Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

LATIFATUL HASANAH

235170109111024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

Keperawatan Jiwa

1. Konsep Dasar
1.1 Definisi Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012) dalam
(Maghfiroh 2017).

Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya
atau kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap dirinya
sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab
atas kehidupannya sendiri (Nurhalimah 2016).

Harga diri rendah kronis adalah evalusi atau perasaan negatif terhadap
diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berati, tidak berharga, tidak
berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus-menerus (PPNI
2017).

1.2 Etiologi Harga Diri Renda

Menurut (PPNI 2017), Penyebab harga diri rendah, yaitu :

1) Terpapar situasi traumatis


2) Kegagalan berulang
3) Kurangnya pengakuan dari orang lain
4) Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
5) Gangguan psikiatri
6) Penguatan negatif berulang
7) Ketidaksesuaian budaya
1.3 Rentang Respon Konsep Harga Diri Rendah

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Harga diri Keracunan Dipersonali


Aktualisasi diri Konsep diri
rendah Identitas sasi

1) Respon Adaptif

Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan


masalah yang di hadapinya.

(1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses di terima.
(2) Konsep diri adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
2) Respon Maladaptif

Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak
mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.

(1) Harga diri rendah adalah transiksi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptive.
(2) Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
(3) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain (Yusuf, Fitryasari PK,
and Nihayati 2015).
1.4 Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Harga diri rendah kronis merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena
individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku
klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu
memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.

Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya


individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),
individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul
pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan
peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional,jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan
individu mengalami harga diri rendah kronis (Direja, 2011) dalam
(Maghfiroh 2017).

Pohon masalah Harga Diri Rendah menurut (Fitria 2009) :

Defisit Perawatan
Diri Isolasi Sosial Effect

Harga Diri
Rendah Kronis Core Problem

Koping Tidak Causa


Efektif

1.5 Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah

Menurut (PPNI 2017) ungkapan negatif tentang diri sendiri merupakan


salah satu tanda dan gejala harga diri rendah. Selain itu tanda dan gejala
harga diri rendah didapatkan dari data subyektif dan obyektif.
1) Tanda dan Gejala Mayor
(1) Tanda (Obyektif)
 Enggan mencoba hal baru
 Berjalan menunduk
 Postur tubuh menunduk
(2) Gejala (Subjektif)
 Menilai diri negatif (misal:tidak berguna, tidak tertolong)
 Merasa malu atau bersalah
 Merasa tidak mampu melakukan apapun
 Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
 Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
 Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
 Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
2) Tanda dan gejala minor
(1) Tanda (Objektif)
 Kontak mata kurang
 Lesu dan tidak bergairah
 Berbicara pelan dan lirih
 Pasif
 Perilaku tidak asertif
 Mencari penguatan secara berlebihan
 Bergantung pada pendapat orang lain
 Sulit membuat keputusan
(2) Gejala (Subjektif)
 Merasa sulit konsentrasi
 Sulit tidur
 Mengungkapkan keputusasaan
2. Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi
kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Keliat, Helena, and
Nurhaeni 2011). Menurut (Prabowo 2014) isi dari pengkajian tersebut
adalah:

(1) Identitas pasien


Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam
medis, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab.
(2) Keluhan utama/alasan masuk
Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan
alasan masuk pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan
bicara, sering menunduk dan nada suara rendah.
(3) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe keluarga beserta kendala mengenai jenis
tipe keluarga atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tradisional dan nontradisional.
(4) Suku Bangsa
Membahas tentang suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut kaitannya dengan kesehatan.
(5) Agama
Menjelaskan tentang agama yang dianut oleh masing-masing keluarga,
perbedaan kepercayaan yang dianut serta kepercayaan yang dapat
memengaruhi kesehatan.
(6) Status Sosial dan Ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki
oleh keluarga.
(7) Aktivitas Rekreasi
Keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja
keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi
tertentu, namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreasi.
(8) Riwayat keluarga dan Tahap Perkembangan
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Dari beberapa tahap perkembangan keluarga, identifikasi tahap
perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga
ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.
b) Tahap Perkembangan keluarga yang belum tercapai
Identifikasi tahap perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi
dan yang belum terpenuhi. Pengkajian ini juga menjelaskan
kendala-kendala yang membuat tugas perkembangan keluarga
tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Pengkajian dilakukan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita
oleh keluarga, terutama gangguan jiwa.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Pengkajian mengenai riwayat kesehatan orang tua dari suami dan
istri, serta penyakit keturunan dari nenek dan kakek mereka.
Berisi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien,
baik berhubungan dengan panyakit yang diderita oleh klien,
maupun penyakit keturunan dan menular lainnya.
(9) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumaah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan
sumber air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi
dengan denah rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Identifikasi mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang
memengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga dapat diketahui melalui kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Identifikasi mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
(10) Struktur Keluarga
a) Sistem pendukung keluarga
Hal yang perlu dalam identifikasi sistem pendukung keluarga
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencangkup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota
keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
b) Pola komunikasi keluarga
Identifikasi cara berkomunikasi antar anggota keluarga, respon
anggota keluarga dalam komunikasi, peran anggota keluarga, pola
komunikasi yang digunakan, dan kemungkinan terjadinya
komunikasi disfungsional.
c) Struktur kekuatan keluarga
Mengenai kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah prilaku.
d) Struktur peran
Mengetahui peran masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal
e) Nilai dan norma keluarga
Mengetahui nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berkaitan dengan kesehatannya.
(11) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaiman kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisasi
Kaji mengenai interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta
prilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Mengetahui sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlingdungan, serta perawatan anggota keluarga yang
sakit. Kesanggupan anggota keluarga dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu:
 Mengenal masalah kesehatan
 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
 Melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit
 Menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
 Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan tempat tinggal
d) Fungsi reproduksi
Fungsi Reproduksi perlu dikaji mengenai jumlah anak, rencana
mengenai jumlah anggota keluarga, dan upaya mengendalikan
jumah anggota keluarga.
e) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah
sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumberdaya
dimasyarakat untuk meningkatkan status kesehatannya.
(12) Faktor predisposisi
a) Riwayat gangguan jiwa
Biasanya pasien dengan harga diri rendah memiliki riwayat
gangguan jiwa dan pernah dirawat sebelumnya.
b) Pengobatan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah pernah memiliki
riwayat gangguan jiwa sebelumnya, namun pengobatan klien
belum berhasil.
c) Aniaya
Biasanya pasiendengan harga diri rendah pernah melakukan,
mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.
d) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama
dengan pasien.
e) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah mempunyai
pengalaman yang kurang menyenangkan pada masa lalu seperti
kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan serta tidak
tercapainya ideal diri merupakan stressor psikologik bagi klien
yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.
(13) Pengkajian fisik
Tanda tanda vital: Biasanya tekanan darah dan nadi pasien dengan
harga diri rendah meningkat.
(14) Pengkajian psikososial
a) Genogram
Biasanya menggambarkan garis keturunan keluarga pasien,
apakah ada keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa
seperti yang dialami pasien.
b) Konsep diri
 Gambaran diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah akan mengatakan tidak
ada keluhan apapun
 Identitas diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah merasa tidak berdaya
dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang di
banggakan atau diharapkan di keluarga maupun di masyarakat.
 Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas, ketegangan
peran dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.
 Ideal diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah ingin diperlakukan
dengan baik oleh keluarga maupun masyarakat, sehingga pasien
merasa dapat menjalankan perannya di keluarga maupun di
masyarakat.
 Harga diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kronis selalu
mengungkapkan hal negatif tentang dirinya dan orang lain,
perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis serta
penolakan terhadap kemampuan diri. Hal ini menyebabkan pasien
dengan harga diri rendah memiliki hubungan yang kurang baik
dengan orang lain sehingga pasien merasa dikucilkan di
lingkungan sekitarnya.
c) Hubungan sosial
 Pasien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau
meminta dukungan
 Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam
 Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien
 Pasien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan
mengeksploitasi orang lain.
d) Spiritual
 Falsafah hidup
Biasanya pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan
ancaman, tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap
sakit serta dengan penyembuhannya
 Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
Pasien mengakui adanya tuhan, putus asa karena tuhan tidak
memberikan sesuatu yang diharapkan dan tidak mau menjalankan
kegiatan keagamaan.
(15) Status mental
a) Penampilan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah penampilannya tidak
rapi, tidak sesuai karena klien kurang minta untuk melakukan
perawatan diri. Kemuduran dalam tingkat kebersihan dan
kerapian dapat merupakan tanda adanya depresi atau skizoprenia.
b) Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan,
volume suara rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking.
c) Aktivitas motorik
Biasanya aktivitas motorik pasien tegang, lambat, gelisah, dan
terjadi penurunan aktivitas interaksi.
d) Alam perasaan
Pasien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang
pesimis.
e) Afek
Afek pasien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon
bila ada stimulus emosi yang bereaksi.
f) Interakasi selama wawancara
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kurang kooperatif dan
mudah tersinggung.
g) Persepsi
Biasanya pasien mengalami halusinasi dengar/lihat yang
mengancam atau memberi perintah.
h) Proses pikir
Biasanya pasien dengan harga diri rendah terjadi pengulangan
pembicaraan (perseverasi) disebabkan karena pasien kurang
kooperatif dan bicara lambat sehingga sulit dipahami.
i) Isi pikir
Biasanya pasien merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau
menolak diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri.
j) Tingkat kesadaran
Biasanya tingkat kesadaran pasien stupor (gangguan motorik
seperti ketakutan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh
klien dalam sikap canggung yang dipertahankan dalam waktu
lama tetapi klien menyadari semua yang terjadi di lingkungannya).
k) Memori
Biasanya pasien dengan harga diri rendah umumnya tidak
terdapat gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek
ataupun memori jangka panjang.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau
tidak mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama,
karena merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami gangguan
dalam berhitung.
m) Kemampuan menilai
Biasanya gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat
mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain,
contohnya: berikan kesempatan pada pasien untuk memilih mandi
dahulu sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi, setelah
diberikan penjelasan pasien masih tidak mampu mengambil
keputusan) jelaskan sesuai data yang terkait. Masalah
keperawatan sesuai dengan data.
n) Daya tilik diri
Biasanya pasien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik
dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu meminta
pertolongan/pasien menyangkal keadaan penyakitnya, pasien
tidak mau bercerita penyakitnya.
(16) Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Biasanya pasien makan 3 kali sehari dengan lauk pauk dan
sayuran.
b) Buang air besar dan buang air kecil
Biasanya pasien BAB dan Bak secara mandiri dengan
menggunakan toilet. Klien jarang membersihkannya kembali.
c) Mandi
Biasanya pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun, menyikat
gigi dan pasien selalu mencuci rambutnya setiap 2 hari 1 kali.
Klien menggunting kuku setiap kuku pasien dirasakan panjang.
d) Berpakaian
Biasanya pasien dapat mengenakan pakaian yang telah disediakan,
klien mengambil, memilih dan mengenakan secara mandiri.
e) Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidur siang setelah makan siang lebih kurang 2
jam, dan pada malam hari pasien tidur lebih kurang 7-8 jam.
Terkadang pasien terbangun dimalam hari karena halusinasinya
muncul.
f) Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3 kali dalam sehari, cara pasien
meminum obatnya dimasukkan kemudian pasienmeminum air.
Biasanya pasien belum paham prinsip 5 benar dalam meminum
obat.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien akan melanjutkan obat untuk terapi dengan
dukungan dari keluarga serta petugas kesehatan dan orang
disekitarnya.
h) Aktivitas di dalam rumah
Biasanya pasien jarang membantu di rumah, pasien jarang
menyiapkan makanan sendiri dan membantu membersihkan
i) Aktivitas di luar rumah
Biasanya pasien jarang bersosialisasi dengan keluarga maupun
dengan lingkungannya.
(17) Mekanisme koping
Pasien dengan harga diri rendah biasanya menggunakan mekanisme
koping maladaptif yaitu dengan minum alkohol, reaksi lambat,
menghindar dan mencederai diri.
(18) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mempunyai masalah dengan dukungan dari
keluarganya. Pasien merasa kurang mendapat perhatian dari
keluarga. Pasien juga merasa tidak diterima di lingkungan karena
penilaian negatif dari diri sendiri dan orang lain.
(19) Kurang pengetahuan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah tidak mengetahui
penyakit jiwa yang ia alami dan penatalaksanaan program
pengobatan.
(20) Aspek medik
Biasanya pasien dengan harga rendah perlu perawatan dan
pengobatan yang tepat. Pasien dengan diagnosa medis Skizofrenia
biasanya klien mendapatkan Clorpromazine 1x100 mg, Halloperidol
3x5 mg, Trihexy penidil 3x2 mg, dan Risporidon 2x2 mg.

Jenis data yang diperoleh dapat berupa data primer, yaitu data yang langsung
didapat oleh perawat, dan data sekunder yaitu data yang diambil dari hasil
pengkajian atau catatan tim kesehatan lain. Perawat dapat menyimpulkan
kebutuhan atau masalah pasien dari kelompok data yang telah dikumpulkan.
Kemungkinan kesimpulan tersebut adalah :

a) Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan


 Pasien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, pasien hanya
memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan follow up
secara periodik karena tidak ada masalah dan pasien telah
mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.
 Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya
prevensi dan promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah.
b) Ada masalah dengan kemungkinan:
 Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat
menimbulkan masalah.
 Aktual terjadi masalah disetai data pendukung.

Dari pengelompokkan data, selanjutnya perawat merumuskan masalah


keperawatan pada setiap kelompok data yang terkumpul. Umumnya
sejumlah masalah pasien saling berhubungan dan dapat digambarkan
sebagai pohon masalah (Prabowo 2014).

Agar penentuan pohon masalah dapat dipahami dengan jelas, penting


untuk diperhatikan tiga komponen yang terdapat pada pohon masalah yaitu:
penyebab (causa), masalah utama (core problem) dan effect (akibat).
Masalah utama adalah prioritas masalah pasien dari beberapa maslaah yang
dimiliki oleh pasien. Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan alasan
masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa
masalah pasien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat
pula disebabkan oleh salah satu masalah lain, demikian seterusnya. Akibat
adalah salah satu dari masalah pasien yang merupakan efek/akibat dari
masalah utama. Efek ini dapat pula menyebabkan efek lain, demikian
seterusnya.

Pohon masalah Harga Diri Rendah menurut (Fitria 2009) :

Defisit Perawatan
Diri Isolasi Sosial Effect

Harga Diri
Rendah Kronis Core Problem

Koping Tidak Causa


Efektif

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai


respons pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang didalamnya baik berlangsung aktual maupun potensial yang bertujuan
untuk mengidentifikasi respon pasien baik individu, keluarga ataupun
komunitas, terhadap situasi yang berkaitan mengenai kesehatan.

Diagnosa yang biasanya muncul pada pasien dengan kasus harga diri
rendah menurut (SDKI, 2016) adalah sebagai berikut :

(1) Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi


traumatis
(2) Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakpercayaan terhadap
kemampuan diri mengatasi masalah
(3) Isolasi sosial berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
(4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
2.3 Rencana Keperawatan

Intervensi keperawatan yang digunakan pada pasien dengan harga diri


rendah menggunakan perencanaan keperawatan menurut (SIKI PPNI, 2018)
standar intervensi keperawatan Indonesia serta untuk tujuan dan kriteria
hasil menggunakan standar luaran keperawatan Indonesia (SLKI PPNI, 2019)
:

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1. (D. 0086) (L. 09069) Harga Diri (Intervensi 1.12463)
Harga diri rendah Setelah dilakukan Manajemen Perilaku
kronis tindakan keperawatan 1. Identifikasi
berhubungan selama …x24 jam harapan untuk
dengan terpapar diharapkan harga diri mengendalikan
situasi traumatis rendah kronis perilaku
membaik. Dengan 2. Diskusikan
kriteria hasil : tanggung jawab
1. Penilaian diri terhadap perilaku
positif meningkat 3. Jadwalkan
(5) kegiatan
2. Minat mencoba terstruktur
hal baru meningkat 4. Bicara dengan
(5) nada rendah dan
3. Tidur meningkat tenang
(5) 5. Cegah perilaku
4. Perasaan malu pasif dan agresif
menurun (5) 6. Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
2. (D. 0096) (L. 09086) Status (Intervensi 1.09266)
Koping tidak Koping Dukungan
efektif Setelah dilakukan Pengambilan
berhubungan tindakan keperawatan Keputusan
dengan selama …x24 jam 1. Identifikasi
ketidakpercayaan diharapkan koping persepsi mengenal
terhadap efektif. Dengan kriteria masalah saat
kemampuan diri hasil : pembuatan
mengatasi 1. Kemampuan keputusan
masalah memenuhi peran kesehatan
sesuai usia 2. Fasilitasi
meningkat (5) mengklarifikasi
2. Perilaku koping nilai dan harapan
adaptif meningkat yang membantu
(5) membuat pilihan
3. Verbalisasi 3. Diskusikan
kemampuan kelebihan dan
mengatasi masalah kekurangan dari
meningkat (5) setiap solusi
4. Motivasi
mengungkapkan
tujuan perawatan
yang diharapkan
5. Fasilitasi
pengambilan
keputusan secara
kolaboratif
6. Informasikan
alternatif solusi
secara jelas
3. (D. 0121) (L. 13116) Keterlibatan (Intervensi 1.13498)
Isolasi sosial Sosial Promosi Sosialisasi
berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi
dengan tindakan keperawatan kemampuan
keterlambatan selama …x24 jam melakukan
perkembangan diharapkan isolasi interaksi dengan
sosial membaik. Dengan orang lain
kriteria hasil : 2. Identifikasi
1. Minat interaksi hambatan
meningkat (5) melakukan
2. Minat terhadap interaksi dengan
aktivitas meningkat orang lain
(5) 3. Motivasi
3. Verbalisasi berpartisipasi
isolasi menurun (5) dalam aktivitas
baru dan kegiatan
kelompok
4. Motivasi
berinteraksi di
luar lingkungan
5. Anjurkan
berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
6. Anjurkan ikut
serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
7. Latih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi

4. (D. 0109) (L. 11103) Perawatan (Intervensi 1.09270)


Defisit perawatan Dukungan Perawatan
diri berhubungan Diri Diri
dengan Setelah dilakukan 1. Identifikasi
kelemahan tindakan keperawatan kebiasaan aktivitas
selama …x24 jam perawatan diri
diharapkan defisit sesuai usia
perawatan diri 2. Monitor tingkat
membaik. Dengan kemandirian
kriteria hasil : 3. Sediakan
1. Kemampuan lingkungan yang
mandi meningkat terapeutik
(5) 4. Dampingi
2. Verbalisasi dalam melakukan
keinginan perawatan diri
melakukan sampai mandiri
perawatan diri 5. Jadwalkan
meningkat (5) rutinitas
3. Minat perawatan diri
melakukan 6. Anjurkan
perawatan diri melakukan
meningkat (5) perawatan diri
4. Mempertahanka secara konsisten
n kebersihan diri sesuai kemampuan
meningkat (5)

2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah proses keperawatan yang dimulai setelah perawat


menyusun rencana keperawatan. Sebelum mengimplementasikan intervensi
keperawatan, gunakan pemikiran kritis untuk menentukan ketepatan
intervensi terhadap situasi klinis. Persiapan proses implementasi akan
memastikan asuhan keperawatan yang efisien, aman, dan efektif. Lima
kegiatan persiapan tersebut adalah pengkajian ulang, meninjau dan merevisi
rencana asuhan keperawatan yang ada, mengorganisasikan sumber daya dan
pemberian asuhan, mengantisipasi dan mencegah komplikasi, serta
mengimplementasikan intervensi keperawatan (Potter & Perry, 2009).
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun
sebelum ke pasien.

2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan untuk menentukan


apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien.
Selama evaluasi, lakukan berfikir kritis dalam membuat keputusan dan
mengarahkan asuhan keperawatan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien.
Pencapaian tujuan keperawatan dilakukan dengan membandingkan antara
respon klien dengan hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2009).
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)


A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/tidak tahu apa-apa,
mengkritik diri sendiri, klien mengungkapkan perasaan malu terhadap diri
sendiri, klien mengungkapkan rasa bersalah terhadap sesuatu/seseorang.
DO :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/mengahiri kehidupan, poduktifitas menurun,
cemas dan takut.
2. Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah
3. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang
dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
3. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
4. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih
4. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
B. SRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN FASE ORIENTASI
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan
Mas? Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswa
Akper Muhammadiyah Kendal, saya sedang praktik di sini dari pukul
08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh Saya
tahu nama Mas siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mas hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Ada keluhan tidak?”
c. Kontrak
“Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai,
kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di
ruang tamu Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?
KERJA
“Mas, apa saja kemampuan yang T miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Mas lakukan?
Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa? Mencuci piring ……….dst.”
“Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Mas miliki.”
“Mas dari lima kegiatan kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua………sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus
sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa kerjakan di rumah sakit ini.”
“Sekarang, coba Mas pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini”. “O yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur Mas.” Mari
kita lihat tempat tidur Mas ya. Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. bagus! Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya
kita balik.” Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari atas ya
bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal,rapikan dan letakkan di sebelah atas
kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah kaki, bagus!”
“Mas sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus”
“Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Mas
lakukan tanpa disuruh, tulis B(bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan
T (tidak) melakukan.”

FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur? yach? Mas ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah Mas praktekkan dengan
baik sekali.
Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus sekali.
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. Mas, mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa?
Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
“Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Mas
lakukan tanpa disuruh, tulis B(bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan
T (tidak) melakukan.”
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Mas masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan
tempat tidur? Ya bagus, cuci piring …. Kalau begitu kita akan latihan mencuci
piring besok ya jam 08.00 pagi di dapur sehabis makan pagi. Sampai jumpa
ya…Assalamu’alaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DO : Klien tampak tenang, sudeh mau menghargai dirinya sendiri.
DS : Klien menyatakan sudah mau berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah
3. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki yang lain (yang belum dilakukan).
4. Tindakan Keperawatan
Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
2. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
3. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan dirumah
sakit
4. Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh
5. Beri pujian atas kegiatan dan keberhasilan klien
6. Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah dilatih
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN FASE ORIENTASI
1. Orientasi
“Assalammua’laikum, mas… masih ingat saya??? Baguss Bagaimana
perasaan Mas pagi ini? Wah tampak gembira.”
“Bagaimana Mas, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin
tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi),
sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, masih ingat apa
kegiatan itu Mas.”
“Ya benar kita akan latihan memcuci piring didapur ruangan ini”
“Waktunya 10 menit, mari kita ke dapur”
KERJA
“Mas, sebelum kita memcuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapanya,
yaitu serabut tepes untuk membersikan piring, sabun khusus untuk mencuci
piring, dan air untuk membilas, Mas bisa mneggunakan air yang mengalir
dari kran ini, oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang
sisa-makanan.”
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Mas ambil satu piring koto, lalu
buang dulu sisa makanan yang ada dipiring tersebut ketemapat sampah,
kemudian Mas bersikan piring tersebut dengan menggunakan sabut tepes
yang sudah diberikan sabun pencuci piring, setelah selesai disabuni bilas
dengan menggunakan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di
piring tersebut, setelah itu Mas bisa mengkeringkan piring yang sudah bersih
tadi di rak yang sudah tersedia didapur, nah selesai”
“Sekarang coba Mas yang melakukan”
“Bagus sekali, Mas dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik, sekarang
dilap tangannya.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan Mas setelah latihan cuci piring”
“Coba ulangi cara mencuci piring…baguss”
“Bagaimana kalau kegiatan cuci piring ini dimasukan menjadi kegiatan
sehari-hari Mas. Mau berapa kali Mas mencuci piring? bagus sekali Mas
mencuci piring tiga kali setelah makan”
“Besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan
tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? ya benar kita
akan latihan mengepel”
“Mau jam berapa? Sama dengan sekarang? sampai jumpa…
Assalamu’alaikum.”
DAFTAR PUSTAKA

fitria, Nita. 2009. “Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.”

Keliat, Budi Anna, Novy Helena, And Heni Nurhaeni. 2011. “Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas.” In . Egc.

Maghfiroh, Arrofi Laila. 2017. “Asuhan Keperawatan Tn. M Dan Tn. H Yang
Mengalami Harga Diri Rendah Dengan Pemberian Strategi Pelaksanaan 1 Dan
2 Di Ruang Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Dr. Arif Zainudin Surakarta.”

Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Keperawatan Jiwa. Pusdik Sdm


Kesehatan.

Ppni, Tim Pokja Sdki D P P. 2017. “Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia.”

Prabowo, Eko. 2014. “Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.”

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari Pk, And Hanik Endang Nihayati. 2015. “Buku Ajar

Keperawatan Kesehatan Jiwa.” Salemba Empat.

Sdki, P. (2016). Sdki – Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Http://Budirahayu.Ip-Dynamic.Com:81/Sdki/

Siki Ppni, T. P. S. D. (2018). Tim Pokja Siki.

Slki Ppni. (2019). Daftar Standart Luaran Keperawatan Indonesia (Slki) – Slki
– Standart Luaran Keperawatan Indonesia.

Potter, & Perry. (2009). Fundamental Of Nursing Edisi 7. Jakarta: Salemba


Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

LATIFATUL HASANAH

235170109111024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA

1. Konsep Dasar
1.1 Definisi

Model isolasi sosial mencakup kontak sosial objektif dan persepsi


kecukupan kontak yang subjektif. Zavaleta dkk. mendefinisikan isolasi sosial
sebagai kualitas dan kuantitas hubungan sosial yang tidak memadai dengan
orang lain pada tingkat individu, kelompok, komunitas, dan lingkungan sosial
yang lebih besar di mana interaksi manusia terjadi (Wang et al., 2017)

Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami


penurunan bahkan tidak mampu sama sekali berinteraksi dengan orang lain
di sekitarnya, sedangkan menarik diri merupakan suatu percobaan untuk
menghindari interaksi dan hubungan dengan orang lain. Munculnya isolasi
sosial dikarenakan individu mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Yusuf, 2015)

1.2 Etiologi
Menurut SDKI DPP PPNI (2016)
a. Keterlambatan Perkembangan
b. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
c. Ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma
d. Ketidaksesuaian perilaku social dengan norma
e. Perubahan penampilan fisik
f. Ketidaksesuaian minat dengan tahan perkembangan
g. Perubahan status mental
h. Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis.disfungsi terbuka,
pengendalian diri buruk
1.3 Rentang Respon Sosial

Suatu hubungan antar manusia akan berada pada rentang respon adaptif dan
maladaptif seperti pada gambar di bawah ini

1.4 Proses terjadinya isolasi sosial disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1) Faktor Predisposisi :
(1) Faktor Biologis

Hal yang perlu dikaji dalam faktor bilogis meliputi adanya faktor
herediter atau riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa. Adanya risiko bunuh diri, riwayat memiliki penyakit atau trauma
kepala, riwayat penggunaan NAPZA. Selain itu, ditemukan riwayat
patologis otak yang diperiksa melalui CT-Scan dan pemeriksaan MRI
untuk melihat gangguan struktur dan fungsi otak.

(2) Faktor Psikologis

Pasien dengan isolasi sosial seringkali mengalami kegagalan


berulang untuk mencapai keinginan yang mengakibatkan
terganggunya konsep diri yang akhirnya berdampak dalam membina
hubungan dengan orang lain. Koping yang digunakan oleh pasien
isolasi sosial biasanya maadaptif seperti : represi, supresi, sublimasi
dan proyeksi. Selain itu, kurangnya kemampuan komunikasi yang
disebabkan karena pola auh keluarga yang kurang memberikan
kesempatan pada pasien untuk menyampaikan pendapat, kegagalan
dalam melaksanakan tugas perkebangan mengakibatkan individu
tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut sala,
psimis, menghindar dari orang lain dan merasa tertekan
menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi.

(3) Faktor Sosial Budaya

Biasanya pasien isolasi sosial diakibatkan karena pasien berasal


dari golongan sosial ekonomi rendah sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi tersebut memicu timbulnya
stress sehingga pasien fokus pada pemenuhan kebutuhannya
daripada hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya.

2) Faktor Presipitasi

Di temukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau


kelainan struktur otak. Faktor lainnya pengalaman abuse dalam keluarga.
Penerapan aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering
tidak sesuai dengan nilai, budaya pasien, serta adanya konflik antar
masyarakat. Selain itu pada pasien dengan isolasi sosial di karenakan
adanya pengalaman negatif yang tidak menyenangkan terhadap
gambaran dirinya, ketidakjelasan atau berlebihannya peran yang di miliki
serta pengalaman akan kejadian krisis identitas diri,. Pengalaman
kegagalan yang berulang dalam mencapai harapan atau cita-cita, serta
kurangnya penghargaan baik dari diri sendri maupun lingkungan, Faktor-
faktor di atas, menyebabkan gangguan dalam berinteraksi sosial dengan
orang lain, yang pada akhirnya menjadi masalah isolasi sosial (Erita,
2019).
FAKTOR PREDISPOSISI DAN
PRESIPITASI

GANGGUAN KONSEP DIRI


(HDR, Gangguan citra tubuh)

ISOLASI SOSIAL

GANGGUAN PERSEPSI RISIKO PERILAKU


SENSORI : HALUSINASI KEKERASAN

1.5Tanda Dan Gejala

Tanda gejala pada pasien isolasi sosial didapatkan dari pengakuan pasien
dan dari data objektif antara lain :

1) Pasien mengungkapkan perasaan sepi, merasa tidak aman, merasa


bosan dan waktu terasa lambat.
2) Pasien mengungkapkan perasaan ditolak dan tidak mampu
berkonsentrasi.
3) Pasien banyak diam.
4) Tidak mau berbicara dan berinteraksi.
5) Menyendiri.
6) Tampak sedih, eekspresi datar dan dangkal.
7) Kontak mata berkurang (Erita, 2019)

Sedangkan menurut (TIM Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) tanda yang
muncul pada individu dengan isolasi sosial yaitu :

1) Merasa sendirian dan tidak aman di tempat umum.


2) Merasa berbeda dengan orang lain.
3) Merasa asyik dengan pikiran sendiri.
4) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas.
5) Menunjukkan permusuhan.
6) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain.
7) Lesu, afek datar, tidak ada kontak mata.
8) Perkembangan terlambat.
2. Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
Pengkajian pasien isolasi sosial dapat di lakukan melalui wawancara dan
observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala isolasi sosial dapat
di temukan denga wawancara melalui bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana perasaan anda saat berinteraksi dengan orang lain?
2) Bagaimana perasaan anda ketika berhubungan dengan orang lain?
Apa yang anda rasakan? Apakah anda merasa nyaman?
3) Bagaimana penilaian anda terhadap orang-orang di di sekeliling anda
(keluarga atau tetangga)?
4) Apakah anda mempunyai anggota keluarga atau teman terdekat? Bila
punya siapa anggota keluarga dan teman terdekat itu?
5) Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat dengan anda?
Bila punya siapa anggota keluarga dan teman yang tidak dekatnya itu?
6) Apa yang membuat anda tidak dekat dengan orang tersebut?

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat di temukan melalui observasi
adalah sebagai berikut:

1) Pasien banyak diam dan tidak mau bicara


2) Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang terdekat
3) Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
4) Kontak mata kurang
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan
menarik diri.
2) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2.3 Intervensi dan Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan pada isolasi social, di lakukan terhadap pasien dan


keluarga. Perawat menemui kelurga terlebih dahulu sebelum menemui
pasien. Bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah yang di alami
pasien dan keluarga. Setalah itu , perawat menemui pasien untuk melkukan
pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi isolasi sosial yang di alami
pasien. Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali
menemui keluarga dan melatih keluarga untuk merawat pasien, serta
menyampaikan hasil tindakan yang telah di lakukan terhadap pasiendan
tigas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih
kemampuan mengatasi isolasi sosial yang telah di ajarkan oleh perawat.

Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Isolasi Sosial Tujuan:

Pasien mampu:

1) Membina hubungan saling percaya

2) Menyadari isolasi sosial yang di alaminya

3) Berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga dan lingkungan


sekitarnya.

4) Berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan


sosial

Tindakan Keperawatan:

1) Membina hubungan saling percaya dengan cara:


a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b. Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan
yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan
yang di sukai pasien
c. Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d. Membuat kontrak asuhan: Apa yang perawat akan lakukan
bersama pasien, berapa lama akan di kerjakan, dan tempatnya di
mana
e. Jelaskan bahwa perawat akan merahsiakan informasi pribadi yang
di peroleh untuk kepentingan terapi
f. Setiap saat tunjukan sikap empati terhadap pasien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2) Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial

a. Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan


orang lain
b. Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
c. Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka
d. Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain.
e. Jelaskan pengaruh isolasi terhadap kesehatan fisik pasien

3) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

a. Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain


b. Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
c. Beri kesempatan pasien mempraktekan cara berintereksi dengan
orang lain yang di lakukan di hadapan perawat
d. Bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota
keluarga
e. Bila pasien sudah menunjukan kemajuan, tindakan jumlah
interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
f. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah di lakukan
oleh pasien
g. Latih pasien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat
melakukan kegitan harian dan kegiatan rumah tangga
h. Latih pasien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sosial
misalnya : berbelanja, kekantor pos, ke bank dll
i. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien telah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus
agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah proses keperawatan yang dimulai setelah perawat


menyusun rencana keperawatan. Sebelum mengimplementasikan intervensi
keperawatan, gunakan pemikiran kritis untuk menentukan ketepatan
intervensi terhadap situasi klinis. Persiapan proses implementasi akan
memastikan asuhan keperawatan yang efisien, aman, dan efektif. Lima
kegiatan persiapan tersebut adalah pengkajian ulang, meninjau dan merevisi
rencana asuhan keperawatan yang ada, mengorganisasikan sumber daya dan
pemberian asuhan, mengantisipasi dan mencegah komplikasi, serta
mengimplementasikan intervensi keperawatan (Potter & Perry, 2009).
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun
sebelum ke pasien.

2.5 Evaluasi Keperawatan


a. Evaluasi kemampuan pasien isolasi sosial berhasil apabila pasien
dapat:
 Menjelaskan kebiasaan keluarga berinteraksi dengan pasien.
 Menjelaskan penyebab pasien tidak mau berinteraksi dengan
orang lain
 Menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain
 Menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain
 Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain dengan
perawat, keluarga, tetangga.
 Berkomunikasi dengan keluarga saat melakukan kegiatan sehari-
hari
 Berkomunikasi saat melakukan kegiatan sosial
 Menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang tua.
 Mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
 Merasakan manfaat letihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi
sosial.
b. Evaluasi kemampuan keluarga dengan pasien isolasi sosial berhasil
apabila keluarga dapat:
 Mengenal isolasi sosial (pengertian, tanda dan gejala, dan proses
terjadinya isolasi sosial) dan mengambil keputusan untuk
merawat pasien.
 Membantu pasien berinteraksi dengan orang lain
 Mendampingi pasien saat melakukan aktifitas rumah tangga dan
kegiatan sosial sambil berkomuikasi
 Melibatkan pasien melakukan kegiatan harian di rumah dan
kegiatan sosialisasi di lingkungan.
 Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
pasien untuk meningkatkan interaksi sosial
 Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi
isolasi sosial
 Melakukan follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh dan
melakukan rujukan
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien: Diam dan menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi social
3. Tujuan Khusus : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24
jam pasien mampu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial dan
mampu bercakap-cakap dengan anggota keluarga dalam 1 kegiatan
harian.
4. Tindakan Keperawatan
a. Identifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah, siapa
yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya.
b. Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap.
c. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap.
d. Latih cara bercakap-cakap dengan anggota keluarga dalam 1
kegiatan harian.
e. Masukkan dalam jadwal untuk kegiatan harian.

B.STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

FASE ORIENTASI

1. Salam Terapeutik

Assalamualaikum..!!! selamat pagi Bapak/Ibu…… perkenalkan nama saya


Latifa, biasa dipanggil Latifa. Saya mahasiswa Poltekkes malang. Hari ini saya
dinas pagi dari jam 07:00 sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat ibu
selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya ibu di panggil apa?

2. Evaluasi/Validasi

Bagaimana perasaan Bu…… hari ini? O.. jadi Bu merasa bosan dan tidak
berguna. Apakah Ibu masih suka menyendiri ??

3. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat


Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan Bu
dan kemampuan yang Bu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar ibu
dengan saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat mengetahui
keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain

Waktu : Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit


saja ya? Tempat : Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di
ruang tamu?.

KERJA

Dengan siapa ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu?

apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?

Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu? apa yang
membuat ibu tidak dekat dengan orang lain? A

pa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga? Bagaimana
dengan teman-teman yang lain?

Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan


orang lain? Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan orang lain?

Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman? Wah benar, kita
mempunyai teman untuk bercakap-bercakap. Apa lagi ibu? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa)

Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi?
(sampai menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman
ya.

Kalau begitu ingin ibu belajar berteman dengan orang lain?

Nah untuk memulainya sekrang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih
dahulu. Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain
kita sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai.

Contohnya: nama saya Khairil Anwar, senang sipanggil Anwar.

Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya


nama Bapak siapa ? senangnya dipanggil apa?
Ayo bu coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. coba ibu
berkenalan dengan saya.

Ya bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!!

Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal
yang menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan
sebagainya,

Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman


ibu. (dampingi pasien bercakap-cakap).

TERMINASI

Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?

Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan
orang lain!

Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap
dengan teman? Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada
jadwal kegiatan, kita isi pasa jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah
bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara
mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak
melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu ulangi? Naah
bagus ibu.

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

Subyektif:

Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?

Obyektif:

Apakah bermanfaat buat ibu?

Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan
orang lain!

Bagus sekali ibu bisa mengulang dan memperagakan kembali cara


berkenalan dengan orang lain
2. Rencana Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan
hasil tindakan yang telah dilakukan)

Besok pagi kita latihan lagi cara bercakap-cakap dengan 2 orang lain dalam 2
kegiatan harian.

3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat)

Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang


pengalaman ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan
bercakap-cakap dengan topik tertentu. apakah ibu bersedia?

Waktu :

Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00? Tempat :

Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang


tamu?? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok ibu.
saya permisi Assalamualaikum Wr,Wb.
DAFTAR PUSTAKA

Erita, dkk. (2019). BUKU MATERI PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA.


Universitas Kristen Indonesia.

TIM Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


INDONESIA. DPP PPNI.

Wang, J., Lloyd-Evans, B., Giacco, D., Forsyth, R., Nebo, C., Mann, F., & Johnson,
S. (2017). Social isolation in mental health: a conceptual and
methodological review. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology,
52(12), 1451–1461. https://doi.org/10.1007/s00127-017-1446-1

Yusuf, A. dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba


Medika.

Anda mungkin juga menyukai