Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat, dan sistematis.
interdisipliner.
serta memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek
fisik, psikis, sosial, dan spiritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan data
Assessment).
Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan melibatkan keluarga
petugas kesehatan.
Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format pengkajian pada
lansia yang dikembangkan minimal terdiri atas: data dasar (identitas, alamat,
Anamnesis
1.
Salah satu keterampilan yang paling penting saat berhadapan dengan klien,
membuat kita tidak bisa menentukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk
mendiagnosis juga berarti kesalahan melakukan intervensi secara tepat. Perlu diingat
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika melakukan anamnesis kepada klien
adalah:
fatal karena melakukan tindakan kepada orang yang salah. Perawat hendaknya
saat itu. Oleh karena itu, pastikan bahwa anamnesis dilakukan di tempat yang tertutup dan kerahasiaan
klien terjaga. Terlebih ketika perawat melakukan
hal-hal yang mungkin kurang baik untuk klien dan juga untuk perawat ketika
klien berlainan jenis kelamin. Selain itu, pendamping klien juga bisa membantu
diajak berkomunikasi.
sebelum atau sesudah memeriksa seorang klien agar tidak terjadi infeksi silang
(cross infection).
sebagai berikut:
lama anamnesis.
b. Berikan waktu yang cukup kepada klien untuk menjawab, berkaitan dengan
c. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya.
d. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena klien lansia kesulitan dalam
berpikir abstrak.
respons nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk, dan menyentuh
pasien.
i. Tempat anamnesis tidak boleh merupakan tempat baru dan asing bagi klien.
k. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap
2.
Pemeriksaan Fisik
perkusi, dan auskultasi. Beberapa tes khusus mungkin diperlukan, seperti tes
neurologi. Pemeriksaan fisik ini dilakukan secara head to toe (kepala ke kaki) dan
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri maupun
bagi profesi kesehatan lain, di antaranya: (1) sebagai data untuk membantu perawat
yang dialami klien; (3) sebagai dasar memilih intervensi keperawatan yang tepat; (4)
a. Keadaan Umum
1) Tingkat kesadaran
2) GCS
3) TTV
4) BB & TB
(1) Tegap (2) Membungkuk (3) Kifosis (4) Skoliosis (5) Lordosis
6) Keluhan
1)
2)
3)
4)
5)
Koma (tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apa pun, refleks pupil
terhadap cahaya tidak ada).
6)
с.
Penilaian Kuantitatif
2) BMI :
ТВ (m) x ТВ (nm)
Klasifikasi Nilai:
• Kurang
:<18,5
: 18,5-24,9
: 25-29,9
Normal
• Berlebih
• Obesitas :>30
e. Head to Toe
1) Kеpala:
: kotor/bersih
• Kebersihan
• Keluhan
: ya/tidak
1) Mata
•Konjungtiva
: anemis/tidak
• Sklera
: ikhterik/tidak
: ya/tidak
: kabur/tidak
: ya/tidak
: ya/tidak
• Strabismus
Penglihatan
Peradangan
• Katarak
• Keluhan
: ya/tidak
• Bentuk
: simetris/tidak
• Peradangan
• Penciuman
: ya /tidak
: terganggu/tidak
• Keluhan
: ya/tidak
• Kebersihan
: baik/tidak
• Mukosa
: kering/lembab
• Peradangan/stomatitis : ya/tidak
Gigi
: karies/tidak, ompong/tidak
: bersih/tidak
• Peradangan : ya/tidak
Pendengaran : terganggu/tidak
• Kebersihan
• Jika terganggu, jelaskan :
4) Leher
: ya/tidak
: ya/tidak
• JVD
• Kaku kuduk
• Keluhan
5) Dada
• Bentuk dada
• Retraksi
: ya/tidak
• Suara napas
: vesikuler/tidak
: ya/tidak
: ya/tidak
• Wheezing
• Ronchi
• Ictus Cordis
: ICS.. .
: ya/tidak
• Jika ya, jelaskan :
• Keluhan
6)
Abdomen
: distended/flat/lainnya
: ya/tidak
: ya/tidak
: ya/tidak
• Bentuk
Nyeri tekan
• Kembung
Supel
• Bising usus
: ya/tidak, regio
: ya/tidak
• Massa
• Keluhan
7) Genetalia
• Kebersihan
: baik/tidak
• Haemoroid
: ya/tidak
: ya/tidak
: ya/tidak
• Hernia
• Keluhan
8) Ekstremitas
• Kekuatan otot
0: Lumpuh
1: Ada kontraksi
• Deformitas
: ya/tidak, jelaskan :.
: ya/tidak
• Tremor
• Edema
• Paralysis
• Refleks
: ya/tidak
Biceps
o Triceps
Patelar
Achiles
9) Integumen
• Kebersihan : baik/tidak
: pucat/tidak
• Kelembaban : kering/lembab
• Warna
: ya/tidak
: ya/tidak
• Lesi/luka
Jelaskan :
yang biasa digunakan dalam pengkajian status fungsional adalah Indeks Kats,
Barthel Indeks, dan Sullivan Indeks Katz. Alat ini digunakan untuk menentukan hasil
tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis. Lingkup pengkajian meliputi
dan makan, yang hasilnya untuk mendeteksi tingkat fungsional klien (mandiri/
a. Indeks Katz
3) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
4) Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan.
b. Barthel Indeks
Keterangan:
Nilai:
42 - 54 : mampu melakukan aktivitas
sehingga dapat memberikan gambaran perilaku dan kemampuan mental dan fungsi
mental bisa digunakan untuk klien yang berisiko delirium. Pengkajian ini meliputi
(MMSE), Inventaris Depresi Beck (IDB), Skala Depresi Geriatrik Yesavage. Berikut
a.
dan bahasa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melengkapi dan menilai, tetapi
tidak dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, namun berguna untuk mengkaji
kemajuan klien.
kelelahan, gangguan selera makan, kehilangan berat badan. Selain itu, juga
berisikan 13 hal tentang gejala dan sikap yang berhubungan dengan depresi.
jawaban YA atau TIDAK. GDS ini telah diuji kesahihan dan keandalannya. Beberapa nomor jawaban YA
dicetak tebal, dan beberapa nomor yang lain jawaban TIDAK
dicetak tebal. Jawaban yang dicetak tebal mempunyai nilai 1 apabila dipilih.
Instrumen GDS dengan 30 item pertanyaan ini dikatakan juga dengan GDS Long
Sheort Version.
dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai
harapan dan keyakinan hidup; dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri dan
Tuhan. Ada lima dasar kebutuhan spiritual manusia, yaitu: arti dan tujuan hidup,
(Hawari, 2002).
berikut: (1) berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian
dalam kehidupan; (2) menemukan arti dan tujuan hidup; (3) menyadari kemampuan
untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri; (4) mempunyai
perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.
dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika
sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual
juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul di luar kekuatan manusia (Kozier,
2005).
dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,
sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan
Spiritualitas memiliki konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi
horisontal. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun
kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah
hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan.
Terdapat hubungan yang terus-menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002).
tetapi mereka banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka
melihat agama sebagai faktor yang memengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi
orang lain. Riset membuktikan orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan
melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia yang kehidupan beragamanya tidak
baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa tidak berharga, tidak dicintai,
ketidakbebasan, dan rasa takut mati. Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik
ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu menerima kehidupan. Jika merasa cemas
terhadap kematian pun kecemasan tersebut disebabkan pada proses, bukan pada
karena setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, walaupun dengan tingkat
yang mereka percaya. Setiap fase pada tahap perkembangan individu menunjukkan
hubungan interpersonal yang baik dengan pasien. Oleh karena itu, pengkajian
sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat membentuk hubungan yang baik dengan
pasien atau dengan orang terdekat pasien, atau perawat telah merasa nyaman untuk
a. Pengkajian data subjektif. Pedoman pengkajian ini disusun oleh Stoll (dalam
Kozier, 2005), yang mencakup konsep ketuhanan, sumber kekuatan dan harapan,
praktik agama dan ritual, dan hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
b. Pengkajian data objektif. Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajia
klinik yang meliputi pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan
1) Afek dan sikap. Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas
dapat tidur, bermimpi buruk, dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya,
terhadap agama?
kematian?
ibadah lainnya? Apakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur
memakai jilbab)?.
Pengkajian fungsi sosial ini lebih ditekankan pada hubungan lansia dengan
keluarga sebagai peran sentralnya dan informasi tentang jaringan pendukung. Hal ini
penting dilakukan karena perawatan jangka panjang membutuhkan dukungan fisik dan emosional dari
keluarga. Pengkajian aspek fungsi sosial dapat dilakukan dengan
menggunakan alat skrining singkat untuk mengkaji fungsi sosial lanjut usia, yaitu
APGAR adalah:
a. Saya puas bisa kembali pada keluarga saya yang ada untuk membantu pada
C. Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya
d. Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan berespons
e. Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu bersama-
sama.
Penilaian: Pertanyaan yang dijawab: selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir
DAFTAR PUSTAKA
Craven & Hirnle. 2000. Fundamentals of Nursing, Human Health and Function. 3rd ed.
Philadelphia: Lippincott.
Hamid, A. 2000. Buku Ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
Hawari, D. 2002. Dimensi Religi dalam Praktik Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: FK UI.