Anda di halaman 1dari 35

SERAT SARA SILAH TRAH KROMODJAYAN - KANOMAN,

MOJOKERTO
SILSILAH TRAH KROMODJAYAN KANOMAN

Assalamualaikum Warohmatullah
Wabarakatuh, serta Salam Sejahtera bagi kita
semua

Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah


SWT dari segenap keluarga besar Trah keturunan
Kromodjayan / Kasepuhan - Kanoman (Surabaya Mojokerto) serta mewakli keluarga garis keturunan family
sedarah lainnya, dengan tercapainya penyusunan serat
sara-silah teriring doa dan penyampaian rasa hormat
sebagai bentuk sikap / ungkapan cinta terhadap para
leluhur yang tiada terputus oleh waktu / masa;
Penyusunan serat sara-silah ini adalah bentuk gambaran
riwayat hidup leluhur yang telah dapat diabadikan dalam
tulisan ataupun potret, yang tidak ternilai harganya.
Dengan harapan semua putera keturunannya senantiasa
manauladani sikap teguh hati, berbudi luhur, dan selalu
mengolah ilmu agar dapat menjadi orang yang pandai,
tanpa meninggalkan peningkatan iman dan taqwa sebagai
derajat
mahluk
cipataan
Allah
SWT, dengan
menjalankan tuntunan agama secara sunguh-sungguh
/benar, serta menjauh larangan-larangan-NYA; Makna
suatu riwayat yang terkandung didalamnya tidak lain
sebagai
wasiat
bersifat
petunjuk
isyarat
bagi
keturunannya. Dalam bentuk wejangan atau warisan
berupa benda peninggalan sebagai hasil karya leluhur;
Yang kesemuanya wajib dijadikan pelita hidup dalam
tatanan kekeluargaan sebagai Trah keturunan.

Ungkapan kata ini perlu kita kaji bersama-sama untuk


memahaminya dengan tujuan yang suci sebagai darma
bhakti kita.

Ungkapan tersebut diatas sinergi dengan :


Dalam penyusunan pohon keluarga atau Silsilah, jenjang
keturunan diberikan suatu tanda sesuai urutan level
generasi, atau disebut indek generasi, sebagai identifikasi
individu pada suatu Trah-Keturunan ataupun status
hubungan keluarga sedarah serta posisi didalam
kekerabatan suatu Trah. Dengan menggunakan pengenal
tanda level generasi, adalah merupakan bentuk
peradaban manusia yang dimuliakan oleh ALLAH SWT.
Hal ini menyangkut petunjuk Yang Sang Pencipta Alam
Semesta dalam mengatur kehidupan mahluk manusia,
adalah sebagai berikut :
Mengatur / menyelamatkan hubungan suatu keluarga
sedarah baik vertikal maupun horizontal,
Memberikan penuntun dalam pencerahan dan
penelitian asal-usul dari seseorang sebagai bagian
pengujian kebenaran dalam suatu Trah ( keluarga sedarah
Trah dimaksud )
Dari perkembangan generasi ke generasi,
memastikan tidak adanya pelanggaran kaidah ALLAH
SWT., sebagai mana dijelaskan dalam kitab suci AlQuran, bagi penganut Agama Islam yaitu pada :
Surat ke 36 Yasin
ayat 36 : Mahasuci Allah yang telah menciptakan
semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang

ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri,


maupun dari apa yang tidak mereka ketahui
Surat ke 49 Al-Hujurat

ayat 11 : Hai orang-orang yang beriman janganlah


suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh
jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka
(yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang dzalim.
ayat 13 : Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Surat ke 4 An Nisaa
ayat 1 : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang
satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan
daripada keduanya Allah memperkembang biakkan lakilaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah

kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya


kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.

ayat 23 Diharamkan atas kamu (mengawini) ibuibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudarasaudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu
yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang
perempuan; anak-anak perempuan dari saudarasaudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang
menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibuibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi
jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah
kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya;
(dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu
(menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi
pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang,
ayat 24 dan (diharamkan juga kamu mengawini)
wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu
miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai
ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu
selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan
hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istriistri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna),

sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi


kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling
merelakannya, sesudah menentukan mahar itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Sedangkan pratijau dari ILmu Pengetahuan
Kedokteran yang dijelaskan dalam: Dasar-dasar Genetika
Biokemis Manusia ( Prof Dr,M.Ismadi Fakultas
Kedokteran UGM Yogyakarta (Larangan Perkawinan
Sedarah / INCEST dalam Biologi ); serta Hukum dan
Budaya. Menyebabkan memperoleh genetika cacat
phisik / psychal / kelainan terhadap keturunannya akibat
hubungan perkawinan yang masih sedarah / sedarah
dekat.

Untuk kaidah yang bersifat adat-istiadat adalah


sederhana sekali yaitu menjalankan sebaik mungkin
perilaku sesuai ketentuan adat, menjaga kejujuran, setia,
dan hormat, menjauhkan dari tindakan tercela (malima ), yang semuanya dapat berakibat buruk bagi nama
baik Keluarga / Trah keturunan.
Keluarga trah / keturunan Kromodjayan Kasepuhan Kanoman, dan family sedarah lainnya mengucapkan
terima kasih kepada family yang telah menyumbangkan
tenaga,
pikiran
dan
harta
untuk
berupaya
menyusun kembali silsilah Pohon Keluarga ( sesuai
dengan perkembangan keluarga masing-masing), dengan
cara pengumpulan data /catatan peristiwa, dan acara

kungunjungan / beranjangsana, sampai dengan acara


ziarah kubur.
Awal penyusunan serat sara-silah, ditulis leluhur sejak
tanggal 01 Maulud, Jinawal 1853, Suryo kaping 23
November 1922, oleh Raden Mashudan, nama gelar
jumeneng Bupati: Raden Adipati Arya Kromodjoyo
Adinegoro III, Bupati Raider Mojokerto tahun 1894-1915,
beliau juga pemangku jabatan Ere Conservator dari
peninggalan
kepurbakalaan
Kerajaan
Mojopahit;
Semenjak 14 Februari 1929 terselesaikannya penyusunan
serat sara-silah, kemudian dilanjutkan oleh putera nomor
3 dari 10 putera puterinya, yang bernama Raden Bagus
Yasin, jumeneng Ass Wedana nama gelar: Raden Ngabei
Kromodjoyo Adirono, di kawedanan Ngebel Kabupaten
Ponorogo, pada tahun 1910 1940,
Namun demikian perkembangan penyusunan serat sarasilah tidak dapat sempurna jika terdapat kelemahan dalam
menghimpun data, antara lain adalah:

Tidak adanya tindakan koreksi (mengingat jaman


dahulu alat komunikasi, ataupun sarana transportasi
sangatlah sulit), antara lain adalah:
o Apabila pembuatan serat sara-silah dilakuan perorangan
tanpa panduan sumber pustaka yang mendukung s/d.
adanya perubahan (pembetulan atau penambahan) maka
sangatlah
rentan
terhadap
resiko
kesalahan, dibandingkan jika disusun dalam kelompok
penyusun ( provesi, keluarga, atau family sedarah ) yang
akan lebih menjamin akurasi data;
o Serat sara-silah diperlakukan sebagai benda warisan
keluarga yang paling akurat dan diperlakukan menurut

rasa subjectivitasnya diri-sendiri, ini akan mengganggu


kemurnian (authentisiteit) suatu penulisan serat sara-silah.
o Kelemahan bagi setiap pemegang serat sara-silah
mempunyai
sifat segan adalah
tidak
suka
memperilhatkan kepada orang lain, apalagi meminjamkan
untuk diperbanyak. Seolah olah dengan menyimpan dan
merawat serat sara-silah secara rapi adalah jaminan
akurasi data, tanpa memperdulikan didalamnya terselip
kekeliruan, kesalahan dan kekurangan.
o Serat sara-silah yang disusun dengan melakukan
sebatas tukar informasi tidak tertulis; ataupun tidak
menelaah kebenaran / akurasi data dari sumbernya.

Penyusunan serat sara-silah sangat dipengaruhi


permasalahan individu dalam keluarga yang tidak diinginkan diketahui orang lain, ataupun karena status
didalam masyrakat. Hal tersebut dikelak kemudian hari
apabila diperlukan data riwayat keluarga, untuk keperluan
hukum perdata / administrasi kependudukan, dan untuk
keperkluan ilmiah ataupun keagamaan, dlsb. tentunya
akan mengalami kesulitan dan beresiko buruk.

Adanya pemahaman individu terhadap serat sara-silah


/ Silsilah, yang dibuat menganut sesuatu adat istiadat /
budaya; Misalkan yang menganut garis pancer laki, dan
ada yang menganut garis pancer perempuan. Hal ini
cenderung membentuk sikap memilah milah dalam
menyusun serat sara-silah berdasar Pancer yang
disenangi/ dibanggakan. Berakibat akurasi data tidak
lengkap atau tersembunyikan.

Kesempurnaan menyusun serat sara-silah dipengaruhi


perolehan panduan data dari
sumber pustaka baik
secara langsung ataupun tidak langsung (media, buku,
catatan pribadi, sampai dengan tulisan batu prasasti,
nisan). Diantaranya sumber data penyusunan serat sarasilah Trah Kromodjayan, mengacu kepada pustaka buku
sbb. :
Buku Pararaton tahun 1535 Saka / 03 Agustus 1613
Masehi, terjemahan dari bahasa kawi kuno kedalam
bahasa Indonesia oleh Ki J.Padmapuspita seorang
Sarjanan Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta;
Buku Menuju Puncak Kemegahan Sejarah
Mojopahit oleh Prof.Slamet Mulyono, penerbit Balai
Pustaka Th 1965;
Buku Negara Kertagama, oleh Prof.Moh.Yamin;
Buku Fruen Mess oleh Dr.J.Brandes, sebanyak 332
halaman;
Buku Sejarah Sumenep Madura oleh Prof.N.J.Krom
& R.A.Kern Korn diterbitkan oleh percetakan Java.
Buku sejarah Java bab Aude geschiedenis oleh
Prof. P.J. Veth, cetakan 1896; sebagai sumber riwayat raja
pertama Kerajaan Majapahit;
Buku sejarah Sekitar Wali Songo oleh Solichin,
tahun 1962 cetakan ke 2. Membahas adanya selisih
pendapat tentang asal-usul R.Rachmad dengan tulisan
Raffles: ... diantaranya masalah ... bahwa Cempo (ditulis
Champa) bukan di Kamboja (Siam) letaknya, melainkan di
Aceh;
Buku Uittreksel van derr ouden stambom met
bijvoeging Voret van Mojopahit oleh Raden Adipati Arya

Kromodjoyo Adinegoro III, Bupati Raider Mojokerto,


Menulis bahwa Raja terakhir Mojopahit adalah Bhre
Pandasalas, sesuai dengan didalam buku Pararaton th
1400 Saka atau 1478 Masehi. Diperjelas dengan sumber
pustakan buku Jonge;

Stamboom ( pohon keluarga ) dalam bentuk lukisan


yang memuat Noto ing Mojopahit kaping ... sampai
ingkang wekasan (terakhir), oleh alm. Raden Roesman,
Kepala Dinas pekerjaan Umum Propinsi Jawa Timur. Dan
meriwayatkan Raden Joko Ismail jejuluk Kyai Mas Ngabei
Kromowidjojo, sebagai Patih Kanoman Surabaya;

Buku yang menelaah Kyai Tumenggung Sumoyudo,


abdi sentono Kasunanan Surakarta (baca Kartosuro)
berperang dengan Trunodjoyo dari Madura, oleh Raden
Tumenggung Ario Zainal Fattah Notokusumo, Bupati
Pamekasan yang didalamnya terdapaty kisah Kyai
Dermoyudo;

Buku Sejarah Suroboyo, ditulis oleh Raden


Tumenggung Arya Notoadikusumo, saat itu berkedudukan
di jalan Dieng No:7, Surabaya. Sebagai Ketua
Perkumpulan K.5 (Trah Kasepuhan-Kanoman
Kromodjayan; Trah Raden Adipati Nitiadiningrat
Pasuruan; Trah Raden Adipati Notodiningrat, BangilMalang; Trah Bustaman Semarang; Trah Kyai
Pusponegoro Gresik kuno; Trah Sambongan
Surabaya; Keturunan dinasti HAN Lasem;

Generasi penerus penulis Silsilah ditulis oleh:


Raden Ayu Roesmini Achmad Soesandi di Surakarta,
yang kemudian diwariskan kepada penyusun yaitu saya
Haji R Widodo AS. Serat sara-silah yang dibuat ini

berdasarkan beberapa literatur dan Serat Keterangan,


seperti halnya pada Sutrat Keterangan yang diterbitkan
oleh Pengageng ing Kusumowandowo Kasunanan
Surakarta Hadiningrat No: 063/Pa.Ka.N /2008 R., tanggal
19 Mei 2008, menegaskan kembali dan meningatkan
tentang adanya falsafah : "Mikul Duwur Mendem Jero",
serat sebagai prasasti bagi anak cucu kelak dikemudian
hari agar faham terhadap para leluhur (cikal bakal
keluarga), memeruskan sikap juang dijalan yang benar,
tanpa pamrih yang dapat merusak hubungan tali
persaudaraan, dan diharapkan menjadi pelita hidup
keluarga dari dalam lubuk hati yang suci .... "Semoga
Allah SWT memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya ... amin
amin amin" .....
,
Upaya penyusunan kembali sesuai pertumbuhan
keluarga, serta perkembangan kemajuan tehnologi media
adalah menggunakan progam Komputer misalnya:

Pembuatan hard copy diagram silsilah dengan


program Microsoft Visio 2011

Menerbitkan cerita riwayat leluhur, memakai


vasilitas website Blogspot

Menyusun silsilah melalui fasilitas website

http://id.rodovid.org/wk/; silsilah memuat data base


otobiografi

http://www.geni.com/family-tree; silsilah dengan


fasilitas informasi, komunikasi, antara Saudara, family
dlsb.)

http://multiply.com/ ( menyimpan photo leluhur dsb.)

Penulisan silsilah keluarga atau genealogy diagram /


pohon keluarga Kromodjayan ini menggunkan metode
yang dibakukan /diatur dalam pakem budaya Jawa yang
diatur oleh Kasunanan Surakarta, dikenal dengan
sebutan "Trah". Dalam penulisan silsilah di buat rentang /
jenjang sampai ke 10 (sepuluh) level / graad); dan ini
tertulis dalam suatu buku disebut "Serat Piagem
Sentana" (gebookteakte)ngrewat sala-silahing ing
Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Paku Buwana), yaitu
dimulai dari :
Pancer = Trah adalah nama nenek moyang/leluhur
yang dijadikan pedoman cikal bakal
Level/urutan 1 = Anak / putera
Level/urutan 2 = Cucu
Level/urutan 3 = Buyut
Level/urutan 4 = Canggah
Level/urutan 5 = Wareng
Level/urutan 6 = Udeg-udeg
Level/urutan 7 = Gantung Siwur
Level/urutan 8 = Gropak senthe
Level/urutan 9 = Debog bosok
Level/urutan 10 = Galih Asem.
Urutan penulisan dimulai dari Pancer, misal yang dianut
pancer laki-laki (patrinial), yang kemudian sampai rentang
keturunan kesepuluh (Galih Asem), dan yang kemudian
akan menjadi Pancer Trah/Keturunan berikutnya
Kesemuanya dengan maksud dan tujuan memudahkan
dan memperjelas data serat sara-silah, memudahkan
koreksi (meneliti kebenaran trah keturunan, posisi jenjang

keluarga yang sebenarnya). Untuk mencapai penyusunan


silsilah disertai penelitian kembali data keluarga
( wawancara, dan anjang sana ). Serta memohon
petolongan para keluarga, serta menerima sumbag saran,
data lewat media komunikasi.
VISI & MISI Keluarga Besar Trah Kromodjayan
Kesepuhan-Kanoman, adalah :

Visi :
Seluruh Keluarga Besar Trah Kromodjayan Kanoman /
Kasepuhan bertekad membangkitkan kembali rasa
hormat dharma bakti sebagai kecintaan kepada leluhur
disetiap generasi penerus, dengan dilandasi setiap family
untuk beribadah sesuai agama / kayakinan kepercayaan
masing-masing untuk menjahui larangan-larangan-NYA,
dengan membangun sikap saling menghormat, saling
membangun kerukunan dan keakraban keluarga dengan
harapan tercapainya kesejahteraan, ketentraman Trah
Kromodjayan Kanoman / Kasepuhan secara lahir dan
bathin.

Misi :
Keluarga Besar Trah Kromodjayan - Kanoman Kasepuhan berupaya mencapai Visi, dengan bertindak
didalam sepanjang hidup adalah :
1)
Secara
berkala
berupaya
melakukan
silaturochim / beranjang sana dalam segala acara, serta
melakukan ziarah - berdoa kepusara leluhur secara
bersama-sama;
2)
Menyusun/menjaga data silsilah agar mampu
melestarikan riwayat Trah sesuai perkembangan keluarga,
dengan harapan dapat memberi kemudahan family

menelaah ataupun memberikan pencerahan tentang


keluraga sedarah dan pancer leluhur.
3)
Menjaga hubungan kekeluargaan dan warisan
peninggalan
sifat
Budi
Luhur,
dan
sikap ke
Arif bijaksanaan para leluhur dengan cara :

membentuk ikatan keluarga secara formal,

memperkuat
persaudaraan
dengan
bersikap
menjauhkan diri dari perbuatan tercela dan menjunjung
tinggi nilai nilai kehormatan keluarga.

Pohon Keluarga ( Family Tree )


Trah Kromodjayan Kanoman
Awal dari serat sara-silah Trah Kromodjayan
Kanoman dimulai dari pohon keluarga kerajaan Mojopahit
yaitu dari putera Sang Prabu Brawijaya (Raja Hindu
terakhir) Bhre Pandansalas Th,1466-1478 masehi.
Berdasarkan Serat Darah bahwa Sang Prabu adalah
puteran ke 11 dari 117 putera-puteri bernama Raden Jaka
Sudjanma,
jumeneng
Adipati
dengan
nama
gelar Pangeran Adipati Surolegowomenjabat di Kadipaten
Blambangan (sekarang Banyuwangi), mijil / lahir dari ibu
Pangrembe. Didalam sejarah R.Jaka Sudjanma dikenal
dengan
nama Panembahan
Bromo atau Lembu
Niroto. Sebagai pancer Trah Brawijaya.
Menurunkan Arya
Simbar (Adipati
Blambangan),
menurunkan Arya Puger, menurunkan Menak Sumende,
menurunkan Menak Gedru, menurunkan Menak Werdati,
menuurunkan Menak Lapat, menurunkan Menak Lumpat,
menurunkan Menak Koncar, menurunkan Arya Panji

Malang / Ki Ageng Gribig, menurunkan Arya Pamucang,


dan menurunkan Trah Dermoyudo yaitu: Dermoyudo I,
Dermoyudo II, Dermoyudo III, Dermoyudo IV, menurunkan
Mas Pekik nama gelar Kromowijoyo ( Dermoyudo V),
menurunkan Raden Bagus Glundung nama gelar Raden
Tumenggung Kromodjoyodirono ( Bupati Goverment
Surabaya pertama Th.1819-1825), menurunkan Raden
Tumenggung Kromodjoyo Adinegoro, nama semasa
kecil Raden
Anom,
menurunkan Raden
Aersadan,
jumeneng Bupati Mojokerto, nama gelarRaden Adipati
Arya Kromodjoyo Adinegoro II, dan sampai dengan
menurunkan eyang buyut Raden Mashudan, dst. ( lihat
dalam diagram silsilah).

Riwayat terbentuknya Trah Kromodjayan Kanoman,


dimulai dengan sejarah Kabupaten Surabaya, disaat itu
yang pemangku jabatan Bupati adalah Adipati Djangrono
II, dengan wilayah kekuasaan meliputi 20 (dua puluh)
Tumenggung, sebagian Jawa Timur, dan Madura bagian
Barat; Adipati Djangrono II wafat karena diperdayakan
VOC Kompeni Belanda, di Kartosuro karena diketahui
membantu perjuangan Untung Suropati yaitu Raja di
Pasuruan yang bersikap memberontak terhadap VOC
Kompeni Belanda.
Sepeninggalan beliau wilayah Kabupaten Surabaya,
wilayah kekuasaannya diperkecil dengan membagi
menjadi dua wilayah Kadipaten, yaitu :

Kadipaten Kasepuhan Surabaya, dipimpin


oleh Kyai Tumenggung Arya Djoyopuspito, putera
Djangrono I ( yang memberontak terhadap VOC
Kompeni Belanda, dibuang ke Kamp de Goule Hoop
Afrika selatan (de jonge deel VIII), Dan keturunannya
sampai dengan Kyai Tumenggung Tjondronegoro,
bin Kyai Onggodjoyo, Bupati di Pasuruan Th.1678-1686.
Kadipaten Kanoman Surabaya, dipimpin Raden
Tumenggung Djangrono III ( Raden Ngabei Wiryodirdjo ).
Menurunkan Kyai Tumenggung Djoyodirono I, Bupati
Kanoman Surabaya Th.1752-1769. Mempunyai puteri
bernama Nyai Ajeng Tjetjek yang menikah dalam
kedudukan isteri pertama dengan Raden Tumenggung
Kromowidjoyo (Dermoyudo V). Dan setelah wafat
dimakamkan di Pasarean Bibis Surabaya yang terletak di
sebelah barat Stasiun KA Semut, atau belakang masjid.

Sedangkan Nyai Ajeng Tjetjek sesuai wasiatnya


dimakamkan di Pesarean Boto Putih-Surabaya. Dari
pernikahan ini menurunkan putera- puteri sebanyak 17
(tujuh belas) anak.
Dari riwayat diatas kita telah mengenal identitas
Kanoman , dari :
o Wilayah
kekuasaan
Adipati
Surabaya
(leluhur)
meliputi Kabupaten Kanoman Surabaya.
o Nama
identitas
peristirahatan
terakhir
diberi
nama Makam Bibis Kromodjayan Kanoman.
Terlahirlah nama keturunan sedarah yang dikenal
dengan sebutan Trah Kromodjayan Kanoman; Di kota
Mojokerto Raden Aersadan, jumeneng Adipati nama
gelar Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro II,
membangun area pemakaman umum dan makam
keluarga
diberi
nama
dan
ditulis
dalam
prasasti Pesarean Sentono Asri, terletak di desa Losari,
kalurahan Terusan, Kabupaten Mojokerto.Namun dari
perjalanan sejarah masyarakat menyebutnya Pesarean
Kromodjayan Kanoman.
Sedangkan dari pernikahan yang kedua Raden
Tumenggung Kromowidjoyo (Dermoyudo V) dengan putri
yang tidak disebut namanya, memperoleh keturunan
sebanyak 8(delapan) anak. Dan mereka dikenal dengan
nama keturunan sedarah Trah Kromodjayan

1. Riwayat Raden Joko Ismail

Raden Joko Ismail dalam gelarnya bernama Kyai


Dermoyudo V; atau dalam penyamaran memakai
nama Kyai Mas Tumenggung Kanoman Kromowidjoyo,
diperoleh saat pengejaran Pemerintah Hindia Belanda
terhadap keturunan Dermoyudo yang dianggap sebagai
pembrontak; Yaitu saat pelariannya ke Pasuruan, dan
mendapat perlindungan dan diakui sebagai anak dari Kyai

Tumenggung Wongsonegoro (Trah Nitieadiningrat), yang


menjabat Bupati VOC di Pasuruan Th,1740-1751.

2. Riwayat Raden Glundung

Raden
Glundung adalah
putera Kyai
Dermoyudo
V atau Raden Joko Ismail, dari pernikahan denganRaden
Ayu Tjetjek / mBok Rara Tjetjek, binti Kyai Tumenggung
Djoyodirono, Bupati Kanoman Surabaya Th.1752-1769.

Raden Glundung adalah putera nomor satu dari 17


saudara sekandung. Dalam kariernya mendapat predikat
nama Tumenggung Repnie, dan setelah jumeneng
menjadi Bupati Surabaya gelar nama Kanjeng Adipati
Kromodjoyodirono I.
o Menjabat Bupati Pertama dalam pemerintahan Hindia
belanda di Surabaya yaitu sejak Th.1819-1825 , kemudian
menjadi Het Gouverment van Nederlands Indie, dengan
jabatan Kanjeng Gouverment / Permen; Ditetapkan
dengan Resolutie van Himmne excellentien de
Commissarissen Generaal in Rade, No: 6, tanggal 07
Januari 1819.
Trah Keturunan Raden Glundung :
1.
Dari pernikahan dengan isteri pertama Raden Ayu Sepi,
binti Kyai Adipati Nitidiningrat I, Bupati Surabaya Th.17511799; Wafat dimakamkan di Pesarean Bibis Kromodjayan
Surabaya.
Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
1.1. Raden Ajeng Moor
1.2. Raden Ayu Mangkudirdjo
1.3. Raden Ajeng Murdjyah
1.4. Raden Ajeng Melok
1.5. Raden Ayu Notodirdjo
1.6. Raden Ayu Wiryodirdjo
1.7. Raden Bei Kromomowidjoyo I (Raden Bagus Sepuh)
Beliau menjabat Wedana Jaban Kuto Surabaya, dibuang
oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Padang Sumatera
Barat.
1.8. Raden Adipati Kromodjoyo Adinegoro II, (Raden
Bagus Anom)

1.9. Raden Ajeng Melik


1.10. Raden Muradji
2.

Dari pernikahan dengan isteri kedua Mas Ayu, binti


Raden Adipati Panji DjoyodironoII ( Bupati Kanoman
Surabaya Th.1769-1811;
Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
2.1. Raden Ajeng Goinah
2.2. Raden Djapan
2.3. Raden Ajeng Nitidipuro
2.4. Raden Ajeng Nitiadiputro
2.5. Raden Ajeng Honggoadiputra
2.6. Raden Djoyoadiputro
2.7. Raden Sumoadiputro
2.8. Raden Remio
2.9. Raden Bimo Tjili
2.10. Raden Prawiroadiputro
2.11. Raden Ajeng Wiryodipuro.

3. Riwayat Raden Bagus Anom

Raden Ngabei Kromodjoyo Adinegoro II, semasa kecil


bernama Raden Bagus Anom, adalah putera nomor 8 dari
10 saudara sekandung, yaitu hasil pernikahan Raden
Glundung dengan Raden Ayu Sepi, binti Kyai Adipati
Nitiadiningrat, Bupati Pasuruan Th.1751-1799.
Menjabat Bupati Surabaya pada Th.1831-1859. Dalam
memangku jabatannya dibawah Pemerintahan Kompeni

Belanda,
dan
mendapat
sebutan
gelar Kanjeng
Gouverment ( dengan masa jabatan sejak Januari 1849
s/d. Nopember 1857 ) yang menguasai wilayah Jawa
Timur,
Dalam kalangan masyrakat Surabaya khususnya, dikenal
sebagai tokoh syiar agama Islam, dengan banyak
kegiatan kesehariannya sangatlah dekat dengan para alim
ulama, dan beliau mendapat predikat sebagai Imam Besar
Masjid Sunan Ampel di Surabaya dimasa itu, dan tercatat
dalam sejarah kegiatan ibadah, tampil sebagai Imam
sholat Jumat.
Beliau mendapatkan sebuatan dari masyarakat Surabaya
dengan nama Raden Kanjeng Genteng, disaat beliau
menjabat bertempat tinggal dirumah dinas yang sekarang
disebut Gedung Kebudayaan Arek Suroboyo, dan saat ini
pasar diwilayah kediaman beliau dikenal dengan
sebuatan Pasar GentengSurabaya.
Wafat tahun 1861 dimakamkan di belakang Masjid Ampel
Surabaya.
Raden Bagus Anom adalah pendiri bangunan
Bendungan / Dam Air Lengkong / Sluis Lengkong atau
disebut Rolak Songo;
Trah Keturunan Raden Glundung :
1. Dari pernikahan dengan isteri pertama nama Raden Ayu
...(tidak disebut), binti Kyai Atdun asal dari Madura.
Menurunkan hanya satu putera adalah Raden Sugiri,
wafat dalam usia muda.
2.

Dari pernikahan dengan isteri kedua nama Raden Ayu


Warinah / Mas Ajeng
Sepuh,
binti
Kyai
Kabul
Singomenggolo, Demang di Singkil-Sidoarjo.

Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :


2.1. Raden Ayu Rukminah (menikah dengan Raden Arya
Prawirodinoto, bin Raden Adipati Prawirodirdjo)
2.2. Raden Aerali / Raden Adipati Kromodjoyodirono II
2.3. Raden Ayu Arpisah (menikah dengan Raden Ngabei
Kromodjoyodipuro Mantri besar Surabaya )
2.4. Raden Aersadan / Raden Adipati Arya Kromodjoyo
Adinegoro II
2.5. Raden Aeruto / Raden Bei Djoyowinoto ( menikah
dengan Raden Ayu Surtinah, binti Raden Pandu
Notonegoro Trah Nitiadiningrat, Bupati Pasuruan)
3.

Dari pernikahan dengan isteri ketiga nama Mas Ayu


Karibah, binti Ki Demang Serodja, di Sidoardjo.
Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
3.1. Raden Isnu
3.2. Raden Rusman
3.3. Raden Bei Tirtokusumo
3.4. Raden Ayu Panji Sam Kusumoadiputro
3.5. Raden Bei Suryoadiputro
3.6. Raden Ayu Hendrokusumo
3.7. Raden Ajeng Naemah
3.8. Raden Hairun
3.9. Raden Mahmut / Raden Ngabei Kromodjoyoadiwinoto
3.10. Raden Tegal / Pak Ragami
4.

Dari pernikahan dengan isteri keempat nama Raden Ayu


Partinah / Mas Ajeng Anom, binti Raden Arya
Tjokronegoro di Surakarta.
Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
4.1. Raden Ajeng Samaniah
4.2. Raden Nasuran I

4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.

Raden Nasuran II
Raden Ajeng Samanidjah
Raden Nasirun
Raden Ayu Rukminten
Raden Ayu Abdul Kadir.

4. Riwayat Raden Aersadan

Semasa kecil Raden Aersadan dibesarkan di Surabaya,


beliau adalah putera dari Raden Ngabaei Kromodjoyo
Adinegoro II, tersebut diatas.
Dalam usia muda Raden Aersadan mendapat didikan dari
ayahnda ( Raden Bagus Anom), yaitu diberikan
kesempatan ikut serta dalam mengelola administrasi
pemerintah, dengan tujuan pengalaman kerja, dan
memberi pendidikan bidang administrasi pemerintahan,

sehingga Raden Aersadan telah dipersiapkan bekal untuk


mengganti kedudukan ayahnda sebagai Adipati. Tepatnya
beliau magang kerja pada tanggal 28 Agustus 1855,
sampai tanggal 09 Desember 1855 di lingkungan wilayah
kerja Adipati Surabaya, diantaranya mewilayahi Kadipaten
Mojokerto. Struktur Pemerintah Hindia Belada di Surabaya
saat itu menempatkan pegawai tinggi Hoofd Ingenieur dari
Waterstaat bernama tuan H. de Bruyn. Dari sinilah beliau
mendapatkan ilmu dibidang pembuatan pemetaan tanah
dan pembuatan bangunan dam air untuk keperluan
pengairan kota, wilayah Pemerintahan Hindia Belanda di
Jawa Timur. *)
Raden Aersadan dalam karier pekekerjaan selama 48
tahun, menuai serangkaian riwayat adalah sebagai berikut
:
1) Menjabat sebagai Bekel distrik Jenggolo, sebagai
wilayah / distrik nomor satu se Kabupaten Sidoarjo Surabaya. Ditetapakn dalam besluit Residen Surabaya,
No:5827/251; tanggal 23 Nopember 1857.
2) Menjabat sebagai Wedana distrik Jaba (luar) Kabupaten
Surabaya. Ditetapkan dengan besluit Gouverment
Generaal Hindia Belanda No:10; tanggal 13 Juli 1859.
3) Mendapat gelar pangkat menjadi Regent Kadipaten
Lamongan-Surabaya, Ditetapkan dengan besluit
Gouverment Generaal Hindia Belanda No:06, tanggal 20
September 1863.
4) Mendapat gelar kehormatan nama dengan sebutan
Raden
Tumenggung
Kromodjoyo Adinegoro,
Ditetapkan dengan besluit Gouverment Generaal Hindia
Belanda No:22, tanggal 25 Oktober 1863.

5) Menjabat menjadi Regent / Adipati MojokertoSurabaya, Ditetapkan dengan besluit Sri Paduka yang
dipertuan besar Gouverment Ganeraal, No:5, tanggal 24
Desember 1866. Sebagai mengalih tugaskan dan promosi
jabatan,
6) Mendapat gelar Adipati , Ditetapkan dalam besluit
Gouverment Generaal Hindia Belanda No:15, tanggal 28
Oktober 1873. Tercatat aturan lama Th.1880 dan dicabut
diganti dengan peraturan baru yaitu tentang penambahan
gaji.
7) Mendapat penghargaan masa kerja selama 25
tahun tanpa terputus sejak 20 September 1863 s/d 20
September 1888. Serta menerima ganjaran/hadiah
kehormatan untuk memakai Songsong Kuning (Payung
berwarna kuning emas). Ditetapkan dengan besluit
Gouverneur Generaal Hindia Belanda No:16, tanggal 20
Agustus 1888.
8) Mendapat gelar kehormatan dengan predikat gelar
Arya, Ditetapkan dengan besluit Gouverneur Generaal
Hindia Belanda, No:26, tanggal 05 September 1893.
9) Akhir Jabatan sebagai Adipati Mojokerto pada tanggal 1617 September 1894 berkenan surutnya umur / wafatnya
Raden Aersadan, disaat menjalankan tugas dinas.
Dan pemakaman dilakukan di Pesarean Sentono
Asri, terletak di desa Losari,
kalurahan Terusan, Kabupaten Mojokerto.
Riwayat Raden Aersadan, dalam warisan karya dalam
bentuk monumen *):
1) Raden Aersadan pada 18 Juli 1855, ikut serta berperan
dalam rombongan melaksanakan inspeksi saluran irigasi,

dimulai dari Kabupaten Malang, Residentie Pasuruan,


Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Brebek Residentie
Kediri, dan Mojokerto Residentie Surabaya. Hal tersebut
dilakukan untuk perencanaan irigasi agar aliran sungai
diwilayah tersebut bermuara di Sungai Berantas, dan
sekaligus membuat perencanaan dam air dikenal dengan
nama Dam Air Lengkong / Sluis Lengkong atau disebut
Rolak Songo; Yang kemudian akan menjadi pusat
pengaturan pembagian aliran sungai dari selokan dalam
Kota Surabaya dan Landstrek Sidoarjo.
2) Pada tahun 1860 Raden Aersadan ditunjuk sebagai
pimpinan pembuatan bendungan sungai di wilayah
Lawang, yaitu di Sungai Surak dan Sungai Bendo, distrik
Karanglo. Sebagai realisasi rencana pola induk / rencana
kerja Gouverment Generaal di wilayah Pasuruan. Fungsi
bendungan / dam sungai ini adalah untuk pengairan
sawah di Kabupaten Pasuruan, dengan tujuan dapat
meningkatkan pendapatan dari hasil produk persawahan
seluas 500 bau,
3) Pada tahun 1860 itu juga sebagai realisasi rencana pola
induk / rencana kerja Gouverment Generaal di wilayah
Pasuruan. Raden Aersadan ditunjuk sebagai pimpinan
pembuatan penguatan / pengerasan jalan raya wilayah
Regent Schap Pasuruan (diluar bagian regent Malang).
Dengan proyek jalan raya sepanjang 1560 ello, dengan
pekerjaan menutup dua jurang besar, panjang 41 ello,
dalamjurang 15 20 ello.
4) Pada tahun 1863 Raden Aersadan ditunjuk sebagai
pimpinan proyek pembuatan bendungan di sungai Metro
di wilayah Sengoro,

Trah Keturunan Raden Aersadan :


1. Dari pernikahan dengan isteri pertama nama Raden Ayu
Ngaisah, binti Raden Adipati Arya Notodiningrat II, Bupati
Malang Th.1839-1884. Wafat dimakamkan di Pesarean
Sentono Asri, desa Terusan, Kabupaten Mojokerto.
Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :
1.1. Raden Mashudan / Raden Adipati Arya Kromodjoyo
Adionegoro III.
1.2. Raden Ayu Mutmainah
1.3. Raden Mahmut / Raden Ngabei Kromodjoyo Adiprodjo
1.4. Raden Kantjanadi / Raden Ngabei Kromoadiwinoto
1.5. Raden
Mohamad
Saleh
/
Raden
Ngabei
Kromoadiwidjoyo
1.6. Raden Ibnu Chadjar / Raden Ngabei Kromodjoyodirono
1.7. Raden
Prawoto
/
Raden
Tumenggung
Kromodjoyodiningrat
1.8. Raden Ayu Salimah
1.9. Raden Ayu Akinah
1.10. Raden Umar Basah
1.11. Raden Sarip Abie
2. Dari pernikahan dengan isteri kedua nama Raden Ayu
Marmisah, menurunkan seorang puteri nama Raden Ayu
Sumarmi, menikah dengan Raden Bagus Prawoto, Bupati
Bondowoso. Wafat dimakamkan di pesarean Sentono
Asri, desa Terusan, Kabupaten Mojokerto
3. Dari pernikahan dengan isteri ketiga nama Raden Ayu
Napisah,
tidak
ada
keturunan.

5. Riwayat Raden Mashudan

Raden Aersadan menikah pertama kali dengan Raden


Ayu Ngaisah, adalah puteri dari Raden Adipati Arya
Notodiningrat III, Bupati di Malang Th.1839-1884 dari
perkawinan dengan Mas Ayu Khaminah, atau dikenal
dengan mBah Goo / Mbah Tumenggung. Memperoleh
keturunan sebanyak 11 putera puteri, dan sebagai putera

pertama bernama Raden Mashudan. Beliau lulus HBS di


Surabaya tahun 1880. Setelah lulus Raden
Mashudan memulai kariernya adalah sebagai berikut :
1) Bekerja sebagai juru tulis di Kabupaten Mojokerto.
2) Kemudian menjabat Camat di Peterongan,
Kedungpring, dan
3) Menjabat Wedana Kedung (Tembalang), di Jombang.
4) Pada tanggal 15 Agustus 1894, diangkat menjadi Bupati
Mojokerto, menggantikan setelah Raden
Aersadan meninggal. Dengan nama
gelar Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro III
dengan masa kekuasaannya dari tahun 1894-1916.
5) Pada tahun 1925 mendapat kehormatan dari
Pemerintah Hindia Belanda sebagai Ridder In de Orde
yan
den
Nederlandschen Leeuw, yaitu
bentuk
penghargaan terhadap keberhasilan dalam penyediaan
lumbung padi / pangan di wilayah Kadipaten Mojokerto.
Hal ini ada kaitannya dengan hasil karya Raden Aersadan
membangun sluis, bendungan untuk pembagian irigasi
persawahan dalam wilayah kerja/afdeeling Mojokerto dan
Jombang, sehingga pemasukan hasil pajak meningkat
semasa pemerintahan Raden Mashudan.
6) Pada tanggal 14 Februari 1929, diangkat sebagai
pemangku jabatan Ere Conservator dari peninggalan
kepurbakalaan
Kerajaan
Mojopahit;
Merupakan
penghargaan
Pemerintah
Hinda
Belanda
atas kepedulian Raden Mashudan terhadap peninggalan
Majapahit di wilayah distrikTrowulan, dilakukan sejak
mulai
bekerja
sebagai
juru
tulis. Raden
Mashudan menghimpun dan mendata benda-benda
purakala ( arca-arca dan batu Prasasti ) dan dicatat, diberi

nomor dan dilaporkan ke Asisten Residen Jombang


(Trowulan waktu itu masuk wilayah Jombang). Laporan
oleh Asisten Residen Jombang diteruskan ke Lembaga
Kebudayaan
Belanda
yang
bemamaKoninklijk
Bataviaasch
Genootscap , Van
Kunsten
en
Weetenschappen (KBGKW) di Jakarta. Laporan tulisan
tangan Raden Mashudan ini masih dapat dibaca di Arsip
Nasional Jakarta.
7) Pada tahun 1911, mendirikan museum (terletak di
sebelah timur Pemkab Mojokerto). Gedung itu diisi
dengan
arca-arca
dan
batu
prasasti dan benda
purbakala lainnya.
8) Tahun 1913 diresmikan-menjadi Gedung Museum
Purbakala Mojokerto oleh Pemerintah HindiaBelanda.
Sayang, gedung museum itu dalam era Republik
Indonesia telah ditukar guling oleh Pemda Kabupaten
Mojokerto.
Trah Keturunan Raden Aersadan :
1. Dari pernikahan dengan isteri pertama nama Raden Ayu
Murtasijah, binti Mas Ngabei Reksokusumo (Onder
Collecteur Waru Sidoarjo).
Menurunkan 3(tiga) putera semuanya wafat dalam usia
muda, saat Raden Mashudan menjabat Wedana Kedung
(Tembalang) Jombang; Wafat dimakamkan di Pesarean
Sentono Asri, desa Terusan- Mojokerto.
2.

Dari pernikahan dengan isteri kedua nama Raden Ayu


Katarinah, binti Raden Tumenggung Arya Notodiningrat III,
Bupati Malang Th.1884-1898. Wafat pada hari Sabtu
Wage, tanggal 22 Oktober 1937, Wafat dimakamkan di
Pesarean Sentono Asri, desa Terusan- Mojokerto.

Menurunkan putera puteri adalah sebagai berikut :


2.1. Raden Bagus Abdul Madjid / Raden Adipati Arya
Kromoadinegoro I
2.2. Raden Ayu Moerdijati Suryowinoto
2.3. Raden Bagus Yasin / Raden Ngabei Kromodjoyoadirono
2.4. Raden Bagus Mas Soewoso / Raden Ngabei
Kromoadiprodjo
2.5. Raden
Bagus
Roestamadji
/
Raden
Ngabei
Kromodjoyodipuro
2.6. Raden Bagus Kristiman
2.7. Raden Ajeng Murtinah (kembar)
2.8. Raden Ajeng Murtini (kembar)
2.9. Raden Bagus Suleko
2.10. Raden
Bagus
Fayakoen
/
Raden
Ngabei
Kkromodjoyoadiningrat

Disusun di Surabaya, 17 Oktober 2012 oleh : HR Widodo


AS

Anda mungkin juga menyukai