Judul Penelitian :
Pengaruh Waktu Kontak Lumpur Aktif terhadap Penurunan COD pada Limbah
Cair Industri Tahu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan
dasar kacang kedelai yang digemari hampir seluruh lapisan masyarakat di
Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik, pembuatan tahu juga relatif murah
dan sederhana. Produksi tahu yang terdapat di Indonesia kebanyakan dilakukan
oleh masyarakat yang termasuk golongan menengah ke bawah atau dalam skala
rumah tangga. Limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses
pembuatan tahu. Limbah tersebut berupa limbah padat dan limbah cair (Nurika,
2007).
Umumnya, produsen tahu tidak mau mengolah limbah hasil pembuatan
tahu dikarenakan biaya yang cukup mahal dan kurangnya pengetahuan dalam
pengelolaan limbah, sehingga limbah tahu yang berbentuk cair langsung dibuang
ke perairan yang dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kualitas air. Parameter
kualitas air yang dipengaruhi diantaranya meningkatnya kekeruhan air, tingginya
kandungan bahan organik, berkembangnya bakteri patogen, serta timbulnya bau
busuk akibat bahan organik terurai dalam kondisi anaerobik.
Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik yang tinggi
terutama protein. Menurut Husin (2003) adanya senyawa-senyawa organik berupa
protein, karbohidrat, dan lemak menyebabkan limbah cair industri tahu
mengandung BOD, COD, dan TSS yang tinggi. Senyawa protein memiliki jumlah
yang paling besar yaitu 40% - 60%, karbohidrat 25% - 50%, dan lemak 10%.
Menurut Nurullatifah (2011), senyawa organik yang berada pada limbah adalah
senyawa yang dapat diuraikan secara sempurna melalui proses biologi baik aerob
maupun anaerob.
Berdasarkan penelitian Sudaryati (2008), limbah cair industri tahu
memiliki kadar COD sekitar 1940-4800 mg/L, BOD sekitar 1070-2600 mg/L,
TSS sekitar 2100-3800 mg/L, dan pH sekitar 4,55,7. Ditinjau dari permasalahan
di atas, diperlukan suatu upaya pengolahan air limbah dengan cara sederhana dan
mudah dilakukan oleh industri untuk skala rumah tangga. Pada penelitian ini,
limbah cair industri tahu akan diolah secara biologis, yakni dengan menggunakan
lumpur aktif (activated sludge) untuk mendegradasi kandungan organik dalam
limbah tersebut. Pada dasarnya, cara biologi adalah pemutusan molekul kompleks
menjadi molekul sederhana dengan memanfaatkan mikroorganisme. Pengolahan
secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien.
Hasil yang dicapai cukup memuaskan, dimana diperoleh penurunan BOD terlarut,
nitrogen, dan fosfor berturut-turut sebesar 95%, 67%, dan 57% (Tay, 1990).
Sistem lumpur aktif terdiri atas dua unit proses utama, yaitu bioreaktor
(tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam sistem lumpur aktif, limbah cair
dan biomassa dicampur secara sempurna dalam suatu reaktor dan diaerasi.
Suspensi biomassa dalam limbah cair kemudian dialirkan ke tangki sedimentasi,
dimana biomassa dipisahkan dari air yang telah diolah. Sebagian biomassa yang
terendapkan dikembalikan ke bioreaktor dan air yang telah terolah dibuang ke
lingkungan. Agar konsentrasi biomassa di dalam reaktor konstan, sebagian
biomassa dikeluarkan dari sistem tersebut sebagai excess sludge. Penyisihan
bahan organik pada sistem ini bisa mencapai 85 95% (Gonzales, 1996).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2010), persentase
penurunan kadar COD pada limbah cair industri tahu menggunakan lumpur aktif
selama 14 hari mencapai 89,78 %. Jika dilihat dari grafik hubungan antara waktu
kontak lumpur aktif (dalam hari) dengan nilai COD (dalam mg/l), persentase
penurunan COD masih dapat ditingkatkan pada perlakuan waktu kontak yang
lebih lama. Menurut Nurhadi (2006), semakin lama limbah cair diolah dengan
diberi aerasi (penambahan oksigen), maka semakin menurun nilai COD dari
limbah cair industri tahu. Hal ini disebabkan penambahan aerasi (udara) dapat
memacu aktivitas mikroorganisme untuk merombak bahan organik yang ada di
dalam limbah cair industri tahu.
Dari uraian permasalahan di atas, maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian tentang Pengaruh Waktu Kontak Lumpur Aktif terhadap
Penurunan COD pada Limbah Cair Industri Tahu. Nilai parameter limbah cair
industri tahu yang diamati dalam penelitian ini adalah nilai parameter COD.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan instalasi pengolahan air limbah industri tahu untuk skala rumah
tangga.
dengan waktu kontak lumpur aktif 14 hari dimana pengukuran dilakukan pada
hari ke 0, 2, 6, 10, dan 14. Hasil yang diperoleh pada pengenceran limbah cair
tahu menunjukkan kadar COD terendah pada pengenceran 150 kali sebesar 97,84
mg/l. Sedangkan hasil penelitian menunjukkan penurunan COD pada hari ke 14
mencapai 89,78 %.
Sudaryati (2008) telah melakukan penelitian pengolahan dari limbah cair
industri tahu dengan menggunakan lumpur aktif dari rumah potong hewan
Pesanggaran, selokan industri tahu, dan sungai Badung. Variabel tetapnya adalah
bak aerator berisi 40 % lumpur aktif dan 60 % limbah cair tahu. Variabel
bebasnya yakni waktu kontak lumpur aktif selama 37 hari dimana pengukuran
dilakukan pada hari ke 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33, dan 37. Hasil penelitian
menunjukkan penurunan COD pada hari ke 37 mencapai 96,10 %.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan penurunan COD yang dicapai,
59,88 % (Febriyana, 2014), 69, 06 % (Ratnani, 2011), 89,78 % (Pratiwi, 2010),
dan 96,10 % (Sudaryati, 2008). Efisiensi penurunan COD masih bisa ditingkatkan
dari kendala yang teridentifikasi antara lain berat atau banyaknya lumpur aktif dan
waktu kontak lumpur aktif yang digunakan belum maksimal. Penelitian
selanjutnya untuk meningkatkan efisiensi penurunan COD dapat dilakukan
dengan meningkatkan berat dan waktu kontak lumpur aktif. Menurut Nurhadi
(2006), semakin lama limbah cair diolah dengan diberi aerasi (penambahan
oksigen), maka semakin menurun nilai COD limbah cair industri tahu. Hal ini
disebabkan penambahan aerasi (udara) dapat memacu aktivitas mikroorganisme
untuk merombak bahan organik yang ada di dalam limbah cair industri tahu.
Sedangkan untuk berat atau banyaknya lumpur aktif yang digunakan, semakin
banyak lumpur yang diaktivasi maka nilai parameter semakin kecil (Febriyana,
2014).
Penelitian-penelitian sebelumnya belum mengkaji pada jenis lumpur aktif
dari 3 lokasi yang berbeda terhadap penurunan kadar COD pada variabel berat
atau jumlah lumpur aktif yang lebih banyak dan waktu kontak lumpur aktif atau
waktu aerasi yang lebih lama, sehingga penelitian ini sangat layak dan penting
untuk dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Menurut
Sani (2006), Semakin besar volume lumpur
yang digunakan maka semakin banyak
jumlah mikroba yang ada dalam lumpur.
Turunnya nilai BOD
dan COD disebabkan oleh bakteri aerob
yang diberi aerasi dan nutrisi, tumbuh
berkembang biak memakan zat organik
tersebut sehingga terurai menjadi CO2 dan
H2O (Salimin, et al. 2012).
Salimin, Zainus dan Jaka Rachmadetin.
2012. Denitrifikasi Limbah Radioaktif
Cair Yang Mengandung Asam Nitrat
Dengan Proses Biooksidasi. Dilihat
tanggal 23 Januari 2014.
<http://digilib.batan.go.id/eprosiding/
file%20prosiding/lingkun
gan/pros_limbahix/data/zainus_sali
min_149.pdf>.
Sani, Elly Yuniarti. 2006. Pengolahan Air
Limbah Tahu menggunakan reaktor
anaerob bersekat dan aerob. Dilihat
tanggal 5 Juni
2014.<http://eprints.undip.ac.id/173
65/1/Elly_Yuniarti_Sani.pdf>.