Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Menganalisa kandungan minyak pada tanah
2. Menghitung konsentrasi minyak pada tanah tercemar

1.2 Dasar Teori


Pencemaran minyak bumi (crude oil) dapat terjadi di udara, tanah dan air.
Pencemaran minyak bumi pada tanah dianggap sebagai kontaminan yang dapat
mengurangi produktifitas tanah. Kontaminan dalam tanah adalah bahan kimia
yang dapat diakibatkan oleh kegiatan manusia. Kontaminan dapat masuk ketanah
secara sengaja dan tidak disengaja. Kesengajaan seperti aplikasi pestisida,
kegiatan pengeboran minyak bumi baik secara modern maupun tradisional, serta
contoh tidak sengajaan seperti tumpahan minyak karena kecelakaan, kebocoran
dan lain-lain (Suprihanto,2005).
Kontaminan tanah juga disebut sebgai limbah berbahaya atau pencemar
(pollutant) tanah, terdiri atas berbagai macam bahan kimia (Alexander, 1994
dalam Hairiah, 2009) termasuk :
1. Larutan mengandung klor, sepeti triklorotilena (TCE) dan
tetracloroetilena (PCE)
2. Bahan peledak, seperti 2,4,6-trinitrotoluena (TNT)
3. Logam seperti kromium dan timbal
4. Radionukleida seperti plutonium
5. Pestisida, seperti atrazin, benlat dan mathion.
6. BTEX (benzene, toluene, ethyl benzene, xylema)
7. PAH (polycyclic aromatic hydrocarbon) seperti kreosol.
8. PCB (polychlorinated biphenyl), seperti campuran aroclor
Pencemaran minyak bumi di tanah merupakan ancaman yang serius bagi
kesehatan manusia. Minyak bumi yang mencemari tanah dapat mencapai lokasi
air tanah, danau atau sumber air yang menyediakan air bagi kebutuhan domestik
maupun industri sehingga menjadi masalah serius bagi daerah yang
mengandalkan air tanah sebagai sumber utama kebutuhan air bersih atau air
minum. Pencemaran minyak bumi, meskipun dengan konsentrasi hidrokarbon
yang sangat rendah sangat mempengaruhi bau dan rasa air tanah (Atalas dan
Bartha 1997 dalam Nugroho, 2003).
Limbah lumpur minyak bumi merupakan produk yang tidak mungkin
dihindari oleh setiap perusahaan pertambangan minyak bumi dan menyebabkan
pencemaran terhadap lingkungan (Sumastri, 2005). Sebab lumpur limbah minyak
bumi mempunyai komponen hidrokarbon atau Total petroleum Hydrocarbon
(TPH) yaitu senyawa organik yang terdiri atas hidrogen dan karbon contohnya
benzene, toluene, ethylbenzena dan isomer xylema.
TPH adalah jumlah hidrokarbon minyak bumi yang terukur dari media
lingkungan. Hidrokarbon minyak bumi (PHC-Petroleum Hydrocarbon) adalah
berbagai jenis senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi. Dalam
satu jenis campuran minyak bumi akan terdapat rantai hidrokarbon dengan rantai
C3-C35. Dengan demikian, TPH didefinisikan sebagai metoda analisis yang
digunakan untuk mengukur jumlah hidrokarbon minyak bumi dalam suatu media
(Suprihanto,2005).
Metoda-metoda yang dapat digunakan untuk mengukur TPH adalah
spektrophotometry inframerah (IR), teknik analisis gravimetri dan gas
kromatografi (GC). Metode pengukuran TPH berbasis IR digunakan karena
sederhana, cepat dan murah. Namun, penggunaan saat ini sangat menurun dan
terbatas karena larangan seluruh dunia pada produksi Freon dan keterbatasan
penggunaan CCl4 (yang diperlukan untuk ekstraksi sampel dan pengukuran).
Pengukuran dengan spektrofotometer digunakan untuk mengukur konsentrasi
TPH yang rendah (<500ppm). Metode pengukuran TPH berbasis gravimetri
memiliki keterbatasan yang sama sebagai metode berbasis IR, tetapi paling tepat
digunakan untuk mengukur TPH dalam konsentrasi besar (%). Karena prosedur
metoda gravimetri sederhana, cepat, dan murah, metode ini paling sesuai untuk
perhitungan TPH pada tahapan monitoring proses bioremediasi. Metode untuk
pengukuran TPH berbasis GC akan mendeteksi berbagai jenis hidrokarbon,
sensitivitas dan selektivitas yang paling terbaik, dan mereka dapat digunakan
untuk identifikasi TPH serta kuantifikasi. Metoda GC umumnya dipakai sebagai
analisis awal dan akhir karena prosedur analisisnya memakan waktu yang cukup
lama. Dengan demikian, Kepmen LH 128/2003 mengijinkan untuk menggunakan
metoda gravimetri atau spektrofotometri untuk analisis TPH selama tahap
monitoring proses biodegradasi.
Persyaratan limbah minyak bumi yang diolah secara biologis adalah sebagai
berikut :
a. Konsentrasi maksimum TPH awal sebelum proses pengolahan biologis
adalah tidak lebih dari 15%.
b. Konsentrasi TPH yang sebelum proses pengolahan lebih dari 15 % perlu
dilakukan pengolahan atau pemanfaatan terlebih dahulu dengan
mempertimbangkan teknologi yang tersedia dan karakteristik limbah
Dalam kepmen LH 128/2003 dicantumkan bahwa konsentrasi TPH
maksimum yang diijinkan untuk mengolah tanah tercemar dengan bioremediasi
adalah 15%. Jika terdapat konsentrasi hidrokarbon minyak bumi diatas 15 %
maka harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu yang tujuannya adalah
pemanfaatan.
Petroleum hydrocarbon yang dimaksudkan dalam kepmen 128/2003 adalah
senyawa yang terdapat pada industri migas dan dihasilkan dari industri migas.
Hasil studi menunjukkan bahwa konsentrasi hidrokarbon minyak bumi pada <
10000 mg/kg atau 1% tidak menyebabkan dampak negatif pada pertumbuhan
berbagai tanaman ataupun perlindian pada air tanah. Angka 1% ini kemudian
digunakan oleh beberapa negara bagian di US untuk aplikasi pengolahan tanah
tercemar di industri migas, dan angka 1% ini juga digunakan sebagai target
konsentrasi akhir bioremediasi di Indonesia.
Salah satu upaya secara biologis untuk mengatasi tanah tercemar hidrokarbon
adalah dengan melakukan bioremediasi. Bioremediasi merupakan alternatif yang
dilakukan dimana tanah yang tercemar dibersihkan dengan memanfaatkan
kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi kontaminan yang bersifat
ramah terhadap lingkungan karena tanah yang sudah tercemar umumnya tidak
dapat ditanami (Nugroho, 2003).
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
NO NAMA ALAT GAMBAR
1. Gelas Ukur 100 Ml

2. Kaca Arloji

3. Corong

4. Erlenmeyer 250 mL

5. Beaker Glass 250 mL

6. Pipet Tetes
7. Oven

8. Timbangan Analitik

9. Cawan Penguap

10. Kertas Saring

11. Batang Pengaduk

2.2 Bahan
- Sampel tanah tercemar minyak bumi 10 gram
- n-Hexane 100 ml
- Na2SO4 anhidrat 10 gram
2.3 Prosedur
1. Sampel tanah yang tercemar minyak bumi ditimbang sebanyak 10
gram dalam kaca arloji menggunakan timbangan analitik.
2. Sampel tanah yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam beaker
glass 250 mL, lalu ditambahkan 100 mL n-Hexane diaduk selama 30
menit.
3. Campuran disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
4. Filtrat ditambahkan Na2SO4 anhidrat sebanyak 10 gram diaduk
selama 10 menit.
5. Campuran disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam beaker glass
250 mL.
6. Cawan penguap dipanaskan dalam oven pada suhu 85°C - 105°C
selama 45 menit, kemudian dipindahkan ke dalam desikator selama
10 menit.
7. Cawan penguap ditimbang sehingga diperoleh berat cawan penguap
kosong sebesar 49,087 gram.
8. Filtrat dalam erlenmeyer dipindahkan ke dalam cawan penguap lalu
dioven pada suhu 85°C - 105°C selama 45 menit.
9. Setelah dipanaskan, dimasukkan ke dalam desikator selama 5 menit,
kemudian ditimbang.
10. Cawan penguap berisi residu dipanaskan kembali di dalam oven pada
suhu 105°C selama 10 menit. Setelanjutnya, dimasukkan ke dalam
desikator selama 5 menit lalu ditimbang. Hal ini dilakukan hingga
berat konstan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Perlakuan Pengamatan
10 gram sampel tanah tercemar + 100 Larutan hitam keruh dan terdapat
mL n-Hexane endapan
Sampel tanah + n-Hexane disaring Larutan coklat bening
Filtrat + 10 gram Na2SO4 anhidrat Coklat keruh dan terdapat endapan
Filtrat + Na2SO4 anhidrat disaring Larutan coklat bening
Filtrat diuapkan Larutan coklat pekat

Perhitungan

Berat sampel (A) = 10 gram

berat cawan penguap kosong (B) = 49,087 gram

berat cawan penguap kosong + residu (C) =

1. 51,565 gram
2. 49,392 gram
3. 49,387 gram
4. 49,385 gram
5. 49,375 gram

Menghitung persentase TPH (% TPH)

𝐶−𝐵
% TPH = × 100%
𝐴

49,375 − 49,087
= × 100 %
10

= 2,88 %
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, digunakan sampel tanah yang tercemar minyak bumi.
Minyak bumi adalah bahan yang sangat penting bagi kehidupan sebagai sumber
energi. Namun minyak bumi juga memberikan efek yang buruk diantaranya
pencemaran lingkungan, baik itu tanah, air, dan udara. Minyak bumi yang
merusak atau bisa juga disebut limbah minyak bersumber dari hasil eksplorasi
produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan,
pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, dan bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan
beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat
mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lainnya (Ginting, 2007).
Menurut Kepmen Nomor 128 Tahun 2003, Bioremediasi adalah proses
pengolahan limbah minyak bumi yang sudah lama atau tumpahan/ceceran
minyak pada lahan terkontaminasi dengan memanfaatkan mahluk hidup
mikroorganisme, tumbuhan atau organisme lain untuk mengurangi konsentrasi
atau menghilangkan daya racun bahan pencemar. Metode remediasi ini
mempunyai kendala dalam hal batasan lahan, waktu proses yang lama, dibutuhkan
area yang khusus, dapat menyebabkan kontaminasi pada tanah dan berpotensi
menyebabkan kontaminasi terhadap air tanah (Zulkifliani, 2011). Menurut
Alexander (1994) menyatakan senyawa-senyawa hidrokarbon yang tertumpah di
alam akan mengalami degradasi secara alamiah karena faktor-faktor lingkungan,
meskipun laju degradasinya berlangsung lambat.
Menurut Suprihanto (2005) fungsi penambahan n-Hexane adalah sebagai
pengekstrak sampel tanah atau pelarut organik yang ditambahkan untuk
memisahkan zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap 2 cairan yang tidak
saling larut. Sampel yang ditambahkan n-Hexane, diaduk selama 30 menit agar
terjadi pemisahan fase padatan dan cairan secara sempurna. Untuk penambahan
bubuk Na2SO4 berfungsi untuk mengikat air didalam campuran larutan.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh persentase Total Petroleum
Hydrocarbon (TPH) pada tanah yaitu, 2,88%. Menurut Kepmen Nomor 128
Tahun 2003, tanah yang hasil pengujian TPH besar dari 1 % harus diolah sebelum
dinyatakan aman bagi lingkungan. Salah satu cara pengolahan tanah yang
tercemar minyak bumi adalah dengan bioremediasi. Konsentrasi maksimum TPH
awal sebelum proses pengolahan biologis Menurut Kepmen Nomor 128 Tahun
2003 adalah tidak lebih dari 15% jika konsentrasi TPH yang sebelum proses
pengolahan lebih dari 15% perlu dilakukan pengolahan atau pemanfaatan terlebih
dahulu dengan mempertimbangkan teknologi yang tersedia dan karakteristik
limbah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada percobaan ini hasil konsentrasi minyak yang terkandung dalam tanah
tercemar adalah 2,88%.
2. Dalam KEPMEN Nomor 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah
Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara Biologisyakni tanah hasil akhir
pengujian TPH adalah 1%, sedangkan dari hasil percobaan, hasil akhir
pengujian TPH lebih besar dari 1%. Hal ini berarti tanah
harusdiolahsebelumdinyatakanamanbagi lingkungan.

4.2 Saran

Saran untuk percobaan ini adalah :

1. Gunakan pakaian labor dengan lengkap.


2. Teliti dan hati-hati saat melakukan percobaan.
3. Bersihkan alat dengan baik dan benar.
4. Dengarkan instruksi dari asisten yang bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M.1994. Biodegradation and Beoremedation. NewYork : Academic
Press.

Atlas, R dan M.R. Barta. 1997. Microbiology Ecology Fundamental and


Aplication. Massachutes: Addition Weslwy Publishing.

Ginting, Pedana, Ir. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri.
Jakarta: MS.CV YRAMA WIDYA.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KepMen LH) No. 128 Tahun 2003,
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak
Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara Biologis.
Nugroho, A. 2003. Bioremidiasi Hidrokarbon Minyak Bumi. Jakarta: Bumi
Aksara.

Sumastri. 2005. Bioremediasi Lumpur Minyak Bumi secara Pengomposan


Menggunakan Kultur Bakteri Hasil Seleksi. Bandung : PPPPTK IPA.

Suprihanto, Notodarmojo. 2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung :


Penerbit ITB.

Zulkifli. 2011. Penanggulangan Tanah Terkontaminasi Limbah Minyak


Menggunakan Teknik Bios (Skala Pilot). Jakarta Selatan : LEMIGAS.
DOKUMENTASI

Sampel tanah yang tercemar ditimbang sebanyak 10 gram

10 gram sampel tanah ditambahkan 100 ml n-Hexane, lalu


diaduk selama 30 menit.

Campuran disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam


erlenmeyer

Na2SO4 anhidrat ditimbang sebanyak 10 gram


Setelahdiaduk selama 10 menit, campuran filtrat dan
Na2SO4 disaring dan dimasukkan ke dalam beaker glass

Cawan penguap kosong setelah dipanaskan dalam oven,


ditimbang

Filtrat dalam beaker glas dipindahkan ke dalam cawan


penguap kosong, dipanaskan dalam oven dan
didinginkan dalam desikator selama 5 menit

Residu ditimbang hingga berat konstan. Dan diperolah


berat konstan residu sebesar 49,375 gram

Anda mungkin juga menyukai