Anda di halaman 1dari 3

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang

karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya;

Pasal 5 ayat 2, klasifikasi B3 terdiri dari :

Setiap B3 yang beredar di Indonesia harus diregistrasikan oleh penghasil maupun


pengimpor. Registrasi diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab (KLH). Kecuali B3
berupa : bahan radioaktif, bahan peledak, hasil produksi tambang serta minyak dan gas bumi
beserta hasil olahannya, makanan dan minuman serta bahan tambahan makanan lainnya, bahan
sediaan farmasi, narkotika, psikotropika dan prekursor serta zat adiktif lainnya, senjata kimia dan
senjata biologi, diajukan kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Disamping registrasi, kegiatan impor/ekspor B3 terbatas dipergunakan, harus mengikuti
prosedur notifikasi, yaitu pemberitahuan terlebih dahulu dari otoritas negara pengekspor ke
otoritas negara penerima dan negara transit apabila akan dilaksanakan perpindahan B3 antar
negara.

Dalam PP 74 tahun 2001, dari sisi penggunaan B3 diklasifikasikan dalam 3 golongan, yaitu :

1. Dapat dipergunakan
Misalnya : Asam asetat, Asam formiat, Asam phosphat, Asam khlorida, Benzene, Asam
sulfat, Metil etil keton (MEK), Nitrogen, toluena dan lain-lain.
2. Dilarang dipergunakan
Misalnya : Aldrin, Chlordane, DDT, Dieldrin, Endrin, Heptachlor, Mirex, Toxaphene,
hexachlorobenzene,PCBs(polychlorinated biphenyls)
3. Terbatas dipergunakan
Misalnya : Captafol, chlorobenzilate, Ethylene dibromida, fluoroacetamide,
pentachlorophenol, air raksa, Ethylene Oxide dan lain-lain.

Ketentuan tentang pengelolaah B3 akan digantikan dengan PP yang baru yang saat ini masih
dalam tahap rancangan, yaitu Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3), Limbah (B3) dan Dumping Limbah B3. Pada prinsipnya ketentuan
registrasi dan notifikasi tetap diberlakukan untuk B3.

Asam Formiat merupakan bahan yang digunakan antara lain sebagai bahan baku untuk
pembekuan getah karet atau koagulan,
desinfektan
dan bahan pewarna dalam industri tekstil. Prarancangan pabrik asam formiat proses hidrolisa
metil formiat kapasitas 20.000 ton/tahun didirikan untuk memenuhi kebutuhan asam formiat dalam
negri dan selebihnya untuk diekspor. Pabrik ini direncanakan akan didirikan dikawasan Industri
Gresik, Jawa Timur. Pembentukan asam formiat merupakan reaksi hidrolisa yang dilakukan
dengan cara mereaksikan metil formiat dengan air. Reaksi yang terjadi adalah reaksi endotermis
dan dilakukan dalam reaktor CSTR selama 1 jam. Tahap reaksi ini berlangsung pada kondisi suhu
80OC dan tekanan 3 at. Untuk mendapatkan asam formiat dengan kemurnian 82 % maka asam
formiat dimurnikan dalam menara distilasi. Peralatan utama dalam pabrik asam formiat ialah
reaktor jenis Continous Stirred Tank Reaktor (CSTR) dan menara distilasi. Peralatan
pendukungnya terdiri dari tangki penyimpanan, pompa, heat exchanger . Untuk menunjang proses
produksi, maka didirikan unit pendukung yaitu unit utilitas yang meliputi pengadaan dan
pengolahan air, listrik, steam, bahan bakar, udara tekan. Laboratorium untuk menjaga mutu dan
kualitas bahan baku dan produk sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Pabrik asam formiat
ini direncanakan akan dibangun diatas area seluas 20.000 m2 dan berbentuk Perseroan Terbatas
(PT) yang dipimpin oleh seorang direktuir utama. Dari analisa ekonomi, diperoleh total investasi
(TCI) sebesar Rp. 182.669.509.927. Return Of Investment (ROI)setelah pajak sebesar 39,73 % ,
Pay Out Time (POT) setelah pajak 2,10 tahun. Sedangkan Break Event Point (BEP) sebesar 44,34
% dan Shut Down Point (SDP) 33,13 %. Berdasarkan perhitungan ekonomi tersebut dapat
disimpulkan bahwa pabrik asam formiat ini cukup layak untuk didirikan.

Bahan-bahan kimia yang terdapat di dalam obat pembasmi serangga antara lain sebagai
berikut: (a). Organoklor. Contoh: aldrin, dieldrin, lindan, dan DDT (dikloro difenil
trikloroetana) yang kini dilarang penggunaannya. (b). Organofosfat. Contoh: malation, diaziton,
fention, dan metil atau etil paration. (c). Antikoagulan. Contoh: wartarin, kumaklor, dan kumarin.
(d). Zinkfosfida. (e). Karbamat. Contoh: propoksur, BPMC, dan karbofonun. ()f. Arsen. Contoh:
arsen pentoksida.

Pemakaian obat pembasmi serangga pada umumnya meliputi tiga hal, yaitu mengusir,
membasmi, atau mengusir sekaligus membasmi. Bagi para petani, kehadiran serangga dapat
membawa masalah baru karena dapat mengganggu hasil panen mereka. Insektisida digunakan
untuk mengusir hama tanaman yang berupa serangga seperti walang sangit, wereng, kepik, dan
sebagainya.

Penggunaan insektisida sebaiknya disesuaikan dengan keperluannya saja. Pemakaian


bahan kimia jenis ini bila berlebihan dan tidak hati-hati justru dapat membahayakan manusia. Efek
negative dari pemakaian insektisida yang berlebihan atau pemakaian yang tidak hati-hati antara
lain adalah keracunan yang dapat merenggut jiwa. Insektisida yang masuk ke perairan akan
menimbulkan pencemaran air. Hal ini akan mengakibatkan terbunuhnya binatang-binatang air.Jika
tumbuh-tumbuhan atau daging hewan yang tercemar tersebut dikonsumsi oleh manusia, akibatnya
bisa fatal. Orang yang mengonsumsi dapat keracunan bahkan dapat terkena kanker yang berisiko
kematian.

Faktanya, organoklorin juga telah dilarang di Indonesia, namun masih banyak petani yang
menggunakannya. Telah dibuktikan bahwa organoklorin masih terkandung dalam tanah di daerah
pertanian Pantura Jawa Barat. Hal ini menandakan organoklorin masih digunakan di daerah
tersebut. Jenis organoklorin yang terdeteksi adalah DDT, Dieldrin, Endrin, dan masih banyak lagi.
Dikarenakan kondisi daerah pertanian di Jawa Barat tidak terlalu berbeda, maka tanah daerah
pertanian di Sub DAS Citarum Hulu diperkirakan mengandung senyawa organoklorin (Nugraha,
2007). Departeman Pertanian RI telah melarang penggunaan DDT di bidang pertanian sedangkan
larangan penggunaan DDT di bidang kesehatan dilakukan pada tahun 1995. Komisi Pestisida RI
juga sudah tidak memberi perijinan bagi pengunaan pestisida golongan hidrokarbon-berklor
(chlorinated hydrocarbons) atau organoklorin (golongan insektisida di mana DDT termasuk).
https://abrar4lesson4tutorial4ever.wordpress.com/2010/02/20/pengertian-dan-dampak-ddt-
dichloro-diphenyl-trichloroethane-dalam-kehidupan/

SUMBER :

http://blackdiamond.co.id/kegunaan-air-raksa-bagi-kehudupan/
https://www.scribd.com/doc/294024333/asam-formiat
http://chemlab12011.blogspot.co.id/2015_09_01_archive.html?view=sidebar

Identifikasi Bahan Kimia Berbahaya Bagi Petugas Bea dan Cukai (Penyusun : Hanik Rustiningsih,
Widyaiswara Muda Pusdiklat Bea dan Cukai)

Anda mungkin juga menyukai