Anda di halaman 1dari 59

ISTILAH DAN PENGERTIAN ANGGARAN NEGARA DAN KEUANGAN PUBLIK

Perkembangan Nama Mata Kuliah

HUKUM DAN
ANGGARAN NEGARA KEUANGAN PUBLIK
BEGROOTINGS RECHTS KEUANGAN NEGARA

Dulu Sekarang

Objek Kajian lebih sempit. Objek Kajian Lebih Luas yaitu:

Hanya APBN saja APBN,APBD,BUMN,BUMD DAN


Perusahaan Negara lainnya
HUKUM PERBENDAHARAAN NEGARA
COMPTABELITEITSRECHTS

•LEBIH BERSIFAT ADMINISTRASI TEKNIS


•PENGERTIANNYA LEBIH LUAS YAITU HUKUM YANG MENGATUR
TATA CARA PENGURUSAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN NEGARA.
•DALAM KAMUS HUKUM FOCKEMA ANDREAE MENYEBUTKAN PULA
TERDIRI DARI PENGURUSAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN.
•P.ALONS DALAM BUKUNYA “HET BEHEER EN VERANDWOORDING VAN
GELDMIDDELEN VAN NEDERLANDSCH INDIE MEMAKAI ISTILAH
“PERBENDAHARAAN NEGARA”, KARENA INI MENGANDUNG PENGERTIAN
PENGURUSAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN NEGARA.
ISTILAH “ANGGARAN”
• Menurut Etimologi (Ilmu Asal Kata) berasal dari kata “ANGGAR” yang
berarti “KIRA-KIRA atau “PERHITUNGAN”.
•Pengertian Anggaran Negara berarti Perkiraan /Perhitungan jumlah
pengeluaran/belanja yang akan dikeluarkan oleh negara.
•Di Belanda BEGROOTING
•Di Iggris BUDGET
•Di Prancis BOUGE/BOUGETTE
•Di Indonesia Zaman Hindia Belanda BEGROTING
(RR) maupun (IS)
Zaman Jepangberdasarkan ANGGARAN
Peraturan Gunseikan 2603
Pada WaktuProklamasi APB
(Pasal 23 UUD'45
Sampai saat ini Amandemen APBN
UUD'45
DEFINISI/PENGERTIAN
KEUANGAN NEGARA: Adalah semua Hak dan Kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang;
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
barang yang dapat dijadikan milik negara;
berhubung dengan pelaksanaan dan kewajiban
tersebut. (UU Keuangan Negara No.17/2003)

APBN: Rencana Keuangan Tahunan Pemerintahan Negara yang


disetujui DPR.(UU Keuangan Negara No.17/2003)

PERBENDAHARAAN NEGARA:
Adalah Pengelolaan & Pertanggungjawaban Keuangan Negara,
termasuk investasi & Kekayaan yang dipisahkan yang ditetapkan
dalam APBN/APBD. (UU Perbendaharaan Negara No.1/2004)
SUMBER –SUMBER HUKUM KEUANGAN NEGARA
A. KONSTITUSIONAL: Pasal 23 UUD'45 (Amandemen)
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
1. UU Keuangan Negara No.17/2003
2. UU Perbendaharaan Negara No.1/2004
3. UU APBN
4. Keppres Pelaksanaan APBN No.42/2002
5. Keppres Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
No.80/2003.
6. UU Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Negara No.15/2004
7. UU BUMN No.19/2003
8. UU Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) No.25/2004
9. UU Otonomi Daerah No.32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah &
No.33/2004 tentang Perimbangan antara Pusat dan Pemerintahan
Daerah.
HUBUNGAN ANGGARAN DAN KEDAULATAN

Menurut RENE STOURUM, mengambil dari buku VINCENT BROWN


“ The Control Of The Public Budget”
Bahwa pada dasarnya anggaran itu adalah didasarkan pada
“KEDAULATAN” (Sovereignty).
Jadi siapa yang memegang kedaulatan dialah yang menetapkan
Anggaran.
PENGERTIAN/MAKNA ANGGARAN NEGARA
DALAM PERKEMBANGANNYA

I. MAKNA ANGGARAN NEGARA DALAM PENGERTIAN ADMINISTRATIF


II. MAKNA ANGGARAN NEGARA DARI SUDUT KONSTITUSI
III. MAKNA ANGGARAN DARI SUDUT UU & PERATURAN PELAKSANAANNYA
IV. MAKNA ANGGARAN DARI SUDUT HTN
V. MAKNA ANGGARAN DARI SUDUT HAN
AZAS-AZAS ANGGARAN YANG TERKANDUNG DALAM PASAL 23 UUD'45
AYAT (1)

1. AZAS PERIODIK (BERKALA)


2. AZAS TERBUKA (TRANSPARAN)
3. AZAS KEDAULATAN

AZAS-AZAS ANGGARAN YANG TERKANDUNG DALAM PASAL 23 UUD'45


AYAT (2)
1. AZAS SPESIFIKASI
MENGKRITISI UUD'45 AMANDEMEN PASAL 23

DARI SEGI SISTEMATIKA


•Sebelum amandemen Hal Keuangan hanya terdiri dari 1 BAB yaitu BAB VIII
•Setelah amandemen terdiri dari 2 BAB yaitu:
BAB VIII mengenai Hal Keuangan (terdiri dari 5 pasal)
BAB VIII A mengenai BPK (terdiri dari 3 pasal)
•Sebelum amandemen Pasal 23 terdiri dari 5 ayat
•Setelah amandemen pasal 23 terdiri dari 3 ayat
 Ayat (1): kata-kata “SEBAGAI WUJUD DARI PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA”, ini tidak benar/tidak tepat, karena APBN
bukan sebagai wujud pengelolaan saja, tapi lebih dari itu, yang utama
adalah sebagai perwujudan “KEDAULATAN RAKYAT”.
Hakekat anggaran; Bahwa pada dasarnya anggaran itu adalah
didasarkan pada “Kedaulatan”
Dengan demikian pasal 23 ini meremehkan hak bujet DPR (Rakyat)
sebagai pemegang kedaulatan.
Kata-kata “DILAKSANAKAN TERBUKA DAN BERTANGGUNGJAWAB”
Kata-kata ini lebih merupakan perumusan pidato politik belaka/klise bukan
bahasa prinsip-prinsip untuk suatu UU.
PRINSIP/ ASAS-ASAS PEMBUATAN ATAU PERUMUSAN SUATU UUD/UU
1. Harus mencerminkan suatu keutuhan dari seluruh peraturan per-uu-an
yang ada. Bahwa RUU itu harus dapat mencakup seluruh lapangan &
jangan sampai ada bagian-bagian yang berada diluarnya.
2. Harus ekonomis (tidak bertele-tele), tidak perlu menggunakan kata-kata
yang rumit, tidak perlu diulang-ulang misalnya: tidak perlu kata-kata
“dilaksanakan secara terbuka”, padahal dengan kata “UU” saja sudah
menunjukkan suatu asas terbuka/diketahui rakyat. (Economische Denk
Gezets)
3. Harus menunjukkan pada filosofis/filsafat; Dalam hal ini filosofis
anggaran adalah kedaulatan.
4. Harus ada estetika bahasa yaitu dirumuskan secara etis/berseni, jadi
diformulasikan secara sederhana.
5. Bahwa sistematik dari RUU tidak boleh bertentangan satu sama lainnya
baik vertikal maupun horizontal.
6. Merumuskan UU harus bersifat “kedap air” artinya tidak bisa ditafsirkan
macam-macam, jadi harus dirumuskan secar ketat.

7. Bahwa RUU tersebut harus mencapai tujuannya (doelmatig)

Berdasarkan UU berarti cukup dengan 1 UU kemudian dr situ


dibuat UU lainnya

Diatur dengan UU setiap jenis pajak dibuat dg UU


Untuk memberlakukan suatu peraturan per-uu-an perlu
diperhitungkan dinamika masyarakat agar ia selalu sejalan
dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat. Dalam
kaitannya dengan pertimbangan humanitair tersebut di atas
kiranya perlu dilihat:
a. Apakah peraturan per-uu-an tersebut dibuat oleh
lembaga /badan yang berwenang untuk itu (Juridische
Gelding);
b. Apakah peraturan per-uu-an tersebut akan dianut atau
dipatuhi masyarakat (sosiologische Gelding);
c. Apakah peraturan per-uu-an tersebut meskipun dipatuhi
oleh masyarakat, tidaklah bertentangan dengan HAM
(Philosofische Gelding)
 Ayat (2): RUU APBN diajukan oleh Presiden “Untuk dibahas bersama
DPR”, dengan memperhatikan pertimbangan DPD”.
Kata-kata ini tidak perlu (tidak ekonomis/bertele-tele) , karena
pembuatan UU sudah tentu oleh Presiden & DPR, dan pasti
dibahas tidak mungkin hanya ditaruh di laci.
Eksistensi DPD, dalam hal ini hanya dimintakan perhatiannya
saja, tidak mengikat. Timbul masalah pada waktu
mengantarkan RUU APBN & Nota keuangan, apakah juga terkait
dengan DPD? Apakah DPD diundang oleh DPR atau termasuk
yang mengundang Presiden?
Timbul konflik antara DPD & DPR, MK minta advise dr Prof
Arifin. Dari segi hukum hak bujet DPR lah yang punya hak.
Jadi yg mengundang Presiden & DPD adl DPR, krn DPR yg
mempunyai kedaulatan.
Bahkan terjadi ada DPD mengundang Presiden. Kalau ditinjau
dari sgi Demokrasi DPD yg mempunyai perwakilan Rakyat
langsung sednag DPR dipilih oleh Partai.
Untuk tidak menimbulkan ketegangan DPR & DPD masing-
masing mengundang Presiden.
 Ayat (3): Apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang
diusulkan Presiden; Pemerintah menjalankan
APBN tahun yang lalu.
Ayat (3) ini belum memberikan solusi terhadap kemungkinan
penggunaan anggaran tahun lalu.
Latar belakang terjadinya ayat ini dapat dilihat buku Moh
Yamin, dengan judul “NASKAH PERSIAPAN UUD'45.

Masih ayat (3),Kata-kata “Diusulkan oleh


Presiden, Pemerintah menjalankan …dst”.
Penambahan kata-kata Presiden tidak perlu,
karena berbicara presiden berarti berbicara pemerintah.
Pasal 23 A: “Pungutan lain yang bersifat memaksa “.
Pasal ini tidak jelas maksudnya apa, mungkin dalam hal
pemerintah membutuhkan uang yang bersifat memaksa.
 Pasal 23 C: “Hal Lain mengenai Keuangan Negara diatur dengan UU”
Undang-undang dimaksud adalah UU Keuangan Negara
No.17 tahun 2003, UU Perbendaharaan Negara No.1
tahun 2004 & UU No.15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan &
Pertanggungjawaban Keuangan Negara.
Ketiga UU ini merupakan UU organik artinya UU yg
melaksanakan ketentuan UUD.
Pengertian Keuangan Negara semakin tidak jelas dalam
UU No.17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
Ada 3 pendapat mengenai pengertian Keuanagan Negara
ini.
 BAB VIII A: Mengenai BPK

PASAL 23 E: Sebelum diamandemen BPK diatur dal psl 23 ayat (5).


Yang menjadi pertanyaan Mengapa lembaga yang
penting ini dimuat dalam ayat, bukan dalam pasal atau
Bab tersendiri seperti DPR, MA, & Pemerintah.
Sekarang setelah amandemen diwujudkan dalam Bab
& pasal tersendiri.
Pasal 23 E ayat (1): “BPK bebas dan mandiri”, kata-
kata ini tidak perlu karena falsafah memeriksa itu
sudah bebas dan mandiri.
Namun dilihat dari isi pasal-pasal tsb terlihat bahwa
rumusan ini menjadi luas, dapat dilihat dari kalimat
Pasal 23 E ayat (1):“untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggungjawab Keuangan Negara…”.
Sebelum diamandemen BPK memeriksa
tanggungjawab KN saja. Sekarang BPK juga
memeriksa pengelolaan KN. Berarti BPK tidak
memeriksa secara Post Audit tetapi juga Pre Audit.
Pasal ini tidak logis . Bahwa BPK ini suatu lembaga negara
yang setara dgn DPR & Pemerintah, ini perlu diperhatikan
karena tugasnya penting tapi untuk hal-hal yang prinsipil saja
(makro strategis, bukan mikro teknis).
Kata-kata Pengelolaan & Pertanggungjawaban sama dengan
Ps 117 ayat (1) IS yaitu Beheer en Verantwoording, jadi Ps
23 E UUD'45 amandemen merupakan terjemahan IS.
Penggabungan ini merupakan penyimpangan prinsip
akuntansi & bisa menimbulkan KKN.
Pengelolaan seharusnya dilakukan oleh Internal Auditor (
merupakan alat pemerintah dan bersifat Pre Audit). Sedang
BPK merupakan Eksternal Auditor dan bersifat Post Audit.
Seharusnya BPK memeriksa hasil audit BPKP, BPKP
memeriksa hasil audit Departemen & Bawasda (Provinsi,
Kabupaten, Kota). Kalau ada indikasi tidak beres di
departemen baru BPK dapat mengaudit Departemen yang
bermasalah tadi.
BPK tidak jelas bertanggungjawab kepada siapa dan tidak
jelas BPK diperiksa oleh siapa.
Pasal 7 ICW menyebutkan Bendaharawan wajib melaporkan
kepada BPK. Dulu jumlah Bendaharawan hanya 200 orang
sekarang 3000 orang bagaimana BPK bisa memeriksa
bendaharawan sebanyak itu.
Di USA BPK nya yaitu GAO (General Accounting
Office). Merupakan alat konggres (parlemen)
tentang pelaksanaan & pertanggungjawaban
Anggaran.
Sekarang tidak lagi melakukan Voucher Audit
(Bon-bon atau kwitansi-kwitansi kecil) tapi
sudah melakukan Evaluasi Program (Makro
Strategis).
BPK masih menggunakan ARK zaman Hindia Belanda. ARK
alat pemerintah Belanda untuk memeriksa anggaran Gubernur
Jenderal Hindia Belanda, ini diatur dalam ICW. Jadi ARK
masih bersifat eksekutif (alat pemerintah), berbeda dengan
BPK yang merupakan lembaga yang mandiri.
Mengenai Bendaharawan UU No.17 tahun 2003 mengadopsi
dari Ps 77 ICW (BPK memeriksa pelaksanaan & Pertanggungjawaban
Anggaran. Pasal 35 ayat (2) UU KN tsb mewajibkan BDH melaporkan
ke BPK.
Bendaharawan sekarang sudah 3000 org. Pasal ini tidak cocok untuk
sekarang, kalau zaman Hindia Belanda BPK alat pemerintah dan BDH
dulu hanya 200 orang. Akibatnya BPK sekarang jadi gudang arsip.

UU Keuangan Negara ini tidak membedakan uang negara dengan


uang swasta.
Pasal 2 i : “Kekayaan pihak lain yang diperoleh dg menggunakan
fasilitas yang diberikan pemerintah adalah Keuangan
Negara.
Saham Pemerintah di PT bukan lagi termasuk uang negara lagi
statusnya. Demikian pula dengan BLBI sudah keluar dari kas negara.
Menurut logika Hukum bukan Uang Publik.
UU No.17/2003 dan pasal 23 E UUD'45 amandemen berkeinginan
BPK memeriksa pengelolaan KN juga.
Karena BPK kekurangan pegawai akuntan negara lalu mensub
kontrakkan lagi kepada Akuntan swasta (Akunta Publik), maka ini dapat
terjadi KKN.
Perusahaan swasta untuk memeriksa keuangannya biasanya dengan
tender yaitu caranya beberapa akuntan publik mengajukan tender.
Sekarang bisa saja langsung minta ke BPK, karena dalam UU KN
sekarang tidak jelas mana uang negara dan mana uang swasta.
UUD amandemen ini tidak benar, artinya dia tidak melihat kondisi yang
akan berlaku saat ini.
Pasal 23 E ayat (2):Hasil Pemeriksaan BPK diserahkan kepada
DPR/D, dan DPD…..”
Dengan demikian pemeriksaan Keuangan oleh BPK tidak
melaksanakan Era Otonomi Daerah yang sudah ada keuangan daerah
sendiri.
Jadi harusnya BPK melaporkan kepada DPR saja.
APBD tidak perlu diperiksa oleh BPK sesuai UU No.32 /2004 dan UU
No.33/2004 tentang OTDA. Ini menunjukkan masih sentralistik dan
bertentangan dengan OTDA.
UU 17/2003 Tidak dijelaskan mana Keuangan Negara dan mana
Keuangan Daerah, keuangan BUMN/D sehingga terjadi campur aduk. Tejadi
campur aduk uang privat dan uang publik.
Pasal 23 F: “Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperthatikan
pertimbangan DPD & diresmikan oleh Presiden”
Harusnya 'Ditetapkan”, karena kalau “Diresmikan” biasanya untuk
gedung. Mungkin ini takut kalau ditetapkan oleh presiden seolah-
olah ia alat Presiden (kekhawatiran BPK tunduk pada presiden).
Sedang dalam BAB IX mengenai Kekuasaan Kehakiman Anngota
MA ditetapkan oleh presiden. Bila dibandingkan dengan anggota
BPK yang diresmikan ini jelas inkonsisten dalam membuat suatu
UUD.
Anggota MA lebih tinggi dari anggota BPK, karena Anggota MA
merupakan pilar dari salah satu TRIAS POLITICA yaitu Yudikatif,
sedang BPK tidak.
Pasal 23G: “BPK mempunyai perwakilan di Derah”
Inikan masalah Politik, harusnya ditingkat Pusat saja. Pasal 23 G
bertentangan dengan semangat Otonomi Daerah.
Otonomi Daerah dalam hal ini adanya penyerahan urusan kepada daerah.
Diserahkan Tidak dapat dicabut kembali oleh yang menyerahkan.
Dikuasakan Dapat dicabut oleh yang memberi kuasa.
Di daerah sudah ada BAWASDA.
DPR saja tidak ada perwakilan di daerah. Kalau BPKP boleh mempunyai
perwakilan di daerah.

Karena UU 17/2003 tidak ada batas antara uang negara dan uang perusahaan
dan uang daerah maka dalam kasus uang Indonesia (LC) dibekukan oleh
USA, pertamina mengatakan bahwa uang tsb bukan uang pertamina tapi uang
negara. Kalau uang negara seharusnya tidak dapat disita.
Pasal 65 ICW menyebutkan: “Tentang larangan menyita uang, barang-barang
milik negara (tidak boleh disita).
Oleh karena itu menurut hukum di Indonesia bahwa uang tersebut tidak boleh
disita. Tapi dengan adanya UU No.17/2003 yang tidak jelas batasan keuangan
negara. Uang Pertamina dibilang uang negara, padahal itu bukan uang negara
lagi. Jadi yang dibekukan USA bukan uang negara tapi uang perusahaan
pertamina.
Rumusan UUD 1945 (Perubahan ke-3 dan ke-4) yg menjadi dasar undang-
undang yg mengatur tentang keuangan negara yaitu (UU no.17/2003, UU
No.1/2004, UU No. 15/2004 ttg Pemeriksaan pengelolalan dan tanggung
jawab Keuangan Negara, UU No.15/2006 ttg BPK, tidak secara utuh
bahasannya baik dr sudut HTN maupun dr sudut HAN,

dimana antara kedua cabang ilmu hukum itu mesti dapat dibedakan tetapi
tidak dapat diberlakukan terpisah/terlepas satu sama lain. Hal ini yg tdk
dipahami oleh pembuat perubahan UUD 19445.

Karena seperti yg dikatakan Oppenheim: “Staatsrecht zonder


Administratiefrecht is vleugel lam. en Administratiefrechts zonder Staatsrecht
is vleugel vrij”
HTN tanpa HAN akan lumpuh, sebaliknya HAN tanpa HTN akan bebas
sebebas bebasnya, sehingga sukar untuk dikendalikan (wildegroet).

Inilah kekisruhan hukum yg berkembang pd wkt ini yg tdk membedakan


secara yuridis prinsipil dan konsekuensi antara hukum publik dan hukum
privat, serta sifat interdependensi antar HTN dan HAN.
BADAN HUKUM KAITANNYA DENGAN KEUANGAN NEGARA

Mempelajari Keuangan Negara tidak lepas dari Badan Hukum.


Badan Hukum dianggap sebagai Subjek Hukum.
Unsurnya harus ada (syarat-syarat suatu Badan Hukum /
Rechts Persoon) :
1.Adanya harta kekayaan yg terpisah
2.Mempunyai tujuan tertentu
3.Mempunyai kepentingan yg stabil (jk wkt pjg)
4.Adanya organisasi yg teratur.
ANEKA BADAN HUKUM
PENGGOLONGAN BADAN HUKUM
1. Menurut Macam-macamnya
2. Menurut Jenis-jenisnya dan
3. Menurut Sifatnya
Ad 1.Pembagian Badan Hukum Menurut Macam-macamnya:
a. Badan Hukum Orisinil (Murni/Asli), yaitu Negara, contoh RI berdiri
pd tgl 17 Agustus 1945. Bukan karena diadakan berdasarkan Pasal
1653 KUHPerdata (Sbg Landasan Badan HK di IND), & bukan
karena penyerahan kedaulatan, tapi terjadinya karena proklamasi
(berdasarkan hukum eksistensi).
b. Badan Hukum yang Tidak Orisinil, Tidak Murni/Tidak Asli), yaitu
badan-badan hukum yang berwujud sbg perkumpulan berdasarkan
pasal 1653 KUHPerdata. Menurut pasl ini ada 4 jenis badan hukum:
a) Badan hukum yang diadakan/didirikan oleh kekuasaan umum.
Contoh: provinsi, kotapraja, bank-bank yang didrikan oleh
negara dg UU.
Badan hukum yang diperkenankan karena diizinkan
c)

d)Badan hukum yang didirikan untuk suatu maksud atau


tujuan tetentu.

Badan hukum c) & d) dinamakan pula badan hukum dengan konstruksi


keperdataan. contohnya seperti Parpol dan PT

Ad 2.Pembagian Badan Hukum Menurut Jenis-Jenisnya:


a. Badan Hukum Publik
Negara RI satu-satunya cth dr badan hukum yag sebenarnya
(orisinil), beda dengan badan hukum Hindia Belanda yg dibentuk
oleh Raja Belanda dalam ICW. Ada juga badan hukum publik yg
diadakan oleh kekuasaan umum (pemerintah/negara) bukan
berdasarkan hukum eksistensi, cth: daerah, kota, kabupaten.
b.Badan Hukum Perdata

Terjadi karena kehendak dari orang-perorangan,


contoh: PT, yayasan,Koperasi. Namun badan hukum
publik dapat juga mendirikan suatu badan hukum
keperdataan, misalnya negara RI mendirikan yayasan-
yasan,PT-PT negara dll, bahkan daerah otonom dpt
mendirikan bank-bank daerah.

Untuk membedakan Badan hukum Publik & Badan HukumPerdata:


a) Dilihat dari cara pendiriannya: apakah diadakan dengan konstruksi hukum
publik yaitu didirikan oleh penguasa (negara), dengan undang-undang atau
dengan peraturan-peraturan lainnya.
b) Dilihat dari lingkungan kerjanya, yaitu apakah dalam melaksanakan
tugasnya badan hukum itu pd umumnya dg umum(publik) melakukan
perbuatan-perbuatan hukum perdata, artinya bertindak dengan kedudukan
yg sama dg umum atau tidak. Kalau tidak maka badan hukum itu
merupakan badan hukum publik.
c) Mengenai wewenangnya apakah badan hukum tsb oleh penguasa diberikan
wewenang untuk membuat keputusan atau peraturan yg mengikat umum,
Jika ke-3 kriteria (unsur) itu terdapat pd badan (badan hukum),
maka ia dpt disebut badan hukum publik.

Ad 3. Pembagian Badan Hukum menurut Sifatnya


Ada 2 macam,yaitu:
a.Korporasi: merupakan badan hukum yg beranggota.
b.Yayasan: tidak ada anggota, yg ada hanya pengurus.
Negara Sebagai Badan Hukum Sui Generis

Negara sbg pendukung Hak dan Kewajiban hukum adalah Badan Hukum dan
mutatis mutandis sebagai subjek hukum. Pemerintah bukan subjek hukum, ia
hanya sekedar alat dari subjek hukum badan hukum negara yg dalam
melaksanakan pemerintahannya ia bertindak untuk dan atas nama negara.
Demikian pula Pemerintah Daerah ia adalah alat dari badan hukum daerah,
sama halnya dg Direksi dan Komisaris PT termasuk BUMN/D bukan
merupakan subjek hukum yg dpt bertindak utk dan atas nama dirinya sendiri.

Berbeda dg Badan Hukum Negara/Daerah, BUMN (Persero) bukan


merupakan Badan Hukum Sui Generis, sehingga ia tdk dpt melakukan
tindakan hk publik yg bersifat mengikat umum maupun tidak.

Negara /Daerah dalam melakukan tindakan hukum selain dapat melakukan


tindakan hk publik ia pun dpt melakukan tindakan hk perdata.
Dlm melakukan tindakan hk perdata ia sepenuhnya tunduk pd norma2 hk
perdata, dan dlm kedudukan hk perdata ia kehilangan imunitas publiknya
sehingga dlm hal berperkara ia dapat digugat atau menggugat di hadapan PN
sama halnya dg anggota masyarakat biasa. (Hubungan hknya dlm hal ini
bersifat Horizontal, bukan vertikal sebagaimana halnya hub hk antara
penguasa dg anggota masyarakat).
Di Dalam Negara Melakukan Perbuatan Hukum, Dilihat Melakukan Perbuatan
PUBLIK atau PERDATA

•Kalau dia melakukan tindakan -Kalau dia melakukan tidakan


hukum Publik di dalamnya ada unsur Hukum Perdata di dalamnya
TUGAS & WEWENANG
(Taak en Bevoegheid) ada unsur HAK & KEWAJIBAN

Hubungan Hukum disini Hubungan Hukum bersifat


Hubungan Vertikal antara Penguasa Horizontal (Setara/sejajar)
Dg Anggota Masyarakat (Subordinatif) dg Anggota Masyarakat
(Koordinatif).

Bisa mengeluarkan Keputusan tdk bs mengeluarkan peraturan,


& peraturan yg mengikat maupun yg tdk Tunduk pd Pasal 1320.
Mengikat.
TEORI SIBERNETIK TRANSFORMASISATATUS & FUNGSI

•Utk Pemisahan keuangan (Penyertaan Modal ke Perusahaan BUMN/D) harus


dibuatkan PP atau Perda dari APBN/APBD.
•Transformasi keuangan j merubah fungsi pemerintah ke fungsi mencari untung.
•Kedudukan Hk = kedudukan Hk Pemegang Saham lainnya.
•Negara dirugikan sebagai Subjek Hk Perdata Sui Generis
•Kalo PT dipailitkan , Maka Negara tdk Pailit.
•Seandainya Persero Rugi Negara tidak Rugi (Negara tdk menanggung
Kerugian).
•Kalo” PT Bangkrut Negara tdk bangkrut.

•PT Bank Bukopin mengalami kredit macet, menurut kejagung PT Bank Bukopin
telah ada kerugian Negara. Kerugian Negara (sbg sbj hk pdt ) , yg dipisahkan
saham negara sebesar hanya 30%.

Dilihat dr status kedudukan Negara sebagai Pemegang Saham tidak sama


dengan dia sebagai Penguasa.
Dilihat dari fungsi Keuangan Negara utk Tujuan bernegara, Keuangan PT utk
tujuan Komersil.
Rechts Gebied Mempunyai lingkungan kuasa
(Lingkungan kuasa HK) Hk sendiri berbeda kuasa
Ajaran Lingkup laku hukum Neg/daerah dg Privat
(Gebiedsleer) Ruimtete Gebied Merupakan bts ruang atr Bd
Dlm Memahami Hk satu dg Bd HK lainnya.
Rechts Persoon Tijds Gebied Jangka waktu panjang/stabil
Dengan kerangka berpikir seperti ini baru kita dapat mendefinisikan yang
mana Keuangan; Daerah, Negara (sbg Badan Hukum Publik) & Perusahaan
(sbg Badan Hukum Privat) dengan baik.
Badan Hukum kaitannya dg Keuangan Negara:
KN KD K.BUMN K.BUMD K.Badan Layanan Umum
(Perjan), bukan Perusahaan
tp bagian dari deprtemen yg
melakukan pelayanan sosial

BADAN HUKUM
Mempunyai Hak & Kewajiban
Sampai saat ini pengertian Keuangan Negara belum terdapat pengertian yang
tepat, sehingga masih dapat diperdebatkan.
Hal ini menunjukkan betapa sulitnya merumuskan pengertian Keuangan
negara. UUD'45 sampai saat ini tidak memberi ruang yang cukup bagi
menjawab para penyelenggara negara dalam melaksanakan fungsinya
dibidang keuangan negara.
NEGARA Meskipun sama-sama Badan Hukum publik, namun tata cara
DAERAH pengelolaan & peranggungjawabannya berbeda.
PERUM
PERSERO Pengelolaan & Pertanggungjawabannya diatur tersendiri pula
Perlu dicari jalan keluar yang dapat memberi arti yg lebih luas sehingga
pengertian Keuangan tidak saja meliputi keuangan yg bersumber pd APBN,
APBD tetapi meliputi pengertian keuangan milik perusahaan BUMN/D.
Dlm literatur Hukum Anglo Saxon, keuangan yg meliputi keuangan yg berasal
dr APBN,APBD dan state Owned Company (BUMN/D) disebut PUBLIC
FINANCE (KUANGAN PUBLIK).
Jadi Pengertian Keuangan Negara itu hanya APBN saja, sedang
Persoalan Hukum pada umumnya bisa dibagi dalam :(oleh Logemann)
1. PERSOONSLEER (Persoalan Kepribadian)
yang meliputi hak & kemampuan bertindak dalam lalu lintas
hukum (Rechts & Handelingsbevoogheid)
2. GEBIEDSLEER (persoalan Lingkungan Kekuasaan)
yang membatasi lingkungan hukum (geldingsfeer van het
recht) yang terdiri dari:
a) TIJDSGEBIED: yakni mengenai waktu yg menimbulkan
hukum antara waktu (Intemperaal-recht), yg penting artinya
bagi persoalan hukum peralihan (Overgangsrecht):
Peralihan dr Norma lama ke Norma Baru (Lex Posteriori legi
Priori). Norma lama tdk hilang tp tergantung kasus tertentu.
b) GRONDGEBIED / RUIMTEGEBIED
Yakni yg mengenai Ruang/wilayah/ batas; kedaulatan
dibatasi ol hk int, ke dlm olh konstitusi.
c) PERSONENGEBIED:
yakni mengenai orang/Klp orang/Badan Hukum: suatu
Merumuskan pengertian Keuangan Negara, tidak cukup hanya sekedar merinci
kriteria yg dianggap mewakili pengertian saja, akan tetapi hendaknya selalu
dikaitkan dengan implikasi KONSEKUENSI LINGKUNGAN KUASA HUKUM
(RECHTSGEBIED) yg berlaku bagi setiap sbj hk termasuk didlmnya Badan HK
baik pbl maupun pdt. Msg-msg sbj hk berbeda secara yuridis teoritis
lingkungan kuasa hukumnya.
TIJDSGEBIED (Jangka Waktu)
RECHTSGEBIED
Lingkungan Kuasa Hukum RUIMTEGEBIED (Wilayah/Ruang)
Meliputi: PERSONENGROUP (Kelompok org termasuk
Badan Hukum).
Menjadi Batas asas keberlakuan &
Pelaksanaan Norma Hukum yg pasti, sehingga tdk mungkin, tdk membedakan
mana yg dpt dikategorikan Keuangan Negara, Keuangan Daerah, maupun
Badan-badan Hk Pbl maupun Badan hukum Perdata lainnya.
MENGKRITISI UNDANG-UNDANG KEUANGAN NEGARA
Difinisi Keuangan Negara yg perlu dicermati
•Hak & Kewajiban Negara (sebagai sbj HK)
Negara sebagai sbj HK sangat unik, karena suatu saat ada
kemungkinan sebagai Badan Hukum Publik dan sebagai Badan
Hukum Privat. Oleh kerena itu disebut SUI GENERIS (Sifat
Keistimewaan). Pd saat yg sama bs melakukan
tindakan hk pbl & privat.
Ibarat mata uang nilainya sama walau gambarnya berbeda-
beda.
Misalnya:- Negara sebagai Badan Hukum Publik
mengeluarkan UU pajak & Retribusi
- Negara sebagai Badan Hukum Privat
negara membeli barang, artinya pd saat itu negara
tunduk pada Hk privat (terjadi kesepakatan antara
penjual & pembeli).
BH.Publik
Bd HK PBL SUIS GENERIS
BADAN BH Privat Pd saat yg sama bs
melakukan tindakan hk pbl
& privat.
HUKUM
Bd HK PRIVAT MURNI MONOLIET
tidak bisa melaksanakan
bd hk pbl (Membuat
Peraturan)

Di dalam UU KN No.17/2003 tidak jelas dibedakan mengenai badan hukum-


badan hukum ini. Hal ini diatur pula pada pasal 2 i; yang menyebutkan “kalau
ada swasta menerima fasilitas dari negara termasuk keuangan negara”.
Jadi dalam membuat Hukum positif hendaknya harus berdasarkan penelitian
akademik.
Harus ada pembedaan KN,KD & kapan uang sbg lingkup BH Privat. Kita tidak
menggunakan peraturan yg berlaku bagi perseroan, untuk diberlakukan
kepada negara atau sebaliknya.
ASAS UNIVERSALITAS
Mengharuskan setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh
dalam dokumen anggaran.
Cth:Pajak harus masuk kas negara dulu, oleh karena
itu digunakan sistem pembukuan Bruto.
Pembukuan perusahaan menggunakan sitem
pembukuan Neto, ini tdk mungkin dilakukan untuk negara.
Stelsel Kas: Pembukuan dilakukan pd saat uang diterima.
Mengenai kekayaan yg dipisahkan, pd waktu dipisahkan harus diatur
dengan PP.
UU KN tidak sama dengan KD
Negara sbg Badan Hukum ditentukan oleh UUD.
Badan Hukum Privat sbg Badan Hukum ditentukan oleh Notaris.
GELDINGS THEORIE (TEORI TTG PEMBERLAKUAN HUKUM)

1. PHILOSOFISCHE GELDING
2. YURIDISCHE GELDING
3. SOSIOLOGISCHE
Ad 1. Hal berlakunya secara filosofis, artinya bahwa kaedah hukum tersebut
sesuai dengan cita-cita hukum (Rechtsidee) sebagai nilai positif yang
tertinggi, misalnya dalam Pancasila mempunyai tujuan mencapai
Masyarakat Adil dan Makmur.
Ad 2. Hal berlakunya secara yuridis, artinya bahwa kaedah hukum tersebut
berlaku apabila penentuannya berdasarkan kaedah yang lebih tinggi
dan terbentu menurut cara yang telah ditetapkan.
Ad 3. Hal berlakunya secara sosiologis, artinya bahwa dalam membuat suatu
peraturan harus diperhatikan apakah peraturan tersebut dapat
dilaksanakan atau tidak, dapat diterima masyarakat atau tidak.
TINDAKAN HUKUM (RECHTS HANDELING)

AKAN MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM (RECHTS GEVOLG)

AKAN MENIMBULKAN FAKTA HUKUM (RECHTSFEIT)

Negara melakukan perbuatan hukum yg menimbulkan akibat


transformasi hukum, & faktanya uang negara sudah
menjadi uang privat.

Sebaliknya uang yang dibayar badan hukum privat masuk ke


kas negara menjadi uang negara, maka ketentuan privat tdk
berlaku.
TRANSFORMASI
STATUS HUKUM UANG
NEGARA - MENJADI Laba usaha kena pajak
UANG PRIVAT
Masuk ke kas negara Maka tunduk kpd
ketentuan Keu Negara
NEGARA
PERSERO
BADAN HK PBL
BADAN HK PRIVAT
KEUANGAN NEGARA
SITEM AKRUAL
UU KN
UU PERBDH UU NO 1/95
UUAPBN Saham
Keppres 72/2004 Milik
Keppres 80/2003 swasta
Saham
ASAS UNIVERSALITAS Milik
SISTEM BRUTO
SITEM KAS swasta

Penyertaan modal pemerintah menjadi uang


swasta tunduk pada ketentuan privat
Kedudukam hukum Negara ketika ia memisahkan kekayaannya pada BUMN
(Persero) msh dlm kedudukan yuridis sbg sbj hk publik, krn ia sesuai dg Pasal 4 ayat
(3) UU No.19 Thn 2003 ttg BUMN mengatakan sbb”
“Setiap penyertaan Modal Negara dlm rangka pendirian BUMN atau Perseroan Terbatas yg dananya berasal dr
APBN ditetapkan dg PP”.

PP hanya dpt ditetapkan oleh Negara sbg badan hk pblk yg tdk dimiliki oleh negara
dlm statusnya sbg bdn hk privat

Adapun pengertian memisahkan kekayaan negara berdasarkan penjelasan Pasal 4


ayat b(1) UU No.19/2003 adl sbb”
“Yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dr
APBN utk dijadikan penyertaan modal negara pd BUMN utk selanjutnya
pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pd prinsip-prinsip perusahaan yg
sehat.”.

Ketentuan di atas diperkuat lagi dg dikeluarkannya Fatwa MA No.


WKMA/Yud/20/VIII/2006, yg intinya mengacu pd penjelasan Pasal 4 ayat (1) UU
No.19/2003, mengatakan bhw keuangan BUMN (Persero) bkn lg merup keuangan
Neg sehingga pengelolaan dan pertanggungjawabannya tdk lg di dasarkan sistem
APBN.
Demikian pula Piutang Bank BUMN bkn merup piutang neg sehingga
penyelesaiannya tdk dpt dilakukan melalui mekanisme UU No. 49/prp/1960 ttg Panitia
Urusan Piutang Negara (PUPN).
Ini merupakan bukti yuridis, bhwa pengertian kekayaan neg yg dipisahkan tdk lg
berstatus keuangan negara, akan tetapi berstatus hk keuangan badan hk lain yg
berstatus hk BUMN (persero).sehingga pengellolaan dan pertanggungjawabannya
dilakukan seperti halnya perusahaan swasta biasa yg sehat. Hal serupa berlaku pula
bg kekayaan daerah yg dipisahkan pd BUMD.

Negara dirugikan dg ketentuan UU KN Pasal 2 huruf (g) (Resiko fiskal), bankrutnya


Persero mash dianggap KN.
PT BUMN PT
(12 Peraturan) (3 Peraturan)

•Bgm BUMN bisa maju dibebani -UU PT


Peraturan begitu banyak -UU BI
•Bertentangan dg Ps 28 UUD -UU Pasar Modal

•Tidak ada Kepastian Hk.


•BUMN ini dirugikan
•Sudah patut BUMN ini mereview UU KN
•Namun ternyata BUMN tdk cukup berani.
•Ada yg menyatakan kalo BUMN dibikin PT biasa akan menimbulkan Moral Hazard
TRANSFORMASI
STATUS HUKUM KN
MENJADI KD Transfer Dana:
DAU,DAK,PBB,BPHTB,DANA
PEMBANTUAN,DANA
DEKONSENTRASI,DLL

DAERAH SBG BADAN


NEGARA SEBAGAI BADAN
HUKUM PUBLIK
HUKUM PUBLIK

KEUANGAN DAERAH
KEUANGAN NEGARA
PP 105/2000 JO PP 106/2000
UU 17/2003 JO UU 1/2004 TTG PENGELOLAAN &
PERTANGGUNGJAWABAN
JO 15/2004
UU APBN ASAS UNIVERSALITAS,

ASAS UNIVERSALITAS ASAS INKOMPATIBEL

ASAS INKOMPATIBEL ASAS KAS

ASAS KAS/AKRUAL Pertanggungjawaban Dana


Dekonsentrasi, Dana
Pembantuan
SIKLUS ANGGARAN NEGARA

DIMULAI DILAKSANAKAN DIAKHIRI

UUD 1945 UUD'45 UU KN


UU KN UU KN UU Perbendaharaan
UU APBN UU APBN UU PAN & UU PPPKN
Setiap tahun Perpres APBN & PP21/03

UU Perbendaharaan Perhitu Pertanggung


Peren Pemba Pengesa ngan jawaban
canaan hasan han Pelaksanaan Pengawasan

Top Bottom Mixed


Down Up
3 SISTEM PERENCANAAN ANGGARAN NEGARA:
TOP DOWN (Dari Atas ke Bawah)
Pasal 13 UU Keuangan Negara
(1) Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal &
kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada DPR
selambat-lambatnya bulan Mei tahun berjalan.
(2) Pemerintah Pusat dan DPR membahas kerangka ekonomi makro &
pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat
dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN tahun anggaran
berikutnya.
(3) Berdasarkan kerangka ekonomi makro & pokok-pokok kebijakan
fiskal, Pemerintah Pusat bersama-sama DPR membahas kebijakan
umum & prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap
kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.
Pasal 10 PP21/2003 Ttg Penyusunan Rencana Kerja &Anggaran
Kementerian Negara & Lembaga.
(1) Menteri/Pimpinan Lembaga setelah menerima SE Menkeu ttg Pagu
sementara bagi masing-masing program pada pertengahan bulan
BOTTOM UP (Dari Bawah ke Atas)
Pasal 14 UU Keuangan Negara
(1) Dalam rangka penyusunan RAPBN, menteri/pimpinan lembaga
selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana
kerja & anggaran kementerian negara/lembaga (RKA-KL ) tahun
berikutnya.
(4) RKA tsb disampaikan kepada DPR untuk dibahas bersama dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBN.
(5) Hasil pembahasanan RKA disampaikan kpd Menkeu sebagai
bahan penyusunan RUU-APBN tahun berikutnya.
Pasal 9 PP 21/2003 Ttg RKA-KL
(1) kementerian Negara /Lembaga menyusun rencana kerja
kementerian Negara/Lembaga untuk tahun anggaran yg sedang
disusun dengan mengacu pada prioritas pembangunan nasional &
Pagu indikatif yg ditetapkan dalam SE Bersama Menteri
Perencanaan & Menkeu.
 Mixing (Campuran)
Pasal 9 jo Ps 10 PP 21/2003 Ttg RKA-KL
Dalam SE Bersama Menteri Perencanaan & Menkeu menetapkan
Pagu indikatif yang sifatnya nasional dan memberikannya kepada
Kmenterian &Lembaga, kemudian meminta Kementerian Negara & Lembaga
menyusun anggaran masing-masing berdasarkan pagu/plafon anggaran
nasional tsb di atas.
SKEMA SIKLUS ANGGARAN P.ALONS
PERENCANAAN KEKUASAAN LEGIS PELAKSANAAN UU OLEH KEKUASAAN
ANGGARAN LATIF EKSEKUTIF

RUU NOTA PENETAPAN PELAKSANAAN UU APBN


APBN KEUA RUU APBN ANGGARAN
NGAN
UU APBN Pengurusan Pengurusan &
PEME & Pertanggungjwb Pertanggunjwb
RINTAH Adm Perbendaha
UU PAN raan/BDH
Otorisasi/ Ordonansi/
Otorisator Ordonator Pengawasan
Hasil Pemeriksaan Pemerintah Oleh
+ RUU Pan diserahkan membuat PAN Itjen,BPK,BPKP
ke DPR
Tata cara penyelanggaraan keuangan neagara yang dijalankan di Indonesia
hingga sekarang menganut sistem administrasi keuangan yang terdiri dari 2
macam yaitu:
1. Pengurusan Umum, atau disebut juga pengurusan administratif
(Administratief Beheer).
2. Pengurusan Khusus, atau disebut juga pengurusan Bendaharawan
(Comtabel Beheer).
Ad.1.PENGURUSAN UMUM
Pengurusan Umum meliputi wewenang Otorisasi & wewenang
Ordonator. Wewenang ini ada pada Presiden & pejabat-pejabat tertentu
selaku penguasa keuangan negara. Tetapi oleh presiden kewenangan tsb
ia delegasikan kepada menteri-menterinya.
Wewenang otorisasi dapat didelegasikan kepada semua menteri. Karena
wewenang otorisasi adalah wewenang untuk membuat suatu keputusan yg
dapt menyebabkan suatu penerimaan dan atau pengeluaran keuangan
negara. Oleh menteri ybs wewenang ini dapat dilegasikan lagi kepada
pejabat-pejabat yg lebih rendah. Demikian seterusnya ke bawah sampai
kepada suatu tingkat tertentu (kepala kantor atau yg setingkat).
KEWENANGAN OTORISASI: Kewenangan untuk mengambil keputusan yang
dapat mengakibatkan uang negara berkurang
atau bertambah.
Otorisasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam:
a. Otorisasi umum: otorisasi yang lazimnya berbentuk peraturan umum
contohnya:Peraturan pensiun,UU Pajak, Peraturan Gaji Pegawai Sipil
(PGPS). Melalui ototrisasi umum uang negara keluar secara tidak langsung.
PGPS jika dibawa ke kas negara tidak akan memperoleh pembayaran
karena hanya dapat dilakukan jika sudah ada otorisasi khusus.
a. Otorisasi Khusus: yg berbentuk surat Keputusan (SK) yg khususnya
mengikat orang/pihak tertentu, misalnya SK Pegawai Negeri & Otorisasi
untuk proyek. Melalui otorisasi khusus uang negara keluar secara
langsung.

Pejabat yg berwenang menjalankan tindakan sebagai otorisator:


1. Presiden sesuai dengan 4(1) UUD'45 jo Ps 6 UU Keuangan Negara
2. Semua menteri yg menguasai anggaran negara karena adanya pelimpahan
kewenangan dari Presiden (Ps 6 (2) ).
3. Pejabat lain yg disebabkan karena adanya penunjukan resmi.
Sedang wewenang ordonator hanya dapat didelegasikan kepada Menkeu.
Karena wewenang Ordonator adalah wewenang:
• Menerapkan UUU & peraturan-peraturan dalam bidang perbendaharaan;
•Melakukan penyaluran pembiayaan atas beban anggaran belanja negara &
pembayaran-pembayaran lainnya;
• Melakukan pemeriksaan & pengujian untuk kemudian menerbitkan SPM
(Surat Perintah Membayar Uang) mengenai piutang-piutang ats beban
anggaran belanja negar.
Dalam praktek wewenang ordonator ini dilakukan oleh Kantor
Perbendaharaan & Kas Negara (KPKN) melalu pejabatnya yg berwenang
menerbitkan & menandatangani suatu SPM langsung atas nama Menkeu.

KEWENANGAN ORDONANSI:Kekuasaan untuk menetapkan kuasa bayar


atau menguji kebenaran pembayaran maupun
penerimaan uang negara.
Ordonator pengeluaran dalam hal ini adalah Menkeu & sebagai pelaksana
adalah DJA & untuk wilayah KPKN.
Ordonator penerimaan negara adalah semua menteri yg menguasai
pendapatan negara (PNBP).
Ad.2.PENGURUSAN KHUSUS
ADALAH:Pengurusan yg dilakukan oleh orang/badan/pejabat/pegawai
negeri yg mendapat penugasan khusus dari pihak negara. Tugas khusus
itu adalah tugas yang terbatas hanya pada:
• Menerima
• Menyimpan
• Membayar atau mengeluarkan uang atau barang, serta
• Memberikan perhitungan atau pertanggungjawaban kepada instansi yg
berwenang (BPK) ats pelaksanaan tugasnya.

Bendaharawan yg berbentuk perorangan misalnya bendaharawan gaji/proyek


suatu kantor/instansi. Yang berbentuk badan misalnya BI.

Bendaharawan dapat dibagi menjadi:


1. Bendaharawan Uang; yg dpt dibagi lagi menjadi:
• BDH Penerima: penerimaan non tax
• BDH Pengeluaran;
• BDH Umum;KPKN

2. Benadaharawan Barang
KEWENANGAN PERBENDAHARAAN: pelaksanaan pembayaran yang
dilakukan berdasarkan surat perintah Membayar
yang dikeluarkan oleh Ordonator.

Sedang dalam rangka OTDA maka kewenangan pengelolaan keuangan


negara ini (pengurusan umum & khusus ini) diserahkan kepada
gubernur/bupati/walikota selaku kepala daerah untuk mengelola keuangan
daerah & mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yg
dipisahkan.

Kerugian Negara yang timbul karena kelalaian ataupun perbuatan melanggar


hukum yg dilkukan oleh Bendaharawan maka terjadi kekurangan kas (cash
tekort), atau dengan istilah lain disebut juga comtabel Tekort.
Tetapi apabila dilakukan oleh pejabat administrasi keuangan lainnya (Non
Bendahara) disebut Kerugian Negara.
SANKSI HUKUM dapat berupa:
•Pembayaran Ganti Rugi; untuk bendaharawan dilakukan dengan Tuntutan
Perbendaharaan (TP) oleh BPK; dan sedang
pembayaran Ganti-Rugi untuk pengurusan
Administrasi dilakukakan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Bupati/Wali Kota.
•Hukum Pidana
•Hukuman disiplin PNS
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN APBN
Perbedaan Pengawasan (Controlling) dan Pemeriksaan (Audit)
Pemeriksaan (menurut Sujamto): meliputi 4 jenis kegiatan:
1. Mengamati;
2. Menyelidiki atau mempelajari secara cermat dari sistematis obyek yg
diperiksa
3. Menilai & menguji kebenaran fakta & temuan
4. Membuat berita acara pemeriksaan.

Pengawasan: Keseluruhan kegiatannya ,merupakan suatu proses dimana


pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yg
dilakukan oleh bawahannya sesuai dg rencana, pemerintah atau tujuan
kebijaksanaan yg telah ditentukan.
Falsafah Pemeriksaan: Objektivitas
SISTEM ANGGARAN:
1. Sistem Kas (Kas Stelsel)
Yang dibukukan hanyalah tindakan-tindakan di dalam satu tahun, yg di
dalam satu tahun itu membawa akibat keluar-masuknya uang dari dan ke
dalam kas negara. Menurut stelsel ini suatu penerimaan benar-benar telah
diterima tunai dalam suatu periode tertentu, serta pengeluaran baru benar-
benar dianggap suatu pengeluaran apabila telah dibayar tunai dalam suatu
periode tertentu.
2. Sistem Akrual:
Yang dibukukan adalah penerimaan yang diakui pada waktu diperoleh
(walaupun belum tentu dibayar tunai pada saat itu) dan pengeluaran diakui
pada waktu terutang (bukan pada waktu dibayar/dikeluarkan).
3. Sistem Anggaran Tradisional; menitik beratkan pada pelaksanaan &
pengawasan anggaran saja tanpa memandang manfaat yg telah dicapai
atas pengeluaran tersebut.
4. Sistem Anggaran Performance Budgeting System (Hasil
Karya/penganggaran berbasis kinerja); sasaran anggaran pada fungsi,
kegiatan & proyek, menitik beratkan pada manfaat yg akan dicapai dari
ASAS-ASAS DALAM ANGGARAN:lihat UU Perbendaharaan)
1. Asas Tahunan
2. Asas Universalitas
3. Asas Kesatuan
4. Asas Spesialitas

Anda mungkin juga menyukai