LP, ASKEP, SPTK Gangguan Citra Tubuh
LP, ASKEP, SPTK Gangguan Citra Tubuh
Oleh :
P17220194062
JURUSAN KEPERAWATAN
Desember 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Gangguan citra tubuh adalah persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik
individu (PPNI 2017).
Gangguan citra tubuh (body image) menurut Kusumawati, 2011 adalah perubahan
persepsi tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek seseorang. Gangguan ini biasa terjadi kapan saja seperti
penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak diinginkan, berubahan bentuk tubuh,
kehilangan anggota tubuh, timbul jerawat dan sakit. Jika seseorang mengalami gangguan
citra tubuh dapat dilihat dari tanda dan gejalanya, yaitu menolak melihat dan menyentuh
bagian tubuh yang berubah, tidak menerima perubahan yang telah terjadi atau yang akan
terjadi, menolak menjelaskan perubahan tubuh persepsi negatif pada tubuh, mengungkapkan
keputusan, dan mengungkapkan ketakutan (Nugroho 2016).
Beberapa kondisi patofisiologi dan psikopatologis dan prosedur terapeutik yang dapat
menimbulkan gangguan citra tubuh yakni (Maelani 2019):
Menurut (PPNI 2017) tanda dan gejala gangguan citra tubuh didapatkan dari data
subyektif dan obyektif.
1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang di
hadapinya:
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses di terima
b. Konsep diri adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri
2) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu lagi
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Gangguan Citra Tubuh adalah transiksi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif
b. Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis
c. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan dan kepanikan
9. Sumber Koping
a. Aktifitas olahraga dan aktifitas lain di luar rumah
b. Hobby dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pekerjaan atau posisi
f. Bakat tertentu
g. Kecerdasan
h. Imajinasi dan kreativitas
i. Hubungan interpersonal dengan orang lain
j. Support dari keluarga, teman dan masyarakat dan jaringan social
k. Keyakinan diri yang positif.
A. PENGKAJIAN
Aspek yang harus digali selama proses pengkajian adalah faktor predisposisi, faktor
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang
dimiliki pasien (Yusuf, Fitryasari PK, and Nihayati 2014). Secara lebih terstruktur
pengkajian kesehatan jiwa meliputi hal berikut :
a) Identitas, melakukan perkenalan dan kontak dengan klien nama perawat, nama
klien, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan, dan usia.
b) Faktor predisposisi, tanyakan apakah klien pernah mengalami masalah yang
menuju gangguan cittra tubuh menggunakan pengkajian self-concept/selfesteem
yang meliputi :
● Perasaan cemas/takut
● Perasaan putus asa/kehilangan
● Keinginan untuk mencederai
● Adanya luka/cacat
c) Status mental, meliputi penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam
perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi, dan tingkat konsentrasi.
d) Mekanisme koping, data didapatkan melalui wawancara pada klien atau
keluarganya. Beri tanda pada kotak koping yang dimiliki pasien, baik adaptif
maupun maladaptif.
e) Masalah psikososial dan lingkungan, data didapatkan melalui wawancara pada
klien atau keluarganya. Pada tiap masalah yang dimiliki pasien beri uraian
spesifik, singkat, dan jelas.
B. ANALISA DATA
a) Tanda subjektif
● Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
● Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
● Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
● Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
● Mengungkapkan perubahan gaya hidup
b) Tanda objektif
● Kehilangan bagian tubuh
● Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
● Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
● Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh
● Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
● Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
● Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
● Hubungan social berubah
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau potensial
dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/ proses kehidupan.
Rumusan diagnosa keperawatan yaitu permasalahan berhubungan dengan Etiologi dan
keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah (Hidayat, 2019). Diagnosa
keperawatan menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia adalah
● Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
SP 2 SP 2
1. Melatih cara merawat pasien
1. Evaluasi kegiatan yang sudah
dengan gangguan citra tubuh:
dilakukan.
menyediakan fasilitas untuk
2. Latih interaksi secara bertahap:
memenuhi kebutuhan pasien
jadual kegiatan sehari-hari,
dirumah, memfasilitasi interaksi
aktifitas dalam keluarga dan
dirumah,melaksanakan kegiatan
sosial (teman atau orang lain yang
dirumah dan sosial, memberikan
berarti/mempunyai peran penting
pujian atas kegiatan yang telah
baginya).
dilakukan pasien
3. Beri pujian terhadap keberhasilan
2. Evaluasi kemampuan pasien dan
pasien melakukan interaksi
memberikan pujian atas
keberhasilannya
3. Beri pujian yang realistis terhadap
keberhasilan keluarga.
E. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan harus disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
dimana perawat perlu memvalidasi secara singkat apakah rencana tindakan keperawatan
sesuai yang dibutuhkan untuk klien sesuai dengan kondisinya saat ini. pada saat
dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat perlu melakukan kontrak dengan klien untuk
menjelaskan apa yaang akan dikerjakan serta peran klien yang diharapkan. Kemudian
melakukan dokumentasi semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien
(Pradana 2019).
F. EVALUASI
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, perawat melakukan penilaian
seperti verbal dan non verbal untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil
parlu disusun rencana baru yang sesuai. Berikut penyusunan evaluasi dengan
menggunakan metode SOAP (Pradana 2019):
S (subjektif) : pernyataan atau perasaan yang diungkapkan klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan, klien dapat berkomunikasi dengan lancar saat
berinteraksi dengan orang lain.
O (objektif) : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan, klien tampak percaya diri saat melakukan interaksi dengan orang lain.
A (analisa) : analisa ulang data subjektif dan data objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih teatap atau muncul masalah baru, masalah yang dialami klien
sudah dapat diatasi atau belum dapat diatasi.
P (planning) : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien. Melakukan kegiatan selanjutnya yang sesuai dengan kebutuhkan klien yang
dapat mengatasi masalahnya.
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN CITRA TUBUH
PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
DS:
● Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
● Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
● Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
● Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
● Mengungkapkan perubahan gaya hidup
DO:
3. Tujuan Khusus
1) Pasien dapat mengidentifikasi perasaan pasien tentang bagian tubuh yang
tentang bagian tubuh yang hilang, rusak, mengalami, rusak, mengalami
gangguan
2) Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dirinya
3) Pasien dapat melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik
4. Tindakan Keperawatan
1) Mengidentifikasi perasaan pasien tentang bagian tubuh yang tentang bagian
tubuh yang hilang, rusak, mengalami, rusak, mengalami gangguan.
2) Diskusikan dengan pasien aspek positif bagian tubuh.
3) Melatih fungsi bagian tubuh yang masih baik.
4) Mengevaluasi perasaan pasien.
TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Subyektif:
“Bagaimana perasaan pak/bu setelah kita berbincang-bincang?”
Obyektif:
Apakah bermanfaat bagi bapak/bu? Bagus pak/bu. Coba bapak/ibu sebutkan hal apa
saja yang kita lakukan tadi? Bagus pak/bu
2. Rencana Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan)
Setiap kali bapak/ibu kepikiran tentang keadaan, bapak/ibu bisa langsung
mempraktekan cara ini. Dan latih meningatkan citra tubuh juga sesuai jadwal yang
sudah tadi dibuat ya
3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat)
Waktu: ” Bagaimana kita besok bertemu lagi jam 9.00 -9.30,?
Topik : Saya akan mengajarkan latihan yang kedua yakni Latih interaksi secara
bertahap: jadual kegiatan sehari-hari, aktifitas dalam keluarga dan sosial (teman atau
orang lain yang berarti/mempunyai peran penting baginya).
Tempat: Tempatnya disini saja ya bapak/bu?
SP 2 PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
DS:
● Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh berkurang
● Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh berkurang
● Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain berkurang
● Mengungkapkan perubahan gaya hidup berkurang
DO:
4. Tindakan Keperawatan
1) Meminta pasien untuk terbuka tentang perasaannya.
2) Melatih koordinasi fungsi anggota tubuh.
3) Merencanaka kegiatan yang dapat dilakukan kedepan.
4) Mengevaluasi perasaan pasien.
Pradana, Handika Pasha. 2019. “Manajemen Peningkatan Citra Diri Pada Pasien Amputasi
Dengan Gangguan Citra Tubuh,” 25.
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK, and Hanik Endang Nihayati. 2014. “Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa.” Salemba empat.