Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH

DI KOTA SEMARANG

M. Daeni1
Husnul Rizqi2
1 Fisip Untag Semarang Jl. Pawiyatan Luhur Bendan Duwur Semarang, Jawa Tengah, Indonesia,
email : Mdaenie@gmail.com
2Alumni Fisip Untag Semarang

Email :

Abstract

Garbage is a complex problem. High population growth has a big impact on waste production.
Waste production is not comparable to waste management, and land area is limited. The city of
Semarang manages waste with a sanitary landfill system that is able to produce methane gas
from the rest of the waste to produce electricity and biogas. Even though they have used
sanitary landfill, it is still inadequate. The number and quality of human resources, waste
management infrastructure facilities are still inadequate. The Semarang City Government has
made an arrangement by issuing Regional Regulation 6 of 2012 concerning Waste
Management. This study aims to determine the implementation of the policy, especially article
17 of Law No. 6 of 2012. The study was conducted with a descriptive qualitative method. Data
collection is done by observation, and in-depth interviews and secondary data. The results of
this study show that the Semarang City Government has carried out the mandate as per post
17, but it has not been optimal, because waste production continues to increase, has not been
fully supported by better infrastructure, low quality human resources and low community
participation

Keywords: waste, management, transportation, sorting, City, Semarang, participation.

Abstrak

Sampah merupakan persoalan yang kompleks. Pertumbuhan penduduk yang tinggi berdampak
besar bagi produksi sampah. Produksi sampah tidak sebanding dengan pengelolaan sampah,
dan luas lahan yang terbatas. Kota Semarang mengelola sampah dengan sistem sanitary
landfill yang mampu menghasilkan gas metana dari sisa sampah menghasilkan listrik dan
biogas. Meskipun sudah menggunakan sanitary landfill namun masih belum mencukupi.
Jumlah dan kualitas SDM, sarana prasarana pengelolaan sampah masih belum mencukupi.
Pemerinath Kota Semarang telah pula melakukan pengaturan dengan menerbitkan Perda 6
tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Penelitian ini bertujuan mengetahui implementasi
kebijakan khususnya pasal 17 Perda Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah.
Penelitian ini dilakukan dengan metote deskriptif kualitatif, yang pengumpulan datanya
dilakukan dengan observasi, dan wawancara mendalam didukung data sekunder. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Kota Semarang sudah melaksanakan amanat
sebagaimana pasal 17, namun belum optimal, karena produksi sampah yang terus bertambah,
belum sepenuhnya didudkung oleh sarana prasarana yang makin baik, kualitas SDM yang
belum memenuhi dan partisipasi masyarakat yang rendah.

Kata Kunci : sampah, kelola, pengangkutan, pemilahan, Kota, Semarang, partisipasi.

1. PENDAHULUAN memiliki nilai untuk di pergunakan lagi.


Sampah merupakan sisa-sisa dari Sampah terus ada selama berlangsungnya
segala bentuk kegiatan manusia yang tidak kehidupan manusia itu sendiri, sehingga

1
sampah dijadikan permasalahan yang penting total produksi sampah yang dihasilkan di Kota
disuatu Negara. Tahun 2016 ada sekitar 65 Semarang 4998,85 M3/hari.5
juta ton sampah per harinya yang diproduksi Dalam setiap harinya masyarakat Kota
masyarakat Indonesia. Jumlah ini naik satu Semarang menghasilkan 1000 ton sampah.
ton dibandingkan produksi 2015 sekitar 64 Sementara kapasitas yang mampu untuk di
juta ton sampah perhari. 1 . Diprediksikan, tampung ke TPA hanya mencapai 850 ton,
pada 2019, produksi sampah di Indonesia sedangkan 15% sisanya dikelola oleh kurang
akan menyentuh 67,1juta ton sampah per lebih 50 bank sampah yang ada di Semarang
tahun.2 menjadi pupuk dan gas metana.6Pada tahun
Sampah berasal dari kegiatan 2015 Kepala Dinas Kebersihan dan
penghasil sampah seperti pasar, rumah Pertamanan Kota Semarang Ulfi Imran
tangga, perkotaan (kegiatan komersial/ Basuki mengatakan “Setiap harinya dari total
perdagangan), penyapuan jalan, taman, atau 1.200 ton sampah yang dihasilkan dari
tempat umum lainnya, dan kegiatan lain seluruh Kota Semarang, 800 tonnya masuk
seperti dari industry dengan limbah yang ke TPA Jatibarang, sedangkan sisanya
sejenis sampah. 3 Sumber dari sampah di dikelola kelompok swadaya masyarakat, di
masyarakat pada umumnya, berkaitan erat bank-bank sampah,”.7 Di tahun 2016 produksi
dengan penggunaan lahan dan penempatan.4 sampah di Kota Semarang mencapai 1.200
Beberapa sumber sampah dapat ton/hari dan terus meningkat setiap tahun,
diklasifikasikan menjadi antara lain: 1) sementara kapasitas terangkut hanya 1.150
perumahan, 2) komersil, 3) institusi, 4) ton per hari. 8 Ini berarti terdapat 50 ton
konstruksi dan pembongkaran, 5) pelayanan sampah perhari yang tidak terangkut dan
perkotaan, 6) unit pengolahan, 7) industri, menjadi penyebab permasalahan lain di
dan 8) pertanian. Sumber sampah ini masyarakat seperti banjir, kerusakan
disebabkan oleh tiga hal yaitu tingkat lingkungan, kekumuhan dan persoalan sosial
konsumsi yang semakin meningkat, lainnya. Produksi sampah yang dihasilkan
kesadaran masyarakat yang rendah dalam masyarakat ini menempatkan Kota Semarang
pengelolaan sampah, serta keterbatasan sebagai penghasil sampah terbesar di Jawa
teknologi dan lahan dalam pemanfaatan Tengah. 9 Sedangkan pada awal tahun 2017
sampah. Kota Semarang dengan jumlah penduduk
Persoalan pengelolaan sampah sudah mencapai 1,6 juta jiwa yang tersebar di 16
menjadi persoalan umum di Indonesia Kecamatan dan 177 Kelurahan setiap harinya
termasuk Kota Semarang. Dinas kebersihan menghasilkan 1000 ton sampah, sementara
dan pertamanan Kota Semarang Pada tahun yang masuk ke TPA mencapai 850 ton, 15%
2015 dengan jumlah penduduk Kota sisanya dikelola oleh kurang lebih 50 bank
Semarang yang mencapai 1,6 juta jiwa di sampah yang ada di Kota Semarang.10
Kota Semarang, yang tersebar di 16 Peningkatan produksi sampah rumah
kecamatan dan 177 kelurahan, dimana tangga dipengaruhi oleh pola konsumsi dan
volume sampah yang mendapatkan rata-rata tingkat ekonomi dari setiap individu. Apabila
pelayanan sampah per hari sekitar 87 %, pendapatan seseorang meningkat maka akan
dan adapun penghasil sampah terbanyak berbanding lurus dengan konsumsi terhadap
ialah daerah kecamatan pedurungan dengan suatu barang dan jasa (Keyness, 1964).
jumlah volume sampah mencapai 564,28 Keyness menjelaskan bahwa jika pendapatan
M3/hari, sedangkan penghasil sampah meningkat, maka konsumsi juga akan
terendah adalah kecamatan Tugu dengan meningkat. Semakin tingginya tingkat
jumlah volume sampah 96,67 M3/hari. Dan konsumsi masyarakat maka semakin

1Siaran Pers 5https://semarangkota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/

DirjenPengelolaanSampahLimbahdanBahanBeracun, Kota%20Semarang%20dlm%20Angka%202016-
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/1 wm.pdf di unduh pukul 15.19 WIB tanggal 6 juli 2017
7/03/15/omv2sg319-setiap-hari-indonesia-produksi- hal :75
sampah-65-juta-ton 6http://metrosemarang.com/benahi-pengelolaan-
2https://geotimes.co.id/2019-produksi-sampah-di-indonesia- sampah-pemkot-anggarkan-90-kontainer-baru
671-juta-ton-sampah-per-tahun 7 http://beritajateng.net/edan-sampah-yang-dihasilkan-
3E. Damanhuridan Tri Padmi, Probleme de Dechets kota-semarang-capai-1-200-ton-perhari/
Urban en Indonesie, TFE ENTPE (Perancis), 1982 E. 8/http://berita.suaramerdeka.com/sampah-masalah-

Damanhuri (Editor): TeknikPengelolaanPersampahan serius-kota-semarang/


– Modul A danModul B, Disiapkanuntuk PT. Freeport 9Data dan Informasi Lingkungan Hidup Jawa Tengah

Indoensia, (Bandung: Teknik Lingkungan ITB, 1999). tahun 2014, BLH Jawa Tengah
4 10
G. TheisenTchobanoglous, dan S.A. Vigil, Integrated http://semarangkota.go.id/berita/read/7/berita-
Solid Waste Mangement Engineering Principles and kota/1574/semarang-hasilkan-1000-ton-sampah-
Mangement Issues. (Singapore, Mc. Grw Hill, 1993) perhari-sekda-minta-warga-peduli
meningkat pula volume sampah rumah barang yang makin banyak, kesadaran
tangga yang dihasilkan oleh masyarakat masyarakat dalam pengelolaan sampah yang
Penanganan masalah sampah yang masih rendah, penerapan sanksi yang kurang
terangkum dalam UU No 18 Tahun 2008 tegas, dan tingkat ketundukan terhadap perda
adalah merubah paradigma lama dengan yang masih lemah.
paradigm baru yaitu merubah cara pandang Persoalan menjadi makin pelik
terhadap sampah yaitu memandang sampah manakala jumlah produksi sampah yang terus
bukan lagi sebagai sesuatu yang tidak meningkat, sementara luasan pengelolaan
berguna, tetapi melihat sampah sebagai sampah makin menyempit, dan kesadaran
sesuatu yang berharga dan menjadi sumber masyarakat dalam pengelolaan sampah
ekonomi dalam masyarakat dan negara.11 masih rendah. Hingga tahun 2019 produksi
Pemerintah Kota Semarang telah sampah mencapai angka 1.200 ton setiap
memiliki Peraturan Daerah dalam hari, sementara luasan pengelolaan sampah
pengelolaan sampah yaitu perda nomor 6 di TPA Jatibarang tidak berkembang yaitu 46
tahun 2012 tentang pengelolaan sampah. hektar. Guna mengurangi produksi sampah,
Perda ini mengatur bagaimana peran Pemerintah Kota Semarang mengajak
pemerintah dalam pengelolaan sampah serta masyarakat untuk membentuk dan
bagaimana masyarakat turut berpartisipasi mengaktifkan bank sampah di setiap
dalam pengelolaan sampah. Sayangnya kelurahan. Saat ini, terdapat
upaya pemerintah dalam pengelolaan 83 bank sampah yang tersebar di 177
sampah ini belum signifikan dengan produksi kelurahan.12
sampah yang terus meningkat dari hari ke Sebuah kebijakan yang dirumuskan
hari. Perda ini hanya mengatur bagaimana harus dipikirkan bagaimana dampak yang
sampah dikelola, namun belum sampai ditimbulkan akan hal tersebut. Richard Rose
memperkuat posisi masyarakat untuk turut sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007:
serta dalam pengelolaan sampah. Pada pasal 17) 13 juga menyarankan bahwa kebijakan
17 di dalam Peraturan daerah Kota hendaknya dipahami sebagai serangkaian
Semarang nomor 6 tahun 2012 dimana kegiatan yang sedikit banyak berhubungan
mengatur tanggung jawab pemerintah Kota beserta konsekuensi-konsekuensi bagi
Semarang dalam pelaksanaan pengelolaan sssmereka yang bersangkutan daripada
sampah Pemerintah Daerah, wajib sebagai keputusan yang berdiri sendiri.
melakukan: (1) pemeliharaan TPS, TPST dan Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya
TPA beserta pengembangannya sesuai dapat menjelaskan bahwa mempertukarkan
dengan kebutuhan; (2) penyediaan sarana istilah kebijakan dengan keputusan adalah
dan melakukan pengangkutan sampah dari keliru, karena pada dasarnya kebijakan
TPS, TPST ke TPA; (3) penyediaan sarana dipahami sebagai arah atau pola kegiatan
dan melakukan pengolahan sampah di TPS, dan bukan sekadar suatu keputusan untuk
TPST dan TPA; dan (4) penyediaan sarana melakukan sesuatu.
pemilahan sampah di TPS, TPST dan TPA. Menilik dari permasalahan
Didalam Pasal 17 perda Kota sebagaimana tersebut diatas, peneliti tertarik
Semarang nomor 6 tahun 2012 ini untuk melakukan eksplorasi terhadap
menyiratkan mengenai tanggungjawab Implementasi Pengelolaan Sampah di Kota
pemerintah Kota Semarang dalam Semarang dengan tujuan mengetahui
pengelolaan sampah. Empat yang jadi focus implementasi Pengelolaan Sampah di Kota
selama ini ada yang berhasil, namun Semarang.
beberapa diantaranya kurang sesuai dengan
target yang ditetapkan. Upaya melaksanakan
ketentuan dalam Perda telah dilakukan, 2. METODE
namun belum optimal, terbukti pada kapasitas 2.1. Tipe Penelitian
yang harusnya dapat dipenuhi dalam Metode penelitian yang digunakan
pengelolaan sampah hingga tahun 2017 dalam penelitan ini adalah metode
belum sesuai dengan target. Beberapa penelitian deskriptif kualitatif dimana
penyebab yang dapat diidentifikasi adalah digunakan dengan cara menggunakan
karena volume sampah yang makin meninggi kalimat untuk mendiskripsikan suatu
seiring dengan tingkat konsumsi barang-
12 https://jateng.tribunnews.com/2019/04/05/produksi-
11
Albert E. S. Abrauw, Perilaku Masyarakat Dalam sampah-kota-semarang-1200-ton-per-hari-46-
Pengelolaan Sampah Anorganik Di Kecamatan hektar-tpa-jatibarang-bakal-penuh
13
Abepura Kota Jayapura,ISSN 0125-1790 MGI Vol. Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik :Teori dan
25, No. 1, Maret 2011 (1 -14 ) © 2009 Fakultas Proses. Yogyakarta :Med. Press ( Anggota IKAPI )
Geografi UGM dan Ikatan Geograf Indonesia
3
permasalahan. Penelitian kualitatif dilakukan melalui pengamatan dan
merupakan penelitian yang bertujuan pencatatan yang dilakukan secara langsung
mengkaji kasus-kasus tertentu secara pada lokasi penelitian agar diperoleh data
menyeluruh. Selain itu, penelitian bertujuan yang sesuai dengan keadaan yang
menjelaskan secara terperinci masalah sebenarnya; (2) Wawancara mendalam.
sosial tertentu dan akan dihasilkan data Pengambilan data melalui wawancara
yang relevan, yaitu berupa data yang /secara lisan langsung dengan sumber
dinyatakan secara tertulis dan perilaku yang datanya, baik melalui tatap muka atau lewat
nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu telephone, teleconference. Jawaban
yang utuh. responden direkam dan dirangkum sendiri
Tipe penelitian merupakan jenis– oleh peneliti; dan (3) Dokumen.
jenis yang digunakan dalam penelitian yang Pengambilan data melalui dokumen tertulis
dijadikan sebagai dasar pengungkapan dan mamupun elektronik dari lembaga/institusi.
mengkaji maupun menguji penelitian agar Dokumen diperlukan untuk mendukung
menemukan hasil yanng diinginkan. kelengkapan data yang lain.

2.2. Lokus dan Fokus Penelitian 2.5. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses
Lokasi penelitian di Tempat pengolahan data ke dalam bentik yang lebih
Pengelolaan Akhir (TPA) Jatibarang mudah dimengerti dan diinterprestasikan.
Kecamatan Kedungpane Kota Semarang. Teknik analisa dara yang digunakan dalam
Lokus penelitian ini tentang pengelolaan penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Miles
sampah di Kota Semarang. Fokus peneliti dan Huberman (1984) dalam sugioyono
dalam melakukan penelitian ini ialah (2008 : 246) tahap analisis data dalam
penyediaan sarana dan prasarana penelitian kualitatif secara umum adalah (1)
pengelolaan sampah di TPS,TPST, dan analisis selama pengumpulan dapat dimulai
TPA, dimana peneliti ingin mengambarkan setelah peneliti memahami fenomena sosial
prosedur penyediaan sarana dan prasarana yang sedang di teliti dan setelah
sesuai dengan pasal 17 peraturan daerah mengumpulkan data; (2) reduksi data dapat
Kota Semarang nomor 6 tahun 2012 diartikan sebagai proses pemilihan,
tentang pengelolaan sampah di Kota pemusatan perhatian pada
Semarang. penyederhanaan, pengabstrakan,
transformasi data kasar yang muncul dari
2.3. Sumber Data catatan-catatan lapangan; (3) penyajian
Sumber data merupakan tempat data. Dalam penyajian data yang
dimana data yang diperlukan dalam merupakan alur penting dalam menyajikan
penelitian diperoleh. terdapat dua sumber sekumpulan informasi yang tersusun yang
yang bisa digunakan, yaitu sumber data memberi kemungkinan adanya penarikan
primer maupun sumber data sekunder. kesimpulan dan pengambilan tindakan dan
Secara teoritis sumber data primer (4) Menarik kesimpulan/ verifikasi. Kegiatan
merupakan pengumpulan data yang analisis berikutnya merupakan menarik
dilakukan secara langsung kepada kesimpulan dan verifikasi.
informan. Berupa jawaban dari questioner
maupun hasil wawancara baik secara 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
terstruktur maupun tidak terstruktur dengan 3.1. Pengelolaan Sampah
informan.
Sumber data sekunder merupakan Menurut World Health Organization
pengumpulan data yang dilakukan secara (WHO) definisi sampah adalah sesuatu
tidak langsung, yaitu melalui media – media, yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
dokumen, buku-buku, laporan-laporan, disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
daftar monografi dan sumber-sumber lain berasal dari kegiatan manusia dan tidak
yang berkaitan dalam penelitian. terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Undang-Undang Pengelolaan Sampah
2.4. Teknik Pengumpulan Data Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah
Dalam teknik pengumpulan data, adalah sisa kegiatan seharihari manusia
sangat banyak cara yang dapat digunakan dan/atau dari proses alam yang berbentuk
untuk mengumpulkan informasi atau data padat.
yang akan dijadikan kesimpulan suatu Juli Soemirat (1994) berpendapat
penelitian. Adapun teknik pengumpulan bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak
data dalam penelitian ini : (1) Observasi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat
adalah teknik pengumpulan data yang padat. Azwar (1990) mengatakan yang
dimaksud dengan sampah adalah sebagian
dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak sampah ini bersifat anorganik, dan mudah
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang terbakar (rubbish).
yang umumnya berasal dari kegiatan yang Keempat sampah yang berasal dari
dilakukan manusia (termasuk kegiatan jalan raya Sampah ini berasal dari
industri) tetapi bukan biologis karena pembersihan jalan, yang umumnya terdiri
kotoran manusia (human waste) tidak dari: kertaskertas, kardus-kardus, debu,
termasuk kedalamnya. Manik (2003) batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-
mendefinisikan sampah sebagai suatu onderdil kendaraan yang jatuh, daun-
benda yang tidak digunakan atau tidak daunan, plastik, dan sebagainya.
dikehendaki dan harus dibuang, yang Kelimat sampah yang berasal dari
dihasilkan oleh kegiatan manusia. industri (industrial wastes). Sampah ini
Menurut Reksosoebroto (1985) berasal dari kawasan industri, termasuk
dalam Efrianof (2001) pengelolaan sampah sampah yang berasal dari pembangunan
sangat penting untuk mencapai kualitas industri, dan segala sampah yang berasal
lingkungan yang bersih dan sehat, dengan dari proses produksi, misalnya : sampah-
demikian sampah harus dikelola dengan sampah pengepakan barang, logam, plastik,
sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga kayu, potongan tekstil, kaleng, dan
hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sebagainya.
sampai terjadi. Dalam ilmu kesehatan Ketujuh, sampah yang berasal dari
lingkungan, suatu pengelolaan sampah pertanian/perkebunan. Sampah ini sebagai
dianggap baik jika sampah tersebut tidak hasil dari perkebunan atau pertanian
menjadi tempat berkembangbiaknya bibit misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, batang
penyakit serta sampah tersebut tidak padi, batang jagung, ranting kayu yang
menjadi media perantara menyebar luasnya patah, dan sebagainya.
suatu penyakit. Kedelapan, sampah yang berasal
Syarat lainnya yang harus terpenuhi dari pertambangan. Sampah ini berasal dari
dalam pengelolaan sampah ialah tidak daerah pertambangan, dan jenisnya
mencemari udara, air, dan tanah, tidak tergantung dari jenis usaha pertambangan
menimbulkan bau (segi estetis), tidak itu sendiri, maisalnya: batu-batuan,
menimbulkan kebakaran dan lain tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran
sebagainya. (arang), dan sebagainya.
Keberadaan sampah tidak berdiri Kesembilan, sampah yang berasal
sendiri. Adanya sampah karena banyak dari petenakan dan perikanan. Sampah
factor dan situasi yang meliputinya. Oleh yang berasal dari peternakan dan perikanan
karena itu, sampah mempunyai sumber dan ini, berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-
jenisnya masing- masing. Sumber-sumber sisa makanan bangkai binatang, dan yang
sampah di Kota Semarang dapat sejenis.
diidentifikasi yaitu : Pertama, sampah yang Ditemukan juga sampah
berasal dari pemukiman (domestic wastes). berdasarkan jenisnya, yaitu :
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat Pertama, sampah berdasarkan zat
sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang kimia yang terkandung didalamnya, antara
sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa lain (1) sampah anorganik. Sampah
makanan baik yang sudah dimasak atau anorganik adalah sampah yang umumnya
belum, bekas pembungkus baik kertas, tidak dapat membusuk, misalnya:
plastik, daun, dan sebagainya, pakaian- logam/besi, pecahan gelas, plastik dan
pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, sebagainya; (2) sampah organik. Sampah
perabot rumah tangga, daun-daunan dari organik adalah sampah yang pada
kebun atau taman. umumnya dapat membusuk, misalnya :
Kedua, sampah yang berasal dari sisa-sisa makanan, daun- daunan, buah-
tempat-tempat umum. Sampah ini berasal buahan dan sebagainya.
dari tempat-tempat umum, seperti pasar, Kedua, sampah berdasarkan dapat
tempat-tempat hiburan, terminal bus, dan tidaknya terbakar. Tergolong sampah
stasiun kereta api, dan sebagainya. ini antara lain adalah sampah yang mudah
Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu,
daun, dan sebagainya. plastik, kain bekas dan sebagainya; sampah
Ketiga sampah yang berasal dari yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-
perkantoran. Sampah ini dari perkantoran kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan
baik perkantoran pendidikan, perdagangan, gelas, kaca, dan sebagainya.
departemen, perusahaan, dan sebagainya. Ketiga, sampah berdasarkan
Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karakteristiknya. Sampah ini antara lain
karbon, klip dan sebagainya. Umumnya adalah (1) sbu (ashes), merupakan sisa
5
pembakaran dari bahan yang mudah kontainer yang tersebar di 282 titik TPS.
terbakar, baik di rumah, di kantor maupun Karena dari jenis dan fungsinya truck
industry; (2) sampah Jalanan (street armroll memiliki pengoprasian yang berbeda
sweeping) Berasal dari pembersihan jalan dengan dumptruck dimana truck armroll
dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, mengangkut sampah dengan menggangkat
kotoran dan daun-daunan; dan (3) bangkai kontainer sampah yang telah terisi oleh
binatang (dead animal). sampah kemudian kontainer yang di angkut
Keempat, sampah pemukiman oleh truck armroll langsung diangkut ke TPA
(household refuse). Sampah ini merupakan jatibarang untuk langsung ditimbang
sampah campuran yang berasal dari daerah sebelum di masukkan ke dalam tempat
perumahan. (1) bangkai kendaraan pembuangan sampah dimana sampah yang
(abandoned vehicles), contohnya adalah masuk langsung di lakukan pemilahan
bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal sampah oleh petugas. Ketika kontainer
laut dan alat transportas lainnya; (2) sudah kosong maka akan kembali di
sampah industry. Terdiri dari sampah padat tempatkan berdasarkan titik TPS.
yang berasal dari industri Kota Semarang memiliki sarana
pengangkut sampah berupa 173 unit truck
3.2. Pewadahan hidrolik/armroll dimana yang beroprasional
103 unit, dan rusak/usulan penghapusan
Pewadahan yang dimaksud disini berkisaran 70 unit. Dump truck sekitar 44
merupakan upaya pengumpulan sampah unit 28 unit yang bisa beroprasional
dari sumber sampah kemudian di sedangkan 16 unit dikatakan rusak/usulan
kumpulkan ke dalam suatu wadah sampah penghapusan.14 Dalam satu hari ada sekitar
atau tempat sampah baik TPS maupun 1200 Ton sampah yang dibawa truck
TPST, hingga sampah yang dikumpulkan pengangkut sampah baik arm roll maupun
dapat di kumpulkan ke TPA untuk dumptruck yang masuk ke TPA Jatibarang.
mengelola sampah sesuai prosedur. Di Kota Adapun kendala yang di hadapi
Semarang sendiri terdapat 282 titik TPS dalam proses pengangkutan sampah ialah
yang tersebar di segala wilayah. daya tampung TPA jatibarang. Dimana tidak
Wadah pengumpulan sampah atau semua sampah dapat di angkut ke TPA
kontainer sampah yang tersebar di Kota jatibarang dalam jangka waktu 1 (satu) hari.
Semarang ada sekitar 455 kontainer yang Hal dikarenakan kapasitas Penampungan
beroperasional di lapangan ada sekitar 403 yang dimiliki TPA jatibarang terus
yang rusak 52 kontainer. Serta depo mengalami penurunan di akibatkan volume
kontainer ada sekitar 200 buah yang sampah yang terus bertambah dari tahun ke
tersimpan untuk pewadahan sampah di tahun. Karena itu ada sebahagian wilayah
Kota Semarang. yang memiliki titik TPS saja yang dapat
diangkut menuju TPST untuk menunggu
3.3. Pengangkutan Sampah hari berikutnya untuk diangkut menuju TPA
jatibarang untuk dikelola, atau bahkan
Proses pengangkutan sampah yang diangkut ke esokkan harinya. Untuk
di kelola oleh seksi operasional pengelolaan pembuangan sampah ke tpa di kenakan
sampah bidang pengelolaan sampah dinas tarif retribusi sebesar 12.000/m3.
lingkungan hidup Kota Semarang. Adapun
sarana pengangkutan sampah bertugas 3.4. Pemilahan Sampah
mengangkut sampah dari TPS maupun
TPST menuju ke TPA untuk dikelola lebih Dalam pemilahan sampah di Kota
lanjut. Untuk ada beberapa jenis sarana Semarang pemerintah Kota Semarang
pengangkutan sampah yakni dumptruck dan membagi tugas kepada dinas lingkungan
armroll. DumpTruck adalah sarana hidup dan TPA jatibarang. Dimana dinas
pengangkut sampah yang terkumpul di bak lingkungan hidup mengurus dan melakukan
sampah. Cara pengoprasian dumptruck pengadaan sarana di tingkat TPS dan
tidak seperti armroll dimana tong sampah TPST, dimana sampah langsung dipilah
atau sampah yang diangkut tidak dapat di ketika dimasukkan ke tong sampah yang
lepaskan. Tugas truck dumptruck ialah dipilah menurut jenis sampah. Namun
melakukan pengumpulan sampah terkumpul dalam penyediaan sarana pemilihan
di bak sampah maupun tempat sampah sampah masih sebahagian tempat umum di
yang kemudian dikumpulkan secara manual Kota Semarang. Sementara pemilahan di
untuk dibawa ke TPA agar sampah dapat TPS maupun di TPST sebahagian besar
ditimbang dan langsung di buang ke TPA. dilakukan oleh masyarakat sendiri yang
Sedangkan untuk armroll adalah
jenis pengangkut sampah yang mengangkut 14
LKjlP Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang hal I-20
bertujuan untuk mengelola sampah secara pemerintah dalam hal ini dinas lingkungan
mandiri di tingkat kelurahannya masing- hidup Kota Semarang menerbitkan applikasi
masing. berupa Lapor Sampah Online dimana
aplikasi ini berguna untuk melaporkan
3.5. Implementasi Kenijakan Pengelolaan permasalahan pengelolaan sampah seperti
Sampah tps yang mengalami over capacity serta
penumpukan sampah yang sudah lama
Implementasi kebijakan tidak di angkut dari tps ke tpa. Aplikasi lapor
pengelolaan sampah di Kota Semarang sampah juga merupakan terobosan baru
mengacu pada Berdasarkan Peraturan dalam mengikut sertakan masyarakat akan
Daerah Kota Semarang No. 6 Tahun 2012 pentingnya kepekaan akan sampah itu
tentang Pengelolaan Sampah merupakan sendiri.
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan Untuk saat ini kebijakan pemerintah
berkesinambungan yang meliputi dalam pengelolaan sampah sudah dianggap
pengurangan dan penanganan sampah. cukup mumpuni baik dalam segi
Salah satu upaya yang dilaksanakan oleh mengawasi distribusi sampah mulai dari
pemerintah Kota Semarang yakni sumber sampah hingga ke TPA maupun di
pengelolaan sampah di hulu dan di hilir. aspek pelayanan terhadap masyarakat di
Artinya adalah bahwa pengelolaan sampah segala aspek. namun pengelolaan sampah
tidak selalu harus diselesaikan di tempat sendiri masih di anggap kurang efesien
pembuangan akhir sampah tetapi juga dikarenakan kurangnya kapasitas baik dari
dapat dilaksanakan di asal sampah itu fasilitas sarana pengangkutan, pengolahan,
sendiri. dan pemilahan sampah maupun TPA
Dalam pengelolaan sampah di Kota Jatibarang sendiri yang terus mengalami
Semarang pengelolaan sampah yang peningkatan volume sampah dari tahun ke
dijalankan oleh dinas lingkungan hidup tahun.
sudah cukup baik. Namun kendala yang Secara umum, implemetasi
paling terlihat adalah cara penyediaan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6
sampah yang di distribusikan kepada Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah di
masyarakat dalam hal ini pihak kelurahan Kota Semarang belum semua proses
ikut andil dalam mengikut sertakan pengelolaannya berjalan baik sesuai
masyarakat dalam mengurangi produksi dengan apa yang di harapkan. Beberapa
sampah bukan hanya dari segi pengolahan tahapan, misalnya kegiatan pembatasan
yang melibatkan ukm-ukm di kalangan timbunan sampah masih mengalami
masyarakat dimana sampah di kelola kendala. Hal ini sebagian besar dikarenakan
berdasarkan jenis dan kegunaannya hal masih banyaknya warga masyarakat yang
inilah yang menginspirasi terbentuknya tpst kurang sadar akan masalah sampah ini
atau TPS3R (Reuse,reduce, dan Recyle) sehingga dengan sembarang menimbun
dimana masyarakat dianggap dapat sampah di TPS-TPST atau tempat
mengolah sampah langsung dari penampungan sampah yang ada.
sumbernya. Penyediaan sarana juga harus Demikian juga dengan tahapan
di barengi dengan kemampuan p[etugas pendauran ulang sampah. Pendauran
dalam hal mengontrol dan mengayomi ulangan sampah ini diharapkan mampu
kebutuhan masyarakat untuk bersama- mengurangi jumlah masukan sampah ke
sama menimbang pentingnya pengendalian TPA Jatibarang dengan cara pendauran
sampah dari dasar. ulang di sumber sampah yakni di
Pemerintah dalam hal pelaksanaan lingkungan warga masyarakat.
pengelolaan sampah di wakili oleh dinas Tahapan berikutnya yang dinilai
lingkungan hidup bergerak di bidang belum terlaksana dengan maksimal yakni
kebersihan dimana truck dan kontainer di pada tahapan pemanfaatan kembali.
sebarkan di seluruh kelurahan di Kota Kegiatan pemanfaatan kembali sampah
Semarang namun tingkat kesadaran terkendala sebagian besar dikarenakan
masyarakat lah yang menjadi tantangan kurangnya sumber daya, baik tenaga ahli
besar bagi pemerintah untuk maupun keterampilan warga masyarakat
mengendalikan sampah itu sendiri. untuk mengolah kembali atau
Dalam hal pengembangan dan memanfaatkan kembali sampah menjadi
pemeliharaan sarana baik sarana tps,tpst barang-barang daur ulang yang mempunyai
dan tpa pemerintah semarang termasuk nilai.
mengikutsertakan atau menginovasi dalam Selanjutnya tahapan pengangkutan
mengelola sampah di TPS dimana sampah. Dengan adanya pembagian
wilayah kerja dan juga pembagian tugas
7
oleh beberapa lembaga pelaksana, baik dipakai tempat pembuangan sampah; (6)
pemerintah dan juga swasta tentunya Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan
memudahkan proses pengangkutan ini. peraturan; (7) Sulitnya menyimpan sampah
Masalahnya masih sering dijumpai sementara yang cepat busuk, karena cuaca
sampah TPS yang overload (pada beberapa yang panas; (8) Sulitnya mencari partisipasi
kasus) yang membutuhkan petugas yang masyarakat untuk membuang sampah pada
lebih banyak lagi. Sumber daya manusia tempatnya dan memelihara kebersihan; (9)
berupa petugas pengangkutan sampah milik Pembiayaan yang tidak memadai,
pemerintah (petugas harian lapangan) mengingat bahwa sampai saat ini
dinilai masih kurang apabila dibandingkan kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan
dengan luasnya wilayah yang harus pemerintah dan (10) Pengelolaan sampah
dijangkau oleh petugas pengangkut. dimasa lalu dan saat ini kurang
Disamping kurangnya petugas, hal lain yang memperhatikan faktor non teknis seperti
menjadi kedala utama dalam proses partisipasi masyarakat dan penyuluhan
pengangkutan adalah sarana prasarana truk tentang hidup sehat dan bersih.
pengangkut yang juga kurang memadai,
baik dari segi jumlah juga dari segi kualitas. 3.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kendati demikian, beberapa Implementasi Kebijakan Pengelolaan
tahapan pelaksanaan kebijakan Sampah
pengelolaan sampah di Kota Semarang Teori George C. Edwards III
juga ada yang sudah terlaksana dengan (1980) Dalam pandangan Edwards III,
baik diantaranya yaitu kegiatan
pengumpulan dan juga kegaiatan
studi implementasi kebijakan adalah
pemrosesan akhir. Kedua proses ini sudah salah satu tahap kebijakan publik
dilaksanakan dengan baik, baik oleh warga antara pembentukan kebijakan dan
masyarakat pada tingkat kelurahan dalam konsekuesi-konsekuensi kebijakan bagi
hal proses pengumpulan, karena proses masyarakat yang dipengaruhinya.
pengumpulan sampah berada pada
tingkatan warga masyarakat, dan juga
implementasi kebijakan dipengaruhi
proses pemrosesan akhir yang oleh empat variabel, yakni:15
dilaksanakan oleh petugas dari pemerintah Komunikasi, Secara umum
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Edwards membahas 3 hal penting dalam
sebagai petugas yang mengurusi proses Komunikasi kebijakan, yakni:
pengangan sampah di TPA Jatibarang
dalam bentuk menumpukan dan juga
Transmisi, Kejelasan, dan
penanganan limbah sampah sebelum KonsistensiSumber-sumber, Sumber-
dibuang kembali ke alam secara aman. sumber yang penting meliputi, Staf yang
Petugas lain yang mengurusi pemrosesan memadai, Informasi, Wewenang dan
akhir adalah dari PT.Jatibarang yang Fasilitas yang mendukung.
mengolah sampah (organik) menjadi produk
pupuk.
Kecenderungan-kecenderungan
Secara umum ditemukan beberapa dari para pelaksana kebijakan
kendala dalam pengelolan sampah yaitu : merupakan faktor ketiga yang
(1) Cepatnya perkembangan teknologi, lebih mempunyai konsekuensi-konsekuensi
cepat daripada kemampuan masyarakat penting bagi implementasi kebijakan
untuk mengelola dan memahami persoalan
persampahan; (2) Meningkatnya tingkat
yang efektif. Dampak dari
hidup masyarakat, yang tidak disertai kecenderungan-kecenderung karenakan
dengan keselarasan pengetahuan tentang banyaknya kebijakan yang masuk ke
persampahan; (3) Kebiasaan pengelolaan dalam “zona ketidakacuhan”. Menurut
sampah yang tidak efisien menimbulkan Edwards Kebijakan-kebijakan yang
pencemaran udara, tanah dan air,
gangguan estetika dan memperbanyak
masuk kedalam “zona ketidakacuhan”
populasi lalat dan tikus; (4) Semakin ini mungkin bertentangan dengan
sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pandangan-pandangan kebijakan
pembuangan akhir sampah, selain tanah substantif para pelaksana atau
serta formasi tanah yang tidak cocok bagi kepentingan pribadi atau organisasi
pembuangan sampah, juga terjadi kompetisi
yang semakin rumit akan penggunaan
mereka. Di sinilah kecenderungan-
tanah; (5) Semakin banyaknya masyarakat
yang berkeberatan bahwa daerahnya 15 https://eprints.uny.ac.id/22818/4/BAB II.pdf. di unduh

pada 30 maret 2018


kecenderungan menimbulkan hambatan- Dinas Lingkungan Hidup merujuk Peraturan
hambatan terhadap implementasi. Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun
2012 menjadi acuan dasar dalam kegiatan
Struktur Birokrasi, merupakan pengelolaan sampah baik pengurangan
salah satu badan yang paling sering maupun penanganan. Lemahnya proses
bahkan secara keseluruhan menjadi transisi terkait perintah atau instruksi-
pelaksanaan kebijakan. Dimana instruksi, baik dari petugas Dinas kepada
birokrasi baik secara sadar atau tidak sesama petugas maupun oleh petugas
kepada masyarakat dinilai menjadi
sadar memilih bentuk-bentuk organisasi penyebabnya.
untuk kesepakatan kolektif, dalam Dari keseluruhan proses tersebut,
rangka memecahkan masalah-masalah komunikasi peraturan terkait kebijakan
sosial dalam kehidupan modern. pengelolaan sampah di Kota Semarang
Ripley dan Franklin, dinilai masih kurang baik, walaupun
memang sudah dilaksanakan pada
berdasarkan pengamatan yang dilakukan beberapa kesempatan baik berupa
terhadap birokrasi di amerika serikat, sosialisasi dan juga pemberitahuan atau
mengidentifikasi enam karakteristik iklan lewat siaran radio. Namun, itu dinilai
birokrasi, Birokrasi di manapun berada, masih kurang apabila diperhatikan dari
dipilih sebagai instrumen sosial yang tinggat pengetahuan dan kepedulian
masyarakat terkait kebijakan pengelolaan
ditujukan untuk menangani masalah- sampah apalagi jika pemberitahuan di
masalah yang didefiniskan sebagai radionya hanya kadang-kadang saja.
urusan politik. Birokrasi merupakan
instuisi yang dominan dalam 3.1.2 Sumber Daya
pelaksanaan program, Dimana keempat Sehubungan dengan sumber daya
manusia, untuk pengimplementasian
variabel tersebut juga saling kebijakan serta pengelolaan sampah di Kota
berhubungan satu sama Semarang dinilai masih terkendala. Ada
16
lain. (Subarsono, 2005:90) Rippley beberapa hal yang menjadi penghambat
dan Franklin (1982) menyatakan dalam SDM ini yakni antara lain jumlah
keberhasilan implementasi kebijakan petugas yang masih kurang dan juga tingkat
pengetahuan serta penguasaan SDM itu
program dan ditinjau dari tiga faktor sendiri. Dalam kaitannya penyelenggaraan
yaitu: sampah di Kota Semarang yang mana
Prespektif kepatuhan tugas dari Dinas Lingkungan Hidup adalah
(compliance) yang mengukur kegiatan pengangkutan dan pengolahan
implementasi dari kepatuhan atas sampah.
Untuk pengangkutan sampah
mereka, keberhasilan impIementasi sehari-harinya menjadi tanggungjawab dari
diukur dari kelancaran rutinitas dan pengangkutan sampah dan untuk seksi
tiadanya persoalan dan implementasi operasional pengelolaan sampah
yang herhasil mengarah kepada kinerja mempunyai tanggungjawab dalam kegiatan
yang memuaskan semua pihak terutama pengolahan sampah di Kota Semarang.
Jumlah personil di Dinas Lingkungan Hidup
kelompok penerima manfaat yang khususnya di bagian angkutan sampah
diharapkan.(Tangkilisan, 2003:21)17 masih perlu adanya tambahan, tentu saja
hal ini didasarkan pada besarnya beban
3.1.1 Komunikasi kerja yang diterima oleh seksi angkutan
Dalam melaksanakan kebijakan sampah.
penyelenggaraan pengelolaan sampah

16
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian- 3.1.3 Disposisi
implementasi-kebijakan.html. diunduh pada tanggal 6 juli Disamping SDM, hal lain yang tidak
2017, 18.04 WIB kalah penting yakni sarana dan prasarana.
A. G Subarsono, 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Jumlah dan kualitas sarana prasarana
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
17 pengelolaan sampah di Kota Semarang
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-
implementasi-kebijakan.html. diunduh pada tanggal 2 juli dinilai masih dari apa yang dibutuhkan
2017, 15.02 WIB dilapangan. Dalam hal pengangkutan
Tangkilisan,Hesel.Nogi.(2003). Implementasi Kebijakan misalnya, dibutuhkan jumlah truk
Publik. Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI pengangkut sampah yang lebih banyak lagi
9
dan juga kualitas yang baik. Jumlah turk dengan baik pada tingkat warga
serta petugasnya masih kurang apabila masyarakat.
dibandingkan dengan luasnya cakupan Faktor berikutnya yang juga sangat
wilayah Kota Semarang yang harus mempengaruhi atau menghambat
ditangani. Selama ini respon dari aparat pengimplementasian kebijakan pengelolaan
pelaksana cukup baik dan cukup sampah di Kota Semarang yakni sumber
mendukung, karena ini juga merupakan daya. Sumber daya yang dimaksud disini
kebijakan dari pemerintah Kota sehingga adalah sumber daya manusi juga sumber
setiap aparat pelaksana mendukung dalam daya.
pelaksanaan implementasi kebijakan
penyelenggaraan pengelolaan sampah. 4. SIMPULAN
Adanya respon yang baik dari aparat Implementasi pasal 17 peraturan
pelaksana harus disertai pula oleh daerah kota Semarang nomor 6 tahun 2012
pemahaman aparat pelaksana terhadap tentang pengelolaan sampah cukup baik,
kebijakan penyelenggaraan pengelolaan hal ini dapat dilihat pemeliharaan TPS,
sampah. TPST dan TPA beserta pengembangannya
sesuai dengan kebutuhan.
3.1.4 Struktur Birokrasi Ketersediaan sarana di TPS, TPST,
Pada struktur birokrasi yang ada di dan TPA belum optimal. Dalam melakukan
Kota Semarang sudah termasuk jelas dan pemeliharaan TPS (Tempat Pembuangan
juga dinilai sudah kondisi baik. Koordinasi Sementara) Dinas Lingkungan hidup
dengan sesama lembaga di kawasan menyebarkan lebih dari 455 kontainer di
pemerintahan Kota Semarang dinilai sudah 282 titik TPS. Dinas Lingkungan Hidup
berjalan dengan baik termasuk juga dalam hanya bertugas dalam pemeliiharaan
pelaksanaan kebijakan pengelolaan sarana di titik TPS namun perihal mengenai
sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup, penyediaan sarana tong sampah alat
Dinas Pengelolaan Pasar dan juga dari pengangkut sampah di tingkat TPS adalah
SATPOL PP sebagai penindak dan tanggung jawab dari pihak kelurahan
penengak berlangsungnya peraturan terkait setempat, namun dalam hal ini DLH
penindakan kepada pelanggar kebijakan. membuka tangan untuk menerima
Faktor yang dinilai menjadi faktor pengajuan pengadaan sarana dan
pendorong pelaksanaan Peraturan Daerah prasarana dalam pengelolaan sampah
Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2012 kepada pihak kelurahan di Kota Semarang
adalah disposisi, secara umum respon yang sebagai bentuk apresiasi akan pentingnya
ditunjukkan oleh aparat pelaksana sudah kesadaran masyarakat terhadap kebersihan
cukup baik sesuai dengan tugas dan lingkungan.
tanggungjawabnya. Faktor lain yang Pemeliharaan TPST atau TPS3R
menjadi pendorong adalah struktur merupakan salah satu program dari dinas
birokrasi. Struktur birokrasi yang tidak rumit lingkungan hidup untuk mengurangi
dan berbelit-belit menjadikan proses produksi sampah yang di angkut ke TPA,
pelaksanan kebijakan menjadi lebih mudah. upaya DLH adalah melakukan pelatihan-
Ada beberapa faktor penghambat pelatihan terhadap KSM-KSM untuk
dalam penyelenggaraan kebijakan. Faktor meningkatkan kreatifitas dalam pengelolaan
komunikasi secara keseluruhan belum sampah. Sayangnya hanya sebahagian
berjalan sebagaimana diharapkan. Saluran kecil wilayah/kepurahan yang mampu
komunikasi atau transmisi dinilai belum mengelola sampahnya sendiri untuk
baik, penyampaian kebijakan juga belum menjadi barang-barang yang bersifat
jelas serta pelaksanaanya yang dinilai finansial.
belum konsisten. Ketiga hal terbebut tentu Dalam hal pemeliharaan
sangat berpengaruh terhadap seberapa TPST/TPS3R masyarakat diberikan ruang
tahu warga masyarakat tentang peraturan untuk mengelola secara pribadi. DLH siap
daerah itu sendiri. Tujuan untuk meningkatkan atau memelihara
pengkomunikasian itu sebenarnya adalah TPST/TPS3R tidak lain untuk pengurangan
agar masyarakat secara luas dapat produksi sampah itu sendiri.
mengetahui apa perda pengelolaan sampah Inovasi-inovasi terus dikembangkan
serta bagaimana cara pelaksanaannya oleh TPA Jatibarang dimana fokus
dilapangan. Namun, dikarenakan faktor utamanya untuk mengurangi atau bahkan
komunikasi yang lemah dari petugas mengelola sampah sebagai energi yang
menyebabkan pelaksanaan kebijakan terbarukan. TPA Jatibarang telah
pengelolaan sampah kurang berjalan melakukan pengembangan dalam
pengolahan sampah dimana timbunan
sampah yang masuk ke TPA sudah bisa Albert E. S. Abrauw, Perilaku Masyarakat
diolah menjadi Biogas dan aliran Listrik. Dalam Pengelolaan Sampah Anorganik Di
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecamatan Abepura Kota Jayapura,ISSN
Keberhasilan Pengelolaan Sampah Di Kota 0125-1790 MGI Vol. 25,
Semarang adalah komunikasi dan disposisi.
Untuk SDM masih diperlukan baik kuantitas Dunn,N. William (2003) . Pengantar analisis
maupun kualitas, sedangkan struktur kebijakan public Edisi kedua. Yogyakarta:
birokrasi perlu untuk ditingkatkan dalam Gajah Mada University Press.
efisiensi dan efektivitas pengelolaan
sampah. E. Damanhuridan Tri Padmi, Probleme de
Untuk meningkatkan kualitas Dechets Urban en Indonesie, TFE ENTPE
implementasi diperlukan beberapa hal yaitu (Perancis), (1982) E. Damanhuri (Editor):
: (a) Melakukan sosialisasi secara rutin TeknikPengelolaanPersampahan –
kepada pihak-pihak yang terkait baik
masyarakat di sekitaran TPS maupun G. TheisenTchobanoglous, dan S.A. Vigil,
masyarakat yang pada pelaksanaan Integrated Solid Waste Mangement
kebijakan baik kelurahan, warga Engineering Principles and Mangement
masyarakat di tingkat RT dan RW, serta Issues. (Singapore, Mc. Grw Hill, 1993)
para pelaku usaha yang memproduksi suatu
barang untuk membahas tentang peran dan Keban. Yeremias, (2008),Enam dimensi
fungsi masing-masing elemen dalam Strategis adminsistrasi publik Konsep, Teori
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 dan Isu.Yogyakarta: Gava Media.
Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah. ; Islamy,M. Irfan.(2009).prinsip-prinsip
(2) Mengencarkan penambahan SDM baik perumusan kebijaksanaan Negara. Jakarta :
dari segi kualitas maupun kapasitas; (3) bumi aksara.
Melakukan penambahan jumlah staf pada
Badan Dinas maupun petugas di lapangan. Islamy, Irfan. (1994). Prinsip-prinsip
Penambahan jumlah staf ini juga harus Perumusan Kebijksanaan Negara.
memperhatikan kualitas dan kompetensi Jakarta:Bumi Aksara.
dari staf/petugas serta juga harus
melakukan peningkatan kualitas staf lama Nugroho, Riant. (2004). Kebijakan Publik:
yang dapat dilakukan dengan bimbingan Formulasi,Implementasi dan Evaluasi.
teknis, pelatihan khusus dan sebagainya Jakarta:PT.Alex Media Komputindo
terkait pelaksanaan pengelolaan sampah di Gramedia.
Kota Semarang; (4) Melakukan
penambahan jumlah sarana prasarana yang Tangkilisan,Hesel.Nogi.(2003). Implementasi
dibutuhkan untuk melakukan pengelolaan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Lukman
sampah, termasuk penambahan jumlah Offset YPAPI.
armada truk pengangkut sampah, kontainer
sampah di TPS-TPST serta alat-alat Suwitri, Sri. (2009). Konsep Dasar Kebijakan
pendukungnya. Ini dimaksudkan agar Publik. Semarang:Badan Penerbit
pelaksanaan pengelolaan dilapangan tidak Universitas Diponegoro. No. 1, Maret 2011
tersendak yang sering sekali dikarenakan (1 -14 ) © 2009 Fakultas Geografi UGM dan
sarana prasarana yang tidak mencukupi Ikatan Geograf Indonesia.
atau rusak. Usaha pemeliharaan serta
peremajaan juga sangat dibutuhkan bagi
TPS-TPS yang sudah lama, juga termasuk Suharno.(2010). Dasar-Dasar kebijakan
pemeliharaan serta peremajaan TPA publik . Yogyakarta: UNY Press.
Jatibarang dan (5) Mendukung dan menjalin Aini,Sarifah.(2010).Studi kualitas pelayanan
kerja sama dengan KSM. pembuatan kartu keluarga (KK) di kantor
kecamatan tembalang kota semarang
.fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
5. DAFTAR PUSTAKA universitas diponegoro, semarang. (skripsi
Agustino,Leo.(2008).dasar-dasar kebijakan sarjana administrasi pubik).
publik. Bandung :alfabeta.
Winarno, Budi. (2008). Kebijakan Publik :
Teori dan Proses. Yogyakarta:Penerbit Winarno,Budi.(2007). Kebijakan Publik Teori
Media Pressindo. dan Proses. Jakarta : Buku kita
Damanhuri, Eri. (2007). Sampah
Indonesia.Bandung: Teknik Lingkungan ITB.
11
Laporan Kinerja Instansi (LKJ-IP)
Winarno,Budi. (2002). Teori dan Proses Pemerintah Kota Semarang 2015.
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Data dan Informasi Lingkungan Hidup Jawa
pressindo. Tengah tahun 2014, BLH Jawa Tengah

https://geotimes.co.id/2019-produksi- Siaran Pers Dirjen Pengelolaan Sampah


sampah-di-indonesia-671-juta-ton-sampah- Limbah dan Bahan Beracun,
per-tahun http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/
daerah/17/03/15/omv2sg319-setiap-hari-
https://semarangkota.bps.go.id/website/pdf_ indonesia-produksi-sampah-65-juta-ton
publikasi/Kota%20Semarang%20dlm%20An
gka%202016-wm.pdf di unduh pukul 15.19
WIB tanggal 6 juli 2017 hal :75

http://metrosemarang.com/benahi-
pengelolaan-sampah-pemkot-anggarkan-
90-kontainer-baru

http://beritajateng.net/edan-sampah-yang-
dihasilkan-kota-semarang-capai-1-200-ton-
perhari//
http://berita.suaramerdeka.com/sampah-
masalah-serius-kota-semarang/

http://semarangkota.go.id/berita/read/7/berit
a-kota/1574/semarang-hasilkan-1000-ton-
sampah-perhari-sekda-minta-warga-peduli

http://www.landasanteori.com/2015/10/peng
ertian-implementasi-kebijakan.html. diunduh
pada tanggal 6 juli 2017, 18.04 WIB

http://www.landasanteori.com/2015/10/peng
ertian-implementasi-kebijakan.html. diunduh
pada tanggal 2 juli 2017, 15.02 WIB

http://lembahperasaan.blogspot.co.id/2010/
03/model-model-dalam-kebijakan-
publik.html.diunduh pada tanggal 16juli
2017, 02.30 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Administrasi_publik di
unduh pada 25 maret 2018

https://eprints.uny.ac.id/22818/4/BAB II.pdf , di
unduh pada 30 maret 2018

https://www.academia.edu/23591052/Teori_Adm
_Publik di unduh pada 26 maret 2018

Modul A danModul B, Disiapkan untuk PT.


Freeport Indoensia, (Bandung: Teknik
Lingkungan ITB, 1999).

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6


Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Kota Semarang.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah.

Anda mungkin juga menyukai