Anda di halaman 1dari 21

Bagaimana kita mendidik putra-putri kita di negeri-negeri Barat...

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬


Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan
kepada-Nya dan memohon ampunan-Nya. Dan kami berlindung diri kepada
Allah dari kejahatan diri kami dan dari keburukan amal kami. Barangsiapa
diberi petunjuk Allah, maka tak ada yang bisa menyesatkannya, dan
barangsiapa Dia sesatkan, maka tak ada yang bisa menunjukinya. Dan Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja,
tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan utusan-Nya. Semoga Allah melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan
yang tak terhingga banyaknya kepadanya, kepada keluarganya serta para
sahabatnya.
Amma ba`du: Sesungguhnya banyak orang-orang Islam yang dikarenakan
situasi penindasan, teror dan kezhaliman yang dialaminya di negeri tumpah
darahnya sendiri --oleh para penguasa Thaghut yang mencengkeram peri
kehidupan ummat dan nasib mereka, dan memaksakan pada rakyat mereka
kebijakan politik mereka yang batil dan idiologi-idiologi mereka yang kafir lagi
tak bermoral dengan tangan besi dan kekerasan-- terpaksalah mereka
berhijrah dan mencari tempat lain. Suatu tempat di mana mereka bisa
mendapatkan keamanan dalam batas ukuran relatif bagi diri mereka, keluarga
mereka dan anak-anak mereka...
Dikarenakan negeri-negeri Barat menjanjikan di dalamnya keamanan
dalam batas relatif tersebut ... maka negeri-negeri tadi menjadi tujuan banyak
orang-orang Islam yang tertindas agama dan penghidupan mereka 1 ... lantas
merekapun berhijrah ke sana membawa serta anak-anak dan istri-istri
mereka, untuk menghadapi tantangan baru dalam bentuk lain, yang tak
mereka sadari ataupun tak mereka bayangkan sebelumnya. Tantangan
tersebut berbeda bentuknya dengan tantangan-tantangan yang dahulu
mereka hadapi di negerinya...!
Tantangan dari sisi "Tazyiinul Baathil wat targhiib bihi"
(penampakan baik hal yang batil dan pemikatan terhadapnya) ... tantangan
dari sisi ekspose iklan-iklan yang syarat dengan gambar-gambar mesum,
cabul dan bejat secara besar-besaran ... tantangan dari sisi tekanan
kurikulum-kurikulum pendidikan yang menyesatkan lagi rusak, yang didapat
oleh putra-putra Islam di sekolah-sekolah mereka ... tantangan-tantangan dari
1
Sebagian data statistik mencatat bahwa jumlah orang-orang Islam yang berdomisili di negeri-negeri
Barat mencapai 40 juta jiwa banyaknya.
sisi menyebar-luasnya banyak etika-etika moral yang berjalan di negeri-negeri
Barat, yang bertentangan dengan etika-etika moral dan ajaran-ajaran Islam
yang lurus ..
Di bawah atmosfer kehidupan yang menyimpang lagi mengejutkan banyak
orang-orang Islam (yang berhijrah ke negeri Barat) ini, maka banyak bapak-bapak dan
ibu-ibu yang masih memiliki ghirah terhadap agama dan putra-putranya saling
bertanya-tanya: Bagaimana kita mendidik putra-putra kita dengan tarbiyah Islam yang
benar. Bagaimana kita menjaga akidah mereka dan budaya asli mereka dari ancaman
kepunahan...bagaimana kita menghubungkan mereka dengan cita-cita ummat mereka
yang tengah dipadamkan dan digegeroti oleh musuh-musuh dari segenap penjuru dan
tempat?!!
Pertanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan-pertanyaan serupa sering menggoda
benak pikiran orang-orang tua muslim yang masih memiliki ghirah terhadap agama
mereka, membikin tak jenak tidur mereka dan membuat gelisah hidup
mereka...mereka benar, dalam semua hal itu, karena anak merupakan belahan jiwa,
penyejuk mata dan harapan ummat. Mereka adalah amanah yang terletak di tangan
mereka, dan kelak mereka akan dimintai pertanggung jawaban atasnya pada hari
kiamat: Apakah mereka mengabaikannya ataukah menjaganya dan memberikan pada
mereka hak-haknya.
Karena itu, saya akan berusaha dengan sungguh-sungguh --insya Allah-- untuk
memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting di atas pada lembar-
lembar halaman berikut, dengan sedikit lebih detail dan terperinci. Berharap, kiranya
Allah Ta`ala berkenan memberikan petunjuk para hamba dengannya serta
mewujudkan maksud tujuan daripadanya...sesungguhnya Allah Ta`ala Maha
Mendengar, Maha Dekat lagi Maha mengabulkan permintaan.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, mungkin ada pada poin-poin
berikut:
Pertama: Rasa Tanggung jawab terhadap anak.
Yang saya maksud dengan "Rasa tanggung jawab terhadap anak" adalah,
bahwa para bapak harus memiliki lebih dahulu perasaan kuat akan tanggung jawab
diri mereka terhadap para putra-putrinya. Rasa tanggung jawab yang mendorong
mereka untuk senantiasa mengawasi dan memperhatikan para putra-putri mereka
sampai pada derajat risau dan khawatir. Sebab perasaan ini bisa dikata sebagai syarat
bagi solusi atau teraphi apapun. Sebab tanpanya, tiada guna solusi-solusi yang lain.2

2
Pentingnya persoalan ini menarik perhatian kami lantaran pengamatan kami bahwa rasa tanggung
jawab ini telah hilang dari kebanyakan para bapak dan ibu...di antara mereka ada menyatakan dengan
bahasa perkataan akan rasa tanggung jawabnya dan akan kerisauannya terhadap putra-putrinya, namun
di saat yang sama, keadaan mereka dan realitas mereka menampakkan bahwa mereka bak keledai di
waktu siang; yang tak tahu apa-apa selain kerja dan kesibukan. Tak punya minat lain kecuali
memperbanyak harta dan mengumpulkannya... seperti bangkai di malam hari yang tak tahu apa-apa
selain cuma tidur...peri keadaan mereka persis seperti pepatah berikut: Dari tempat kerja ke tempat
tidur, dan dari tempat tidur ke tempat kerja...kemudian setelah semua itu, apabila dia melihat putra-
putrinya berjalan ke satu arah yang tak dikehendaki atau disukainya, maka kamu lihat dia menanyakan
tentang jalan keluar dan pemecahan serta sebab yang mengakibatkan hal itu terjadi...?!
Perasaan bahwa anak-anak tersebut adalah amanah yang tergantung di leher
para bapak, dan mereka akan ditanya tentang anak-anak mereka kelak di hadapan
Allah Ta`ala: Apakah mereka sudah memenuhi apa-apa yang menjadi hak mereka,
ataukah mereka melalaikan, mengabaikan dan menyia-nyiakannya...?
Rasulullah Saw. bersabda:

‫ ُل‬5‫ والرج‬،‫ه‬55‫ؤول عن رعيت‬55‫راع ومس‬ ٍ ‫" ُكلُّكم‬


ٍ ‫ام‬55‫ه؛ اإلم‬55‫ؤو ٌل عن رعيت‬55‫راع وكلكم مس‬
‫ؤولةٌ عن‬55‫ا ومس‬55‫ة في بيت زوجه‬55‫رأة راعي‬55‫ والم‬،‫ه‬55‫ؤول عن رعيت‬55‫ه ومس‬55‫راع في أهل‬
ٍ
ٍ ‫ فكل ُكم‬،‫ه‬5‫ؤول عن رعيت‬5‫يده ومس‬5‫ال س‬5‫م‬
‫ؤو ٌل عن‬5‫راع ومس‬ ِ ‫راع في‬
ٍ ‫ والخاد ُم‬،‫رعيتها‬
. ‫رعيته " متفق عليه‬
"Masing-masing kalian adalah gembala (penjaga), dan masing-masing kalian akan
ditanya tentang gembalaan (apa yang dijaga)nya. Suami adalah penjaga di tengah
keluarganya, dan dia akan ditanya tentang anggota keluarganya. Istri adalah penjaga
rumah suaminya, dan dia akan ditanya tentang isi rumahnya. Pembantu adalah
penjaga harta milik tuannya, dan dia akan ditanya tentang harta yang dijaganya.
Masing-masing kalian adalah penjaga, dan akan ditanya tentang apa yang dijaganya."
Muttafaqqun `alaih.
Di antara wujud rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah
memberikan kepada mereka hak-hak mereka tanpa mengurangi ataupun melampaui
batas, dan tidak pula mengalihkan perhatian mereka kepada hak-hak yang lain... yang
mana setiap pemilik hak diberikan haknya secara penuh dan sempurna.
Maka tidaklah adil, tidak bijak dan tidak perwira apabila seseorang sibuk
membangun rumah orang lain, sementara rumahnya sendiri hancur digerogoti wabah
dan penyakit, material dan spiritual..!
Rasulullah Saw.

" َ‫" كفى بالمر ِء إثما ً أن يُضيع من يَقوت‬


"Cukuplah seseorang dikatakan berdosa bila dia mengabaikan orang harus dia beri
makan"3
Yakni istri dan anak-anak yang harus dinafkahinya.
Pengabaian mereka dari sisi keagamaan, akhlak dan tarbiyah merupakan
pengabaian yang punya dampak pengaruh --di dunia dan akherat-- jauh lebih besar
daripada pengabaian mereka dari sisi kehidupan materiil..4!
Rasulullah Saw. bersabda:
"Sebaik-baik kalian adalah sebaik-baik kalian terhadap keluarganya. Dan aku adalah
yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku."5

3
Ditakhrij oleh Ahmad, Abu Dawud dan Al Hakim. Shahih Al Jaami` 273.
4
Banyak orang tua yang hanya peduli bagaimana memberi makan putra-putranya dengan berbagai
macam jenis gizi makanan...sementara mereka mengabaikan santapan ruhani mereka dari sisi keimanan
dan pendidikan...condong kepada racun-racun pemikiran dan akhlak yang dicekokkan oleh sekolah-
sekolah sekuler ke dalam benak kepala putra-putra mereka!!

5
Ditakhrij oleh Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak, Shahih Al Jaami` 3316
Dan kebaikan yang datang dalam hadits tersebut di sini ialah kebaikan yang
mencakup semua aspek: baik materiil maupun spirituil. Yang kami maksud dengan
spirituil adalah aspek keimanan dan akhlak, serta aspek pengajaran yang
berguna...hadits tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang terdapat pada dirinya
kebaikan, maka kebaikannya adalah hal pertama yang seharusnya dia nampakkan
kepada istri dan anak-anaknya. Apabila kebaikannya jauh dari istri dan anaknya, maka
sudah sepantasnyalah bila kebaikannya juga jauh dari ummatnya dan jauh dari yang
lain. Dan jika dia mengatakan yang sebaliknya, maka dia --menurut petunjuk hadits
tersebut-- termasuk di antara para pendusta..!
Jadi siapa yang tidak berusaha ataupun bekerja untuk mendirikan Daulah
Islam di tengah keluarga dan rumahnya, maka dia tidak jujur dalam upayanya
mendirikan Daulah Islam di tengah masyarakat dan ummatnya.
Rasulullah Saw. bersabda:

‫يوم القيامة لجاماً من نار‬ ِ


َ ‫ُألجم‬
َ ،‫من كتم علماً عن أهله‬
"Siapa yang menyembunyikan satu ilmu dari keluarganya, maka kelak pada hari
kiamat dia akan diberi kekang dengan kekang api "6
Allah Ta`ala berfirman:

ً‫أنفسكم وأهليكم نارا‬


َ ‫يا أيها الذين آمنوا قُوا‬
"Wahai orang-orang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka."
`Ali ra. berkata menafsirkan ayat di atas:
(Ajarkan kebaikan pada keluarga kalian)
Tapi semua itu tidak akan jadi kenyataan kecuali setelah orang tua memiliki
rasa tanggung jawab terhadap keluarga dan putra-putrinya.
Inilah poin jawaban yang pertama atas pertanyaan penting yang datang di awal
pembahasan ini...untuk kita beralih setelahnya --dengan idzin Allah-- kepada poin
jawaban yang kedua.

Kedua: Malakukan kontrol dan pengawasan terhadap sumber-sumber


penerimaan di kalangan para putra
Melalui tekanan yang bercokol di dalam dada mereka, yang dipraktekkan oleh
masyarakat jahiliyah, dalam lingkungan di mana mereka hidup di dalamnya, maka
mereka menghadapi banyak sumber penerimaan yang telah tercemar: Di antaranya
adalah nilai-nilai rusak, pemikiran-pemikiran usang lagi atheis dan perilaku-perilaku
buruk yang mungkin mereka dapatkan dari sekolah-sekolah sekuler yang sesat
(menyimpang dari ajaran Islam) ... jadi sekolah-sekolah yang sesat tadi --dan ia adalah
sekolah-sekolah yang saat ini tengah menguasai dan mendominasi 7-- padanyalah
6
Shahih Al Jaami` 6517
7
Maka dari sinilah bisa diketahui arti pentingnya sekolah-sekolah Islam yang bertujuan dan punya
peranan utama di dalam menghapuskan kebatilan dan keburukan yang diadopsi oleh sekolah-sekolah
yang sesat...akan tetapi sungguh sangat disayangkan, pengamat keadaan sekolah-sekolah di negeri-
negeri Barat --yang menaruh kepedulian terhadap aspek agama dan moralitas sampai pada batas
digantungkan kepercayaan terbesar di dalam merusak generasi Islam dan menggiring
mereka mengikut skenario-skenario dan plot-plot para biang kemusyrikan dan
kekafiran...!
Di antaranya adalah adat kebiasaan, perilaku dan kata-kata jorok yang mereka
peroleh dari teman-teman jahat --di sekolah dan tempat-tempat yang lain--...!
Di antaranya adalah nilai-nilai dan pemikiran-pemikiran batil yang mereka
terima melalui bacaan-bacaan pelajaran sekolah, atau buku-buku dan buletin-buletin
yang jatuh ke tangan mereka, atau majalah-majalah yang dialirkan semuanya ke
dalam bilik-bilik kebatilan dan perusak, kemesuman dan kejahatan, yang
menyebarkan syubhat-syubhat serta membangkitkan nafsu syahwat...!
Di antaranya juga pengawasan terhadap apa yang mungkin mereka peroleh
dari mas media, khususnya mas media visual...karena banyak paket-paket program
yang disiarkan jaringan televisi tujuannya adalah melayani kepentingan thaghut,
mempropagandakan ketuhanannya dan penyembahannya sebagai tuhan selain Allah
Ta`ala..!
Televisi adalah media para penguasa thaghut dan poros kejahatan untuk
menyerang rumah-rumah orang Islam dan menyerang akhlak serta nilai-nilai
keislaman mereka.. jika persoalannya adalah demikian, maka bukanlah suatu
kebijaksanaan ataupun keselamatan memberikan idzin kepada putra-putra kita untuk
duduk selama berjam-jam memegang "Remote Kontrol", berpindah-pindah dari satu
saluran ke saluran yang lain menikmati siaran yang menayangkan berbagai macam
kebejatan, kecabulan dan guyonan mesum yang bertujuan merusak moral, agama,
keutamaan dan nilai-nilai keutamaan...!
Bukan suatu keselamatan, mengidzinkan kaum musyrikin penyembah hawa
nafsu dan perbuatan tak bermoral untuk menyebarkan paket-paket siaran mereka yang
beracun untuk ditonton oleh anak-anak kita dengan penuh keasyikan tanpa mereka
menyadari bahayanya dan racunnya yang amat berbisa..!
Demikian pula internet dan mas media-mas media yang lain, harus pula
diawasi dan diarahkan penggunaannya, agar anak-anak bisa mengambil sisi-sisi
positipnya dan meninggalkan sisi-sisi negatipnya yang merusak..!
Saya katakan: "Kita harus mengawasi sumber-sumber penerimaan itu semua,
dan mengawasi apa yang diperoleh anak-anak kita --berupa makna-makna, nilai-nilai

tingkatan tertentu-- akan mendapati bahwa sebagian besar sekolah-sekolah tersebut, meski tidak
keseluruhannya berorientasi kepada bisnis belaka, maka mereka perdulikan dengan praktek pengajaran
hanyalah untuk menghimpun dana finansial dan memperoleh keuntungan yang besar...di mana
sebagian daripada sekolah tadi menetapkan ongkos bayaran yang sangat besar sebagai beaya belajar
siswa, yang tidak mampu ditanggung oleh banyak orang tua. Keadaan inilah yang memaksa mereka
menaruh anak-anak mereka dengan terpaksa di sekolah-sekolah yang sesat dan batil namun gratis
biaya...!
Sebagaimana ada sekolah-sekolah yang tidak menetapkan ongkos biaya atas pemeliharaannya,
namun sebaliknya ada juga murid-murid yang tidak ikut menikmati pemeliharaan negara tersebut.
Seolah-olah mereka bukanlah putra-putra Islam yang harus dijaga diri mereka, agama mereka dan
akhlah mereka...!!
Di samping keadaannya yang bertentangan dengan ajaran-ajaran dan akhlak-akhlak agama
kita yang lurus, maka ia juga menanamkan di dalam hati putra-putra Islam --di negeri-negeri asing dan
tempat hijrah-- bibit-bibit perpecahan serta kedengkian, pada saat mana mereka membutuhkan rasa
saling kasih, saling konunikasi dan saling sepenanggungan...!
dan perilaku-perilaku yang batil lagi rusak-- melaluinya, dan mengatasinya secara
dini, sebelum pengaruh buruk tersebut melekat kuat di dalam jiwa, tabi`at dan
perilaku anak, sehingga sukar saat itu untuk mengatasi dan memecahkannya..!
Sesungguhnya mengabaikan anak dari aspek yang satu ini bisa mengakibatkan
sang anak banyak melakukan hal-hal yang jahat, meski bukan semua kejahatan. Si
orang tua baru akan menyadari pada saat sang anak tumbuh dewasa dan ia
mengejutkannya dengan segenap keberaniannya, dengan seabrek persepsi-persepsi
dan konsepsi-konsepsi batil yang telah bertumpuk-tumpuk dalam benaknya sejak dia
kecil dan seiring dengan perjalanan zaman, sehingga --konsepsi-konsepsi batil ini--
membentuk kepribadiannya, pemikirannya dan persepsinya tentang hidup dan
kehidupan...dia akan mempertahankannya dengan penuh berani, tanpa rasa segan
ataupun malu-malu...!!
Maka saat itu sang ayah dibuat shock, karena ia ada di hadapan seorang
pribadi yang berbeda jauh dengan kepribadian bocah yang polos lagi patuh, yang
dahulu dapat dipimpinnya menurut keinginannya, dan dapat dia bungkam mulutnya
hanya dengan satu patah kata..!!
Saat itulah datang sang ayah menanyakan kepada orang-orang pandai tentang
problemanya dengan anaknya, bagaimana dia harus mempergaulinya atau bagaimana
cara mengatasinya..?!
Saya katakan padanya: "Anda telah ketinggalan kereta...anda telah terlambat
memberikan obat pada anak anda, sehingga penyakit tersebut sukar anda sembuhkan,
dan sukar pula bagi para dokter untuk menyembuhkan penyakitnya yang sudah
kronis...kecuali siapa yang Allah berkehendak memberikan petunjuk dan kesembuhan
padanya. Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Karena itu --supaya tidak terjadi hal itu, tidak timbul penyesalan, dan kata
penyesalan sudah terlambat-- kami menasehati para bapak agar mereka memotivasi
putra-putra mereka untuk menceritakan kepada mereka tentang apa saja yang mereka
saksikan dan mereka dapatkan, dari konsepsi-konsepsi dan nilai-nilai yang datang dari
sumber-sumber penerimaan yang telah disebutkan di muka. Dan bersabar terhadap
mereka --tanpa menggertak atau menakut-nakuti anak dengan kata celaan tatkala
mendengar apa yang ia ceritakan-- dan terhadap penuturan mereka. Kemudian dia
menyaring dengan cara yang bijak dan sederhana, sesuai dengan tingkatan berpikir
sang anak, atas apa yang didapat sang anak hari itu juga tanpa menunda-nundanya
kepada hari esok. Lalu dia membuang pandangan-pandangan salah pada diri anaknya,
dan menguatkan pandangan-pandangan yang benar lagi bermanfaat yang ada
padanya.
Seorang bapak haruslah bisa memaklumi pertanyaan-pertanyaan anak mereka,
seperti perkataan mereka: Mengapa Allah menciptakan kita...siapa yang menciptakan
Allah...kenapa ini halal dan itu haram.. dan bahwa `Isa As adalah putra Allah --
sebagaimana yang dia dengar dari teman-temannya di sekolah-sekolah-- bahwasanya
`Isa As disalib... bahwasanya Paus Noil (Sinterklas) dapat mendatangkan manisan dan
hal-hal yang menyenangkan anak... serta pertanyaan-pertanyaan dan syubhat-syubhat
lain disebabkan karena pikiran sang anak telah terkontaminasi oleh lingkungan
budaya sesat yang mengelilinginya!!
Seorang bapak harus --tanpa disertai kemarahan atau sikap emosi, yang boleh
jadi bisa membuat anak segan untuk mengajukan pertanyaan yang lain kepada
bapaknya8-- bersabar menyikapi berbagai pertanyaan anak mereka dan menjawabnya
dengan cara yang benar, mudah dan sederhana..
Dan siapa yang tak mampu melakukan itu, maka tak mengapa atasnya minta
pertolongan kepada saudara-saudaranya yang memiliki pengetahuan dan pengalaman.

KETIGA: MENGARAHKAN ANAK KEPADA SUMBER-SUMBER


PENERIMAAN YANG BENAR

Tak cukup hanya mengawasi sumber-sumber penerimaan yang didapat oleh


anak anak kita, dan berhenti saat mengatasi nilai-nilai rusak yang mereka dapatkan
dari sumber-sumber tersebut...Itu saja tak cukup. Kita harus mengarahkan mereka
kepada sumber-sumber penerimaan yang bermanfaat dan membangun. Mengarahkan
mereka kepada sisi yang mereka ambil, di antaranya adalah nilai-nilai, prinsip-prinsip
dan hukum-hukum...
Yang saya maksud dengan sisi ini adalah: Al Kitab dan As Sunnah yang
mengandung peri kehidupan Nabi Saw...baik perkataan dan perbuatan...yang
mencakup kebaikan dunia dan akherat serta kebahagiaan di dunia dan di akherat..
Mengarahkan mereka kepada ilmu yang bermanfaat, yang mengambil
hujjahnya dari Al Kitab dan As Sunnah mengikuti pemahaman Salafush-shaleh.
Nabi Saw. tidak meninggalkan suatu kebaikan yang bisa mendekatkan kepada
Allah dan surga melainkan dia telah menerangkannya kepada ummatnya,
sebagaimana beliau tidak meninggalkan suatu keburukan yang bisa menjauhkan dari
Allah dan mendekatkan kepada neraka melainkan dia telah menerangkannya kepada
ummatnya dan melarang mereka daripadanya. Sebagaimana dalam hadits:

:" ‫ وليس شيءٌ يقربكم إلى النار إال وقد‬،‫إنه ليس شيءٌ يقربكم إلى الجنة إال وقد أمرتُكم به‬

‫" نهيتكم عنه‬


"Sesungguhnya tiada sesuatu yang bisa mendekatkan kalian kepada surga kecuali aku
telah memerintahkan kalian dengannya, dan tiada sesuatu yang bisa mendekatkan
kalian kepada neraka, kecuali aku telah melarang kalian daripadanya."9

8
Akan tetapi di waktu yang sama, kami tidak menyarankan para orang tua untuk hanya mendukung
sisi-sisi yang baik dalam mengajukan pertanyaan pada anak...sehingga sang anak terus menerus
melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dia lakukan sementara sang bapak tidak mampu membuat
batasan terhadapnya. Khususnya apabila sang anak merasa bahwa hal tersebut mendatangkan
kegembiraan pada kedua orang tuanya!! Adapun yang seharusnya dilakukan orang tua adalah bersikap
tengah-tengah, tidak berlebih-lebihan ataupun melalaikan...tidak diktator dan menteror, dan tidak pula
demokratis, terlalu lunak dan royal...tetapi yang Islami dan rabbani.
9
As silsilah Ash Shahiihah 2866
Jika persoalannya adalah demikian, maka sia-sia dan sesatlah jika kita mencari
kebaikan dan petunjuk kepada selain misykat (lentera) Nabi Saw. Kita pergi untuk
mencari pinjaman dan mengemis bantuan kepada para pendosa penghisap darah,
sebelum kita merujuk kepada stok kekayaan kita yang amat besar lagi melimpah
dengan segala kebaikan, yang membuat kita cukup dan tidak perlu lagi mengulurkan
tangan kepada orang lain untuk mengemis ampas-ampas pemikiran dan prinsip-
prinsip yang rendah dari mereka...!
Dahulu Nabi Saw. benar-benar menjaga aspek yang satu ini terhadap para
sahabatnya dengan sepenuh penjagaan, agar dari sebagian mereka tampil sebagai
generasi unik yang pernah ada pada level tingkatan agama ini...yakni pada level
tanggung jawab besar yang tengah menunggu-nunggu mereka...
Tatkala `Umar ra datang membawa lembaran-lembaran Taurat, dan ia hendak
membacakannya pada Nabi Saw...maka Nabi Saw. marah bukan kepalang, yang
mendorong `Umar terus berkata: "Aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya...aku
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya...aku beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya...aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad
sebagai Rasulku" ..sampai reda kemarahan Nabi Saw. Lantas beliau berkata: "Demi
Dzat yang mana jiwaku berada di tangan-Nya, sekiranya Musa As hidup, kemudian
kalian mengikutinya dan meninggalkanku, pasti kalian akan sesat. Sesungguhnya
kalian adalah bagianku di antara ummat-ummat yang ada, dan aku adalah bagian
kalian dari Nabi-nabi yang ada.
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Sungguh, demi Allah, sekiranya Musa hidup di tengah-tengah kalian, tidak halal
baginya kecuali dia harus mengikuti aku."
Ini adalah persoalan yang betul-betul sangat penting...persoalan dari siapa
nilai-nilai, konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu diambil...persoalan yang
berhubungan dengan masalah Itbaa` wa Talaggi "Pengikutan dan penerimaan", dan ia
adalah persoalan yang berkaitan dengan akidah dan tauhid serta keselamatan
agama...persoalan yang tak bisa tangani dengan cara "Bagaimana keadaan kaum" atau
dengan "Isyarat", di mana persoalan tersebut harus dijelaskan dan
dispesifikkan...karena itu, Nabi Saw. bersikap keras terhadap `Umar ra., agar tampil
daripadanya seorang panglima besar tiada dua, yang sejarah belum mengenal --
sesudah Abu bakar ra--bandingan ataupun tandingannya.
Kendati `Umar itu sendiri adalah orang yang amat ditakuti oleh syetan
manusia dan jin, sampai-sampai Nabi Saw. mengatakan tentang diri `Umar dengan
perkataannya yang amat masyhur: "Tiadalah `Umar berjalan di satu gang, melainkan
syetan akan berjalan di gang yang lain." Beliau mengatakan pula tentangnya: :
Sekiranya ada Nabi sesudahku, tentu dia adalah `Umar."
Tapi semua itu tidak mencegah Nabi Saw. untuk melarang `Umar sibuk
menekuni bacaan lembar-lembar Taurat sebelum dia meminum mata air petunjuk
Nabi Saw. sampai batas puas dan kenyang..!!
Dengan tarbiyah nabawi yang agung ini, generasi sahabat berbeda dengan
generasi-generasi Islam yang datang sesudahnya...khususnya generasi-generasi
belakangan, yang mana kita adalah bagian daripadanya... di mana kamu lihat kita
orang sibuk menekuni ilmu-ilmu dan beraneka ragam bacaan, yang tidak diketahui
kebaikannya di antara keburukannya, sebelum kita minum hingga puas atau
mengetahui apa yang datang dalam Al Kitab dan As Sunnah!!
Kita membaca ratusan buku tulisan Fulan dan Polan, sebelum kita membaca --
sekalipun-- Kitabullah Ta`ala, memikirkan makna dan maksudnya..!!
Putra-putra kita berpaling pada bacaan bacaan yang datang dari manusia-
manusia rendah --dengan mengatas namakan kebebasan, pentingnya melakukan
penelitian dan penemuan-- sebelum mereka membaca Shahih Al Bukhari atau Shahih
Muslim...!
Kemudian setelah itu, kita bertanya-tanya mengenai sebab-sebab kekalahan
moral dan intelektual yang dialami putra-putra kita..?!
Kita bertanya-tanya mengenai berbagai penyakit dan berbagai penyelewengan
moral dan intelektual yang menimpa pemahaman dan benak pikiran mereka...seolah-
olah kita tidak tahu bahwa kita sendirilah yang menjadi sebab semua itu, ketika kita
memberikan kemudahan kepada kita untuk mengetahui segala sesuatu...kecuali
mengetahui Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya...biografi sahabat, para pahlawan
ummat ini, pahlawan mereka hingga hari kiamat..!!
Perumpamaan kita dan perumpamaan generasi Islam yang pertama dari
golongan sahabat adalah: Bahwa para sahabat dahulu meminum hingga kenyang dari
mata air jernih yang paling atas. Mereka minum air yang suci dan bersih dari noda
serta kotoran...mereka selamat dari gangguan, penyakit dan pencemaran...maka dari
itu, mereka beda dengan generasi dan bangsa-bangsa sesudah mereka.
Sementara perumpamaan kita dan perumpamaan generasi-generasi kita yang
telah tercemar pemikirannya dan mengalami kekalahan akidahnya...adalah seperti
orang yang minum dari aliran sungai yang paling akhir, setelah aliran tersebut
diminum oleh binatang ternak, hewan melata, kuman dan penyakit yang berkubang di
dalamnya...lalu sampailah pada mereka aliran air yang penuh dengan limbah, kuman
dan kotoran...maka mereka terserang penyakit, bahkan berbagai penyakit!!
Inilah perumpamaan kita dan perumpamaan mereka...kemudian setelah itu
datang orang yang mengatakan dengan lancang la9i tanpa malu-malu: "Kaum Khalaf
(orang-orang Islam generasi datan9 kemudian) lebih paham dan lebih bijak daripada
kaum Salaf (orang-orang Islam generasi pertama).. "Alangkah jelek perkataan yang
keluar dari mulut mereka, tiadalah mereka berkata kecuali dusta."!!
Semoga Allah merahmati Sayyid Guthb, yang mengatakan: "Saya melihat kita
ini mengambil sistem hidup kita, hukum-hukum kita, undang-undang kita dari
sumber-sumber yang datang dari luar...saya melihat kita mendapatkan norma-norma
perilaku, etika dan moral kita dari genangan rawa-rawa yang menjadi muara akhir
peradaban materi yang kosong dari spirit agama...agama apapun...kemudian kita
masih mengaku --demi Allah-- kita adalah orang-orang Islam! Ini adalah pengakuan
yang dosanya lebih berat daripada dosa Kufrun Bawwah (kekafiran yang nyata). Kita
mempersaksikan Islam dengan kegagalan dan pencemaran, di mana tidak
mempersaksikan denan kesaksian berdosa seperti itu orang-orang yang tidak mengaku
seperti kita bahwa mereka adalah orang-orang Islam!! Selesai.

Keempat: Menjaga penyampaian prioritas saat mengajar


atau mendikte anak:

Di mana dalam proses pengajaran yang telah disebutkan di muka, kita harus
senantiasa menjaga prioritas, yang paling penting baru kemudian yang
penting...dengan itu kami hendak menunjukkan pentingnya menanamkan pengajaran
akidah dan tauhid dalam jiwa anak sejak usia dini, dan memberikan prioritas tersebut
ketika terjadi benturan kepentingan, yang harus diberikan dan disampaikan kepada
anak. Adapun yang mendorong saya mengutarakan hal di atas adalah karena alasan-
alasan sebagai berikut:
Di antaranya: Bahwa penyampaian tauhid dan pemprioritasannya..adalah manhaj para
Nabi, kaum salafus shaleh dalam berdakwah kepada Allah Ta`ala, dan dalam
mentarbiyah putra-putra serta generasi ummat.
Maka camkan dan renungkan wasiat Luqman Al Hakim pada putranya saat ia
menasehatinya, sebagaimana yang dituturkan oleh Al Qur`anul Karim kepada kita.
Dan bagaimana dia memberi nasehat dan bimbingan pada putranya secara berurut
menurut skala prioritas: "Hei anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu adalah benar-benar kezhaliman yang
besar...hei anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) sebiji sawi, lalu dia ada
di batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasnya). Sesungguhnya Maha halus lagi Maha Mengetahui...hei anakku
dirikanlah shalat dan perintahlah (manusia) untuk mengerjakan yang ma`ruf dan
cegahlah (mereka) dari mengerjakan yang munkar, dan bersabarlah atas apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah)...dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri...dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-
buruk suara adala suara keledai." Qs Luqman.
Perhatikanlah urutan dalam pengarahan di atas, bagaimana Luqman

mengawali nasehatnya kepada sang anak dengan penanaman akidah dan tauhid .. ‫ال‬

‫ تُشرك باهلل‬, oleh karena syirik adalah biang dibalik semua penyakit dan musibah...
Kemudian bagaimana dia berbicara padanya --jauh dari methode Ahli Kalam
dan keyakinan-keyakinan mereka-- tentang kebesaran ilmu Allah Ta`ala dan
kekuasaan-Nya, dan tentang ilmu-Nya yang meliputi semua makhluk ciptaan; bahkan
biji sawi --yang demikian amat kecil-- di batu atau di langit atau di bumi, maka
sesungguhnya Allah Ta`ala meliputinya dengan ilmu-Nya dan sanggup
mendatangkannya...Allahu Akbar!!
Seakan-akan ia mengatakan pada putranya: "Janganlah kamu mengira bahwa
kamu dapat menyembunyikan diri dari pengamatan Allah Ta`ala, atau melepaskan diri
dari kekuasaan-Nya jika kami hendak berbuat dosa atau maksiat...sesungguhnya Allah
Ta`ala melihatmu...dan tak ada sesuatu yang bisa luput dari pandangan dan
kekuasaan-Nya"!!
Jika persoalannya adalah demikian, maka ini mendorongmu untuk tidak
mendurhakai Allah dalam hal apapun...!!
Luqman melarang putranya mengerjakan maksiat dan dosa...bukan dengan
cara menakut-nakutinya dengan neraka dan siksaannya yang sangat pedih, tapi dengan
cara menjelaskan tauhid dan menjelaskan keagungan Sang Khalik Swt. Cara ini lebih
mengena dan lebih mencegah.
Kemudian Luqman melanjutkan nasehatnya kepada sang putra dengan
mengarahkan dan memerintahkan kepada rukun dan fardu terbesar sesuda tauhid,

 --Dirikanlah shalat!__ ...kenapa demikian...ole karena shalat, ‫ وأقم الصالة‬yakni 


baik cepat atau lambat akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar

 ‫ إن الصالة تنهى عن الفحشاء والمنكر‬


Shalat adalah faridhah satu-satunya yang mana Nabi Saw. mengidzinkan
orang tua memukul anaknya --setelah menginjak usia 10 tahun bukan sebelumnya--
jika mereka lalai dalam menunaikannya, sebagaimana dalam hadits Shahih:
"Perintahlah anak-anak kalian shalat ketika mereka berumur 7 tahun, dan pukullah
mereka ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka" 10
Yakni dalam tidur.
Kemudian setelah itu dia mengarahkannya untuk memikul amanat agama ini
kepada yang lain..11dan mengarahkannya untuk berjihad dan bersabar dalam
menanggung beban dan resiko dakwah kepada Allah.. perintahlah (manusia) untuk
mengerjakan yang ma`ruf dan cegahlah (mereka) dari mengerjakan yang munkar, dan

10
Ditakhrij ole Ahmad, Abu Dawud dan Al hakim. Shahih Al Jaami` ash Shaghiir 586.
11
Tidak seperti yang dilakukan oleh sebagian orang tua --karena obsesinya yang amat besar namun
salah terhadap anak-- di mana kamu lihat mereka mendidik anak-anak mereka menjadi orang yang
individualis, egois, tak mau berkorban dan memberi...mereka ingin sebagian mereka menjadi pepimpin
pemimpin, menurut ungkapan sebagian mereka...akan tetapi mereka tidak mau anak-anak mereka pergi
berjihad di jalan Allah untuk memperjuangkan agama ini...mereka tidak menghendaki putra-putra
mereka mengambil posisi mereka yang sebenarnya di alam dunia ini, yang memang Allah kehendaki
untuk mereka..supaya nama anak mereka tidak di black list oleh thaghut!!
Mereka takut dalam data riwayat anak mereka ada noktah hitam di mata thaghut yang zhalim,
namun mereka tidak mengharap sekiranya dalam data riwayat anak mereka ada noktah putih di sisi
Dzat Yang paling pengasih di antara para pengasih, dan Yang paling adil di antara yang adil!!
bersabarlah atas apa yang menimpa kamu...penanaman didikan yang seperti ini akan
membuat si anak memiliki perasaan bahwa dia adalah sesuatu yang besar --dan
memang demikianlah keadaannya--, bahwa dia mengemban amanat --yang mana dia
harus bergerak memikulnya-- padahal gunung-gunung yang kokoh menjulang tak
mampu memikulnya...ini tak pelak lagi, menjadikan dia senantiasa memandang
kepada pencapaian cita-cita yang tinggi dan tidak berpaling kepada hal-hal sepele dan
perkara-perkara yang remeh. Sebagaimana dia mewarnai hidupnya dengan
kesungguhan dan jauh dari sendau gurau dan kemewahan...dan ini sesuai dengan
dakwah yang diperjuangkannya. Dalam hadits disebutkan:
"Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar kagum pada pemuda yang tak mengalami masa
kanak-kanak."12
Kemudian Luqman menuntun anaknya kepada adab dan akhlak yang
terpuji...yang dengan adab dan akhlak itu, dia naik ke level tingkatan agama yang
agung ini, dan naik ke tingkatan sebagai da`i yang menyeru manusia kepada Allah
Ta`ala:
ِ ،‫مختال فخور‬
‫واقصد‬ ٍ ‫كل‬ ِ ‫ وال تصعر خدك للناس وال‬
َّ ‫تمش في األرض مرحاً إن اهلل ال يُحب‬

 ‫لصوت الحمير‬
ُ َّ ‫صوتك‬
‫إن أنكر األصوات‬ َ ‫في مشيك واغضض من‬
"dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri...dan sederhanalah
kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
adala suara keledai."
Jadi kebenaran yang tidak dikelilingi dengan pagar adab dan akhlak nabawi
yang luhur...maka akan berkurang efektifitasnya, dan akan lemah pengaruhnya di
dalam jiwa orang lain, bahkan mungkin menjadi sebab yang memalingkan orang dari
mengikut agama ini dan masuk ke dalamnya, sebagaimana firman Allah Ta`ala
kepada Nabi-Nya Saw:
"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu." (Qs Ali `Imran 159)
Akan tetapi Nabi kita Saw. diberi akhlak yang paling luhur dan paling mulia, yang tak
diberikan kepada seorangpun di alam semesta, sebagaimana Allah Rabbul `Alamien
memberikan pengakuan atas hal itu padanya:

 ‫ وإنك لعلى ُخلُ ٍق عظيم‬


"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Qs Al Qalam
4)
Tertib urutan dalam pengarahan dan pengajaran ini tidak disebut Al Qur`an
secara sia-sia tanpa maksud tujuan yang dikehendaki Allah dari kita.

12
As Silsilah Ash Shahiihah 2843.
Adapun hal yang menunjukkan wajibnya menjaga sisi tauhid dan memberikan
padanya prioritas dalam pengajaran, adalah hadits Jundab bin `Abdullah, yang
mengatakan: "Kami bersama Nabi Saw. saat usia kami masih muda belia. Kami
mempelajari iman sebelum kami mempelajari Al Qur`an. Kemudian kami
mempelajari Al Qur`an, sehingga bertambahlah keimanan kami karenanya."13
Inilah salah satu sebab di antara sebab-sebab yang mengharuskan kita
memberikan tauhid sebagai prioritas..
Di antara alasannya yang lain: Bahwa tauhid adalah syarat sahnya amal dan
keta`atan; tidak diterima amalan atau keta`atan seseorang kecuali setelah dia
menyempurnakan tauhid dan merealisir tauhid dalam dirinya dalam wujud keyakinan,
perkataan dan amalan...dan di antara tuntutannya adalah hendaknya orang tua
bersungguh-sungguh di dalam mewujudkan tauhid dalam diri anak-anak mereka
sebelum umur mereka menginjak usia di mana berjalan atas mereka pena (pencatat
amal) dan hisab (perhitungan).14
Jadi problematikanya adalah manakala anak menjadi dewasa dan menginjak
usia akil baligh, sementara dia tidak tahu terhadap tauhid, yang menjadi hak Allah
atas diri hamba...tidak mengenal Tuhannya dengan Asma-asma dan sifat-sifat-Nya,
dan tidak mengetahui pula hak Allah atas dirinya dalam kehidupan...ini adalah
musibah besar yang boleh jadi remeh bila seseorang tidak tahu sebagian hukum-
hukum agama dan cabang-cabangnya...sebaliknya jika dia tidak tahu tentang tauhid!
Inilah sebab rasional yang mendorong kami untuk mengingatkan para orang
tua untuk memberikan tauhid sebagai prioritas pada saat mereka mendidik dan
mengajar putra-putrinya.
Di antara alasannya yang lain: Bahwa akidah tauhid akan memberikan benteng
yang kuat pada diri seseorang untuk menangkal serangan budaya atau pemikiran
apapun...sebagaimana ia akan memberikan padanya kekebalan terhadap pelarutan
dalam tradisi kaum, perilaku dan moralitas mereka yang menyimpang; khususnya
13
Shahih Ibnu Majah 52. Hadits tersebut tidak berarti mengabaikan Al Qur`anul Karim atau
menangguhkannya atau tidak menekuninya --seperti sangkaan sebagian orang!" Sesungguhnya ia
menunjukkan pengutamaan ilmu tauhid yang diambil dari Kitabullah Ta`ala dan Sunnah Nabi Saw.
terhadap ilmu-ilmu syar`i selebihnya yang dikandung oleh nash-nash Al Kitab dan As Sunnah.
Jadi tauhid yang tidak diambil dari Al Kitab dan As Sunnah bukanlah tauhid, dan bukan pula
termasuk ilmu yang patut diperhatikan..!
14
Kami menasehati orang tua supaya mereka menyediakan bagi anak-anak mereka berbagai sarana
pendidikan dan pengajaran yang berguna, yang membantu mereka mencapai target-target pendidikan
dan pengajaran mereka. Yang kami maksud dengan sarana-sarana tersebut di muka, adalah buku-buku
yang bermanfaat yang sesuai dengan syari`at dan adabnya.
Yang mendorong kami mengutarakan hal ini adalah karena banyak rumah-rumah keluarga
muslim, berisikan di dalamnya hiasan, ornamen dan perabot yang bagus lagi nyaman, yang berharga
ribuan dirham...namun sebaliknya rumah-rumah tersebut kosong dari perpustakaan kecil yang
sederhana --tak memerlukan banyak beaya-- yang berisi sejumlah buku-buku dan referensi-referensi
yang berguna bagi agama dan akidah keluarga serta putra-putri mereka!!
Demi melengkapi dan mengisi rumah dengan berbagai hiasan dan barang-barang mewah,
maka mereka tak segan-segan menghabiskan ribuan riyal --denan royalnya--; sementara jika salah
seorang di antara mereka hendak membeli sebuah buku yang bermanfa`at bagi akidah dan agama putra-
putri mereka, maka kamu lihat dia merasa bimbang, maju mundur, menggenggam atau membuka kedua
tangannya, naik dan turun hasrat keinginannya...itu semua hanya karena harga buku yang barangkali
cuma beberapa dirham...dan perasaan seperti itu semua datangnya dari syetan dan dari diri mereka
yang sakit!!
apabila akidah wala` dan barro` telah kokoh terpatri dalam dirinya. Akidah yang
mendorongnya untuk mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, dan
mendorongnya untuk menyatakan baik apa yang dinyatakan baik oleh Allah Ta`ala,
dan menyatakan buruk semua apa yang diburukkan Allah Ta`ala dalam syari`at-Nya.
Akidah wala` dan barro` yang mendorong pemiliknya untuk mengikuti syari`at
ke manapun syari`at berputar...dalam damai dan perang, dalam mencinta dan
membenci, dalam menyatakan baik dan menyatakan buruk...maka dia dengan akidah
itu akan jadi seperti bintang di langit, telah mencapai keimanan yang paling tinggi dan
paling kuat...yang sulit dicapai atau larut dalam adat istiadat kaum dan moralitas
mereka yang batil.
Akan tetapi boleh jadi akan timbul pertanyaan: Bagaimana kita mengajarkan
akidah dan tauhid pada putra-putri kita. Apakah ini memaksa kita untuk membacakan
kepada mereka sebagian matan-matan akidah atau kitab-kitab yang berisikan akidah
Islam yang benar...atau bagaimana?!
Saya katakan: "Dalam tahap-tahap awal pengajaran tidak disyaratkan
membacakan matan-matan akidah kepada anak15, yang menjadikan mereka harus
duduk berjam-jam lamanya mendengarkan bacaan tersebut, sementara banyak di
antara mereka yang tak kuat melakukannya...banyak cara lain yang mudah namun
cocok untuk kondisi anak, dan ia mudah bagi orang tua, bisa dijadikan alternatip
untuk menggantikan pembacaan kitab-kitab atau matan-matan yang panjang...di
antara cara-cara dan sarana-sarana tersebut ialah:
1-- Memanfaatkan tempat-tempat mengaji yang memungkinkan hal tersebut: Adapun
bentuknya adalah bapak bersama putra-putrinya, saat membaca bersama sebagian
ayat-ayat Al Qur`an, memahami sebagian ayat-ayat Al Qur`an yang menjelaskan
sebagian makna-makna tauhid, seperti pemahaman mereka --misalnya-- terhadap
ayat-ayat Al Qur`an yang menunjukkan bahwa `Isa As adalah hamba Allah dan
Rasul-Nya, bahwasanya dia tidak mati disalib --seperti yang dikatakan orang-orang
Nashrani--, akan tetapi yang disalib itu adalah orang lain yang diserupakan dengan
wajahnya...lalu bapak menjelaskan makna-makna dan maksud-maksud dari ayat
tersebut kepada putra-putrinya dengan cara yang sesuai dengan tingkatan berpikir
mereka.
Demikian puka makna-makna tauhid dan akidah selebihnya, saat mereka
mereka melewatinya dalam Al Qur`anul Karim...
2-- Melalui penuturan kisah-kisah Nabi Saw., kisah-kisah para sahabat radhiyallahu
`anhum dan para pahlawan dalam sejarah Islam: Biasanya anak-anak cenderung suka
mendengarkan kisah-kisah...maka orang tua harus memanfaatkan hal tersebut. Tak
cukup hanya menuturkan kisah-kisah tersebut tanpa memahami sebagian makna-
makna akidah dan iman yang demikian banyak di sela-sela penuturan kisah-kisah itu
tadi...tapi dia perlu menjelaskan kepada mereka misalnya: Melalui peristiwa kejadian

15
Akan tetapi tidak seharusnya meremehkan aspek ini pada saat sang anak telah sampai pada tahap-
tahap pendahuluan di dalam pemahaman dan pencarian ilmu.
di mana seorang bapak yang mu`min memerangi anaknya yang kafir, dan seorang
anak mu`min memerangi bapaknya yang kafir, sebagaimana pernah terjadi dalam
sebagian perang-perang Islam...bagaimana wala` (loyalitas) dalam Islam adalah untuk
akidah dan iman bukan untuk darah atau kabilah atau bangsa atau ikatan-ikatan yang
lain.
Demikian pula melalui penuturan kisah-kisah hijrah, bapak menjelaskan
misalnya bagaimana para sahabat mengutamakan keselamatan akidah dan ibadah
daripada kecintaan terhadap negeri dan kampung halaman, oleh karena manusia itu
diciptakan untuk beribadah kepada Allah Ta`ala. Dus dengan demikian dia harus
senantiasa berputar bersama tujuan ini ke manapun berputarnya atau adanya.
Demikianlah makna-makna tauhid selebihnya, orang tua perlu
menyampaikannya ke telinga putra-putranya melalui penuturan kisah-kisah yang pasti
dan benar dari para pahlawan ummat ini.
3-- Melalui ulasan singkat terhadap sebagian peristiwa-peristiwa yang terjadi: Seorang
bapak menuturkan misalnya, pembantaian yang dilakukan orang kafir terhadap kaum
muslimin di Bosnia dan Herzegovina, dan apa yang terjadi sekarang di Chechna,
yakni upaya musuh melenyapkan bangsa muslim Chechna...kemudian dia
menyampaikan padanya bahwa sebabnya adalah karena bangsa tersebut memeluk
Islam, dan oleh karena mereka adalah orang-orang Islam; dengan cara tersebut, dia
menanamkan ke dalam hati anaknya kecintaan terhadap orang-orang beriman dan
menaruh simpati terhadap mereka, membenci orang-orang kafir dan berlepas diri dari
mereka.
Demikian pula apa yang telah terjadi dan sedang terjadi di Palestina, negeri
kaum muslimin...ia akan menanamkan di dalam hatinya kebencian terhadap orang-
orang Yahudi, dan kebencian terhadap agama mereka dan adat istiadat mereka.
Demikian pula jika si anak sakit...orang tua perlu menjelaskan kepadanya --
meski ia berobat dan minum obat-- bahwa yang menyembuhkan sakit hanyalah Allah
Ta`ala semata, dan bahwa obat itu tiada lain cuma sebab perantaraan yang Allah
menitipkan kesembuhan dan penawar padanya.
Dan hendaknya orang tua menjelaskan padanya bahwa yang memberi manfaat
dan memberi bahaya hanyalah Allah Ta`ala semata...tidak boleh berlindung kepada
selain-Nya untuk menghindarkan bahaya atau mendatangkan manfaat...dengan
pengajaran seperti itu, maka orang tua menanamkan dalam diri anaknya sifat selalu
bergantung kepada Allah Ta`ala bukan kepada yang lain. Dan ini termasuk tauhid.
Demikianlah, pada setiap kesempatan atau kejadian yang lewat, seorang bapak
harus memberikan padanya penafsiran menurut akidah dan iman, untuk menjadi
masukan yang berharga bagi anak..!!
4-- Melalui panutan yang baik: Yang kami maksud dengan contoh yang baik adalah,
hendaknya seorang bapak menjadi panutan yang baik bagi anak-anaknya...mereka
membaca tauhid dan akidah melalui sikap dan perkataan bapak mereka sehari-
harinya; dia --misalnya-- menyanjung baik seseorang di hadapan anak-anaknya,
karena dia adalah seorang lelaki yang shaleh, mu`min dan mujahid, bukan karena
alasan yang lain..
Demikian pula dia memburukkan seseorang, oleh karena dia adalah seorang
kafir dan musyrik, buruk perilaku dan agamanya, bukan karena alasan yang lain..
maka melalui perkataan tersebut, anak-anak mendapatkan timbangan dan tolok ukur
yang dengannya dan di atas landasannya, mereka bisa menimbang orang-orang lain
dan sikap-sikap mereka.
Dan ketika dia berlepas diri dari rezim tertentu, maka dia berlepas diri darinya
karena ia adalah rezim kafir yang memerangi Islam, memusuhi Allah dan Rasul-
Nya...bukan karena rezim tersebut tidak memberikan jaminan pekerjaan
padanya...demikian pula halnya yang berlaku dengan sikap-sikapnya yang lain.
Agar supaya timbangan ini tidak goyah dalam benak kepala anak, maka sudah
seharusnyalah bagi orang tua untuk berhati-hati dengan perkataan-perkataan mereka
di hadapan anak-anak mereka; jangan sampai misalnya mereka terlalu gampang
memuji orang kafir atau orang musyrik...atau memuji adat kebiasaan dan perbuatan
orang-orang musyrik...atau memuji sebagian dari rezim-rezim thaghut...karena anak-
anak itu akan mengulang-ulang dan mempercayai apa yang dikatakan bapak-bapak
mereka di belakang mereka!
Camkanlah sabda Nabi Saw. sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits
shahih:
"Kedua orang tuannyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nashrani, atau Majusi..."
Itu terjadi melalui proses pengajaran yang tidak benar terhadap anak-anak mereka,
setelah mana Allah menciptakan mereka di atas fitrah, yakni lurus dan mentauhidkan
Allah.
Saya hendak menunjukkan, melalui point persoalan di atas, bahwa anak-anak
mendapatkan banyak makna-makna akidah dan tauhid melalui pembicaraan orang tua
mereka di depan mereka, dan melalui perilaku dan perbuatan mereka sehari-
hari...karena itu orang tua harus senantiasa mengontrol diri, perkataan dan perbuatan
mereka, khususnya di hadapan anak-anak mereka.
5-- Melalui koreksi tindakan dan perkataan yang salah yang dilakukan oleh anak-
anak: Jadi anak-anak itu, lewat aktifitasnya sehari-hari, pasti akan timbul kesalahan
daripadanya juga...maka orang tuan harus mengingatkan kesalahan-kesalahan
tersebut, bahwasanya kesalahan itu menafikan kesempurnaan tauhid.
Contohnya, boleh jadi orang tua mendengar di antara anak-anaknya ada yang
bersumpah dengan nama selain Allah...maka dia mengingatkannya bahwa perkataan
itu termasuk perbuatan syirik yang dilarang oleh Allah Ta`ala dan Rasul-Nya
Saw. ...dan jika dia harus bersumpah, maka hendaknya dia bersumpah dengan nama
Allah Ta`ala saja.
Dan jika dia mengatakan --disebabkan masukan yang ia perleh dari sekolah
atau lingkungan yang lain-- bahwa Sinterclas bisa memberi manfaat dan mampu
mendatangkan manis-manisan dan hadiah-hadiah yang bagus dan berharga...maka
orang tua harus menjelaskan kepadanya bahwa Sinterclas tiada lain hanyalah berhala
semata. Ia adalah tahayul yang dibikin oleh tangan pendeta-pendeta dan rahib-rahib,
yang tidak bisa mendatangkan manfaat atau menolak bahaya bagi dirinya sendiri,
lebih-lebih memberikannya kepada yang lain.
Demikian pula jika si anak menonton adegan-adegan dalam film-film karton,
di mana tokoh-tokoh pahlawan dalam film tersebut digambarkan bisa mengendalikan
angin, hujan dan alam semesta...maka orang tua harus membenarkan kesalahan
tersebut, dan menjelaskan kepada mereka bahwa itu termasuk syirik, yang tidak
boleh ditonton.
Demikianlah melalui koreksi tindakan-tindakan dan perkataan-perkataan salah
yang dilakukan anak, maka mereka mendapatkan banyak makna-makna akidah dan
tauhid.
Inilah sebagian di antara sarana-sarana dan cara-cara yang sederhana dan
mudah --dan penting dalam waktu yang sama--, melalui perantaraannya, orang tua
mampu menjelaskan akidah dan tauhid kepada putra-putra mereka.
Kelima: Perkawanan dan pertemanan.
Yang kami maksud dengannya --sebagai tambahan dari poin-poin di muka--
adalah, seorang ayah haruslah mempergauli putra-putranya sebagai seorang kawan
dan teman mereka, di samping statusnya sebagai seorang ayah yang punya hak atas
diri mereka, hak-hak yang dilindungi oleh syara`. Ini akan membantu tercapainya dua
tuntutan penting dalam proses pendidikan dan pemeliharaan anak di negeri-negeri
Barat. Pertama: Anak-anak tidak mendapatkan kendala-kendala yang menghalangi
mereka untuk berterus terang kepada bapak-bapak mereka dalam hal apapun, atau
meminta pendapat mereka dalam setiap hal baru bagi mereka...dan ini memungkinkan
orang tua untuk mengetahui semua problem anak dan dan apa saja yang mereka
hadapi, sebagaimana ia memungkinkan mereka untuk mengarahkan anak-anak
mereka secara bijak, ke arah kecenderungan yang benar dan diminta.
Sesungguhnya ketidak terus terangan anak terhadap orang tua untuk
menyampaikan berbagai problem dan persoalan-persoalan baru yang dihadapinya,
yang memang membutuhkan bantuan orang lain, pada umumnya akan membuat anak
melakukan curhat/mengadu kepada teman-temannya yang tak baik. Ia akan meminta
pendapat mereka dalam urusannya dan dalam memecahkan problem yang
dihadapinya, untuk ia dapatkan pada mereka pendapat-pendapat yang terburuk dan
solusi-solusi yang terjelek, yang bisa merusak dan membinasakannya, sekiranya ia
melakukannya...!
Tidak ada dalam lingkungan kehidupan anak-anak, seseorang yang
menghendaki kebaikan untuk diri mereka seperti halnya orang tua-orang tua yang
shaleh...tentu saja ini menuntut terciptanya hubungan yang baik (harmonis) dalam
bentuk lain, yang memudahkan proses keterus terangan dan pengarahan tanpa ada
kendala atau hambatan psychologis yang tak bermanfaat dan tak perlu.16
Kedua: Sesungguhnya persahabatan yang benar seperti ini akan memberikan
kepada anak perasaan yang tulus terhadap kecintaan, kasih sayang dan belas kasih
orang tua terhadap mereka...!
Perasaan akan kecintaan orang lain terhadap mereka, sangat mereka hajatkan
di negeri-negeri ini.. anak selamanya akan mencari seseorang yang mencintai dan
perduli terhadapnya, dan ia akan tertarik kepadanya, kepada pengarahan-pengarahan
dan pengajaran-pengajarannya...jika dia tidak menemukan kecintaan ini pada diri
orang tuanya, maka dia akan mencari seseorang yang mana dia dapat menemukan
perasaan itu padanya, untuk memenuhi kebutuhannya pada sisi ini...!
Problem bisa menjadi besar dan sangat berbahaya, pada saat anak tidak
mendapatkan kecintaan dan kasih sayang dari orang tua mereka, kemudian mereka
mendapatkan sesuatu daripada itu pada diri guru-guru mereka, yang musyrik dan
fasik, atau pada diri sahabat-sahabat mereka dari kalangan teman-teman jahat..!!
Maka saat itu, guru yang rusak dan teman yang jahat, keduanya bisa menjadi
idola dan panutan bagi anak, dan dari keduanya dia menerima banyak nilai-nilai,
pemahaman-pemahaman dan adat kelakuan-adat kelakuan yang buruk...!
Sisi persoalan ini, karena sangat pentingnya, maka Islam sangat menaruh
perhatian besar padanya, sebagaimana disebutkan dalam hadits muttafaq `alaih,
riwayat Al Bukhari dan Muslim, dari `A'isyah ra, dia berkata: Seorang Arab Badui
datang menemui Nabi Saw., lalu dia bertanya: "Apakah kalian biasa mencium anak-
anak kecil? Kami tidak biasa mencium mereka!!" Maka berkatalah Nabi Saw.: "Apa
yang bisa kuperbuat atasmu, kalau Allah telah mencabut sifat belas kasih dari
hatimu."
Dan dari Abu Hurairah ra., dia berkata: " Nabi Saw. mencium Husein bin `Ali
ra, sedang di sampingnya ada Aqra` bin Habis. Lalu Aqra` bertanya: "Sesungguhnya
aku punya sepuluh orang anak, tak seorangpun di antara mereka yang pernah
kucium." Mendengar perkataan tersebut, Nabi Saw. menoleh kepadanya kemudian
berkata: "Siapa yang tidak berbelas kasih, tidak akan dibelas kasihi" Muttafaqqun
`alaih.
Dan dari `A'isyah ra., dia berkata:"Aku belum pernah melihat seseorang yang
paling mirip terhadap Rasulullah Saw daripada Fathimah, semoga Allah memuliakan
wajahnya. Adalah Fathimah, apabila dia mengunjungi Nabi Saw, maka beliau

16
Dengannya kami memberi nasehat kepada para orang tua: Supaya terjadi hubungan yang harmonis
antara mereka dengan anak-anak , yang memelihara terwujudnya pertemanan dan persahabatan antar
mereka, sebagaimana ia memelihara hak orang tua atas diri anak-anak mereka, yakni penghormatan,
keta`atan dan pemuliaan. Yang mana masing-masing tidak boleh melampaui batas terhadap hak yang
lain, sehingga merusak semua persoalan.
Ini berbeda dengan pendidikan yang di ajarkan di negeri-negeri Barat: Di mana kamu dapati
hubungan antara orang tua dan anaknya adalah hubungan antara dua orang teman, tak ada saling
penghormatan di antara keduanya. Ucapan orang tua dan arahan-arahannya tidak berharga sama sekali
bagi anak. Khususnya jika sang anak telah mencapai usia 16 tahun...atau ia adalah hubungan yang
berdiri di atas tembok pemisah...di mana bapak ada di satu lembah dan anak ada di lembah yang lain,
satu sama lain saling tidak mengetahui...!!
menyongsongnya, memegangnya dan menciumnya dan kemudian mendudukkannya
di tempat duduknya. Dan apabila beliau mengunjunginya, maka ia memegangnya dan
menciumnya dan kemudian mendudukkannya di tempat duduknya."17
Dari Al Barra`, dia berkata: Aku mengunjungi Abu Bakar pada saat pertama
dia datang ke Madinah. Kulihat `A'isyah putrinya tengah berbaring terserang demam.
Lalu Abu Bakar ra mendatanginya dan bertanya padanya: "Bagaimana keadaanmu
wahai putriku?"Lalu dia mencium pipinya.18
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Adalah Rasulullah Saw. pernah lidahnya
kepada Husein bin `Ali, lalu anak tersebut melihat merah lidahnya, maka ia pergi
cepat-sepat mendatanginya."19
Dan dari Buraidah, dia berkata: "Rasulullah Saw. sedang berkhotbah di
hadapan kami, lalu Hasan dan Husein mendatanginya mengenakan dua ghamis
mereah. Keduanya jatuh dan bangun. Maka beliau turun dan memegang keduanya dan
membawa keduanya naik ke mimbar, kemudian beliau berkata: Maha Benar Allah
(Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah). Kulihat dua orang
bocah ini, lalu aku tidak sabar, kemudian aku ambil dalam khotbah."20
Adalah Nabi Saw. pernah berjalan untuk satu keperluan bersama beberapa
orang sahabatnya. Lalu datanglah anak-anak, memegang ujung baju Nabi Saw,...lalu
beliau berjalan bersama mereka ke manapun mereka mau!!
Allahu Akbar...pemimpin ummat manusia dan gurunya yang paling besar
secara mutlak...dituntun oleh anak-anak Madinah...lalu dia berjalan bersama mereka --
karena rasa belas kasih dan sayangnya kepada mereka-- ke manapun mereka mau...!!
Inilah sebagian di antara akhlak guru kita yang terbesar dan Nabi kita yang
agung Muhammad Saw....Lalu di mana mereka yang mengikutinya dan mengambil
petunjuknya, akhlaknya dan adabnya yang luhur...kemudian di mana mereka yang
berpaling dari petunjuk dan akhlak Nabi kita Saw, dan mengambil akhlak dan budaya-
budaya paganis lagi usang yang masuk kepada kita dari negeri-negeri Barat dan
negeri-negeri non Muslim yang lain...?!!
Janganlah mereka menganggap bahwa mereka baik-baik...atau bahkan
menganggap bahwa mereka adalah orang-orang Islam...!!
Jika ada yang menanya, mengapa saya mengkhususkan masjid-masjid di
Pakistan...? Maka saya jawab: "Saya tidak melihat masjid-masjid yang menganjurkan
ummat untuk menjauhkan anak-anak daripadanya --meski mereka menjaga
ketenangan dan kebersihan-- seperti halnya masjid-masjid yang diurus dan dikelola
oleh saudara-saudara muslim dari Pakistan..!!

17
Shahih Sunan Abu Dawud 4347.
18
Shahih Sunan Abu Dawud 4351.
19
As Silsilah Ash Shahiihah 70.
20
Shahih Sunan Abu Dawud 981. Saya katakan: Sekiranya salah seorang Imam Masjid --khususnya
masjid-masjid di Pakistan-- melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Nabi Saw. saat beliau ada di
atas mimbar...barangkali orang-orang akan mengeluarkannya dari agama Islam, dan mereka akan
mengingkari dengan keras perbuatan tersebut....!!
Peringatan:
Semua uraian yang telah disampaikan di muka tidak khusus menjelaskan
hubungan pergaulan orang tua dengan anak laki-laki mereka saja, tapi ia mencakup
anak laki-laki dan anak-anak perempuan. Bahkan anak-anak perempuan, pendidikan
mereka dan keharusan berbuat baik kepada mereka, memiliki keistimewaan khusus di
dalam Islam, yang hanya menjadi hak monopoli mereka, sedangkan anak laki-laki
tidak ikut berserikat di dalamnya.
Rasulullah Saw. bersabda:

" ‫ فهو في الجن َِّة‬،‫بهن‬


َّ ‫رفق‬
ُ ُ‫ وي‬،‫مه َّن‬
ُ ‫ويرح‬ ٍ
َ ‫عال ثالثاً من بنات يكفي ِه َّن‬
َ ‫" َمن‬
"Siapa yang menanggung nafkah 3 orang anak perempuan, dia mencukupi (kebutuhan
hidup) mereka, menyayangi mereka dan berlaku baik pada mereka, maka dia di
surga."21
Rasulullah Saw. bersabda:
"Siapa yang menanggung nafkah dua anak gadis hingga keduanya akil baligh, maka
aku dan dia masuk surga, seperti ini" Beliau mengucapkan demikian seraya
merapatkan jari-jari tangannya." HR. Muslim.
Ini adalah keistimewaan yang menjadi monopoli anak-anak perempuan, anak-anak
lelaki tidak ikut berserikat di dalamnya.
Maka camkan dan renungkan wahai orang yang hanya memperhatikan anak-
anak lelaki dan mengabaikan anak-anak perempuan serta hak-hak mereka atasnya...!!
Adapun selanjutnya: Ketahuilah bahwa yang menunjukkan kepada setiap
kebaikan adalah Allah Ta`ala semata. Barangsiapa yang Allah hendan memberinya
petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, meskipun seluruh bangsa jin
dan manusia bersatu padu untuk menyesatkannya, sebagaimana firman Allah Ta`ala:

 ً‫ومن يُضلل فلن تجد له ولياً مرشدا‬ ِ


َ ‫ من يهد اهللُ فهو المهتد‬

"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk.
Dan barangsiapa yang Dia sesatkan, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang
penolongpun yang dapat menunjukinya." (Qs Al Kahfi 17)

 ‫ ومن يُضلل اهللُ فما له من هاد‬


"Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tak seorangpun yang bisa memberi
petunjuk padanya." (Qs Az Zumar 23)
Maka dari itu tidak ada jalan keluar bagimu, wahai hamba Allah --di samping
iltizammu kepada poin-poin solusi di atas-- selain berlindung selalu kepada Allah
Ta`ala; memohon petunjuk dan keselamatan untuk dirimu dan keluargamu...karena
Allah adalah sebaik-baik penjaga, dan Dia adalah Yang Maha Penyayang di antara
para penyayang.

21
Ditakhrij oleh Ahmad serta yang lain. As Silsilah Ash Shahiihah 2492.
Dan akhir seruan kami adalah ucapan "Alhamdulillaahi rabbil `Alamien"

Abdul Mun`im Mushthafa Halimah `


Abu Basheer
Jumadal Akhir 1421 H/ 1 September 2000 M 1

www.abubaseer.com

‫عبد المنعم مصطفى حليمة‬ . ‫هـ‬2g6g1421


‫أبو بصير‬ . ‫ م‬1g9g2000
www.abubaseer.com

‫ــــــــ‬
.2492:‫ السلسلة الصحيحة‬،‫) أخرجه أحمد وغيره‬1(

Anda mungkin juga menyukai