DISUSUN OLEH :
NIM : 1407123660
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016
A. Sumber Toksik
Salah satu bahan toksik yang berdampak buruk bagi lingkungan dan
manusia berasal dari Pestisida. Pestisida yang seharusnya digunakan untuk
membasmi hama ternyata berdampak pada pencemaran lingkungan baik itu air,
udara maupun tanah. Pestisida organoklorin merupakan bahan kimia yang masuk
dalam kategori Persisten Organic Pollutants (POPs) yang berbahaya bagi
kesehatan. Hal ini dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
karena bahan kimia ini dapat menyebabkan kanker, alergi dan merusak susunan
saraf (baik sentral ataupun peripheral serta dapat juga mengganggu sistem
endokrin yang menyebabkan kerusakan pada sistem reproduksi dan sistem
kekebalan yang terjadi pada mahluk hidup, termasuk janin.
B. Proses
Karakteristik POPs yang dapat memberikan efek negatif menurut Gorman
& Tynan (Dalam Warlina, 2009), adalah:
a. Terurai sangat lambat dalam tanah, udara, air dan mahluk hidup serta
menetap dalam lingkungan untuk waktu yang lama.
b. Masuk dalam rantai makanan dan dapat terakumulasi pada jaringan
lemak, sehingga sukar larut dalam air.
c. Dapat terbawa jauh melalui udara dan air.
` Karena karakteristik tersebut, maka sering ditemukan konsentrasi POPs
yang sangat tinggi dalam berbagai spesies pada level yang tinggi dari rantai
makanan, seperti pada ikan paus, burung elang dan mamalia, termasuk manusia.
Paparan masuknya pestisida kedalam tubuh melalui makan sebagai berikut:
Sumber:
http://www.dioxins.nl/Difference/related_info_diff/related_IMG/Calux_diff.gif
Gambar . Mekanisme masuknya dioksin ke dalam tubuh
Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak
melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun
tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang
mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita
keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan
atau bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena
efek racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh),
mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic
(kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan).
C. Dampak
Dari paparan pestisida organoklorin, sebagian metabolit akibat ini akan
menjadi toksik dan sebagian lagi menjadi karsinogen yang aktif. Kanker yang
disebabkan dioksin antara lain dapat berupa kanker paru-paru, kanker hati dan
sebagainya, terlebih lagi dapat menyerang fungsi reproduksi.
Sumber: Otles & Yildis (2003) Gambar. Pengaruh dioksin terhadap kesehatan
(Warlina, 2009)
Dari hasil penelitian terbukti terdapat hubungan antara risiko kanker otak
pada anak-anak dan paparan ayah untuk pestisida selama 2 tahun sebelum
kelahiran, khususnya untuk astrocytoma dan paparan herbisida.
Bahwa risiko astrocytoma dikaitkan dengan paparan herbisida terhadap
penggunaan hunian mempunyai faktor risiko sebesar 1,9. Paparan tempat tinggal
dan pekerjaan orang tua juga terdapat hubungan yang signifikan dengan faktor
risiko sebesar 1,8 (Youn K. Shim,et al, 2009). Bahwa secara statistik terdapat
hubungan yang signifikan untuk multiple myeloma dengan lamanya paparan
permetrin (Jennifer A. Rusiecki, 2008). Bahwa risiko PIH (Pregnancy induced
hipertension) dan PE (Preeclampsia) telah meningkat dikalangan wanita yang
terpapar pestisida selama trisemester pertama pada kehamilannya (Tina M
Saldana, 2009)
Residu pestisida telah diketemukan di dalam tanah, ada di air minum, air
sungai, air sumur, maupun di udara. Dan yang paling berbahaya racun pestisida
kemungkinan terdapat di dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, seperti
sayuran dan buah-buahan.
Dari hasil penelitian terdapat bahwa endosulfan terdeteksi pada semua titik
(1,2 - 12,9 ppb). Jenis organoklorin lain yang terdeteksi yaitu aldrin dan heptaklor
di 12 titik, dieldrin di 9 titik, dan DDT di 10 titik. Endosulfan juga merupakan
organoklorin dengan konsentrasi rata-rata tertinggi (4,246 ppb). Pada musim
hujan, jenis organoklorin yang paling banyak ditemukan pada sampel ikan, air dan
sedimen secara berurutan adalah endosulfan, DDT, aldrin, dieldrin dan heptaklor.
Sedangkan pada musim kemarau yang paling banyak ditemukan secara berurutan
adalah heptaklor, aldrin, DDT, endosulfan dan dieldrin. Kelima jenis organoklorin
ini sama-sama ditemukan baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Hal
ini berarti bahwa kemungkinan besar endosulfan, DDT, aldrin, dieldrin dan
heptaklor masih digunakan sebagai pestisida daerah pertanian DAS Citarum
Hulu. Tingkat Pencemaran dan Standar Baku Mutu Perbandingan tingkat
pencemaran organoklorin pada sampel ikan, air dan sedimen ditunjukkan pada
Tabel dibawah ini.Untuk ikan, standar baku mutu yang dipakai adalah Extraneous
Residue Limit (ERL) yang merupakan batas maksimum residu pestisida yang
diperbolehkan yang bersumber dari lingkungan secara langsung/tidak langsung
pada suatu komoditi /makanan. Treshold Effect Level (TEL) digunakan untuk
melihat efek buruk pencemaran organoklorin terhadap sedimen (Sara, 2010).
Penggunaan DDT juga ditemukan disekitar tepian Danau Buyan walaupun
kadarnya masih dibawah ambang yang diperkenankan sekitar 5,02 ppb (Putra
Manuaba, 2007). Berdasarkan hasil pemantauan kadar total pestisida organoklorin
yang dilakukan dibeberapa muara sungai perairan teluk Jakarta kadar pestisida
sudah melebihi ambang batas yang diperkenankan untuk kehidupan biota dengan
hasil 51,126 ppb (Khozanah, 2005). Pada penelitian di sungai Oven dan King di
Australia ternyata ditemukan juga DDE, DDT dan dieldrin pada sampel air dan
sedimennya (Mc.kenzie smith, 1993)
Penanggulangan
Selain itu perlunya adanya sosialisasi tentang peningkatan pengetahuan
dan praktik dalam menggunakan pestisda yang baik dan benar, karena dari hasil
penelitian bahwa orang yang menggunakan pestisida atau terpapar pestisida
berarti lebih baik pengetahuan dibandingkan yang tidak terpapar ternyata dalam
praktiknya di lahan pertanian kurang baik (Pascale R. Salameh, 2004).
Pengetahuan yang harus diketahui oleh petani antara lain memahami bahaya
kesehatan akibat paparan pestisida, melakukan praktek yang tepat, menggunakan
alat pelindung yang benar, Praktik tindakan kebersihan diri, mengetahui gejala
awal keracunan mampu melakukan pertolongan pertama bila keracunan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.
B. Putra Manuaba, Cemaran Pestisida klor organik dalam air Danau buyan
Buleleng Bali, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana,Bukit Jimbaran,
JURNAL KIMIA 1 (1), JULI 2007: 39-46 ISSN 1907-9850.