Anda di halaman 1dari 106

Dr. Simson Ginting, S.Sos.

, MPA
KEBIJAKAN PENERIMAAN NEGARA
KEBIJAKAN PENGELUARAN RUTIN PEMBANGUNAN
Pengertian Keuangan Negara
Pemakaian istilah "keuangan negara" untuk
pertama kali terdapat dalam UUD 1945.
Untuk memahami pengertian istilah "keuangan
negara" dapat diberikan beberapa penafsiran yaitu
penafsiran menurut tata bahasa (gramaticale
interpretatie), menurut sejarah (historische
interpretatie), menurut sistematika
(systematische interpretatie) dan menurut tujuan
kaidah hukum (teleologische interpretatie).
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Dari berbagai penafsiran tersebut istilah


"keuangan negara" harus diartikan secara resriktif
yaitu hanya mengenai pelaksanaan APBN yang
sudah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Dalam sejarah perundang-undangan Republik
Indonesia, istilah "keuangan negara" dipakai
untuk pertama kali di dalam UUD 1945,' Bab VIII
("Hal Keuangan"), Pasal 23, ayat 4 dan ayat 5.
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Dalam ayat 5 yang berbunyi sebagai berikut:


"Untuk memeriksa tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan yang peraturannya
ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat . ..
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Kalau dilakukan penafsiran menurut tata bahasa


'(grammaticale interpretatie), maka awalan "ke"
dan akhiran "an" yang ditambahkan pada kata
pokok "uang" maksudnya ialah segala sesuatu
yang bertalian dengan soal uang
Pengertian ini terlalu luas, sehingga tidak
memberikan kepastian hukum,' bahkan dapat
menimbulkan kesulitan baik bagi yang melakukan
pemeriksaan, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan,
maupun bagi yang memberikan
pertanggungjawaban, yaitu Pemerintah
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Kalau dilakukan penafsiran menurut sejarah


(historische interpretatie), dengan menyadari
bahwa hal ini bukan merupakan suatu keharusan
tetapi suatu kebutuhan,' maka ditemukan istilah
"Iandsgeldmiddelen" yang tercantum di dalam
Indische Staatsregelillg,' Bab Keempat, yang
judulnya "Van de begrooting en van geldleening"
(Tentang anggaran dan tentang peminjaman
uang), Pasal 117, yang berbunyi sebagai berikut:
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

(1) Ada Badan Pemeriksa Keuangan yang bertugas


untuk melakukan pengawasan tentang pengurusan
keuangan negara dan tentang pertanggungjawaban
wajib hitung,
(2) Instruksi Badan tersebut ditetapkan dengan
peraturan umum tentang pemerintahan, sesuai
dengan undang-undang yang mengatur tentang cara
pengurusan dan pertanggungjawaban keuangan di
Hindia Belanda
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

.. Algemene Maatregel van Bestuur" (A.M.v.B.) adalah


suatu bentuk peraturan pada zaman Belanda yang
dibuat oleh Raja.
Undang-undang yang dimaksud dalam ayat (2) itu
ialah: "Indonesische Comptabiliteitswet" (Undang-
undang Perbendaharaan Indonesia).
J adi, pada mas a pemerintahan Hindia Belanda,
terdapat badan yang bernama "Algemene
Rekenkamer" yang tugasnya ialah melakukan
pengawasan terhadap pengurusan keuangan negara
dan tanggungjawab para penjabat yang berkaitan
dengan pengurusan keuangan negara.
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Bahwasanya Badan Pemeriksa Keuangan, secara


fungsional, sama kedudukannya dengan "Algemene
Rekenkamer" dikatakan oleh Profesor Supomo dalam
sidang Dokuritsu Zyullbi Chao Sakai pada tanggal 15
Juli 1945 sebagai berikut:
"Untuk memeriksa tanggungjawab tentang keuangan
negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan,
yang dulu dinamakan (Algemene) Rekenkamer, yang
peraturannya ditetapkan dengan Undang-undang.
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara 30092019

Bahwasanya lingkungan kerja (werkkring) Algemene


Rekenkamer ialah mengenai soal anggaran,
dijelaskan oleh Professor Kleintjes sebagai berikut:
"De algemene rekenkamer beantwoordt de vraag, of de
handelingen, die uitgaven ten gevolge hebben, al dan
niet met de begrooting overeens-temmen, zij
onderzoekt dus de rechtmatigheid der uitgaven".
Terjemahannya:
"Badan Pemeriksa Keuangan menjawab pertanyaan,
apakah tindakantindakan, yang mengakibatkan
pengeluaran, sesuai atau tidak dengan anggaran, jadi
ia memeriksa keabsahan pengeluaran".
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Dengan penafsiran sejarah diperoleh pengertian yang


jelas bahwa keuangan negara berkaitan dengan soal
anggaran.
Badan Pemeriksa Keuangan bertugas untuk
memeriksa segi "rechtmatigheid" pengeluaran uang
negara. Profesor Wirjono, mantan Ketua Mahkamah
Agung, menjawab segi "doelmatigheid" (kegunaan).
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Bahwasanya obyek pemeriksaan Badan Pemeriksa


Keuangan ialah anggaran yang telah disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, juga dijelaskan oleh Alons.
"Als mandataris van de wetgevende macht neemt de
kamerdus geen deel aan de voorbereiding en de
totstandkoming van de begrooting en evenmin aan de
ten uitvoerlegging daarvan. Het toezicht op die ten
uitvoerlegging zal zich voornamelijk concentreeren op
de door de uitvoerende macht op te maken
begrootingsrekening, zijnde de rekening waarin
verantwoording wordt afgelegd van de wijze waarop
van de bij de begrooting toegestane credieten gebruik is
gemaakt en waarin de verschillen tusschen de
toegestane en uitgegeven bedragen worden toegelicht" .
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Terjemahannya:
"Sebagai mandataris kekuasaan legislatif, algemene
rekenkamer tidak ikut serta dalam mempersiapkan
dan menetapkan anggaran dan juga tidak dalam
melaksanakannya. Pengawasan terhadap pelaksanaan
terutama sekali akan terpusat pada perhitungan
anggaran yang dibuat oleh kekuasaan eksekutif, yaitu
perhitungan dimana diberikan pertanggungjawaban
mengenai cara bagaimana kredit yang diperbolehkan
oleh anggaran telah dipergunakan dan dimana
diterangkan selisih antara jumlah yang diperholehkan
dan yang dibelanjakan"
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Dari uraian kedua pakar tersebut dapat d iketahui lebih


jelas bahwa tugas Badan Pemeriksa Keuangan untuk
memeriksa pertanggungjawaban tentang keuangan
negara itu, maksudnya ialah mengenai pelaksanaan
anggaran, terutama yang berkenaan dengan
pengeluaran uang negara yang pada hakekatnya
merupakan kredit.
Dalam huhungan itu, perlu diketahui Pasal 24
indonesische Comptabiliteiswet (Undang-undang
Perbendaharaan Indonesia) yang bunyinya: "Uitgaven
buiten en boven de begrootingen hebben niet plaats".
(PengeIuaran di luar dan di atas anggaran tidak
diperbolehkan).
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Pengertian "di luar" anggaran ialah tidak boleh


menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan.
MisaInya uang yang telah disediakan untuk belanja
barang tidak holeh dipergunakan untuk keperluan
perjalanan dinas.
Pengertian "di atas" anggaran ialah tidak boleh
meIakukan pengeluaran melebihi batas (plafond)
yang telah ditetapkan. Misalnya, disediakan Rp. 100
milyar untuk pembangunan gedung, tidak boleh
dikeluarkan Rp. 150 milyar.
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Ketentuan fundamental tersebut adaIah ketentuan


undang-undang. Jadi, tidak boleh diubah dengan
peraturan yang derajatnya lebih rendah daripada
undang-undang.
Kalau dilakukan penafsiran menurut susunan pasal 23
(systematische imerpretatie), yaitu ayat 5
dihubungkan dengan ayat I yang mengatur tentang
anggaran negara, maka juga dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan ialah pelaksanaan keuangan negara seperti
yang diuraikan di dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Hubungan tersebut juga
dikemukakan oleh Profesor Wirjono;"
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

"Sebagai supplement dari ayat 1 pasal 23 adalah ayat 5


yang menugasknn kepada Badan Pemeriksa Keuangan
(Algemen Rekenknmer, Thesaury-General) untuk
mengawasi Pemerintah dalam hal menjalankan
begrooting-negara “
Akhirnya, kalau dilakukan penafsiran menurut tujuan
kaidah hukum dimaksud (teleologische illlerpretarie),
maka juga akan sampai pada kesimpulan yang sama,
yaitu tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan ialah untuk menjaga agar uang
negara yang dibelanjakan oleh Pemerintah sesuai
dengan anggaran yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Hal ini juga dijelaskan oleh Profesor Supomo:


" ... dalam negara demokrasi yang berdasarkan
kedaulatan rakyat, seperti Republik Indonesia, anggaran
pendapatan dan belanja itu ditetapkan den gan undang-
undang. Artinya dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat. Betapa caranya rakyat -sebagai bangsa - akan
hidup dan dari mana didapatnya belanja buat hidup,
harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri dengan
peranraraan Dewan Perwakilannya. Rakyat menentukan
nasibnya sendiri, karena itu juga cara hidupnya ... Cara
Pemerintah mempergunakan uang belanja yang sudah
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat harus sepadan
dengan keputusan tersebut".
Lanjutan Pengertian Keuangam Negara

Sebagai keputusan akhir, istilah "keuangan negara"


yang tercantum dalam Pasal 23, ayat 5, UUD 1945,
harus diartikan secara restriktif," yaitu hanya
mengenai pelaksanaan APBN yang sudah disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan demikian,
ketentuan pasal 23, ayat 5, itu harlls dibaca sebagai
berikut:
"Unluk memeriksa tanggungjawab Pemerintah
tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, diadakan Badan Pemeriksa Keuangan
yang peraturannya diletapkan dengan Undang-
undang. Hasil pemeriksaan ilu diberitahukan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat. “
APBN merupakan bagian dari
keuangan negara
 Dalam teori anggaran terdapat beberapa pendapat
mengenai anggaran.
Misalnya Burkhead and Winer mendefinisikan
anggaran sebagai rencana pengeluaran dan
penerimaan negara untuk tahun mendatang yang
dihubungkan dengan rencana dan proyek-proyek
untuk jangka waktu yang lebih lama.
Sedangkan Welsch memberikan definisi anggaran
belanja negara sebagai pedoman untuk membiayai
tugas-tugas negara disegala bidang termasuk belanja
pegawai untuk jangka waktu tertentu, lazimnya satu
tahun mendatang.
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

Tugastugas negara diselenggarakan demi


kepentingan masyarakat (rakyat). Jadi masyarakat
dibebani biayai untuk penyelenggaraan tugas-tugas
itu. Itulah sebabnya masyarakat dikenakan
pungutanpungutan berupa pajak-pajak, bea dan cukai
dan lain-lain pungutan.
Untuk memperkirakan berapa besarnya iuran-iuran
(pungutan) itu maka direncanakan anggaran
pendapatan (LPEM,1993).
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

Dari pendapat tersebut maka secara umum


pengertian terhadap anggaran negara adalah:
1. mewujudkan suatu rencana keuangan
negara/pemerintah;
2. mewujudkan suatu rencana pembangunan nasional;
3. mewujudkan suatu rencana anggaran belanja negara;
4. mewujudkan suatu rencana anggaran pendapatan
negara;
5. berlaku selama satu tahun anggaran.
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

Pengertian secara khusus, dalam arti yang digunakan


dalam praktek kenegaraan di Indonesia, maka
pengertian anggaran negara yang selanjutnya disebut
APBN dapat mengacu pada Pasal 23 Ayat 1 UUD 1945
(Perubahan), dimana dinyatakan bahwa,
”Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai
wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan
setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

 Pengertian pasal tersebut terdapat lima unsur dari


APBN, yaitu:
1. APBN sebagai pengeloaan keuangan negara;
2. APBN ditetapkan setiap tahun, yang berarti APBN
berlaku untuk satu tahun;
3. APBN ditetapkan dengan undang-undang;
4. APBN dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggungjawab;
5. APBN ditujukan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat (Ini menunjukan peran ekonomi politik APBN
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

Lebih lanjut pengertian APBN dijabarkan dalam UU


No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang
dimaksud dengan APBN adalah:
1. Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh DPR (Pasal 1, Angka 7);
2. Terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja,
dan pembiayaan (Pasal 11, Ayat 2);
3. Meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember (Pasal 4);
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

3. Ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang


(Pasal 11, Ayat 1);
4. Mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi
(Pasal 3, Ayat 4).
 Sumber keuangan APBN adalah rakyat sehingga
keberadaannya harus dilakukan dalam sebuah
undang-undang.
 Menurut Rene Stroum seperti dikutip oleh Atmadja
(1996: 4-5) menyatakan,
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

“the constitutional right wich a nation possesses to


authorize public revenue and expenditure does not
originates from the fact that the members of the
nation contribute the payments. This right is based
on a loftier idea. The idee of soverignity”.
Karena itu menurut Atmadja, hakekat dari keuangan
negara atau APBN adalah kedaulatan.
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara
Dengan pengertian seperti itu, maka dalam
penetapan dan pengesahan APBN dilakukan bersama-
sama dengan DPR, karena DPR sendiri merupakan
lembaga yang mempresentasikan rakyat (kedaulatan).
Misalnya UU No.41 Tahun 1954 tentang Anggaran RI
Bagian IV (Kementrian Keuangan) Tahun Dinas 1952
& 1953, dan UU No.15 Tahun 1970 tentang APBN
Tahun Anggaran 1970/1971
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

Karena APBN merupakan suatu rangkaian dari :


perencanaan,
pelaksanaan (perubahan) dan
realisasi (perhitungan),
maka masing-masing juga ditetapkan dengan
undang-undang.
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

Misalnya untuk APBN 2002, APBN ditetapkan dengan


UU No.19 Tahun 2001 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2002, perubahan
terhadap APBN 2002 ditetapkan dengan UU No.21
Tahun 2002 tentang Perubahan Atas UU No.19 Tahun
2001 tentang APBN Tahun Anggaran 2002, dan
perhitungannya ditetapkan dengan UU No.6 Tahun
2004 tentang Perhitungan Anggaran 2002.
Hal ini sedikit berbeda dengan praktek pada awal
masa Orde Lama, karena tidak setiap tahun APBN
ditetapkan dengan undang-undang.
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

Sesuai dengan berbagai literatur dan sejarah APBN,


fungsi APBN selalu dikaitkan dengan tiga fungsi yaitu
alokasi, distribusi dan stabilisasi.
Tetapi secara normatif untuk Indonesia, maka fungsi
APBN secara tegas menjadi aturan normatif dalam
kebijkana APBN-nya. Berdasarkan Pasal 3 Ayat 4 UU
No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
ditegaskan bahwa mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi.
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa:
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

1. fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran


negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan;
2. fungsi perencanaan mengandung arti bahwa
anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen
dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan;
3. fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran
negara menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
Lanjutan APBN merupakan bagian dari keuangan negara

4. fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran


negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumberdaya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian;
5. fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan
anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan; dan,
6. fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran
pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.
RUANG LINGKUP APBN
Ruang Lingkup APBN mencakup seluruh penerimaan
dan pengeluaran.
Penerimaan berasal dari perpajakan maupun non
perpajakan, termasuk hibah yang diterima oleh
pemerintah.
Pengeluaran atau belanja adalah belanja pemerintah
pusat dan daerah.
Jika terjadi defisit, yaitu pengeluaran lebih besar dari
penerimaan, maka dicari pembiayaannya baik yang
bersumber dari dalam negeri maupun dari luar
negeri.
Lanjutan RUANG LINGKUP APBN

Seluruh penerimaan dan pengeluaran tersebut


ditampung dalam satu rekening yang disebut
rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di
Bank indonesia (BI).
Pada dasarnya, semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah harus dimasukkan dalam rekening
tersebut.
Sebagai pengecualian, pemerintah membuka
beberapa rekening khusus di BI atau bank pemerintah
karena alasan-alasan sebagai berikut:
Lanjutan RUANG LINGKUP APBN

1. untuk pengelola pinjaman luar negeri untuk proyek


tertentu sebagaimana disyaratkan oleh pemberi
pinjaman;
2. untuk mengadministrasikan dan mengelola dana-
dana tertentu (seperti Dana Cadangan, Dana
Penjaminan Deposito);
3. untuk mengadministrasikan penerimaan dan
pengeluaran lainnya yang dianggap perlu untuk
dipisahkan dari rekening BUN, dimana suatu
penerimaan harus digunakan untuk tujuan tertentu.
Lanjutan RUANG LINGKUP APBN

Terkait dengan pengelolaan APBN, semua


penerimaan dan pengeluaran harus tercakup dalam
APBN.
Dengan kata lain pada saat pertanggungjawaban
APBN, semua realisasi penerimaan dan pengeluaran
dalam rekening-rekening khusus harus
dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN.
Semua penerimaan dan pengeluaran yang telah
dimasukkan dalam rekening BUN adalah merupakan
penerimaan dan pengeluaran yang on-budget.
APBN SEBAGAI SUATU RENCANA
KEUANGAN
APBN sebagai suatu rencana keuangan, mengandung
arti bahwa pemerintah mempunyai perencanaan
terhadap pengeluaran dan penerimaan untuk untuk
membiayai kepentingan negara atau pengelolaan
pemerintahan.
Dalam perencanaan keuangan, bisa saja pengeluaran
direncanakan setinggi-tingginya, atau serendah-
rendahnya.
Lanjutan APBN SEBAGAI SUATU RENCANA KEUANGAN

Dalam merencanakan pengeluaran tersebut akan


dibarengi dengan perencanaan perkiraan pendapatan
dapat dihimpun.
Dan dalam pengelolaan APBN yang sudah maju, yang
kemudian di Indonesia diadopsi dalam UU No.17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka dalam
menyusun rencana keuangan sudah memasukan
perkiraan maju (3 tahun kedepan).
Lanjutan APBN SEBAGAI SUATU RENCANA KEUANGAN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


pada hakekatnya merupakan pelaksanaan
kebijaksanaan keuangan negara yang secara
konstitusional diatur dalam pasal 23 Undang-Undang
Dasar Tahun1945 dan dituangkan di dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN), serta diterjemahkan
secara kuantitatif dalam Repelita.
Dalam kaitan tersebut APBN yang undang-
undangnyad itetapkan setiap tahun secara politis
merupakan bentuk amanat rakyat, dan secara
ekonomis harus mampu diterjemahkan
pengelolaannya secara tepat dalam perekonomian
nasional.
Lanjutan APBN SEBAGAI SUATU RENCANA KEUANGAN

Kebijaksanaan APBN yang merupakan


kebijaksanaan fiskal pemerintah, sejak Repelita1
hingga saat ini dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
(l) Anggaran berimbang yang dinamis.
Berimbang dalam arti jumlah keseluruhan
pengeluaran (rutin dan pembangunan) selalu
sama dengan jumlah keseluruhan penerimaan
(dalam negeri dan pembangunan).
Lanjutan APBN SEBAGAI SUATU RENCANA KEUANGAN

Dinamis berarti bahwa dalam hal penerimaan


lebih rendah dari yang direncanakan semula^
pemerintah akan mengurangi pengeluaran,
demikian pula dalam hal penerimaan melampaui
rencana semula, pemerintah akan meningkatkan
pengeluaran agar keseimbangan tetap terjaga.
(2)Sejauh mungkin diusahakan tabungan
pemerintah (selisih. positif antara penerimaan
rutin dalam negeri dan pengeluaran rutin) yang
semakin besar, yang berarti makin banyak
proyekproyek pembangunan yang dapat dibiayai.
Lanjutan APBN SEBAGAI SUATU RENCANA KEUANGAN

(3) Penerimaannegara diusahakan terutama


bersumberdari dalamnegeri, olehkarena sumber
dari luar negeri sangat dipengaruhiolehfaktor-faktor
ekstemal dan dapat mengurangi kemandirian dalam
pembiayaan pembangunan.
(4) Pengeluaran rutin selalu didasarkan kepada efisiensi
dan usaha-usaha . penghematan, tanpa
mengabaikan perlunya dukungan yangmemadaibagi
kesejahteraanaparatur, serta cukupnya pembiayaan
bagi operasi dan pemeliharaanhasil-
hasilpembangunan.
Lanjutan APBN SEBAGAI SUATU RENCANA KEUANGAN

(5) Sejauh mungkin dihindari pemberian subsidi,


karena dapat menyebabkan alokasi sumber-sumber
ekonomi secara tidak efisien. Demikian juga
kenyataan menunjukkan bahwa penerima akhir
subsidi tersebut sering bukan golongan pendapatan
rendah seperti yang diharapkan.
(6) Pengeluaran pembangunan didasarkan atas rencana
proyek sektoral dan re gional, yang pada gilirannya
mengacu kepada rencana prioritas yang telah
ditetapkan dalam Repelita.
Lanjutan APBN SEBAGAI SUATU RENCANA KEUANGAN

(7) Pemilihanproyek-proyek pembangunan yang


dituangkan dalam daftar isian proyek (DIP)
didasarkan azas-azas efisiensi dan efektivitas,
untuk memilih proyek-proyek dalam sektor dan
subsektor yang telah ditetapkan, yang paling
produktif, menunjang
pemerataan,sertamenciptakanlapangan kerja.
Lanjutan APBN SEBAGAI SUATU RENCANA KEUANGAN

Kebijaksanaan penerimaan negara yang meliputi :


1. penerimaan dalam negeri dan penerimaan
pembangunan, dengan konsentrasi bahasan
mehgenai penerimaan perpajakan dan
penerimaan bukan pajak, utamanya penerimaan
pemerintah dari laba BUMN.
2. Sementara itu akan didiskusikan pula
pengeluaran negara yang meliputi pembahasan
mengenai pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan.
Kebijakan Keuangan Negara (Fiskal)
Beberapa ahli memiliki definisi dari kebijakan
keuangan negara atau biasa disebut kebijakan
fiskal.
Menurut Dornbusch et.al. (2011) kebijakan fiskal
adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah
terkait tingkat belanja dan transfer pemerintah
serta struktur perpajakan.
Lanjutan Kebijakan Keuangan Negara (Fiskal)

Definisi menurut Hubbard et.al (2012) tentang


kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam
mengatur perubahan pajak, belanja serta transfer
pemerintah yang bertujuan untuk memengaruhi
kondisi makroekonomi.
Secara garis besar, kebijakan fiskal merupakan
kebijakan pemerintah terkait penerimaan dan belanja
negara untuk mencapai tujuan-tujuan pemerintah
seperti penurunan ketimpangan dan kemiskinan serta
meningkatkan pertumbuhan.
Lanjutan Kebijakan Keuangan Negara (Fiskal)

Umumnya, kebijakan fiskal dapat dibagi menjadi


kebijakan fiskal ekspansif (expansionary fiscal policy)
dan kebijakan fiskal kontraksi (contractionary fiscal
policy). Perbedaan keduanya terletak pada pendirian
pemerintah mengenai penerimaan dan belanjanya.
Kebijakan fiskal yang ekspansif terjadi ketika
pemerintah meningkatkan belanjanya serta
menurunkan penerimaan pajak “lewat penurunan
tarif”, tujuan utama dari kebijakan ekonomi ekspansif
adalah mendorong perekonomian.
Lanjutan Kebijakan Keuangan Negara (Fiskal)

Sebaliknya, suatu kebijakan fiskal dapat


dikategorikan kontraksioner ketika pemerintah
menurunkan pengeluarannya dan meningkatkan tarif
pajak. Kebijakan fiskal kontraksioner bertujuan untuk
meredam tekanan inflasi yang terjadi ketika
perekonomian mengalami overheating.
Selanjutnya, berdasarkan polanya terhadap siklus
bisnis (business cycle) kebijakan fiskal dapat
dikategorikan menjadi prosiklikal (pro-cyclical fiscal
policy) dan kontrasiklikal (counter-cyclical fiscal
policy).
Lanjutan Kebijakan Keuangan Negara (Fiskal)

Kebijakan fiskal prosiklikal bersifat mengikuti pola


siklus bisnis, apabila perekonomian sedang berada
dalam resesi maka pengeluaran pemerintah juga ikut
rendah vice versa. Sebaliknya, kebijakan fiskal
kontrasiklikal bersifat bertentangan dengan siklus
bisnis, sehingga ketikan perekonomian sedang dalam
kondisi resesi maka pengeluaran pemerintah justru
meningkat, vice versa.
Dalam kebijakan fiskal, biasanya terdapat beberapa
indikator yang biasa digunakan seperti rasio
penerimaan perpajakan, rasio keseimbangan primer,
rasio defisit anggaran serta rasio utang pemerintah.
Lanjutan Kebijakan Keuangan Negara (Fiskal)

Dalam dokumen perencanaan (RKP dan RPJMN),


terdapat 6 (enam) indikator keuangan negara yang
menggambarkan arah kebijakan fiskal yaitu rasio
penerimaan perpajakan, rasio belanja modal, rasio
subsidi energi,  rasio keseimbangan primer, rasio
defisit anggaran serta rasio utang pemerintah.
Instrumen Kebijakan Keuangan Negara (Fiskal)

Secara praktikal, instrument kebijakan keuangan


negara (fiskal) dapat dibagi menjadi beberapa jenis
yaitu:
1.Pendapatan / Penerimaan Negara
2.Belanja Negara
3.Pembiayaan
PENGERTIAN PENERIMAAN NEGARA
Sebagai penerimaan pemerintah yang meliputi
penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil
penjualan barang dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan
oleh pemerintah, pinjaman pemerintah
(Suparmoko,2008).
Menurut UU No. 17 Tahun 2013, Pendapatan Negara
adalah uang yang masuk ke kas negara.
Secara garis besar sumber utama pendapatan negara
adalah penerimaan pajak, Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) serta Hibah, dari ketiga sumber ini yang
umum dijadikan sebagai instrument aktif adalah
Penerimaan Pajak.
Lanjutan PENGERTIAN PENERIMAAN NEGARA

Penerimaan pajak merupakan sumber utama


penerimaan negara.
Penerimaan pajak sendiri dapat dikategorikan
menjadi dua jenis yakni Pajak Dalam Negeri dan
Pajak Perdagangan Internasional.
Lebih lanjut Pajak Dalam Negeri dibagi menjadi
beberapa jenis yakni Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (PPn dan PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Cukai serta Pajak Lainnya.
Lanjutan PENGERTIAN PENERIMAAN NEGARA

Adapun Pajak Perdagangan Internasional terdiri dari


Bea Masuk dan Bea Keluar. Pada tahun 2017, Pajak
Dalam Negeri menyumbangkan 78,3 persen dari total
penerimaan negara.
Umumnya kinerja penerimaan pajak suatu negara
diukur dengan membandingkannya dengan ukuran
perekonomian suatu negara yang tercermin dalam
Produk Domestik Bruto.
Lanjutan PENGERTIAN PENERIMAAN NEGARA

Konsep pembandingan ini dikenal pula sebagai tax


ratio.
Ukuran tax ratio  yang optimal akan  membantu
mendorong pembangunan negara tanpa membebani
perekonomian secara keseluruhan.
Pajak sebaiknya dapat pula mendorong
perekonomian secara keseluruhan, kemampuan pajak
untuk mendorong perekonomian ini disebut tax
buoyancy.
Lanjutan PENGERTIAN PENERIMAAN NEGARA

Salah satu sumber pendapatan  negara lainnya adalah


Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Secara umum, PNBPterdiri atas Penerimaan Sumber
Daya Alam (SDA)—yang terdiri dari :
- sumber daya alam migas dan sumber daya alam non-
migas—,
- Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN)—
yang dispesifikasi berdasarkan BUMN perbankan dan
non-perbankan—,
Lanjutan PENGERTIAN PENERIMAAN NEGARA

- Pendapatan dari Badan Layanan Umum—seperti


Rumah Sakit, Universitas dan lain-lain— serta
- Pendapatan PNBP lainnya—seperti pembayaran
denda tilang, hasil lelang barang sitaan dan lain
sebagainya. Berdasarkan data historis, PNBP
umumnya merupakan penyumbang penerimaan
terbesar kedua setelah pajak
Lanjutan PENGERTIAN PENERIMAAN NEGARA

Pendapatan negara lainnya adalah hibah, yakni


pemberian secara sukarela dari suatu pihak pada
Negara. Pendapatan hibah dalam praktiknya memiliki
pangsa yang rendah terhadap Penerimaan Negara
secara keseluruhan. Hal ini wajar terjadi bagi negara
yang relatif telah maju. Umumnya negara-negara
Dunia Ketiga, memiliki postur penerimaan dengan
hibah menjadi salah satu komponen terbesarnya.
Lanjutan PENGERTIAN PENERIMAAN NEGARA

Pada dasarnya, dalam sistem pemungutan pajak,


Indonesia mengadopsi sistem self-assesment system.
Sistem ini sangat bergantung pada ketaatan Wajib
Pajak (compliance) dalam melaporkan pajaknya.
Oleh karenanya penting bagi pemerintah untuk
meningkatkan compliance dari Wajib Pajak.
Salah satu metode yang umum dilakukan oleh
pemerintah adalah dengen memberikan insentif
perpajakan.
Lanjutan PENGERTIAN PENERIMAAN NEGARA

Selain itu pada tahun 2016, salah satu bagian dari


reformasi perpajakan pemerintah memberlakukan tax
amnesty yang bertujuan untuk meningkatkan
penerimaan negara lewat peningkatan compliance
serta kualitas pendataan.
Sumber- sumber penerimaan Negara
Pajak = pembayaran iuran oleh rakyat kepada
pemerintah yang dapat dipaksanakan dengan tanpa
balas jasa yang secara langsung dapat ditunjuk.
Misalnya: pajak kendaraan bermotor, pajak
penjualan,dll.
Retrebusi = suatu pembayaran dari rakyat kepada
pemerintah dimana kita dapat melihat adanya
hubungan antara vbalas jasa yang langsung diterima
dengan adanya pembayaran retrebusi. Misalnya: uang
langganan air minum, uang langgana listrik,dll.
Pencetakan uang kertas = dengan kekuasaannya,
negara dapat mencetak uang. Pinjamanpinjaman
dapat berasal dari luar negeri dan dalam negeri.
BENTUK- BENTUK KEBIJAKAN
PENERIMAAN NEGARA
Pengembangan perpajakan
Peningkatan kesadaran masyarakat membayar pajak
Penyempurnaan sistem dan tata cara pelaksanaan
pajak penghasilan
Peningkatan penerimaan pajak pertambahan nilai
Peningkatan penerimaan pajak bumi dan bangunan
 Peningkatan penerimaan bea cukai
Peningkatan penerimaan pajak ekspor
Pengelolaan pinjaman luar negeri.
KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA
Penerimaan migas sampai saat ini tetap merupakan
sumber penerimaan yang mempunyai peranan cukup
penting dalam mendukung perekonomian secara
keseluruhan.
Kebijaksanaan yang ditempuh dalam penerimaan
migas mengacu pada kebijaksanaan umum Repelita
VI, yaitu : kekayaan alam yang potensial seperti
minyak bumi dan gas alam yang terdapat di darat dan
perairan nusantara semakin ditingkatkan eksplorasi,
penggalian, dan pendayagunaannya untuk menunjang
pembangunan dengan tetap menjaga keseimbangan
lingkungan dan kelestarian hidup,serta
memanfaatkan teknologi maju.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Menyimak kebijaksanaan umum tersebut,


pemerintah berupaya mempertahankan kestabilan
penerimaan migas. Dalam hal ini pemerintah terus
berupaya mempertahankan tingkat produksi melalui
peningkatan investasi dalam
pencariandanpengusahaansumber migas dengan
menciptakan iklim investasi yang kondusif, serta
melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi
eksplorasi dan eksploitasi migas.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Menyimak kebijaksanaan umum tersebut,


pemerintah berupaya mempertahankan kestabilan
penerimaan migas. Dalam hal ini pemerintah terus
berupaya mempertahankan tingkat produksi melalui
peningkatan investasi dalam pencarian dan
pengusahaan sumber migas dengan menciptakan
iklim investasi yang kondusif, serta melalui usaha
intensifikasi dan ekstensifikasi eksplorasi dan
eksploitasi migas.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Selanjutnyapenerimaan diluar migas terus


diupayakan meningkat sejalan dengan bertambah
baiknya penerimaan di sektor perpajakan.
Dalam upaya menlngkatkan penerimaan
perpajakan, telah dilakukan perubahan mendasar
dari sistem perpajakan peninggalan kolonial
melalui Undang-undang Perpajakan Tahun 1984.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Perubahan yang mendasar pada sistem


perpajakan tahun 1984 tersebuta ntara lain pada
sistem pemungutan pajak yang telah diubah dari
sistem "official assessment" dimana besanya pajak
ditentukan oleh aparatur pajak, menjadi sistem
"selfassessment“ dimana wajib pajak dipercayakan
untukmenghitung dan membayar sendiri hutang
pajaknya.
Di samping itu Undang-Undang Perpajakan
Tahun 1984 juga mengacu kepada azas keadilan,
azas daya pikul, azas kepastian hukum, dan azas
kesederhanaan.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Agar perkembangan perekonomian dapat tetap


berjalan sesuai dengan kebijaksanaan
pembangunan, dan lebih dapat didaptkan
kepastian hukum dan kemudahan dalam
administrasi perpajakan, telah dilakukan
penyempumaan terhadap Undang-undang
Perpajakan Tahun 1984.
Penyempumaan tersebut ditandai dengan
ditetapkannya Undang-undang Pajak Tahun 1994.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Penyempumaan undang-undang perpajakan baru


tersebut dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan penerimaan negara dari
perpajakan, baik jangka menengah maupun
jangka panjang, serta memperkuat pertahanan
dan kemandirian perekonomian dalam negeri
dalam menghadapi perkembangan perekonomian
dunia yang semakin pesat dalam era globalisasi.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Dalam perubahan Undang-undang Perpajakan Tahun


1994 telah dilakukan perubahanmendasarantara lain:
(l) Peningkatan batas penghasilan kena pajak serta
penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh); yaitu
sebagai berikut:
Undang-undang 1984 , Penghasilan (Rp) Tarif pajak :
0-10 juta = 15% , 10-50 juta = 25%, lebih dari50 juta =
35%
Undang-undang 1994, Penghasilan (Rp) dengan
Tarif: 0-25 juta = 10%, 25-50 juta = 15%, lebih dari
50juta = 30%
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

(2) Obyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mencakup


barang dan jasa yang tidak berujud,seperti hak
atas merk dagang, hak paten,dan hak cipta,
dengan obyek PPn-BM (pajak pertambahan nilai
atas barang mewah) yang diperluas mencakup
rumah mewah, kondominium dansejenisnya.
Tarifminimum PPn-BM 10% dan maksimum 50%.
(3) Di bidang Pajak Bumi dan Bangunan,
diberlakukan nilaijualobjekpajaktidak kena pajak
(NJOPTKP) atas bumi dan bangunan sebesar Rp 8
juta.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

(4) Dilakukanpenyesuaiantarifbeameterai dari Rp 5(X)


dan Rp 1.000^ menjadi Rp 1.000dan Rp 2.000.
 Dalam hal penerimaan bukan pajak (non tax
revenue) yang terdiri dari penerimaan
departemen/lembaga pemerintahan non
departemen(LPND) dan bagian pemerintah atas
laba badan usaha milik negara (BUMN) merupakan
sumber penerimaan negara yang semakin penting.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

'Oleh karena itu penerimaan bukan pajak akan terus


diusahakan untuk ditingkatkan melalui penertiban
pemungutan seperti tata cara penyetoran,
intensifikasi pemungutan dan penyesuaian tarif
pungutan serta peningkatan pengawasan pada semua
departemen/ LPND sehubungan dengan pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat.
Di samping itu, usaha peningkatan penerimaan
bukan pajak dilakukan juga melalui peningkatan
efisiensi dan efektivitas BUMN, baik yang
menyangkut penyempumaan manajemen, maupun
sistem dan prosedur operasional.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Keberadaan BUMN didasarkanpada Pasal 33


Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan
bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai negara.
Sehubungan dengan itu makaBUMN yang bergerak
di bidang-bidang strategis dan perintisan serta
menyangkut kepentingan rakyat banyak dikuasai
negara, walaupun dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan berdampingan dengan atau atas dasar
kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Adapun tugas dan fungsi BUMN secara umum


adalah:
(1)fungsi utama, meliputi kegiatan pelayanan di masing-
masing lapangan usahanya;
(2)Fungsi penunjang, mengusahakan pengadaan sarana
dan prasarana dalam bidangnya guna kepentingan
umum;
(3)Fungsi pengawasan, meliputi kegiatan pengawasan
terhadap pelaksanaan fungsi utama dan fungsi
penunjang.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Untukmelaksanakan tugas dan fungsi BUMN


tersebut telah dilakukan upaya penyehatan, yaitu
dengan dikeluarkannya Inpres No.5Tahun 1988
tentang Pedoman Penyehatan dan Pengelolaan Badan
Usaha Milik Negara, yang kemudian dijabarkan lebih
lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
740 Tahun 1989 tentang Peningkatan Efisiensi dan
Produktivitas BUMN.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Peningkatan efisiensi dan produktivitas BUMN


dilakukan melalui :
- restrukturisasi perusahaan, yang meliputi perubahan
status hukum BUMN ke arah yang lebih menunjang
pencapaian maksud dan tujuan perusahan;
- kerjasama operasi atau kontrak manajemen dengan
pihak ketiga;
- Konsolidasi atau merger;
- pemecahan badan usaha;
- Penjualan saham melalui pasar modal;
- penjualan saham secara langsung (direct placement);
- serta pembentukan perusahaan patungan dengan
pihak swasta.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Langkahyang ditempuh tergantung pada masalah


yang dihadapi oleh BUMN yang bersangkutan. Upaya
penyehatan ini telah menampakkan hasil-
hasilnya,antara lain dengan meningkatnya jumlah
BUMN yang sehat dan sehat sekali.
Sejak tahun 1990,secara bertahap beberapa BUMN
yang tergolong sehat dan sehat sekali telah
melakukan penjualan saham, baik melalui pasar
modal di dalam negeri maupun bursa intemasional.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Hasil penjualan saham BUMN di luar negeri antara


lain dari PT. Indosat, PT. Timah, dan PT. Telkom
digunakan untuk mempercepat pembayaran
(prepayment) pinjamanluar negeri yang berbunga
tinggi.
Sedangkan penjualan saham didalam negeri
merupakan tambahan modal bagi BUMN yang akan
digunakan untuk program perluasan/modernisasi
perusahaan sesuai dengan prospektus masing-masing
BUMN.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN PENERIMAAN NEGARA

Selanjutnya, dengan ditetapkannya Keputusan


Menteri Keuangan Nomor 1232 Tahun 1989, BUMN
juga mengemban misi khusus berupa kewajiban
untuk menyisihkan dana antara 1 sampai 5 persen dari
laba setelah pajak untuk pengembangan usaha kecil
dan koperasi.
Pengeluaran dana yang disisihkan bagi usaha kecil
dan koperasi tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan manajemen, mengatasi
masalah kekurangan modal kerja, meningkatkan
ketrampilan teknis produksi dan pemasaran, serta
memberikan jaminan dalam memperoleh kredit bank.
Pengertian pengeluaran Negara
Sebagai pengeluaran pemerintah untuk membiayai
kegiatan atau program sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Klasifikasi pengeluaran Negara
Pengeluaran yang merupakan investasi yang
menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa
mendatang.
Pengeluaran yang langsung memberikan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Pengeluaran untuk menyediakan kesempatan kerja
yang lebih.
Pengeluaran untuk penghematan masa mendatang.
Misalnya: program pemberdayaan masyarakat.
 Pengeluaran pemberian subsidi: subsidi dlm bentuk
uang (BLT) dan subsidi dlm bentuk barang dengan
harga murah (subsidi BBM).
KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

Sebagai piranti untuk mencapai berbagai sasaran


kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan dibidang
pengeluaran negara yang meliputi kebijaksanaan
pengeluaran rutin dan pembangunan, senantiasa
diarahkan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan
bagi pengeluaran rutin, serta pengalokasian
pengeluaran pembangunan sesuai prioritas yang telah
ditetapkan.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

Untuk mendukung kelangsungan dan kelancaran


jalannya roda pemerintahan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat, serta
terpeliharanya berbagai aset negara dan hasil-hasil
pembangunan, alokasi pengeluaran rutin
diprioritaskan untuk pembiayaan aparatur
pemerintah, serta pembiayaanoperasional dan
pemeliharaan.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

Semakin besarnya kebutuhan pembiayaan aparatur


pemerintah berkaitan erat dengan kebijaksanaan
pemerintah yang memberikan prioritas yang lebih
besar terhadap alokasi anggaran bagi pembiayaan
program pendayagunaan aparatur pemerintah,
program pengembangan dan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, serta program dasar kepada
masyarakat.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

Penyusunan anggaran pembiayaan pembangunan


sektor pemerintah diupayakan secara realistis sebagai
bagian integrral daripada pembiayaan investasi
nasional, dengan mempertimbangkan daya dukung
kemampuan keuangan negara, untuk mewujudkan
sasaran-sasaran Repelita VI dengan prioritas pada
upaya upaya seperti:
- meningkatkan pemerataan pembangunan, antara lain
melalui pembangunan daerah dengan mekanisme
Inpres, termasuk upaya pengentasan kemiskinan;
- meningkatkan kualitas sumber daya manusia;
- melanjutkanpembangunan
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

- prasarana dasar ekonomi;


- mendukung kegiatan-kegiatan pembangunan yang
dilakukan oleh masyarakat;
- meningkatkan pembangunan kelembagaan;
- serta mewujudkan sasaran-sasaran pem bangunan
lainnya sesuai dengan arahanarahan Repelita IV.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

Penyusunan anggaran pembangunan juga


memperhitungkan perkembangan ekonomi
internasional dan regional, terutama perubahan yang
cepat akibat perkembangan teknologi, serta
kesepakatan-kesepakatan internasional menuju era
global perdagangan bebas.
Keadaan ekonomi makro juga menjadi salah satu
pertimbangan dalam mengerahkan penggunaan dana
pembangunan, agar pengeluaran pembangunan tidak
memberi pengaruh negatif terhadap stabilitas
ekonomi nasional, yaitu pada laju inflasi dan defisit
transaksi berjalan.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

Dalam kebijaksanaan di bidang bantuan luar negeri


pemerintah berpedoman kepada GBHN yang
menekankan bahwa sumber dana untuk pembiayaan
pembangunan terutama digali dari dalam negeri
berdasarkan kemampuan sendiri.
Sumber pembiayaanpembangunan dari luar negeri
masih tetap diperlukan sebagai pelengkap yang
diperoleh dengan syarat lunak, tidak memberatkan
dan tanpa ikatan politik,
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

digunakan untuk pembiayaan kegiatan pembangunan


yang produktif sesuai prioritas, dan yang memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat,
serta peranannya pada dana pembangunan secara
keseluruhan harus dikurangi secarabertahap.
Kebutuhan pinjaman senantiasa didasarkan pada
perkiraan yang realistis dan disesuaikan dengan
keadaan keuangan negara serta mempertimbangkan
berbagai hal, seperti sumber-sumber pinjaman dan
persyaratan hutang.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

Pemanfaatan bantuan luar negeri selalu mengacu


kepada kriteria penggunaan seperti yang digariskan
dalam GBHN.
Pemilihan proyek juga melalui pembahasan yang
mendalam berdasarkan prioritas tinggi yang dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penyediaan
lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat, serta dapat mendukung
pengembangan ekspor nonmigas, sehingga /
bermanfaat bagi masyarakat.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

 Bantuan luar negeri yang bersifat resmi


(offidalai£i/debt), dimaksudkan sebagai pinjaman luar
negeri yang diterima pemerintah, yang menjadi beban
APBN dan umumnya diterima dalam rangka bantuan
dari badan-badan internasional dan pemerintah yang
tergabung dalam Consultative Group for Indonesia
(CGI).
Pinjaman luar negeri di sini mencakup setiap
penerimaan negara, baik dalam bentuk devisa
maupun dalam bentuk barang ataupun dalam bentuk
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri


yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu, serta dana yang dapat cepat dicairkan (fast
disbursing assistance).
Dalam usaha memperoleh pinjaman, pemerintah
senantiasa bersikap hati-hati dengan tetap
berpedoman pada amanat GBHN baik menyangkut
persyaratan maupun penggunaannya.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

Perkembangan pinjaman luar negeri berhubungan


erat dengan tingkat pembangunan ekonomi di dalam
negeri Indonesia, seperti juga yang umumnya berlaku
dinegara-negaraber kembang.
Pada tahap awal pembangunan, pada umumnya
sektor swasta masih sangat lemah, sehingga belum
mempunyai kemampuan untuk melakukan pinjaman
langsung dari luar negeri, kecuali dengan jaminan
pemerintah.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

Oleh sebab itu maka pemerintah mewakili negara


untuk mendapatkan pinjamanatau hibah dari luar
negeri bagi dana pembangunan.
Pada tahap ini umumnya bentuk pinjaman adalah G
to G, dimana peminjam adalah pemerintah, dari
negara-negara maju termasuk lembaga-lembaga
keuangan internasional (IBRD, ABD, dan sebagainya).
Dengan dimanfaatkannya pinjaman/bantiun luar
negeri tersebut untuk berbagai proyek prasarana,
maka kemampuan swasta dalam negeri semakin
berkembang, termasuk tumbuhnya industri barang-
barang, baik untuk ekspor maupun untuk di pasar
dalam negeri menggantikan barang impor jadi.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

Selain dana rupiah juga diperlukan devisa, terutama


untuk mengimpor barang modal dan bahan baku bagi
industri didalam negeri terutama industri yang
mendorong ekspor.
Oleh sebab itu keberhasilan pembangunan Indonesia
juga sangat ditentukan oleh tersedianya devisa yang
cukup, khususnya penerimaan dari hasil ekspor,
utamanya ekspor nonmigas.
Selain mendorong ekspor penanaman modal asing
(direct invesment), khususnya di sektor industri
barang ekspor, juga diupayakan ditingkatkan melalui
penciptaan iklim yang menunjang, seperti:
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

(1) penyederhanaan prosedur perijinan penanaman


modal;
(2) penetapandaftarnegatif investasi(DNI) sebagai
pengganti daftar skala prioritas (DSP) yang secara
bertahap akan dikurangi ke jumlah yang wajar;
(3) penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur,
meliputi listrik, telekomunikasi, fasilitas
pelabuhan,dan fasilitas penunjang lainnya untuk
mempersiapkan kedatangan modalasing (direct
invesment) kedalamnegeri;
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

(4) mempertahankan sistem devisa bebas;


(5) Mempertahankan sistem nilai tukar yang
mengambang terkendali (managed float
ingexchange ratesystem);
(6) menjaga tetap terbinanya kestabilan di bidang
politik dan keamanan.
Lanjutan KEBIJAKSANAAN DI BIDANG FENGELUARAN NEGARA

Keuntungan dari penanaman modal asing secara


langsung (foreign direct invesment) antara lain
memberikan kemampuan untuk merubah sumber
ekonomi potensial menjadi sumber ekonomi riel;
menambah penerimaan negara berupa pajak, baik
pajak penghasilan badan usaha maupun pajak
penghasilan perseorangan; memungkinkan
pengembangan basis usaha baru; transfer of
technology and know how; serta resiko ditanggung
sendiri oleh investor asing.
BENTUK- BENTUK KEBIJAKAN
PENGELUARAN RUTIN
Peningkatan efektifitas alokasi pengeluaran rutin
Optimalisasi belanja pegawai
Pengendalian belanja barang
Pembatasan pemberian subsidi
BENTUK- BENTU KEBIJAKAN
PENGELUARAN PEMBANGUNAN
Pengembangan sumber daya manusia
Pembangunan sarana dan prasarana ekonomi
Dukungan atas pembangunan daerah
Pengentasan penduduk dari kemiskinan
Peningkatan peran serta dalam pembangunan
Efesiensi dan efektifitas pengeluaran pembangunan
 Pelestarian fungsi lingkungan hidup

Anda mungkin juga menyukai