Anda di halaman 1dari 9

*** http://desapulangasih.blogspot.com/2008/06/sejarah-pulau-bawean.

html WEDNESDAY, JUNE 11, 2008 Sejarah Pulau Bawean Pengenalan Mengenai Pulau Bawean Pulau Bawean berada kurang lebih 80 mil atau 120 kilometer di sebelah utara Kabupaten Gresik (Jawa Timur). Sebelum 1974 Pulau Bawean termasuk dalam wilayah Kota Surabaya amun sejak tahun 1974, Pulau Bawean dimasukkan dalam wilayah Kabupaten Gresik karena memang letaknya lebih dekat dengan Kabupaten Gresik. Untuk mencapai Pulau Bawean dibutuhkan waktu 3-6 jam dengan menggunakan kapal laut, Bawean merupakan pulau kecil yang dikelilingi oleh pulau-pulau lain yang lebih kecil seperti Pulau Gili Barat, Pulau Gili Timur, Pulau Noko, Pulau Selayar, Pulau Nusa. Di Pulau Bawean terdapat dua Kecamatan, 30 desa dan sekitar 143 dusun (kampung). Dua kecamatan itu adalah Kecamatan Sangkapura yang terdiri dari 17 desa iaitu Pulangasih Sungairujing, Terta, Dissallam, Desa Sawahmulya, Kota Kusuma, Sungaiteluk, Patar Selamat, Gunung Teguh, Baliktetus, Daun, Kebun Teluk Dalam, Sidogedung Batu, Lebak, Pudakit Timur, Pudakit Barat, Komalasa, Suwari dan Deka-Tagung. Kecamatan Tambak pula meliputi Desa Tambak, Teluk Jati, Dedawang(dhedhebeng), Gelam, Sokaoneng, Sukalila, Kalompang Ghubuk, Pakalongan, Tanjunguri, Grejek, Paromaan, Diponggo, Kepuh Teluk dan Kepuh Legundi. Kesenian Bawean Senjata tradisional orang Bawean adalah pedang. Pedang digunakan oleh Raja Bawean pada zaman dahulu seperti yang ada di Desa Kumalasa, dan Pendekar Pokolan menggunakan pedang dan pisau sebagai senjatanya. Pada zaman sekarang terkenal juga dengan Celurit kerana ada pengaruh dari Madura, bukan hanya di Bawean tapi di Jawa Timur celurit menjadi senjata khas. Seni pertahanan diri orang bawean adalah dinamakan ''POKOLAN", merupakan salah satu aliran pencak silat di nusantara. Pencak Silat yang ada di Jawa Timur dan Madura berasal dari pokolan Bawean. Pokolan Bawean seolah-olah seperti Silat Cekak Ustaz Hanafi di Malaysia tapi pokolan Bawean lebih mematikan, teknik pukulan tangan dengan cara menekuk jari tangan (orang bawean menyebutnya 'Nyotok'/ 'Sotok'). Tidak digenggam seperti karate. Ini berfungsi untuk mematahkan tulang rusuk lawan. Pokolan Bawean kini berkembang di Singapore (Pencak Pokolan Bawean). Kesenian tradisional Bawean umumnya terpengaruh budaya Melayu dan Islam. Sebut saja seni balas pantun yang akrab di sebut Mandiling oleh orang Bawean ada juga Budaya khas orang Bawean yaitu "Makabin-kabin", ini adalah pernikahan adat orang Bawean yang dirayakan 7 hari 7 malam. Islam Di Pulau Bawean Bukan Maulana umar Mas'ud yang pertama menyebarkan Islam ke Bawean, ada Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) yang lebih dulu menyebarkan Islam di Pulau Majedi (Bawean), kemudian ada Waliyah Zainab bersama suaminya Pangeran Seda Laut. Kemudian barulah Maulana Umar Mas'ud. Pada permulaan abad ke XVI (kira-kira tahun 1501 Masehi) datanglah ke Pulau Bawean seorang bernama Maulana Umar Mas'ud (nama asalnya adalah Pangeran Perigi). Beliau adalah cucu dari Sunan Derajat (Sayid Zainal Alim), iaitu anak yang kedua dari Susuhunan Mojoagung (Putera Sayid Zainal Alim yang tertua). Maulana Umar Mas'ud datang ke Pulau Bawean dari Pulau Madura. Beliau datang ke Madura bersama saudaranya yang bernama Pangeran Sekara. Pangeran Sekara ini menetap di Madura serta beristeri di sana ( di Arosbaya), sedangkan Pangiran Perigi (Maulana Umar Mas'ud) keluar dari Madura menuju ke arah utara sehingga sampai di Pulau Bawean dan mendarat di sebuah desa yang sekarang bernama Kumalasa. Konon menurut cerita, beliau datang ke Bawean dari Madura dengan menaiki seekor ikan. Pada mulanya setelah tiba di Pulau Bawean, Maulana Umar Mas'ud tidak langsung mengajarkan dan menyiarkan agama Islam, tetapi pertama yang beliau lakukan ialah bergaul dengan penduduk setempat dengan ramah tamah sehingga dalam pergaulan itu sudah tidak ada perasaan bahawa beliau adalah orang asing. Pergaulan beliau dengan orang-orang sekitar dusun yang beliau tumpang sangat erat sekali, sehingga semua orang yang beliau kenal menaruh kepercayaan kepada beliau. Apa lagi di dusun itu sudah lebih dahulu datang seorang muslim, namun kedatangannya tidak bermaksud dan tidak berfungsi sebagai mubaligh. Tidak berapa lama kemudian Maulana Umar Mas'ud mendapat berita bahawa Pulau Bawean diperintah oleh seorang Raja yang menganut faham animisme. Raja itu sangat dipatuhi oleh rakyatnya sehingga rakyatnya pun mengikut kepercayaan yang dianuti Rajanya. Setelah Maulana Umar Mas'ud mendengar berita yang demikian itu, maka berangkatlah beliau menuju dusun Panagi, tempat kedudukan Raja Babileono memerintah. Maksud beliau mengunjungi Raja itu ialah akan mencari kebenaran berita yang diperolehinya. Dan apabila memang benar demikian, beliau akan mengajak dan menyeru Raja tersebut kepada Agama Islam. Kerana beliau berkeyakinan, apabila Raja itu nanti mahu memeluk Agama Islam, maka semua rakyatnya akan mengikuti pula.

Al-kisah, setelah Maulana Umar Mas'ud tiba di Dusun Panagi dan berjumpa dengan Raja Babileono, benarlah berita yang beliau peroleh, bahwa Raja itu berkepercayaan Animisme. Dalam pertemuan itu Maulana Umar Mas'ud dengan penuh kebijaksanaan mengajak dan menyuruh Raja memeluk Agama Islam. Ajakan dan seruan beliau ditolak oleh Raja dan sampai berulang-ulang Maulana Umar Mas'ud menyatakan maksudnya itu tetapi selalu ditolak oleh Raja. Akhirnya Raja Babileono mengajukan tentangan kepada Maulana Umar Mas'ud, bahawa beliau harus mengadu sakti dan kekuatan dengan Raja serta dengan syarat, bahawa siapa yang kalah harus tunduk dan patuh kepada yang menang. Tantangan dan syarat tersebut diterima oleh Maulana Umar Mas'ud. Kemudian ditentukan waktunya serta tempat diselenggarakannya adu sakti dan kekuatan itu. Pada waktu yang telah ditentukan maka berkumpullah semua pembantu Raja Babileono beserta rakyatnya yang ingin menyaksikan adu sakti dan kekuatan tersebut di sebuah lapangan yang sudah ditentukan pula. Raja dan Maulana Umar Mas'ud juga sudah berada di tengah-tengah lapangan. Sebagaimana lazimnya dengan keadaan kehidupan pemimpin-pemimpin masa dulu, demikian pula halnya dengan apa yang terjadi antara Raja Babileono dengan Maulana Umar Mas'ud. Adu sakti dan kekuatan yang terjadi antara keduanya berjalan demikian: Dengan kesaktian dan kekuatan ilmu batinnya, Raja Babileono merebahkan pohon kayu yang sangat besar tanpa alat dan bantuan sesiapapun. Raja mempersilakan Maulana Umar Mas'ud supaya menegakkan kembali pohon kayu yang sudah rebah itu. Semua yang hadir menunggu apa yang akan dilakukan oleh Maulana Umar Mas'ud dalam usahanya menegakkan kembali pohon itu. Maulana Umar Mas'ud berjalan dengan tenang menghampiri dan mendekati pohon besar yang tumbang itu dan menyapu sebahagian batang pohon tersebut dengan tangannya kemudian pohon itu bergerak dan tegak kembali seperti sediakala. Sekarang sampai giliran Maulana Umar Mas'ud. Beliau mengambil dan menghela seekor kerbau ke tengah-tengah lapangan. Kerbau itu beliau rebahkan dengan tongkat yang dibawanya. Setelah itu beliau mempersilakan Raja Babileono mengangkat dan membangunkan kerbau tersebut. Raja Babileono menghampirinya dan kemudian berusaha mengangkat dan membangunkannya. Usaha Raja sia-sia belaka. Berbagai cara dan kekuatan yang dia dilakukan, namun usahanya itu tidak membawa hasil sama sekali. Raja dipersilakan meminta bantuan para pembantunya oleh Maulana Umar Mas'ud untuk mengangkat dan membangunkan kerbau itu, tetapi usaha bantuan itu pun sia-sia juga. Akhirnya karena Raja Babileono sudah tidak berdaya lagi untuk mengangkat dan membangunkan kerbau tersebut sekali pun sudah dibantu pula oleh para pembantunya, maka Maulana Umar Mas'ud datang menghampiri kerbau itu dan dengan tongkatnya beliau mengangkat dan membangunkannya. Gemparlah keadaan sekitar tempat adu sakti dan kekuatan tersebut, kerana kekalahan yang diderita oleh Raja Babileono. Melihat kejadian semacam itu Raja Babileono tidak dapat menahan marah dan rasa malu akan kekalahannya dan ditambah pula harus tunduk dan patuh kepada Maulana Umar Mas'ud, sebagaimana persyaratan yang sudah dibuat, maka Raja Babileono menghunus pedangnya menyerang Maulana Umar Mas'ud. Tetapi dengan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa, Maulana Umar Mas'ud dengan cepat dan tangkas menepis serangan itu, sehingga karena kerasnya tangkisan dan pukulan tongkat Maulana Umar Mas'ud yang mengenai pedang Raja, maka pedang itu berbalik. mengenai diri Raja Babileono sendiri. Beliau pun akhirnya meninggal dunia. Mayat Raja Babileono kemudian dibuang orang ke dalam laut. Dan dari situlah Maulana Umar Mas'ud menyebarkan Islam. Makam Maulana Umar Mas'ud terletak tepat di Belakang Masjid Baiturrahman (Alun-alun) Kecamatan Sangkapura Bawean, dan nama beliau juga diabadikan menjadi sebuah nama Yayasan di Pulau Bawean. Cerita Mitos Terjadinya Telaga Kastoba Alkisah, pada zaman dahulu, Pulau Bawean masih bernama Pulau Majeti. Di tengah-tengah Pulau Majeti terdapat pohon besar dan anggun, tetapi rendang sehingga kalau seseorang berdiri di bawahnya akan dapat menjangkau sebahagian daun pohon tersebut. Kala itu Pulau Majeti diperintah oleh Ratu jin yang berwibawa. Semua mahluk di daerah kekuasaanya tunduk kepadanya, baik mahluk halus maupun mahluk kasar. Ratu jin di Pulau Majeti sangat termashur dan dikenal oleh Ratu-Ratu jin yang lain di Nusantara, ini karena di daerah kekuasaan Ratu Jin Majeti terdapat "Pohon Sakti" yang tidak dimiliki oleh ratu jin lain di mana pun di kepulauan Nusantara ini. Yang tiada lain adalah pohon besar dan rendang di tengah Pulau Majeti itu. Kerananya dalam waktu tertentu, Ratu jin selalu mengubah kebijaksanaanya demi menyelamatkan pohon tersebut. Ratu juga ingin sekali melestarikan pohon kebanggaanya itu. Maka dipanggillah beberapa jin pengawal kerajaan. "wahai pengawalku!" "Ya Ratu!" "Coba kau jemput burung gagak jantan yg sedang berada di Pantai Ria, Desa Dekat Agung dan burung gagak betina yg ada di Pantai Mayangkara, Desa Ponggo!" "Hamba laksanakan Ratu!." Demikian jawab pengawal kerajaan sembari menundukkan tubuhnya dan terus berangkat untuk memanggil ke dua burung gagak tersebut. Setelah keduanya datang menghadap Ratu, maka Sang Ratu jin berkata... "Hai, Gagak! kamu berdua akan mendapat tugas baru yg berat, tetapi sangat mulia! bersediakah engkau?" "Dengan senang hati, Ratu" sembah kedua gagk itu. "Bagus. Memang hanya engkaulah yang dapat melaksanakan amanat ini. Apalagi selama ini kalian telah mengerjakan tugas-tugas kerajaan dengan sangat baik dan berhasil.

"Tugas gerangan apakah itu, Ratu?" tanya kedua gagak itu. "Begini. Engkau berdua sudah waktunya untuk mengetahui keadaan ini, karena engkau telah menjadi pegawai kerajaan berjabatan tinggi. Tapi, sebelumnya saya ingatkan janganlah kalian membocorkan "rahsia kerajaan ini." titah Ratu penuh harap, kemudian melanjutkan. "Kerajaan kita mempunyai pohon istimewa yg terdapat di tengah-tengah pulau ini. Berkat pohon itulah kerajaan kita termashur dan disegani oleh kerajaan lainya. Segala bahagian pohon itu amat berguna bagi kehidupan!", "oh ya?" sambung kedua gagak itu. "Akarnya, batangnya, dan rantingnya sebagai tumbal bencana alam, dan bahaya lain. Sehelai daunnya saja, bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan sangat ampuh daya sembuhnya. Bunganya juga dapat untuk kekebalan pemiliknya". "Hai, sakti amat!" "Nah, kewajibanmu sekarang adalah menjaga pohon itu serta bahagiannya. Berjagalah dengan disiplin atas segala gangguan dan ancaman, baik dari luar atau dari dalam kerajaan. Waspadalah selalu ke udara, ke laut atau ke darat. Jika ada mahluk asing yang mencurigakan, segeralah hubungi dan lapor pada penjaga istana". Kedua ekor gagak itu tidak menjawab, hanya memperhatikan dengan seksama instruksi-instruksi Ratunya. Betapa berat tugas yg dipikulnya. Namun mereka cukup bangga karena mendapat kepercayaan dan kehormatan dari Tuannya. Hingga pada suatu hari, burung gagak menjumpai seorang pemuda buta yang sedang tertatih-tatih dan berusaha mencari obat demi kesembuhan kedua matanya. Melihat hal yang demikian Sang gagak merasa hiba dan kasihan kepada pemuda tersebut dan melanggar janji mereka kepada ratu jin. "Wahai pemuda buta, ambil daun pohon besar ini dan usapkan ke kedua matamu yang buta. Maka kau akan dapat melihat lagi", kata gagak kepada pemuda buta tersebut. Akhirnya pemuda itu menuruti perintah si gagak dan pemuda itu langsung sembuh, kedua matanya dapat melihat secara normal. Ratu jin mendengar berita tersebut kemudian marah lalu mencabut pohon besar dan sakti yang berada di tengah-tengah Pulau bawean itu. Bekas dari cabutan pohon besar itulah kemudian menjadi sumber dan membentuk danau. Hingga saat ini danau itu masih asli, rendang dan tentunya masih ada kesan mistiknya. Danau itu terkenal dengan sebutan Danau Kastoba. Sejarah Awal Pulau Bawean Nama BAWEAN muncul pada abad ke 13, nama ini di berikan oleh Parajurit Majapahit (salah satu kerajaan terbesar di nusantara) yang berlabuh di bawean setelah kapalnya terkena badai dan menyebutnyaBAWEAN yang di bahasa sansakerta berarti matahari terbit. Berdasarkan manuskrip yang ada di Sangkapura, Pulau Bawean ini sebelumnya dikenal dengan sebutan Pulau Majdi karena bentuknya bundar seperti uang logam Sebelum Islam masuk ke Pulau Bawean, masyarakat Bawean menganut Fahaman Animisme ( penyembah roh dan kekuatan gaib), hal ini bisa ditelusuri dari cerita adu kesaktian antara Maulana Omar Mas'od VS Raja Babileono. Raja babileono seorang penyihir Animisme yang sakti mandraguna. Namun dengan keizinan Allah SWT, Omar Mas'od boleh mengalahkan raja babileono. Ada juga yang menyebut BAWEAN = babi jadian, babian ===> ini hanyalah masalah pronounciation, kerana bahasa Bawean didapati dengan unsur pengaruh dari bahasa madura di mana huruf 'W' dibaca menjadi 'B'. Terkenal cerita juga bahawa Raja Babileono adalah seorang raja yang gemar memelihara babi dan mempunyai ladang ternakan babi yang banyak sekali sehingga Raja Babileono dikenali juga dengan sebutan Raja Babi. Pada masyarakat Animisme memelihara babi sudah menjadi biasa, bahkan haiwan babi itu juga dipotong dijadikan makanan seperti pada masyarakat Dayak di Borneo yang masih memelihara babi. Artikel ini dipetik dan Ehsan daripada http://pulaubawean.blogspot.com *** http://pulau-bawean.blogspot.com/2008/01/menerjang-ombak-bawean-menggali-potensi.html MENERJANG OMBAK BAWEAN MENGGALI POTENSI Beruntunglah sekarang ini waktu tempuh dari dermaga gresik, menuju Bawean dengan Kapal Ferry Bahari Express hanya 3 jam. Konon sebelumnya hanya kapal perintis pengangkut barang dengan waktu tempuh 9 hingga 10 Jam. Dibulan-bulan tertentu menurut pengalaman penduduk antara Agustus sampai Februari ombak memang besar disertai tiupan angin kencang dari arah barat menuju ketimur, Namun hal itu tidak menjadi halangan bagi sang nakhoda, meliuk liuk diatas gelombang, tidak jarang posisi kapal terjepit ditengah gulungan ombak, kemudian tiba tiba menyembul kepermukaan laut. Bagi penumpang yang belum berpengalaman tentu akan memicu adrenalin sampai ke ubun-ubun. Separuh dari penumpang tidak merasakan hal tersebut karena memang sedang mabuk laut. Jika Laut sedang bersahabat, perjalanan sungguh sangat mengasyikan, sejauh mata memandang hanya hamparan luas terbentang samudera nan biru, berpadu dengan putihnya awan membentuk garis tak bertepi. Hati dan bibir tak henti-hentinya berdecak kagum, memuji kepada sang khalik, sungguh luar biasa besarnya kekuasan dan ciptaan Ilahi. Cuplikan dari sebuah buku Mengembara ke Pulau Bawean yang ditulis oleh Abdul Malek Abdul Hamid terbitan pertama tahun 1989, sekitar tahun 1350 Masehi pulau ini sudah dikenal dengan sebutan pulau Majidi tatkala para pembesar negeri bertandang kepulau tersebut, cuaca yang tadinya

berkabut tebal menyelimuti pulau, tiba-tiba menjadi terang benderang, spontan pemimpin para pembesar negeri berkata , Ba We An yang dalam bahasa Sang sekerta Ba artinya Sinar, We, Matahari, An , ada . Sejak itulah nama Majidi beruba menjadi Bawean Duapuluh menit sebelum merapat didermaga, gugusan pulau pulau kecil dan deretan gunung gunung yang menjulang tinggi, seolah muncul dari permukaan laut, seakan menyapa ramah kepada setiap penumpang yang sebentar lagi tiba. Secara geografis pulau ini berada di wilayah Kab gresik, berjarak kurang lebih 80 mil ke arah utara, Luasnya Cuma 194,11 km persegi, terdiri dari dua kecamatan sebelah selatan Sangkapura dengan 17 desa, dan sebelah utara 13 Desa. Kondisi alam dan minimnya fasilitas pendukung transportasi, mau tidak mau menciptakan imajinasi tersendiri bagi bawean, Inilah pulau para petualang. Jalan lingkar Bawean sepanjang 58 kilometer yang rusak parah hingga kini belum diperbaiki, sementara sarana transportasi yang tersedia sangat terbatas. Bahkan, kapal cepat tiga jam dari Gresik ke Bawean pun hanya beroperasi dua kali seminggu, yakni Rabu dan Sabtu.- Seandainya jalur transportasi ke pulau ini se elok pesonanya, Pulau Bawean pasti akan berkembang jadi pulau wisata yang paling diminati.Betapa tidak. Dipulau Bawean, kita disuguhi beragam etalase bumi yang menawan, Masih perawan, cantik dan mempesona. Mulai dari danau pantai, gugusan gunung dan pulau-pulau yang berserak di permukaan laut biru. Semua tersaji dalam keadaan alami. Beberapa aset dan potensi Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, yang layak dikembangkan sebagai tujuan wisata, hingga saat ini belum tergarap. Meskipun banyak daya tariknya, namun akses dan sarana transportasinya masih belum siap. Di pulau berpenduduk sekitar 60.000 jiwa itu terdapat sejumlah obyek wisata alamnya antara lain Pantai Ria Gili Barat yang terletak di Desa Suwari, Kecamatan Sangkapura. Sekitar 800 meter dari pantai terdapat kampung nelayan yang indah dan bersih. Selain itu juga ada jembatan gantung dari bambu. Pantai ini terdapat tanah yang landai dan biasa dipakai sebagai tempat Rukyat oleh departemen Agama. Danau Kastoba, Pantai Selayar, hamparan pasir putih di Pantai Ria, sumber air panas, serta air terjun yang memiliki daya pikat tersendiri. Keberadaan rusa Bawean di Desa Tampo, Kecamatan Sangkapura, juga layak sebagai tujuan riset dan studi. Masih ada empat pantai lainnya di gugusan kepulauan ini yaitu pantai Tinggen dan makam panjang di Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura. Di ujung pantai Tinggen terdapat makam Sembodo yang biasa di sebut makam panjang dengan panjang 15 meter dan lebar dua meter.Di pantai ini ombak sangat tenang sehingga memungkinkan wisatawan untuk berlayar dengan perahu sampan atau rakit sambil memancing. Pulau Noko atau Selayar terletak di sebelah Timur Pulau Bawean, tepatnya di Desa Sungai Rujing. Pantai lainnya yang patut dikunjungi adalah Pantai Labuhan yang juga berombak tenang. Letaknya di Desa Tanjung Ori, Kecamatan Tambak.Ada juga pantai Mayangkara di Desa Kepuh Teluk , kecamatan Tambak. Pantai ini tempat berlabuhnya Siti Zaenab, istri Sunan Giri yang kemudian dikenal dengan nama ibu berambut panjang. Kunjungan ke pulau Bawean juga dapat dimanfaatkan untuk berwisata ke Pulau Noko atau Selayar. Terletak di sebelah timur Bawean tepatnya di Desa Sungai Rujing dengan jarak tempuh satu jam dengan perahu bermesin. Selain hamparan pasir putih, masyarakat juga bisa menikmati taman laut yang berpasir putih. Wisata air terjun Laccar setinggi 25 meter juga tak kalah menariknya, terletak di Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura. Begitu pula dengan Danau Kastoba di Desa Paromaan. Danau ini memiliki air jernih dan segar yang dapat di minum langsungRumah Pesanggrahan peninggalan KolonialBersih nan asri pintu dan jendela besar dan tinggi, ditambah nuansa klasik disetiap pintu kamar terdapat ventilasi yang dihiasi relief neo klasik, kiri kanan terdapat semacam paviliun berderet memanjang, cukup menampung 25 orang tamu. Menghadap ke tanah lapang yang luas, sayang taman kurang terawat namun masih menyisakan pemandangan menghadap laut lepas, dikejauhan tampak barikade penahan gelombang yang dibuat oleh belanda. Disinilah biasanya tamu-tamu pemerintahan menginap dalam rangka kunjungan kerja di pulau ini.Potensi POTS BaweanTotal LIS 3500 SST, ditopang oleh 4 DLC . Sebenarnya cukup baik kalau dilihat perndapatan rata2 tiap bulan 400 juta rupiah, performansi unit pelayanan ini, Semester I/2007 beberapakali menyabet NAL Positip. Walapun PLN dipulau ini hanya beroperasi dari jam 17.00 s/d 06.00 pagi, siangnya praktis Genset dan baterey sebagai penyambung nyawa dari POTS.Sedangkan penambah teledensitas fixed wireless kedepan sudah tertuang dalam LIS OF Project DIV 05, Paket 239 pembangunan BTS Flexi dipulau tersebut, dan rencananya di Dusun Daun Sukapura dan Kepuh Teluk masing kapasitas 2400. Sedangkan Provider yang sudah eksis disana TELKOMSEL, ternyata MENTARI pun sudah berkibar dipulau tersebut.Alangkah lebih baik jika rencana diatas memang dilaksanakan waktu dekat, Pasukan AR dari sekarang mengambambil ancang ancang untuk bergerilya, membangun jaringan Outlet sebagai chanel distribusi Kartu Trendy / Perdana flexi maupun E-Vouchernya, karena mayoritas TKM yang tergabung dalam Barisan KOPEGTEL Gresik adalah penduduk asli di bawean sehingga kedekatan penduduk dengan Bendera TELKOM sudah sangat akrab. Posted by HERIANSYAH *** http://pulau-bawean.blogspot.com/2008/05/pesona-pulau-bawean.html PESONA PULAU BAWEAN Media Bawean, 30 Mei 2008 Oleh : Okilukito Sumber : http://okilukito.wordpress.com/ Alternatif berwisata perlu digali dan dipersiapkan lebih seksama sehingga memungkinkan para wisatawan memilih tujuan wisata di Jawa Timur tidak sebagai tempat singgah, namun juga berwisata di wilayah tersebut. Salah satu potensi wisata yang belum dikembangkan secara optimal adalah wisata bahari di Pulau Bawean. Lokasinya diantara P. Jawa dan P. Kalimantan mempunyai topografi berbukit dengan tanah subur serta memiliki pantai yang jernih dan indah. Modal ini memungkinkan untuk mengembangkan keindahan pantai dan laut yang

dimiliki menjadi suatu kawasan wisata bahari dengan nilai jual yang tinggi. Pantainya layak dikemas untuk sunbathing, surviying, diving, snorkling, fishing atau fin swimming. Rencana Pemprov Jawa Timur menjadikan Pulau Bawean sebagai daerah tujuan wisata memang tidak berlebihan. Berbagai obyek wisata di darat maupun di laut layak ditawarkan kepada wisatawan asing maupun local. Fasilitas hotel pun sudah tersedia, sedikitnya ada 4 hotel kelas melati yang lokasinya tidak jauh dari pelabuhan Sangkapura. Demikian pula Bank Jatim sudah membuka cabangnya di Kecamatan Sangkapura dan Tambak sejak tahun 2001 dengan fasilitas online, sehingga memudahkan wisatawan yang berkunjung. Salah satu kendalanya adalah transportasi. Dari Pelabuhan Umum Gresik saat ini hanya dilayani satu kapal cepat, Bahari Ekspress yang melayani trip ini seminggu dua kali. Kapal cepat itu cukup representative walaupun kurang nyaman karena juga mengangkut barang berjejal di dalam kabin. Jarak tempuh Gresik Bawean yang berjarak kurang lebih 90 mil laut itu hanya dalam waktu 3, 5 jam. Untuk memudahkan pengunjung yang akan ke Bawean, saat ini tengah dibangun Lapangan Terbang perintis di Kecamatan Tambak. Tepatnya di desa Tanjung Ori yang masih pada tahap pengerasan landasan. Lokasi Lapter cukup strategis, diatas ketinggian bukit menjorok diatas Pantai Wisata Labuhan. Di Kecamatan Sangkapura juga sudah dibangun satu pelabuhan laut baru oleh Dinas Perhubungan Jatim untuk memudahkan akses dari laut. Sedikitnya terdapat 13 obyek wisata bahari yang mengeliingi pulau Bawean. Mayoritas kondisi alamnya masih belum tersentuh pembangunan alias perawan. Sebagian pantainya berpasir putih, gelombang Laut Jawa yang tidak terlalu besar dapat dimanfaatkan bagi mereka yang senang menyelam (snorkling) bisa menikmati keindahan terumbu karang di pantai sebelah timur seperti perairan di Pulau Cina dan sekitar Pantai Ria. Pemandangan bawah laut di sebelah Barat juga dapat ditemui di perairan Taman Laut Noko . Luas wilayah pulau Bawean 197,62 km2, terdiri dari Kecamatan Sangkapura meliputi 17 desa dan kecamatan Tambak 13 desa. Potensi lokasi yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk wisata berjumlah 22 lokasi, 21 wisata alam dan 1 wisata budaya/ziarah. Adapun obyek wisata tersebut antara lain, Air Panas Kebun Daya, Air panas Taubat, pantai Terosan, Pulau Selayar, Pulau Noko, Pulau Gili, Pulau Noko Gili, Air Terjun Laccar, Air Terjun Patar Selamat, Kuburan Panjang, Air Terjun Pudakit Barat, Tanjung Goang, Pantai Ria Gili Barat, Pantai Pulau Cina, Pantai Pasir Putih dan Hutan lindung, Air Terjun Padang Jambu, Pantai Labuhan, Pantai Mayangkara, Air Panas Kepuh Teluk, Danau Kastoba dan Makam Waliyah Siti Zaenab. Menurut hasil kajian yang pernah dilakukan, peringkat potensi obyek wisata bahari di Pulau Bawean adalah sebagai berikut : Peringkat I : Pantai Tinggen, Pantai Pasir Putih , Peringkat II : Pantai Tanjung Geen, Pantai Gili Barat, Pantai Terosan, Taman Laut Noko, Pantai Labuhan, Pantai Mayangkara. Peringkat III : Pantai Ria Pantai Pulau Cina, Taman Laut Noko Gili. Infrastruktur Perlu dibenahi Selama empat hari tim Bawean Dive Expedition 2008 pada akhir bulan Mei lalu melakukan monitoring terumbu karang, mangrove dan inventarisasi obyek wisata bahari di Bawean. Ekspedisi kecil ini melakukan diving di tiga lokasi yaitu di perairang Pulau Cina, perairang pasir putih dan Pantai Ria. Penyelaman dilakukan Adi Pasaribu (PSDK), Tohir (Primus) dan Priyono (peneliti terumbu karang Unhas). Di lokasi tersebut tutupan terumbu karang masih baik, rata-rata 70 persen. Ada beberapa titik yang rusak akibat racun sianida yang biasanya dilakukan oleh pencari udang lobster mutiara. Di sekitar Pulau Cina, Tohir berhasil mengabadikan ikan Napoleoan, salah satu spesies yang dilindungi. Tim menyewa perahu nelayan setempat dan dipandegani oleh rekan-rekan dari PPI Bawean, Hadi Suryanto, Prapto dan Idham. Tim sempat singgah di salah satu desa pantai untuk istirahat dan santap siang bersama. Di hari kedua, tim melakukan monitoring rehabilitasi mangrove di desa Tanjung Ori dan desa Soko Oneng di Kematan Tambak serta di desa Lebak, Kecamatan Sangkapura. Dari hasil pantauan, mayoritas mangrove yang ditanam tahun 2007 lalu dan didanai APBN, tumbuh dengan baik dan mencapai ketinggian lebih dari 50 sentimeter. Hanya saja tim tidak dapat mengamati tanaman yang berada di lokasi hutan bakau milik H. Arfai di desa Soko Oneng karena jalan setapak ke lokasi tersebut digenangi air laut pasang. Keesokan harinya menjelang matahari terbit, tim dengan mengendarai sepeda motor inventaris milik DPK menyusuri pantai barat dan timur Bawean. Sayangnya keindahan fenomena alam berpantai di 13 lokasi yang dikunjungi, terganggu dengan infrastruktur yang buruk, Adi Pasaribu yang dibonceng Tohir sempat terjatuh di jalan desa. Hampir 80 akses jalan lingkar Barat-Timur rusak dan akses ke obyek wisata tidak terawat. Waktu yang ditempuh sekitar 12 jam mengelilingi pulau penghasil kerajinan tikar itu. Tim menyempatkan diri melihat dari dekat lokasi Lapter di Desa Tanjung Ori yang sedang dibangun. Lokasi Makam Panjang dan Danau Kastoba juga sempat dikunjungi. Untuk dapat mencapai Kastoba, tim harus berjalan kaki selama 2 jam menembus dataran rendah dan tinggi berhutan. Danau Kastoba dikelilingi hutan cagar alam, keindahannya layak menjadi icon wisata Pulau Bawean, the most exciting lake I have ever seen.

*** http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Bawean Pulau Bawean

Lokasi Koordinat Kepulauan

Geografi Asia Tenggara 546LU 11240BT Kepulauan Sunda Besar Negara Indonesia Jawa Timur Sangkapura Demografi 70.000

Provinsi Kota terbesar Populasi

Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 80 Mil atau 120 kilometer sebelah utara Gresik. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Belanda (VOC) masuk pertama kali ke Pulau ini pada tahun 1789.[1]Sebelum tahun 1974 Pulau Bawean masuk dalam wilayah Kabupaten Surabaya sebelum di bentuknya Kabupaten Gresik namun sejak tahun 1974 pulau Bawean di masukkan kedalam wilayah Kabupaten Gresik karena memang letaknya lebih dekat dengan Kabupaten Gresik [2][3][4]. Bawean memiliki 2 kecamatan yaitu Sangkapura dan Tambak. Jumlah penduduknya sekitar 70.000 [5] jiwa yang merupakan pembauran beberapa suku yang berasal dari pulau Jawa, Madura, Kalimantan[6] ,Sulawesi dan Sumatera termasuk budaya dan bahasanya. Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau petani selain juga menjadi TKI diMalaysia dan Singapura. Etnis mayoritas penduduk Bawean adalah Suku Bawean, diikuti oleh Suku Jawa, Madura dan suku-suku lain misalnya Bugis, Mandar,Mandailing dan Palembang. Bahasa pertuturan mereka adalah bahasa Bawean. Bukannya bahasa Madura seperti yg dimaklumkan sebelum ini. Di Malaysia dan Singapura, penyebutan suku ini berubah menjadi Boyan. Mereka menyebut diri mereka orang Boyan,[7] maksudnya orang Bawean.[8]Harun Thohir Salah satu pahlawan nasional (pahlawan DWIKORA) berasal dari pulau Bawean. [9][10]

Lokasi

Pulau Noko Bawean

Etimologi [sunting] Kata Bawean berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti ada sinar matahari. Menurut legenda, sekitar tahun 1350[11], sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit. Kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pulau ini bernama Buwun[12][13] , Awal abad ke-16 agamaIslam masuk ke Bawean yang dibawa oleh Maulana Umar Mas'ud. Makamnya hingga kini merupakan tujuan peziarah lokal maupun dari luar Bawean.Makam Umar Mas'ud berada di wilayah Sangkapura yang terletak di pantai selatan pulau tersebut. Sedang di pantai utara, tepatnya di desa Diponggo ada kuburan seorang ulama wanita penyebar Islam di daerah itu, namanya Waliyah Zainab, terletak di atas dataran tinggi. Pulau Putri [sunting] Bawean sering disebut juga Pulau Putri karena banyak laki-laki muda yang merantau ke pulau Jawa atau ke luar negeri. Orang Bawean yang merantau ke Malaysia dan Singapura membentuk perkampungan di sana. Di negeri jiran masyarakat Bawean dikenal dengan istilah orang Boyan. Banyak juga para perantau ini yang berhasil dan menjadi orang terkenal diIndonesia, Malaysia maupun Singapura.

Pelabuhan Pulau Bawean.

Dermaga Sangkapura, Pulau Bawean (2009)

Pelabuhan di Sangkapura, pulau Bawean.

Gudang Militer VOC di Pelabuhan Sangkapura ( tahun 1851)

Pantai di pulau Noko (tahun 1953) Dalam legenda pulau putri, pulau bawean tempat berlabuhnya keluarga dari kerajaan Campa yang akan menuju pulau Jawa, mereka berlabuh dikarenakan Putri raja tersebut sakit, dan konon meninggal di bawean, untuk menhormati sang putri pulau tersebut dinamakan pulau putri. Sampai sekarang ini makam beliau masih ada tepatnya berada di desa Kumalasa yang dikenal sebagai makam jujuk Campa. Flora dan Fauna [sunting] Di Bawean terdapat spesies rusa yang hanya ditemukan (endemik) di Bawean, yaitu Axis kuhli. Selain itu di Pulau Bawean juga ditanam manggis, salak, buah merah, dan durian untuk konsumsi lokal. Puluhan spesies ikan laut juga terdapat di pantai pulau ini. Lain-lain [sunting] Mayoritas penduduk Bawean beragama Islam, sedangkan penduduk non-Muslim biasanya adalah para pendatang. Yang khas dari Bawean adalah batu onyx. Sejenis batu marmer. Batu ini dijadikan hiasan dan juga lantai. Selain itu juga ada "buah merah". Ini berbeda dengan buah merah asli papua. Bentuknya bulat seperti apel. Namun ada yang seperti ini diMagetan tapi warnanya agak kuning. Buah Merah di Bawean terbagi dalam 2 jenis, satu warna merah dan yang kedua berwarna kuning, yang berwarna kuning di bawean dikenal dengan jenis Buah Merah Mentega, buah jenis ini (buah merah) juga tumbuh di daerah lain seperti juga di magetan, tp buanya cenderung kecil bila dibandingkan di bawean, dan di daerah lain lebih dikenal dengan nama buah mentega..!!

Bahasa Bawean [sunting] Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi bahasa Madura, karena kata-kata dasarnya yang berasal dari bahasa ini, namun bercampur aduk dengan kata-kata Melayu dan Inggris serta bahasa Jawa[14][15] karena banyaknya orang Bawean yang bekerja atau bermigrasi ke Malaysia dan Singapura, Bahasa Bawean memiliki ragam dialek bahasa biasanya setiap kawasan atau kampung mempunyai dialek bahasa sendiri seperti Bahasa Bawean Dialek Daun, Dialek Kumalasa[16] , Dialek Pudakit dan juga Dialek Diponggo. Bahasa ini dituturkan di Pulau Bawean, Gresik, Malaysia, dan Singapura [17]. Di dua tempat terakhir ini Bawean dikenal sebagai Boyanese. Intonasi orang Bawean mudah dikenali di kalangan penutur bahasa Madura. Perbedaan kedua bahasa dapat diibaratkan dengan perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia[18], yang serupa tapi tak sama meskipun masing-masing dapat memahami maksudnya.

Pantai Ria Gili Barat (Sangkapura): Keindahan obyek wisata Pantai Ria di dusun Perapattunggal desa Dekatagung Sangkapura tergolong istimewa dengan panorama pantainya. Berkunjung ke lokasi obyek wisata Pantai Ria, melihat kondisi pantainya sangat indah dipandang mata. Tetapi nampak disekeliling pantai tidak terawat, sehingga nampak jorok dan kumuh

Anda mungkin juga menyukai