Anda di halaman 1dari 14

NILAI-NILAI KARAKTER

YANG MEMBANGUN PERADABAN MANUSIA

Disusun oleh
Tenny Sudjatnika

Abstrak

Budaya-budaya asing cenderung membuka ruang pada asimilasi dan kultur


budaya dunia. Situasi dan kondisi sosiologis yang terjadi menunjukkan terjadinya
pergeseran nilai pada hampir setiap bidang dan sendi kehidupan manusia,
terutama bidang pendidikan. Pendidikan karakter menjadi urgen sebagai upaya
pembangunan karakter bangsa. Pendidikan karakter yang dimaksud adalah
pendidikan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai budaya luhur bangsa.
Berawal dari nilai-nilai yang diciptakan manusia berupa nilai beragama,
nilai ekonomi, nilai politik, nilai praktik, nilai subjektif, nilai estetika, nilai sosial,
nilai seni, nilai ilmu pengetahuan, serta nilai dasar. Kemudian Nilai-nilai yang
membangun karakter manusia berupa nilai filosofis, nilai budaya, nilai agama,
nilai tujuan. Lalu Nilai-nilai budaya yang berpengaruh terhadap peradaban
diantaranya kombinasi konsep nilai individu dan masyarakat, dan kombinasi
konsep nilai spiritual dan material. Sementara Nilai-nilai menurut Islam yang
membangun peradaban adalah nilai akhlak.
Maka pendidikan sebagai lembaga sosial yang berfungsi dalam
pembentukan karakter manusia yang berbudaya dan melakukan proses
pembudayaan nilai-nilai, perlu adanya upaya peningkatan kualitas hidup manusia,
pendidikan dan kebudayaan. Antara pendidikan dan kebudayaan dapat menjadi
dua komponen yang mendeterminasi satu sama lain. Hubungan ketergantungan di
antara keduanya mengandung pengertian bahwa kualitas pendidikan akan
menunjukkan kualitas budaya. Demikian juga selanjutnya, kualitas kebudayaan
akan menunjukkan kualitas manusia yang berperadaban. Dengan demikian
pendidikan karakter yang berbudaya yang mamapu menciptakan peradaban yang
beradab tercermin dari nilai-nilai yang dianut oleh bangsanya sendiri.

Kata Kunci: nilai yang diciptakan, nilai karakter, nilai budaya,

.
A. Pendahuluan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan karakter saat ini RI (Muhammad Nuh) pada Hari
menjadi urgen untuk diperhatikan. Pendidikan Nasional 2011 yang
Istilah pendidikan karakter yang menekankan pentingnnya pendidikan
dicetuskan oleh dua tokoh karakter sebagai upaya pembangunan
pendidikan Ratna Megawangi dan karakter bangsa.
Muhammad Nuh yang concern pada Pendidikan karakter yang
pendidikan telah membuka dimaksud adalah pendidikan karakter
pemikiran baru tentang pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai
yang kemudian menguat ketika budaya luhur bangsa. Dalam hal ini
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

konteksnya adalah pendidikan terutama bidang pendidikan. Kondisi


karakter nasional. Ulil Amri Syafri semacam ini tampak pada fenomena
mengatakan bahwa masyarakat yang di sekolah atau lembaga pendidikan
memiliki karakter kebangsaan yang yang selalu menyajikan nilai-nilai
kuat harus memiliki kekuatan untuk kebaikan, nilai-nilai kesusilaan, dan
menyaring budaya-budaya asing sebagainya, akan tetapi dalam
yang cenderung membuka ruang kehidupan riilnya, mereka banyak
pada asimilasi dan kultur budaya menjumpai hal-hal yang sering
dunia.1 Menurutnya agar terbangun bertentangan dengan nilai-nilai
sumber daya manusia yang unggul tersebut. Proses distorsi nilai seperti
dan berkarakter, maka semua potensi ini terjadi dalam lembaga
perlu dikelola dengan sistem pendidikan, tidak terkecuali lembaga
pendidikan yang baik. pendidikan Islam.
Pendidikan saat ini sebagai Pendidikan sebagai lembaga
tempat tumbuhnya pribadi-pribadi sosial yang berfungsi dalam
dalam masyarakat terombang- pembentukan karakter manusia yang
ambing oleh derasnya situasi yang berbudaya dan melakukan proses
sangat tidak menguntungkan bagi pembudayaan nilai-nilai, maka
kestabilan keluarga, masyarakat, dalam upaya peningkatan kualitas
bangsa dan negara. Tidak hanya efek hidup manusia, pendidikan dan
industrialisasi yang mencobak-cabik kebudayaan dapat menjadi dua
pendidikan, gelombang informasi komponen yang mendeterminasi satu
yang semestinya memberi harapan sama lain. Di satu sisi,
lebih baik malah telah menimbulkan pengembangan dan kelestarian
masalah baru yang lebih kompleks.2 kebudayaan berlangsung dalam
Hal ini akan mengkristal pada proses pendidikan dan memerlukan
budaya yang mampu melahirkan pengelolaan pendidikan. Sementara
peradaban yang tidak itu, dalam mengembangkan
berkemanusiaan. Ini akan menjadi pendidikan membutuhkan suatu
krisis pendidikan yang dialami. sistem kebudayaan yang dapat
Maka problematika pendidikan di mendukung berlangsungnya
masa kini akan menjadi urgen bagi pendidikan. Sehingga pendidikan
pendidikan di masa depan. membutuhkan stabilitas budaya yang
Situasi dan kondisi sosiologis mapan. Sebaliknya, pengembangan
yang terjadi di masyarakat dewasa kebudayaan membutuhkan
ini menunjukkan terjadinya kebebasan kreatif dari suatu sistem
pergeseran nilai pada hampir setiap pendidikan. Hubungan
bidang dan sendi kehidupan manusia, ketergantungan di antara keduanya
mengandung pengertian bahwa
1 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter
kualitas pendidikan akan
berbasis al-Qur’an, Jakarta: Raja Grafindi
Persada, 2014, h. xiv. menunjukkan kualitas budaya.
2 Ibnu Mustafa, Keluarga Islam mengongsong
Demikian juga selanjutnya, kualitas
Abad 21, Bandung: Al-Bayan, 1993, h.20.

134
Nilai-nilai Karakter
yang Membangun Peradaban Manusia

kebudayaan akan menunjukkan psikologis yaitu sikap subjektif


kualitas manusia yang berperadaban. manusia kepada objek yang
Masalahnya adalah nilai-nilai dinilainya. Berbeda halnya dengan
apa yang diciptakan oleh manusia, kaum rasionalis mengatakan bahwa
nilai-nilai apa saja yang dapat nilai merupakan esensi-esensi logis
membangun karakter manusia, nilai dan dapat diketahui melalui akal.
berkarakter mana yang dapat Sedangkan kaum empiris
membangun budaya manusia, dan memandang nilai sebagai unsur-
nilai-nilai budaya apa yang mampu unsur objektif yang menyusun
berpengaruh terhadap peradaban kenyataan.
mansuia? Lorens Bagus dalam bukunya
B. Pembahasan Kamus Filsafat menjelaskan bahwa
1. Pengertian Nilai nilai dalam bahasa Inggris disebut
Berbicara masalah nilai value, bahasa Latin valere artinya
merupakan sesuatu yang menarik berguna, mampu akan sesuatu,
bagi kita, sesuatu yang dicari, berdaya, berlaku, kuat. Ditinjau dari
sesuatu yang menyenangkan, sesuatu segi harkat, nilai adalah kualitas
yang disukai dan diinginkan, suatu hal yang menjadikan hal itu
singkatnya sesuatu yang baik.3 Hans dapat disukai, diinginkan, berguna,
Jonas mengatakan bahwa nilai atau dapat menjadi objek
adalah the addressee of a yes kepentingan. Ditinjau dari segi
(sesuatu yang ditunjukan dengan keistimewaan, nilai adalah apa yang
ya).4 Dalam kamus popular, nilai dihargai, dinilai tinggi atau dihargai
diartikan sebagai ide tentang apa sebagai sesuatu kebaikan. Lawan
yang baik, benar, bijaksana dan apa dari suatu nilai positif adalah “tidak
yang berguna, sifatnya lebih abstrak bernilai” atau “nilai negatif”. Baik
dari norma. Ditinjau dari sudut akan menjadi suatu nilai dan
pandangan tema filosofis tentang lawannya (jelek, buruk) akan
hakikat subjektif, nilai merupakan menjadi suatu “nilai negatif” atau
reaksi yang diberikan oleh manusia “tidak bernilai”. Ditinjau dari sudut
sebagai pelaku. Pengikut teori Ilmu ekonomi memiliki arti
idealisme subjektif seperti kegunaan nilai tukar benda-benda
positivisme logis, emotivisme, material.5
analisis linguistik dalam etika, Secara historis, istilah yang
menganggap nilai sebagai sebuah lebih umum dipakai dalam nilai
fenomena kesadaran dan memandang adalah etika (ethics) atau moral
nilai sebagai pengungkapan perasaan (morals). Secara filosofis dikenal
dengan istilah axios (nilai) dan logos
3 Bertens, K, Etika, Jakarta: PT Gramedia
(teori) atau aksiologi yaitu the theory
Pustaka, 2000, h. 139.
4 Hans Jonas, “The Burdenand Blessing of of value atau teori nilai tentang baik
Mortality”, Hastings Center Report, vo. 22, nr.1,
Januari-Februari 1992, h. 36, dikutip oleh 5 Bagus Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta:

Bertens, Ibid, h. 139. Gramedia Pustaka Utama.


135
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

dan buruk (good and bad), benar dan tentang moral (moral feeling), (3)
salah (right and wrong), serta perbuatan bermoral (moral action).7
tentang cara dan tujuan (means and Cara yang digunakan untuk
ends). Aksiologi mencoba menjelaskan nilai adalah
merumuskan suatu teori yang memperbandingkan dengan fakta.
konsisten untuk perilaku etis, yaitu Berbicara tentang fakta yaitu
sesuatu yang memungkinkan berbicara sesuatu yang ada dan
seseorang berbicara tentang berlangsung begitu saja, dapat
moralitas, melalui kata-kata atau ditemui dalam teks deskripsi yang
konsep-konsep “seharusnya” atau pada prinsipnya dapat diterima oleh
“sepatutnya” (ought/should). Maka semua orang. Berbicara tentang nilai
aksiologi merupakan analisis tentang yaitu berbicara tentang sesuatu yang
kepercayaan, keputusan, dan konsep- berlaku, yang memikat berperan
konsep moral dalam rangka dalam suasana apresiasi atau
menciptakan atau menemukan suatu penilaian yang akibatnya sering akan
teori nilai. dinilai secara berbeda oleh berbagai
Oleh karena itu, etika, moral orang.8
dan akhlak selalu dikaitkan dengan Menurut Bertens, nilai
nilai. Jika dihubungkan dengan setidaknya memiliki tiga kategori
istilah pendidikan karakter, maka ada antara lain: (1) Nilai berkaitan
beberapa ciri dasar nilai dalam dengan subyek, (2) Nilai dalam suatu
pendidikan karakter antara lain: (1) konteks praktik, (3) Nilai
setiap tindakan diukur berdasarkan menyangkut sifat-sifat yang
hierarki nilai, sehingga nilai menjadi ditambah oleh subyek pada sifat-sifat
pedoman normatif setiap tindakan, yang dimiliki oleh objek, (4) nilai
(2) koherensi keberanian yang estetis meliputi indah, bagus,
memperteguh prinsip, (3) adanya menarik, (5) nilai dasar yaitu nilai
otonomi internalisasi aturan kepada yang merupakan syarat mewujudkan
nilai-nilai pribadi individu, (4) nilai lain seperti kesehatan,
membangun keteguhan dan kesetian pendapatan, makanan, lingkungan
terhadap komitmen yang dipilih.6 dsb.9
Adapun nilai-nilai yang perlu Dalam setiap masyarakat ada
diajarkan dalam pendidikan karakter banyak nilai yang berlaku. Sprange
menurut Lickona ada pada tiga menyebutkan ada enam nilai, antara
komponen karakter yang baik antara lain: (1) nilai ilmu pengetahuan, (2)
lain: (1) pengetahuan tentang moral nilai ekonomi, (3) nilai agama, (4)
(moral knowing), (2) perasaan

7 Lockona,
6 8 Bertens, K, Etika, Jakarta: PT Gramedia
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/pen Pustaka Utama, 2000, h. 140.
didikan/umum1.htm. 9 Ibid, h. 141-142.

136
Nilai-nilai Karakter
yang Membangun Peradaban Manusia

nilai seni, (5) nilai sosial, (6) nilai bermasyarakat, yang dijadikan
politik.10 miliknya dengan belajar.12
Nilai erat kaitannya dengan Spranger memandang
sikap. Nilai merupakan disposisi kebudayaan adalah sistem nilai-nilai
yang lebih luas dan sifatnya lebih atau kumpulan nilai-nilai yang
mendasar, berakar lebih dalam disusun dan diatur menurut struktur
sehingga lebih stabil dibandungkan tertentu. Dalam hal ini Spranger
sikap. Nilai juga dianggap sebagai menggolongkan enam bidang nilai
bagian dari kepribadian individu kebudayaan (lebensformen), antara
yang dapat mewarnai kepribadian lain (1) bidang pengetahuan-ilmu
kelompok atau kepribadian bangsa. dan teori, (2) bidang ekonomi, (3)
Dalam konteksnya yang relevan, bidang kesenian, (4) bidang
nilai menjadi dasar pembentukan keagamaan, (5) bidang
sikap manusia terhadap suatu isyu kemasyarakatan, (6) bidang politik.
atau permasalahan sehingga dengan Empat bidang diatas diantaranya
nilai cenderung menghindari termasuk pada bidang nilai yang
11
konflik. berhubungan dengan manusia
2. Nilai Kebudayaan dan sebagai individu, sedangkan dua
Manusia bidang terakahir merupakan bidang
Jiwa pada individu manusia nilai yang berhubungan dengan
adalah ruh subyektif yang mansuia sebagai anggota
13
menciptakan dan mendukung nilai- masyarakat.
nilai. Nilai-nilai ruh subyektif Dari ke-enam nilai
manusia kemudian diterima oleh kebudayaan di atas, realitasnya
umum (masyarakat luas) membentuk sering hanya salah satu saja yang
sistem nilai-nilai umum yang dominan, dan nilai yang dominan
kemudian disebut nilai-nilai inilah yang memberi corak atau
kebudayaan. Sistem nilai ini bentuk kepribadian. Nilai
berfungsi sebagai pedoman dan kebudayaan yang dominan ini
norma hidup manusia baik sebagai dipandang sebagai nilai yang
individu atau kelompok misalnya tertinggi, yang paling berharga
dalam keluarga, organisasi, partai sehingga nilai-nilai lain diwarnai
politik, masyarakat atau bangsa. oleh nilai-nilai yang dominan yang
Kebudayaan itu sendiri diartikan melahirkan beberapa tipe watak
sebagai seluruh sistem gagasan dan manusia antara lain; (1) watak
rasa, tindakan, serta karya yang manusia teori atau ilmu, (2) manusia
dihasilkan manusia dalam kehidupan ekonomi, (3) manusia seni, (4)

10 Ali, Kamus Populer, Surabaya: QAlfa, h. 12 Koencaraningrat, 2003, h. 72.


261. 13 Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian
11 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Paradigma Filosofis, Tipologis, Psikodinamik dan
Pengukurannya, edisii ke-2 , Yogyakarta: Pustaka Organismik-Holistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Pelajar, h. 9. 2012, h.94-95.
137
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

manusia agama, (5) manusia sosial, manusia. (4) Estetika yaitu


(6) manusia kuasa atau politik.14 berhubungan dengan segala sesuatu
3. Manusia dan Peradaban yang tercakup dalam keindahan,
Peradaban dalam Bahasa kesatuan, keselarasan dan kebalikan.
Inggris adalah Civilization diartikan Peradaban merupakan
sebagai (1) group of people living perkembangan kebudayaan yang
and working together for the purpose telah mencapai tingkat tertentu yang
of creating an organized society, (2) diperoleh manusia
15
the highest cultural grouping of pendukungnya. yang mencakup
people which distinguishes humans seluruh kehidupan sosial, ekonomi,
from other species, (3) complex politik dan teknik. Sedangkan
systems or network of cities that kebudayaan adalah sesuatu yang
emerge from pre-urban culture. berasal dari hasrat dan gairah yang
Antara manusia dan lebih murni diatas tujuan yang
peradaban sangat erat hubungannya praktis hubungannya dengan
karena keduanya saling mendukung masyarakat. Jadi Peradaban
dalam menciptakan suatu kehidupan merupakan tahapan tertentu dari
sesuai kodratnya. Peradaban timbul kebudayaan masyarakat tertentu
karena manusia yang yang telah mencapai kebudayaan
menciptakannya. Masyarakat yang tertentu, yang telah mencapai
beradab diartikan sebagai masyarakat kemajuan tertentu yang dicirikan
yang mempunyai sopan santun dan oleh tingkat ilmu pngetahuan,
budi pekerti yang baik. Makna hakiki teknologi dan seni yang telah maju.
manusia beradab digambarkan Masyarakat tersebut dapat dikatakan
dengan ketenangan, kenyamanan, telah mengalami proses perubahan
ketentraman dan kedamaian, dengan sosial signifikan sehingga taraf
kata lain kombinasi yang ideal antara kehidupannya makin kompleks.
kepentingan pribadi dan kepentingan Manusia sebagai makhluk
umum. beradab dan masyarakat adab
Adab erat hubungannya tentunya mempunyai tanggungjawab
dengan: (1) Moral yaitu nilai-nilai dalam melangsungkan hidupnya.
dalam masyarakat yang Manusia yang bertanggungjawab
hubungannya dengan kesusilaan, (2) adalah manusia yang bertindak baik
Norma yaitu aturan, ukuran atau menurut norma umum. Makna hakiki
pedoman yang dipergunakan dalam manusia beradab adalah manusia
menentukan sesuatu yang baik atau
salah. (3) Etika yaitu nilai-nilai dan 15
Oman Sukmana, Ilmu Sosial dan Budaya
norma moral tentang apa yang baik Dasar, (Manusia dan Peradaban) Diktat Kuliah,
dan buruk yang menjadi pegangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadiyah Malang, 2008, halaman 2, lihat
dalam mengatur tingksh laku pula dalam Nursyid Sumaatmaja, Pendidikan
Pemanusiaan, Manusia dan Manusiawi, Penerbit
Alfabeta, Bandung, 2002, halaman 67.
14 Ibid, h. 96-99.

138
Nilai-nilai Karakter
yang Membangun Peradaban Manusia

senantiasa menjunjung tinggi aturan- Menurut Selo Sumardjan,


aturan, norma-norma, adat-istiadat, perubahan sosial adalah perubahan
ugeran dan wejangan atau nilai-nilai yang terjadi pada lembaga
kehidupan yang ada di masyarakat kemasyarakatan didalam suatu
yang diwujudkan ketaatan pada masyarakat yang memengaruhi
berbagai pranata sosial atau aturan sistem sosial, termasuk didalamnya
sosial, sehingga tercipta kehidupan di nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola
masyarakat yang tenang, nyaman, perilaku diantaranya kelompok
tentram dan damai.16 dalam masyarakat. Menurutnya
Konsep masyarakat adab antara perubahan sosial dan
adalah kombinasi yang ideal antara perubahan kebudayaan memiliki satu
kepentingan pribadi dan kepentingan aspek yang sama, yaitu keduanya
umum. Hal ini sesuai dengan aspek bersangkut paut dengan suatu
rohani dan jasmani yang ada pada penerimaan cara-cara baru atau suatu
manusia. Sehingga kehidupan perbaikan cara masyarakat
manusia selalu dibimbing oleh nilai- memenuhi kebutuhannya.
nilai spiritualisme dan materialisme. 4. Peradaban dan
Maka sepatutnya menserasikan Problematikanya bagi
kedua pasangan nilai. Namun Kehidupan Manusia
kenyataan manusia dalam Arus modernisasi dan
memandang kedudukan dan peranan globalisasi adalah sesuatu yang pasti
seseorang di masyarakat lebih terjadi dan sulit untuk dikendalikan,
banyak mempergunakan tolak ukur terutama karena begitu cepatnya
materi. Hal ini disebabkan karena informasi yang masuk. Hal yang
tabiat manusia akan selalu mencari mendasar dari modernisasi dan
peluang kebebasan. globalisasi adalah masalah nilai.
Pada kelanjutannya mengenai Nilai yang mengglobal dianut
pasangan nilai tersebut mengalami sebagai nilai yang diyakininya benar.
pergeseran tekanan pada nilai-nilai Jika nilai-nilai yang dianut
tertentu. Pergeseran nilai tersebut berbenturan dan berkembang dalam
adalah nilai-nilai materialism yang masyarakat tanpa penyelesaian,
dapat menimbulkan perubahan nilai maka diidentifikasikan timbul krisis
yang berpengaruh terhadap masa nilai yang mengganggu
depan..17Perubahan nilai tersebut keharmonisan kehidupan
merambah pada perubahan sosial. masyarakat. Hal ini dikarenakan
sendi-sendi normatif dan tradisional
16Suratman,
mengalami pergeseran. Krisis nilai
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
(Manusia dan Peradaban), Hand Out, Program ini menyangkut sikap menilai suatu
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran perbuatan baik-buruk, bermoral-
Universitas Islam Malang (Unisma), 2009,
halaman 6. amoral, sosial-asosial, pantas-tidak
17 Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga
pantas, benar–tidak benar dan prilaku
tentang Ikhwal Keluarga Remaja dan Anak,
Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 18 lainnya yang diukur atas dasar etika
139
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

pribadi dan sosial. Sehingga merubah kepada surat keputusan menteri,


sikap-sikap penilaian mentolerir, kepada petunjuk pelaksanaan atau
permisif, apatis, tidak sopan dan petunjuk tekhnis. Maka cara
sebagainya. menurunkan Pancasila hingga
Kondisi kebudayaan sosial kepada juknis core-nya adalah harus
tersebut pada gilirannya frame agama atau keimanan.
mengguncang jiwa manusia, 5. Nilai-nilai yang membangun
terjadinya krisis kepercayaan pada Peradaban.
kemampuan diri sendiri dan Kata “adab” (asal kata dari
menimbulkan gejala-gejala sensitif bahasa Arab) diartikan sebagai
terhadap nilai-nilai yang negatif. akhlak atau kesopanan dan kehalusan
Disamping itu sumber nafsu-nafsu budi pekerti. Peradaban adalah
manusia muncul kepermukaan, tahapan tertentu dari kebudayaan
sehingga penalaran tidak lagi masyarakat tertentu pula, yang telah
filosofis dan bijaksana dan banyak mencapai kebudayaan tertentu pula,
yang tidak sejalan dengan hati nurani yang telah mencapai kemajuan
manusia. tertentu yang dicirikan oleh tingkat
Krisis nilai peradaban diatas ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
menurut Arifin berpangkal pada yang telah maju.
perubahan pola pikir yang cenderung Untuk menjadi makhluk yang
rasional daripada dogmatisme, beradab, manusia senantiasa harus
realisme dan pragmatisme daripada menjunjung tinggi aturan-aturan,
ritual-formalisme, sekuarisme norma-norma, adat-istiadat, ugeran
daripada moralisme-idealisme agama dan atau nilai-nilai kehidupan yang
dan sebagainya.18 ada di masyarakat yang diwujudkan
Pertarungan antara dalam ketaatan pada berbagai
kebudayaann lokal dengan pranata sosial atau aturan sosial,
kebudayaan barat, dimana sehingga dalam kehidupan di
kebudayan barat berdasarkan pada masyarakat itu akan tercipta
rasionalisme dan kebudayaan lokal ketenangan, kenyamanan,
khususnya lebih kepada nilai-nilai ketentraman dan kedamaian.
filosofis bangsa. Contohnya Peradaban sebagai wujud
Indonesia yang menganut negara kebudayaan yang bersifat non-
berketuhanan tercermin dari agama materiil, seperti adat sopan santun,
dan dirumuskan ke dalam Pancasila. pergaulan dalam menjalani hidup
Nilai-nilai dalam Pancasila kemudian dan kehidupan ini manusia
dioprasionalkan kepada undang- senantiasa memegang teguh nilai-
undang dasar, undang-undang, nilai yang ada, baik berupa moral,
peraturan pemerintah, kemudian norma, etika, dan estetika. Dengan
demikian, adab dan peradaban di
18 Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam masyarakat memiliki peran yang
dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara, 1993, h.65- sangat sentral dalam kehidupan
66.

140
Nilai-nilai Karakter
yang Membangun Peradaban Manusia

masyarakat dan sangat berpengaruh bersifat subjektif dan tidak mungkin


dalam kehidupan manusia. Oleh diuji, ukurannya terletakpada diri
karena itu wujud peradaban yang orang yang menilai, namun
beradab adalah mempunyai: (1) konfigurasinya dapat berwujud
Nilai-nilai dalam masyarakat dalam kebenaran berdasarkan nilai logika
hubungannya dengan kesusilaan, (2) atau kegunaan secara pragmatis.21
Norma : aturan, ukuran, atau Sumber nilai yang berlaku
pedoman yang dipergunakan dalam dalam pranata kehidupan manusia
menentukan sesuatu benar atau salah, menurut Muhaimin digolongkan ke
baik atau buruk, (3) Etika : nilai-nilai dalam dua macam, antara lain: (1)
dan norma moral tentang apa yang Nilai ilahi yang terbentuk dari taqwa,
baik dan buruk yang menjadi iman, adil yang diabadikan dalam
pegangan dalam megatur tingkah wahyu Ilahi, nilai ini selamanya
laku manusia. Bisa juga diartikan tidak mengalami perubahan, (2) Nilai
sebagai etiket, sopan santun, (4) insani yang tumbuh atas kesepakatan
Estetika : berhubungan dengan manusia serta hidup dan berkembang
segala sesuatu yang tercakup dalam dari peradaban manusia, sifatnya
keindahan, mencakup kesatuan dinamis, keberakuan dan
(unity), keselarasan (balance), dan kebenarannya relative (nisbi) yang
kebalikan (contrast). dibatasi oleh ruang dan waktu, fungsi
Brubacher yang dikutip interpretasinya lebih memperoleh
Muhaimin mengatakan bahwa nilai konsep nilai atau lebih memperkaya
sangat erat dengan pengertian- isi konsep atau untuk
pengertian dan aktivitas manusia memodifikassikan bahkan mengganti
yang kompleks, sehingga sulit dengan konsep baru.22
ditentukan batasannya.19 Nilai adalah Nilai-nilai insani yang
suatu penetapan atau suatu kualitas melembaga pada suatu tradisi yang
objek yang menyangkut suatu jenis diwariskan dan mengikat anggota
apresiasi atau minta.20Nilai itu masyarakat memiliki kecenderungan
praktis dan efektif dalam jiwa dan mempertahankan dari kemungkinan
tindakan manusia yang melembaga perubahan tata nilai sehingga sering
secara objektif di masyarakat dan menjadi hambatan perkembangan
merupakan satu realitas yang sah peradaban dan kemajuan manusia.
sebagai suatu cita-cita yang benar Hal ini memungkinkan adanya
dan bersifat hayati, ideal, abstrak dan kontradiksi antara kepercayaan
tidak dapat disentuh oleh panca
indra. Nilai juga bukan fakta, nilai 21 Muhaimin dkk, Pemikiran Pendidikan
Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993, h. 110
19 Muhaimin dkk, Pemikiran Pendidikan 22 Noeng Muhadjir Ilmu Pendidikan dan

Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993, h. 109. Perubahan Sosial: Suatu Teori Pendidikan,
20 Muhammad Noor Syam, Filsafat Yogyakarta: Rake Sarasin, IV/1987, h. 144,
Pendidikan dan dasar Filsafat Pendidikan dikutip Muhaimin dkk, Pemikiran Pendidikan
Pancasila, Surabaya: Usaha nasional, 1986, h. Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993, h. 111-
133. 112.
141
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

sebagai sumber tata nilai yang formal yaitu nilai yang tidak ada
membangun peradaban dengan nilai- wujudnya melainkan berbentuk
nilai tradisi yang baku dan mengikat lambing atau simbol-simbol yang
sehingga merugikan peradaban. bisa karena terbentuk dari nilai
Fenomena di atas pada sendiri misalnya Pa Dosen bagi
perkembangannya, peradaban seseorang yang memangku pekerjaan
mengarah pada sikap meninggalkan sebagai dosen, ada pula terbentuk
bentuk kepercayaan dan tata nilai karena turunan misalnya ibu Rektor
tradisional dan menganut karena istrinya pa Rektor. (2) Nilai
kepercayaan dan nilai-nilai yang material yaitu nilai yang berwujud
dianggap suatu kebenaran.23 dalam kenyataan pengalaman bisa
Sikap religious khususnya karena pengalaman rohani bisa juga
Islam dalam menghadapi tata nilai karena pengalaman jasmani sehingga
masyarakat dapat menggunakan lima dapat dirasakan secra lahirvdan
klasifikasi antara lain: (1) batin, pancaindra maupun rasio,
memelihara unsur-unsur nilai dan misalnya nilai hidup (bebas,
norma yang sudah mapan dan positif, menindas, berjuang), nilai nikmat
(2) menghilangkan unsur-unsur nilai (puas, nyaman, aman), nilai guna
dan norma yang negatif, (3) (butuh, menunjang, peranan), nilai
menumbuhkan unsur-unsur nilai dan logika (cerita, membuktikan,
norma baru yang belum ada dan paham), nilai estetika (music,
dianggap positif, (4) bersikap berpakaian, anggun), nilai etika
receptive, selective, digestivse, (ramah, serakah, sedekah), nilai
assimilative, dan transmissive, (5) religi (sangsi, menyangkal, syirik).25
menyelenggarakan penyucian nilai
dan norma yang sejalan dengan 6. Nilai-nilai Islam yang
nilai-nilai dan norma-norma Islam membangun Peradaban
(Islamisasi nilai dan norma).24 Awal mula yang
Bentuk-bentuk nilai menggolongkan nilai-nilai akhlak
berdasarkan bidang yang dinilai dalam Islam yang membangun
misalnya nilai hukum, nilai estetika, peradaban dalam kalangan umat
nilai etika dan sebagainya, menurut Islam adalah Imam al Ghazali.
para ahli dikelompokkan menjadi Dilanjutkan kemudian oleh Abdullah
dua bagian, antara lain: (1) Nilai Darraz mengklasifikasikan niali-nilai
akhlak berdasarkan al Qur’an pada
23 HMI Cab. Bogor, Nilai-nilai Identitas Kader beberapa jenis antara lain:26
NIK, Buku Pedoman HMI Cab. Bogor, 1989 h. 79 (1) Nilai-nilai akhlak
dalam bukunya Muhaimin dkk, Pemikiran
Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya,
perseorangan (al Akhlak al-
1993, h. 112.
24 Endang Saifuddin a, Agama dan

Kebudayaan, Surabaya: Bina Ilmu, II/1982, h. 73, 25 Muhaimin dkk, Pemikiran Pendidikan
dikutip oleh Muhaimin dkk, Pemikiran Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993, h. 115-
Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya, 116.
1993, h. 112. 26 Ibid, h. 360-365.

142
Nilai-nilai Karakter
yang Membangun Peradaban Manusia

fardiyah) meliputi kesucian pengkhianatan, menipu


jiwa, menjaga diri, menguasai dan mengkhianati,
nafsu, menjaga nafsu makan menipu dan merusak
dan seks, menahan rasa hakim, saksi palsu,
marah marah, bersikap benar, menyembunyikan
lemah lembut dan rendah kebenaran, berkata buruk,
hati, berhati-hati mengambil memperlakukan anak
keputusan, menjauhi buruk yatim dan fakir dengan
sangka, tetap dan sabar, buruk, menganggap
teladan yang baik, rendah orang lain,
sederhana,beramal saleh, memata-matai orang
berlomba-lomba dalam lain,bermaksud jahat dan
kebaikan, pintar mendengar cepat membenarkan, turut
dan mengikuti, berhati ikhlas. campur yang berbahaya,
Nilai-nilai akhlak yang tidak peduli terhadap hal
terlarang diantaranya adalah: yang awam.
bunuh diri, berbohong, nifaq, (b) Yang diperintahkan
munafiq, bakhil, mubazir, seperti memenuhi
meniru, sombong. amanah, mengatur
(2) Nilai-nilai akhlak dalam perjanjian untuk
keluarga (al-akhlak al- menyelesaikan sesuatu
usariyah) meliputi: yang meragukan,
kewajiban terhadap orang tua menepati janji, memberi
dan anak, kewajiban suami- kesaksian benar,
istri, kehidupan rumah mengislahkan,
tangga, etika perceraian, memaafkan, saling
kewajiban terhadap karib mengasihi, berbuat ikhsan
kerabat, dan prinsip-prinsip kepada yang fakir,
warisan. mengembangkan harta
(3) Nilai-nilai akhlak sosial (al- anak-anak yatim,
akhlaq al-ijtima’iyah) memerdekaan hamba-
meliputi: hamba dan
(a) yang dilarang seperti pembebasannya, tidak
membunuh manusia, mengabaikan kejahatan
mencuri, menipu, orang jahat, membalas
menghutangi dengan kejahatan dengan
bunga, penipuan, hak kebaikan, mengajak
milik tidak halal, kepada kebaikan dan
memakan harta anak melarang kejahatan,
yatim, mengkhianati menyebarkan ilmu
amanah, kerjasama untuk pengetahuan,
kejahatan, membela persaudaraan dan sifat
143
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

pemurah, kecintaan tidak membantu


terhadap sesame manusia, musuh,dll.
keadilan, kasih sayang (b) Hubungan dengan luar
dan ihksan, mencela negeri seperti memberi
kebatilan. perhatian terhadap
(c) Tata tertib kesopanan pedamaian, tidak
seperti izin sebelum berselisish pada waktu
masuk rumah, dan keadaan tertentu.
merendahkan suara dan (5) Nilai-nilai akhlak agama
tidak memanggil orang antara lain semua yang
dewasa dari luar, bersangkut kewajiban hamba
memberi salam ketika terhadap Alloh seperti
masuk, membalas salam beriman, taat, memikirkan
lebih baik, duduk dengan ayat-ayat-Nya, memikirkan
baik, judul pembicaraan makhluk-Nya, mensyukuri
harus baik, menggunakan nikmat, rela dengan qada dan
kata-kata manis, meminta qadar-Nya, bertawakal
izin ketika hendak kepada-Nya, tidak putus asa
pulang. atas rahma-Nya. dll.
(4) Nilai-nilai akhlak dalam C. Penutup
negara (akhlak al-daulah) Nilai-nilai terbangun dari
meliputi: insan manusia sebagai makhluk
(a) hubungan antara kepala tuhan yang memiliki berbagai
negara dan rakyat seperti potensi, pada gilirannya tidak lepas
bermusyawarah, dari nilai-nilai yang lebih tinggi dan
menandatangani lebih universal yaitu nilai-nilai ilahi.
keputusan, memakai Penghayatan sebuah nilai-nilai dalam
prinsip keadilan, membentuk suatu karakter
menjaga ketentraman, membutuhkan proses belajar dan
menjaga harta benda ketundukan pada hukum proses
awam, memberi hak-hak belajar dimana pada nilai-nilai
golongan minoritas. tertentu menjadi perangsang bagi
Kewajiban rakyat seperti nilai-nilai lain untuk manusia
disiplin, taat yang implementasikan.
bersyarat, bersati pada Apa yang berlaku pada nilai-
cita-cita yang tertinggi, nilai yang dianut manusia akan
bermusyawarah pada menjadi budaya dan mempengaruhi
persoalan awam, pada perkembangan peradaban
menjauhi kerusakan, manusia sebagai pencipta peradaban
menyiapkan diri bagi itu sendiri. Maka kitalah sebagai
pembelaan negara, mausia yang patut mengamalkan
menjaga mutu moral, nilai-nilai tersebut dan kita pula yang

144
Nilai-nilai Karakter
yang Membangun Peradaban Manusia

menjadi sumber kepatuhan nilai-


nilai. Oleh karena itu nilai-nilai yang
dibangun harus merupakan
perwujudan dari manusia yang
berbudaya dan berperadaban.

145
DAFTAR PUSTAKA

Ulil Amri Syafri, 2014, Pendidikan Karakter berbasis al-Qur’an, Jakarta: Raja
Grafindi Persada..
Ibnu Mustafa, 1993, Keluarga Islam mengongsong Abad 21, Bandung: Al-Bayan.
Bertens, K, 2000, Etika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Hans Jonas, 1992, The Burdenand Blessing of Mortality, Hastings Center Report,
vo. 22, nr.1.
Bagus Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/pendidikan/umum1.htm.
Lockona,
Bertens, K, 2000, Etika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ali, t.t, Kamus Populer, Surabaya: QAlfa.
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisii ke-2 ,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Koencaraningrat, 2003, ………
Ki Fudyartanta, 2012, Psikologi Kepribadian Paradigma Filosofis, Tipologis,
Psikodinamik dan Organismik-Holistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Oman Sukmana, 2008, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Manusia dan Peradaban)
Diktat Kuliah, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadiyah Malang.
Nursyid Sumaatmaja, 2002, Pendidikan Pemanusiaan, Manusia dan Manusiawi,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suratman, 2009, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Manusia dan Peradaban), Hand
Out, Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Malang (Unisma).
Soerjono Soekanto, 2009, Sosiologi Keluarga tentang Ikhwal Keluarga Remaja
dan Anak, Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, 1993, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi
Aksara.
Muhammad Noor Syam, 1986, Filsafat Pendidikan dan dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila, Surabaya: Usaha nasional, 1986.
Noeng Muhadjir, 1987, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Suatu Teori
Pendidikan, Yogyakarta: Rake Sarasin, IV/
HMI Cab. Bogor, 1989, Nilai-nilai Identitas Kader NIK, Buku Pedoman HMI
Cab. Bogor
Endang Saifuddin, 1982, Agama dan Kebudayaan, Surabaya: Bina Ilmu, II/
Muhaimin dkk, 1993, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya,
1993.

Anda mungkin juga menyukai