Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM IPA TERAPAN

IPA TERAPAN DASAR 2

Disusun oleh :

Kelompok :2
Kelas : Pendidikan IPA D

Luky Nur Agustiningsih. (18312244006)

Fikri Nur Muhammad (18312244009)

Alfani Nabila ‘Izza (18312244020)

Muhammad Arya Sumbogo (18312244023)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
A. Judul
1. Alat Pemotong Gabus : Perubahan Energi Listrik Menjadi Panas
2. Motor Listrik : Pengubahan Energi Listrik Menjadi Motor

B. Tujuan
1. Praktikum 1 :
a. Menunjukkan perubahan energi listrik menjadi energi panas
2. Praktikum 2 :
a. Menjelaskan hubungan antara perubahan medan magnet dengan
terjadinya gaya gerak listrik induksi melalui percobaan.
b. Menjelaskan prinsip kerja motor listrik.

C. Dasar Teori
1. Energi
Menurut Astu (2013: 1), Energi adalah kemampuan untuk melakukan
kerja (energy is the capability for doing work). Energi merupakan besaran
yang kekal, artinya energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, tetapi
dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Satuan energi menurut
Satuan Internasional (SI) adalah joule. Sedangkan menurut Campbell, Reece,
& Mitchell (2002), energi adalah kemampuan untuk mengatur ulang suatu
kumpulan materi atau dengan kata lain, energi adalah kapasitas atau
kemampuan untuk melaksanakan kerja.

2. Energi listrik
Energi listrik adalah energi yang ditimbulkan oleh benda yang
bermuatan listrik. muatan listrik yang diam (statis) menimbulkan energi
potensial listrik, sedangkan muatan listrik yang bergerak (dinamis)
menimbulkan arus listrik dan energi magnet. arus listrik adalah banyaknya
muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. tegangan listrik adalah
perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik dan
dinyatakan dalam satuan volt (Kunlestiowati, 2018 : 35).
Jika energi listrik ditransmisikan pada tegangan V maka arus listrik
yang mengalir adalah I = P/V. Tampak bahwa arus listrik yang ditransmisikan
berbanding terbalik dengan tegangan transmisi (Mikrajuddin, 2017: 259).
Energi listrik yang terjadi pada kawat yang dialiri arus listrik dapat diubah
menjadi kalor. Energi listrik karena adanya beda potensial V pada kawat
sehingga mengalir arus i pada selang waktu t, adalah:
W(t) = Vit
Dimana W = energi listrik, V = tegangan listrik yang diberikan kawat, i = kuat
arus listrik yang mengalir pada kawat, t = waktu selama arus listrik mengalir
pada kawat (Nani, 2018).
Konversi energi merupakan kondisi fisis perubahan bentuk energi dari
satu bentuk menjadi bentuk yang lain. Salah satu contoh konversi energi
adalah energi listrik dapat berubah menjadi energi panas (kalor). Salah satu
alat untuk mengubah energi listrik menjadi kalor dilengkapi dengan elemen
pemanas, dialiri arus listrik, yaitu aliran elektron yang mengalir melalui
elemen pemanas, sehingga dapat mengubah energi listrik menjadi kalor
(Emma, 2013).

3. Energi panas
Agustina dan Tika (2013: 97) berpendapat bahwa energi panas atau
kalor adalah energi yang diterima oleh sebuah benda sehingga suhu benda itu
naik atau wujud benda berubah. Energi panas juga dapat diartikan sebagai
energi yang dilepaskan oleh suatu benda sehingga suhu benda itu turun atau
wujud benda berubah.
Energi panas disebut juga kalor. Douglas C. Giancoli (2001: 490) dan
Yosaphat Sumardi. et. al (2007: 8.17) mengatakan bahwa panas merupakan
energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena perbedaan
temperatur. Panas juga muncul dari benda-benda yang dibakar. Panas yang
dihasilkan dari pembakaran dapat membangkitkan gaya untuk melakukan
kerja.
Douglas C. Giancoli (2001: 493) mengatakan bahwa panas atau kalor
dapat digunakan untuk meleburkan atau menguapkan suatu zat. Hal ini berarti
bahwa panas dapat merubah wujud benda. Contoh perubahan wujud benda
karena panas adalah:
a. Besi yang dipanaskan akan berubah menjadi pijar merah, jika
dipanaskan terus akan menjadi pijar putih dan dalam waktu yang
cukup lama dipanaskan terus menerus akan melebur seperti bubur.
Setelah dingin akan mengeras lagi.
b. Kayu yang dibakar akan berubah menjadi arang.
c. Jika es dipanaskan maka akan berubah menjadi air. Jika dipanaskan
terus menerus akan berubah menjadi uap air. Hal ini karena panas
membuat molekul benda bergerak lebih cepat dan melepaskan ikatan
di antara benda-benda itu.
Q = m.c.𝛥T
Q = banyaknya kalor (jumlah panas) dalam joule
m = adalah massa benda dalam kg
c = adalah kalor jenis dalam joule/kg °C, dan
∆T = adalah besarnya perubahan suhu dalam °C
(Kirsten et al, 2011).

4. Kawat Nikelin
Kawat nikelin adalah kawat untuk elemen pemanas dengan arus listrik.
Kawat ini biasa digunakan untuk elemen pemanas pada alat pemotong karet,
stempel warna, alat pemotong plastik, styrofoam, dan alat seal plastik (alat
penutup/pengemas plastik) dan masih banyak lagi kegunaannya. Kawat
nikelin berfungsi untuk menyalurkan panas, sehingga kawat nikelin termasuk
ke dalam bahan konduktor dan juga bahan yang dapat digunakan untuk
mempercepat aliran panas pada suatu benda (Hasyim dkk, 2019 : 7).

Gambar 1. Kawat Nikelin


Sumber : ​www.tekad-makmur.co.id
Panas yang dihasilkan oleh elemen pemanas listrik ini bersumber dari
kawat ataupun pita bertahanan listrik tinggi (resistance wire). Biasanya bahan
yang digunakan adalah nikelin yang dialiri arus listrik pada kedua ujungnya
dan dilapisi oleh isolator listrik yang mampu meneruskan panas dengan baik
hingga aman jika digunakan (Arhamsyah dkk, 2017). Penggunaan elemen
pemanas dalam perubahan energi biasanya terbuat dari kawat nikelin
berbentuk lilitan. Nikelin merupakan bahan yang mudah menghantarkan panas
sehingga dipilih sebagai elemen penghantar yang ideal (Myco, 2013).

5. Resistor
Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja
(resistance), seperti elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar. Beban
jenis ini hanya mengkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor daya
sama dengan satu. Tegangan dan arus satu fasa. Persamaan daya sebagai
berikut:
P = V.I
Dengan :
P = Daya aktif yang diserap beban (watt)
V = Tegangan yang mencatu beban (volt)
I = Arus yang mengalir pada beban (A)
Untuk mencari besarnya beban resistif suatu benda dapat dicari dari rumus
dibawah ini:
R = VI
Keterangan :
R = Resistansi (Ω)
V = Tegangan pada beban resistif (Volt)
I = Arus yang mengalir pada beban resistif (Ampere)
(Trevor Linsey, 2004: 116).
Jika arus listrik mengalir pada sebuah hambatan maka hambatan tersebut akan
menjadi panas. Ini menunjukkan bahwa pada hambatan tersebut terjadi proses
perubahan energi dari energi listrik menjadi energi panas (Mikrajuddin, 2017 :
265).
6. Motor listrik
Motors are devices into which energy is transferred by electrical
transmission while energy is transferred out by work. Essentially, a motor is a
generator operating in reverse. Instead of generating a current by rotating a
coil, a current is supplied to the coil by a battery, and the torque acting on the
current-carrying coil causes it to rotate. (Jewett & Serway, 2004) Motor
adalah alat yang berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi
gerak. Motor bekerja dengan prinsip kebalikan dari generator, yaitu berupa
kumparan yang dialiri arus di atas magnet, sehingga menghasilkan medan
magnet yang memunculkan torsi untuk berputar.
When a motor is turned on, there is initially no back emf; thus, the current
is very large because it is limited only by the resistance of the coils. As the
coils begin to rotate, the induced back emf opposes the applied voltage, and
the current in the coils is reduced. ​(Halliday, et al, 2004) Saat motor
dihidupkan di awal, maka akan menghasilkan arus yang sangat besar karena
tidak adanya hambatan, akan tetapi ketika ia sudah mulai berputar, maka akan
ada ggl induksi balik dari motor tersebut yang mengurangi kuat arus menjadi
lebih wajar.

7. GGL
Gaya gerak listrik adalah perubahan dari suatu bentuk energi ke bentuk
energi listrik. Besar gaya gerak listrik dari suatu sumber secara kuantitatif
dapat diartikan sebagai energi setiap satuan muatan listrik yang melalui
sumber itu. Secara singkat, gaya gerak listrik adalah energi persatuan muatan.
Gaya gerak listrik sebuah sumber ditulis dengan simbol. Jika muatan yang
digerakkan itu adalah dQ dan usaha yang dibutuhkan dW, maka diperoleh
hubungan :

(Sri Suratmi,. 1995 : 99 – 100).


Satuan GGL (ϵ) dapat diperoleh dari hubungan persamaan diatas. Jika
anda coba turunkan untuk mencarinya, anda akan peroleh bahwa satuan GGL
adalah J/C atau Volt. Pada saat penghantar dihubungkan dengan GGL, maka
GGL ini ikut dialiri arus listrik (i) sehingga dalam sumber ini timbul tegangan
ini disebut tegangan dalam sumber diberi simbol Vs, menurut hukum Ohm
dapat dinyatakan bahwa :

(Sri Suratmi,. 1995 : 99 – 100).

Medan listrik adalah sebuah medan vektor yang mana merupakan


distribusi vektor-vektor, dimana setiap titik dalam ruang disekitar suatu objek
bermuatan, seperti batang bermuatan, memiliki sebuah vektor (nilai dan arah).
Satuan SI untuk medan listrik adalah Newton per Coulomb (N/C). Didalam
medan listrik terdapat garis – garis medan listrik yang mana ini pertama kali
ditemukan oleh Michael Faraday pada abad ke -19, membayangkan bahwa
ruang disekitar sebuah benda bermuatan dipenuhi oleh garis-garis gaya.
Hubungan antara garis-garis medan dan vektor medan listrik adalah sebagai
berikut : (1) di sembarang titik, arah garis medan yang lurus atau arah
garis-singgung terhadap garis medan yang melengkung merupakan arah E di
titik tersebut, dan (2) garis – garis medan dilukiskan sedemikian rupa sehingga
jumlah garis persatuan luas, sebagaimana diukur/dihitung pada bidang tegak
lurus terhadap garis-garis tersebut, adalah sebanding dengan magnitudo E.
Sehingga, E akan bernilai besar bilamana garis-garis medan listrik terkumpul
rapat dan bernilai kecil bilamana garis-garis itu renggang terpencar.
“garis-garis medan listrik merentang menjauhi muatan positif (dimana
garis-garis ini bermula), dan menuju muatan negatif (dimana garis-garis ini
berakhir)”. (David Halliday Dkk, 2010 : :24-26).
Interaksi antar kutub magnet terjadi karena adanya penghubung berupa
medan, yang disebut medan magnet. Medan magnet bersatuan tesla (T) ; 1T =
1 weber/m2 = 104 gauss. Medan magnet (B) dapat ditentukan, baik besar
maupun arahnya, dengan cara menempatkan muatan (q) didalam B pada
berbagai arah kecepatan (v) dan diukur gaya magnet yang diderita oleh q, yaitu
Fmq. Besarnya medan magnet disebut kuat medan magnet, berlambang B. Jika
v sejajar atau berlawanan arah terhadap B, maka Fmq = 0. Hal ini ditampilkan
oleh lintasan q yang bergerak lurus pada kecepatan tetap atau disebut gerak
lurus beraturan (GLB). Hubungan antara Fmq, q, dan B dinyatakan :

Medan magnet (B) dapat digambarkan sebagai garis medan magnet,


dengan arah B di setiap titik searah dengan arah anak panah di titik itu.
Besarnya medan magnet (yang tadi disebut kuat medan magnet) sebanding
dengan rapat garis medan magnet persatuan luas. Garis medan magnet selalu
membentuk loop atau lintasan tertutup. Medan magnet merupakan besaran
vektor, sehingga disebuah titik yang disebabkan oleh sejumlah muatan listrik
yang bergerak merupakan hasil penjumlahan secara vektor. (Bambang
Murdaka Eka Jati Dkk, 2010 : 87).
Solenoida merupakan kawat berbahan konduktor yang disusun
sehingga membentuk kumparan (koil) dan dapat dialiri arus listrik. Kuat
medan magnet di dalam (sumbu) solenoida jauh lebih besar bila dibandingkan
dengan solenoida. solenoida disebut ideal apabila medan magnet dalam
solenoida bersifat homogen dan diluarnya nol. Kuat medan magnet (B) di
dalam solenoida dapat dihitung menggunakan hukum ampere. Jika setiap
lilitan pada solenoida berarus listrik I0 dan terdapat N buah lilitan pada
solenoida sepanjang l, maka :
Untuk n (= N / l) merupakan lambang jumlah lilitan persatuan panjang
(disebut juga rapat lilitan), selanjutnya persamaan diatas dapat ditulis menjadi:

Teknik solenoida ini biasa digunakan untuk pembuatan elektromagnet


dan toroida. Kutub selatan elektromagnet (S) merupakan kutub yang dituju
oleh garis-garis medan magnet yang berasal dari kutub utara (U). (Bambang
Murdaka Eka Jati Dkk, 2010 : 93-94).
Gaya Lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang
bergerak atau oleh arus listrik yang berada dalam suatu medan magnet. Arus
listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya jika kawat yang membawa
arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/loop. Salah satu sisi loop
didekatkan dengan sisi loop sehingga sisi-sisi loop mendapatkan gaya yang
berlawanan. Gaya yang berlawanan ini akan menghasilkan tenaga putar/torsi
untuk memutar kumparan.
Besar Gaya Lorentz :
F = i l B sin θ

Gaya Lorentz membentuk koppel, dengan momen putar :

τ = F s = i l B sin θ

(Amin, 2015)

D. Metodologi Percobaan
1. Waktu dan Tempat
a. Waktu : 24-28 Februari 2021
b. Tempat : Kediaman praktikan masing-masing
2. Alat dan Bahan
a. Praktikum 1
1) Stik bambu / stik es krim
2) Kawat nikelin
3) Baterai
4) Kabel
5) Styrofoam
6) Selotip
7) Hambatan
8) Kardus
9) Penjepit buaya
b. Praktikum 2
1) Kawat kumparan 0,2 mm kira-kira 1 meter
2) 2 buah peniti atau penjepit kertas
3) 2 kabel dengan ujung jepit buaya
4) Magnet batang
5) 2 baterai dan dudukannya berukuran 20 x 30 cm
3. Prosedur Percobaan
a. Praktikum 1
1) Kegiatan 1
● Pasang kawat nikelin pada sepotong stik bambu atau
stik kayu.
● Susunlah baterai secara seri kemudian rekat dengan
selotip.
● Hubungkan kedua ujung kawat nikelin dengan 2 kabel.
● Sambungkan kedua ujung kabel pada baterai, gunakan
selotip untuk merekatkannya.
● Cobalah memotong styrofoam dengan menggunakan
alat ini.
● Lakukan hal yang sama dengan memvariasikan jumlah
baterai
2) Kegiatan 2
● Pasang kawat nikelin pada sepotong stik bambu atau
batang kayu yang dilengkungkan seperti busur.
● Susunlah baterai secara seri dan gulunglah dengan
karton, kemudian rekat dengan selotip.
● Susunlah hambatan secara seri pada rangkaian
● Hubungkan kedua ujung kawat nikelin dengan 2 kabel.
● Sambungkan kedua ujung kabel pada baterai, gunakan
selotip untuk merekatkannya.
● Cobalah memotong styrofoam dengan menggunakan
alat ini.
● Lakukan hal yang sama dengan memvariasikan besar
hambatan
b. Praktikum 2
1) Kegiatan 1
● Buatlah 6 – 8 lilitan kawat kumparan berbentuk
lingkaran, kemudian lilitkan kedua ujung kawat pada
kumparan sebagai pengikat (gambar 1)
● Kupaslah separuh lapisan isolator pada salah satu ujung
lengan kumparan, sedangkan pada ujung lengan yang
lain dikupas seluruhnya.
● Pasanglah 2 penjepit kertas pada landasan untuk
menyangga kumparan (gambar 2)
● Susun kedua kutub baterai secara seri, dan hubungkan
dengan kabel.
● Gunakan selotip untuk menguatkan sambungan antara
baterai dan kabel.
● Letakkan kumparan pada penyangga dan atur posisi
kumparan sehingga seimbang.
● Letakkan magnet secara tegak di antara dua penyangga.
● Amati apa yang terjadi dengan kumparan tersebut !
● Lakukan percobaan di atas dengan menggunakan 2 dan
3 baterai yang disusun seri.
2) Kegiatan 2
● Buatlah 3 lilitan kawat kumparan berbentuk lingkaran,
kemudian lilitkan kedua ujung kawat pada kumparan
sebagai pengikat (gambar 1)
● Kupaslah separuh lapisan isolator pada salah satu ujung
lengan kumparan, sedangkan pada ujung lengan yang
lain dikupas seluruhnya.
● Pasanglah 2 penjepit kertas pada landasan untuk
menyangga kumparan (gambar 2)
● Susun kedua kutub baterai secara seri, dan hubungkan
dengan kabel.
● Gunakan selotip untuk menguatkan sambungan antara
baterai dan kabel.
● Letakkan kumparan pada penyangga dan atur posisi
kumparan sehingga seimbang.
● Letakkan magnet secara tegak di antara dua penyangga.
● Amati apa yang terjadi dengan kumparan tersebut !
● Lakukan percobaan di atas dengan menggunakan 5 dan
7 lilitan kawat kumparan.

E. Desain Percobaan
1. Praktikum 1
2. Praktikum 2

F. Data Hasil
1. Praktikum 1
a. Kegiatan 1
No. Jumlah Waktu yang diperlukan Keadaan Styrofoam
Baterai untuk memotong
(buah) styrofoam dengan
sempurna

1 1 (1,5 V) 2 menit 19 detik Permukaan potongan


kurang rata
2 2 (3 V) 1 menit 5 detik Permukaan potongan
cukup rata

3 4 (6 V) 22 detik Permukaan potongan


sangat rata

b. Kegiatan 2
No. Jumlah Waktu yang diperlukan Keadaan Styrofoam
Hambatan untuk memotong styrofoam
dengan sempurna

1 0Ω 1 menit 5 detik permukaan rata dan


pola potongan lurus.

2 1Ω 3 menit permukaan tidak rata


dan pola potongan
sedikit membelok

3 2Ω 3 menit 20 detik permukaan tidak rata


dan pola potongan
zig-zag

4 3Ω 3 menit 50 detik permukaan sangat


tidak rata dan pola
potongan sangat
zig-zag.

2. Praktikum 2
a. Kegiatan 1
No. Jumlah Baterai (buah) Kecepatan putaran

1 1 8 putaran/detik

2 2 16 putaran/detik

3 3 17 putaran/detik
Ket :
Jumlah lilitan yang digunakan : 6 buah
b. Kegiatan 2
No. Jumlah Lilitan (buah) Kecepatan putaran

1 6 7 putaran/detik

2 13 14 putaran/detik
3 19 13 putaran/detik

G. Pembahasan

Praktikum IPA Terapan Dasar 2 ini terdiri dari 2 unit praktikum dengan
masing-masing 2 variasi kegiatan yaitu Praktikum pembuatan alat pemotong gabus
dan praktikum motor listrik. Praktikum ini bertujuan untuk menunjukkan perubahan
energi listrik menjadi energi panas, menjelaskan hubungan antara perubahan medan
magnet dengan terjadinya gaya gerak listrik induksi melalui percobaan serta
menjelaskan prinsip kerja motor listrik.. Kegiatan praktikum dilaksanakan pada
rentang waktu 24-28 Februari di kediaman masing-masing praktikan.

1. Praktikum 1 : Alat pemotong gabus

Pada praktikum pertama yaitu percobaan pembuatan alat pemotong


gabus dilakukan 2 sub unit kegiatan. Pada sub unit kegiatan pertama dilakukan
variasi pada jumlah baterai/ sumber tegangan yang digunakan, sedangkan pada
sub unit kegiatan kedua dilakukan variasi pada jumlah resistor yang dipasang
pada rangkaian. Praktikum ini memerlukan beberapa alat dan bahan
diantaranya yaitu Stik bambu/stik es krim sebagai isolator yang membantu
agar arus listrik hanya mengalir pada kawat nikelin, Kawat nikelin yang
berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi panas, Baterai sebagai
sumber tegangan, Adaptor arus 5A dan tegangan 12V berperan sebagai
pengubah arus AC. Kabel untuk mengalirkan arus listrik, Hambatan untuk
menghambat arus listrik pada rangkaian, Penjepit buaya untuk memudahkan
perangkaian, serta Styrofoam, Selotip dan Kardus sebagai bahan tambahan.

Praktikum ini diawali dengan memasang kawat nikelin pada sepotong


stik bambu atau stik kayu. Kemudian menyusun baterai secara seri lalu
direkatkan dengan selotip. Setelah itu menghubungkan kedua ujung kawat
nikelin dengan 2 kabel. Selanjutnya menyambungkan kedua ujung kabel pada
baterai, gunakan selotip untuk merekatkannya. Ketika rangkain sudah tersusun
dengan rapi, baru kemudian diuji coba untuk memotong styrofoam. Pada
variasi kegiatan pertama dilakukan percobaan dengan mengganti jumlah
baterai sedangkan variasi kedua dengan mengganti jumlah hambatan. Dar
praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Variasi jumlah baterai / sumber tegangan

Pada variasi pertama dengan jumlah baterai sebanyak 1 buah


yang memiliki voltase 1,5 V dapat memotong gabus dengan dimensi 3
x 1,5 x 1 cm selama 2 menit 19 detik dengan hasil potongan yang tidak
terlalu rata. Kemudian pada variasi kedua dengan jumlah baterai
sebanyak 2 buah yang memiliki voltase total 3V dapat memotong
gabus dengan kurun waktu 1 menit 5 detik. Hasil potongan yang
dihasilkan sudah cukup rata. Sedangkan pada variasi ketiga dengan
dengan jumlah baterai sebanyak 4 buah yang memiliki voltase total 6V
dapat memotong gabus dengan kurun waktu 22 detik yang
menghasilkan potongan gabus sangat rata dan mulus. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa pertambahan jumlah baterai pada
rangkaian alat pemotong gabus menyebabkan pengurangan waktu yang
diperlukan untuk memotong gabus.

Pertambahan jumlah baterai menyebabkan bertambahnya


tegangan yang kemudian menambah besar aliran arus listrik. Arus
listrik mengalir menimbulkan energi listrik yang kemudian oleh kawat
nikelin diubah menjadi energi panas. Seperti yang diketahui bahwa
energi tidak dapat dibuat maupun dihilangkan, tetapi dapat diubah atau
dikonversi bentuknya. Salah satu bahan yang dapat mengkonversi
energi tersebut adalah konduktor berupa kawat nikelin. Pemilihan
kawat nikelin sebagai bahan penghantar didukung dengan kutipan dari
Myco (2013) yang menyatakan bahwa Nikelin merupakan bahan yang
mudah menghantarkan panas sehingga dipilih sebagai elemen
penghantar yang ideal. Kawat nikelin ini mampu mengkonversi energi
listrik yang diterimanya dengan cara memanfaatkan aliran listrik dari
energi listrik yang kemudian diubah menjadi energi panas/kalor. Hal
ini didukung literatur dari Emma (2013) yang menyatakan bahwa
elemen pemanas yang dialiri arus listrik menyebabkan aliran elektron
yang mengalir melalui elemen pemanas, sehingga dapat mengubah
energi listrik menjadi kalor. Energi panas / kalor inilah yang kemudian
digunakan untuk memotong gabus. Energi panas yang semakin besar
menyebabkan hasil potongan gabus lebih halus dan rata.

Semakin banyak energi listrik yang diberikan, maka energi


panas hasil konversinya pun bertambah sehingga waktu yang
digunakan untuk memotong gabus menjadi lebih cepat. Hal ini sesuai
dengan persamaan berikut ini :

W = V.I.t

Dimana :
W = energi listrik,
V = tegangan listrik yang diberikan kawat,
I = kuat arus listrik yang mengalir pada kawat,
t = waktu selama arus listrik mengalir pada kawat

Jadi, ketika jumlah Voltase atau sumber tegangan bertambah, maka


jumlah energi listrik juga semakin bertambah sehingga waktu yang
diperlukan semakin kecil.

b. Variasi jumlah hambatan

Prinsip kerja dari alat pemotong styrofoam ini adalah mengubah


energi listrik menjadi energi panas melalui kawat nikelin sebagai
elemen panas tersebut. Arus yang digunakan pada percobaan ini adalah
arus AC, Oleh karena itu, karena kami menggunakan arus AC maka
kami menggunakan adaptor untuk mengubah dari arus AC ke arus DC.
Kawat sebagai mata pemotong styrofoam ialah kawat nikelin.
Kelebihan menggunakan kawat nikelin yaitu, suhu lebur sangat tinggi,
hambatan yang kecil maka arus yang mengalir semakin besar, serta
mampu menghantarkan panas dari energi listrik.
Pada saat kawat nikelin dihubungkan sumber listrik dengan
kabel, maka akan terjadi pergerakan muatan listrik melalui kabel
menuju kawat nikelin. Jika arus listrik mengalir pada sebuah hambatan
(kawat nikelin) maka hambatan tersebut akan menjadi panas. Ini
menunjukkan bahwa pada hambatan tersebut terjadi proses perubahan
energi dari energi listrik menjadi energi panas. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa elemen pemanas jika dialiri arus listrik,
yaitu aliran elektron yang mengalir melalui elemen pemanas, sehingga
dapat mengubah energi listrik menjadi kalor (Emma, 2013).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil
pada perlakuan pertama, pada rangkaian alat, kami tidak menggunakan
hambatan. Kemudian, didapatkan waktu pemotongan styrofoam
(dimensi styrofoam 14,5cmx1,2cmx1,2cm) ialah 1 menit 5 detik. Hasil
pemotongan styrofoam halus (permukaan rata) dan pola potongan
lurus. Pada perlakuan kedua, pada rangkaian alat kami menggunakan
hambatan sebesar 1 ohm yang dipasangkan secara seri. Kemudian,
didapatkan waktu pemotongan styrofoam (dimensi styrofoam
14,5cmx1,2cmx1,2cm) ialah 3 menit. Hasil pemotongan styrofoam
sedikit kasar (permukaan tidak rata) dan pola potongan sedikit
membelok. Pada perlakuan ketiga, pada rangkaian alat kami
menggunakan hambatan sebesar 2 ohm yang dipasangkan secara seri.
Kemudian, didapatkan waktu pemotongan styrofoam (dimensi
styrofoam 14,5cmx1,2cmx1,2cm) ialah 3 menit 20 detik. Hasil
pemotongan styrofoam kasar (permukaan tidak rata)dan pola potongan
zig zag. Pada perlakuan keempat, pada rangkaian alat kami
menggunakan hambatan sebesar 3 ohm yang dipasangkan secara seri.
Kemudian, didapatkan waktu pemotongan styrofoam (dimensi
styrofoam 14,5cmx1,2cmx1,2cm) ialah 3 menit 50 detik. Hasil
pemotongan styrofoam sangat kasar (permukaan sangat tidak rata) dan
pola potongan sangat zig zag.
Dari keempat perlakuan diatas terlihat bahwasanya semakin kecil
hambatan yang dipasangkan pada rangkaian maka akan didapat waktu
pemotongan styrofoam yang lebih singkat serta hasil pemotongan yang
baik (permukaan halus dan pola pemotongan lurus). Sedangkan
semakin besar hambatan yang dipasangkan pada rangkaian maka akan
didapat waktu pemotongan styrofoam yang lebih lama serta hasil
pemotongan yang kurang baik (permukaan kasar dan pola pemotongan
zig-zag/ tidak beraturan). Hal ini sesuai dengan teori, bahwasannya
hambatan itu mempengaruhi besar arus yang dihasilkan. Semakin besar
hambatan yang dipasang maka semakin kecil arus listrik yang mengalir
pada kawat. Jadi semakin besar hambatan (resistor) yang dipasangkan
pada rangkaian maka akan semakin kecil dan arus yang dapat mengalir
pada kawat tersebut; begitu pula sebaliknya jika menggunakan
hambatan (resistor) lebih kecil maka arus yang mengalir akan semakin
besar. Hal inilah yang mempengaruhi perbedaan nilai konversi energi
yang terjadi pada setiap perlakuan. Semakin besar arus yang mengalir
maka akan semakin besar pula konversi energi (energi listrik ke energi
panas) yang terjadi pada masing-masing perlakuan, begitupun
sebaliknya. Hal ini juga mempengaruhi kualitas hasil pemotongan.
Semakin besar energi panas yang dihasilkan maka akan semakin baik
kualitas hasil pemotongan (mampu melelehkan styrofoam dengan
sempurna), begitupun sebaliknya.

2. Praktikum 2 : Motor listrik

Pada praktikum kedua yaitu pembuatan motor listrik sederhana, dilakukan


dengan membuat kumparan dari kawat tembaga dengan diameter sebesar 15
mm, lalu disisakan sedikit kawat di ujung kanan dan kiri dengan posisi yang
sejajar, tepat di tengah-tengah lingkaran kumparan. Ujung-ujung kawat
dikupas isolatornya dengan cara menggosokkan kawat dengan permukaan
yang keras. Lalu, kedua ujung kawat tersebut dihubungkan dengan aliran
listrik dari baterai dengan meletakkannya di atas dudukan yang stabil, agar
saat kumparan tersebut berputar tidak keluar dari posisi yang seharusnya.
Kumparan yang dialiri arus listrik diletakkan di atas magnet dan kemudian ia
akan berputar karena timbul gaya magnet antara kumparan dan magnet yang
digunakan.

Pada kegiatan ini dilakukan dua percobaan, yang pertama dilakukan dengan
memvariasikan jumlah baterai yang dirangkai secara paralel, sehingga dapat
meningkatkan kuat arus yang mengalir pada kumparan. Yang kedua,
dilakukan dengan memvariasikan jumlah lilitan pada kumparan, sehingga
dapat memberikan pengaruh kepada medan magnet yang dihasilkan.

a. Variasi jumlah baterai


Pada kegiatan ini didapatkan data hasil pengamatan dengan cara
mengamati video praktikum dengan mode slow motion 960 fps (paling tinggi)
dan seeting pada kamera slow motion terendah yaitu 120 fps yang berarti
bahwa selama 8 detik slow motion yang diperlambat 32 kali mempunyai jeda
waktu 0,25 s sehingga dapat ditentukan kecepatan putaran per detik dengan
cara mengalikan 4 setiap ada berapa kali putaran kumparan berputar satu
putaran penuh. Pada variasi 1 buah baterai 1,5 V dihasilkan kecepatan putaran
yaitu 8 putaran/detik, kemudian pada variasi 2 buah baterai 1,5 V dihasilkan
kecepatan putarannya yaitu 16 putaran/detik, dan pada variasi 3 buah baterai
1,5 V dihasilkan kecepatan putarannya yaitu 17 putaran/detik.

Dari data hasil tersebut dapat diamati bahwa semakin banyak jumlah
baterai yang digunakan maka semakin besar pula gaya gerak listrik yang
dihasilkan. bisa dilihat pada kecepatan putaran per detiknya semakin cepat.
Hal ini sesuai dengan prinsip gaya Lorentz yaitu Gaya Lorentz membentuk
koppel, dengan momen putar :

τ = F s = i l B sin θ

Motor listrik bekerja dengan prinsip Gaya Lorentz. Gaya Lorentz adalah gaya
yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak atau oleh arus listrik yang
berada dalam suatu medan magnet. Arus listrik dalam medan magnet akan
memberikan gaya jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi
sebuah lingkaran/loop. Salah satu sisi loop didekatkan dengan sisi loop
sehingga sisi-sisi loop mendapatkan gaya yang berlawanan. Gaya yang
berlawanan ini akan menghasilkan tenaga putar/torsi untuk memutar kumparan
(Amin, 2015)”

b. Variasi jumlah lilitan


Pada variasi jumlah lilitan, didapatkan hasil bahwa pada jumlah
lilitan sebanyak 6 lilitan, didapatkan kecepatan putaran sebesar 7
putaran per detik, yang meningkat dua kali lipat menjadi 14 putaran
per detik pada jumlah lilitan sebanyak 13 lilitan. Akan tetapi, ketika
ditingkatkan jumlah lilitan menjadi sebanyak 19 lilitan, kecepatan
putaran tidak meningkat, akan tetapi malah turun sedikit menjadi
sebesar 13 putaran per detik.
If the solenoid is wrapped on a core of material of permeability μ
or relative permeability μr, then B=μnI (Gupta, S. K., 2010) Jadi, pada
suatu solenoida yang diberikan arus listrik, berlaku persamaan B=μnI,
yang mana menunjukkan bahwa besar medan magnet yang terbentuk
dipengaruhi oleh bahan yang diletakkan di tengah kumparan, lalu kuat
arus, dan juga jumlah lilitan per panjang kumparan.
Dari hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa ketika jumlah
lilitan diperbanyak, tampak adanya peningkatan kecepatan putaran jika
membandingkan antara hasil dari kumparan yang terdiri atas 6 lilitan
dan 13 lilitan. Sehingga, hal ini menunjukkan bahwa ketika jumlah
lilitan lebih banyak, dapat meningkatkan besar medan magnet yang
berdampak pada peningkatan torsi dan kecepatan putaran.
Akan tetapi, yang terjadi pada kumparan yang berjumlah 19 lilitan
merupakan hal yang berbeda. Kecepatan putaran juga dipengaruhi oleh
momen inersia dari kumparan tersebut. Kumparan yang ideal
seharusnya berbentuk simetris, dan ini sulit untuk dicapai dalam
praktikum, karena selain keterbatasan alat, juga disebabkan karena
bahan kawat itu sendiri yang mudah bengkok, sehingga saat berputar ia
akan berubah bentuk. Selain itu, adanya gaya gesek antara kumparan
dan dudukan yang terkadang tidak teratur juga menjadi penyebab
penyimpangan pada hasil yang diperoleh.

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa:
Kegiatan 1 : Alat pemotong gabus
1. Perubahan energi listrik menjadi energi panas/kalor terjadi ketika arus listrik
dialirkan pada kawat nikelin yang kemudian diubah menjadi energi panas
untuk memotong gabus/styrofoam. Aliran elektron pada arus listrik bertemu
dengan bahan nikelin yang ideal dalam menghantarkan panas. Semakin besar
energi listrik yang diberikan, maka energi panas yang dihasilkan juga semakin
besar sehingga gabus/styrofoam lebih mudah terpotong serta kualitas hasil
pemotongan semakin baik.
Kegiatan 2 : Motor listrik sederhana
1. Saat kumparan dialiri arus listrik, kumparan tersebut juga akan menghasilkan
medan magnet. kemudian, magnet diletakkan di dekat kumparan yang dialiri
arus listrik sehingga terjadi perbedaan (fluks) gaya antara kumparan dan
magnet yang menyebabkan munculnya gaya lorentz. Kumparan kawat
tembaga yang dialiri listrik dapat menarik magnet. Hal ini menunjukkan
bahwa kumparan kawat berarus listrik dapat menghasilkan medan magnet.
Medan magnet juga dapat ditimbulkan oleh kawat penghantar lurus yang
dialiri listrik. Berdasarkan hasil percobaan tersebut terbukti bahwa arus listrik
yang mengalir dalam kawat penghantar ini menghasilkan medan magnetik,
atau disekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnet. Pada saat arus
listrik yang mengalir dalam penghantar diperbesar yaitu dengan
memperbanyak jumlah baterai yang disusun secara paralel, ternyata kecepatan
putarannya semakin cepat. Hal ini berarti semakin besar arus listrik yang
digunakan semakin besar medan magnetik yang dihasilkan
2. Motor listrik bekerja dengan prinsip Gaya Lorentz. Gaya Lorentz adalah gaya
yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak atau oleh arus listrik yang
berada dalam suatu medan magnet. Arus listrik dalam medan magnet akan
memberikan gaya jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi
sebuah lingkaran/loop. Salah satu sisi loop didekatkan dengan sisi loop
sehingga sisi-sisi loop mendapatkan gaya yang berlawanan. Gaya yang
berlawanan ini akan menghasilkan tenaga putar/torsi untuk memutar
kumparan. Pada peristiwa ini terjadi perubahan energi yaitu energi listrik
menjadi energi motor/gerak.
I. Daftar Pustaka
Amin. (2015). Rumus Gaya Lorentz dan Cara Menentukan Arahnya. Diunduh pada
tanggal 3 Maret 2021 pada
https://rumushitung.com/2015/01/16/rumus-gaya-lorentz-
Arhamsyah M, Syam H, dan Jamaluddin P. 2018. ​Rancang Bangun Elemen Pemanas
Listrik Dengan Memanfaatkan Udara Panas dari Elemen Pemanas Listrik. Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian. Vol 4: S196-S208 UNM, Makassar.
Astu Pudjanarsa dan Djati Nursuhud. 2013. ​Mesin Konversi Energi.​ Yogyakarta: C.V
Andi OFFSET.
Bambang Murdaka Eka Jati Dkk. 2010. Fisika Dasar. Yogyakarta : Erlangga.
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2002. ​Biolog Jilid 1 Edisi Kelima.​
Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Erlangga.
David Halliday dkk.2010. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga
Emma Carlson Berne. 2013. ​Heat Energy.​ The Rosen Publishing Group. p. 18. ISBN
978-1-4488-9886-2.
Giancoli, Douglas C. 2001. ​Fisika​. Jakarta :Erlangga.
Gupta, S. K. 2010. ​Electro Magnetic Field Theory.​ Meerut: Krishna Prakashan
Media.
Halliday et al. 2004. ​Fundamental of Physics​. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.
Hasyim Asyari, Umar, Angga Purna Irawan. 2019. ​Desain Prototipe Kompor Listrik
Tenaga Surya​. Jurnal Teknik Elektro Vol 19 No 1. Diakses melalui
http://journals.ums.ac.id​ pada Selasa, 2 Maret 2021 pukul 08.28 WIB.
H Kunlestiowati. 2018. ​Analisis penyimpangan konversi energi listrik menjadi kalor
pada perangkat eksperimen Hukum Joule.​ JRKPF UAD Vol.5 No.1. Diakses
melalui ​http://journal.uad.ac.id​ pada Selasa, 2 Maret 2021 pukul 18.50 WIB.
Kirsten R. Daehler. Jennifer Folsom; Mayumi Shinohara. 2011. Making Sense of
Science: Energy: For Teachers of Grades.​ 6- 8. WestEd. ISBN
978-0-914409-78-6.
Mikrajuddin Abdullah. 2017. ​Fisika Dasar II​. Bandung : ITB Press.
Myco Hersandi. 2013. ​Pengaruh Bentuk Elemen Pemanas Terhadap Jumlah Kalor
yang Dihasilkan​. Diakses melalui ​http://repository.unej.ac.id pada Selasa, 2
Maret 2021 pukul 08.43 WIB
Nani Yuningsih. 2018. ​Optimasi Besaran Fisis Yang Mempengaruhi Proses Konversi
Energi (Studi Kasus Percobaan Tara Kalor Mekanik Dan Hukum Joule).
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2018 Vol VII. Diakses
melalui ​http://journal.unj.ac.id​ pada Selasa, 2 Maret 2021 pukul 18.33 WIB.
Serway and Jewett. 2004. ​Physics for Scientists and Engineers​. California: Thomson
Brooks/Cole.
Sri Suratmi. 1995. Listrik Magnet. Bandung : Erlangga.
Sumardi,Yosaphat. 2009. ​Konsep Dasar IPA DI SD.​ Jakarta : Universitas Terbuka.
Tri Agustina, IG.A. & Tika IN. 2013. Konsep Dasar IPA Aspek Fisika dan Kimia.​
Yogyakarta: Ombak.
Trevor Linsley. 2004. ​Instalasi Listrik Dasar​. Jakarta: Erlangga.
J. Lampiran
1. Percobaan 1
a. Kegiatan 1

Gambar 1. Alat dan bahan Gambar 2. Stik kayu

Gambar 3. Kabel Gambar 4. Styrofoam/gabus

Gambar 5. Penjepit buaya Gambar 6. Kawat Nikelin

Gambar 7. Baterai Gambar 8. Rangkaian alat


b. Kegiatan 2

Rangkaian Alat

Rangkaian seri resistor

Perlakuan 2 Perlakuan 3

Perlakuan 4 Perlakuan 1
Hasil Pemotongan Styrofoam Hasil Pemotongan perlakuan 2 (1Ω)

Hasil Pemotongan perlakuan 3(2Ω) Hasil Pemotongan perlakuan 4 (3Ω)

Hasil Pemotongan perlakuan 1 (0Ω)

2. Percobaan 2
Kegiatan 1 : variasi jumlah baterai
Gambar 1. Variasi jumlah baterai 1 Gambar 2. Variasi jumlah baterai 2

Gambar 3. Variasi jumlah baterai 3


Gambar 4. Alat dan bahan

Kegiatan 2: variasi jumlah lilitan

Gambar 1. Jumlah lilitan sebanyak 6

Gambar 2. Jumlah lilitan sebanyak 13

Gambar 3. Jumlah lilitan sebanyak 19

Anda mungkin juga menyukai