Pangeran Samudra adalah putra Prabu Barwijaya V, raja terakhir Majapahit dari seorang ibu selir.
Kesultanan Islam pertama di Jawa itu didirikan oleh Raden Patah,
putera mahkota Prabu Brawijaya V. Sehingga Raden Patah dan Pangeran Samudra masih memiliki hubungan kekerabatan. Pada masa itu banyak kerabat kerajaan Majapahit yang mempelajari Agama Islam.
Demikian pula dengan Pangeran Samudra, ia memutuskan tinggal di
Demak Bintoro untuk mendalami Agama Islam kepada Sunan Kalijogo. Salah seorang ibu tiri yang juga merupakan salah satu selir raja, yakni R.Ay Ontrowulan, turut serta mengiringi Pangeran Samudra belajar Agama Islam di Demak Bintoro.
Beberapa tahun berselang, Sunan Kalijogo mengutus Pangeran
Samudro mengembara ke arah selatan menuju Gunung Lawu. Sang Pangeran diminta belajar kepada ulama-ulama Islam yang dijumpai selama perjalanan ke selatan tersebut. Sunan Kalijogo berharap, ilmu agama yang dimiliki Pangeran Samudra kian lengkap sebagai bekalnya kelak dalam berdakwah Islam. yang tercerai berai dan banyak mendiami wilayah sekitar Gunung Lawu. Salah satunya adalah Kyai Ageng Gugur di desa Pandan, di lereng Gunung Lawu.
Pangeran Samudra singgah beberapa lama di pesanggrahan Kyai
Ageng Gugur. Setelah memperoleh restu dari Kyai Ageng Gugur, Ia pun bermaksud pulang kembali ke Demak Bintoro. Pangeran Samudra telah berkhidmad dan bertekad bulat untuk menyebarkan agama Islam disepanjang perjalanan pulang. Ia diiringi oleh dua orang abdi untuk menemani sang Pangeran berdakwah.
Dalam perjalanan dakwahnya Pangeran Samudra tiba di Desa
Jenalas (kini wilayah Gemolong) untuk beristirahat. Di Jenalas, Pangeran Samudra berjumpa dengan Kyai Kamaliman yang berasal dari Demak. Kyai Kamaliman berniat bermukim di Jenalas untuk menyebarkan Agama Islam.
Selanjutnya, Pangeran Samudra kembali melanjutkan perjalanan dan
tiba di padang oro-oro Kabar (sekarang bernama dukuh Kabar, Desa Bogorame Kecamatan Gemolong). Namun setibanya disana sang Pangeran jatuh sakit.
Walaupun sakit , Ia tetap beristiqomah meneruskan perjalanan
sambil berdakwah. Ketika sampai di dekat Dukuh Doyong (yang kini masuk wilayah Kecamatan Miri) kesehatan Pangeran Samudra kian memburuk. Salah satu abdi pengiring diminta untuk melanjutkan perjalanan untuk melapor kepada Sultan Demak Bintoro.
Sesampainya di Demak, sang abdi melaporkan kepada Sultan bahwa
kemungkinan Pangeran Samudra tidak dapat sampai ke Demak. Sultan Demak Bintoro memerintahkan jika Pangeran Samudro akhirnya wafat agar dimakamnan di sebuah bukit, agak jauh dari lkasi sang Pangeran mangkat.
Sang abdi, pun diutus kembali menemui Pangeran Samudra, namun
sesampainyadisebuah bukit sebelah barat laut Dukuh Doyong. Makam tersebur berada di ketinggian sekitar 300 mdpl. Karena puncak bukit makam tersebut sering diselimuti kabut putih di pagi hari hingga mirip asap yang keluar dari kukusan penanak nasi maka dinamakan Gunung Kemukus.
Ditempat terpisah, R.Ay. Ontrowulan yang berada di Demak sangat
bersedih hati mendengar kabar meninggalnya Pangeran Samudra. Dengan diliputi duka mendalam, sang putri berkehendak pergi ke Gunung Kemukus. Ia bermaksud untuk bertakziah memberi penghormatan terakhir kepada Pangeran Samudra.
Sesampainya di Gunung Kemukus, R.Ay Ontrowulan memeluk pusara
Pangeran Samudra dan tak mau melepaskannya beberapa waktu lamanya. Sampai akhirnya sang putri tersadar dan mengiklhaskan kepergian Pangeran Samudra menghadap Sang Khalik.
Dalam suasana berduka, R.Ay. Ontrowulan menuju ke sebuah
sendang dan mengambil airnya untuk bersuci. Sang putri lalu menenangkan batin dan berdoa kepada Allah SWT. Setelah memperoleh petunjuk, Ia kemudian memutuskan tinggal di Gunung Kemukus hingga wafatnya.
Mata air tempat bersuci itu sekarang dikenal dengan nama “
Sendang Ontrowulan”. Letaknya di bawah area makam Pangeran Samudra. Air sendang itu tidak pernah kering walaupun saat musim kemarau tiba.
Perjalanan Pangeran Samudro dalam bersyiar Islam telah
mewariskan nilai-nilai keteladanan kepada para pengikutnya. Pangeran Samudro senantiasa mengajak untuk mendekatkan hati, pikiran, dan perbuatan karena semata-mata demi ridha Allah SWT dengan dilandasi rasa cinta kepada-Nya.