PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Menganalisa kandungan minyak pada tanah
2. Menghitung konsentrasi minyak pada tanah tercemar
2. Kaca Arloji
3. Corong
4. Erlenmeyer 250 mL
6. Pipet Tetes
7. Oven
8. Timbangan Analitik
9. Cawan Penguap
2.2 Bahan
- Sampel tanah tercemar minyak bumi 10 gram
- n-Hexane 100 ml
- Na2SO4 anhidrat 10 gram
2.3 Prosedur
1. Sampel tanah yang tercemar minyak bumi ditimbang sebanyak 10
gram dalam kaca arloji menggunakan timbangan analitik.
2. Sampel tanah yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam beaker
glass 250 mL, lalu ditambahkan 100 mL n-Hexane diaduk selama 30
menit.
3. Campuran disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
4. Filtrat ditambahkan Na2SO4 anhidrat sebanyak 10 gram diaduk
selama 10 menit.
5. Campuran disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam beaker glass
250 mL.
6. Cawan penguap dipanaskan dalam oven pada suhu 85°C - 105°C
selama 45 menit, kemudian dipindahkan ke dalam desikator selama
10 menit.
7. Cawan penguap ditimbang sehingga diperoleh berat cawan penguap
kosong sebesar 49,087 gram.
8. Filtrat dalam erlenmeyer dipindahkan ke dalam cawan penguap lalu
dioven pada suhu 85°C - 105°C selama 45 menit.
9. Setelah dipanaskan, dimasukkan ke dalam desikator selama 5 menit,
kemudian ditimbang.
10. Cawan penguap berisi residu dipanaskan kembali di dalam oven pada
suhu 105°C selama 10 menit. Setelanjutnya, dimasukkan ke dalam
desikator selama 5 menit lalu ditimbang. Hal ini dilakukan hingga
berat konstan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Perlakuan Pengamatan
10 gram sampel tanah tercemar + 100 Larutan hitam keruh dan terdapat
mL n-Hexane endapan
Sampel tanah + n-Hexane disaring Larutan coklat bening
Filtrat + 10 gram Na2SO4 anhidrat Coklat keruh dan terdapat endapan
Filtrat + Na2SO4 anhidrat disaring Larutan coklat bening
Filtrat diuapkan Larutan coklat pekat
Perhitungan
1. 51,565 gram
2. 49,392 gram
3. 49,387 gram
4. 49,385 gram
5. 49,375 gram
𝐶−𝐵
% TPH = × 100%
𝐴
49,375 − 49,087
= × 100 %
10
= 2,88 %
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, digunakan sampel tanah yang tercemar minyak bumi.
Minyak bumi adalah bahan yang sangat penting bagi kehidupan sebagai sumber
energi. Namun minyak bumi juga memberikan efek yang buruk diantaranya
pencemaran lingkungan, baik itu tanah, air, dan udara. Minyak bumi yang
merusak atau bisa juga disebut limbah minyak bersumber dari hasil eksplorasi
produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan,
pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, dan bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan
beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat
mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lainnya (Ginting, 2007).
Menurut Kepmen Nomor 128 Tahun 2003, Bioremediasi adalah proses
pengolahan limbah minyak bumi yang sudah lama atau tumpahan/ceceran
minyak pada lahan terkontaminasi dengan memanfaatkan mahluk hidup
mikroorganisme, tumbuhan atau organisme lain untuk mengurangi konsentrasi
atau menghilangkan daya racun bahan pencemar. Metode remediasi ini
mempunyai kendala dalam hal batasan lahan, waktu proses yang lama, dibutuhkan
area yang khusus, dapat menyebabkan kontaminasi pada tanah dan berpotensi
menyebabkan kontaminasi terhadap air tanah (Zulkifliani, 2011). Menurut
Alexander (1994) menyatakan senyawa-senyawa hidrokarbon yang tertumpah di
alam akan mengalami degradasi secara alamiah karena faktor-faktor lingkungan,
meskipun laju degradasinya berlangsung lambat.
Menurut Suprihanto (2005) fungsi penambahan n-Hexane adalah sebagai
pengekstrak sampel tanah atau pelarut organik yang ditambahkan untuk
memisahkan zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap 2 cairan yang tidak
saling larut. Sampel yang ditambahkan n-Hexane, diaduk selama 30 menit agar
terjadi pemisahan fase padatan dan cairan secara sempurna. Untuk penambahan
bubuk Na2SO4 berfungsi untuk mengikat air didalam campuran larutan.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh persentase Total Petroleum
Hydrocarbon (TPH) pada tanah yaitu, 2,88%. Menurut Kepmen Nomor 128
Tahun 2003, tanah yang hasil pengujian TPH besar dari 1 % harus diolah sebelum
dinyatakan aman bagi lingkungan. Salah satu cara pengolahan tanah yang
tercemar minyak bumi adalah dengan bioremediasi. Konsentrasi maksimum TPH
awal sebelum proses pengolahan biologis Menurut Kepmen Nomor 128 Tahun
2003 adalah tidak lebih dari 15% jika konsentrasi TPH yang sebelum proses
pengolahan lebih dari 15% perlu dilakukan pengolahan atau pemanfaatan terlebih
dahulu dengan mempertimbangkan teknologi yang tersedia dan karakteristik
limbah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada percobaan ini hasil konsentrasi minyak yang terkandung dalam tanah
tercemar adalah 2,88%.
2. Dalam KEPMEN Nomor 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah
Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara Biologisyakni tanah hasil akhir
pengujian TPH adalah 1%, sedangkan dari hasil percobaan, hasil akhir
pengujian TPH lebih besar dari 1%. Hal ini berarti tanah
harusdiolahsebelumdinyatakanamanbagi lingkungan.
4.2 Saran
Ginting, Pedana, Ir. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri.
Jakarta: MS.CV YRAMA WIDYA.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KepMen LH) No. 128 Tahun 2003,
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak
Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara Biologis.
Nugroho, A. 2003. Bioremidiasi Hidrokarbon Minyak Bumi. Jakarta: Bumi
Aksara.