kedokteran nuklir, CT-Scan, MRI dan

lain-lain, dibutuhkan untuk pendidikan baik bagi mahasiswa fakultas

kedokteran maupun untuk residen.

i. Statistik yang akurat diperlukan untuk tiap jenis pemeriksaan

Radiologi.

3. Staf dan Pimpinan

Instalasi Radiologi dipimpin oleh seorang dokter spesialis Radiologi dan

dibantu oleh staf yang dianggap mampu sehingga tujuan pelayanan bisa

tercapai. Kriterianya adalah:

a. Pimpinan Instalasi Radiologi adalah diutamakan seorang dokter

spesialis Radiologi yang diangkat oleh direktur rumah sakit setelah

mendapat pertimbangan dari kelompok staf medis fungsional

Radiologi, kepala Instalasi Radiologi adalah purna waktu.

b. Kepala Instalasi membawahi tenaga proteksi radiasi/fisika radiografer,

petugas teknis kamar gelap dan tenaga administrasi.

c. Pimpinan KSMF Radiologi dipilih oleh kelompok staf medik

fungsional Radiologi dan diangkat oleh direktur.

d. Ketua KSMF Radiologi dapat merupakan tenaga purna waktu atau

paruh waktu.
31

e. Anggota KSMF Radiologi juga dapat merupakan tenaga purna waktu

atau paruh.

f. Adanya tugas dan kewajiban anggota KSMF Radiologi.

4. Fasilitas dan Peralatan

Ruangan peralatan Radiologi imejing (pencitraan) mempunyai luas yang

cukup dan nyaman agar seluruh pelayanan yang diberikan aman dan baik

bagi perugas maupun pasien serta lingkungan. Kriterianya adalah:

a. Ruangan Pelayanan Radiologi harus memenuhi standar Departemen

Kesehatan RI mengenai persyaratan luas dan proteksi radiasi serta

nyaman bagi pasien dan petugas.

b. Instalasi Radiologi mempunyai ruangan dengan fungsi-fungsi

tersendiri dilengkapi dengan sistem komunikasi yang baik dan

pengatur suhu udara.

c. Jumlah, jenis dan kemampuan peralatan Radiologi harus sesuai

kebutuhan pelayanan rumah sakit dan dikembangkan mengikuti

kemajuan IPTEK kedokteran.

d. Tersedia obat-obatan dan peralatan BLS untuk mengatasi keadaan

gawat darurat akibat reaksi terhadap bahan kontras.

e. Tenaga yang menjalankan peralatan Radiologi imejing (pencitraan)

yang menggunakan sinar-sinar pengion harus menggunakan alat

monitoring dan secara periodik diperiksa di laboratorium yang

hasilnya dilaporkan kepada kepala Instalasi secara berkesinambungan.


32

f. Tindakan terhadap pengamanan ditujukan untuk melindungi pasien,

staf dan tenaga lain yang bekerja dengan menggunakan peralatan

Radiologi.

5. Kebijakan dan Prosedur

Agar pelayanan terhadap pasien bisa optimal maka perlu ada prosedur

tertulis yang didasarkan pada pengetahuan dalam bidang Radiologi

imejing (pencitraan). Kriterianya adalah:

a. Kebijakan dan prosedur tata kerja di Instalasi Radiologi imejing

(pencitraan) harus tertulis.

b. Buku penuntun prosedur dalam bidang pelayanan Radiologi diberikan

kepada semua dokter.

c. Penuntun prosedur teknik dan pemeliharaan rutin diberikan kepada

manajer.

d. Penuntun prosedur administrasi diketahui oleh semua staf.

e. Kebijakan dan prosedur akan dikembangkan oleh staf Radiologi

imejing (pencitraan) dan komite pengamanan radiasi imejing

(pencitraan) bekerja sama dengan profesi lain yang terkait.

f. Staf harus menjalankan kebijakan dan prosedur ini dan mengikuti

semua kegiatan yang ada.

6. Pengembangan Staf dan Program pendidikan

Program pendidikan diberikan kepada semua staf bagian Radiologi.

Kriterianya adalah:
33

a. Staf yang professional akan didorong untuk aktif dalam mengikuti

kursus-kursus post graduate yang akan diadakan oleh organisasi

profesi atau universitas.

b. Dalam program pendidikan berkelanjutan bila ada perkembangan baru

dalam bidang imejing (pencitraan) diinformasikan kepada semua staf.

c. Instruksi pengamanan terhadap bahaya ditujukan untuk melindungi

pasien, staf, dan semua tenaga yang bekerja dengan peralatan yang

berbahaya.

7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu

Prosedur evaluasi akan menilai profesionalisme dalam Pelayanan

Radiologi imejing (pencitraan) dan pengalaman etika profesi setiap saat.

Mekanisme dari prosedur ini dengan mengumpulkan data-data evaluasi

agar cara bekerja di bagia Radiologi lebih efektif dan pelayanan lebih

ditingkatkan agar tujuan bisa tercapai. Kriterianya adalah:

a. Kriteria ini digunakan untuk menilai penampilan staf oleh kepala

Instalasi setelah dilalukan konsultasi kepada setiap staf.

b. Penilaian penampilan kerja staf berdasarkan data atau fakta yang

dikumpulkan dalam menjalankan tugasnya.

c. Seluruh staf mengikuti evaluasi dan ikut merencanakan kegiatan

mengatasi tiap hal yang tidak efisien.


34

2.3. Sistem Informasi

2.3.1. Definisi Sistem Informasi

Menurut Simkin (2015) dalam bukunya yang berjudul “Computer

Information Sistem for Business”. Sistem informasi adalah sekumpulan elemen

yang bekerja secara bersama-sama baik secara manual ataupun berbasis komputer

dalam melaksanakan pengolahan data yang berupa pengumpulan, penyimpanan,

pemprosesan data untuk menghasilkan informasi yang bermakna dan berguna bagi

proses pengambilan keputusan.

Menurut Robert A. Leitch dalam Jogiyanto (2005) sistem informasi adalah

suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan

pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan

strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-

laporan yang diperlukan.

Sistem informasi merupakan suatu perkumpulan data yang terorganisasi

beserta tatacara penggunaanya yang mencangkup lebih jauh dari pada sekedar

penyajian. Istilah tersebut menyiratkan suatu maksud yang ingin dicapai dengan

jalan memilih dan mengatur data serta menyusun tatacara penggunaanya.

Keberhasilan suatu sistem informasi yang diukur berdasarkan maksud

pembuatanya tergantung pada tiga faktor utama, yaitu: keserasian dan mutu data,

pengorganisasian data, dan tata cara penggunaanya untuk memenuhi permintaan

penggunaan tertentu, maka struktur dan cara kerja sistem informasi berbeda-beda

bergantung pada macam keperluan atau macam permintaan yang harus dipenuhi.

Suatu persamaan yang menonjol ialah suatu sistem informasi menggabungkan

berbagai ragam data yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Untuk dapat
35

menggabungkan data yang berasal dari berbagai sumber suatu sistem alih rupa

(transformation) data sehingga jadi tergabungkan (compatible). Berapa pun

ukurannya dan apapun ruang lingkupnya suatu sistem informasi perlu memiliki

ketergabungan (compatibility) data yang disimpannya (Hanif Al Fatta, 2009).

2.3.2. Unsur-unsur Sistem Informasi

Menurut Tugiman (1996) dalam Muhardiansyah (2012) ada lima unsur

komputer yang biasa disebut sistem pengolahan data, yaitu manusia (SDM),

prosedur-prosedur (SOP), fasilitas (gedung atau ruangan), piranti keras

(hardware), dan piranti lunak (software).

1. Perangkat Keras (Hardware)

Hardware merupakan seluruh perlengkapan fisik, yaitu yang dapat terlihat

oleh mata, yang diperlukan untuk melaksanakan bergabai fungsi sistem

pemrosesan data. Beberapa jenis perangkat keras (hardware) yang perlu

diketahui oleh para pemeriksa adalah sebagai berikut:

a. Central Processing Instalasi (CPU)

Central Processing Instalasi (CPU) merupakan inti dari suatu

komputer, yaitu sebafai pemroses atau yang menjalankan intruksi-

intruksi komputer. Dengan CPU data masukan diubah menjadi

informasi. Dalam komputer mikro, selain adanya chip pemroses juga

terdapat dua jenis mikro chip penyimpanan yaitu Random Acess

Memory (RAM) dan Read Only Memory (ROM). RAM menyimpan

intruksi program dan data yang digunakan dalam CPU. Sedangkan isi

dari ROM, biasanya bagian-bagian dari sistem operasi yang sering

diakses, telah diprogramkan kedalam chip oleh pabrik komputer


36

tersebut. Dalam hal ini data atau program tidak akan hilang apabila

aliran listrik terputus.

b. Alat Masukan

Alat-alat masukan atau input device adalah segala perlengkapan yang

digunakan untuk mengirim data dalam format yang dapat dibaca oleh

komputer sehingga dapat dikirimkan ke Instalasi pemrosesan. Jenis-

jenis alat masukan misal papan ketik atau keyboard, mouse, joystick,

light pen, alat masukan suara (voice input devic), pembaca kartu atau

card reader, alat pembaca karakter secara optikal (optical character

reader atau OCR), atau alat pembaca tinta magnetis, magnetic disk

(hard disk dan disket) atau tape drive.

c. Alat Keluaran

Alat-alat keluaran atau output device yaitu segala perlengkapan yang

membuat informasi (data yang telah diproses) siap untuk digunakan

data yang ditulis oleh alat ini kedalam penyimpanan suplemen dapat

mempunyai bentuk yang hanya dapat dibaca oleh komputer lainnya.

d. Tempat Penyimpanan Suplemen

Alat ini memungkinkan para pemakai komputer untuk menyimpan

data dan intruksi yang untuk sementara waktu tidak diperlukan oleh

CPU. Bila data atau intruksi tersebut diperlukan kembali, maka

tinggal dikopi dari tempat penyimpanan suplemen ke tempat

penyimpanan internal.
37

2. Perangkat Lunak (Software)

Software adalah intruksi yang menunjukkan langkah-langkah yang

memerintahkan komputer untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang

diharapkan oleh pembuatannya atau programer. Fungsi dari perangkat

lunak (software) didalam operasi komputer adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengelola sumber-sumber daya komputer di dalam organisasi.

b. Untuk mengembangkan sarana-sarana yang dapat digunakan oleh

manusia dalam manfaatkan sumber daya komputer tersebut.

c. Untuk bertindak sebagai perantara antar informasi yang telah diproses

dengan organisasi yang bersangkutan.

Pada umumnya piranti lunak dikatagorikan menjadi dua jenis, yaitu piranti

lunak sistem dan piranti lunak aplikasi. Piranti lunak aplikasi hanya dapat

berfungsi apabila melalui piranti lunak sistem.

3. Personil (Brainware)

Keberhasilan penggunaan komputer sangat ditentukan oleh personil yang

menjalankannya, karena komputer hanya merupakan sarana bagi

pemakainya untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu jumlah SDM

yang diperlukan untuk melaksanakan atau untuk mengoperasikan

komputer agar tujuan organisasi dapat tercapai tergantung pada ukuran

organisasi yang bersangkutan. Semakin besar organisasi diperlukan SDM

yang lebih banyak.

4. Prosedur-prosedur SOP

Pengoperasian komputer yang efektif tetap mengharuskan adanya prosedur

(SOP) yang dilaksanakan dengan memadai oleh para SDM yang handal,
38

meskipun fungsi-fungsi software bersifat otomatis. Prosedur (SOP) dalam

sistem komputer ini berarti aturan-aturan dalam kebijakan-kebijakan yang

dibuat oleh manajemen untuk mengantur operasi komputer, termasuk cara-

cara yang perlu dipakai olh pemakai komputer dalam berinteraksi dengan

sistem tersebut. Seperti halnya cara dan ketentuan yang harus dipenuhi

oleh para SDM pelaksanaan EDP dalam hal:

a. Menyiapkan data

b. Mengoperasikan dan memelihara komputer

c. Pengendalian kualitas dan mendistribusikan keluaran

d. Memperbaiki kesalahan yang terjadi

Dengan prosedur tersebut akan diproleh kepastian bahwa pemrosesan data

telah dilaksanakan dengan akurat. Disamping itu ada jaminan bahwa data,

program serta keluaran telah dilindungi dari pemakai yang tidak sah,

kerusakan, kebocoran rahasia atau dari pencurian.

5. Fasilitas

Untuk melaksanakan fungsi electronic data processing (EDP) diperlukan

ruangan khusus, misalnya dalam sistem mainframe. Dalam hal ini

komputer harus ditempatkan diruang khusus, dijaga secara maksimal,

diatur suu udara dan sebagainya. Beberapa prosedur diperlukan untuk

pengendalian fasilitas ini, yang dalam konteks auditing EDP disebut

pengendalian lingkungan atau environment control.


39

2.4. Sistem Informasi Manajemen (SIM)

2.4.1. Definisi Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh

manusia, seperti halnya informasi di dalam sebuah perusahaan yang sangat

penting untuk mendukung kelangsungan perkembangannya, sehingga terdapat

alasan bahwa informasi sangat dibutuhkan bagi sebuah perusahaan. Akibat bila

kurang mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu perusahaan akan mengalami

ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil

keputusan-keputusan strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan

mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan pesaingnya. Disamping

itu, sistem informasi yang dimiliki seringkali tidak dapat bekerja dengan baik.

Masalah utamanya adalah bahwa sistem informasi tersebut terlalu banyak

informasi yang tidak bermanfaat atau berarti (sistem terlalu banyak data).

Memahami konsep dasar informasi adalah sangat penting (vital) dalam mendesain

sebuah sistem informasi yang efektif (effective business sistem). Menyiapkan

langkah atau metode dalam menyediakan informasi yang berkualitas adalah tujuan

dalam mendesain sistem baru.

Sebuah perusahaan mengadakan transaksi-transaksi yang harus diolah agar

bisa menjalankan kegiatannya sehari-hari. Daftar gaji harus disiapkan, penjualan

dan pembayaran atas perkiraan harus dibutuhkan: semua ini dan hal-hal lainnya

adalah kegiatan pengolahan data dan harus dianggap bersifat pekerjaan juru tulis

yang mengikuti suatu prosedur standar tertentu. Komputer bermanfaat utnuk

tugas-tugas pengolahan data semacam ini, tetapi sebuah sistem informasi

menajemen melkasanakan pula tugas-tugas lain dan lebih dari sekedar sistem
40

pengolahan data. Adalah sistem pengolahan informasi yang menerapkan

kemampuan komputer untuk menyajikan informasi bagi manajemen dan bagi

pengambilan keputusan.

Sistem informasi manajeman digambarkan sebagai sebuah bangunan

piramida dimana lapisan dasarnya terdiri dari informasi, penjelasan transaksi,

penjelasan status, dan sebagainya. Lapisan berikutnya terdiri dari sumber-sumber

informasi dalam mendukung operasi manajemen sehari-hari. Lapisan keriga

terdiri dari sumber daya sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan

pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen. Lapisan puncak terdiri

dari sumber daya informasi utnuk mendukung perencanaan dan perumusan

kebijakan oleh tingkat manajemen.

Definisi sebuah sistem informasi manajemen, istilah yang umum dikenal

orang adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (intregrated) untuk

menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan

pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan

perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur

pedoman, model manajemen dan keputusan, dan sebuah “database” (Raden S,

diakses tanggal 5 Desember 2016).

2.4.2. Fungsi Sistem Informasi Manajemen

Menurut Aditama (2003), beberapa fungsi SIM dalam sebuah organisasi

adalah sebagai berikut:

1. SIM akan mempercepat dan meningkatkan akurasi transaksi karena

semuanya terekam dan terkomunikasikan antara berbagai Instalasi.


41

2. SIM dapat menyajikan data mutakhir yang ada dan membandingkan

dengan ekspektasi/rencana/standar.

3. SIM dapat merekam data yang besar sehingga memungkinkan pemahaman

yang menyeluruh untuk penyesuaian bila diperlukan.

2.4.3. Komponen Sistem Informasi Manajemen

Menurut Putra dan Subyakto (2006), komponen sistem informasi

manajemen adalah sebagai berikut:

1. Blok masukkan merupakan metode dan media untuk menangkap data yang

akan dimasukan.

2. Blok model terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik

yang berfungsi memanipulasi data.

3. Blok keluaran merupakan keluaran dokumen dan informasi yang

berkualitas.

4. Blok teknologi untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan

dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran serta

membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.

5. Blok basis data merupakan kumpulan data yang berhubungan satu dengan

yang lainnya, tersimpan diperangkat keras dan termanipulasi di perangkat

lunak.

6. Blok kendali merupakan pengendalian masalah yang berfungsi mencegah

dan menangani kealahan/kegagalan sistem.


42

2.4.4. Tujuan dari Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Menurut Rustiyanto (2010), beberapa tujuan diterapkannya Sistem

Informasi Manajemen (SIM), adalah sebagai berikut:

1. Agar Organisasi dapat beroperasi secara efisien.

2. Agar Organisasi dapat memberikan pelayanan (service) yang lebih baik.

3. Agar Organisasi dapat meningkatkan kreasi atau inovasi/improvisasi

terhadap produk yang dihasilkan.

4. Agar Organisasi dapat meningkatkan usahanya.

2.4.5. Manfaat dari Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Menurut Rustiyanto (2010), beberapa manfaat diterapkannya Sistem

Informasi Manajemen (SIM), adalah sebagai berikut:

1. Petugas Administrasi

a. Mengerjakan transaksi.

b. Mengelolah data.

c. Menjawab pertanyaan.

2. Manajer Tingkat Bawah

a. Mendapatkan data operasional.

b. Membantu perencanaan dan penjadwalan.

c. Mengatur situasi yang tidak terkendali.

d. Mengambil keputusan.

3. Staf Ahli

a. Informasi untuk analisis.

b. Membantu dalam analisis, perencanaan dan pelaporan.

c. Mengatur gambaran umum sistem informasi manajemen.


43

4. Manajemen Tingkat Atas

a. Mendapat informasi untuk analisis.

b. Permintaan informasi khusus dan analisis khusus.

c. Membantu dalam mengambil persoalan dan peluang.

d. Membantu dalam analisis pengambilan keputusan.

2.4.6. Unsur Pengoperasian Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Menurut Rustiyanto (2010), unsur dalam pengoperasian Sistem Informasi

Manajemen (SIM) adalah suatu cara untuk menjelaskan tentang SIM yang pada

dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 aspek tinjauan yaitu:

1. Komponen Fisik

a. Perangkat Keras (Hardware)

Perangkat keras dari suatu SIM yang terdiri dari komputer (terdiri dari

pusat pengelolahan Instalasi masukan dari keluaran, Instalasi

penyimpanan, peralatan, penyimpanan data dan terminal masukan).

b. Perangkat Lunak (Software)

Dibagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu perangkat lunak sistem

operasi dan perangkat lunak aplikasi.

c. File

Berisikan program dan data merupakan komponen fisik, hal ini

dibuktikan dengan adanya media penyimpanan fisik (pita magnetic),

magnetc tape dan Hard Disk yang disimpan dalam basis data file ini

meliputi keluaran tercetak dan catatan-catatan lain di atas kertas

mikrofil dan lain-lain (disimpan dengan basis data).


44

d. Prosedur

Merupakan komponen fisik karena prosedur disediakan seperti buku

panduan petunjuk dan instruksi untuk pemakai (manual) penyiapan

masukan dan pengoperasian untuk karyawan yang memakai

komputer.

e. Brainware

Yaitu merupakan operator komputer, sistem analisis, pembuat

program, personalia, penyimpan data, dan penyimpan sistem

informasi.

2. Fungsi Pengelohan

a. Pengelolahan transaksi.

b. Memelihara file history.

c. Menghasilkan laporan (keluaran lain).

d. Interaksi dengan lainnya.

3. Keluaran untuk Pemakai

a. Dokumentasi transaksi.

b. Laporan yang terencana.

c. Jabatan atas pertanyaan terencana.

d. Laporan .

2.5. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS)

2.5.1. Definisi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS)

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) merupakan

himpunan atau kegiatan dan prosedur yang terorganisasikan dan saling berkaitan
45

serta saling ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana dalam usaha

menyajikan info yang akurat dan tepat waktu di rumah sakit. Selain itu, sistem ini

berguna untuk menunjang proses fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan

keputusan dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sistem

tersebut, saat ini ditujukan untuk menunjang fungsi perencanaan dan evaluasi dari

penampilan kerja rumah sakit antara lain adalah jaminan mutu pelayanan rumah

sakit yang bersangkutan, pengendalian keuangan dan perbaikan hasil kerja rumah

sakit tersebut, kajian dalam penggunaan dan penaksiaran permintaan pelayanan

kesehatan rumah sakit oleh masyarakat, perencanaan dan evaluasi program rumah

sakit penyempurnaan laopran rumah sakit serta untuk kepentingan pendidikan dan

pelatihan (Titania, 2012).

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) adalah sistem

komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis

layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur

administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat yang

mengintegrasikan seluruh kegiatan rumah sakit dalam rangka peningkatan kinerja

dan pelayanan (Hidayah, 2012).

2.5.2. Peran Sistem Informasi Manajemen di Rumah Sakit

Pelayanan rumah sakit mengandalkan informasi secara insentif. Informasi

memainkan peranan vital dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi dapat

digunakan sebagai sarana strategis untuk memberikan pelayanan yang berorientasi

kepada kepuasa pelanggan. Dalam hal ini perlu disadari bahwa pelanggan rumah

sakit dapat berupa pelanggan internal dan juga eksternal. Pelanggan internal

adalah pemilik, pimpinan dan seluruh karyawan rumah sakit itu sendiri.
46

Sementara itu, pelanggan eksternal dapat dimulai dari pasien, keluarganya,

rekanan pemasokan dan juga masyarakat luas. Hario kusnanto dalam makalahnya

yang disampaikan Kongres PERSI VII 1996 menyatakan bahwa sistem informasi

rumahsakit amat berperan dalam memadukan berbagai kepentingan dari berbagai

pelanggan rumah sakit. SIM-RS dapat berfungsi memadukan kepentingan

pelanggan dalam derap bersama mencapai visi dan misi rumah sakit. Informasi

merupakan sarana potensial untuk memberdayakan pelanggan internal dan

eksternal suatu rumah sakit (Aditama, 2003).

Menurut Rowland (1984), menyebutkan bahwa SIM di rumah sakit dapat

pada fungsi medikal maupun pada fungsi bisnis. Untuk setiap fungsi, SIM dapat

berperan baik dalam sistem transaksi, perencanaan operasional, sistem

pengawasan serta perencanaan strategis. Dengan bahasa yang agak berbeda, J.R.

Griffith juga mengemukakan bahwa perkembangan SIM di rumah sakit dapat

mencakup care related sistem dan management related sistem.

Bambang Hartono dalam Aditama (2003) menyampaikan bahwa belum

banyak dijumpai informasi tentang mutu pelayanan rumah sakit di negara kita.

Hal ini terjadi karena di rumah sakit ternyata masih kurang diperhatiknannya

konsep mutu itu sendiri, masih kurang seriusnya pengelolaan sistem informasi

manajemen serta belum banyaknya dibuat standar mutu pelayanan rumah sakit.

Setidaknya ada tiga pendekatan untuk mendapatkan indikator mutu pelayanan

rumah sakit, yaitu pendekatan structural, procedural, dan pendekatan dampak.

Hari Kusnanto dalam Aditama (2003), menyampaikan beberapa alasan

mengapa SIM-RS belum berkembang pesat, antara lain:

1. Konsep ekonomi informasi kesehatan belum dirumuskan secara jelas.


47

2. Manajer belum betul-betul memahami perlunya SIM-RS.

3. Keaslian terhadap teknologi informasi.

4. Kesulitan dalam menghadapi perubahan budaya dan perilaku dengan

diterpkannya SIM-RS.

5. Kurangnya saling pengertian antara klinis, manajer dan pengelola SIM-RS.

J.R. Griffith dalam Aditama (2003), menyatakan bahwa SIM-RS amat

berperan dalam akuntansi manajemen meliputi:

1. Penagihan pembayaran pasien.

2. Pembayaran gaji dan insentif sesuai beban kerja.

3. Pemesanan logistik rumah sakit.

4. Pengurusan dalam pihak ketiga dalam asuransi.

5. Perencanaan keuangan.

Dalam hal audit medik, SIM-RS amat perlu mengingat terjadinya tiga hal

penting di rumah sakit (Aditama, 2003):

1. Teknologi kedokteran kini makin berkembang, makin kompleks, makin

kuat, makin punya resiko bahaya dan makin mahal, karena itu memerlukan

pengawasan yang ketat.

2. Teknologi sistem informasi pun kian canggih sehingga memungkinkan

melakukan pengawasan ketat dengan biaya yang wajar.

3. Situasi lingkungan yang mengharuskan pelayanan kesehatan di rumah

sakit dilakukan seefektif dan seefisien mungkin.

Di rumah sakit, data-data untuk Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat

diperoleh dari berbagai sumber (Aditama, 2003), yaitu:

1. Catatan Medik Pasien


48

2. Akuntansi Penerimaan

3. Akuntansi Pengeluaran Uang

4. Lain-lain

Bambang Hartono dalam Aditama (2003), membagi data di rumah sakit

menjadi:

1. Data Pelayanan

2. Data Sumber Daya

3. Data Pasien

4. Data Status Kesehatan Masyarakat

5. Data Lain-lain

Data-data di atas bisa didapat dengan tiga cara, yaitu studi publikasi,

survei sewaktu-waktu dan proses pencatatan dan pelaporan yang rutin.

2.6. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) pada Instalasi

Radiologi

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Radiologi adalah sebuah sistem yang

dirancang untuk mendukung alur kerja operasional dan analisis bisnis dalam

departemen radiologi (The Royale Collage of Radiologist, 2008). Sistem

Informasi Manajemen Radiologi juga digunakan sebagai tempat penyimpanan

data pasien, laporan, dan berkontribusi dalam pencatatan data pasien secara

elektronik. SIM Radiologi membuat informasi dengan segera, mudah untuk

diakses, mudah untuk melakukan pembaharuan, informasi, juga selalu tersedia

bagi mereka yang membutuhkannya. SIM Radiologi membantu pengelolaan

fungsi administrasi dan opersional mengenai radiologi seperti permintaan


49

pemesanan, pendaftaran, pemeriksaan, hasil laporan, daftar persiapan pekerjaan,

hasil persetujuan, penjadwalan dan sistem manajemen.

SIM Radiologi bukanlah sebuah sistem yang bersifat otonom melainkan

terintregrasi dengan sistem lainnya secara komprehensif untuk prosedur medis.

Ada dua pertukaran utama dalam proses SIM Radiologi dengan sistem lainnya

seperti SIM Radiologi harus berkomunikasi dengan PACS (Picture Archiving and

Communicatiom System) yang bertanggung jawab untuk prosedur internal yang

dilakukan ke dalam departemen radiologi. Proses tersebut merupakan proses

utama dalam pengambilan, pengolahan dan pengarsipan berkas pencitraan media.

SIM Radiologi harus mengumpulkan informasi ini dengan tepat agar dapat

menghasilkan laporan akhir media untuk setiap pemeriksaan. SIM Radiologi juga

terintegrasi dengan HIS (Hospital Information System) untuk melakukan

pengambilan informasi pasien, memperbaharui catatan media untuk pengujian

baru dan proses prosedur penagihan biaya yang sesuai (L. Kolovou, 2005)

2.6.1. Fungsi SIM Radiologi

Layanan Sistem Informasi Manjemen Radilogi didukung oleh 4 fungsi

diantaranya:

1. Pasien mengunjungi administrasi untuk melakukan pendaftaran.

2. Pasien yang akan melakukan pemeriksaan dapat melakukan penjadwalan.

3. Laporan pemeriksaan radiologi pasien.

4. Mengalokasikan dokumen diagnostik untuk sesuai dengan permintaan.


50

2.6.2. Modul Sistem Informasi Manajemen Radiologi

Berikut beberapa fitur-fitur penting yang terdapat pada SIM Radiologi

berdasarkan jurnal The Royal Collage of Radiologist (2008) yaitu:

1. Pendaftaran

Informasi yang telah didapat dari jenis penerimaan dan sumber rujukan

akan dikirim ke bagian registrasi dan dapat diubuah jika diperlukan.

Dalam prosedur block, informasi perjanjian pemeriksaan yang akan

belangsung hari ini akan ditampilkan secara otomatis. Jika perjanjian

pemeriksaan yang belum terdaftar di tampilkan oleh sistem maka

pengguna dapat menghapus dari pendaftaran. Di waktu yang sama,

informasi prosedur tambahan dapat ditambahkan untuk permintaan yang

sama kepada setiap pasien.

2. Persiapan

Modul ini sangat tepat untuk menentukan grup pasien yang akan menerima

perawatan khusus atau persiapan sebelum tes radiologi, dan dapat

memilih salah satu yang sudah ditentukan untuk pembaharuan data. Sistem

berdasarkan sebuah aplikasi yang membaca semua sinyal dari peralatan

radiologi dan penggambaran yang dihasilkan, yang akhirnya akan

diintegrasikan ke dalam dokumen medis pasien.

3. Pemesanan dan Penjadwalan

Pada suatu kondisi tertentu, dalam suatu proses pemeriksaan terkadang

meliputi lebih dari satu prosedur radiologi seperti radiografi bagian dada

dan bagian perut. Pada saat pemesanan. Prosedur ini harus dikelompokkan

untuk menunjukkan hubungan antara dua prosedur tersebut. Hal itu


51

memungkinkan untuk melakukan pemesanan dan penjadwalan yang

terpisah jika diperlukan. Sistem Informasi Manajemen Radiologi harus

mendukung prosedur antara proses penjadwalan pencitraan dan tidak

pencitraan. Contohnya sistem harus memungkinkan penjadwalan yang

berbeda antara injeksi radioisotope dan pencitraan radioisotope. Sistem

juga harus menyediakan pencatatan harian untuk setiap prosedur yang

sudah terjadwal dan memungkinkan pengguna yang berwenang untuk

membatalkan jika layanan tidak tersedia, seperti hari libur karyawan atau

pemeliharaan peralatan medis.

Sistem penjadwalan perjanjian harus terintegrasi dengan sistem perjanjian

rumah sakit, untuk memungkinkan koordinasi pasien pencitraan dengan

klinik yang dirujuk dan pemeriksaan penunjang lainnya.

4. Pembatalan

Sistem ini memungkinkan untuk memblokir prosedur pada hari – hari

seperti hari libur atau periode pemeliharaan. Penjadwalan perjanjian akan

disesuaikan dengan waktu perjanjian yang telah disesuaikan dengan

sistem.

5. Data Pasien

Jika data pasien yang sudah ditransfer dari Master Patient Index (MPI)

pada umumnya tidak memungkinkan untuk mengubah data pasien (nama,

awal nama, tanggal lahir) di sistem. Perubahan harus dilakukan langsung

di MPI setelah itu akan diteruskan ke sistem.


52

6. Laporan Pemeriksaan

Setelah dilakukan pengujian, spesialis akan menuliskan laporan hasil dari

pengujian yang berupa template. Sistem menyediakan sebuah template

yang bisa diubah, namun sistem memungkinkan pengguna untuk

menyesuaikan format laporan sendiri. Setelah teknisi telah mencatat

informasi yang telah didapat, sistem tidak memperkenankan melakukan

finalisasi ke dalam rekam medis, kecuali laporan tesebut sudah diverifikasi

dan disetujui oleh spesialisasi radiologi atau ultrasound. Setelah mendapat

persetujuan dari spesialis dan mengecek keterkaitanya dengan MPI, dokter

yang meminta diagnosis dapat mempelajari hasil radiologi. Untuk

memantau dan mempertahankan kerahasiaan informasi pemeriksaan dan

film, maka sistem akan menyimpan pergerakan dan tujuan data dari luar

departemen dan pusat medis.

7. Sistem Pencarian

Untuk memudahkan proses entri data, modul sistem ini mendukung

fasilitas pencarian. Proses fasilitas pencarian digunakan untuk membuat

daftar informasi yang ada akan ditampilkan, semua informasi medis yang

berkaitan dengan berkas pasien, perintah medis, perjanjian dengan pasien,

dan yang lainnya.

8. Penelusuran Film (Film Tracking)

Sistem pelacakan film yang efektif akan menghemat waktu dalam

pencarian paket film x-ray, gambar, dan arsip hardcopy digital (contohnya,

magnet optical disks). Selain masih percaya dengan penggunaan hardcopy

dan persyaratan dalam mendukung pelacakan gambar melalui sistem.


53

Untuk penyimpanan dengan menggunakan CD, pencarian menggunakan

sistem indeks.

9. Persediaan

Modul persediaan barang di sistem dapat dibantu dengan pengendalian

persediaan dan pemesanan. Jika petugas memasukan data penggunaan

barang di setiap pemeriksaan, persediaan barang akan mengalami

pembaruan secara dinamis dan menghindari untuk pendataan persediaan

barang secara regular.

10. Peringatan

Sistem mendukung peringatan untuk beberapa kasus bagi ahli radiologi

atau pelayanan medis yang harus diketahui misalnya:

a. Memiliki lebih dari satu prosedur dalam satu permintaan pada waktu

yang sama.

b. Jika ada laporan yang sama maka prosedur pembatalan dan

penghapusan laporan akan dijalankan.

c. Jika ada prosedur yang sama diulang kepada pasien dalam jangka

waktu yang singkat (misalnya CT scan selama dua hari berturut -

turut).

d. Pada tingkat spesialis, kasus overdosis radiasi.

e. Menetapkan tanggal datang bulan bagi wanita, berdasarkan usia

mereka.

f. Terkait dengan persediaan barang yang telah mencapai tingkat

minimum.
54

11. Penagihan Biaya

Persyaratan penagihan di radiologi berdasarkan National Health Service

(NHS) secara tradisional sangat sederhana dan dapat dipenuhi dengan

laporan manajemen alur kerja berdasarkan jumlah prosedur yang telah

dilakukan, masing–masing dipetakan ke kode tagihan. Sistem ini

mendukung mekanisme penagihan yang mutakhir, dengan menghasilkan

laporan manajemen berdasarkan aktivitas yang dilakukan dalam suatu

proses radiologi. Dalam sistem kesehatan yang terintegrasi, sistem

mendukung penagihan secara berkala dengan memuatnya ke dalam sistem

penagihan perusahaan pada penyelesaian kegiatan yang ditetapkan

prosedur radiologi.

2.7. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah pendekatan yang bersifat integratif (penyatuan)

karena pendekatan ini didasarkan pada cara berpikir logis dan sistematis dalam

memecahkan suatu masalah organisasi. Pendekatan sistem dapat digunakan dan

diimplementasikan dalam berbagai hal atau kegiatan misalnya berbagai kegiatan

organisasi baik dalam bidang informasi, pendesainan pekerjaan, pengambilan

keputusan, manajemen, maupun dalam penanganan proyek-proyek dan lain

sebagainya. Salah satu bentuk penerapan konsep pendekatan sistem dalam

pendesainan pekerjaan organisasi adalah melalui perencanaan jaringan kerja

(Network Planning). Masalah yang sering timbul dalam perencanaan adalah tidak

konsistennya sistem perencanaan dengan kebutuhan di lapangan, karena para

pengambilan keputusan dan perencanaan sering mengabaikan pendekatan sistem

dalam perencanaan (Mukhneri, 2008).


55

Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang

menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis yang diterapkan dengan

mengarahkan perhatian kepada berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan

gerakannya akan memengaruhi keberhasilan suatu sistem. Pendekatan sistem

dapat memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar untuk memahami

penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem (Tanjung, et al., 2006).

Menurut Azhar dalam Djahir (2014), pendekatan sistem adalah sebuah

teknik dalam menerapkan pendekatan ilmiah untuk pemecahan masalah-masalah

yang kompleks. Pendekatan sistem sendiri merupakan kerangka kerja umum

dalam pengambilan keputusan yang berdasarkan kepada tiga pandangan, yakni:

1. Pendekatan sistem mengharuskan kita mempertimbangkan sistem secara

keseluruhan, tidak boleh hanya terfokus pada komponen atau subsistem

tertentu saja, tetapi fokus pada pencapaian tujuan sistem secara

keseluruhan.

2. Pendekatan sistem berasumsi bahwa selalu ada beberapa alternatif karena

itu ada lebih dari satu cara dalam pemecahan masalah. Kita harus dapat

membandingkan semua alternatif pemecahan masalah tersebut dan

memilih satu alternatif pemecahan masalah yang dianggap sangat berguna

dalam pencapaian tujuan sistem.

3. Pendekatan sistem memerlukan implementasi metode ilmiah yang tahap-

tahapnya dimulai dari observasi, identifikasi masalah, rumusan masalah,

pengambilan data, perumusan hipotesis dan kesimpulan serta dokumentasi

hasil.
56

Menurut W. K. Kellogg (2004), teori pendekatan sistem adalah teori

sistematis dan memiliki gambaran yang digunakan untuk menampilkan dan

menyampaikan pandangan yang sama antara sumber daya yang bekerja di lingkup

yang sama, serta melakukan kegiatan sesuai rencana kegiatan, dan perubahan atau

hasil yang dicapai sesuai yang diharapkan. Berikut adalah model kerangka

berpikir pada pendekatan sistem.

Masukan/ Aktivitas/ Keluaran/


Input Proses Output

Gambar 2.1 Pendekatan Sistem

Sumber: Kellogg, 2004

1. Masukan (Input)

Input merupakan bagian awal dari sistem yang menyediakan kebutuhan

(sumber daya) operasi bagi sistem. Input ini akan berbeda-beda sesuai

dengan sasaran operasi dari suatu sistem. Menurut Harrington E. dalam

Herujito (2004), dalam input terdapat 5 (lima) unsur, yaitu:

a. Men (Sumber Daya Manusia)

Sumber daya manusia merupakan unsur yang penting karena

manajemen dibuat oleh orang-orang yang bekerja sama untuk

mencapai tujuan. Manusia sebagai pembuat tujuan dan juga yang

melakukan proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

tersebut.
57

Sumber daya manusia yang terstandarisasi merupakan kompenen yang

sangat diperlukan untuk menghadapi persaingan dan menumbuhkan

jasa pelayanan kesehatan di ruamah sakit yang berkualitas sehingga

meningkat citra dan profit rumah sakit (Hafizurrachman, 2009).

Sumber daya manusia yang diperulakan yaitu yang memiliki

kompetensi atau pengetahuan dan keterampilan yang sesuai, sehingga

sumber daya manusia tersebut menghasilkan kinerja yang maksimal.

b. Money (Keuangan)

Uang merupakan alat tukar atau pengukur nilai, oleh karena itu besar

kecilnya suatu kegiatan dapat diukur dengan jumlah anggaran yang

dibutuhkan. Uang digunakan untuk mencapai tujuan karena segala

sesuatu harus diperhitungkan secara rasional (Azwar, 2010).

c. Material (Sarana Prasarana)

Material terdiri dari bahan setengah jadi dan bahan jadi. Dalam suatu

kegiatan, materi bisa jadi saran dan prasarana. Sarana dan prasarana

merupakan sesuatu yang penting untuk mendukung suatu kegiatan.

d. Machines (Mesin/Peralatan)

Dalam suatu kegiatan, mesin diperlukan untuk memudahkan dalam

mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

e. Method (Metode)

Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu

prosedur atau tata cara yang diperlukan untuk memperlancar jalannya

pekerjaan.
58

2. Aktivitas (Proses)

Berupa kegiatan proses, alat, tindakan, teknologi, dan kegiatan yang

bertujuan sebagai implementasi program. Intervensi ini biasanya

digunakan untuk melihat hasil atau perubahan program yang direncanakan.

Proses yang dilakukan bisa berdasarkan fungsi manajemen, George R.

Terry merumuskan empat fungsi manajemen (Herujito, 2001), yaitu:

a. Perencanaan

Perencanaan adalah kegiatan yang menentukan berbagai tujuan dan

penyebab tindakan-tindakan selanjutnya. Perencanaan merupakan

sebuah proses merumuskan masalah, menentukan kebutuhan dan

sumber daya yang tersedia, menentukan tujuan, serta menyusun

langkah praktis untuk mencapai tujuan tersebut (Muninjaya, 2004).

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun sebuah

perencanaan diantaranya adalah analisis situasi, mengidentifikasi

masalah dan prioritasnya, menentukan tujuan program, mengkaji

hambatan dan kelemahan program, serta menyusun rencana kerja

operasional (RKO) (Muninjaya, 2004). Hal-hal yang dilakukan dalam

tahap perencanaan (Herujito, 2001), antara lain

a) Menjelaskan, memantapkan dan memastikan tujuan yang dicapai.

b) Meramalkan peristiwa atau keadaan pada waktu yang datang.

c) Memperkirakan kondisi-kondisi pekerjaan yang dilakukan.

d) Memilih tugas yang sesuai untuk pencapaian tujuan.

e) Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan

kreativitas agar diperoleh sesuatu yang baru dan lebih baik.


59

f) Membuat kebijaksanaan, prosedur, standar, dan metode-metode

untuk pelaksanaan kerja.

g) Memikirkan peristiwa dan kemungkinan akan terjadi.

h) Memikirkan peristiwa dan kemungkinan akan terjadi.

i) Mengubah rencana sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan pekerjaan diantara anggota

kelompok dan membuat ketentuan dalam hubungan-hubungan yang

diperlukan. Pengorganisasian merupakan langkah untuk menetapkan,

menggolongkan, menetapkan macam-macam kegiatan serta mengatur

pembagian tugas dan wewenang (Muninjaya, 2004). Manfaat dari

pengorganisasian adalah adanya pembagian tugas untuk perorangan

dan kelompok, hubungan organisatoris antar manusia yang menjadi

staf atau anggota, pendelegasian wewenang, dan pemanfaatan staf dan

fasilitias fisik yang dimiliki (Muninjaya, 2004). Kegiatan-kegiatan

yang dilakukan dalam tahapan pengorganisasian (Herujito, 2001),

antara lain:

a) Membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas operasional.

b) Mengelompokkan tugas-tugas ke dalam posisi-posisi secara

operasional.

c) Menggabungkan jabatan-jabatan operasional ke dalam Instalasi-

Instalasi yang saling berkaitan.

d) Memillih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai.

e) Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan.


60

f) Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap

anggota.

g) Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai.

h) Menyelaraskan organisasi sesuai dengan petunjuk hasil

pengawasan.

c. Pelaksanaan

Fungsi pelaksanaan merupakan fungsi penggerak semua kegiatan

program yang telah ditetapkan pada pengorganisasian untuk mencapai

tujuan program yang telah direncanakan. Pelaksanaan lebih

menekankan manajer untuk mengarahkan dan menggerakkan semua

sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah direncakan

(Muninjaya, 2004). Sehingga, pelaksanaan adalah kegiatan

menggerakkan anggota-anggota kelompok untuk melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan tugas masing-masing. Beberapa kegiatan

yang dilakukan dalam tahapan pelaksanaan (Herujito, 2001), sebagai

berikut:

a) Melakukan kegiatan partisipasi dengan senang hati terhadap

semua kepurusan, tindakan atau perbuatan.

b) Mengarahkan dan menantang orang lain agar bekerja sebaik-

baiknya.

c) Memotivasi anggota.

d) Berkomunikasi secara efektif.

e) Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh.


61

f) Memberi imbalan penghargaan terhadap pekerja yang melakukan

pekerjaan dengan baik.

g) Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan petunjuk

pengawasan.

d. Pengawasan

Pengawasan adalah kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan

dan rencana-rencana yang telah ditentukan. Pengawasan merupakan

fungsi yang terakhir dalam proses manajemen. Pengawasan

mempunyai kaitan erat dengan fungsi manajemen lainnya, terutama

dengan perencanaan. Melalui pengawasan, standar keberhasilan

program yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan

sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai

atau yang mampu dikerjakan oleh staf. Jika ditemukan kesenjangan

atau penyimpangan terjadi, maka harus segera diatasi (Muninjaya,

2004). Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahapan pengawasan

(Herujito, 2001), sebagai berikut:

a) Membandingkan hasil-hasil pekerjaan dengan rencana secara

keseluruhan.

b) Menilai hasil pekerjaan dengan standar hasil kerja.

c) Membuat media pelaksanaan secara tepat.

d) Memberitahukan media pengukur pekerjaan.

e) Memindahkan data secara terperinci agar dapat terlihat

perbandingan dan penyimpangan-penyimpangannya.


62

f) Membuat saran tindakan-tindakan perbaikan jika dirasa oleh

anggota.

3. Keluaran (Output)

Berupa produk langsung dari kegiatan program, dan juga termasuk tipe,

level, dan target pelayanan yang diinginkan oleh program.

2.8. Health Metric Network (HMN)

Health Metric Network (HMN) merupakan alat (tools) yang dapat

digunakan untuk mengukur atau menilai proses pengembangan kerangka dari

seluruh subsistem atau komponen dalam suatu Sistem Informasi Kesehatan. HMN

digunakan untuk mencapai tiga tujuan, yaitu:

1. Untuk mengembangkan harmonisasi dari kerangka HMN untuk

mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan sebuah institusi.

2. Untuk mendukung institusi berkembang dalam mengadaptasi dan

mengaplikasikan rekomendasi dan standar yang tekandung dalam

kerangka HMN untuk meningkatkan Sitem Informasi Kesehatan dan

menyediakan dukungan teknis dan sebagai percepatan informasi sampai

akhir.

3. Untuk meningkatkan kualitas, nilai dan kegunaan dari Sistem Informasi

Kesehatan dengan mengembangkan kebijakan dan menawarkan insentif

untuk meningkatkan penebaran dan penggunaan data dengan konsentrasi

pada tingkat tertentu.

Menurut WHO (2013), komponen-komponen dalam suatu Sistem

Informasi Kesehatan yang mengadopsi komponen yang ada pada kerangka

HMN untuk dilakukan penilaian atau pengukuran kualitasnya berdasarkan


63

parameter penilaian tertentu, terdiri atas beberapa komponen, yaitu Kebijakan

dan Koordinasi, Dana dan Tenaga Pelaksana, Sarana, Indikator, Sumber Data,

Manajemen Data, Produk Informasi, dan Diseminasi Penggunaan Informasi.

Komponen-komponen dalam Sistem Informasi Kesehatan yang akan dinilai atau

diukur tersebut dapat diintegrasikan kepada teori pendekatan sistem, dimana

komponen penilaian akan dibagi menjadi 3 (bagian), yaitu Input, Proses, dan

Output.

Input berisikan penilaian atau pengukuran terhadap komponen Kebijakan

dan Koordinasi, Dana dan Tenaga Pelaksana, serta Sarana. Proses berisikan

penilaian atau pengukuran terhadap komponen Indikator, Sumber Data dan

Manajemen Data. Sementara output berhubungan dengan komponen Produk

Informasi, serta Diseminasi dan Penggunaan Informasi. Penjelasan lebih detail

terkait komponen yang akan dinilai atau diukur pada Sistem Informasi Kesehatan

berdasarkan kerangka yang ada pada HMN, adalah sebagai berikut:

1. Input

Komponen Kebijakan dan Koordinasi, Dana dan Tenaga Pelaksana, serta

Sarana merupakan penjabaran dari Sumber Daya. Dimana Sumber Daya

Sistem Informasi Kesehatan dalam hal ini termasuk Undang-undang,

peraturan dan kerangka kerja perencanaan yang diperlukan untuk

memastikan informasi kesehatan yang berfungsi secara menyeluruh, dan

sumber daya yang merupakan prasyarat untuk suatu sistem sehingga

sistem dapat berfungsi.


64

2. Proses

a. Indikator merupakan basis dari perencanaan dan strategi informasi

kesehatan. Indikator meliputi pengaruh dari kesehatan, input sistem

kesehatan, output dan dampak serta status kesehatan.

b. Sumber data terbagi menjadi dua kategori utama: (1) data berbasis

populasi (sensus, pencatat sipil, dan survei populasi) dan (2) data

berbasis lembaga (catatan individu, catatan layanan dan catatan

sumber daya). Perlu dicatat bahwa sejumlah pendekatan pengumpulan

data dan sumber lainnya ada yang tidak cocok dengan salah satu

kategori utama di atas, tetapi dapat memberikan informasi penting

yang mungkin tidak tersedia di tempat lain. Dalam hal ini termasuk

survei kesehatan, penelitian, dan informasi yang dihasilkan oleh

organisasi berbasis masyarakat.

c. Manajemen data ini mencankup semua aspek penanganan data dari

pengumpulan, penyimpanan, jaminan kualitas dan aliran, untuk

pengelolahan, komplikasi dan analisis. Persyaratan spesifik ditentukan

untuk periodesitas dan ketepatan waktu seperti dalam kasus surveilans

penyakit.

3. Output

a. Produk informasi data harus diubah menjadi informasi yang akan

menjadi bukti dasar dan pengetahuan untuk membentuk aksi

kesehatan.

b. Penyebaran dan penggunaan nilai informasi kesehatan dapat

mempermudah para pengambil keputusan dalam membuat kebijakan.


65

Peningkatan kualitas Sistem Informasi Kesehatan di sebuah institusi

menjadi sebuah hal yang dibutuhkan untuk menghasilkan informasi yang baik.

Oleh karena itu WHO membuat sebuah kerangka atau fase untuk dapat

meningkatkan kualitas Sistem Informasi Kesehatan, yang dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Fase 1: Kepemimpinan, koordinasi dan penilaian merupakan langkah

pertama dalam melaksanakan penguatan sistem informasi kesehatan

melalui menjamin ketertiban dan mendukung oleh berbagai stakeholder.

Proses penilaian memberikan kesempatan kepada stakeholder untuk

berkolaborasi antar disiplin dalam memberikan pemahaman bersama pada

konsep, keuntungan dan kapasitas khusus pada sistem informasi kesehatan

disebuah Negara.

2. Fase 2: Membuat prioritas dan rencana. Membangun alat perencanaan

dengan melibatkan stakeholder yang mempunyai visi untuk membuat

perencanaan dan keputusan berbasis fakta.

3. Fase 3: Implementasi dari kegiatan penguatan sistem informasi kesehatan

termasuk membahas kemampuan teknologi informasi dalam kebijakan,

sumber daya manusia dan proses yang membuat akses dapat

ditindaklanjuti dalam sistem informasi kesehatan sebuah Negara.

Dari ketiga fase tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa apabila ingin

meningkatkan sistem informasi kesehatan disebuah institusi maka harus dilakukan

penilaian terlebih dahulu terhadap sistem informasi kesehatan yang sedang

berjalan sebagai dasar dalam tindakan selanjutnya.


66

2.9. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, dapat dipahami bahwa untuk menilai atau

mengukur kualitas suatu Sistem Informasi Kesehatan, yang pada studi kasus ini

diimplementasikan dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIM-RS), terkhusus pada Instalasi Radiologi, dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan sistem, yang terdiri atas input, proses dan output.

Komponen-komponen yang perlu dinilai dari Sistem Informasi Kesehatan, yang

mengadopsi kepada kerangka yang ada pada HMN, terdiri atas 6 (enam)

komponen, dimana masing-masing komponen dapat dikategorisasi berdasarkan

alur pendistribusian informasinya, apakah termasuk input, proses maupun output.

Kerangka teori secara detail dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
67

SIM-RS Instalasi Radiologi


Penerapan konsep sistem, yang meliputi
input, proses dan output terhadap data
atau informasi pada Instalasi Radiologi di
RS, untuk menunjang proses pengelolaan
(manajemen) didalam Instalasi terkait

SIM-RS Intalasi Radiologi


merupakan Bagian dari
Sistem Informasi Kesehatan
(SIK)

Evaluasi Implementasi SIM-RS


Instalasi Radiologi
Evaluasi terhadap kualitas pelaksanaan
suatu SIK, yang diimplementasikan dalam
bentuk SIM-RS, dapat dilakukan dengan
cara mengukur atau menilai komponen-
komponen yang ada didalam suatu sistem
tersebut, yang diadopsi dari komponen
yang terkandung didalam HMN

Evaluasi Komponen dalam Pelaksanaan SIK yang Diadopsi Kerangka HMN

Kebijakan dan Dana dan Tenaga Sarana INPUT


Koordinasi Pelaksana

Indikator Sumber Data Manajemen


PROSES
Data

Produk Diseminasi dan


Informasi Penggunaan
OUTPUT

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber: Framework and Standards for Country Health Information Sistems

WHO, 2008
BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1. Kerangka Pikir

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti membuat kerangka pikir

yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1. Peneliti ingin melihat gambaran

implementasi SIM-RS pada Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Dr. M. Yunus Bengkulu. Kerangka pikir disusun berdasarkan teori

pendekatan sistem, yang akan menilai atau mengukur kualitas input, proses dan

output terhadap pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi Radiologi di institusi Rumah

Sakit yang ditinjau. Komponen-komponen yang dinilai atau diukur pada tahap

input, proses dan output didasarkan pada komponen yang ada pada Sistem

Informasi Kesehatan, yang diadopsi berdasarkan kepada komponen-komponen

yang ada pada kerangka Health Metric Network (HMN). Komponen-komponen

tersebut meliputi, Sumber Daya, Indikator, Sumber Data, Manajemen Data,

Produk Informasi, dan Diseminasi Penggunaan Informasi.

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dibuat, tahap input berisikan

penilaian atau pengukuran terhadap komponen sumber daya, yang meliputi

kebijakan dan koordinasi, sumber dana, tenaga pelaksana serta sarana yang

digunakan dalam pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi Radiologi. Selanjutnya,

tahap proses berisikan penilaian atau pengukuran terhadap komponen indikator,

sumber data dan manajemen data dalam pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi

Radiologi. Sementara tahapan terakhir, yaitu tahap output, berisikan penilaian

atau pengukuran terhadap komponen produksi, diseminasi dan pengguna

informasi yang dihasilkan dalam pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi Radiologi.

68
69

Berikut kerangka pikir yang dibuat peneliti untuk mempermudah cara

berpikir dan pemaparan hasil penelitian ini.

Input: Proses: Output:

Sumber Daya, meliputi:  Indikator  Produk Informasi


 Kebijakan dan  Sumber Data  Diseminasi dan
Koordinasi  Manajemen Data Pengguna Informai
 Sumber Dana dan
Tenaga Pelaksana
 Sarana

Gambar 3.1 Kerangka Pikir

3.2. Definisi Istilah

Definisi istilah dari domain yang digunakan untuk melihat implementasi

SIM-RS pada Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus

Bengkulu adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan dan Koordinasi (Input)

Kebijakan merupakan seperangkat aturan yang dibuat oleh Rumah Sakit

sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan SIM-RS, terkhusus pada Instalasi

Radiologi.

2. Dana dan Tenaga Pelaksana (Input)

Dana merupakan anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan SIM-RS

pada Instalasi Radiologi, sementara Tenaga Pelaksana merupakan personil

yang menjalankan pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi Radiologi.


70

3. Sarana (Input)

Merupakan sekumpulan alat-alat (konvensional atau elektrik) yang

digunakan untuk membantu proses pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi

Radiologi.

4. Indikator (Proses)

Merupakan parameter-parameter yang ditetapkan sebagai tolak ukur

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu SIM-RS pada Instalasi Radiologi.

5. Sumber Data (Proses)

Merupakan informasi yang akan menjadi bahan masukan untuk diolah

lebih lanjut pada pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi Radiologi.

6. Manajemen Data (Proses)

Sekumpulan prosedur untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa

dan menditribusikan data pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi Radiologi.

7. Produk Informasi (Output)

Merupakan produk keluaran berupa informasi yang dihasilkan dari proses

pengolahan data masukan pada tahap sebelumnya, yang digunakan untuk

melakukan pengambilan keputusan dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan kepada pasien.

8. Diseminasi dan Penggunaan Informasi (Output)

Merupakan penyebarluasan informasi yang dihasilkan dari sistem

informasi manajemen rumah sakit yang dilakukan pada Instalasi

Radiologi. Penggunaan informasi yaitu pemanfaatan hasil informasi yang

terdapat dihasilkan dari sistem informasi manajemen rumah sakit dalam

rangka pengambilan keputusan.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa

wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Sementara teknik analisis

data yang digunakan berupa pendekatan terhadap metode analisis data kualitatif

model Miles & Huberman. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan tujuan ingin menggali lebih dalam dari berbagai sumber informasi

mengenai gambaran implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIM-RS) pada Instalasi Radiologi di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun

2017.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Penelitian pada

Rumah sakit ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017 hingga Maret 2018 dan

pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus Tahun 2017.

4.3. Informan Penelitian

Pada penelitian ini, teknik sampling data yaitu purposive sampling.

Metode ini merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu, misalnya orang yang paling tahu tentang apa yang kita

harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan

peneliti menjelajah obyek/situasi yang diteliti (Sugiyono, 2010).

Adapun informan pada penelitian ini berjumlah 5 orang, yaitu:

71
72

1. Kepala Bagian Penggunaan Program dan Evaluasi (Penanggung Jawab

Pusat Pelayanan Teknologi Informasi Komunikasi) merangkap

Perencanaan.

2. Kepala Sub Bagian Data dan Informasi (Ketua PPTIK).

3. Koordinator IT dan SIM-RS.

4. Kepala Ruang Instalasi Radiologi.

5. Staf Ruang Instalasi Radiologi.

4.4. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain yaitu:

Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari informan dan

didapatkan dengan wawancara mendalam, analisis dokumen, serta observasi

lapangan yang dilakukan langsung pada informan Instalasi PPTIK dan Instalasi

Radiologi di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

4.5. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif, peneliti memiliki kedudukan khusus, yaitu

perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, serta hasil

penelitiannya (Moeleong, 2010). Kedudukan peneliti tersebut menjadikan peneliti

sebagai key instrument atau intrumen kunci yang mengumpulkan data berdasarkan

kriteria-kriteria yang dipahami (Sugiyono, 2010).

Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan pedoman

wawancara mendalam untuk mewawancarai informan terkait dengan

implementasi SIM-RS pada Instalasi Radiologi. Instrumen lain dalam penelitian


73

ini adalah pengumpulan data dengan menggunakan pedoman observasi dan telaah

dokumen. Serta peneliti juga menggunakan alat bantu berupa alat tulis, kamera,

dan perekam suara agar dapat memperkuat akurasi pengumpulan data mengenai

implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit pada Instalasi Radiologi

di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

4.6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan teknik wawancara

mendalam (indepth interview), observasi dan telaah dokumen, yang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Wawancara (Interview)

Pada teknik ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai alat

pengumpulan data. Pedoman wawancara tersebut sebagai acuan untuk

menggali informasi terkait masukan (input), proses dan keluaran (output)

yang ada dalam implementasi SIM-RS Instalasi Radiologi. Wawancara

dalam penelitian ini langsung dilakukan terhadap kepala bagian PPTIK,

Kepala Sub Bagian Data dan Informasi, Koordinator IT dan SIM-RS,

Kepala Ruang Instalasi Radiologi dan Staf Ruang Instalasi Radiologi di

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Selanjutnya wawancara mendalam

bersama dngan informan penelitian dapat menghasilkan data primer

mengenai kegiatan dan tahapan pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi

Radiologi.

2. Observasi

Observasi adalah bagian dari pengumpulan data. Observasi berarti

mengumpulkan data langsung dari lapangan. Observasi dilakukan pada


74

petugas yang melakukan pelaksanaan kegiatan SIM-RS pada Instalasi

Radiologi. Observasi yang di maksud dalam metode pengumpulan data ini

ialah melihat kesesuaian komponen pada pelaksanaan SIM-RS pada

Instalasi Radiologi antara lain alat/mesin penunjang, komponen perangkat

lunak seperti komputer. Observasi dilakukan sebagai teknis untuk

melengkapi data tentang implementasi SIM-RS pada Instalasi Radiologi di

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

3. Telaah Dokumen

Peneliti menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan data dan

informasi yang dibutuhkan peneliti dalam memperoleh jawaban atas tujuan

dan pertanyaan penelitian. Dokumen tersebut sebagai data sekunder yang

digunakan sebagai bahan pemeriksaan terkait implementasi SIM-RS pada

Instalasi Radiologi. Hasil pengamatan dan wawancara informasi dapat

peneliti bandingkan kesesuaiannya menggunakan dokumen-dokumen

tersebut agar dapat mengetahui implementasi SIM-RS pada Instalasi

Radiologi.

Tabel 4.2. Sumber Perolehan Data berdasarkan Metode Pengumpulan Data

Item Penilaian SIM-RS Telaah


Wawancara Observasi
pada Instalasi Radiologi Dokumen
Kebijakan Acuan regulasi dan kebijakan √ √
dan Kebijakan untuk pemantauan √
Koordinasi rutin
Kebijakan untuk pertemuan √ √
rutin
Dana dan Ketersediaan instalasi √
Tenaga fungsional
Pelaksana Pelatihan kapasitas petugas √
75

Item Penilaian SIM-RS Telaah


Wawancara Observasi
pada Instalasi Radiologi Dokumen
Penganggaran pengelolaan √
Sarana Ketersediaan ATK dan √ √
perlengkapan lain untuk
mencatat
Ketersediaan komputer dan √ √
peralatan IT lainnya
Ketersediaan jaringan yang √ √
memadai
Ketersediaan program yang √ √
memadai
Pemeliharaan peralatan √
Indikator Acuan indikator yang √ √
digunakan
Ketersediaan indikator inti √ √
Pelaporan indikator √
Sumber Ketersediaan sumber data √ √
Data Ketersediaan pengelompokan √ √
data
Manajemen Ketersediaan prosedur tertulis √ √
Data Kemudahan interface √ √
pengolahan data
Ketersediaa kode khusus √
dalam pengolahan data
Ketersediaan program back up √
data
Produk Konsistensi data √ √
Informasi Frekuensi pelaporan √
Waktu pengukuran √
Diseminasi Kualitas perolehan informasi √
dan (tepat waktu, lengkap, relevan,
Pengguna dan akurat)
Informasi Format penyajian data √ √
76

Item Penilaian SIM-RS Telaah


Wawancara Observasi
pada Instalasi Radiologi Dokumen
Keberadaan program advokasi √
Kegunaan informasi dalam √
fungsi manajerial

4.7. Teknik Pengolahan Data

Tahap pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mencatat kembali hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen.

Telaah dokumen dilakukan sesuai dengan panduan telaah dokumen

(telampir). Pencatatan observasi dilakukan dengan mencatat hasil

observasi pada lembar observasi. Pencataan kembali dilakukan untuk

meringkas hasil wawancara dan menemukan inti pembicaraan atau data

yang diperlukan.

2. Melakukan kategorisasi data berdasarkan komponen sistem informasi

manajemen rumah sakit. Dalam hal ini, komponen SIM-RS terbagi

menjadi tiga, yaitu kebijakan dan koordinasi, dana dan tenaga pelaksana,

serta sarana yang tergolong dalam input; indikator, sumber data dan

manajemen data yang tergolong dalam proses serta produk informasi,

pengguna dan diseminasi informasi yang tergolong output.

3. Menyimpulkan gambaran implementasi SIM-RS pada Instalasi Radiologi

berdasarkan hasil penilaian secara kualitatif.


77

4.8. Teknik Analisis Data

Salah satu teknik atau metode yang dapat digunakan dalam analisis data

secara kualitatif, adalah dengan menggunakan model Miles dan Huberman.

Menurut Emzir (2010), analisis data dalam model Miles dan Huberman bersifat

induktif dan berkelanjutan, yang terdiri dari 3 (tiga) aktivitas utama, yaitu

meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), serta

penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing / verification), yang

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dicatat secara rinci dan teliti. Mereduksi data merliputi aktivias

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya, serta membuang data yang tidak perlu.

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan

mempermudah Peneliti untuk melakukan pengumpulan data lebih jauh,

dan mencarinya apabila diperlukan.

Tahap reduksi dalam aplikasinya diterapkan dalam proses pengamblan

atau pengumpulan data di lapangan, sehingga informasi dalam tahap

reduksi data tidak disajikan dalam laporan akhir, namun disajikan dalam

catatan lapangan. Hasil akhir tahap ini adalah intisari terhadap informasi

data yang nantinya digunakan dalam menjawab pertanyaan penelitian.

2. Tahap Penyajian Data (Data Display)

Setelah didapatkan intisari data dalam tahap reduksi, maka data tersebut

akan disajikan dalam laporan hasil penelitian, yang akan mendukung


78

proses analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penyajian data

dalam model Miles dan Huberman dapat dilakukan dengan 2 (dua) pilihan

format, yaitu diagram konteks (dalam bentuk tabel, gambar, dan diagram

alir) dan/atau matriks, dimana pada masing-masing format yang dipilih

akan dilengkapi dengan penjelasan secara tekstual yang bersifat deskriptif

atau naratif.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing /

Verification)

Langkah berikutnya adalah tahap penarikan kesimpulan berdasarkan

temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal pada saat tahap

awal umumnya masih bersifat sementara dan akan berubah apabila

ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data

berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut

sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang dikemukakan didukung

oleh bukti-bukti yang kuat, dalam arti konsisten dengan kondisi yang

ditemukan saat kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang diperoleh

merupakan kesimpulan yang kredibel, yang selanjutnya dimuat dalam

bagian akhir pada suatu laporan hasil penelitian.

Implementasi konsep analisis data dengan model Miles dan Huberman

dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mendapatkan data mentah (transkrip, data lapangan, gambar, dan lainnya).

Peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data di lapangan, lalu membuat

catatan lapangan dalam bentuk transkip wawancara dan observasi.


79

2. Mengelolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Hasil transkip

wawancara, dan observasi dipilih kembali untuk menentukan bagian-

bagian yang memang menjadi bahan penelitian, dan disatukan untuk

disiapkan untuk dianalisis.

3. Menyajikan keseluruhan data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan

penelitian, dalam bentuk matriks model penelitian, yang dilengkapi dengan

penjelasan naratif berdasarkan informasi dari informan terkait.

4. Melakukan verifikasi data dan menyusun kesimpulan terhadap

pembahasan yang telah dilakukan.

4.9. Teknik Penyajian Data

Seperti yang telah dijelaskan pada sub-bagian sebelumnya, data yang telah

dilakukan pereduksian di lapangan akan disajikan dalam bentuk matriks model

penelitian, yang dilengkapi dengan penjelasan naratif berdasarkan informasi yang

didapatkan dari informan terkait.

4.10. Teknik Validasi Data

Teknik verifikasi atau validasi data yang digunakan dalam penelitian ini,

menggunakan model triangulasi, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber, yaitu triangulasi ini dilakukan dengan cara cross

check data dengan fakta dari sumber lainnya yang terkait untuk menggali

topik yang sama. Dilakukan dengan cara wawancara mendalam kepada

Kepala Sub Bagian Data dan Informasi (Ketua PPTIK) yang mengetahui

juga tentang implementasi SIM-RS.


80

2. Triangulasi metode, yaitu triangulasi yang dilakukan dengan

menggunakan metode pengumpulan data berbeda-beda untuk

mendapatkan data, diantaranya wawancara mendalam dan telaah data.

Tabel 4.3. Validasi Data

Item Penilaian SIM-RS Validasi Validasi


pada Instalasi Radiologi Sumber Metode
Kebijakan Acuan regulasi dan kebijakan √ √
dan Kebijakan untuk pemantauan rutin √
Koordinasi Kebijakan untuk pertemuan rutin √ √
Dana dan Ketersediaan instalasi fungsional √
Tenaga Pelatihan kapasitas petugas √
Pelaksana Penganggaran pengelolaan √
Sarana Ketersediaan ATK dan √ √
perlengkapan lain untuk mencatat
Ketersediaan komputer dan √ √
peralatan IT lainnya
Ketersediaan jaringan yang √ √
memadai
Ketersediaan program yang √ √
memadai
Pemeliharaan peralatan √
Indikator Acuan indikator yang digunakan √ √
Ketersediaan indikator inti √ √
Pelaporan indikator √ √
Sumber Ketersediaan sumber data √ √
Data Ketersediaan pengelompokan data √ √
Manajemen Ketersediaan prosedur tertulis √ √
Data Kemudahan interface pengolahan √ √
data
Ketersediaa kode khusus dalam √
pengolahan data
Ketersediaan program back up data √ √
Produk Konsistensi data √ √
81

Item Penilaian SIM-RS Validasi Validasi


pada Instalasi Radiologi Sumber Metode
Informasi Frekuensi pelaporan √ √
Waktu pengukuran √
Diseminasi Kualitas perolehan informasi (tepat √
dan waktu, lengkap, relevan, dan
Pengguna akurat)
Informasi Format penyajian data √ √
Keberadaan program advokasi √ √
Kegunaan informasi dalam fungsi √ √
manajerial
BAB V

HASIL

5.1. Deskripsi Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam

pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, diantaranya adalah

Kepala Bagian Penggunaan Program dan Evaluasi (Penanggung Jawab Pusat

Pelayanan Teknologi Informasi Komunikasi) merangkap Perencanaan, Kepala

Sub Bagian Data dan Informasi (Ketua PPTIK), Koordinator IT dan SIM-RS,

Kepala Ruang Instalasi Radiologi, dan Staf Ruang Instalasi Radiologi. Berikut

adalah gambaran dari setiap informan:

1. Kepala Bagian Penggunaan Program dan Evaluasi (Penanggung Jawab

Pusat Pelayanan Teknologi Informasi Komunikasi) merangkap

Perencanaan (Informan A)

Informan merupakan Kepala Bagian Penggunaan Program dan Evaluasi

(Penanggung Jawab Pusat Pelayanan Teknologi Informasi Komunikasi)

merangkap Perencanaan.

2. Kepala Sub Bagian Data dan Informasi (Ketua PPTIK) (Informan B)

Informan merupakan Kepala Sub Bagian Data dan informasi yang

bertugas untuk menyampaikan informasi yang berasal dari setiap Instalasi

untuk diserahkan kepada Direktur.

3. Koordinator IT dan SIM-RS (Informan C)

Informan merupakan Koordinator IT dan Sistem Informasi Manajemen

yang ada di Rumah Sakit. Tugas dari koordinator IT ini adalah membantu

menyusun rencana dan program kinerja SIM-RS, melakukan pengecekan

82
83

rutin SIM-RS, melaksanakan perbaikan perangkat lunak berdasarkan

keluhan, membantu pelaksanaan pelatihan komputer, membantu menyusun

pengembangan perangkat lunak, melaksanakan kegiatan keamanan sistem

informasi dan melakukan pengolahan data.

4. Kepala Ruang Instalasi Radiologi (Informan D)

Informan ini merupakan Kepala Ruang Instalasi Radiologi. Dalam urusan

Sistem Informasi Manajemen pada Instalasi Radiologi, Kepala Ruang

Instalasi Radiologi ini memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan

seluruh staf dan menyampaikan laporan kepada Bagian Pusat Pelayanan

Teknologi Informasi dan Komunikasi yang ada di RSUD Dr. M. Yunus.

5. Staf Ruang Instalasi Radiologi (Informan E)

Informan ini merupakan staf pada Instalasi Radiologi yang bertanggung

jawab atas Sistem Informasi Manajemen yang ada di Instalasi Radiologi

tersebut.

5.2. Deskripsi Tempat Penelitian

5.2.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M Yunus

Bengkulu

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu merupakan Rumah

Sakit Umum Swadana Daerah berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.

445.28.366 Tahun 1995 yang diperkuat dengan Peraturan Daerah Nomor 14

Tahun 1994 dan Surat Keputusan Direktur Nomor 655 Tahun 1995.
84

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 1413/MENKES/SK/XII/2006, RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu menjadi

rumah sakit Kelas B Pendidikan.

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu juga merupakan rumah sakit rujukan

tertinggi di Provinsi Bengkulu dan pada tanggal 29 Desember 2009 berdasarkan

SK Gubernur No M.320 XXVII. RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu ditetapkan

menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan berbagai upaya yang

ditujukan guna membantu penyembuhan penderita yang dating berobat ke rumah

sakit, yang meliputi upaya promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif.

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu secara bertahap melengkapi fasilitas

Rumah Sakit dengan peralatan, sarana, dan prasarana lain serta tenaga ahli yang

diperlukan. Peralatan dan fasilitas mutakhir hanyalah seperangkat alat yang tanpa

sentuhan tangan-tenaga ahli dan profesional berpengalaman tidak akan memiliki

arti. Kesadaran ini bermakna agar pelayanan diberikan akan dapat dirasakan dan

dialami masyarakat sebagai pelayanan prima.

Guna meningkatan mutu pelayanan kepada Masyarakat, RSUD Dr. M.

Yunus Bengkulu menerapkan misi pelayanan cepat, tepat, ramah dan profesional

berdasarkan motto SEHAT MUFAKAT. Semua pelayanan rumah sakit telah

direncanakan untuk kebutuhan dan kesembuhan masyarakat sebagai titik pusat

pelayanan. Visi dan Misi yang dimiliki oleh RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu,

adalah sebagai berikur:

1. Visi

Menjadi Rumah Sakit Tipe A dengan pelayanan berkualitas, maju, berdaya

saing serta melaksanakan pendidikan dan penelitian.


85

2. Misi

a. Menyelenggarakan pelayanan prima yang professional.

b. Meningkatkan saranan-prasarana yang memadai sesuai dengan standar

RS Tipe A.

c. Meningkatkan kualitas SDM rumah sakit, kuantitas dokter spesialis

dan sub-spesialis.

d. Memantapkan kesejahteraan tenaga medik dan non medik.

e. Memberi kepastian jaminan pelayanan.

f. Mengembangkan pendidikan dan penelitian.

5.2.2. Gambaran Umum Pusat Pelayanan Teknologi Informasi Komunikasi

(PPTIK) RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Pusat Pelayanan Teknologi Informasi Komunikasi (PPTIK) merupakan

Instalasi pendukung kelancaran pelaksanaan informasi dengan sistem

komputerisasi di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Berdasarkan surat Keputusan

Direktur RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tentang petugas PPTIK Nomor

821.22/891/HK-RS/2012, beberapa tugas pokok dan fungsi PPTIK RSUD Dr. M.

Yunu Bengkulu adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi sesuai

kebijakan di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

b. Mengelola akses teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan seluruh aktivitas pelayanan di RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu.
86

c. Mengatur sistem pangkalan data dan sistem informasi manajemen

yang terintegrasi sesuai kebutuhan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

dan Instalasi kerja.

d. Menjamin kelancara akses internet, hotspot, dan intranet.

e. Melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan praktikum teknologi

informasi dan komunikasi bagi stakeholder internal dan eksternal.

f. Menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan oleh RSUD Dr. M.

Yunus Bengkulu dan seluruh Instalasi kerja.

g. Mengembangkan dan mengelola website RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu sebagai sarana penyebaran informasi bagi khalayak umum.

h. Membantu RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dalam hal pengadaan dan

perawatan perangkat keras.

i. Mengamankan aset RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu yang berupa

perangkat keras, perangkat lunak, dan produk-produk TIK yang

dikembangkan yang berupa perangkat keras, perangkat lunak, dan

produk-produk TIK yang dikembangkan RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu.

j. Menangani penyalahgunaan fasilitas teknologi informasi dan

komunikasi di lingkungan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dan

menyerahkan penyelesaiannya kepada atasan.

k. Mengembangkan Instalasi profit center bidang TIK untuk membantu

bidang finansial RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

l. Mengembangkan kerja sama teknologi informasi dan komunikasi

dengan pihak lain untuk kemajuan RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.


87

5.2.3. Gambaran Umum Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Instalasi Radiologi di rumah sakit memberikan pelayanan radiodiagnostik

dan pelayanan radioterapi sebaik-baiknya kepada penderita yang membutuhkan

dengan mempertimbangkan unsur bahaya radiasi, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta unsur cost benefit. Terselenggaranya pelayanan

penunjang untuk mendung pelayanan rutin dan pelayanan gawat darurat sesuai

dengan fasilitas yang tersedia.

5.2.3.1. Visi dan Misi Instalasi Radiologi

1. Visi

Menjadikan pusat rujukan radilogi yang berkualitas dan profesional dalam

rangka menunjang visi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

2. Misi

a. Memberikan pelayanan Radiologi yang tepat, cepat dan ramah bagi

semua lapisan masyarakat.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga

radiografer yang profesional dalam memberikan pelayanan yang

prima.

c. Memanfaatkan sarana dan fasilitas Radiologi untuk menunjang

kualitas pelayanan.

d. Meningkatkan kesejahteraan karyawan sebagai motivasi kerja dalam

memberikan pelayanan Radiologi.


88

5.2.3.2. Produk Pelayanan: Jasa Pelayanan Radiologi

Tabel 5.4. Penyampaian Pelayanan

No. Komponen Uraian

1. Persyaratan a. Pasien datang dengan rujukan atau tanpa rujukan


Pelayanan b. Pasien dalam kondisi gawat, darurat, atau gawat
darurat
2. Sistem, Alur
Mekanisme PASIEN POLIKLINIK
PASIEN
dan Prosedur RAWAT INAP

IKS BPJS
UMUM

LOKET PENDAFTARAN Acc BPJS


PEMBAYARAN

PEMERIKSAAN

KONSUL SPESIALIS

POLIKLINIK

Keterangan:
a. Pasien mendaftar dengan membawa surat permintaan
pemeriksaan Radiologi serta syarat lainnya (pasien
BPJS membawa lembar verifikasi BPJS), kemudian
petugas mendaftarkan, menginput data di computer
dan mencatat di buku Register.
b. Pasien Umum akan diberikan struk pembayaran,
kemudian pasien membayar di loket pembayaran dan
kembali ke ruang Radiologi.
c. Pasien masuk ke ruang pemeriksaan untuk dilakukan
pemeriksaan Radiologi yang diminta, kemudian
petugas Radiologi melaksanakan pemeriksaan kepada
pasien.
89

No. Komponen Uraian

d. Pasien menunggu di ruang tunggu Radiologi untuk


mengambil hasil pemeriksaan Radiologi.
e. Setelah mendapat hasil, pasien kembali ke ruangan
poliklinik.
Pasien BPJS, IKS rawat jalan:
a. Pasien datang ke ruang Radiologi dengan membawa
Pengantar yang sudah Acc BPJS dan SEP ke ruang
Radiologi untuk mendaftar, kemudian petugas ADM
Mencatat dan menginput di computer.
b. Pasien masuk ke ruang pemeriksaan untuk dilakukan
pemeriksaan Radiologi oleh petugas sesuai dengan
permintaan pemeriksanya.
c. Pasien menunggu di ruang tunggu untuk mengambil
hasil pemeriksaan.
d. Setelah mendapat hasil, pasien kembali ke ruang
poliklinik.
Pelayanan Radiologi Rawat Inap
a. Pasien diantar oleh POS/Perawat ke ruang Radiologi
dengan membawa surat permintaan pemeriksaan
Radiologi, kemudian petugas pendaftaran menginput
data di computer dan mencatat di buku register.
b. Pasien masuk ke ruang pemeriksaan untuk dilakukan
pemeriksaan Radiologi yang diminta, kemudian
petugas Radiologi melaksanakan pemeriksaan kepada
pasien.
c. Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien dibawa oleh
POS/perawat ke ruang perawatan Rawat Inap. Hasil
akan diantar ke ruang rawat inap.
90

No. Komponen Uraian

3. Jangka Waktu Waktu pelayanan terhadap pasien disesuaikan dengan


Pelayanan jenis pemeriksaan pasien, yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan USG:30 menit
Dengan hasil bacaan/ekspertise dari dokter spesialis
Radiologi dalam jangka waktu 24 jam.
b. Pemeriksaan Konvensional : 30 menit
Dengan hasil bacaan/ekspertise dari dokter spesialis
Radiologi dalam jangka waktu 24 jam.
c. Pemeriksaan Khusus dengan Kontras : 2 jam
Dengan hasil bacaan/ekspertise dari dokter spesialis
Radiologi dalam jangka waktu 48 jam.
d. Pemeriskaan CT-Scan : 1 jam
Dengan hasil bacaan/ekspertise dari dokter spesialis
Radiologi dalam jangka waktu 3 hari.
4. Biaya/Tarif Tarif BPJS disesuaikan dengan tarif BPJS yang ditetapkan
pemerintah.
Tarif Pasien Umum.
a. Tarif : Rp. 35.000
Gigi
b. Tarif : Rp. 45.000
Throax Anak
c. Tarif : Rp. 70.000
Throax
Ekstremitas
Mandibula
Pelvis
Nasal
Scapula/Clavicula
Maxilla
91

No. Komponen Uraian

d. Tarif : Rp. 105.000


Tulang Kepala : Kepala, SPN, Orbita, TMJ,
Mastoid BNO
Panoramic
e. Tarif : Rp. 195.000
BNO 3 Posisi
Tulang Belakang
f. Tarif : Rp. 210.000
Appendicogram
Oesophagografi
g. Tarif : Rp; 270.000
Fitsulografi
h. Tarif : Rp. 375.000
Uretrocystografi
i. Tarif : Rp. 400.000
Colon Inloop
OMD
BNO IVP
5. Pengelolaan, a. Instalasi Pengaduan Pelanggan, Informasi dan
Penanganan, Konseling (UPPIK) No. HP: 0812746089000
Pengaduan, b. Telephone (0736)52004 atau Faximile (0736) 52007
Saran dan c. Email : rsmyunus@gmail.com
Masukan
92

Tabel 5.5. Pengelolaan Pelayanan

No. Parameter Keterangan

1. Dasar Hukum a. KEMENKES RI No. 1014/MENKES/SK/XI/

2008 tentang Standar pelayanan Radiologi

Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan

b. PERMENKES No. 375/MENKES/SK/III/2007

Standar Profesi Radiografer

c. PERMENKES No. 780/MENKES/PER/VIII/

2008 Tentang penyelenggaraan pelayanan

Radiologi

2. Sarana dan a. Pesawat Radiologi dan Aksesorisnya

Prasarana b. Proteksi Radiasi

c. Prosessing Film

d. ATK

3. Kopetensi a. Radilog

Pelaksana b. Radiografer

4. Pengawasan Pengawasan dilakukan oleh atasan langsung secara

Internal berjenjang dibawah Kabid Kesling dan Penunjang

Medik.

5. Jumlah Pelaksana 19 orang yang terdiri dari :

a. 4 orang Petugas Administrasi

b. 2 orang Petugas Kamar Gelap

c. 13 orang Radiografer
93

6. Jaminan a. SPM/Standar Pelayanan Minimal

Pelayanan b. SPO/Standar Pelayanan Opersional

7. Jumlah Keamanan a. Hasil pemeriksaan ditanda tangani dan dicap

dan Kenyamanan basah

b. Hasil tidak dipublikasikan

8. Evaluasi Kinerja Dilaksanakan Monitoring dan Evaluasi kinerja

Pelayanan dan minimal 1 (satu) tahun sekali

Penyaluran Indek

Kepuasan

Masyarakat (IKM)

5.3. Gambaran Input, Proses, dan Output dalam Implementasi Sistem

Informasi Manajemen Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Berdasarkan teknik analisis data dengan model Miles dan Huberman

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, data yang telah dilakukan pereduksian

di lapangan akan disajikan dalam bentuk matriks model penelitian, yang

dilengkapi dengan penjelasan naratif berdasarkan informasi yang didapatkan dari

informan terkait, yang dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 5.6. Gambaran Input, Proses, dan Output dalam Implementasi Sistem
Informasi Manajemen Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Kategori Sub-Kategori Parameter Hasil


Input Kebijakan dan  Acuan regulasi dan kebijakan Lihat Penjelasan
Koordinasi  Kebijakan untuk pemantauan rutin pada Bagian 5.3.1
 Kebijakan untuk pertemuan rutin
94

Kategori Sub-Kategori Parameter Hasil


Dana dan  Ketersediaan instalasi fungsional Lihat Penjelasan
Tenaga Pelaksana  Pelatihan kapasitas petugas pada Bagian 5.3.1
 Penganggaran pengelolaan
Sarana  Ketersediaan ATK dan perlengkapan Lihat Penjelasan
lain untuk mencatat pada Bagian 5.3.1
 Ketersediaan komputer dan peralatan
IT lainnya
 Ketersediaan jaringan yang memadai
 Ketersediaan program yang memadai
 Pemeliharaan peralatan
Indikator  Acuan indikator yang digunakan Lihat Penjelasan
Proses  Ketersediaan indikator inti pada Bagian 5.3.2
 Pelaporan indikator
Sumber Data  Ketersediaan sumber data Lihat Penjelasan
 Ketersediaan pengelompokkan data pada Bagian 5.3.2
Manajemen Data  Ketersediaan prosedur tertulis Lihat Penjelasan
 Kemudahan interface pengolahan data pada Bagian 5.3.2
 Ketersediaan kode khusus dalam
pengolahan data
 Ketersediaan program back-up data
Output Produk Informasi  Konsistensi data Lihat Penjelasan
 Frekuensi pelaporan pada Bagian 5.3.3
 Waktu pengukuran
Diseminasi dan  Kualitas perolehan informasi (tepat Lihat Penjelasan
Penggunaan waktu, lengkap, relevan, dan akurat) pada Bagian 5.3.3
Informasi  Format penyajian data
 Keberadaan program advokasi
 Kegunaan informasi dalam fungsi
manajerial
95

5.3.1. Gambaran Input Implementasi Sistem Informasi Manajemen

Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Gambaran input pada sistem informasi manajemen rumah sakit pada

Instalasi Radiologi tersebut dalam pelaksanaannya mengarah pada pelaksanaan

terkait kebijakan dan koordinasi, dana, tenaga pelaksana dan sarana.

5.3.1.1. Kebijakan dan Koordinasi

Kebijakan dan koordinasi akan dinilai dalam tiga aspek yaitu kebijakan,

pemantauan rutin dan pertemuan rutin. Berdasarkan wawancara terhadap

informan, belum ada kebijakan tentang SIM-RS pada RSUD Dr. M. Yunus

termasuk pada Instalasi Radiologi. Berdasarkan wawancara mengenai kebijakan

yang mengatur jalannya SIM-RS pada Instalasi Radiologi yaitu sabagai berikut:

“…Kebijakan sudah ada, kebijakan Sistem Informasi Manajemen Rumah

Sakit…” (Informan C)

“...Terkait SIM-RS pada dasarnya belum ada kebijakan khusus dari rumah

sakit terkait SIM Radiologi, kebijakan yang kita gunakan hanya kebijakan

yang diberikan oleh rumah sakit berdasarkan Pergub...” (Informan D)

“....Setau saya ada kebijakan dari rumah sakit tetapi terkait SI, itu juga

tidak ada yang khusus terkait SIM Radiologi...” (Informan E)

Berdasarkan telaah dokumen, pada dasarnya sudah diatur mengenai sistem

informasi manajemen untuk setiap rumah sakit. Seperti sesuai ketentuan Pasal 52

ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, setiap

rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan

penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk sistem informasi manajemen rumah

sakit. Hingga saat ini, peraturan atau pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan
96

pelaporan SIM-RS pada Instalasi Radiologi didasarkan pada petunjuk dari PPTIK.

Instalasi Radiologi tidak memiliki pedoman terkait kebijakan dalam pelaksanaan

SIM-RS Instalasi Radiologi.

Aspek lain dalam sumber daya yaitu kebijakan mengenai pemantauan

rutin. Kegiatan pemantauan rutin ini dilakukan oleh pihak PPTIK untuk melihat

bagaimana perkembangan jalannya SIM-RS pada Instalasi Radiologi tersebut.

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terkait perkembangan jalannya

SIM-RS dirumah sakit tersebut. Berdasarkan wawancara berikut jawaban

informan mengenai pemantauan SIM-RS Instalasi Radiologi yang dilakukan oleh

PPTIK:

“…Kegiatan pemantauan dilakukan oleh tim PPTIK saja…” (Informan C)

“...Dari awal berdirinya atau awal kita diperintahkan untuk berbasis SIM,

belum ada evaluasi yang dilakukan oleh pihak PPTIK. Kita hanya

memberikan laopran saja terkait perkembangan atau sarana prasaran

yang ingin kita tambahkan. Hanya seperti itu, berbentuk laporan bulanan

saja ke PPTIK...” (Informan D)

“...Tidak ada pemantauan khusus, kita saja yang memberikan laporan

perbulannya kepada PPTIK...” (Informan E)

Dalam kegiatan pertemuan rutin, kegiatan tersebut tidak dituangkan dalam

kebijakan tertulis. Pertemuan hanya dilakukan rutin pada awal tahun guna

membahas perencanaan program pengembangan SIM-RS yang ada dirumah sakit

Dr. M. Yunus tersebut. Pertemuan juga dilakukan untuk melakukan evaluasi

program, akan tetapi untuk SIM-RS pada Instalasi Radiologi belum pernah
97

melakukan evaluasi sejak awal dilaksanakan. Berikut hasil wawancara mengenai

pertemuan rutin:

“…Pertemuan ada tetapi tidak tertulis…” (Informan C)

“…Pertemuan dilakukan pada setiap awal tahun, untuk perbulannya kita

hanya melakukan pelaporan kegiatan atau pelaporan perkembangan

program saja…” (Informan C)

“…Belum ada pertemuan yang tertulis membahas tentang evaluasi terkait

sim di Radiologi ini…” (Informan D)

Untuk pertemuan rutin tersebut, tidak ada kebijakan khusus secara tertulis

namun sudah menjadi agenda dari rumah sakit untuk melakukan rapat pertemuan

setiap tahunnya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada Instalasi Radiologi

belum terhadap unsur kebijakan mengenai jalannya SIM-RS. Sedangkan kegiatan

pemantauan rutin mengenai pelaksanaan SIM-RS Instalasi Radiologi sudah

berjalan. Dan dalam pertemuan rutin, tidak ada kebijakan tertulis terkait kegiatan

pertemuan rutin.

5.3.1.2. Dana dan Tenaga Pelaksana

Dalam hal ini sumber daya lain yang dinilai adalah dana dan tenaga

pelaksana. Penilaian dilakukan untuk mengetahui Instalasi fungsional, kegiatan

pelatihan dan anggaran yang diperuntukkan dalam pelaksanaan sistem informasi

manajemen rumah sakit Instalasi Radiologi. RSUD Dr. M. Yunus telah memiliki

unit fungsional yang secara khusus bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem

informasi manajemen rumah sakit. Unit fungsional yang dimaksud adalah PPTIK

(Pusat Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi). PPTIK disini merupakan


98

Instalasi pendukung kelancaran peaksanaan informasi dengan sistem

komputerisasi pada RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Dengan begitu dapat

disimpulkan bahwa RSUD Dr. M. Yunus sudah memiliki Instalasi fungsional

yang menangani secara khusus mengenai SIM-RS. Berikut hasil wawancara

mengenai unit fungsional:

“…Jika unit fungsional yang dimaksud untuk membantu pelaksanaan SIM-

RS, RSUD Dr. M. Yunus memiliki unit PPTIK sebagai unit pembantu…”

(Informan A)

“…Disini peran PPTIK sebagai unit yang membantu jalannya SIM-RS

disetiap instalasi dan rumah sakit…” (Informan C)

“...Kegiatan SIM-RS dibantu oleh pihak PPTIK sebagai unit

pengaduan…” (Informan D)

Pelatihan mengenai pengelolaan SIM-RS sudah dilakukan oleh RSUD Dr.

M. Yunus. Pelatihan diberikan kepada petugas baru yang akan menjalankan SIM-

RS Radiologi tersebut. Akan tetapi pelatihan yang diberikan hanya sekali pada

saat pertama kali petugas memulai bekerja di Radiologi tersebut, selebihnya

petugas mempelajari sendiri. Berikut hasil wawancara mengenai pelatihan

pengelolaan SIM-RS Instalasi Radiologi:

“…Untuk pelatihan ada ya…” (Informan C)

“...Pelatihan kita dapatkan untuk staff baru yang akan menjalankan SIM-

RS Radiologi, pelatihan tersebut didapatkan bersamaan dengan semua

staff yang menjalankan SIM-RS…” (Informan D)


99

“…Untuk pelatihan tidak ada pelatihan khusus, pelatihan waktu itu saya

belajar bagimana menggunakan program SIM-RS Radiologi tersebut…”

(Informan E)

Pelatihan mengenai sistem informasi manajemen rumah sakit Instalasi

Radiologi pernah dilakukan, akan tetapi pelatihan tersebut tidak dikhususkan

untuk pemegang Instalasi Radiologi. Pelatihan dilakukan secara bersamaan

dengan pemegang SIM-RS untuk Instalasi yang lain.

Anggaran dan dana pengelolaan SIM-RS Radiologi berasal dari APBD

dan dana operasional rumah sakit. Berikut hasil wawancara mengenai pengelolaan

dana SIM-RS Radiologi:

“…Kalau untuk dana pelaksanaan SIM-RS didapat dari APBD ya, dari

rumah sakit sendiri ada anggaran tapi kayanya tidak ada anggaran

khusus untuk pelatihan deh…” (Infroman A)

“…Dana untuk pelaksanaan SIM-RS Radiologi tersebut berasal dari

APBD..” (Informan C)

“…Untuk dana kita tidak mengetahuinya ya, sepertinya sih dari APBD

dan rumah sakit. Soalnya kita kalo berkaitan sama dana tinggal lapor ke

PPTIK, nanti PPTIK yang memberikan. Dan biasanya kita meminta itu

sesuai kebutuhan untuk kertas-kertas atau operasional lainnya…”

(Informan D)

“…Dana untuk pelaksanaan SIM Radiologi berasal dari dana operasional

rumah sakit yang diberikan oleh PPTIK…” (Informan E)


100

Anggaran yang digunakan untuk pengelolaan dan pelaksanaan SIM-RS

Radiologi tersebut digunakan hanya untuk memenuhi sarana pelaksanaan SIM-RS

Instalasi Radiologi saja, akan tetapi anggran pelatihan tidak ada.

5.3.1.3. Sarana

Sarana menjadi penunjang dalam pelaksanaan SIM-RS Radiologi. Sarana

yang mencakup peralatan Informasi Teknologi yang seperti komputer, jaringan

internet dan sarana yang mendukung lainnya beserta pemeliharaan terhadap

sarana tersebut. Adanya kertas dan ATK lainnya yang dapat mendukung jalannya

SIM-RS Radiologi. Berdasarkan observasi dan wawancara, ketersediaan sarana

tersebut di Instalasi Radiologi telah tersedia, akan tetapi jaringan yang tersedia

masih suka terjadi gangguan. Selain itu, adanya sarana tersebut belum ditunjang

dengan anggaran pemeliharaan secara khusus. Selain itu, Instalasi Radiologi

belum memiliki program terkait pelaporan pembuatan laporan rutin dan tahunan

sehingga hal itu masih dilakukan secara manual. Berikut hasil wawancara

mengenai ketersediaan sarana:

“...Sarana yang diberikan ada komputer, printer, jaringan internet dan

rentetan lain seperti kertas sudah tersedia diInstalasi Radiologi,

komputernya juga ada satu khusus untuk urusan SIM-RS Radiologi...”

(Informan A)

“...Dari awal rumah sakit mengubah jadi berbasis teknologi informasi

yang diberikan dan dipersiapkan terlebih dahulu itu ya perangkat

komputer dan sistemnya...” (Informan C)”

“...Ya beginilah, komputer ada hanya 1 yang khusus untuk mendukung

SIM-RS makanya kan petugasnya hanya satu. Tapi terkait pelayanan dari
101

mulai pendaftaran di depan komputernya ada 4. Menurut saya sistemnya

masih biasa sekali, masih kurang memadailah sistem SIM-RS nya...”

(Informan D)

“...Ya ada, komputer ada. Tapi menurut saya kurang 1 untuk membantu

pekerjaan saya. Kalo lagi eror juga suka saya otak-atik sendiri, atau

minta tolong temen-temen yang mengerti, karena kita belum punya IT

khusus kalo terjadi kerusakan. Dan kalo perlu memanggil orang biasanya

kita dulu yang bayar, soalnya kalo nungguin dari rumah sakit kan lama,

sedangkan pekerjaan harus tetap berjalan...” (Informan E)

Penilaian terhadap perangkat komputer sudah memadai. Aspek lain yang

dinilai adalah jaringan internet. Jaringan internet pada Instalasi Radiologi sudah

tersedia akan tetapi sering kali terjadi error. Selain itu program mengenai SIM-RS

tersebut juga dinilai belum lengkap dikarenakan tidak adanya program untuk

membuat laporan bulanan dan laporan tahunan. Namun dalam hal perawatan

Instalasi Radiologi belum melakukan perawatan alat, karena tidak adanya

anggaran khusus dan tenaga khusus dalam perawatan peralatan yang digunakan

dalam pelaporan melalui sistem informasi manajemen rumah sakit.

5.3.2. Gambaran Proses Implementasi Sistem Informasi Manajemen

Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

5.3.2.1. Indikator

Indikator merupakan salah satu komponen yang dinilai dari sistem

informasi manajemen rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara, dalam

pelaksanaan SIM-RS pada Instalasi Radiologi telah memiliki indikator tersendiri


102

untuk mengukur sebuah keberhasilan dari pelaksanaan SIM-RS itu sendiri. Dalam

pelaksanaanya SIM-RS Instalasi Radiologi dianggap berhasil jika suda

tersedianya SDM yang dapat menjalankan program dan tersedianya aplikasi yang

lengkap. Selain itu, indicator keberhasilannya yaitu tercapainya jumlah kunjungan

pasien yang berkunjung ke instalasi Radiologi.

Dalam hal pelaporan, kegiatan tersebut belum dilakukan secara teratur.

Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga yang tersedia terutama untuk SIM-RS

Instalasi Radiologi itu sendiri. Berikut hasil wawancara terkait indikator

keberhasilan jalannya SIM-RS Radiologi:

“…Indikator yang dibuat hanya mengacu pada Permenkes No.

1171/MENKES/PER/2011…” (Informan C)

“….Tidak ada indikator khusus, SIM-RS Instalasi Radiologi dikatakan

berhasil jika sudah mencapai target kunjungan rumah sakit dan SDM

sudah memenuhi dan aplikasi yang lengkap…” (Informan D)

”…SIM-RS dikatakan berhasil jika SDM sudah bias manjalankan aplikasi

dengan benar, pelaporan indikator tidak ada…” (Informan E)

Dapat di simpulkan bahwa Instalasi Radiologi telah memilik indikator

untuk mengukur keberhasilan jalannya SIM-RS pada Instalasi Radiologi, akan

tetapi berdasarkan observasi hal tersebut tidak di dukung dengan pelaporan

indikator. Karena tidak ada bukti laporan indikator yang digunakan oleh SIM-RS

Instalasi Radiologi.

5.3.2.2. Sumber Data

Penilaian sumber data dihasilkan dari telaah dokumen dan wawancara

mengenai data yang tersedia. Menurut informan pada Instalasi Radiologi data
103

yang digunakan hanyalah data-data pasien saja. Pengumpulan data tersebut

dilakukan berdasarkan data pasien. Data tersebut berupa data jumlah pemeriksaan

pasien, jumlah pendaptn dan jumlah data pasien. Data tersebut nantinya

digunakan untuk membuat laporan yang ditujukan kepada bagian kebidangan

kesling dan penunjangn medik. Hasil data tersebut nantinya akan menjadi rekapan

per-pemeriksaan yang dibuat secara manual. Berikut hasil wawancara mengenai

sumber data yang digunakan dalam pelaksanaan SIM-RS Instalasi Radiologi:

“...Sumber data-data yang nantinya akan kita laporkan tersebut hanya

berasal dar data-data pasien, ada juga data pelaksanaan kegiatan kita itu

nantinya juga akan kita laporkan...” (Informan D)

“...Data yang dikelolah oleh saya itu data-data pasien, yang berupa data

julah pemeriksaan dan pendapatan kemudian data jumlah pasien...”

(Informan E)

5.3.2.3. Manajemen Data

Dalam manajemen data, dilakukan penilaian terhadap prosedur

pengelolaan data, gudang data, kamus dan kode khusus dalam sistem informasi

manajemen rumah sakit. Prosedur yang tersedia dalam pelaksanaan SIM-RS

Radiologi mengacu kepada Permenkes No 1171/MENKES/PER/2011. Namun,

dari rumah sakit sendiri membuat pedoman yang akan digunakan dalam

manajemen data. Berikut hasil wawancara mengenai prosedur pengelolaan sistem

informasi manajemen Radiologi:

“…Setiap Instalasi harusnya sudah memilik prosedur sesuai dengan

pelaksanaannya masing-masing…” (Informan C)


104

“…Prosedur tidak ada, kita hanya mengacu kepada langkah-langkah

yang diberikan oleh PPTIK saja…” (Informan D)

“…Tidak ada, kita otodidak saja…” (Informan E)

Berdasarkan wawancara dan observasi dalam pelaksanaannya, Instalasi

Radiologi tidak memilik prosedur tertulis terkait langkah pelaksanaannya.

Instalasi Radiologi hanya melakukan manajemen data berdasarkan otodidak saja.

Data pada SIM-RS Radiologi bersifat user friendly karena dapat diakses

oleh semua pihak. Hal tersebut juga ditandai dengan mudahnya penggunaan

sistem informasi manejemen oleh user atau pengguna yang memiliki kode terkait

SIM-RS Radiologi. Hasil wawancara dan observasi menujukkan bahwa yang

dapat menggunakannya hanya tenaga pelaksana Radiologi. Hal tersebut

dikarenakan hanya yang berkepentingan dengan SIM-RS Radiologi saja yang

dapat menggunakannya.

“…Program yang dimiliki oleh setiap Instalasi berbeda-beda sesuai

dengan kebutuhannya…” (Informan A)

“…Tidak semua petugas dapat mengakses data yang ada pada Instalasi

Radiologi dikarenakan setiap petugas punya tugas masing-masing sesuai

dengan bidangnya…” (Informan C)

“…Data di Instalasi Radiologi itu bentuknya mudah dipahami memang,

tetapi tidak semuanya bias mengakses. Sesuai dengan kebutuhannya

saja… ” (Informan D)

“…Datanya mudah dipahami dan mudah diakses sama seiapa saja yang

memiliki kode khusus. Biasanya yang berkepentingan ingin melihat


105

sesuatu dari laporan Instalasi Radiologi meminta saya dulu untuk

membukanya…” (Informan E)

Instalasi Radiologi memiliki buku administrasi manual dan rekapan

laporan yang berguna untuk penyimpanan data. Selain itu, penyimpanan data juga

dilakukan oleh bagian PPTIK yang dilakukan dengan bentuk sistem digital.

Dengan begitu untuk membuka arsip data Instalasi Radiologi dapat melihatnya

dari bagian PPTIK. Berikut hasil wawancara mengenai penyimpanan data:

“…PPTIK juga berperan sebagai tempat penyimpanan data arsip yang

dimiliki oleh setiap Instalasi…” (Informan A)

“…Instalasi Radiologi memiliki laporan tersendiri untuk menyimpan data-

datanya…” (Informan D)

“…Data-data tersebut kita simpan di dalam buku administrasi manual

dan rekapan laporan. Sedangkan yang berbentuk digital ada pada tim

PPTIK …” (Informan E)

Berdasarkan data yang didapatkan, Instalasi Radiologi belum memiliki

prosedur yang dapat membantu dalam pelaksanaannya. Kemudian, data yang

digunakan bersifat user friendly karena dapat diakses oleh pengguna yang

memilik kode khusus. Dan Instalasi Radiologi selain melakukan back up data

sendiri juga ada PPTIK yang melakukan back up data terkait pelaksanaan SIM-RS

di Instalasi Radiologi.
106

5.3.3. Gambaran Output Implementasi Sistem Informasi Manajemen

Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

5.3.3.1. Produk Informasi

Pada komponen produk informasi akan dinilai unsur seperti konsistensi

data, intensitas pelaporan, dan intensitas pengukuran. Konsistensi data

digambarkan melalui data yang dikumpulkan dalam SIM-RS Radiologi. Berikut

wawancara mengenai konsistensi data:

“…Data berasal dari pemeriksaan pasien setiap harinya berubah…”

(Informan C)

“…Sudah pasti tidak konsisten, setiap harinya pasiennya pasti beda…”

(Informan D)

“…Data yang kita olah setiap harinya tidak konsisten sama sekali,

dikarenakan setiap hari memang pasti berubahan…” (Informan E)

Alur pelaporan atau prosedur yang dimiliki oleh Radiologi memiliki

beberapa tahapan. Pertama yaitu bagian pendaftaran, karena bagian pendaftaran

memiliki kartu pasien yang mencacat rekam medis sebelumnya dan mencatat

data-data pasien. Kedua yaitu bagian Radiologi, kemudian bagian PPTIK, setelah

itu data baru diberikan kepada Direktur untuk pengambilan keputusan. Bagan

prosedur akan dapat dilihat pada Gambar 5.1.


107

Direktur Rumah
Sakit Dr. M. Yunus
Bengkulu

Pusat Pelayanan
Teknologi Informasi
Komunikasi

Instalasi Radiologi

Pendaftaran

Gambar 5.1 Alur Pelaporan Kinerja Radiologi

Sumber: Data Primer (Hasil Wawancara)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dalam pelaporan, terdapat

pelaporan bulanan dan pelaporan tahunan. Pelaporan bulanan yaitu mencakup

laporan kegiatan yang dilakukan setiap harinya. Sedangkan laporan tahunan lebih

kepada laporan perencanaan kebutuhan juga hasil evaluasi selama setahun.

Berikut hasil wawancara mengenai pelaporan data:

“…Bagian bidang menerima laporan bulanan yang dibuat oleh Instalasi

Radiologi…” (Informan C)

“…Laporan bulanan dan Tahunan yang kita buat…” (Informan D)

“…Pada Instalasi Radiologi ini ada 2 bentuk laporan. Yaitu laporan

bulanan dan laporan tahunan. Laporan bulanan itu lebih kepada apa

yang dikerjakan setiap harinya, seperti contohnya data-data pasien itu

masuk ke laporan bulanan. Sedangkan laporan tahunan itu seperti


108

perencanaan yang akan kita lakukan bulan tahun depan, kebutuhan untuk

ditahun depan, seperti itu…” (Informan E)

Berdasarkan wawancara, pelaporan rutin yang dilakukan oleh Instlasi

Radiologi tersebut ditujakan kepada bagian bidang kesling dan penunjang medik,

sedangkan untuk laporan tahunan ditujukan kepada Direktur.

Dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan pada kegiatan SIM-RS di

Instalasi Radiologi tidak pernah sama atau dapat dikatakan selalu berubah.

Kemudian pelaporan sudah dilakukan dengan baik karena pelaporan dilakukan

satu bulan sekali. Laporan tersebut dikumpulkan dalam kurun waktu bulan dan

tahunan.

5.3.3.2. Diseminasi dan Penggunaan Informasi

Salah satu aspek dari diseminasi dan pengguna informasi adalah aspek

kebutuhan dan analisis. Dalam aspek kebutuhan dan analisis akan dinilai unsur

seperti perolehan informasi dan penyajian data. Pada unsur perolehan informasi

secara tepat waktu, relevan, dan akurat dinilai memadai. Dalam ketepatan waktu,

ketersediaan informasi sudah cukup memadai karena informasi sudah tersedia

pada saat perencanaan dan tindakkan langsung. Berikut wawancara mengenai

ketepatan waktu laporan:

“...Laporan tahunan itu ditujukan buat direktur, kalo laporan bulanan

yang setiap bulan itu dilaporinnya ke kita...” (Informan A)

“...Iya laporan tahunan ada itu diberikannya ke saya sebagai penanggung

jawab yang juga merangkap perencanaan...” (Informan C)

“...Kita selalu buat laporan tahunan dan bulanan ya, dan kita selalu

memberikan laporan sesuai jadwal tutup buku...” (Informan D)


109

“...Selalu buat laporan dan tepat waktu, soalnya kan musti diperiksa dulu

sama kepala ruangan sebelum diserahkan. Kadang sesekali kita perna

telah kalo lagi banyak kerjaan...” (Informan E)

Dalam hal relevansi data, pada Instalasi Radiologi data yang ada

semuanya sudah relevan atau berhubungan antara data dari bagian pendaftaran

sampai kepada bagian Radiologi. Berikut wawancara mengenai relevensi data:

“…Iya relevant, dari bidang juga menerima…” (Informan C)

“...Data yang kita punya selama ini selalu relevan dengan data bagian

pendaftaran sampai kepada bagian PPTIK...” (Informan E)

Selanjutnya dalam hal akurasi data, data sudah dinilai cukup akurat dalam

melihat kejadian yang sebenarnya, karena semua yang telah dituliskan atau masuk

kedalam sistem yaitu data yang sebenarnya terjadi sesuai dengan pemeriksaan.

Direktur rumah sakit melakukan validasi data dengan melihat data yang PPTIK

punya dengan Radiologi.

“...Akurat, yang biasa melakukan pengecekan data ya Direktur, itu juga

suka tidak terduga datangnya...” (Informan C)

“…Data tersebut kita berikan kepada bagian bidang untuk di cek

kemabali, nanti dari bagian bidang yang melaporkan ke kepala, datanya

sudah pasti akurat…” (Informan D)

“…Laporan tersebut sebelum di berikan kebagian bidang biasanya di cek

dulu sama kepada Bidang Radiologi, data-data sebelum dimasukkan ke

laporan juga di cek akurasinya. Kalo lagi menginput data pasti sampe di

ulang 2 kali…” (Informan E)


110

Penyajian data hanya dilakukan menggunakan tabel yang sudah ada pada

sistem dan biasanya itu lebih mudah dipahami. Dengan begitu aspek penyajian

data dianggap sudah ada dan memadai.

Aspek lain dalam diseminasi dan pengguna informasi adalah adalah

advokasi, implementasi dan aksi. Pada aspek tersebut akan dinilai pengguna

informasi sesuai dengan otoritas pada tingkat pelayanan kesehatan. Pada SIM-RS

Radiologi, pengguna informasi yaitu ditujukan kepada bagian Kebidangan untuk

dijadikan laporan. Pengguna informasi digunakan pada setiap tingkat untuk

membantu dalam evaluasi sistem informasi manajemen Instalasi Radiologi. Hal

tersebut dilakukan oleh setiap pihak yaitu perencanaan, Radiologi dan PPTIK

yang kemudian akan menyampaikan kepada Direktur untuk dievaluasi. Berikut

hasil wawancara mengenai pengguna informasi SIM-RS Instalasi Radiologi:

“...Selalu dapat laporan data dari bagian Radiologi dan dilakukan setiap

bulannya...” (Informan A)

“...Data tersebut digunakan untuk monitoring dan evaluasi, serta sebagai

pedoman untuk perencanaan kedepan...” (Informan C)

”…Selalu ada pelaporan yang kita lakukan…” (Informan D)

“...Kalo ke pasien informasi yang pasti sampai ya masalah diagnosa dan

berkaitan dengan pemeriksaan di Radiologi, kemudian juga informasi

ditujukan kepada laporan Bidang...” (Informan E)

Dapat di simpulkan bahwa penggunaan monitoring dan evaluasi secara

periodik sudah dilakukan oleh Instalasi Radiologi dalam pelaksanaan SIM-RS.

Karena setiap bulannya dilakukan pemantauan oleh PPTIK dan sesekali

melakukan pertemuan dengan Direktur juga. Sedangkan untuk unsur advokasi


111

Rumah Sakit telah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam menyikapi Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit terutama pada Instalasi Radiologi tersebut.

5.4. Sintesis Hubungan Pusat Pelayanan dan Teknologi Informasi

Komunikasi (PPTIK) dan Instalasi Radiologi

Perangkat lunak aplikasi SIM-RS merupakan alat bantu dalam mengelola

data dan informasi serta tata kelola sistem informasi manajemen yang ditangani

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu, memungkinkan untuk dilakukan pengembangan

dan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan kebijakan Direksi RSUD Dr.

M. Yunus Bengkulu.

Sampai dengan bulan Maret 2018 ini RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu telah

menerapkan beberapa modul aplikasi SIM-RS, diantaranya aplikasi :

1. Modul Pendaftaran (Kelompok Pelayanan Medis)

2. Modul Kasir Rawat Inap (Kelompok Modul Keuangan)

3. Modul Rekam Medik (Kelompok Modul Penunjang Medis)

4. Modul Eksekutif Information System

Namun demikian modul-modul tersebut baru sebagian kecil dari

keseluruhan Modul SIM-RS yang diinginkan dan masih sangat perlu untuk

menambah atau melengkapi Modul modul lain agar SIM-RS terlaksana secara

komplit agar dapat memenuhi kebutuhan masing-masing bagian di lingkungan

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

Pengembangan Perangkat Lunak SIM-RS Tahun Anggaran 2012

dimaksud, diharapkan mampu melakukan Pengembangan, Sinkronisasi,


112

Penambahan dan Penyempurnaan aplikasi SIM-RS yang telah terbangun agar

dapat bermanfaat untuk mendukung kinerja RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

Pada saat ini basisdata SIM-RS telah terbangun walaupun secara kuantitas

dan kualitas belum dapat menghasilkan data dan informasi yang lengkap, tepat

dan akurat untuk mendukung pelaksanaan Informasi Data RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu.

Pusat Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunkasi (PPTIK) pada

RSUD Dr. M. Yunus berperan sebagai unit yang membantu mengelolah SIM-RS

pada instalasi Radiologi, selain itu melakukan pengecekan rutin ke instalasi

Radiologi, melaksanakan perbaikan perangkat lunak berdasarkan keluhan dari

instalasi, membantu pelaksanaan pelatihan komputer, membantu untuk menyusun

pengembangan software yang digunakan.

PPTIK juga merupakan tempat pengelolaan data yang telah dikumpulkan

dari berbagai instalasi. Bukan hanya instalasi Radiologi saja akan tetapi setiap

instalasi yang telah mengembangkan sistem SIM melakukan pengumpulan data

pada unit PPTIK.

Instalasi Radiologi termasuk kedalam modul penunjang medik atau rekam

medis. Penentuan indikator keberhasilan SIM-RS pada RSUD dr. M. Yunus

tersebut ditentukan oleh PPTIK itu sendiri, sedangkan PPTIK mengacu kepada

Permenkes No.1171/MENKES/PER/2011 . Sedangkan untuk pembiayaan

dilakukan oleh setiap instalasi yang nantinya akan dilaporkan kepada pihak

PPTIK.
113

Pada setiap instalasi petugas yang menjalankan SIM-RS tersebut adalah

petugas yang telah diberikan pelatihan khusus oleh pihak PPTIK terkait SIM-RS.

Sumber data yang didapatkan oleh setiap instalasi nantinya akan diberikan kepada

pihak PPTIK yang akan dijadikan sebuah laporan berbentuk laporan tahunan dan

bulanan. Data tersebut berupa data jumlah pasien, jumlah pemeriksaan, jumlah

pendapatan, dan data pembagian jasa pemeriksaan. Data tersebut didapatkan

berdasarkan jumlah pelayanan yang dilakukan oleh pasien. Data tersebut nantinya

akan menghasilkan informasi yang berupa jumlah pasien, jumlah transaksi, serta

informasi terkait data tindakan yang dilakukan di instalasi Radiologi. SIM-RS

instalasi Radologi telah melakukan pelaporan infromasi yang didapatkan kepada

pihak PPTIK kemudian, pihak PPTIK melakukan pelaporan kepada manajer

rumah sakit untuk dapat dilakukan evaluasi terkait pelaksanaan SIM-RS pada

RSUD Dr. M. Yunus.

5.5. Sintesis Gambaran Input, Proses dan Output Implementasi Sistem

Informasi Manajemen Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

pelaksanaannya Instalasi Radiologi masih terdapat beberapa hal yang belum

berjalan sepenuhnya. Seperti tidak adanya kebijakan khusus yang mengatur

tentang pelaksanaan SIM-RS Instalasi radiologi. Kemudian, dalam

pelaksanaannya Instalasi Radiologi telah melakukan kegiatan pertemuan ruitn,

akan tetapi kegiatan tersebut tidak tertulis didalam kebijakan khusus.

Instalasi Radiologi juga tidak memilik Instalasi fungsional yang dapat

membantu dalam pelaksanaannya. Pelatihan yang dilakukan oleh Rumah Sakit

hanya sebatas pelatihan penggunaan sistem saja, tidak ada pelatihan secara khusus
114

terkait sistem yang ada pada Instalasi Radiologi. Hal itu menyebabkan petugas

Instalasi radiologi belajar sendiri dengan otodidak saja.

Selain sarana prasarana yang mendukung, jaringan internet merupakan hal

penting dalam pelaksanaan SIM-RS di Instalasi Radiologi. Akan tetapi, pada

Instalasi Radiologi masihsering terjadi gangguan atau eror pada jaringan internet

yang menghambat jalannya SIM-RS pada Instalasi radiologi. Program juga

merupakan hal penting dalam pelaksanaannya, pada Instalasi Radiologi masih

terdapat program yang belum lengkap sehingga masih dikerjakan secara manual.

Semua sarana yang ada hendaknya didukung oleh pemeliharaannya, akan tetapi

pada Instalasi Radiologi belum memiliki bagian sebagai pemeliharaan sarana. Jika

terjadi kesalahan atau kerusakan hal tersebut dapat menghambat jalannya SIM-RS

pada Instalasi Radiologi dikarenakan perlu memanggil tenaga khusus dari luar

untuk memperbaikinya.

Indikator merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan suatu program,

Instalasi Radiologi telah memiliki indikator inti dalam pelaksanaannya. Akan

tetapi, tidak adanya pelaporan indikator yang dilakukan oleh instlasi Radiologi.

Suatu prosedur tertulis menjadi hal yang perlu dimiliki dalam pelaksanaan

manajemen data, akan tetapi pada Instalasi Radiologi tidak memiliki prosedur

tertuli terkait manajemen datanya.

Data yang dihasilkan oleh Instalasi Radiologi selalu berubah, hal tersebut

dapat dikatakan bahwa data yang dimilik tidak konsisten. Kemudian, informasi

yang didapatkan dari pelaksanaan SIM-RS di Instalasi Radiologi nantinya akan

digunakan sebagai bentuk evaluasi dan pengambilan keputusan. Hal tersebut

dapat dilihat pada Tabel 5.7.


115

Tabel 5.7. Sintesis Gambaran Input, Proses dan Output Implementasi Sistem
Informasi Manajemen Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Item Penilaian SIM-RS pada


Ya Tidak
Instalasi Radiologi
Sumber Acuan regulasi dan kebijakan √
Daya Kebijakan untuk pemantauan √
rutin
Kebijakan untuk pertemuan rutin √
Ketersediaan instalasi fungsional √
Pelatihan kapasitas petugas √
Penganggaran pengelolaan √
Ketersediaan ATK dan √
perlengkapan lain untuk mencatat
Ketersediaan komputer dan √
peralatan IT lainnya
Ketersediaan jaringan yang √
memadai
Ketersediaan program yang √
memadai
Pemeliharaan peralatan √
Indikator Acuan indikator yang digunakan √
Ketersediaan indikator inti √
Pelaporan indikator √
Sumber Ketersediaan sumber data √
Data Ketersediaan pengelompokan √
data
Manajemen Ketersediaan prosedur tertulis √
Data Kemudahan interface pengolahan √
data
Ketersediaa kode khusus dalam √
pengolahan data
Ketersediaan program back up √
data
Produk Konsistensi data √
116

Item Penilaian SIM-RS pada


Ya Tidak
Instalasi Radiologi
Informasi Frekuensi pelaporan √
Waktu pengukuran √
Diseminasi Kualitas perolehan informasi √
dan (tepat waktu, lengkap, relevan,
Pengguna dan akurat)
Informasi Format penyajian data √
Keberadaan program advokasi √
Kegunaan informasi dalam √
fungsi manajerial

5.6. Gambaran Umum Masalah dan Solusi Alternatif Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus

Bengkulu

Mengacu pada kerangka penilaian yang dikeluarkan oleh WHO maka

masalah serta solusi alternatif yang disediakan pada pelaksanaan Sistem Informasi

Manajemen Instalasi Radiologi dapat dilihat pada Tabel 6.1

Tabel 5.8. Masalah dan Solusi Alternatif Pelaksanaan SIM-RS


Instalasi Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No. Masalah Solusi Alternatif
1. Belum adanya kebijakan resmi yang Meningkatkan komitmen dengan cara
terbaru berkenaan dengan pelaksanaan memberikan rekomendasi kebijakan
SIM-RS Radiologi RSUD Dr. M. Yunus kepada pembuat kebijakan sehingga
manajemen rumah sakit membuat
kebijakan mengenai SIM-RS nstalasi
Radiologi di RSUD. Dr. M. Yunus
Bengkulu.
2. Belum tersedianya pelatihan khusus Dibutuhkan pelatihan secara khusus
mengenai pelaksanaan dan pengelolaan mengenai implementasi dan
117

No. Masalah Solusi Alternatif


SIM-RS Radiologi RSUD Dr. M. Yunus pengelolaan SIM-RS pada Instalasi
Radiolohi sehingga dapat
meningkatkan kinerja SIM-RS
Radiologi.
3. Belum tersedianya jaringan yang Pengadaan jaringan yang cukup baik
memadai, aplikasi untuk membuat sehingga tidak terjadi gangguan lagi,
laporam bulanan dan tahunan. pengadaan aplikasi yang dapat
membantu jalannya pelaporan.

4. Belum adanya upaya pemeliharaan baik Dibutuhkan adanya penambahan


dari segi pendanaan maupun sumber tenaga yang berkompeten dibidang
daya manusia. SIM-RS Radiologi sehingga dapat
membantu pemeliharaan peralatan
Radiologi di RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu.
Diperlukan anggaran khusus
pemeliharaan peralatan yang
digunakan pada implementasi dan
pengelolaan SIM-RS Radiologi.
5. Pelaporan indikator belum dilaksanakan Adanya penambahan petugas
secara teratur. Hal tersebut dapat kesehatan sehingga dapan mengurangi
dilatarbelakangi oleh beratnya beban beban kerja petugas yang ada
kerja petugas yang bertugas merekap
data.
6. Instalasi Radiologi belum memilik Pembuatan prosedur agar pekerjaan
prosedur tertulis terkait manajemen data. manajemen data dapat berjalan sesuai
dengan prosedur yang ada.
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Waktu yang dimilik informan cukup padat, sehingga menyebabkan pada

saat wawancara sedikit buru-buru.

2. Situasi pada saat wawancara cukup ramai, sehingga menyebabkan kurang

kondusif dan mempengaruhi kejelasan informasi yang diberikan oleh

informan.

3. Tidak ada izin untuk mewawancarai Direktur rumah sakit, sehingga

penjelasan yang seharusnya terjawab oleh Direktur diwakilkan oleh staf

yang merangkap perencanaan dan mengetahui.

4. Pada aspek sumber data, informan kurang mengerti dan menurut informan

tidak ada data khusus kecuali data pasien yang digunakan.

6.2. Input Implementasi Sistem Informasi Manajemen Instalasi Radiologi

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Gambaran input dalam penelitia ini melingkupi beberapa unsur seperti

sumber daya manusia, peralatan, sarana, kebijakan dan metode yang akan

digunakan dalam pelaksanaan SIM-RS Instalasi Radiologi tersebut. Kebijakan

terkait SIM-RS Radiologi di tingkat RSUD Dr. M. Yunus belum tersedia.

Hingga saat ini, pelaksanaan pelaporan melalui sistem informasi

manajemen rumah sakit diatur dan berpedoman pada Peraturan Mentri Kesehatan.

118
119

Dalam pedoman tersebut dikatakan bahwa setiap rumah sakit wajib melakukan

pencatatan dan pelaporan semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam

bentuk sistem informasi manajemen rumah sakit. Selain itu disebutkan juga

bahwa ruang lingkup dari sistem informasi kesehatan meliputi data, informasi,

indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan sumber daya manusia yang saling

berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan

yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan (Permenkes No. 82

Tahun 2013).

Dengan adanya pedoman tersebut maka pelaksanaan sistem informasi

manajemen rumah sakit Instalasi Radiologi dikatakan belum berjalan secara

optimal. Hal tersebut dikarenakan masih adanya aspek lain yang belum terdapat

atau diatur dalam pedoman tersebut. Sehingga mengakibatkan munculnya

masalah pada pelaksanaan pelaporan kinerja SIM-RS Instalasi Radiologi.

Masalah yang timbul dalam pelaporan kinerja SIM-RS Radiologi

diantaranya adalah tidak adanya pelatihan mengenai pelaporan kinerja; tidak

adanya pembagian anggaran yang dikhususkan untuk pelaksanaan SIM-RS

Radiologi; tidak adanya pembiayaan yang dikhususkan untuk pemeliharaan

peralatan dan tenaga khusus yang berperan sebagai teknisi.

Oleh karena itu, disamping pedoman yang sudah ada, pemerintah perlu

berkomitmen untuk membuat sebuah kebijakan yang melengkapi kebijakan yang

sudah ada sehingga pelaporan kinerja pelaksanaan SIM-RS dapat berjalan lebih

optimal. Perlunya komitmen dari Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan untuk bisa

turut serta melaporkan setiap kegiatannya melalui sistem informasi manajemen.


120

Tidak adanya kebijakan yang secara spesifik mengatur sistem informasi

manajemen dapat menyebabkan ketidakpastian dalam penyebaran informasi. Hal

tersebut seperti yang disebutkan oleh WHO. WHO dalam bukunya yang berjudul

Framework and Standards for Country Health Information Sistems menyatakan

bahwa kebijakan dan legalitas pada sistem informasi sangat penting untuk

memungkinkan adanya mekanisme pengukuran ketersediaan data, pertukaran,

kualitas dan penyebaran informasi (WHO, 2008).

Adanya kebijakan otonomi daerah masih menjadi simpang siur khususnya

dalam bidang kesehatan. Kebijakan desentralisasi di Indonesia masih tergolong

muda sehingga masih perlu penyempurnaan dalam hal regulasi dan pemahaman

yang komperehensif pada pemerintah daerah maupun pusat. Keberhasilan sebuah

program pemerintah pusat maupun daerah sangat tergantung pada dukungan

kepala Dinas Kesehatan di sebuah daerah. Faktor leadership menjadi penentu

dalam keberhasilan program kesehatan. Dibutuhkan komitmen serta inisiatif

tinggi dari kepala Dinas Kesehatan sehingga dapat mendukung dan mensukseskan

Program Pemerintah Pusat (Trisnantoro, 2009).

Dalam kegiatan pemantauan rutin, Rumah Sakit Dr. M. Yunus telah

memilik Standar Operasional Prosedur (SPO) tersendiri terkait hal ini. Yang

bertugas untuk melakukan pemantauan rutin terhadap pelaksanaan SIM-RS

Instalasi adalah PPTIK. Dalam pemantauannya PPTIK melihat pelaksanaan SIM-

RS di Instalasi Radiologi tersebut, selain itu juga melihat kerja dari tenaga

pelaksana yang menjalankan SIM-RS tersebut. Pemantauan dilakukan secara

periodik yaitu satu bulan sekali dan setahun sekali dengan secara tidak langsung

melakukan monitoring dan evaluasi. Menurut Fanni, dalam penelitiannya, dengan


121

adanya monitoring dan evaluasi dapat membantu dalam peningkatan mutu dan

standarisasi, selai itu dengan melakukan evaluasi dapat mengetahui standar

pelayanan SIM-RS dan melakukan perbaikan-perbaikan pelayanan sesuai dengan

kebutuhannya (Fanni, 2013). Berdasarkan penelitian tersebut, adanya pengawasan

menjadi kegiatan positif dan konstruktif dalam meningkatkan kinerja dari petugas

sistem informasi manajemen Instalasi Radiologi.

Aspek lain dari kebijakan dan koordinasi adalah adanya kebijakan resmi

untuk melakukan pertemuan. Berdasarkan hasil wawancara, pertemuan rutin yang

dilakukan tersebut tidak memiliki kebijakan resmi, hanya berdasarkan kegiatan

rutin yang biasa dilakukan saja. Hal lain yang menyebabkan tidak adanya

kebijakan pertemuan rutin adalah padatnya pekerjaan yang dimiliki oleh Direktur

dan Instalasi Radiologi sehingga pertemuan dilakukan pada saat rapat tahunan

saja.

Pengelolaan sistem informasi manajemen Instalasi Radiologi dilakukan

oleh staf Radiologi yang juga bekerja melakukan kegiatan Radiologi yang lain.

Menurut WHO, dalam bukunya dikatakn bahwa Instalasi yang dibentuk secara

khusus untuk sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi hambatan yang

melemahkan kebijakan atau hambatan pelaksanaan pengembangan sistem

informasi. Instalasi juga dapat berfungsi nemukan kendala dalam hirarki

pelaporan atau hubungan antara Instalasi yang berbeda (WHO, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian jelaskan bahwa pelatihan yang didapatkan

hanya sekali dan tidak secara khusus, sehingga menyebabkan pengetahuan

mengenai pelaporan kinerja dipelajari secara sendiri tanpa adanya pelatihan. Dedy

menyebutkan dalam penelitiannya bahwa, dalam pelaksanaan SIM-RS perlu


122

dilakukannya pelatihan guna menghindari kesalahan dalam penginputan data

(Dedy, 2016). WHO juga menyebutkan bahwa peningkatan sistem informasi

kesehatan juga membutuhkan perhatian pada pemberian pelatihan, penyebaran,

remunerasi dan pengembangan karir pada semua tingkat pelayanan kesehatan

(WHO, 2008). Oleh karena itu, pelaksanaan pelatihan mengenai pengelolaan

sistem informasi manajemen sangat penting untuk dilakukan.

Unsur lain dalam input adalah sarana. Sarana yang dibutuhkan dalam

pengelolaan sistem informasi manajemen Instalasi Radiologi adalah komputer dan

perangkatnya, kertas, ATK, jaringan internet serta pemeliharaannya. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan sarana pada Instalasi Radiologi sudah

cukup memadai sehingga dapat membantu meningkatkan kinerja dari pelaksana

sistem informasi manajemen Instalasi Radiologi. Akan tetapi, masih ada

kekurangan yaitu jaringan yang masih sering kali terjadi eror. Untuk itu

hendaknya Rumah Sakit melakukan pengadaan terkait jaringan yang memadai

agar tidak menghambat jalannya SIM-RS pada Instalasi Radiologi. Pernyataan

tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhardiansyah yang

mengatakan bahwa pelaksanaan SIM-RS dapat terlaksananya dengan adanya

sarana yang menunjang (Muhardiansyah, 2011). Menurut WHO, sarana teknologi

informasi dan komunikasi sangat berpengaruh pada kesediaan, kualitas,

penyebaran dan penggunan data kesehatan (WHO, 2008).

Namun dalam hal perawatan sarana yang dimiliki dalam pelaksanaan

SIM-RS Radiologi, belum tersedia dana maupun tenaga atau teknisi khusus untuk

melakukan perawatan. Sutabri dalam bukunya mengatakan bahwa salah satu

fungsi utama sumber daya manusia dalam pengelolaan sistem informasi adalah
123

untuk melakukan pemeliharaan, perubahan dan perbaikan atas program yang ada.

Dari segi biaya, di tingkat rumah sakit perawatan masih menggunakan biaya

operasional. Menurut Sutabri, biaya dalam pengelolaan sistem informasi dapat

terbagi menjadi biaya perangkat keras, biaya analisis, perancangan dan

pelaksanaan sistem, biaya untuk tempat dan faktor lingkungan, biaya perubahan

dan biaya operasi (Sutabri, 2005).

6.3. Proses Implementasi Sistem Informasi Manajemen Instalasi Radiologi

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

6.3.1. Indikator

Berdasarkan hasil penelitian, dalam pelaksanaan sistem informasi

manajemen rumah sakit pada Instalasi Radiologi telah memiliki indikator

tersendiri untuk mengukur sebuah keberhasilan dari pelaksanaan SIM-RS itu

sendiri. Pada pelaksanaannya, Instalasi Radiologi dikatakan berhasil melakukan

SIM-RS jika ketersediaan SDM sudah memadai dan aplikasi yang dapat

membantu telah memadai. Berdasarkan pernyataan WHO, bahwa indikator harus

sesuai dan berkaitan dengan rencana strategis di suatu Negara (WHO, 2008). Hal

tersebut menyebabkan pelaksanaan SIM-RS Radiologi tidak berjalan secara

optimal dikarenakan indikator yang di gunakan belum berjalan. Dikarenakan

Instalasi Radiologi masih memiliki kekurangan dalam aplikasi pelaporan dan

tenaga SDM yang masih kurang.

Pelaporan pada sistem informasi manajemen Radiologi juga masih

mengalami sedikit permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

staf yang melakukan pekerjaan ganda, hal itu menyebabkan sering kali terjadi
124

keterlambatan dalam pelaporan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wawan

menyebutkan bahwa bebena kerja memiliki hubungan positif terhadap kinerja

(Wawan 2007). Selain beban kerja, untuk meningkatkan kinerja juga dibutuhkan

sistem penghargaan yang terstrukturnjelas dan didasarkan pada kompetensi, masa

kerja dan pendidikan (Royani, 2010).

6.3.2. Sumber Data

Pada pelaksanaan SIM-RS Instalsi Radiologi, pelaporan data yang tersebut

berasa dari sumber data pasien. Menurut Kendell, ketersediaan data dalam sebuah

sistem informasi dipengaruhi oleh kebutuhan data yang digunakan para pembuat

keputusan (Kendall, 2007). Sedangkan WHO mengatakan bahwa informasi dibuat

dari susunan sumber data dan jajaran luas daripada stalkholder yang berbeda

dalam menggunakan sumber data (WHO, 2008).

Sumber data yang didapat pada SIM-RS Instalasi Radiologi berasal dari

data individual pasien. Menurut WHO, data yang baik adalah data yang

bersumber dari populasi sehingga menghasilkan data pada semua individu dalam

populasi dimana mencangkup total populasi, perwakilan atau sub populasi (WHO,

2008).

Data yang telah didapatkan berdasarkan data pasien tersebut kemudian

akan diolah dan dibuat menjadi sebuah laporan yang nantinya akan diberikan atau

ditujukan kepada bagian bidang.

6.3.3. Manajemen Data

Dalam pelaksanaannya, Instalasi Radiologi menggunakan pedoman dari

PPTIK sebagai petunjuk pelaksanaan SIM-RS Instalasi Radiologi. Namun, pada


125

dasarnya PPTIK membuat suatu buku pedoman berdasarkan Permenkes terkait

SIM-RS. Dalam Permenkes tersebut tidak dijelaskan secara spesifik sebagaimana

penggunaan dan operasional SIM-RS itu seharusnya, sehingga membuat

pengguna mempelajari hal itu secara mandiri agar bisa mengoperasinalkannya.

Pada penelitian Indra menyebutkan, bahwa suatu pedoman dianggap

mempengaruhi pelaksanaan SIM-RS disuatu rumah sakit dan dengan adanya

pedoman dapat membantu memudahkan pengguna dari sistem tersebut (Indra,

2013). Sejauh ini buku pedoman terkait pelaksanaan SIM-RS rumah sakit yang

ada hanyalah dibuat oleh rumah sakit itu sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Radiologi dan Kepala

PPTIK yang ada di RSUD Dr. M. Yunus, dalam hal input data Instalasi Radiologi

memiliki aplikasi yang mudah digunakan (user friendly). Hal tersebut dapat

memberikan kemudahan dalam memasukkan data maupun melihat data sehingga

dapat menunjang kegiatan pencarian informasi untuk pengambilan keputusan.

Berdasarkan WHO, dengan adanya user friendly pada sebuah sistem informasi

maka diharapkan dapa mendukung dalam proses pengambilan keputusan (WHO,

2008)

Instalasi Radiologi memiliki buku administrasi yang berfungsi sebagai

rekapan data secara manual. Kegiatan tersebut berguna untuk menyimpan rekapan

laporan yang dimiliki oleh Instalasi Radiologi. Selain itu, data-data tersebut juga

tersimpan pada bagian PPTIK dalam bentuk digital sehingga, petugas Instalasi

Radiologi dapat melihat dan membuka arsip data lewat PPTIK.

Setiap petugas rumah sakit dapat mengakses sistem yang ada di rumah

sakit dengan menggunakan identitas nama dan password yang telah diberikan.
126

Akan tetapi, stiap staf hanya dapat mengakses sistem sesuai dengan tugasnya

sendiri. Dalam pelaksanaannya, yang dapat mengakses sistem Radiologi hanyalah

petugas Radiologi saja dan tidak diberikan pada petugas lain.

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari wawancara, tidak diberikan

otoritas kepada petugas lain untuk menggunakan sistem yang ada di Radiologi

dikarenakan belum adanya sosialisaisi dan petugas lain belum mengetahui cara

menggunakannya sehingga mengkhawatirkan data yang telah tersimpan dapat

hilang. Hal itu juga dikarenakan agar petugas yang lain lebih fokus terhadap

pekerjaannya.

6.2. Output Implementasi Sistem Informasi Manajemen Instalasi

Radiologi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

6.2.1. Produk Informasi

Produk informasi sistem informasi manajemen Instalasi Radiologi terdiri

dari beberapa variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih adanya

ketidak konsistenan variabel yang diukur oleh SIM-RS Radiologi. Menurut WHO,

konsisten informasi menunjukan kualitas informasi. Hal tersebut menunjukkan

bahwa tidak konsistennya informasi menunjukkan informasi dinilai tidak

berkualitas (WHO, 2008). Akan tetapi, pada dasarnya konsisten data bukan

menjadi masalah pada kegiatan SIM-RS di Instalasi Radiologi. Dikarenakan data

yang digunakan sudah seharusnya berubah setiap harinya. Data pasien yang di

gunakan setiap harinya merupakan pasien yang berbeda-beda.

Ketepatan dalam pelaporan kinerja dapat membantu dalam pengambilan

keputusan, dimana pada Permenkes No. 82 Tahun 2013 disebutkan bahwa


127

pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SIM-RS sebagaimana dimaksud

harus mampu meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit yang meliputi kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan

kecepatan identifikasi masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi dalam

pelaksanaanya (PMK No. 82 Tahun 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaporan kinerja pelaksanaan SIM-

RS Instalasi Radiologi tersebut hanya mengacu kepada pedoman yang ada

dirumah sakit. Dalam pedoman tersebut digambarkan bahwa pelaporan diawali

dengan pengambilan data yang terdapat di bagian pendaftaran. Kemudian, data

tersebut dikelolah oleh bagian Radiologi sebelum pada akhirnya data di periksa

oleh PPTIK. Data yang telah masuk ke Radiologi kemudian dapat dilihat oleh

PPTIK. Setelah itu, bagian PPTIK memberikan hasil pelaporan kinerja kepada

Direktur. Kendala yang dialami dalam pelaporan kinerja adalah keterlambatan

petugas dalam memberikan laporan. Hal itu dikarenakan beban kerja dari petugas

yang membuat petugas terkadang terlambat dalam memberikan laporan kinerja.

6.2.2. Diseminasi dan Pengguna Informasi

Diseminasi informasi dilakukan agar informasi yang telah dihasilkan

dapat berguna untuk para pembuat kebijakan dalam membuat sebuah keputusan.

Petugas pelaksana sistem informasi manajemen rumah sakit secara teratur dan

tanpa diminta sudah memperoleh data mengenai pelaksanaan SIM-RS Radiologi

dari data-data yang tersimpan di bagian PPTIK rumah sakit. Menurut WHO, salah

satu fungsi penting dalam sistem informasi kesehatan adalah untuk

menghubungkan produksi sehingga data dapat digunakan (WHO, 2008).


128

Berdasarkan hasil wawancara, informasi yang didapatkan juga digunakan

oleh setiap tingkat pelayanan di rumah sakit untuk memantau kondisi SIM-RS

yang ada dirumah sakit khususnya dalam hal pelaksanaan SIM-RS. Hal tersebut

sesuai dengan tujuan dari SIM-RS dalam PMK No. 28 Tahun 2013 dimana SIM-

RS bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, profesionalisme, kinerja,

serta akses dan pelayanan Rumah Sakit (PMK No. 82 Tahun 2013). Selain itu,

informasi yang didapatkan dari SIM-RS Radiologi tersebut juga digunakan oleh

RSUD Dr. M. Yunus untuk merencanakan kebutuhan yang dibutuhkan oleh

Instalasi Radiologi. Menurut WHO, terdapat pengaruh antara ketersediaan data

dengan keputusan yang baik (WHO, 2008)

Menurut Sutabri (2005), terdapat tiga jenis keputusan yaitu terstruktur,

semi terstruktur dan tidak terstruktur karena disesuaikan dengan kondisi serta

hirarki manajemen yang berbeda. Apabila dikaitkan dengan pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh Direktur rumah sakit, PPTIK dan Instalasi

Radiologi itu sendiri maka jenis pengambilan keputusan memiliki karakteristik

yang berbeda. Jenis keputusan yang diambil oleh Instalasi Radiologi cenderung

termasuk kedalam jenis keputusan yang terstruktur.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Beberapa kesimpulan terkait hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan

pada bagian sebelumnya, adalah sebagai berikut:

1. Sistem Informasi Manajemen Instalasi Radiologi merupakan sebuah

sistem yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Pada RSUD

Dr. M. Yunus Bengkulu pengelolaan SIM-RS dibantu oleh Pusat

Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK), termasuk SIM

pada Instalasi Radiologi.

2. Unsur input dalam sistem informasi manajemen Instalasi Radiologi

mencangkup sumber daya. Dalam pelaksanaannya masih terdapat

beberapa hal yang belum berjalan seperti tidak adanya kebijakan yang

tertulis, tidak adanya kebijakan tertulis terkait pertemuan rutin, jaringan

yang kurang memadai, aplikasi pelaporan yang belum tersedia, serta

pemeliharaan sarana prasarana.

3. Unsur proses pada sistem informasi manajemen Instalasi Radiologi

melingkupi indikator, manajemen data dan sumber data. Dalam

pelaksanaannya masih terdapat beberapa yang belum terlaksana seperti,

tidak adanya pelaporan indikator dan prosedur tertulis terkait manajemen

data.

4. Output pada sistem informasi manajemen Instalasi Radiologi yaitu produk

informasi dan diseminasi serta pengguna informasi. Pada pelaksanaannya

129
130

konsistennya data tidak menjadi sebuah masalah dikarenakan data yang

didapatkan berdasarkan pemeriksaan pasien setiap harinya.

5. Masalah yang yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan SIM-RS Instalasi

Radiologi di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu adalah tidak adanya

kebijakan yang mengatur tentang pelaksanaan SIM-RS di tingkat Rumah

Sakit dan ketersediaan tenaga pelaksanaan yang masih kurang serta

aplikasi yang mendukung jalannya pelaporan kinerja juga masih belum

ada.

Solusi yang dapat diberikan adalah membuat kebijakan mengenai

pelaksanaan SIM-RS Instalasi Radiologi dan melakukan pengadaan terkait

tenaga pelaksana serta ketersediaan program yang dapat membantu SIM-

RS Radiologi agar informasi dapat sampai dengan benar.

7.2. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

a. Membuat kebijakan pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen rumah

sakit Instalasi Radiologi yang mengatur sumber daya, indikator,

manajemen data, produk informasi dan diseminasi serta pengguna

informasi.

b. Menambah jumla tenaga kesehatan yang akan membantu pelaksanaan

SIM-RS Instalasi Radiologi.

c. Melaksanakan pelatihan khususnya SIM-RS Instalasi Radiologi.

d. Melakukan pengadaan program pelaporan yang dapat membantu

tenaga Instalasi Radiologi.


131

e. Untuk anggaran, RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu hendaknya memulai

merencanakan atau mencari sumber anggaran lain sehingga tidak

terpaku kepada anggara yang diberikan oleh Pemerintah.

2. Bagi Instalasi Radiologi

a. Meningkatkan kinerja khususnya dalam hal memasukkan data

pelaporan kinerja SIM-RS Instalasi Radiologi.

b. Memastikan bahwa pelaksanaan tugas sesuai dengan pedoman yang

digunakan untuk pelaksanaan SIM-RS Instalasi Radiologi.

c. Membuat prosedur terkait manajemen data.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Melakukan penelitian dengan alat penelitian yang berbeda sehingga

didapatkan sudut pandang yang berbeda dalam penilaian pelaksanaan

SIM-RS.

b. Melakukan penelitian pada Instalasi lain sehingga didapatkan kondisi

dan permasalahan mengenai pelaksanaan SIM-RS pada suatu rumah

sakit.
DAFTAR PUSTAKA

A.A. Gde Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Aditama, T Y.2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: Universitas

Indonesia Press.

Ade Oktarino. 2016. Perancangan Dan Implementasi Rekam Medis Pasien Poli

Umum di Rumah Sakit Rimbo Medica Menggunakan Php Dan Mysql.

Scientia Journal, Vol. 4, No. 04.

Alexander. 2015. Analisis Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah

Sakit Umum Daerah (SIM-RSUD) Terintegrasi di Provinsi Kalimantan

Barat. Eksplora Informatika, Vol. 5, No. 1.

Al Fatta, Hanif. 2009. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk

Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Andriani, Lidya. 2009. Sistem Informasi Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Di

Rumah Sakit dengan Menggunakan Program Komputer. Laporan Tugas

Akhir Universitas Sumatera Utara.

Anthony, Gorry, G. & Michael S. Scott Morton. 1989. A Framework for

Management Information Systems. USA: Working Paper Alfred P. Sloan

School of Management.

Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

132
133

Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danu. 2007. Sistem Informasi Manajemen, yang diakses dari situs

http://ilmukomputer.org pada tanggal 28 Mei 2017.

Dedy. 2016. Analisis Implementasi Pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit (SIM-RS) pada RSUD Kardinah Tegal. Indonesian Journal on

Computer and Information Technology, Vol. 1 No. 2.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 983/MenKes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah

Sakit Umum.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 1171/MENKES/PER/VI/2011 tentang Sistem Informasi Rumah

Sakit.

Djahir, D. H. Y. & Pratita, D., 2014. Bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen.

Yogyakarta: Deepublish.

Ermitati, Cut dan Teridah Sembiring. Pengaruh Fasilitas dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Studi

Kasus PTPN Kebun Sampilih Medan.

Hafizurrachman HM, dkk. 2012. Kebijakan Keperawatan Berbasis Kinerja di

RSU Tangerang. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol 15, No. 1,

p. 12-19.

Herujito, Y. M. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.


134

Indriani I. 2009. Bab 2 Landasan Teori, yang diakses dari situs

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34481/4/Chapter%20II.pdf

pada tanggal 28 Mei 2017.

Kendall, K. 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Versi Bahasa Indonesia,

Edisi Kelima, Jilid 1. Jakarta: Indeks.

Lisa, R., Maschandra & Iskandar, R., 2010. Analisis Data Kualitatif Model Miles

dan Huberman (Sebuah Rangkuman dari Buku Analisis Data Kualitatif,

Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman). Laporan Tugas Universitas

Negeri Padang.

Marsiana, Afonso, dkk. 2016. Analisis Implementasi Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit di Rumah Sakit Dr. R. Soetarto. Yogyakarta.

Miles, M.B dan A.M. Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis. California:

SAGE Publications Inc.

Muhardiansyah. 2012. Analisis Kesiapan SIM-RS Modul Radiologi pada Rumah

Sakit Tiara Sella. Laporan Tugas Akhir Universitas Dehasen.

Nur, Shelly Titania. 2012. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen di Bagian

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok. Laporan Tugas

Akhir Universitas Indonesia.

Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. 2002. Perencanaan dan Pengembangan Sistem

Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.

P. M., Tanjung, I. H. & Prabowo, H. 2006. Sistem Informasi Manajemen Sumber

Daya Manusia. Bogor: Grasindo.

Pawito. 2007. PenelitianKomunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi

Aksara.
135

Peraturan Pemerintah. 2014. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2014 tentang

Sistem Informasi Kesehatan.

Punch, M. 1998. Introduction to Social Research: Quantitative and Qualitative

Approaches. California: SAGE Publications Inc.

Raco, D. J., 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan

Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.

Rahayu, Sri. 2009. Pengembangan Model Sistem Informasi Rumah Sakit pada

Instalasi Radiologi Rawat Jalan untuk Mendukung Evaluasi Pelayanan di

Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Laporan Tugas Akhir

Universitas Dipenegoro.

Rowland. 1984. Hospital Administration Handbook. USA: Aspen Publisher Inc.

Rustiyanto. 2012. Etika Profesi Perekam Medis & Informasi Kesehatan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sabarguna, Boy S. 2007. Sistem Bantu Keputusan Untuk Radiologi dan

Laboratorium Rumah Sakit. Laporan Konsorsium RSI Jateng-DIY.

Sanjoyo, Raden. 2017. Sistem Informasi Manajemen dan Fungsi SIM. D3 Rekam

Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada, yang diakses dari situs

http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/sim.pdf pada tanggal 2 Juni 2017.

Siagian, Sondang P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ke-15.

Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Simkin, Mark G, dkk.2014. Computer Information Sistem for Business.

Siregar, Charles, JP. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan

I. Jakarta: Penerbit EGC.


136

Sukoco, Badri M. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta:

Erlangga.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sutabri, Tata. 2005. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi Offset.

Suyanto, Hidayat Taufiq, dan Indiati. 2015. Faktor Penghambat Implementasi

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di RSUD Blambangan

Banyuwangi. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, No. 2.

Tjandra, W. 2006. Hukum Keuangan Negara. Jakarta: Grasindo.

Undang-undang Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia

No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Wawan, Setiawan. 2007. Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan di Desa

dalam Pertolongan Pesalinan di Kabupaten Tasikalaya. Laporan Tesis

Universitas Diponegoro.

World Health Organization (WHO). 2004. Developing Health Management

Information Sistems: A Practical Guide for Developing Countries. Swiss:

WHO Publication.

World Health Organization (WHO). 2008. Framework and Standards for Country

Health Information System, 2nd Edition. Swiss: WHO Publication.


LAMPIRAN

137
138

LAMPIRAN 1

FORM INFORM CONCERN

Gambaran Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit


(SIM-RS) Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2017

Bapak/Ibu/Sdr yang saya hormati,

Saya Finny Rizki Putri, mahasiswa Peminatan Manajemen Pelayanan


Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini, saya
sedang melakukan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul “Gambaran
Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) Instalasi
Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2017”.

Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk


menjadi informan dan memberikan keterangan secara luas, bebas, mendalam,
benar, dan jujur. Hasil informasi dan keterangan yang diberikan nanti akan
digunakan sebagai masukan untuk implementasi Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIM-RS) Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
M. Yunus. Peneliti memohon izin untuk merekam pembicaraan selama proses
wawancara berlangsung dan peneliti menjamin kerahasiaan isi informasi yang
diberikan dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian atas segala perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Sdr, saya ucapkan


terima kasih karena telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Hormat Saya,

Finny Rizki Putri


139

LAMPIRAN 2
FORM IDENTITAS INFORMAN

Nama Informan :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan/Pekerjaan :
Lama Kerja :
Hari/Tanggal Wawancaran :

Dengan ini saya bersedia menjadi informan dalam penelitian mengenai


“Gambaran Kesiapan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.Yunus Bengkulu Tahun
2017”

Bengkulu………............2017

(……..............................)
140

LAMPIRAN 3
PEDOMAN WAWANCARA

Tata Cara Wawancara:


1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan kesediaan menjadi informan (inform consent)
4. Menanyakan nama dan jabatan informan
5. Meminta izin untuk merekan pembicaraan selama wawancara berlangsung
6. Memberikan pertanyaan pembuka (seperti: bagaimana kabar?)
7. Memberikan pertanyaan isi
8. Menutup sesi wawancara
9. Mengucapkan terima kasih
10. Selesai
141

LAMPIRAN 4

MATRIKS WAWANCARA

A. Kepala Sub Bagian Data dan Informasi (Ketua PPTIK)


No. Domain Jawaban Kesimpulan

1. Apa ada kebijakan khusus Kebijkan dari Permenkes Tidak ada.


dari pemerintah untuk saja, itu juga buat semua
implementasi SIM-RS SIM-RS. Gak ada yang
instalasi Radiologi RSUD khusus buat radiologi.
M. Yunus Bengkulu?

2. Bagaimana dengan tenaga Yang membuat aturan Aturan dibuat oleh


rumah sakit yang disini itu Direktur, tapi Direktur atas pendapat
membuat aturan tentang semua aturan yang dibuat dari tenaga rumah sakit,
SIM-RS instalasi juga berdasarkan pendapat khususnya instalasi
Radiologi RSUD M. para Staf. Jadi masih aman radiologi.
Yunus Bengkulu? saja. Dan tenaga rumah
sakit radiologi mintanya
ya ada aturan buat SIM-
RS radiologi.

3. Bagaimana pedoman Peomannya ada, Pedoman berdasarkan


implementasi SIM-RS mengikuti pedoman dari PPTIK.
instalasi Radiologi RSUD PPTIK.
M. Yunus Bengkulu?

4. Bagaimana prosedur Prosedurnya berdasarkan Sudah ada SOP yang


dalam implemetasi SIM- SOP ya, SOP kita sudah PPTIK berikan kepada
RS instalasi Radiologi berikan kepada setiap instalasi Radiologi.
RSUD M. Yunus instalasi. Di situ nanti
Bengkulu? instalasi nya sendiri yang
mau mengikuti dari kita
atau menambahkan yang
lain, soalnya kan tiap
instalasi cara
142

No. Domain Jawaban Kesimpulan

pelaksanaannya beda.

5. Sejak kapan rumah sakit SIM-RS dirumah sakit ini Pelaksanaan SIM-RS
mulai menerapkan SIM- sudah lama, tetapi kalo Radiologi baru dari
RS instalasi Radiologi radiologi ini baru. Dari tahun 2012.
RSUD M. Yunus tahun 2012
Bengkulu? perencanaannya.

6. Apa ada SDM khusus Ada, semua SDM itu Ada.


yang menangani terkait direkrut berdasarkan
SIM-RS instalasi keterampilan yang
Radiologi RSUD dibutuhkan di radiologi.
M.Yunus Bengkulu?

7. Bagaimana pengalokasian Dana kita dapat dari Dana berasal dari


dana/biaya dalam rumah sakit ya, rumah APBD.
implementasi SIM-RS sakit menggunakan dana
instalasi Radiologi RSUD APBN sama APBD tapi
M. Yunus Bengkulu? buat SIM-RS itu lebih ke
dana APBD.

8. Bagaimana dengan sarana Sarana saya rasa sudah Sudah tersedia sarana
dan prasarana yang cukup. Setiap instalasi dan prasarana di setiap
disiapkan/digunakan dalam pelaksanaan sim-rs instalasi.
dalam implementasi SIM- telah dilengkapi dengan
RS instalasi Radiologi fasilitas.
RSUD M. Yunus
Bengkulu?

9. Bagaimana dengan Peralatan saya rasa hampir Sudah tersedia.


teknologi/peralatan yang sama dengan sarana ya.
disiapkan/digunakan Kalo teknologi mungkin
dalam implementasi SIM- sistem atau IT nya. Kalo
RS instalasi Radiologi itu sudah ada semua,
RSUD M.Yunus sudah lengkap.
143

No. Domain Jawaban Kesimpulan

Bengkulu?

10. Apa tugas dan tanggung PPTIK ituberperan sebagai Sebagai fasilitator antara
jawab PPTIK dalam tempat mengadunya setiap instalasi radiologi
implementasi SIM-RS instalasi mengenai sim-rs. dengan direktur.
radiologi? Jadi nanti instalasi
radiologi memberikan
laporan bulanan. Atau mau
minta kebutuhan ATK dan
sebagainya itu
mengajukannya ke PPTIK.

11. Bagaimana proses yang Prosesnya ya sebisa Melaksanakan sesuai


dilakukan rumah sakit mungkin kita membuat dengan agenda yang
dalam implementasi SIM- cara agar sim-rs radiologi telah dibuat.
RS instalasi Radiologi ini dapat berjalan dengan
RSUD M.Yunus baik. Mulai dari
Bengkulu? menyiapkan dana, sarana
prasarana, sistemnya,
internet, SDM yang
mengerti. Pokoknya
semuanya kita siapin dan
sampai sekarang juga kita
masih menjalankan
pelaksanaan itu sesuai
dengan agenda yang kita
buat.

12. Bagaimana Sebisa mungkin kita Membangun kerjasama


pengorganisasian sumber membuat sebuah tim yang tim.
daya dalam implementasi dapat berkerjasama
SIM-RS instalasi dengan baik dalam
Radiologi RSUD M. jalannya sim-rs instalasi
Yunus Bengkulu? radiologi. Mungkin itu
lebih jelasnya bisa
144

No. Domain Jawaban Kesimpulan

ditanyakan kepada bagian


radiologi.

13. Bagaimana menggerakan Dengan cara sama-sama Dengan memberikan


sumber daya rumah sakit belajar. Sama-sama pelatihan terkait dengan
dalam implementasi SIM- berfikir untuk kemajuan sistem.
RS instalasi Radiologi rumah sakit. Kalo instalasi
RSUD M.Yunus radiologinya baik, juga
Bengkulu? berdampak baik untuk
rumah sakit.

Selain itu juga diberikan


pelatihan, diperkenalkan
dengan IT.

14. Bagaimana proses Proses monitoring Laporan bulanan.


monitoring dan evaluasi berdasarkan laporan yang
dalam implementasi SIM- diberikan oleh instalasi
RS instalasi Radiologi radiologi setiap bulannya.
RSUD M.Yunus Selain itu juga kadang-
Bengkulu? kadang kita yang visit
keradiologinya langsung.

15. Seperti apakah faktor Masalahnya kadang- Faktor dana, jaringan,


penghambat sehingga kadang kan sistem, dana, dan sdm yang masih
SIM-RS instalasi waktu masih baru juga baru.
Radiologi RSUD tenaganya yang
M.Yunus Bengkulu belum bermasalah. Tenaganya
berjalan sepenuhnya? masih belum terbiasa
dengan sistem
komputerisasi.
145

B. Koordinator PPTIK
No Domain Jawaban Kesimpulan

1. Sejauh mana Sim-rs radiologi bias Sudah berjalan dengan


perkembangan SIM-RS dikatakan sudah berjalan baik.
instalasi Radiologi dengan baik, sdm nya
RSUD M.Yunus sudah mulai terbiasa.
Bengkulu? Sudah lama juga soalnya,
sudah lumayanlah waktu
buat belajar.

2. Apakah tugas dan Saya disini itu bertugas Membantu pelaksanaan


tanggung jawab dari untuk mengecek kalo ada sim-rs radiologi.
Koordinator PPTIK yang perlu dibantu, kalo
dalam implementasi mislanya jaringan atau
SIM-RS instalasi kebutuhan ini itu kadang-
Radiologi RSUD M. kadang lapor ke saya dulu
Yunus Bengkulu? nanti baru saya sampaikan
kepada atasan untuk
ditindak lanjuti

3. Bagaimana dengan Sarana saya rasa sudah ada Sudah tersedia sarana
kesiapan ya setiap instalasi seperti dan prasarana.
sarana/prasarana computer, sistemnya,
implementasi SIM-RS printer, kebutuhan ATK itu
instalasi Radiologi semua sudah ada di setiap
RSUD M.Yunus instalasi.
Bengkulu?

4. Apakah ada spesifikasi Ya pastinya kan sistemnya Sesuai dengan


perangkat yang akan beda. Terus ya mungkin kebutuhan instalasi.
digunakan dalam computer yang aplikasinya
implementasi SIM-RS lebih lengkap. Itu
instalasi Radiologi tergantung kebutuhan
RSUD M. Yunus instalasi.
Bengkulu?
146

No Domain Jawaban Kesimpulan

5. Apakah ada perencanaan Pasti ada, tergantung Ada.


untuk penambahan radiologi kalo minta pasti
perangkat yang akan ditidak lanjutkan.
digunakan implementasi
SIM-RS instalasi
Radiologi RSUD
M.Yunus Bengkulu?

6. Apa saja kendala dalam Yang paling utama ya dana. Dana.


pengadaan perangkat Untuk menambahnya kan
dalam implementasi butuh dana, sedangkan
SIM-RS instalasi rumah sakit itu lebih
Radiologi RSUD M. mengutamakan yang lain
Yunus Bengkulu? dulu karena dianggap
instalasi sudah punya
sarana.

7. Bagaimana dengan Jaringan saya rasa bagus ya Bagus tidak ada


keadaan jaringan dalam tidak ada masalah. masalah.
implementasi SIM-RS
instalasi Radiologi
RSUD M. Yunus
Bengkulu?

8. Apakah ada kendala Mencari sdm yang pinter Sdm yang kualitasnya
dalam mempersiapkan dalam menggunakan sesuai yang dibutuhkan.
SDM dalam system. Itu saja sih.
implementasi SIM-RS
instalasi Radiologi
RSUD M.Yunus
Bengkulu?

9. Berapakah SDM yang satu saja saya rasa cukup satu sudah cukup.
dibutuhkan implementasi untuk sekedar bertanggung
147

No Domain Jawaban Kesimpulan

SIM-RS instalasi jawab untuk bagian sim-rs


Radiologi RSUD M. radiologi.
Yunus Bengkulu?

10. Apakah kendala yang Kendalanya waktu itu di Kendalanya terletak


terjadi dalam dana, terus pengadaan sdm pada dana.
implementasi SIM-RS baru.
instalasi Radiologi
RSUD M. Yunus
Bengkulu?

C. Ka. Ruang Instalasi Radiologi


No Domain Jawaban Kesimpulan

1. Apakah pihak instalasi SOP yang kita gunakan hanya Sudah, berdasarkan SOP
radiologi sudah menerapkan SOP yang diberikan dari yang diberikan oleh PPTIK.
SIM-RS instalasi Radiologi PPTIK saja. Kita belum
berdasarkan SOP SIM-RS membuat sop sendiri terkait
yang ada di RSUD M. sim-rs radiologi. Itu jadi
Yunus Bengkulu? kekurangan kita sih.

2 Apakah diinstalasi Sudah, hanya satu yang buat Ada.


Radiologi sudah tersedia khusus jalanin sim-rs radiologi.
komputer dan
perangkatnya?

3 Berapa komputer yang Ada 7 sama punya saya, tapi Satu untuk sim-rs radiologi.
sudah dimiliki oleh instalasi yang khusus buat sim-rs hanya
Radiologi? 1

4 Bagaimana pegawai Hanya 1 orang. Satu orang.


instalasi radiologi dalam
pelaksanaan SIM-RS
instalasi Radiologi RSUD
148

No Domain Jawaban Kesimpulan

M.Yunus Bengkulu?

5 Apakah sudah mendapatkan Pelatihannya hanya ketika Hanya 1 kali pelatihan saja.
pelatihan khusu untuk SDM pertama kali terapkan sim-rs di
yang menjalankan rumah sakit saja. Sisanya
implementasi SIM-RS belajar otodidak sendiri.
instalasi Radiologi RSUD
M. Yunus Bengkulu?

6. Siapa saja yang Yang diberikan pelatihan 1 Satu Staf saja.


mendapatkan pelatihan orang yang menjalankan sim-rs
khusus untuk dalam saja.
implementasi SIM-RS
instalasi Radiologi RSUD
M. Yunus Bengkulu?

7. Apakah ada kesamaan SOP Ada beberapa yang berbeda. Berbeda.


yang manual dengan
komputerisasi?

No Domain Jawaban Kesim-


PJ PPTIK Ketua Koordinator Kepala Staff pulan
PPTIK IT dan SIM- Radiologi Radiologi
RS
1. Sumber Daya (Personil)
Siapa yang Dalam Yang Staff yang Kalo pada Dalam Yang
bertanggung pelaksanaann bertanggung menajalanka instalasi pelaksanaa bertang
jawab dalam ya yang jawab ya n sim-rs radiologi n yang gung
pelaksanaan bertanggung masing2 tersebutlah yang bertanggun jawab
SIM-RS? jawab adalah dari instalasi yang bertanggun g jawab adalah
masing2 dari itu sendiri, bertanggung g jawab adalah bagian
instalasi karena kan jawab dalam adalah coordinator sim-rs
149

tersebut. setiap hal ini. bagian staff sim-rs radiolog


instalasi sim-rs radiologi. i atau
sudah radiologi. staff
menunjuk bagian
siapa yang sim-rs
ditugaskan radiolog
untuk i.
bertanggung
jawab dalam
pelaksanaan
sim-rs.
Siapa yang Tenaganya Yang Staff sim-rs Pelaksanaa Staff yang Staff
menjadi dipilih sesuai menjadi radiologi n sim-rs telah yang
tenaga dengan yang tenaga tersebut yang radiologi dipilih telah
pelaksana memilik pelaksanany menjadi ini sesuai dipilih
tersebut kompeten a adalah pelaksananya dijalankan dengan sesuai
sesuai yang staff yang oleh staff kompetenn dengan
dibutuhkan mempunyai yang ya, bisa kriteria
kompeten memang dalam yang
terkait it sudah melakukan dibutuh
ditunjuk aktivitas kan
dan terkait it dalam
memiliki menjala
kompeten nkan
terkait sim sim-rs
Apakah Sudah Pernah Ada Sudah Sudah Pernah
tenaga
pelaksana
tersebut
sebelumnya
telah
mendapatka
150

n pelatihan
mengenai
pelaksanaan
SIM-RS?
Bagaimana Masalah Pelaksanaan Saya kurang Sejauh ini Kita Sesuai
mereka pelaksanaan tugasnya tau, tapi staff melaksanak dengan
melaksanaka tugas sejauh baik. sepertinya menajalank an tugas SOP
n tugasnya? ini tidak ada staff an tugas sesuai yang
masalah dan melaksanaka dengan dengan sop diberika
saya tau n tugas baik, sesuai yang n oleh
mereka dengan baik. dengan sop diberikan PPTIK.
menjalankan yang oleh
tugasnya diberikan PPTIK
dengan baik. oleh yang
PPTIK. mengacu
pada UUD
sim-rs
sebagaiman
a harusnya
Jelaskan - - - - Saya
Bagaimana menajalank
anda an tugas
menjalankan saya sesuai
tugas anda dengan sop
sebagai yang
petugas diberikan
yang oleh
menjalankan PPTIK.
SIM-RS? Sim-rs di
Radiologi
ini belum
lama dan
151

masih
minim,
dimana
sim-rs di
sini hanya
pada saat
pendataan
pasien dan
menghubun
gkan hasil
ronsen
pasien
untuk
dimasukan
kedalam
data pasien
terkait
penyakit
yang
dialaminya.
2. Sumber Daya (Dana)
Dari mana Dananya dari Dari rumah Yang saya Saya Kalo Anggar
saja rumah sakit. sakit. tau dana kurang tau radiologi annya
anggaran yang ya, tapi mengajuka didapat
pelaksanaan didapatkan yang saya nnya ke dari
SIM-RS? dari rumah tau rumah PPTIK, rumah
sakit. sakit yang nanti sakit.
menyiapka PPTIK
n dana. yang
mengurus
terkait
dana.
152

Dialokasika Kesemua Sesuai Lebih kepada Kepada - Kepada


n kemana instalasi dengan kebutuhan kebutuhan kebutuh
saja yang sudah kebutuhan dari sim-rs terkait an
anggaran mengguanak terkait sim diinstalasi jalannya terkait
tersebut? an sim. yang tersebut. sim-rs. jalannya
diperlukan. Seperti sim-rs
untuk diinstala
membeli si
keperluan radiolog
computer, i.
kertas, dll
perangkat
untuk
mendukung
jalannya
sim-rs di
radiologi.
Berapa besar Tidak Saya kurang Sesuai dana Kalo - Sesuai
anggaran menentu ya tau ya, krn yang telah ditanya dengan
yang kalo untuk itu sesuai ditentukan. berapa kebutuh
ditujukan kebutuhan dengan besar ya an.
untuk dana. permintaan banyak,
pelaksanaan kebutuhan tapikan
SIM-RS dari dikasihnya
radiologi? radiologinya tidak
sendiri. banyak,
jadi
menurut
saya masih
kurang.
Apakah - - - Tidak Tidak ya, Tidak
anggaran mencukupi. karena mencuk
153

tersebut buktinya upi.


mencukupi fasilitas
untuk yang kita
pelaksanaan punya saja
SIM-RS? masih
sangat
kurang.
Sumber Daya (Sarana)
Apa saja Komputer Komputer Komputer, Internet, Programny Kompu
sarana dan yang utama, sudah jaringan, komputer a, ter,
prasaran sisanya ya pastinya. printer, dan komputer, jaringan
yang pendamping Jaringan kertas-kertas perangkatn internet, internet,
dibutuhkan computer itu. internet. untuk ya. ATK. ATK
dalam Kaya Sistemnya. laporan, Sistemnya
mendukung jaringan Atk, dll ATK. atau
pelaksanaan internet dll. programny
SIM-RS? a.
Apa saja Komputer Komputer, Saya rasa Komputer Sudah ada Kompu
sarana yang ada, internet ATK pasti. sudah hanya 1, programny ter
tersedia di ada, lengkap ya, printer, a, sudah sudah
Rumah Sakit sistemnya sudah ada ATK, ada tersedia
untuk juga sudah computer dan jaringan, komputern dengan
pelaksanaan dibuat. perangkatnya program. ya, jaringan jaringan
SIM-RS , ATK juga ada dan
Radiologi? selalu ada. walaupun perangk
kadang- at
kadang lainnya.
lemot.
154

Bagaimana
dengan
kebutuhan
dan
ketersediaan
terhadap
sarana
dalam
mendukung
pelaksanaan
SIM-RS?
Apakah
memenuhi
kebutuhan?
Apakah
terdapat
pelaksanaan
perawatan
terhadap
sarana? Jika
ya,
bagaimana
perawatanny
a?
Sumber Daya (Kebijakan)
Apakah ada Ada, Belum ada Belum ada Belum
kebijakan berdasarkan kebijakan kebijakan. ada
dari PMK No. 82 khusus. kebijaka
pemerintah tahun 2013. n
berupa Itu untuk khusus
regulasi SIM-RS saja. mengen
mengenai Tidak ada ai sim-
155

pelaksanaan khusus rs
SIM-RS? instalasi instalasi
Jika ada, radiologi. radiolog
dalam i.
peraturan
tingkat apa
dan nomor
berapa?
Indikator
Apa saja Indikatornya Indikator Indikatorn
indikator mengacu keberhasila ya
yang kepada PMK n kita kalo mengacu
terdapat No. 82 tahun informasi kepada
dalam SIM- 2013 itu tadi. sampai PPTIK.
RS instalasi kepada
Radiologi? pasien dan
atasan.
Sumber Data
Apa saja Data-data Data Yang kita Data
data yang pasien. hanya tulis hanya pasien.
diperlukan berasal dari data pasien
untuk data pasien. saja.
dilaporkan
melalui
website
SIM-RS?
Berasal dari Caranya ya Dengan Ketika
mana data ketika cara melaku
yang pasien pemeriksaa kan
dikumpulka melakukan n. Tidak pemerik
n untuk pemeriksaa ada data saan.
dilaporkan n dan lain.
156

melalui pengisian
website data
SIM-RS? identitas ya
Bagaimana itu yang
cara kita
memperoleh masukkan.
data dari
tempat
tersebut?
Apakah ada Ada form Form data Ada.
formulir pengisan identitas
tertentu data biasa saja.
yang palingan.
dijadikan Data
sebagai identitas.
acuan dalam
pengisian
data yang
akan
dilaporkan
melalu
website
SIM-RS?
Manajemen Data (Pengumpulan Data)
Apa saja Perangkat Perangkat
data yang software, computer,
diperlukan hardware, jaringan,
Rumah Sakit dan sistemnya.
dalam brainware.
pelaksanaan
SIM-RS
instalasi
157

radiologi?

Apakah Ada Prosedur Ada dari Prosedu


terdapat prosedur hanya dari PPTIK. r yang
prosedur yang kita PPTIK dibuat
tertulisnya? buat untuk saja, kalo PPTIK.
pelaksanaan dari
SIM-RS. radiologi
sendiri blm
ada.
Berasal dari Dari Hanya Dari
mana saja pasien. data pasien data
data yang saja. pasien.
diperlukan
untuk
pelaksanaan
SIM-RS
instalasi
radiologi?
Bagaimana Mengguna Di input Pada
mekanisme kan system sesuai saat
pengumpula yang ada. dengan pemerik
n data Setiap ada pemeriksaa saan.
tersebut pemeriksaa n.
berlangsung n di input.
?
Apakah ada Tidak ada. Kendalany Kendala
kendala a paling dari
dalam kalo pasien.
pengumpula pasiennya
n data yang lupa.
158

akan
dilaksanakan
SIM-RS
instalasi
radiologi?
Apa saja Di bantu Dengan
yang ingatan si membu
dilakukan pasien. ka
dalam Atau folder
mengatasi dengan lama.
kendala cara
yang mebuka
dihadapi folder lama
pada saat kita.
pengumpula
n data
tersebut?
Manajemen Data (Penyimpanan Data)
Bagaimana Penyimpa Ata Terseim
penyimpana nan data tersimpan pan
n data dilakukan di sistem otomati
tersebut? direkam yang s
medik. tersambung dengan
ke bank sistem.
data rumah
sakit.
Dalam Bentuk Data
bentuk apa data biasa tersimp
data tersebut berdasarka an
disimpan? n format di dalam
sistem. bentuk
file di
159

komput
er.
Manajemen Data (Pengolahan dan Analisis Data)
Bagaimana Iya Berdasark Menggu
Cara menggunak an sistem nakan
pengolahan an sistem saja, jadi di format
(entri, yang ada. programka pada
koding, dll)? n sudah ada program
Apakah ada formatnya yang
proses tingkal kita ada.
tersebut masukkan
yang saja.
dilakukan di
instalasi
radiologi
sendiri?
Apakah Dengan Mengec
instalasi cara dicek ek ulang
radiologi ulang data
melakukan datanya. yang
analisis? ada.
Bagaimana
melakukan
analisis data
di instalasi
radiologi?
Bagaimana
tindak lanjut
langsung
dari hasil
analisis
terhadap
160

hasil
informasi
yang
diperoleh?

LAMPIRAN 5

PEDOMAN OBSERVASI

TIDAK
NO KETERANGAN TERSEDIA
TERSEDIA

1. Komputer (PC)

2. Jaringan

3. Teknisi khusus Hardware
Ruangan khusus untuk implementasi

4. SIM-RS instalasi Radiologi

5. Perencanaan pembelian computer
Perencanaan merekrut teknisi khusus

6. Hardware
7. Program SIM-RS Radiologi √
8. Teknisi khusus Software √
Pelatihan khusus SDM untuk SIM-RS
9. instalasi Radiologi √

10. SOP khusus SIM-RS instalasi Radiologi
161
162
163

Anda mungkin juga menyukai