Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
Ike Setyaningrum¹
1Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
email : ikeputriyanas@gmail.com
Abstrak: Sampah menjadi persoalan kompleks di kota-kota besar di Indonesia, oleh karena itu
diperlukan adanya penyelesaian yang komprehensif dan terintegrasi serta didukung oleh semua
lapisan masyarakat. Salah satu kota besar yang mengalami permasalahan mengenai pengelolaan
sampah adalah Kota Semarang. Pengelolaan sampah yang optimal membutuhkan alternatif-
alternatif. Salah satu alternatif yang diresmikan oleh Pemerintah Kota Semarang dalam menangani
masalah pengelolaan sampah yaitu pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui program Bank
sampah. Bank Sampah Sari Asri adalah kelompok sosial di Kota Semarang yang didirikan oleh
masyarakat di Kelurahan Tandang dan didukung oleh yayasan ChildFund dan KOMPASS dengan
tujuan untuk keberlanjutan lingkungan yang berfokus pada penanganan masalah pengelolaan
sampah khususnya sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Bank Sampah Sari Asri merupakan
salah satu terobosan untuk mengurangi dampak yang merugikan dalam pengelolaan sampah yang
kurang optimal. Program Bank Sampah Sari Asri terbukti sebagai salah satu upaya peningkatan
pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kelurahan Tandang. Karena didalam program bank sampah
mengandung unsur konsep 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle yang mampu mengurangi volume
sampah. Namun dalam pelaksanaannya, masih terdapat masyarakat yang tidak memahami dan
melaksanakan program-program yang dicanangkan oleh Bank Sampah Sari Asri.
Abstract:The issue of waste into complex in big cities in Indonesia, therefore it is necessary to
comprehensive solution and integrated that supported by all levels of society. One of the major cities
that experienced problems regarding waste management is Semarang city. Optimal waste
management requires alternatives. One of alternativs that was unveiled by the Government of
Semarang in dealing with waste management issues, namely through a community-based waste
management program waste bank. Sari Asri Waste Bank is project social in Semarang that
established by community in Tandang and supported by ChildFund and KOMPASS foundations with
the goal of environmental sustainability that focuses on addressing the problem of waste
management, especially the waste produced by households. Sari Asri Waste Bank is one of the
breakthrough to reduce the adversed impact of the waste management sub-optimal. Some program
by Sari Asri Waste Bank proven as one of the efforts to improve waste management in Tandang
village. Because in the waste bank program contains elements of the 3R concept, reduce, reuse, and
recycle are able to reduce the volume of waste. However, in practice, there are still people who do not
understand and implement programs that launched by the Sari Asri Waste Bank.
berdasarkan jenis sampah yang nanti akan biasanya dilaksanakan sebulan sekali atau 2
dikumpulkan saat penimbangan. Berdasarkan minggu sekali tergantung dari kuota sampah
hasil kuesioner dan wawancara, responden yang telah dikumpulkan oleh nasabah.
biasanya memilah sampah jenis plastik bekas, Penjualan sampah ke pengepul dengan
botol plastik, botol kaca, dan kertas. jumlah yang banyak mengindikasikan
2. Pengumpulan Sampah masyarakat sudah paham mengenai
Waktu pengumpulan sampah pengumpulan sampah, sehingga sampah yang
memiliki waktu yang berbeda pada masing- dibuang ke TPS akan berkurang. Masyarakat
masing bank sampah. Untuk Bank Sampah juga peduli terhadap lingkungan sekitar
Sari Asri I waktu pengumpulan dilaksanakan tempat tinggalnya dengan tidak membuang
setiap hari Minggu pada pukul 10.00 WIB, sampah secara sembarangan dan lebih
sedangkan Bank Sampah Sari Asri II memilih untuk dikumpulkan di bank sampah.
dilaksanakan setiap Minggu I dan II pada 5. Reuse dan Recycle Waste
pukul 09.00 WIB. Pada saat sampah Reuse dan Recycle dilaksanakan
dikumpulkan, sampah juga akan ditimbang apabila sampah yang dikumpulkan oleh
untuk mengetahui seberapa banyak sampah masyarakat masih layak digunakan dan dapat
yang dikumpulkan dan uang yang dapat didaur ulang. Daur ulang dilakukan oleh ibu-
dibayarkan kepada nasabah bank sampah ibu rumah tangga yang memiliki
berdasarkan jenis sampah. Masing-masing kekreativitasan untuk merubah sampah
sampah memiliki harga yang berbeda menjadi kerajinan tangan. Biasanya sampah
tergantung dari jenis sampah. Berdasarkan yang digunakan adalah sampah plastik bekas
observasi lapangan dan kuesioner, diketahui detergent menjadi tas. Pelaksanaan daur
bahwa nasabah mendapatkan uang sebagai ulang juga didukung oleh KOMPASS dengan
hasil pengumpulan sampah. Nasabah rata- memberikan bantuan berupa mesin jahit
rata dapat menghasilkan uang kisaran Rp kepada masing-masing bank sampah di
10.000 – Rp 25.000 perbulan. Perolehan uang Kelurahan Tandang.
hasil pengumpulan sampah masing-masing
nasabah berbeda tergantung dari jumlah Analisis aspek-aspek yang mempengaruhi
sampah dan jenis sampah yang dikumpulkan. keterlibatan masyarakat dalam BS Sari Asri
3. Pencatatan buku tabungan 1. Umur
Setelah sampah dikumpulkan dan ditimbang, Rata-rata responden yang mengikuti
nasabah diberikan buku tabungan. Buku program Bank Sampah Sari Asri memiliki
tabungan tersebut berisi hasil sampah yang kisaran usia sekitar 20-40 tahun dengan
dikumpulkan dan uang yang diperoleh jumlah sebanyak 42 responden. Responden
nasabah. Uang yang diperoleh nasabah yang tidak mengikuti bank sampah
dinyatakan sebagai tabungan yang dapat merupakan ibu-ibu yang memiliki umur
ditarik seperti mekanisme bank pada kisaran > 50 tahun dengan jumlah sebanyak
umumnya. Masing-masing bank sampah 27 responden. Hal ini mengindikasikan bahwa
memiliki peraturan yang berbeda untuk umur mempengaruhi masyarakat dalam
penarikan uang tabungan milik nasabah. Uang upaya peningkatan pengelolaan sampah, hal
tabungan milik nasabah Bank Sampah Sari Asri ini dibuktikan dengan adanya sebagian besar
I akan dibagikan setiap 6 bulan sekali, masyarakat yang menjadi nasabah di bank
sedangkan uang tabungan milik nasabah Bank sampah merupakan ibu rumah tangga yang
Sampah Sari Asri II dapat ditarik sewaktu- memiliki kisaran umur 25-40 tahun dan
waktu oleh nasabah. tergolong sebagai ibu rumah tangga dewasa.
4. Penjualan sampah ke pengepul 2. Mata pencaharian
Setelah sampah terkumpul dengan Rata-rata responden yang mengikuti
jumlah tertentu, sampah akan dijual ke maupun tidak mengikuti bank sampah
pengepul dengan metode penjemputan, bermata pencaharian sebagai ibu rumah
dimana pengepul datang ke tempat tangga. Responden yang bermata pencaharian
pengumpulan sampah. Penjualan ke pengepul sebagai ibu rumah tangga dan mengikuti
program bank sampah sebesar 73 %, Bank Sampah Sari Asri memiliki tingkat
sedangkan responden yang bermata pendapatan yang rendah. Hal ini dikarenakan
pencaharian sebagai ibu rumah tangga dan masyarakat yang menjadi nasabah
tidak mengikuti program bank sampah mengumpulkan sampah dengan tujuan selain
sebesar 67 %, Hal ini menunjukkan bahwa untuk peningkatan pengelolaan sampahjuga
mata pencaharian tidak mempengaruhi untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
masyarakat di Kelurahan Tandang untuk 5. Tingkat Pendidikan
melakukan upaya peningkatan pengelolaan Terdapat perbedaan yang signifikan
sampah melalui bank sampah. antara nasabah dan non nasabah. Rata-rata
3. Jumlah Anggota Keluarga nasabah berpendidikan hingga jenjang SMA
Jumlah anggota keluarga antara dengan prosentase sebesar 74 % sedangkan
nasabah dan non ansabah bank sampah tidak non nasabah berpendidikan hampir merata,
memiliki perbedaan yang signifikan. Rata-rata dimana non nasabah yang berpendidikan
jumlah anggota keluarga antara nasabah dan hingga jenjang SMA memiliki prosentase
non nasabah sebanyak 3-5 orang, dimana sebesar 26%, non nasabah yang
jumlah anggota keluarga nasabah Bank berpendidikan hingga jenjang SMP memiliki
Sampah Sari Asri sebanyak 3-5 orang memiliki prosentase sebesar 34%, dan non nasabah
prosentase sebesar 89 % dan jumlah anggota yang berpendidikan hanya sampai jenjang SD
keluarga yang non nasabah sebanyak 3-5 memiliki prosentase sebesar 40%. Hal ini
orang memiliki prosentase sebesar 86 %, menunjukkan bahwa mayoritas nasabah
namun terjadi perbedaaan yang cukup besar memiliki jenjang pendidikan yang tinggi
pada jumlah anggota keluarga sebanyak 2 dibanding non nasabah dikarenakan sebagian
orang, dimana jumlah anggota keluarga yang besar nasabah memiliki jenjang pendidikan
non nasabah memiliki prosentase sebesar akhir SMA dan mayoritas non nasabah
11% dan jumlah anggota keluarga yang memiliki jenjang pendidikan akhir SD,
nasabah memiliki prosentase sebesar 3%. Hal sehingga dapat disimpulkan bahwa
ini dikarenakan responden yang non nasabah masyarakat yang mengupayakan peningkatan
merupakan orang tua yang anak-anaknya pengelolaan sampah melalui bank sampah
telah dewasa sehingga tinggal terpisah dari merupakan warga yang memiliki tingkat
orang tuanya. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan cukup, dimana masyarakat lebih
jumlah anggota keluarga tidak mempengaruhi sadar akan pengelolaan sampah yang baik.
masyarakat dalam upaya peningkatan 6. Pengetahuan
pengelolaan sampah melalui bank sampah di Terdapat perbedaan mengenai
Kelurahan Tandang. pengetahuan antara nasabah dan non
4. Tingkat pendapatan nasabah. Sebagian besar nasabah memiliki
Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman yang cukup
pendapatan antara nasabah dan non nasabah. mengenai sampah yang ditunjukkan dengan
Sebagian besar tingkat pendapatan non prosentase sebesar 89 %, sedangkan non
nasabah berada pada kisaran Rp 1.001.000 – nasabah rata-rata tidak memiliki pengetahuan
Rp. 2.500.000 dengan prosentase sebesar 51 dan pemahaman yang cukup mengenai
%, sedangkan sebagian besar tingkat sampah yang ditunjukkan dengan prosentase
pendapatan nasabah berada pada kisaran Rp sebesar 66 %. Hal ini menunjukkan bahwa
501.000 – Rp 1.000.000 dengan prosentase sebagian besar nasabah telah memiliki
sebesar 55 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan pemahaman mengenai
mayoritas nasabah merupakan warga yang sampah yang cukup dibandingkan dengan non
memiliki tingkat pendapatan dengan kategori nasabah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
rendah dan non nasabah merupakan warga masyarakat di Kelurahan Tandang yang
yang memiliki tingkat pendapatan dengan mengupayakan peningkatan pengelolaan
kategori cukup, sehingga dapat disimpulkan sampah merupakan masyarakat yang memiliki
bahwa masyarakat yang mengupayakan pengetahuan dan pemahaman yang cukup
peningkatan pengelolaan sampah melalui mengenai sampah dan pengelolaannya..
truck dilakukan sehari 2 kali. Dump truck Sumber: dokumentasi BS Sari Asri 2015
untuk pengangkutan sampah di Kelurahan GAMBAR 7
SISTEM KELEMBAGAAN ORGANISASI BS SARI ASRI
Tandang disediakan oleh Kecamatan
3. Aspek Retribusi
Tembalang.
Sebagaimana yang telah dimaksud dalam
e. Pengolahan Akhir
Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 6
Sampah yang berada di TPS di
tahun 2012 pasal 49, pemerintah
Kelurahan Tandang akan diangkut menuju
mengenakan retribusi atas pelayanan
pembuangan akhir yaitu TPA Jatibarang yang
persampahan yang telah ditetapkan dan
terletak di Kelurahan Kedung Pane. TPA
digolongkan pada retribusi jasa umum.
Jatibarang mulai dioperasikan sejak tahun
Pemungutan retribusi atas pelayanan
1992 dengan luas ± 460.183 m².
persampahan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan. Sumber dana untuk
2. Aspek kelembagaan
kegiatan pengelolaan sampah di Kota
Sistem kelembagaan pengelolaan sampah
Semarang berasal dari APBD dan pemungutan
merupakan faktor untuk meningkatkan daya
retribusi pelayanan sampah Pemerintah Kota
guna dan hasil guna dari sistem pengelolaan
Semarang bekerja sama dengan PDAM yaitu
sampah. Organisasi juga mempunyai
dengan cara mencantumkan nilai retribusi
perananan pokok dalam menggerakkan,
kebersihan pada lembar tagihan rekening air
mgaktifkan dan mengarahkan sistem
PDAM. Berdasarkan observasi lapangan dan
pengelolaan sampah dengan ruang lingkup
sebaran kuesioner, penarikan retribusi di
isntitusi pola organisasi. Di Kelurahan Tandang
Kelurahan Tandang dilakukan oleh Kecamatan
dibentuk sistem kelembagaan guna
Tembalang dengan biaya retribusi sebesar Rp
pengelolaan sampah melalui bank sampah
7000/bulan. Penarikan tidak dilakukan oleh
berdasarkan surat keputusam lurah Tandang
PDAM dikarenakan pelayanan sarana dan
nomor 660.2/13/III/2014 yang menyebutkan
prasarana di Kelurahan Tandang disediakan
bahwa,
oleh Kecamatan Tembalang.
“pengurus bank sampah dimaksud dengan
bertugas menghimpun nasabah, melayani
4. Aspek Sistem Hukum dan Peraturan
nasabah, menerima sampah organik dan non
Sistem pengelolaan sampah di
organik, serta menjual hasil mentah ataupun
Kelurahan Tandang merujuk pada peraturan-
olahan dari produk sampah tersebut dari
peraturan, sebagai berikut:
lingkup bank sampah yang telah disepakati”
1. Peraturan Daerah Kota Semarang
Berdasarkan hal tersebut maka
nomor 6 tahun 2012 tentang
disusunlah kepengurusan bank sampah guna
Pengelolaan Sampah Pasal 23 ayat 5
pengelolaan bank sampah dengan baik,
dan Pasal 35 ayat 1,
dengan pola kepengurusan sebagai berikut
2. Surat keputusan Lurah Tandang
PENANGGUNG JAWAB Kecamatan Tembalang Kota Semarang
nomor 660.2/13/III/2014 tentang
Pembentukan Bank Sampah Sari Asri
KETUA di Kelurahan Tandang
PELAPAK
SEKRETARIS 5. Aspek Peran serta Masyarakat
PEMBUKUAN
Menurut Peraturan Daerah Kota
Semarang nomor 6 tahun 2012 tentang
BENDAHARA PENIMBANG
Pengelolaan Sampah pada pasal 47 yang
berisi, bahwa
“bentuk peran masyarakat dalam
PEMILAH
pengelolaan sampah meliputi:
a. Menjaga kebersihan lingkungan;
KOORDINATORR
http://documents.worldbank.org/curated/en/
2012/03/16537275/waste-global-review-
solid-waste-management diakses pada
tanggal 13 November 2014