Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MEKANIKA TANAH

“PONDASI RAMAH LINGKUNGAN”

DISUSUN OLEH :
NAMA : DIAN LARASATI
NIM : 1407123660
KELAS : TEKNIK LINGKUNGAN (A)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mekanika
tanah “Pondasi Ramah Lingkungan” ini dengan baik.
Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan
informasi mengenai Pondasi yang Ramah Lingkungan dengan menjabarkan
pengertian pondasi, dan contoh pondasi yang ramah lingkungan, serta untuk
memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Tanah.
Selama penyusunan makalah ini, saya menemui beberapa hambatan,
antara lain dalam pencarian data tentang bahan referensi yang sesuai dengan
materi makalah ini, teknik penyusunan makalah yang sempurna, serta banyaknya
hal-hal yang harus direvisi dengan membaca ulang makalah yang saya buat.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Pekanbaru, Januari 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pondasi sebagai dasar bangunan harus mampu memikul seluruh beban
bangunan dan beban lainnya, untuk diteruskan sampai kelapisan tanah pada
kedalaman tertentu. Oleh karena itu dalam setiap bangunan diperlukan pondasi
sebagai dasar bangunan yang kuat dan kokoh. Bangunan teknik sipil secara umum
meliputi dua bagian utama, yaitu struktur bawah dan struktur atas. Dalam hal ini,
struktur bawah sebagai pondasi yang berinteraksi dengan tanah menghasilkan
daya dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan pada struktur
bagian atas serta bangunan lain di sekitarnya.
Kerusakan yang terjadi pada bangunan teknik sipil tidak hanya
disebabkan oleh struktur bangunan yang jelek, tetapi juga kondisi tanah tempat
dimana struktur bangunan tersebut diletakkan. Penyebab kerusakan tersebut
adalah besarnya penurunan yang terjadi yang menimbulkan deformasi tanah yang
besar dan rendahnya daya dukung tanah, seperti pada tanah kohesif khususnya
yang mengandung kadar air cukup tinggi. Oleh karena itu harus diperhatikan
dengan seksama mengenai daya dukung dari tanah kohesif tersebut, apakah perlu
adanya usaha perbaikan atau stabilisasi tanah untuk mendapatkan sifat-sifat tanah
yang diinginkan sehingga kerusakan konstruksi dapat dicegah (Das,1995).
Struktur bagian bawah sebuah gedung/rumah merupakan suatu bagian
yang utama pada proses konstruksi pembangunan rumah tinggal yang waktu
pengerjaannya cukup lama. Saat ini sangat menuntut pembangunan yang cepat
dan tepat. Ciarlini (1952) meneliti bagaimana sambungan antara pedestal pondasi
dengan sloof dengan maksud untuk mempercepat proses konstruksinya. Ciarlini
membuat pondasi pedestal dengan sloof menjadi sistem sambungan dengan
memberi coakan secara dua arah yaitu arah horisontal dan vertikal. Dimana fungsi
dari coakan tersebut untuk menggabungkan pondasi tapak dengan sloof dan
kolom. Lubang/ coakan tersebut harus kuat untuk menahan gaya – gaya yang
terjadi sehingga lubang tersebut tidak retak. Namun saat ini dengan teknologi
cetak-jadi (precast), sistem sambungan pondasi tapak bisa diolah di pabrik
konstruksi beton pracetak. Sistem pracetak dapat mendukung pembangunan
rumah khususnya rumah sederhana yang berkualitas, cepat dan ekonomis.
Sinergi antara pihak Pemerintah, perguruan tinggi/peneliti, maupun
lembaga penelitian serta dunia Industri perlu disemarakkan dan saling menunjang.
Sistem precast ini sangat mudah dan cepat serta bisa menjadikan ramah
lingkungan karena sisa bahan kontruksi di lapangan bisa diminimalkan.
Pengerjaan kontruksinya tidak memerlukan bekisting (papan kayu). Selain itu
mutu beton pada beton cetak-jadi bisa dikontrol langsung di pabrik. Sistem
sambungan pondasi tapak yang dipakai konstruksi-konstruksi rumah sederhana
satu lantai, sebagai studi kasus adalah tiga rumah sederhana satu lantai. Rumah
contoh yang dipakai sebagai tolok ukur penelitian/studi kasus terletak pada
perumahan wilayah Surabya Barat. Diharapkan studi kasus pada ketiga rumah
contoh tersebut bisa memwakili perhitungan beban-beban yang ada pada sebuah
rumah sederhana. Hasil yang diperoleh beban yang diterima oleh sebuah kolom
15 cm x 15 cm berkisar antara 2 ton sampai 3 ton dan beban horizontal
diasumsikan sebesar antara 200 kg sampai dengan 300 kg pada komponen sloof
berdimensi 10 cm x 20 cm.
Dengan adanya perkembangan teknologi jaman sekarang sudah
sangat maju, dimana dapat dijumpai beberapa material konstruksi yang sudah
jadi (pracetak), seperti panel lantai dan dinding pracetak yang memudahkan
pengerjaan dan menghemat waktu pengerjaan. Biaya tukang yang semakin lama,
semakin mahal diharapkan denganadanya material langsung jadi diharapkan dapat
mengurangi biaya tukang dengan cara menghemat waktu pekerjaan.Sehingga
masih banyak lagi material konstruksi dapat dibuat menjadi lebih instan
apabila dilakukan studi lebihlanjut. Pada pekerjaan bagian dasar atau
pekerjaan pondasi ini peneliti melakukan penelitian tentang hal
tersebut,dimaksudkan agar hasil dari penelitian dapat dimanfaatkan untuk
kemajuan teknologi bahan bangunan dibagianpekerjaan pondasi.
Pondasi merupakan suatu bagian yang vital dalam proses pembangunan
rumah tinggal maupun bangunan konstruksi lainnya. Untuk mengetahui lebih
lanjut, maka penulis melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pondasi
untuk rumah tinggal sederhana satu lantai. Bagian –bagian yang sangat perlu
diperhatikan adalah beban–beban yang diterima oleh pondasi tapak, kekuatan
tanah asal, sambungan antara pedestal dengan kolom dan sloof. Untuk itu peneliti
melakukan penelitian dan perhitungan beban – beban yang terjadi dan juga
sambungan antara pedestal dengan kolom dan sloof.
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap hasil dari makalah ini
dapat memajukan kemajuan teknologi bahan bangunan konstruksi. Sehingga
dapat mempermudah dan mempercepat pengerjaan konstruksi bangunan rumah
tinggal sederhana satu lantai. Hal tersebutlah yang melatar belakangi pembuatan
makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dituliskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan pondasi ?
2. Apa saja contoh pondasi yang ramah lingkungan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui secara menyeluruh mengenai pondasi.
2. Untuk mengetahui contoh-contoh pondasi yang ramah lingkungan.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Pondasi


Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefenisikan suatu
konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan
beban bangunan di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat
daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat
menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban–beban yang bekerja,
gaya – gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain – lain. Pondasi
adalah bagian bawah dari struktur bangunan rumah yang membutuhkan
waktu pengerjaan yang relatip lama. Masa kini pada pekerjaan konstruksi
dibutuhkan pelaksanaan yang baik dan cepat khususnya pada pekerjaan pondasi.
Oleh karena itu dalam mengatasinya perlu dicari solusi yangtepat dan cepat.
Sehingga pondasi yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan harus
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
1. Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser yang
disebabkan muatan tegak ke bawah.
2. Dapat menyesuaikan terhadap kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan tanah
antara lain, tanah mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak stabil,
kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari gempa bumi.
3. Menahan gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organik
maupun anorganik.
4. Dapat menahan tekanan air yang mungkin terjadi.
Suatu konstruksi pondasi yang tidak cukup kuat dan kurang memenuhi
persyaratan tersebut diatas, dapat menimbulkan kerusakan pada bangunannya.
Akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ini, memerlukan perbaikan dari
bangunannya bahkan kemungkinan terjadi seluruh bangunan menjadi rusak dan
harus dibongkar. Di samping itu, tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas
yang diijinkan.
Sebelum memulai pengerjaan pondasi, terlebih dahulu harus memenuhi
syarat- syarat secara :
a. Fungsional : mampu mendukung dan menyalurkan dengan baik beban- beban
diatasnya
b. Struktural : tidak ambles dan tidak berubah bentuk
Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi
dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), tergantung
dari letak tanah kerasnya dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi.
Pondasi dangkal kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi (D≤B)
dan dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya berada dekat dengan permukaan
tanah. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh
dari permukaan tanah atau memenuhi syarat kedalamannya lebih besar dengan
lebar pondasi (D>B).
Desain pondasi tapak harus baik, karena apabila bentuk pondasi tapak
tidak bagus maka sistem sambungan antara kolom, sloof, dan pondasi tidak akan
menjadi satu kesatuan yang kuat. Apabila sistem sambungan tidak kuat, maka
dapat membahayakan kekuatan / kekokohan bangunan di atasnya. Jadi peneliti
berusaha mendesain sistem sambungan pondasi tapak sebaik mungkin. Agar
pondasi tapak tersebut dapat menerima beban – beban kolom yang terjadi dan
beban horisontalnya.
Pondasi tapak terdiri dari dua bagian yaitu bagian bawah plat beton dan
bagian atas kolom pendek. Hubungan antarakolom pendek dengan plat sifatnya
menyatu (monolit), disebut pondasi tapak. Desain sambungan pondasi
tapakdan/dengan sloof yang diteliti agar kedua komponen bisa menjadi satu
kesatuan (Coduto, 2001). Sistem sederhanasupaya dapat saling terkait dengan
baik adalah dengan memberi coakan (lubang) arah horisontal dan
vertikal(Ciarlini, 1952). Tujuan dari lubang tersebut selain untuk menahan
balok sloof agar tidak bergeser dari pondasi tapak. Beberapa faktor yang
berpengaruh pada sambungan antara lain faktor denah dan beban bangunan,
faktor tanah/lingkungan, desain pondasi tapak dan mutu beton.
Material semen dan beton pada dasarnya merupakan bahan baku ramah
lingkungan. Material ini terbuat dari bebatuan alami dan tanah yang dibuat
menjadi bubuk halus, dan dicampur dengan air. Semen dalam bentuk aslinya
memang ramah lingkungan, karena dibuat dari material alami.
Di toko bahan bangunan, semen tersedia dalam berbagai bentuk dan
ukuran. Sak kecil untuk konsumen rumahan, atau dalam sak kemasan besar untuk
pembangunan gedung, jembatan, atau memenuhi kebutuhan para insinyur
konstruksi. Semen merupakan material yang banyak digunakan, misalnya untuk
membuat jalan, jalan setapak, dinding, rumah, jembatan, dan lain-lain. Semen
memiliki fleksibilitas yang luar biasa, ia dapat dicampur dengan bahan bangunan
lain seperti misalnya aspal atau batu untuk menghasilkan campuran yang lebih
kuat untuk membangun struktur dan permukaan.
Tapi itu hanya berlaku pada semen mentah. Dalam proses industri
pembuatan material bahan bangunan, semen tidak selalu ramah lingkungan.
Semen produksi pabrikan umumnya telah bercampur bahan perekat kimia. Ketika
dicampur dengan air, semen akan melunak dan harus digunakan segera. Jika tidak,
bahan kimianya akan bereaksi dan ia akan mengeras lagi. Jika sudah begini,
semen jadi tidak dapat digunakan. Berbeda dengan sifat asli semen, dalam
pengerjaannya ternyata pemanfaatan semen juga tidaklah terlalu ramah
lingkungan.
Dalam mengerjakan proyek bangunan, semen dalam jumlah besar diolah
pada mesin pemutar dan langsung diaplikasikan pada bata atau area lain. Dalam
proses ini, sebenarnya ada banyak limbah industri yang dihasilkan, misalnya sisa
semen yang tidak segera digunakan dan lantas mengeras. Selain itu air juga perlu
banyak sekali digunakan untuk melunakkan material semen. Sering kali air
terbuang selama proses ini, yang mana itu sama saja tidak ramah lingkungan.
Demikian pula polusi. Dalam proses pengolahan semen ini, mesin yang bekerja
juga menghasilkan polusi, dan sisa bahan kimia pada semen akan mencemari air,
terutama jika air tersebut mengalir kembali ke sumbernya di dalam tanah atau ke
sungai. Jika dipikir-pikir, penggunaan semen ternyata dapat membuat lingkungan
jadi tercemar dan terdegradasi.
Pondasi Dangkal ( Shallow Foundation )
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif
dangkal, hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang
sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah,dibuat dari
beton atau pasangan batu,meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke
tanah keras. Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :
 Pondasi Setempat ( Single Footing )
dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom pendukung/kolom
struktur), tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan kayu di
daerah rawa-rawa. Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu
alam massif yang bertarah dan diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan.
Adapun ciri-ciri pondasi setempat adalah :
1. Jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter
2. Pondasi dibuat hanya di bawah kolom
3. Masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof, tidak
digunakan untuk mendukung beban.
Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain:
1. Pondasi pilar, dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung.
2. Pondasi sumuran, dari galian tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah
keras, kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu-batu besar.
3. Pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana. Pondasi umpak dipasang di
bawah setiap tiang penyangga.
 Pondasi Menerus ( Continuous Footing )
dapat digunakan pada tanah yang seragam. Ciri-ciri Pondasi menerus
adalah :
• Ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama;
• Dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom;
• Biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat;
• Untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang bagian bawah
diperlebar menjadi pelat.
 Pondasi Pelat ( Plate Foundation )
biasanya seluas ukuran gedung. Pondasi ini membagi beban secara
merata ke tanah bangunan. Pondasi pelat ini biasa digunakan dalam hal:
• Daya dukung tanah jelek atau beban bangunan yang tinggi;
• Raster atau jarak-jarak tiang/dinding kurang dari 8 meter;
• Beban bangunan yang tinggi sudah dibagi merata oleh konstruksi atas;
• Pada daerah rawan banjir, pondasi ini akan mencegah meresapnya air
dari bawah (tanah).
 Pondasi Cakar Ayam
Merupakan salah satu rekayasa keteknikan di bidang pondasi, hasil
temuan Prof. Dr. Ir. Sedijatmo. Kostruksi ini terdiri dari plat beton bertulang
dengan tebal 10 - 12 cm di dan bagian bawahnya diberi pipa-pipa beton bertulang
yang menempel kuat pada plat tersebut. Mirip seperti akar serabut pada tanaman
kelapa yang dapat tumbuh tinggi menjulang di pantai berpasir yang daya ikatnya
rendah, pile atau pipa-pipa beton mencengkeram ke dalam tanah dan plat
betonnya mengikat pile-pile tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang
monolit.
Dasar pemikiran Iahirnya pondasi cakar ayam ialah memanfaatkan
tekanan tanah pasif, yang pada sistem pondasi lain tak pernah dihiraukan. Plat
beton yang tipis itu akan mengambang di permukaan tanah, sedangkan kekakuan
plat ini dipertahankan oleh pipa-pipa yang tetap berdiri akibat tekanan tanah pasif.
Dengan demikian maka plat dan konstruksi di atasnya tidak mudah bengkok. Bagi
daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk
mendirikan gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan
lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainasi dan sambungan kembang susut.
 Pondasi Sarang Laba-laba
Pondasi ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pondasi
konvensional yang lain diantaranya yaitu KSSL memiliki kekuatan lebih baik
dengan penggunaan bahan bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi
rakit (full plate) lainnya, mampu memperkecil penurunan bangunan karena dapat
membagi rata kekuatan pada seluruh pondasi dan mampu membuat tanah menjadi
bagian dari struktur pondasi, berpotensi digunakan sebagai pondasi untuk tanah
lunak dengan mempertimbangkan penurunan yang mungkin terjadi dan tanah
dengan sifat kembang susut yang tinggi, menggunakan lebih sedikit alat-alat berat
dan bersifat padat karya, waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan dapat
dilaksanakan secara industri (pracetak), lebih ekonomis karena terdiri dari 80%
tanah dan 20% beton bertulang dan yang paling penting adalah ramah lingkungan
karena dalam pelaksanaan hanya menggunakan sedikit menggunakan kayu dan
tidak menimbulkan kerusakan bangunan serta tidak menimbulkan kebisingan
disekitarnya.
 Pondasi Grid
 Pondasi Gasing
 Pondasi Hypar
Pemilihan pondasi perlu mempertimbangkan faktor tanah,diantaranya
adalah struktur tanah (macam tanah), kekuatan tanah (σt), kedalaman ( t ) yang
dipilih, letak permukaan air tanah. dan tidak lupa pula harus mempertimbangkan
faktor beban diantaranya adalah jumlah lantai, tinggi bangunan dan
besarnya/panjang bentang. Penentuan macam pondasi dan model pondasi
terutama didasarkan pada kemudahan pengerjaan dan efisiensi, letak daya dukung
tanah merupakan faktor utama untuk menentukan macam dan model.
2.2 Contoh Pondasi Ramah Lingkungan
Jika kita ingin membangun rumah dengan pondasi tiang pancang di
daerah perkotaan yang padat penduduk maka solusinya adalah menggunakan
pondasi tiang pancang sistem tekan atau Jack In Pile. Pada kesempatan ini
material rumah mencoba mengulas sedikit tentang pondasi tiang pancang Jack In
Pile.
Keunggulan Sistem ini adalah ramah lingkungan, karena dalam
pelaksanaan pekerjaannya hampir tidak menimbulkan getaran yang dapat
berakibat retaknya dinding bangunan di sekitarnya dan tidak menimbulkan
kebisingan. Karena itu sistem pondasi tiang pancang Jack In Pile dapat digunakan
pada hampir semua area, terutama area perkotaan dan padat penduduk dimana
bangunan-bangunan saling bersebelahan.

Tiang Pancang Jack In Pile (Sumber : indopile.blogspot.com)


Pada Sistem Jack In Pile atau Hydraulic Jacking Injection System,
pemancangan tiang pancang dilakukan dengan cara menekan tiang pancang ke
dalam tanah menggunakan alat Hydraulic Static Pile Driver atau HSPD. Untuk
sistem ini sebenarnya tidak diperlukan lagi loading test, karena Pressure Gauge
pada alat pancang HSPD langsung dapat memperlihatkan daya dukung static
axial langsung setelah tiang terpancang.
Proses pelaksanaan pekerjaan pemancangan tiang pancang jack in pile
juga cukup cepat, produktivitasnya bisa mencapai 120 m’ tiang terpancang per
hari untuk satu alat HSPD. Secara umum terdapat beberapa ketentuan untuk dapat
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang pancang sistem jack in pile
sebagai berikut :
1. Lebar jalan menuju area proyek minimal 12 m dan dapat dilalui truck
tronton untuk mengangkut material tiang pancang beton dengan beban
sekitar 20 ton.
2. Pintu masuk ke area proyek dengan lebar minimal 4.5 m untuk jalan
masuk alat pancang dan crane hidrolik serta truck.
3. Area di atas jalan masuk bebas dari kabel telepon / kabel listrik (minimal
4.5 m)
4. Untuk pekerjaan tiang pancang dalam bangunan tinggi plafond minimal 9
m dan ada tempat dengan plafond setinggi 12 m untuk penyetelan alat
pancang.
Biasanya minimum jasa atau upah pemancangan 300 - 500 m' atau ada yang
menyebutkan minimum jasa pemacangan sekian juta rupiah misalnya 40 juta
rupiah. tergantung ketentuan masing-masing perusahaan spesialis tiang pancang.
Contoh :
misalnya anggap saja jasa pemancangan per m' Rp. 100.000,-/m' dan minimum
jasa pemancangan 400 m'.
 Dengan total volume pemancangan 100 m' perhitungan biaya jasa
pemancangan adalah Rp.100.000,-/m' x 400 m' = Rp. 4.000.000,-. (karena
volume dibawah minimum jasa pemancangan)
 Sedangkan kalau volume pemancangan 500 m' maka perhitungan biaya
jasa pemancangan = Rp.100.000,-/m' x 500 m' = Rp. 5.000.000,-
Selain itu uniknya perhitungan volume tiang pancang oleh spesialis tiang pancang
adalah berdasarkan jumlah tiang terangkat yang dihitung utuh meskipun ada
bagian tiang pancang yang tidak masuk ke dalam tanah dan dipotong.
Untuk itu kita perlu menentukan kombinasi tiang pancang yang paling
ekonomis misalnya untuk pemancangan sedalam 17 m tentunya akan
menggunakan tiang 12 m + 6 m atau 6 m + 6 m + 6 m, yang akan dihitung 18 m
bukan 12 m + 12 m yang akan dihitung 24 m.
Kondisi tanah yang memiliki daya dukung rendah atau kurang baik
memerlukan perhatian lebih dalam hal konstruksinya, baik berupa bagunan
gedung, bandara dan lain-lain. Baru-baru ini telah ditemukan suatu konstruksi
yang masuk dalam katagori pondasi dangkal, konstruksi ini diyakini dan telah
dibuktikan mampu bertahan pada kondisi tanah dengan daya dukung rendah dan
ini adalah temuan anak negeri kita. Seperti apa konstruksi itu? Apa saja
keuntungannya?
Konstruksi yang diberi nama konstruksi sarang laba-laba (KSLL) ini
ditemukan pada tahun 1976 oleh Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto dan didalam
pengembangan, pemasaran dan pelaksanaannya dipegang oleh PT. KATAMA
SURYABUMI yang telah mematenkannya pada Departemen Hukum dan Ham
RI/ HAKI dengan sertifikat paten No.ID. 0 018808.
Konstruksi pondasi bangunan berupa beton bertulang menyerupai sarang
laba-laba (KSLL) dan tanah yang dipadatkan adalah sistem pondasi pertama di
dunia yang mampu memaksa tanah berfungsi sebagai struktur. Telah dikembang-
kan sejak tahun 1976, pondasi KSSL terbukti berhasil mempertahankan ratusan
gedung berlantai 2-4 pada saat gempa 9 SR di Aceh, Sumatera Barat, dan
Bengkulu.
KSSL yang merupakan karya putra bangsa memiliki teknologi
pembangunan yang dirancang terdiri dari plat tipis yang diperkaku dengan rib-rib
tipis dan tinggi yang saling berhubungan membentuk segitiga-segitiga yang diisi
dengan perbaikan tanah sehingga menjadi satu kesatuan komposit konstruksi
beton bertulang dan tanah yang kokoh atau kuat, kaku dan mampu menyebarkan
semua gaya secara merata ke tanah pemikul serta mampu menerima gaya lateral
akibat gempa. Selain ramah gempa, KSLL juga kokoh, ekonomis dan ramah
lingkungan karena tidak menggunakan alat berat dan sedikit memakai kayu hasil
hutan.
KSLL adalah solusi bermasalah pada pondasi untuk gedung-gedung
bertingkat antara 2-10 lantai, yang berdiri di atas tanah dengan daya dukung
rendah, letak tanah keras cukup dalam, dan
kompresibilitas tanah tinggi.
Perspektif:
Sarang laba-laba dibuat pada bidang yang tidak stabil seperti dedaunan
yang selalu bergoyang. Mengaplikasikan prinsip alam yang telah terbukti pada
pondasi bangunan telah terbukti mampu bertahan pada bencana alam yang sangat
destruktif: gempa.
Keunggulan Inovasi:
 Sistem pondasi yang tahan gempa dan telah terbukti
 Dapat diplikasikan untuk gedung bertingkat 2-10 lantai
 Ekonomis dan ramah lingkungan
 Hemat waktu dalam pengerjaannya
Pondasi ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pondasi
konvensional yang lain diantaranya yaitu KSSL memiliki kekuatan lebih baik
dengan penggunaan bahan bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi
rakit (full plate) lainnya, mampu memperkecil penurunan bangunan karena dapat
membagi rata kekuatan pada seluruh pondasi dan mampu membuat tanah menjadi
bagian dari struktur pondasi, berpotensi digunakan sebagai pondasi untuk tanah
lunak dengan mempertimbangkan penurunan yang mungkin terjadi dan tanah
dengan sifat kembang susut yang tinggi, menggunakan lebih sedikit alat-alat berat
dan bersifat padat karya, waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan dapat
dilaksanakan secara industri (pracetak), lebih ekonomis karena terdiri dari 80%
tanah dan 20% beton bertulang dan yang paling penting adalah ramah lingkungan
karena dalam pelaksanaan hanya menggunakan sedikit menggunakan kayu dan
tidak menimbulkan kerusakan bangunan serta tidak menimbulkan kebisingan
disekitarnya.
Potensi Aplikasi:
Telah diaplikasikan dalam pembangunan gedung-gedung bertingkat 2-10
lantai, terminal peti kemas. Landasan pesata (apron taxiway, runway) terutama di
daerah rawan gempa. Selain digunakan sebagai pondasi bangunan bertingkat
tanggung (12 lantai), KSSL juga telah diaplikasikan untuk pembangunan
infrastruktur seperti bandara khususnya untuk konstruksi Runway, Taxiway dan
Apron, seperti yang saat ini sedang dikerjakan di bandara Juwata dan
pembangunan Apron untuk pangkalan TNI AU di Tarakan, Kalimantan Timur.
Penghargaan sebagai Pemenang Lomba Karya Konstruksi Tahun 2007 untuk
Kategori Teknologi Konstruksi yang diselenggarakan oleh Departemen Pekerjaan
Umum tahun lalu akan lebih memiliki arti lagi bila adanya kesadaran dari pihak
praktisi bisnis di bidang konstruksi Indonesia untuk mengaplikasikannya sebagai
wujud kebanggaan akan karya cipta Bangsa Indonesia dan juga berusaha untuk
mensosialisasikannya di tingkat international untuk menjadikan Pondasi KSSL
sebagai Prestasi Dunia Dari Indonesia, akan tetapi untuk mewujudkan itu semua
memerlukan dukungan dari berbagai pihak khususnya dalam hal ini pemerintah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka diambil simpulan sebagai berikut:
1. Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefenisikan suatu
konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan
meneruskan beban bangunan di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah
yang cukup kuat daya dukungnya.
2. Jika kita ingin membangun rumah dengan pondasi tiang pancang di daerah
perkotaan yang padat penduduk maka solusinya adalah menggunakan
pondasi tiang pancang sistem tekan atau Jack In Pile. Keunggulan Sistem
ini adalah ramah lingkungan, karena dalam pelaksanaan pekerjaannya
hampir tidak menimbulkan getaran yang dapat berakibat retaknya dinding
bangunan di sekitarnya dan tidak menimbulkan kebisingan.
3. Konstruksi pondasi bangunan berupa beton bertulang menyerupai sarang
laba-laba (KSLL) dan tanah yang dipadatkan adalah sistem pondasi
pertama di dunia yang mampu memaksa tanah berfungsi sebagai struktur.
Pondasi ini memiliki kelebihan yang paling penting adalah ramah
lingkungan karena dalam pelaksanaan hanya menggunakan sedikit
menggunakan kayu dan tidak menimbulkan kerusakan bangunan serta tidak
menimbulkan kebisingan disekitarnya.

3.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk dapat dilakukan selanjutnya
sebagai berikut:
1. Hendaknya para generasi sekarang lebih pintar dalam membangun pondasi
yang ramah lingkungan demi melindungi dan menjaga lingkungan sekitar
yang saat ini mulai mengalami kerusakan.
2. Perlunya peran pemerintah dalam menggalakkan pembangunan pondasi
yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Bowles, J.E. 1997. Analisis dan Desain Pondasi, Ed-4, Cet.-3, Jil.-I. Pantur
Silaban (Pent.) : Erlangga.
Ciarlini, L. 1952. Patent No. 2,618,146. Rome, Italy.
Coduto, Donald P. 2001. Foundation design : Principles and practices(2nd ed).
New Jersey : Upper Saddle River.PBI 1971. Peraturan Beton Indonesia1971.
Gedung (SNI 03-2847-2002) dilengkapi penjelasan [s-2002]. Surabaya : ITS
press.
Hardiyatmo, H.C. 2002. Teknik Pondasi 1. Yogjakarta : Beta Offset.
Martin, L.D dan Korkosz, W.J. 1982. Connection For Precast Prestressed
Concrete Buildings, PCI, Washington, D.C.
Sukardi, Kuntjoro. 2005.Teknologi Bangunan. Jakarta : Universitas Indonesia.

Sumber Online :
http://www.ciputraentrepreneurship.com/umum/apakah-pondasi-semen-dan-
beton-ramah-lingkungan
http://www.slideshare.net/arielfandy98/100790414-makalahpondasi
http://www.bic.web.id/login/inovasi-indonesia-unggulan/758-sarang-laba-laba-
ramah-gempa
https://nanasuryanacenter.wordpress.com/teknik-sipil/pondasi-sarang-laba-laba/
http://www.rumahmaterial.com/2014/04/pondasi-tiang-pancang-jack-in-pile-
yang.html

Anda mungkin juga menyukai