1.1. Pengertian
Pemeriksaan fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh pasien baik
secara lokal atau (head to toe) guna memperoleh informasi/data dari keadaan pasien secara
komprhensif untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan maupun kedokteran.
1.2. Tujuan
a) Untuk mencari masalah keperawatan
b) Untuk menegakkan / merumuskan diagnose keperawatan/kedokteran
c) Untuk membantu proses rencana keperawatan dan pengoatan
Tujuan pemeriksaan fisik bagi perawat :
a)
b)
c)
d)
Membuat
penilaian
klinis
tentang
perubahan
status
kesehatan
klien
dan
penatalaksanaannya
e)
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
e.
f.
g.
h.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
n. Timbangan
o. Reflek hammer
p. Botol 3 buah
q. Kertas tissue
r. Alat dan buku catatan perawat
Lakukan pendekatan interpersonal yang ramah, sopan, menghargai klien ,dapatkan data
biografi klien.
2.
3.
4.
1.6.1.Anamnese
Keluhan Utama, merupakan keluhan yang dirasakan klien, sehingga menjadi alasan klien
dibawa ke Rumah Sakit.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
Apa penyebab gejala ?, Apa yang dapat mengurangi dan memperberat penyakitnya?, Apa
yang dilakukan pada saat gejala mulai dirasakan ?, Keluhan psikologis yang dirasakan !
b. Q = Quality and Quantity
Seberapa tingkat keparahan yang dirasakan klien
c. R = Regio or Radiation
Pada area mana gejala dirasakan?, Sejauh mana penyebarannya?
d. S = Severity
Tingkat/skala keparahan, hal-hal yang memperberat atau mengurangi keluhan
e. Time
Kapan gejala mulai muncul?, Seberapa sering dirasakan?, Apakah timbul tiba-tiba atau
bertahap?, Kambuhan, dan lama dirasakan?
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
Mengkaji jenis, jumlah, dan waktu makan selama di rumah dan di rumah sakit. Pantangan
makanan?, Kesulitan menelan, mengunyah, mual, anoreksia?, Usaha mengatasi kesulitan
yang dialami klien?
Pola Eliminasi
Mengkaji jumlah, warna, bau, konsistensi, Konstipasi, Incontinentia,frekuensi, BAB dan
BAK klien?, Upaya mengatasi masalah yang dialami klien ?
Aktivitas Lain
Olah raga yang dilakukan, hobby dsb?
Gaya Komunikasi
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara, apakah pola komunikasinya spontan atau
lambat, apakah klien menolak untuk diajak komunikasi, Apakah komunikasi klien jelas,
apakah klien menggunakan bahasa isyarat.
Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon, Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien, apakah klien aktif
atau pasif dalam berinteraksi, Apakah tipe kepribadian klien terbuka atau tertutup.
Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme koping klien dalam mengatasi masalahnya
Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat, apakah ada masalah keuangan dan
bagaimana mengatasinya
b. Menghitung denyut nadi per-menit, meraba nadi radial yang termudah, bila tidak
teraba nadi carotid atau apical, pada bayi nadi temporal.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
Menilai keadaan sakit klien dari hasil inspeksi umum, misalkan klien terbaring lemah di
tempat tidur dengan terpasang infuse D5%, pernafasan dyspnoe. Klien dapat makan
sendiri, dan tidak dapat ke kamar mandi.
TINGKAT KESADARAN
Kesadaran
Kompos mentis
Apatis
Somnolen
Delirium
Tanda-tanda
Sadar sepenuhnya,
Dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya
Keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan kehidupan sekitarnya
Sikap acuh tak acuh
Keadaan kesadaran yang mau tidur saja
Dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri tetapi
jatuh tidur lagi
Keadaan motorik yang sangat kacau,
Memberontak, berteriak-teriak
Tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu
Keadaan kesadaran yang menyerupai koma
Reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsang nyeri
Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali
Tidak dapat dibangunkan dengan rangsang apapun
PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI
Inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode
tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien.
Proses observasi.
Perawat menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda
fisik yang signifikan.
Rahasia inspeksi yg baik adalah perawat selalu memberikan perhatian pada klien.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
PALPASI
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua pada
pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh melalui
inspeksi sebelumnya.
Pengkajian lebih lanjut terhadap bagian tubuh yang dilakukan melalui indera peraba.
Melalui palpasi tangan dapat dilakukan pengukuran yang lembut dan sensitif terhadap
tanda fisik termasuk posisi, ukuran, kekenyalan, kekasaran, tekstur dan mobilitas.
Jesnis Palpasi
1. Palpasi ringan : perawat memberikan tekanan perlahan, lembut dan hati2, sedalam kira2 1 cm
2. Palpasi dalam : untuk memeriksa kondisi organ, penekanan sedalam 2-4 cm
PERKUSI
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secara
ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau
udara di bawahnya.
Perkusi juga merupakan pengetukan tubuh dengan ujung2 jari guna mengevaluasi
ukuran, batasan dan konsistensi organ2 tubuh dan menemukan adanya cairan di dalam
rongga tubuh
Metode Perkusi
1. Perkusi langsung
Pengetukan permukaan tubuh secara langsung dengan satu atau dua jari tanpa perantara.
Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang dominan yang
kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
AUSKULTASI
Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung,
pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen.
Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam
paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang
melalui sistem kardiovaskular.
Stetoskop regular meneruskan suara melalui ujung alat (endpiece),tabung pipa (tubing),
dan bagian ujung yang ke telinga (earpiece), menghilangkan suara gangguan eksternal
dan demikian memisahkan dan meneruskan satu suara saja.
PERHATIAN!!!
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
10
Ketika menggunakan stetoskop, kurangi suara-suara eksternal yang mengganggu dan suara
artefak. Tutup mulut anda dan, jika endpiece telah diletakkan pada permukaan tubuh, tutup mata
anda dan berkonsentrasilah.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
11
BAB 2
PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
12
b. Papula : Menonjol, batas jelas, elevasi kulit padat, kurang dari 1 Cm, Plaque
lebih dari 1 Cm
c. Nodule : Tonjolan padat berbatas jelas, lebih dalam dan lebih jelas dari pada
papula ukuran 1-2 Cm, Tumor lebih dari 2 Cm
d. Vesikula : Penonjolan pada kulit, bentuk bundar, berisi cairan serosa,
diameter kurang dari 1 Cm, Bulla diameter lebih dari 1 Cm
B. Tipe Sekunder
a. Pustula : Vesical / Bulla yang berisi nanah
b. Ulkus : Luka terbuka yang diakibatkan oleh vesikula/bulla yang pecah
c. Crusta : Cairan tubuh yang mongering ( serum, darah / nanah )
d. Exsoriasi : Pengelupasan epidermis
e. Scar : Pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan
f. Lichenifikasi : Penebalan kulit karena garukan atau tertekan terus
Papula
Makula
Nodule
Vesikel
Bulla
Keloid
Ulkus
Fisura
Pustula
Kista
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
13
Bisul
Dermatitis
Ganggreng
Kudis
Kurap
Panu
Psoriasis
Scabies
Urtikaria
Vitiligo
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
14
Proses
Deposisi melanin
Penyebab
Lokasi
Sinar matahari
Hamil
Penyakit Addison
Tumor Pituitari
Area terbuka
Muka
Putting susu
Areola
Linea Nigra
Vulva
Area terbuka
Genetalia
Jaringan parut
Menyeluruh
Kuku
Bibir
Mukosa mulut
Lidah
Kuku
Biru
(Sianosis )
Deoksi Hemoglobin
meningkat akibat hipoksia
Hemoglobin abnormal
Biru kemerahmerahan
Merah
Kuning
Karotemia
Uremia kronis
Warna
berkurang
Anxietas
Dingin
Penyakit jantung
Penyakit paru-paru
Methemoglobinemia
dapat / congenital
Sulhemoglobinemia
Polisitemia
Demam
Alcohol
Peradangan local
Lingkungan yang dingin
Penyakit hati
Hemolisis sel darah
merah
Peningkatan asupan
karotin yang mengandung
sayur dan buah-buahan
Miksedemia
Hipotuitarisme
DM
Anoreksia nervosa
Penyakit ginjal kronik
Albinisme
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
Muka
Konjungtiva
Mulut
Tangan
Kaki
Muka
Dada
Daerah sekitar
peradangan
Area yang terkena
dingin
Konjungtiva
Sclera
Telapak tangan
Telapak kaki
Muka
Area terbuka
Kulit
15
melanin
- Kehilangan melanin
Kemunduran visibilitas
oksihemoglobin
- Aliran darah menurun
dalam aliran darah
superfisial
- Kadar oksihemoglobin
menurun
Edema
Vetiligo
Tinea versikolor ( infeksi
jamur yang umum )
Sinkop
Syok
Anemia
Nefrotik sindrom
Rambut
Mata
Area yang terbuka
Dada
Punggung atas
Leher
Muka
Konjungtiva
Mulut
Kuku
Konjungtiva
Mulut
Kuku
Area yang edema
2. 2. Pemeriksaan Rambut
a. Inspeksi dan Palpasi :
Penyebaran, bau, rontok ,warna.
Distribusi, merata atau tidak, adakah alopesia, daerah penyebaran
Quality, Hirsutisme ( pertumbuhan rambut melebihi normal ) pada sindrom chasing,
polycistik ovarii, dan akromegali, penurunan jumlah dan pertumbuhan rambut seperti pada
penderita hipotiroitisme ( alopesia ). Warna, putih sebelum waktunya terjadi pada penderita
anemia perniciosa, merah dan mudah rontok pada malnutrisi.
KELAINAN PADA KEPALA DAN RAMBUT
Alopesia total
Alopesia sebagian
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
16
CLUBBING
MELANOMA
ONIKOLISIS
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
PARONIKIA
PSORIASIS
17
BAB 3
PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER
18
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
19
perdarahan. Dengan filter ini, retina tampak abu-abu, diskus berwarna putih,
makula kuning, dan darah tampak berwarna hitam
Menggunakan oftalmoskop
Oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan di de p a n mata kanan pemeriksa,
untuk memeriksa mata kanan pasien. Pasien diminta untuk melihat lurus ke depan
dan mata terfiksasi pada sasaran yang jauh. Jika pemeriksa menggunakan kaca
mata, maka kaca mata harus dilepas supaya dapat melihat retina dengan lebih baik.
Lampu oftalmoskop dinyalakan, lubang dipindahkan ke lubang kecil.
Pemeriksa harus memulai dengan diopter lensa diatur pada angka "0" jika ia tidak
menggunakan kaca mata. Pemeriksa yang miopia harus memulai dengan lensa
"minus", yang ditunjukkan oleh angka-angka berwarna merah; pemeriksa yang
hiperopia akan memerlukan lensa "plus", yang ditunjukkan oleh angka-angka
berwarna hitam. Jari telunjuk tetap pada cakram untuk memudahkan mengatur
fokus.
Oftalmoskop diletakkan berlawanan dengan dahi pemeriksa, sedangkan ibu jari kiri
pemeriksa mengangkat kelopak mata kanan atas pasien. Oftalmoskop dan kepala
pemeriksa harus berfungsi sebagai satu unit. Pemeriksa yang melihat melalui
oftalmoskop, harus mendekati pasien setinggi mata sejauh sekitar 15 inci pada
sudut 20 lateral dari pusat, seperti yang terlihat pada gambar. Cahaya harus
menyinari pupil. Pantulan sinar berwarna merah, refleks merah, dapat terlihat pada
pupil. Pemeriksa harus memperhatikan setiap kekeruhan pada kornea atau lensa.
Dengan bergerak ke arah pasien dengan garis 20 yang sama, pemeriksa akan mulai
melihat pembuluh darah retina. Pemeriksa harus bergerak lebih dekat ke pasien,
membawa lengan yang memegang oftalmoskop berlawanan dengan dagu pasien.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
20
Jika sudah terjadi kontak dengan pasien, maka akan terlihat papil saraf optikus atau
pembuluh darah. Dengan memutar roda diopter . Unit tenaga optik dari lensa
untuk sinar cahaya divergen atau konvergen.
Alergi Mata
Astigmatisme
Conjungtivitis
Glaucoma
Esotropia
(juling)
Ptosis
Retinoblastoma
Scleritis
blepharitis
Katarak
radang kelopak
mata
3.2.2.Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
21
dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui keseimbangan konduksi suara
yang didengar klien, normalnya klien mendengar seimbang antara kanan dan kiri
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
22
3.2.3.Pemeriksaan Hidung
a. Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi ( adakah pembengkokan atau tudak )
Amati meatus, adakah perdarahan, kotoran, pembengkakan, mukosa hidung, adakah
pembesaran ( polip )
labiopalatoseisis ), warna bibir pucat, atau merah ,adakah lesi dan massa.
Amati gigi ,gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran, kelengkapan, gigi palsu,
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
23
3.2.5.Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi wajah klien, struktur wajah
klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.
Hipertiroid
c. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan pembendungan pada
supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal vena jugularis sambil
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
24
BAB 4
PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK
a. Inspeksi
Ukuran payudara, bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah pembengkakan. Normalnya
melingkar dan simetris dengan ukuran kecil, sedang atau besar.
Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
25
b. Palpasi
Adakah secret dari putting, adakah nyeri tekan, dan kekenyalan.
Adakah benjolan massa atau tidak
BAB 5
PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU
Secara umum ada beberapa garis bayangan yang digunakan dalam pemeriksaan torak yaitu
1.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
26
2.
3.
4.
5.
a.
Inspeksi
Bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit.
Normal chest : diameter proximodistal lebih panjang dari anterodistal
Pigeon chest : diameter anteroposterior lebih panjang dari proximodistal
Funnel chest : diameter anteroposterior lebih pendek dari proximodistal
Barrel chest : diameter anteroposteriol sama denga proximodistal
Kyposis : tulang belakang bengkok ke depan
Scoliosis : Tulang belakang bengkok ke sanping
Lordosis : tulang belakang bengkok ke belakang
Amati pernafasan klien : frekuensi ( 16 24 X per-menit ), retraksi
intercosta, retraksi
Bentuk dada
Macam-macam pola pernafasan :
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
27
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus ;membandingkan getaran dinding torak antara kanan dan
kiri, dengan cara menepelkan kedua telapak tangan pemeriksa pada punggung klien dank
lien diminta mengucapkan kata tujuh puluh tujuh, telapak tangan digeser ke bawah dan
bandingkan getarannya, normalnya getaran antara kanan da kiri teraba sama.
c.
Perkusi
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
28
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan mengetuk dengan jari tangan
yang satunya, normalnya suara dinding torak saat diperkusi adalah sonor. Hipersonor
menandakan adanya pemadatan jaringan paru atau prnimbunan cairan dalam dinding torak
( pnemotorak )
d. Auskultasi
1. Suara nafas
Vesikuler : terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara rendah ,lembut dan
bersih.
Bronchial : di atas manubrium sterni, suara tinggi, keras dan bersih.
Bronkovesikuler : Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas sedang dan bersih
Trakeal : di atas trakea pada leher, imtensitas sangat tinggi ,keras dan bersih
2. Suara Ucapan
Anjurkan klien mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang, dengan stetoskop
dengarkan pada area torak, normalnya intensitas suara kakan dan kiri sama
Kelainan yang dapat ditemuka :
Bronkophoni : Suara terdengar lebih keras di banding sisi lain
Egophoni : Suara bergema ( sengau )
Pectoriloqy : Suara terdengar jauh dan tidak jelas
3. Suara tambahan
Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi
Rales halus , terdengar merintik halus pada akhir inspirasi
Rales kasar , terdengar merintik sepanjang inspirasi
Rales tidak hilang dengan batuk
Ronchi : Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus besar, terdengar pada fase
inspirasi dan ekspirasi, hilang bila klien batuk
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
29
BAB 6
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
30
PEMERIKSAAN JANTUNG
a. Inspeksi
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada dinding torak,
normalnya pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1 Cm, sulit ditemukan pada klien yang
gemuk.
b. Palpasi
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri )
ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )
c. Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar, batas-batas
jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
d. Auskultasi
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
31
Dengarkan BJ I pada ICS IV linea sternalis kiri BJ I Tricuspidalis, dan pada ICS V Mid
Clavicula / Apeks BJ I bicuspidalis terdengar LUB lebih keras akibat penutupan katub mitral
da tricuspidalis.
Dengarkan BJ II pada ICS II linea sternalis kanan BJ II Aorta, dan ICS II atai III linea
sternalis kiri BJ II aorta , terdengar DUB akibat penutupankatup aorta dan pulmonal.
Dengarkan BJ III ( kalau ada ) terdengar di daerah mitral, pada awal diastolic terdengar LUBDUB-EE, BJ III terdengar normal pada anak-anak,dewasa muda dan orang hamil. Bila ada BJ
III pada orang dewasa yang disertai dengan oedema/dipsneu berarti abnormal. BJ III pada
klien decompensasi cordis disebut Gallop Rhythm, yang terjadi akibat getaran karena
derasnya pengisian ventrikel kiri dari atrium kiri dari ruang sempit ke ruang yang lebih lebar.
Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik, diastolic akibat dari
getaran jantung atau pembuluh darah karena arus turbulensi darah.
Derajat Murmur : 1 : Hampir tidak terdengar
2 : Terdengar lemah
3 : Agak keras
4 : Keras
5 : Sangat keras
6
BAB 7
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
32
Khusus untuk pemeriksaan abdomen urutannya adalah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi ,karena palpasi dan perkusi dapat meningkatkan peristakltik usus.
Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran dan 9 Regio :
a. Inspeksi
Bemtuk abdomen : Membusung, atau datar
Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana bentuknya
Kesimetrisan bentuk abdomen
Amati adnya bayangan pembuluh darah vena, kalau terlihat pada bagian atas abdomen dan
mengalir ke bagian yang lebih atas berarti ada obstruksi vena porta hepatica, kalau tampak
pada bagian bawah abdomen menuju ke atas berarti ada obstruksi pada vena cava inferior,
normalnya bila terlihat pembuluh darah pada abdomen berasal dari bagian tengah menuju ke
atas atau ke bawah, dan tidak terlihat terlalu menonjol.
a. Gambaran normal
b. Gambaran Hipertensi portal
c. Gambaran obstruksi vena cava inferior
b. Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya dalam satu menit,
normalnya 5 35 kali per menit, bunyi peristaltic yang panjang dan keras disebut Borborygmi
biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat lambat (meteorismus) pada klien
ileus paralitik.
c.
Palpasi
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
33
Palpasi Lien :
Posis pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner ari midclavikula kiri ke arcus
costae- melalui umbilicus berakhir pada SIAS kemudian garis dari arcus costae ke SIAS di
bagi delapan. Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan terletak pada
garis Scuffner ke berapa ? ( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi hepar
Palpasi Appendik :
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
34
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney
yaitu dengan cara menarik garis bayangan dari umbilicus ke SIAS dan bagi menjadi 3 bagian.
Tekan pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila ada nyeri tekan ,nyeri lepas dan nyeri
menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada appendik.
Palpasi Ginjal :
Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada area lumbal posterior,
tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan palpasi dan diskripsikan
adakah nyeri tekan, bentuk dan ukuran.
Normalnya ginjal tidak teraba.
Palpasi ginjal
BAB 8
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
35
PEMERIKSAAN GENETALIA
b. Palpasi
Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
Scrotum dan testis : Adakah beniolan, nyeri tekan, ukuran penis, testis normalnya
teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan.
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
-
Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput visceral dan parietal pada
tunika vaginalis.
Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus pada saluran sperma
diakibatkan infarktion pada testis.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
36
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
37
BAB 9
PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
1.Inspeksi
Otot lengan dan paha ; atropi, hipertropi
Tulang ; pembengkakan
Persendian
2 .Palpasi
Otot ; istirahat dan bergerak ; kelemahan
Tulang ; edema
Persendian ; nyeri tekan, gerakan, bengkak, nodula
Kenormalan
kekuatan (%)
0
10
25
50
75
100
Ciri-ciri
Paralisis total
Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
Gerakan penuh menentang gravitasi dengan sokongan
Gerakan normal menentang gravitasi
Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
sedikit penahanan
Gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan
penahanan penuh
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
38
BAB 10
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Verbal
Gerakan ( Motorik )
Tanda
Membuka secara spontan
Membuka terhadap suara
Membuka terhadap nyeri
Tidak berespon
Orientasi baik
Bingung
Kata-kata tidak jelas
Bunyi tidak jelas
Mengikuti perintah
Gerakan lokal
Fleksi menarik
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Tidak ada
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
Nilai
4
3
2
1
5
4
3
2
6
5
4
3
2
1
39
b.
Berbicara : artikulasi
c.
d.
e.
40
b.
c.
d.
e.
VI (Abdusen )
VII (Fasial)
VIII (Vestibuloklearis)
IX ( Glosofaringeal )
X (Vagus)
XI (Assesori)
XII (Hipoglosal
Pemeriksaan
Uji indera penciuman pada masing-masing sisi
Kaji ketajaman penglihatan
Periksa lapang pandang
Uji reaksi pupil terhadap cahaya
Uji reaksi pupil terhadap cahaya
Kaji gerakan ekstraokuler
Kaji gerakan ekstraokuler
Uji nyeri dan sensasi sentuhan ringn pada wajah di zona
oftalmik, maksilaris dan mandibular
Palpasi kontraksi otot temporalis dan maseter
Periksa reflex kornea
Kaji gerakan ektraokular
Anjurkan pasien mengangkat kedua alis matanya, cemberut,
menutup ,ata dengan rapat, memperlihatkan giginya,
tersenyum, mengembungkan pipinya
Kaji pendengaran
Amati setiap kesulitan menelan
Dengarkan suara pasien
Perhatikan naiknya palatumdurum dengan ucapan ah
Uji reflex muntah
Amati setiap kesulitan menelan
Dengarkan suara pasien
Perhatikan naiknya palatumdurum dengan ucapan ah
Uji reflex muntah
Kaji otot terhadap massa, gerakan involunter dan kekuatan
mengangkat bahu
Kaji kekeuatan dengan memalingkan kepala melawan
tangan anda
Dengarkan artikulasi pasien
Inspeksi seluruh lidah yang dijulurkan
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
41
Fungsi
I ( Olfaktorius )
II (Optikus)
III (Okulomotorius)
IV (Troklear)
V (Trigeminus)
VI (Abdusen )
VII (Fasial)
VIII (Vestibuloklearis)
IX ( Glosofaringeal )
X (Vagus)
Indera penciuman
Penglihatan
Kontriksi pupil, membuka mata
Gerakan sadar bola mata
Pengunyah
Memutar mata
Gerakan wajah, indera perasa
Pendengaran dan keseimbangan
Menelan dan respon sensori rasa pahit
Mempersayarafi faring, laring, trakea, ke toraks dan
abdomen
Memberikan informasi ke otot laring dan faring
Pergerakan lidah
XI (Assesori)
XII (Hipoglosal
2.
3.
4.
5.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
42
a. Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada
6.
pemeriksaan patella
b. Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa
c. Pukul tendo Achilles, kaji reflek
Reflex Plantar (babinsky)
a. Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung
stick harmmer
b. Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki
sampai dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif
7.
a)
b)
c)
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
43
BAB 11
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
2.
Nadi / pols
3.
Pernapasan
4.
Tekanan darah
SUHU TUBUH
Prinsip Pengaturan Suhu Tubuh
Konsep Core temperature yaitu dianggap merupakan dua bagian dalam soal pengaturan suhu
yaitu :Bagian dalam inti suhu tubuh, yang benar- benar mempunyai suhu rata-rata 370 C,
yaitu diukur pada daerah (mulut, otot, membrane tympani, vagina, esophagus.(Tr)
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
44
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hypothalamus, Hipothalamus ini dikenal sebagai
thermostat yang berada dibawah otak.Hipothalamus anterior berfungsi mengatur pembuangan
panasHipothalamus posterior berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.
Sumber Panas
1). Metabolisme
Kegiatan metabolisme tubuh adalah sumber utama dan pembentukan/pemberian panas
tubuh. Pembentukan panas dari metabolisme dalam keadaan basal (BMR) + 70 kcal/jam
sedang pada waktu kerja (kegiatan otot) naik sampai 20%.
2). Bila dalam keadaan dingin seseorang menggigil maka produksi panas akan bertambah 5
kalinya
Pelepasan Panas
1) Penguapan (evaporasi)
Penguapan dari tubuh merupakan salah satu jalan melepaskan panas. Walau tidak
berkeringat, melalui kulit selalu ada air berdifusi sehingga penguapan dari permukaan
tubuh kita selalu terjadi disebut inspiration perspiration (berkeringat tidak terasa) atau
biasa disebut IWL (insensible water loss).Inspiration perspiration melepaskan panas + 10
kcal/jam dari permukaan kulit. Dari jalan pernafasan + 7 kcal/jampanas dari
metabolisme dikeluarkan dengan cara evaporasi 20 - 25%.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
45
2). Radiasi
Bila suhuPermukaan tubuh disekitar lebih panas dari badan akan menerima panas, bila
disekitar dingin akan terjadi dalam bentuk gelombang elektromagnetikmelepaskan
panas. Proses ini dengan kecepatan seperti cahaya radiasi.
3). Konduksi
Perpindahan panas dari atom ke atom/ molekul ke molekul dengan jalan pemindahan
berturut turut dari energi kinetic. Pertukaran panas dari jalan ini dari tubuh terjadi sedikit
sekali (kecuali menyiram dengan air)
4). Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada
waktu dingin udara pada tubuh akan dipanaskan (dengan melalui konduksiyang
diikat/dilekat menjadi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih
dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas
Pengaturan Suhu Tubuh Pada Keadaan dingin
Ada dua mekanisme tubuh untuk keadaan dingin yaitu :
1.
Secara fisik (prinsif-prinsif ilmu alam) Yaitu pengaturan atau reaksi yang terdiri dari
perubahan sirkulasi dan tegaknya bulu-bulu badan (piloerektion) > erector villi
Secara kimia yaitu terdiri dari penambahan panas metabolisme
46
(2). Keringat
a. Pada temperature diatas 34C, pengaturan sirkulasi panas tidak cukup dengan radiasi,
dimana pada kondisi ini tubuh mendapat panas dari radiasi. mekanisme panas yang
dipakai (evaporasi).dalam keadaan ini dengan cara penguapan
b. Gerakan kontraksi periodic memompa tetesanpada kelenjar keringat, berfungsi secara
keringat cairan keringat dari lumen permukaan kulit merupakan mekanisme pendingin
yang paling efektif
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
47
Mekanisme Demam
Demam adalah peningkatan titik patokan (set-point) suhu di hipotalamus. Dengan
meningkatkan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal untuk mningkatkan
suhu tubuh. Tubuh berespons dengan menggigil dan meningkatkan metabolisme basal. Demam
timbul sebagai respons terhadap pembentukan interleukin-1, yang disebut pirogen endogen.
Interleukin-1 dibebaskan oleh neutrofil aktif, makrofag, dan sel-sel yang mengalami cedera.
Interlekin-1 tampaknya menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin yang
merangsang hipotalamus
Suhu Tubuh Manusia
Suhu tubuh normal seseorang sesungguhnya bervariasi tergantung pada waktu
pengukuran (pagi, siang atau malam), tempat pengukuran (dalam rongga mulut, di ketiak, atau
dalam dubur), faktor usia serta tingkat metabolisme (sebelum atau sesudah makan, sebelum atau
setelah melakukan aktivitas fisik). Pengukuran suhu dengan termometer lewat rongga mulut atau
dubur akan lebih tepat daripada lewat ketiak (Depkes, 2007). Suhu tubuh paling rendah pada
pagi hari (pukul 5.00 - 6.00) dan paling tinggi senja hingga malam hari. Perbedaan antara suhu
terendah dan tertinggi bervariasi, sekitar 0,3 C-1,5 C. Semula perbedaan itu diduga hanya
karena perbedaan cuaca, suhu serta kelembapan saja, ternyata juga karena faktor irama diurnal
(saat tidur dan melek) yang berkembang sejak usia 1 - 2 tahun dan berlangsung terus seumur
hidup.
Suhu tubuh rata-rata orang dewasa di bawah 37 C. Seorang peneliti, Horvath SM dkk.
pernah meneliti 54 orang dewasa muda (usia 23 tahun) selama beberapa bulan dengan
kesimpulan, nilai rata-rata suhu rongga mulut pada pagi hari 36,5C dan malam hari 36,8C.
Peneliti lain, Dinarello dan Wolff dari Inggris melaporkan, hasil penelitian pada sembilan
orang dewasa mudah (22 tahun), dalam seharinya rata-rata suhu badan mereka 36,6 C dengan
nilai terendah 36,4 C dan tertinggi 36,8 C. Suhu rata-rata rongga mulut orang tua lebih rendah
daripada orang muda, tetapi suhu duburnya sama (Depkes, 2007). Padahal suhu anus biasanya
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
48
lebih tinggi daripada suhu rongga mulut. Perbedaan ini sangat bervariasi. Pada orang muda, suhu
lubang keluaran itu rata-rata 0,56 C lebih tinggi daripada suhu rongga mulut (Depkes, 2007).
Pada anak usia kurang dari 12 tahun, suhu tubuh waktu malam hari sering lebih tinggi,
rata-rata 37,4 C. Sebagai pedoman kasar, suhu tubuh anak yang tidak melebihi 38 C (antara 36
C - 38C) tidak perlu dirisaukan karena belum merupakan indikasi untuk diberi obat penurun
panas. Karena sebenarnya suhu yang agak panas malah diperlukan untuk pertumbuhan dan
sebagai salah satu mekanisme untuk mempertahankan tubuh dari serangan infeksi atau masuknya
benda asing ke dalam tubuh .
Telapak tangan sebagai alat pengukur panas sebenarnya bersifat sangat subyektif.
Artinya, ia tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk menggolongkan apakah suhu seseorang
panas, normal, atau dingin.
Seseorang dengan metabolisme tubuh rendah atau menderita anemia di mana suhu tangannya
lebih dingin, akan lebih peka bila meraba seseorang yang suhu tubuhnya tinggi dibandingkan
dengan mereka yang metabolisme tubuhnya normal dan suhu tangannya lebih hangat. Karena
tingkat metabolisme dan mekanisme sirkulasi darah tiap individu bervariasi, sudah tentu
mengukur suhu badan seseorang dengan punggung telapak tangan tidaklah tepat .
Kelainan pada Suhu Tubuh Manusia
(a). Penurunan Suhu Tubuh
Hypothermia, merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh mengalami penurunan dari
batas normal
(b). Kenaikan Suhu Tubuh
Hyperthermia, merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh meningkat melebihi batas
normal
Demam atau peningkatan suhu tubuh diatas suhu normal adalah suatu gejala penyakit.
Suhu tubuh normal biasanya adalah sekitar 37o Celcius.
Demam dapat disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, ganguan metabolisme ataupun
oleh terjadinya kerusakan jaringan tubuh. Kuman atau mikroorganisme yang biasanya
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
49
menyebabkan penyakit yang disertai demam antara lain adalah bakteri, virus atau
protozoa.
Demam yang disebabkan oleh gangguan metabolisme contohnya adalah demam karena
hyperthyroid.
Demam yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang luas contohnya adalah pada
penyakit kanker. Penyakit karena virus yang disertai dengan gejala demam contohnya
adalah penyakit flu burung, sars, demam berdarah dengue, campak dsb. Virus penyebab
penyakit flu burung adalah Avian Influenza, virus penyebab penyakit demam berdarah
adalah virus dengue dan virus penyakit campak adalah virus morbili. Penyakit yang
disebabkan oleh bakteri yang bergejala demam antara lain adalah penyakit demam tifoid
yang disebabkan oleh bakteri Salmonela typhosa. Penyakit bakterial lainnya antara lain
radang tenggorok karena bakteri, radang paru-paru (pneumonia) karena bakteri dsb.
Protozoa penyebab penyakit yang bergejala demam contohnya adalah plasmodium,
penyebab penyakit malaria.
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36oC 37,5oC
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jika suhu tubuhnya < 36oC
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
- Demam : Jika bersuhu 37,5 oC - 38oC
- Febris : Jika bersuhu 38oC - 39oC
- Hypertermia : Jika bersuhu > 40oC
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
50
Pengukuran suhu tubuh merupakan bagian rutin pada hampir semua penilaian klinis, karena
dapat menggambarkan tingkat keparahan penyakit (misalnya, infeksi). Suhu tubuh dapat dicatat
dalam derajat Celcius atau derajat Fahrenheit, dan berikut ini adalah konversi
antara keduanya:
C = 5/9 x (F 32)
F = (9/5 x C) + 32
Sebagai contoh:
37C = (9/5 x 37) + 32
= 66,6 + 32
= 98,6 F
Suhu tubuh dapat diukur dengan berbagai alat thermometer (thermometer gelas, elektronik,
timpani) dan berbagai rute (per oral, rectal, axilla, tympani). menunjukkan beberapa termometer.
Karena faktor lingkungan polusi merkuri, kebanyakan termometer dan sfigmomanometer yang
menggunakan merkuri diganti dengan peralatan elektronik.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
51
Jenis-jenis termometer
Rute oral
Rute ini merupakan rute pengukuran suhu tubuh yang akurat dan mudah dilakukan pada pasien
yang sadar. Temperatur tubuh pada dewasa yang diukur melalui rute oral adalah 37C (98,6 F).
Untuk mengukur suhu tubuh menggunakan cara oral:
o
Letakkan ujung termometer ke bawah lidah pasien pada sebelah kiri atau kanan sublingual
posterior, bukan pada bagian depan lidah (cek bahwa probe plastic disposable terpasang
pada ujung termometer)
Jaga agar termometer tetap pada tempatnya sampai termometer berbunyi (termometer
elektronik biasanya dapat mengukur suhu dalam waktu 20-30 detik)
Kemudian ambil termometer dari mulut pasien dan baca berapa angkanya.
Rute rectal
Rute rektal merupakan rute pilihan untuk pasien-pasien yang bingung, koma, atau tidak dapat
menutup mulut karena intubasi, mandibulanya dikawat, bedah facial, dan sebagainya. Rute rektal
juga umum dipakai untuk mengetahui temperatur tubuh bayi
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
52
Rute rektal merupakan cara paling akurat untuk mengukur temperatur tubuh. Dengan cara ini,
suhu tubuh dewasa yang terukur normalnya adalah 37,5C (99,5 F), 0,5C (1F) lebih tinggi
daripada rute oral.
Untuk mengukur suhu tubuh menggunakan rute rektal:
Bantu pasien pada posisi lateral dengan kaki bagian atas tertekuk
Gunakan sarung tangan
Lubrikasi termometer rektal
Masukkan termometer 2-3 cm (1 inci) ke dalam rektum
Biarkan selama 2 menit
Kemudian tarik dan baca angkanya.
Rute axilla
Rute axilla digunakan hanya jika rute oral dan rectal tidak dapat dilakukan, rute axilla ini aman
dan akurat untuk pasien bayi dan anak-anak. Suhu tubuh dewasa yang diukur melalui rute axilla
adalah 36,5C (97,7F), yang berarti 0,5C lebih renadak daripada rute oral.
Untuk mengukur suhu tubuh dengan rute axilla:
Letakkan termometer di ketiak di tengah axilla.
Termometer dijepit di bwah lengan pasien.
Lipat lengan pasien ke dadanya agar termometer tetap di tempatnya.
Biarkan termometer selama 5 menit pada anak-anak dan 10 menit pada pasien dewasa.
Rute timpani
Termometer untuk rute timpani mempunyai ujung probe yang diletakkan ke dalam telingan.
Termometer ini memiliki sensor inframerah yang mendeteksi suhu darah yang mengalir melalui
gendang telinga. Metode ini tidak invasif, cepat dan efisien.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
53
DENYUT NADI
Ketika jantung berdenyut. jantung memompa darah melalui aorta dan pembuluh darah
perifer. Pemompaan ini menyebabkan darah menekan dinding arteri, menciptakan gelombang
tekanan seiring dengan denyut jantung yang pada perifer terasa sebagai denyut/detak nadi.
Denyut nadi ini dapat diraba/palpasi untuk menilai kecepatan jantung, ritme dan fungsinya.
Karena mudah diakses, nadi pada radial tangan adalah metode yang paling banyak digunakan
untuk mengukur kecepatan jantung; dipalpasi melalui arteri tangan (radial) pada pergelangan
tangan anterior.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
54
Letakkan jari pertama dan kedua pada pergelangan tangan pasien antara tulang medial dan
radius
Tekan sampai nadi dapat teraba, tetapi hati-hati jangan samapi mengoklusi arteri (denyut
nadi tidak akan teraba).
Hitung jumlah denyut dalam 30 detik, dan jika ritmenya teratur, kalikan dua jumlah tadi.
Hindari menghitung nadi hanya dalam 15 detik, karena kesalahan 1-2 denyut saja akan
mengakibatkan kesalahan 4-8 kali kesalahan pada evaluasi kecepatan detak janutng. Juga,
lebih mudah mengalikan dua daripada mengalikan denyut jantung empat kali.
Jika ritme tidak teratur, hitung denyut nadi dalam 1 menit. Catat temuan dalam denyut per
menit (beats per minute/bpm).
- Umur 1 - 6 bulan
- Umur 6 - 12 bulan
- Umur 1 - 2 tahun
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
55
- Umur 2 - 6 tahun
- Umur 6 - 10 tahun
- Umur 10 - 14 tahun
- Umur 14 - 18 tahun
- Usia Lanjut
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:
- Ateri radalis
- Arteri temporalis
- Arteri caratis
: Pada leher
- Arteri femoralis
- Arteri bracialis
- Ictus cordis
: 70170
16 tahun
: 75160
612 tahun
: 80120
Dewasa
: 60100
Usia Lanjut
: 60100
: 50100
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
56
Kekuatan setiap kontraksi jantung, yang dinyatakan sebagai volume stroke jantung, dapat
dievaluasi dengan cara meraba/palpasi nadi. Biasanya, nadi yang normal dapat dengan mudah
dipalpasi, tidak muncul lalu hilang, dan tidak mudah terobstruksi.
Kekuatan nadi ini dapat digambarkan secara subyektif menggunakan 4 skala berikut:
0 Absen/tidak ada
1+ Lemah
2+ Normal
3+ Penuh
PERNAFASAN
Inspeksi dilakukan untuk mengevaluasi kecepatan pernafasan pasien. Karena kebanyakan
orang tidak menyadari pernafasannya dan mendadak menjadi waspada terhadap pernafasannya
dapat mengubah pola pernafasan normalnya, maka jangan memberitahu pasien ketika mengukur
kecepatan pernafasannya.
Untuk mengukur kecepatan pernafasan:
o
Jaga agar posisi pasien tetap selama melakukan pengukuran kecepatan pernafasan.
Hitung jumlah pernafasan (inhalasi dan ekshalasi dihitung sebagai satu pernafasan) dalam
30 detik, dan jika ritme teratur, kalikan dua jumlah tadi.
57
: 2130
610 tahun
: 2026
1214 tahun
: 1822
Dewasa
: 1220
Lanjut usia
: 1220
TEKANAN DARAH
Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding arteri. Tekanan darah
tergantung pada luaran kardiak, volume darah yang diejeksi oleh ventrikel permenit, dan tahanan
pembuluh darah perifer. Kecepatan jantung, kontraktilitas dan volume darah total, yang
tergantung pada kadar natrium, mempengaruhi luaran jantung (cardiac output).
Viskositas darah arteri dan elastisistas dinding mempengaruhi tahanan pembuluh darh
vaskular. Tekanan darah mempunyai dua komponen: sitolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik
menggambarkan tekanan maksimum pada arteri ketika kontraksi ventrikel kiri (atau sistol), dan
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
58
diatur oleh volume stroke (atau volume darah yang dipompa keluar pada setiap denyut janutng).
Tekanan darah diastolik adalah tekanan saat istirahat yaitu tekanan dari darah antar kontraksi
ventrikel.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
59
Metode pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk menentukan tekanan darah pasien
adalah metode tak langsung, metode auskultasi menggunakan stetoskop dan sfigmomanometer.
Bagian alat yang digunakan untuk diikatkan pada lengan berisi kantong karet yang dapat
mengembang. Kantongnya terhubung ke manometer. Karena manometer aeroid mudah hanyut,
maka harus dikalibrasi paling sedikit sekali setahun dan harus ditinggalkan pada keadaan nol.
Karena lingkar lengan berbeda-beda, maka juga tersedia berbagai macam ukuran pengikat
lengan (misalnya untuk anak-anak, dewasa, dan orang dewasa yang besar).
Untuk menentukan ukuran pengikat lengan ini bandingkan panjang kantong pengukur tekanan
darah tadi dengan lingkar lengan pasien. Anda harus merasakan kantong di dalam pengikat
lengan tadi. Untuk pengukuran yang paling akurat, panjang kantong harus paling sedikit 80%
lingkar lengan
Pengukuran tekanan darah dianggap tak langsung, karena tekanan dalam pembuluh darah secara
tidak langsung diukur dengan melihat tekanan dalam pengikat lengan. Ketika udara dipompakan
ke dalam pengikat lengan, tekanan dalam pengikat lengan tersebut akan meningkat. Ketika
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
60
tekanan dalam pengikat lengan tadi melebihi tekanan arteri brachial pasien, arteri akan tertekan
dan aliran darah akan berkurang dan akhirnya berhenti.
Bersamaan dengan mengeluarkan udara dari pengikat lengan, kantong akan mengempis dan
tekanan pada pengikat lengan berkurang. Ketika tekanan dalam pengikat lengan sama dengan
tekanan arteri, darah akan mulai mengalir kembali.
Aliran darah dalam arteri menghasilkan suara yang spesifik, yang disebut suara Korotkoff yang
terjadi dalam 5 fase:
Fase I
Fase II
: swooshing
Fase III
Fase IV
: muffling (pada dewasa hal ini menunjukkan keadaan hiperkinetik jika fase ini terus
berlangsung selama pengikat lengan mengempis).
Fase V
Suara-suara ini digunakan untuk mengidentifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik. Agar
dapat mengukur dengan sangat akurat, ikuti langkah-langkah berikut:
o
Tanyakan kepada pasien apakah pasien merokok atau mengkonsumsi kafein dalam 30
menit sebelum pemeriksaan. Jika ya, catat informasi ini.
Pasien harus didudukkan pada kursi dengan punggung tersangga dan lengan kosong dan
disangga pada keadaan paralel setara jantung.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
61
Posisikan agar kantong yang ada pada pengikat lengan di tengah di atas arteri brakhial,
kemudian ikat pengikat lengan tadi agar pas melingkari lengan, usahakan ujung tepi bawah
pengikat lengan tersebut 1 inci di atas antekubital
Tentukan tingkat inflasi maksimum. (Sembari palpasi nadi radial, pompa pengikat lengan
hingga ke titik di mana nadi tidak lagi terdengar, tambahkan 30 mmHg pada pembacaan
ini).
Dengan cepat kendurkan/biarkan udara keluar dari kantong lengan, dan tunggu 30 detik
sebelum memompanya kemabali.
Sisipkan ujung stetoskop; cek agar mengarah ke depan pada tempatnya. Tempatkan bel
stetoskop tanpa menekan, tapi cukup erat hingga kedap udara, di atas arteri brakhial (lihat
Gambar 5-10). Lihat bahwa diafrgama stetoskop juga dapat digunakan; namun, bel akan
leih sensitif untuk mendengan suara frekuensi rendah (tekanan darah) dan sedapat mungkin
bel digunakan jika memungkinkan. Ketika
Pompa dengan cepat pengikat lengan sampai maksimum (seperti yang telah ditentukan
sebelumnya)
Catat pembacaan tekanan ketika pertama kali terdengan dua suara berturutan (Korotkoff
Fase 1). Ini adalah tekanan darah sistolik.
Catat pembacaan tekanan ketika suara terakhir terdengar (Korokoff Fase V). Ini adalah
tekanan diastolik.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
62
Tetap dengarkan sampai 20 mmHg di bawah tekanan diastolik, kemudian dengan cepat
kempeskan pengikat lengan.
Catat tekanan darah pasien dengan angka genap beserta posisi pasien (misalnya, duduk,
berdiri, berbaring), ukuran pengikat lengan, dan lengan yang diukur.
Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi kembali pembacaan menggunakan lengan yang
sama.
Untuk hasil pengukuran yang paling akurat, 2 atau lebih pembacaan, tiap pembacaan terpisah
2 menit, dicari nilai rata-ratanya. Jika 2 pembacaan pertama berbeda lebih dari 5 mmHg harus
dilakukan pembacaan ulang (pengukuran tekanan darah diulang lagi) dan kemudian dirata-rata.
Tekanan darah normal dewasa adalah sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari
80 mmHg.
63
2) Ras
Hipertensi lebih sering muncul (dua kali lipat) pada keturunan Amerika Afrika dan
Kaukasia.
3) Ritme diurnal
Tekanan darah terendah pada pagi hari dan tertinggi pada akhir sore atau menjelang
malam.
4) Berat badan
Berat badan yang berlebihan berkorelasi erat dengan peningkatan tekanan darah.
5) Olahraga/latihan
Peningkatan aktivitas/olahraga meningkatkan tekanan darah, yang yang akan kembali ke
tekanan darah basal setelah beristirahat 5 menit.
6) Emosi
Tekanan darah meningkat ketika nyeri, takut, marah dan stress.
7) Pengobatan
Efek samping yang tidak diinginkan dari beberapa obat (misalnya siklosporin,
kortikosteroid,
tekanan
darah. Ketika
: 90/60 mmHg
- Usia 6 - 12 bulan
: 96/65 mmHg
- Usia 1 - 4 tahun
: 99/65 mmHg
- Usia 4 - 6 tahun
: 160/60 mmHg
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
64
- Usia 6 - 8 tahun
: 185/60 mmHg
- Usia 8 - 10 tahun
: 110/60 mmHg
- Usia 10 - 12 tahun
: 115/60 mmHg
- Usia 12 - 14 tahun
: 118/60 mmHg
- Usia 14 - 16 tahun
: 120/65 mmHg
: 130/75 mmHg
- Usia lanjut
: 130-139/85-89 mmHg
Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari 110/70 mmHg
Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah:
- Lengan atas
- Pergelangan kaki
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
65
BIODATA PASIEN
1. Nama
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. No. Register
5. Alamat
6. Status
5. Keluarga terdekat
6. Diaqnosa Medis
: ...........................................................................................
: ...........................................................................................
: ...........................................................................................
: ...........................................................................................
: ..........................................................................................
: ..........................................................................................
: ..........................................................................................
: ..........................................................................................
ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Masuk Rumah Sakit : ........................................................
Saat Pengkajian
: .........................................................
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kronologis dari penyakit yang diderita saan ini mulai awal hingga di bawa ke RS
secara lengkap meliputi( PQRST ) :
a. P = Provoking atau Paliatif : ..
b. Q = Quality : .........................................................
c. R = Regio : .....................................................
d. S = Severity :
e. T = Time :
..
C. Riwayat Penyakit Yang Lalu
:
Di Rumah Sakit
Pagi : .
Siang : ..
Malam : .
Nasi : ..........................
Lauk : .........................
Sayur : .......................
Minum/ Infus : .........
66
mengatasi masalah
b. Pola Eliminasi
No
Pemenuhan
Di Rumah
Eliminasi BAB /BAK
1
Jumlah / Waktu
Pagi : .
Siang :
Malam :
2
Warna
3
Bau
4
Konsistensi
5
Masalah Eliminasi
6
Cara
Mengatasi
Masalah
c. Pola istirahat tidur
No Pemenuhan Istirahat
Tidur
1
Jumlah / Waktu
2
Gangguan Tidur
Upaya
Mengatasi
Gangguan tidur
Hal Yang Mempermudah Tidur
Hal Yang Mempermudah bangun
4
5
Di Rumah
Pagi : ..
Siang :
Malam :
Di Rumah
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
Di Rumah Sakit
Pagi : ..
Siang :
Malam : .
Di Rumah Sakit
Pagi : ..
Siang : ..
Malam : .
Di Rumah Sakit
Di Rumah Sakit
67
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
68
3. Kuku
Inspeksi dan palpasi, warna . , bentuk. kebersihan
4. Keluhan yang dirasakan oleh klien yang berhubungan dengan
Px. Kulit : .............................................................................................
4. PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER
1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ),
kesimetrisan ( + / - ). Hidrochepalu( + / - ), Luka ( + / - ), darah ( +/-), Trepanasi
( + / - ).
Palpasi : Nyeri tekan ( + / - ), fontanella / pada bayi (cekung / tidak)
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + / - )
b. Ekssoftalmus ( + / - ), Endofthalmus ( + / - )
c. Kelopak mata / palpebra : oedem ( + / - ), ptosis ( + / - ), peradangan ( + / - )
luka ( + / - ), benjolan ( + / - )
d. Bulu mata : rontok atau tidak
e. Konjunctiva dan sclera : perubahan warna .
f. Warna iris .......................,
reaksi pupil terhadap cahaya (miosis / midriasis) isokor ( + / - )
Kornea : warna ..............
Nigtasmus ( + / - )
Strabismus ( + / - )
g. Pemeriksaan Visus
Dengan Snelen Card : OD ............. OS .........................
Tanpa Snelen Card : Ketajaman Penglihatan ( Baik / Kurang )
h. Pemeriksaan lapang pandang
Normal / Haemi anoxia / Haemoxia
i. Pemeriksaan tekanan bola mata
Dengan tonometri , dengan palpasi taraba .
3 Pemeriksaan Telinga
a. Inspeksi dan palpasi
Amati bagian telinga luar: bentuk ..
Ukuran . Warna lesi ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ),
peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + / - ).
Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna ................,
transparansi ............................, perdarahan ( + / - ), perforasi ( + / - ).
Uji kemampuan kepekaan telinga :
- Tes bisik ........................................
- Dengan arloji ..................................
- Uji weber
:
seimbang
/
lateralisasi
kanan
/
lateralisasi kiri
Uji rinne
: hantaran tulang lebih keras / lemah /
sama dibanding dengan hantaran udara
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
69
Uji swabach
4. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (
adakah
pembengkokan Atau tidak )
Amati meatus : perdarahan ( + / - ), Kotoran ( + / - ), Pebengkakan (+ / - ),
pembesaran / polip ( + / - )
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioseisis, palatoseisis,
atau
labiopalatoseisis ), warna bibir ., lesi ( + / - ),
Bibir
pecah (+ / - ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( + / - ), Kotoran ( + / - ),
Gigi palsu ( + / - ), Gingivitis ( + / - ), Warna lidah : .Perdarahan ( + /
- ) dan abses ( + / - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut :
uvula ( simetris / tidak ), Benda asing : ( ada / tidak )
Adakah pembesaran tonsil, T 0 / T 1 / T 2 / T 3 / T 4
Perhatikan suara klien : ( Berubah atau tidak )
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang / rileks, Warna dan kondisi
wajah
klien
:
..,
Struktur
wajah
klien
:
.Kelumpuhan otot-otot fasialis ( + / - )
7.
Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
a. Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan ( + / - ), jaringan parut ( + /
- ), perubahan warna ( + / - ), massa ( + / - )
b.
Kelenjar tiroid, pembesaran ( + / - )
c.
Vena jugularis, pembesaran ( + / - )
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe ( + / - ), kelenjar tiroid ( + / - ), posisi trakea
(simetris/tidak simetris)
Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan Px. Kepala, wajah,
leher ............................................................................................
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
70
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
71
8. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. Inspeksi
Bentuk abdomen : ( cembung / cekung / datar )
Massa/Benjolan ( + / - ), Kesimetrisan ( + / - ), Bayangan pembuluh darah vena
(+ /-)
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus ........... x/menit ( N = 5 35 x/menit, Borborygmi ( + / - )
c.
Palpasi
Palpasi Hepar : Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan (keras / lunak),
permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul / tajam) . ( N = hepar
tidak teraba).
Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya.......
Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan terletak pada
garis
Scuffner ke berapa ? .............( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik :
Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney . nyeri tekan ( + / ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak : Shiffing Dullnes ( +
/-)
Undulasi ( + / - )
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ).
(N = ginjal tidak teraba).
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen :
.......................................................................................................
9. PEMERIKSAAN GENETALIA
1. Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ), benjolan ( + / - )
Lubang uretra : penyumbatan ( + / - ), Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), cairan ...............................
Scrotum dan testis : beniolan ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( + / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - ) Epididimal
Mass/Nodularyti ( + / - ) Epididimitis ( + / - ), Torsi pada saluran sperma ( + / - ), Tumor
testiscular ( + / - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( + / - ), femoral hernia ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
2. Pada Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + / - ),eritema ( + / - ), keputihan ( + / - ),
peradangan ( + / - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( + / - )
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
72
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
73
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2. Menurut Agency for Health Care Policy and Research
No Intensitas Nyeri
Diskripsi
1
Tidak Nyeri
Nyeri ringan
Nyeri sedang
Nyeri berat
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
74
c. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : .
Tingkah laku yang menonjol :
Suasana yang membahagiakan klien :
Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman : .
d. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( ya / tdk ), apakah pola
komunikasinya ( spontan / lambat ), apakah klien menolak untuk diajak
komunikasi ( ya / tdk ), Apakah komunikasi klien jelas ( ya / tdk ), apakah klien
menggunakan bahasa isyarat ya / tdk ).
e. Pola Interaksi
Kepada siapa klien berspon :
Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien :
Bagaimanakah klien dalam berinteraksi ( aktif / pasif ), Apakah tipe kepribadian
klien ( terbuka / tertutup ).
f. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasimasalahnya :
g.
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
75
No
Cemas
Sedang
Cemas
Berat
Panik
Orintasi
terhadap
Orang,
tempat,waktu
Baik
Menurun
Salah
Tdk
ada reaksi
Lapang persepsi
Baik
Menurun
Menyempit
Kacau
Mampu
Mampu
dengan bantuan
Tidak mampu
Tdk
ada tanggapan
Kemampuan
menyelesaikan
masalah
Proses Berfikir
Motivasi
Mampu
Kurang mampu
berkonsentra
mengingat dan
si dan
berkonsentrasi
mengingat
dengan baik
Baik
Menurun
( N : 3.500 10.000 / L )
( N : 1.2 juta 1.5 juta L )
( N : 150.000 350.000 / L )
( N : 11.0 16.3 gr/dl )
( N : 35.0 50 gr / dl )
( N : 10 50 mg / dl )
( N : 07 1.5 mg / dl )
( N : 2 17 )
( N : 3 19 )
( N : 20 40 / 10 20 mg / dl )
( N : 1,0 mg / dl )
( N : 6.7 8.7 mg /dl )
( N : 136 145 mmol / l )
( N ; 3,5 5,0 mmol / l )
( N : 98 106 mmol / l )
( N : 7.6 11.0 mg / dl )
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
76
Phospor
: .............................
( N : 2.5 7.07 mg / dl )
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
:
A. Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-Scan, MRI,
Endoscopy dll.
I. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN :
................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Potter and Perry. (2004). Fundamental of Nursing: Concepts, Process & practice. Fourth
Edition.St. Louse, Missouri: Mosby-year Book,Inc.
Enykus, 2003, Keterampilan Dasar dan Prosedur Perawatan Dasar, ed 1. Semarang, Kilat press
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
77
Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A.,(1999). Fundamental Keperawatan Konsep proses dan
Praktek.EGC: Jakarta
Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). (1999). Buku Saku Ketrampilan
dan Prosedur Dasar. EGC: jakarta
Taylor, C., Lilis, C., and LeMone, P., ( 1998 ). Fundamental of Nursing : The Art and Science of
Nursing Care Lippincott.
Robert Priraharjo, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan ,cetakan II, Jakarta, EGC
Indriana, 2004, Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Mata, ed.I, Jakarta, EGC
Pemeriksaan Fisik/Widyawati/2013
78