Anda di halaman 1dari 14

PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI KELURAHAN


PEDURUNGAN KIDUL KOTA SEMARANG
Fitri Febrina Anggraini, Titik Djumiarti, S.Sos, M.Si
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email : fisip@undip.ac.id

Abstrak
Pengelolaan sampah terpadu di Kelurahan Pedurungan Kidul merupakan kegiatan
proses pemberdayaan masyarakat dalam upaya membuat pengelolaan sampah
berjalan dengan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis proses pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah
terpadu di Kelurahan Pedurungan Kidul Kota Semarang. Metode penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknis analisis taksonomi. Adapun
teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sampah terpadu di Kelurahan Pedurungan Kidul Kota Semarang
melalui 3 proses yang harus dilakukan diantaranya yaitu Penyadaran,
Pengkapasitasan dan Pendayaan. Tahap Penyadaran yaitu dengan melakukan
motivasi. Dimana kegiatan motivasi dalam kegiatan penyadaran dilakukan
dengan cara mensosialisasikan, musyawarah dan pembinaan pentingnya
mengelola sampah yang dapat bernilai jual. Kemudian tahapan pengkapasitasan
dilakukan melalui cara pembimbingan. Kegiatan pembimbingan dilakukan
melalui pelatihan pemanfaatan pengolahan sampah organik dan anorganik.
Kemudian proses terakhir dalam pemberdayaan yang dilakukan yaitu Pendayaan,
dimana pemberian pendayaan dilakukan melalui fasilitator dengan memberikan
bantuan sumberdaya untuk berpartisipasi aktif dalam pembuatan kerajinan tangan
olahan sampah anorganik dan organik. Namun dalam proses pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan sampah terpadu di Kelurahan Pedurungan Kidul
Kota Semarang masih terdapat kendala yang dihadapi yaitu dalam proses
penyadaran dan pengkapasitasan, dimana kendala dalam proses penyadaran yaitu
kurangnya sosialisasi mengenai sadar hidup bersih dan sehat. Kemudian kendala
dalam tahap pengkapasitasan yaitu kurangnya berperannya Dinas Lingkungan
Hidup dalam memberikan pelatihan dalam pengelolaan sampah. Adapun saran
yang dapat diberikan adalah meningkatkan sosialisasi mengenai sadar hidup
bersih dan sehat dalam perilaku buang sampah dan pengelolaan limbah dan
pemerintah daerah diharapkan lebih meningkatkan perannya dan berkoordinasi
dengan stakeholder lain

Kata Kunci : Pemberdayaan, Peran Stakeholder, Pengelolaan Sampah.


THE PROCESS OF COMMUNITY EMPOWERMENT IN INTEGRATED
WASTE MANAGEMENT IN THE PEDURUNGAN KIDUL VILLAGE
SEMARANG CITY
Fitri Febrina Anggraini, Titik Djumiarti, S.Sos, M.Si
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email : fisip@undip.ac.id

ABSTRACT
Integrated waste management in Pedurungan Kidul Village is an activity of
community empowerment process in an effort to make waste management run
optimally. This study aims to identify and analyze the process of community
empowerment in integrated waste management in the Pedurungan Kidul Village,
Semarang City. The research method used is a qualitative approach with technical
taxonomic analysis. The data collection techniques are by observation, interview
and documentation. The results showed that the process of community
empowerment in integrated waste management in the Pedurungan Kidul
Kelurahan of Semarang City through 3 processes that must be carried out include
Awareness, Capacitance and Empowerment. Awareness Stage is by doing
motivation. Where motivation activities in awareness activities are carried out by
way of socializing, deliberation and coaching the importance of managing waste
that can be of sale value. Then the capacity building step is done through
mentoring. Guidance activities are carried out through training in utilization of
organic and inorganic waste processing. Then the final process in empowerment is
done by Enrichment, where the empowerment is done through a facilitator by
providing resource assistance to actively participate in making handicrafts
processed inorganic and organic waste. However, in the process of community
empowerment in integrated waste management in the Semarang City Pedurungan
Kidul Village there are still obstacles encountered in the process of awareness and
capacity building, where the constraint in the awareness process is the lack of
socialization regarding awareness of clean and healthy living. Then the obstacle in
the capacity building stage is the lack of role of the Department of the
Environment in providing training in waste management. The advice that can be
given is to increase awareness about clean and healthy living awareness in waste
disposal behavior and waste management and the local government is expected to
further enhance its role and coordinate with other stakeholders.

Keywords: Empowerment, Role of Stakeholders, Waste Management.


PENDAHULUAN pengelolaan sampah akan

A. LATAR BELAKANG mengakibatkan permasalahan

Di era modernisasi saat ini sampah menjadi kompleks antara

pembangunan merupakan hal yang lain : sampah yang tidak terangkut

tidak dapat dihindari, dimana kota – dan mengakibatkan pembakaran

kota besar sedang saling berlomba atau pembuangan sampah liar

– lomba untuk melakukan sehingga akan menyebabkan

pembangunan, termasuk juga kerusakan pada lingkungan di

pembangunan yang dilakukan di sekitarnya.Tingginya produksi

Kota Semarang Berbagai fakta sampah di Kota Semarang

mengenai pembangunan berdampak pada beban TPA

menunjukkan bahwa kualitas (Tempat Pembuangan Akhir) dan

lingkungan sebagai akibat dari ini perlu penanganan yang serius

adanya pembangunan dari tahun ke dari pemkot Semarang agar

tahun mengalami penurunan, juga masalah sampah bisa teratasi. Guna

timbul permasalahan lingkungan mengantisipasi hal tersebut maka

hidup yang kompleks terutama Pemerintah Kota Semarang melalui

dalam menangani masalah sampah. DLH Kota Semarang menerapkan

Tingginya produksi sampah di Kota sistem pengelolaan sampah terpadu

Semarang berdampak pada beban sebagai bentuk fasilitas pengolahan

TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah berkelanjutan yaitu Tempat

dan ini perlu penanganan yang Pengolahan Sampah Terpadu

serius dari Pemerintah Kota (TPST) yang sesuai dengan Perda

Semarang agar masalah sampah Kota Semarang No. 6 Tahun 2012

bisa teratasi. Pertambahan jumlah Tentang Pengelolaan Sampah yang

penduduk diperkotaan yang pesat berada di wilayah

berdampak terhadap peningkatan kecamatan.Pengelolaan sampah

jumlah sampah yang dihasilkan. yang benar dan efektif tersebut tak

Peningkatan jumlah sampah yang terlepas dari adanya sumber daya

tidak diikuti oleh perbaikan dan manusia yang bersangkutan dalam

peningkatan sarana dan prasarana arti dengan sumber daya manusia


yang rendah sudah barang tentu Sampah yang semakin banyak tentu
akan membawa dampak negatif akan menimbulkan banyak
yaitu adanya ketidakperdulian masalah, sehingga memerlukan
masyarakat terhadap masalah pengolahan seperti membuat
sampah.Adapun kelompok swadaya sampah menjadi bahan yang
masyarakat yang membentuk suatu berguna. Pengelolaan sampah
wadah dengan tujuan dengan sistem bank sampah ini
pemberdayaan masyarakat salah diharapkan mampu membentuk
satunya adalah bank sampah yang pemerintah dalam menangani
berada di Kelurahan Pedurungan sampah dan meningkatkan ekomoni
Kidul Semarang dimana bank masyarakat
sampah merupakan bentuk Namun demikian bank
komunitas yang berfungsi sebagai sampah di Kelurahan Pedurungan
lokasi induk untuk mengumpulkan Kidul Semarang dalam pelaksanaan
sampah dan kemudian dijual pada tersebut masih mengalami beberapa
pengepul.Alasan didirikan bank kendala antara lain :
sampah tersebut adalah karena 1. Kurangnya partisipasi
jumlah volume sampah yang terus masyarakat dalam
meningkat dan pemetaan sampah pengelolaan sampah
yang masih semrawut. Dengan terpadu, dimana masyarakat
alasan tersebut maka ada beberapa kurang paham dalam
warga mempunyai gagasan pengelolaan sampah
mendirikan bank sampah tersebut. tersebut.
Pada dasarnya bank sampah 2. Usaha pemberdayaan
yang dikelola anggota masyarakat masyarakat mengenai
tersebut sebagai bentuk adanya sampah terpadu kurang
keprihatinan salah satu anggota berkembang, dimana
masyarakat akan lingkungan hidup masyarakat kurang
yang semakin lama semakin partisipasinya dalam
dipenuhi dengan sampah baik pengelolaan yang baik.
organik maupun anorganik.
3. Kurang adanya sosialisasi Berdasarkan permasalahan
tentang penerapan sampah yang ada, dibutuhkan integritas dari
terpadu, dimana aparat semua unsur guna menyukseskan
Kelurahan kurang pemberdayaan dalam pengelolaan
memberikan pengarahan sampah terpadu di Kelurahan
pada masyarakat sehingga Pedurungan Kidul Kota Semarang.
masyarakat kurang paham. Permasalahan yang ada tidaklah
4. Motivasi masyarakat kurang dapat selesai jika terdapat unsur yang
dan harus ada daya tarik pasif dalam pemberdayaan dalam
dari pengelolaan sampah upaya pengelolaan sampah
terpadu, dimana masyarakat terpadu.Permasalahan yang telah
harus diberi bukti nyata diuraikan menimbulkan ketertarikan
bahwa dengan adanya peneliti untuk melakukan penelitian
pemilahan sampah yang dengan judul “Proses Pemberdayaan
benar nantinya dapat Masyarakat Dalam Pengelolaan
menjadi nilai jual tanpa ada Sampah Terpadu di Kelurahan
daya tarik tersebut Pedurungan Kidul Kota Semarang”.
masyarakat kurang
B. RUMUSAN MASALAH
termotivasi.
5. Masyarakat kurang Bagaimana Proses Pemberdayaan

memahami mekanisme Masyarakat Dalam Pengelolaan

pengelolaan sampah karena Sampah Terpadu di Kelurahan

masyarakat masih Pedurungan Kidul Kota Semarang?

mengunakan cara – cara C. TUJUAN


tradisional dimana sampah
Mengidentifikasi dan menganalisis
tidak dipilah tapi dijadikan
prose pemberdayaan masyarakat
satu, padahal pengelolaan
dalam pengelolaan sampah terpadu
sampah yang bagus
di Kelurahan Pedurungan Kidul
menggunakan sistim 3R.
Kota Semarang.
badan perwakilan politik, (2)
koordinasi usaha-usaha perorangan
D. KAJIAN TEORI
1. Administrasi Publik dan kelompok untuk melaksanakan
kebijakan pemerintah.Hal ini
Chandler & Plano (2014:3) dalam
meliputi pekerjaan sehari-hari
Keban, mengatakan bahwa
pemerintah. (3) suatu proses yang
Administrasi Publik adalah proses
bersangkutan dengan pelaksanaan
dimana sumber daya dan personel
kebijakan-kebijakan pemerintah,
publik diorganisir, dikoordinasikan
pengarahan kecakapan dan teknik-
untuk memformulasikan,
teknik yang tak terhingga
mengimplementasikan, dan
jumlahnya, memberikan arah dan
mengelola (manage) keputusan-
maksud dari usaha sejumlah orang.
keputusan dalam kebijakan publik.
Chandler & Plano juga menjelaskan Paradigma Administrasi Publik
bahwa administrasi publik adalah Nicholas Henry (1995:21-49)
seni dan ilmu (arti and science) mengungkapkan bahwa standard
yang ditujukan untuk mengatur suatu disiplin ilmu seperti yang
“public affairs” dan melaksanakan diungkapkan oleh Robert T.
berbagai tugas yang ditentukan. Golembiewski dimana mencakup
Marshall E, Dimock,Gladys O. fokus (metode atau cara ilmiah apa
Dimock dan Lous W.Koenig yang digunakan dalam pemecahan
(1960) mengatakan bahwa masalah) dan locus (medan atau
administrasi publik adalah kegiatan tempat dimana metode tersebut
pemerintah di dalam melaksanakan digunakan atau diterapkan) yang
kekuasan politiknya. Jhon M. antara lain sebagai berikut :
Pfiffner dan Robert V. Presthus Paradigma 1 (1900-1926) dikenal
(2006:23-24) dalam Inu Kencana sebagai paradigma Dikontomi
Syafie mendefiniskan administrasi Politik dan Administrasi,
publik adalah (1) meliputi Paradigma 2 (1927-1937) disebut
implementasi kebijakan pemerintah sebagai paradigma Prinsip-Prinsip
yang telah ditetapkan oleh badan- Administrasi, Paradigma 3 (1950-
1970) adalah paradigma dan akuntabilitas, (3) perencanaan
Administrasi Negara sebagai Ilmu dan control, (4) keuangan dan
Politik, Paradigma 4 (1956-1970) penganggaran, dan (5)
adalah Administrasi Publik sebagai produktivitas sumber daya manusia.
Ilmu Administrasi, Paradigma 5 Isu-isu ini sangat menantang
(1970-sekarang) adalah sekolah maupun perguruan tinggi
Administrasi Publik sebagai yang mengajarkan tentang
Administrasi Publik, dan manajemen publik untuk terus
Paradigma 6 (1990-sekarang) meningkatkan kualitas mengajarnya
adalah Governance. Paradigma demi mewujudkan manajer publik
Administrasi Publik dalam yang proffesional.
penelitian ini sangat berkaitan
3. Pembangunan Berbasis
dengan apa yang akan dibahas, Masyarakat
karena sinergitas stakeholders
Konsep pemberdayaan mencakup
dalam penelitian ini merupakan
pengertian pembangunan
bagian dari good governance. Good
masyarakat (community
governance sendiri terdapat dalam
development) dan pembangunan
paradigma NPM yang didalamnya
yang bertumpu pada masyarakat
terdapat prinsip pemberdayaan
(community-based
2. Manajemen Publik development).Sesuai dengan

J. Steven Ott, Albert C. Hyde dan konsepnya pembangunan yang

Jay M. Shafritz dalam Harbani berpusat pada rakyat, maka

Pasolong (2013:83), memberikan pendekatan yang digunakan lebih

pendapat bahwa dalam tahun 1990- memberi tempat pada aspek

an manajemen publik mengalami manusia, sehingga lebih bersifat

masa transisi dengan beberapa isu humanistis.Salah satu yang

yang sangat menantang, yaitu : (1) terpenting agar terwujudnya

privatisasi sebagai suatu alternativ pembangunan berbasis masyarakat

bagi pemerintah dalam memberikan adalah menempatkan masyarakat

pelayanan publik, (2) rasionalitas lebih dari subyek, sebagai aktor


yang dari pembangunan.Konsep masyarakat melalui proses belajar
pembangunan berbasis masyarakat bersama yang partisipatif, agar
ini sebenarnya merupakan suatu terjadi perubahan perilaku pada di
bentuk perencanaan sosial dengan semua stakeholder (individu,
tujuan melakukan perubahan sosial kelompok, kelembagaan) yang
yang terencana yaitu perubahan terlibat dalam proses
sikap dan perilaku sosial pembangunan, demi terwujudnya
masyarakat agar menjadi berdaya kehidupan yang semakin berdaya,
atau mampu melakukan mandiri, partisipatif yang semakin
pembangunan dilingkungannya sejahtera secara
dengan usaha sendiri secara berkelanjutan.Menurut Sumaryadi
kolektif. Karakteristik utama (2005: 111), pemberdayaan
konsep pembangunan berbasis masyarakat adalah upaya
masyarakat adalah sebagai berikut mempersiapkan masyarakat seiring
(dalam Sholeh, 2014) : dengan langkah upaya memperkuat
kelembagaan masyarakat agar
1. Penekanan pada lokalitas
mereka mampu mewujudkan
baik dalam pengertian
kemajuan, kemandirian, dan
kelembagaan, komunitas,
kesejahteraan sosial berkelanjutan.
lingkungan maupun kultur.
Teori mengenai tahap
2. Berimplikasi pada
pemberdayaan yang lain yakni tiga
transformatif and transactive
tahapan dalam proses
planning, bottom up,
pemberdayaan masyarakat
community empowerment
diungkapkan oleh Randy R
and participative.
Wrihatnolo dan Riant Nugroho
4. Pemberdayaan Masyarakat
Dwidjowijoto (Wrihatnolo : 2007)
Menurut Mardikanto (2003:100) sebagai berikut :
Pemberdayaan masyarakat adalah
proses perubahan sosial, ekonomi, Adapun Tahapan dalam proses

dan politik untuk memberdayakan pemberdayaan masyarakat


dan memperkuat kemampuan
diungkapkan oleh Randy R
Wrihatnolo dan Riant Nugroho melalui partisipasi aktif dan

Dwidjowijoto (2007:101) sebagai berkelanjutan dengan

berikut : memberikan peran yang lebih

besar pada masyarakat sesuai


1. Tahap Penyadaran,
kapasistas dan kapabilitas serta
memberikan pemahaman
akomodasi aspirasi dan
terkait hak untuk menjadi
dipandu untuk melakukan
mampu dan memotivasi
evaluasi diri terhadap hasil
mereka agar keluar dari
pelaksanaan pilihan
kemiskinan, biasanya tahap ini
sebelumnya.
dilakukan dengan

pendampingan.
E. METODE PENELITIAN
2. Tahap pengkapasitasan,
Dalam penelitian ini penulis
memampukan masyarakat
menggunakan desain penelitian
kurang mampu agar memiliki
dengan pendekatan deskriptif
ketrampilan untuk mengambil kualitatif dengan teknik analisis
taksonomi. Penelitian ini berlokasi
peluang yang diberikan dengan
di Kelurahan Pedurungan Kidul
melakukan pelatihan –
Kota Semarang dengan subjek
pelatihan, dan kegiatan yang penelitian yakni informan, yang

memiliki tujuan meningkatkan bertugas sebagai key informan.


Jenis data yang digunakan dalam
lifeskill.
penelitian ini adalah kata-kata,
3. Tahap Pendayaan, tahap sumber tertulis, dan foto. Sumber

dimana masyarakat diberi data dalam penelitian ini adalah


berbentuk data primer dan data
peluang sesuai kemampuan
sekunder, dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yakni sampah, pentingnya berperilaku
observasi, wawancara dan hidup sehat dan peningkatan
dokumentasi. keterampilan dalam membuat
kerajinan oalahan sampah anorganik
PEMBAHASAN
dan olahan sampah organik.
Proses Pemberdayaan Masyarakat 2. Tahap pengkapasitasan
Dalam Pengelolaan Sampah
Terpadu di Kelurahan Tahap pengkapasitasan, tahap
Pedurungan Kidul Kota Semarang
memampukan masyarakat kurang
Pemberdayaan masyarakat mampu agar memiliki ketrampilan
merupakan upaya menjadikan untuk mengambil peluang yang
masyarakat yang semula memiliki diberikan dengan melakukan
posisi terbelakang dan tidak berdaya pelatihan – pelatihan, dan kegiatan
menjadi lebih berdaya dan mandiri. yang memiliki tujuan meningkatkan
Dimana dalam melakukan lifeskill. Upaya pengkapasitasan yang
pemberdayaan melakukan berbagai dilakukan yaitu dengan melakukan
proses yang harus dilalui yaitu : pelatihan pemanfaatan pengolahan

1. Tahap penyadaran sampah organik (pupuk bokashi) dan


pengolahan sampah anorganik yang
Upaya penyadaran memberikan dibuat kerajinan tangan (seperti
pemahaman terkait hak untuk bungkus plastik shampoo, minyak
menjadi mampu dan memotivasi goreng, minuman saschet) dengan
mereka agar keluar dari kemiskinan. melibatkan ibu-ibu, karangtaruna,
Upaya penyadaran yang dilakukan dan masyarakat di Kelurahan
yaitu dengan melakukan Pedurungan Kidul yang bertujuan
motivasi,dengan mensosialisasikan, untuk meningkatkan nilai ekonomis
musyawarah dan pembinaan yaitu Souvenir dan Pupuk Bokashi.
pentingnya mengelola sampah yang 3. Tahap pendayaan
dapat bernilai jual. Dan upaya
penyadaran yang selanjutnya yaitu Tahap dimana masyarakat diberi

pemberian sosialisasi, peluang sesuai kemampuan melalui

musyawawarah mengenai pemilahan partisipasi aktif dan berkelanjutan


dengan memberikan peran yang lebih Sampah.Maka dari itu didirikanlah
besar pada masyarakat sesuai Bank Sampah KSM RAOS_EMI
kapasistas dan kapabilitas. Upaya untuk menggerakan masyarakat agar
pemberdayaan yang dilakukan dalam keluar dalam keterbelakangan.
tahap pendayaan yaitu fasilitator
Bank Sampah Kelompok Swadaya
dengan memberikan bantuan
Masyarakat (KSM) RAOS_EMI
sumberdaya untuk berpartisipasi
adalah salah satu dari penggerak dari
aktif dalam pembuatan kerajinan
pemberdayaan masyarakat dalam
tangan olahan sampah anorganik dan
pengelolaan sampah terpadu di
sampah organik (pupuk bokashi).
Kelurahan Pedurungan Kidul.
Pemberdayaan masyarakat dalam
KESIMPULAN pengelolaan sampah terpadu yang
ada di Kelurahan Pedurungan Kidul
Program pemberdayaan masyarakat
dilaksanakan dengan 3 tahap
sekarang ini di Indonesia masih
pemberdayaan yaitu penyadaran,
sangat dibutuhkan.Dengan adanya
pengkapasitasan dan pendayaan yaitu
Program Pemberdayaan Masyarakat
:
diharapkan masyarakat menjadi lebih
mandiri. Selain itu program 1. Penyadaran
pemberdayaan harus sesuai dengan
Upaya penyadaran dalam
wilayah yang akan dijalankan
proses pemberdayaan
program pemberdayaan tersebut.
masyarakat untuk
Pedurungan Kidul merupakan pengelolaan sampah terpadu
wilayah yang padat penduduk di Kelurahan Pedurungan
sehingga sampah yang dihasilkan Kidul Kota Semarang yaitu:
terus meningkat setiap harinya. fasilitator di bidang
Untuk mengatasi permasalahan pendampingan dan motivasi.
sampah yang menumpuk di TPS
2. Pengkapasitasan
maka diperlukan sebuah program
Upaya pada tahap
pengelolaan sampah melalui Bank
pengkapasitasan dalam proses
pemberdayaan masyarakat Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
untuk pengelolaan sampah
terpadu di Kelurahan Adnyana, I. P. C. P. and Mohktar, M.
S. (2019) ‘Peran Stakeholder
Pedurungan Kidul Kota Dalam Pemberdayaan Petani
Semarang yaitu dengan Tebu Di Kabupaten Dompu
Provinsi Ntb’, SOCA: Jurnal
pembimbingan. Sosial, Ekonomi Pertanian,
3. Pendayaan 13(1), p. 14. doi:
10.24843/soca.2019.v13.i01.p
Upaya pada tahap pendayaan 02.
dalam proses pemberdayaan
Arifudin, Nasrul, B. and Maswadi
masyarakat untuk (2013) ‘Program of
Community Empowerment
pengelolaan sampah terpadu
Prevents Forest Fires in
di Kelurahan Pedurungan Indonesian Peat Land’,
Procedia Environmental
Kidul Kota Semarang yaitu Sciences. Elsevier BV, 17,
dengan fasilitator. pp. 129–134. doi:
10.1016/j.proenv.2013.02.020
.
IZZAH, H. S. (2017) ‘Peran
DAFTAR PUSTAKA Stakeholders Dalam Proses
Pemberdayaan Usaha Mikro
A., N. F., Raharjo, S. T. and Kecil Dan Menengah
Wibowo, H. (2017) (Umkm) Alas Kaki Unggulan
‘PEMBERDAYAAN Melalui Program Pembiayaan
MASYARAKAT MELALUI Usaha Syariah (Pusyar) Di
PENGELOLAAN SAMPAH Kota Mojokerto’, pp. 1–15.
DI DESA WISATA
CIBURIAL KECAMATAN Joshi, A. (2017) ‘Legal
CIMENYAN KABUPATEN Empowerment and Social
BANDUNG’, Prosiding Accountability:
Penelitian dan Pengabdian Complementary Strategies
kepada Masyarakat. Toward Rights-based
Universitas Padjadjaran, 3(2). Development in Health?’,
doi: World Development. Elsevier
10.24198/jppm.v3i2.13643. Ltd, 99, pp. 160–172. doi:
10.1016/j.worlddev.2017.07.0
Adi, I. R. (2008) Intervensi 08.
Komunitas dan
Pengembangan Masyarakat Kayat, K., Farrah, N. and Zainuddin,
(Sebagai Upaya A. (2016) ‘International
Pemberdayaan Masyarakat). Review of Management and
Marketing Community-based Goysen.
Tourism Initiative in Rural
Malaysia: Is It a Success?’, Sugiyono (2015) Metode Penelitian
International Review of Kuantitatif, Kualitatif dan
Management and Marketing R&D. Bandung: Alfabeta.
|, 6(S7), pp. 242–249.
Sulistyani, A. T. (2004) Kemitraan
Available at:
Dan Model-Model
http:www.econjournals.com.
Pemberdayaan. Yogyakarta:
Keban, T. Y. (2014) Enam Dimensi Graha Ilmu.
Strategis Administrasi Publik,
Sumaryadi, I. N. (2005)
Konsep, Teori dan Isu.
Perencanaan Pembangunan
Yogyakarta: Gava Media.
Daerah Otonom dan
Kencana Syafiie, I. (2006) Ilmu Pemberdayaan Masyarakat.
Administrasi Publik. Jakarta: Jakarta: Citra Utama.
PT. Rineka Cipta. Sunartiningsih, A. (2002)
Manik (2003) Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat
Lingkungan Hidup. Jakarta: Desa. Yogyakarta: Aditya
Djambat. Media.

Mardikanto, T. and Soebianto, P. Wrihatnolo, R. R. and Dwijowijoto,


(2013) Pemberdayaan R. N. (2007) Manajemen
Masyarakat Dalam Perspektif Pemberdayaan, Sebuah
Kebijakan Publik. Bandung: Pengantar dan Panduan
Alfabeta. Untuk Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta: PT.
Mardikanto, T. and Soebianto, P. Elex Media Komputindo.
(2017) Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Perspektif
Kebijakan Publik. Bandung.
Peraturan :
Moleong (2017) Metodologi
Penelitian Kualitatif Edisi Peraturan Pemerintah Republik
Revisi. Bandung: PT. Remaja
Indonesia Nomor 81 Tahun 2012
Rosdakarya.
Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Sampah Studi Kasus di Bank
Sampah Pelita Harapan, P., Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah
Ballaparang, K. and Rumah Tangga
Rappocini, K. (2015)
‘Pemberdayaan Masyarakat
Perda Kota Semarang No. 6 Tahun
Melalui’, 1 No.1.
2012 Tentang Pengelolaan Sampah
Sucipto, C. (2012) Teknologi
Pengolahan Daur Ulang
Sampah. Yogyakarta:
Dokumen :

Monografi Kelurahan Pedurungan


Kidul Bulan September 2019

Profil Potensi dan Perkembangan


Kelurahan Pedurungan Kidul
Kecamatan Pedurungan Tahun 2018

Buku Profil Masyarakat ( KSM )


Raos_Emi yang ada di Kelurahan
Pedurungan Kidul Kota Semarang.

Anda mungkin juga menyukai