Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DIAN LARASATI

NIM : 1407123660
Teknik Lingkungan Kelas A
TUGAS METODE PENELITIAN (METOPEL)

Judul Penelitian :
Pengaruh Dosis dan Waktu Pengendapan Serbuk Biji Kelor sebagai Koagulan
terhadap Penurunan COD pada Limbah Cair Industri Tahu di dalam Proses
Koagulasi-Flokulasi Menggunakan Jar Test

Latar Belakang :
Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan
dasar kacang kedelai yang digemari hampir seluruh lapisan masyarakat di
Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik, pembuatan tahu juga relatif murah
dan sederhana. Rasanya enak serta harganya terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat (Kaswinarni, 2007). Berdasarkan laporan proyek Environmental
Management Development in Indonesia atau EMDI (1994), pada tahun 1990,
jumlah industri tahu di Indonesia tercatat sebanyak 25.870 dan 63 diantaranya
merupakan industri skala besar dan menengah, sedangkan sisanya berskala kecil
(Husin, 2008).
Limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan
tahu. Limbah tersebut berupa limbah padat dan limbah cair (Nurika, 2007).
Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah ini
kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe gembus, kerupuk
ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang akan
dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya
dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan, dan pencetakan tahu,
oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi dan apabila langsung
dibuang ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. Limbah cair
tahu dengan karakteristik mengandung kadar Chemical Oxygen Demand (COD)
yang cukup tinggi, jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan
menurunkan daya dukung lingkungan (Subekti, 2011: B61-B62). Beberapa
dampak buruknya adalah gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan,
gangguan terhadap keindahan, dan gangguan terhadap kerusakan benda (Mulia,
2005: 68-70).
Limbah cair yang dikeluarkan oleh industri tahu masih menjadi masalah
bagi lingkungan sekitarnya, karena pada umumnya industri rumah tangga ini
mengalirkan air limbahnya langsung ke selokan atau sungai tanpa diolah terlebih
dahulu (Pohan, 2008: 2). Suatu hasil studi tentang karakteristik air buangan
industri tahu-tempe di Medan (Bappeda, 1993) dilaporkan bahwa air buangan
industri tahu rata-rata mengandung COD, sebesar 7050 mg/l. Sementara EMDI
Bapedal (1994) melaporkan kandungan rata-rata COD 6520 mg/l. Bila
dibandingkan dengan baku mutu limbah cair industri produk makanan dari kedelai
menurut kepMenLH No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair bagi Kegiatan Industri, kadar maksimum yang diperbolehkan untuk COD
sebesar 100 mg/l, sehingga jelas bahwa limbah cair tahu ini telah melampaui baku
mutu yang dipersyaratkan (Husin, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Abas
(2013) tentang Studi Kandungan Air Limbah Pada Industri Tahu di Desa Hulawa
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, bahwa nilai parameter COD tiga
industri memiliki nilai rata-rata COD hari I (pertama) yaitu 7372,21 mg/L, hari II
(kedua) yaitu 8796,41 mg/L, nilai COD ketiga industri tersebut tidak memenuhi
baku mutu air limbah.
Dampak lain yang saat ini dirasakan masyarakat yang bertempat tinggal
di sekitar industri adalah adanya bau menyengat yang disebabkan oleh tingginya
kandungan bahan organik dalam limbah cair yang dialirkan ke sungai. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu upaya pengolahan air limbah
sederhana yang mudah dilakukan oleh industri. Salah satu metode alternatif yang
tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar dan efektif dalam mengendapkan
partikel-partikel air limbah adalah melalui teknologi pengolahan secara kimia
yakni metode koagulasi-flokulasi. Akan tetapi, koagulan yang akan digunakan
tidak berupa bahan kimia. Melainkan biokoagulan berupa sebuk biji kelor.
Biji kelor yang dipergunakan dibiarkan sampai matang atau tua dipohon
baru dipanen setelah kering dengan kadar air kurang lebih sama dengan 10 %.
Menurut penelitian dilaporkan bahwa tepung biji kelor adalah bahan alami yang
dapat membersihkan limbah cair relatif sama efektifnya bila dilakukan dengan
cara pembersihan menggunakan bahan kimia (Nurhidayat, 2010). Berdasarkan
hasil penelitian Hidayat (2009) tentang Protein Biji Kelor sebagai Bahan Aktif
Penjernihan Air, bahwa biji kelor dapat digunakan sebagai bahan penjernih air
karena di dalam biji kelor terdapat kandungan protein bermuatan positif yang
berperan sebagai polielektrolit kationik dan penting sebagai agen penjernihan air.
Dari uraian permasalahan di atas, maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian tentang Pengaruh Dosis dan Waktu Pengendapan Serbuk
Biji Kelor sebagai Koagulan terhadap Penurunan COD pada Limbah Cair Industri
Tahu di dalam Proses Koagulasi-Flokulasi Menggunakan Jar Test . Penelitian ini
diarahkan pada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
proses koagulasi yaitu meliputi dosis koagulan dan waktu pengendapan. Nilai
parameter limbah cair industri tahu yang diamati dalam penelitian ini adalah nilai
parameter COD.
Point-Point Latar Belakang :
Manfaat tahu dan perkembangan industri tahu di Indonesia terkait
banyaknya industri tahu yang berskala besar, menengah dan kecil.
Limbah yang dihasilkan dari industri tahu dan dampaknya bagi
lingkungan.
Kadar COD dalam limbah cair industri tahu dan perbandingannya dengan
baku mutu.
Menjelaskan teknologi pengolahan yang akan digunakan.
Menjelaskan keunggulan biji kelor sebagai biokoagulan yang akan
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai