Laporan Pendahuluan: Harga Diri Rendah
Laporan Pendahuluan: Harga Diri Rendah
LATIFATUL HASANAH
235170109111024
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Jiwa
1. Konsep Dasar
1.1 Definisi Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012) dalam
(Maghfiroh 2017).
Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya
atau kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap dirinya
sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab
atas kehidupannya sendiri (Nurhalimah 2016).
Harga diri rendah kronis adalah evalusi atau perasaan negatif terhadap
diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berati, tidak berharga, tidak
berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus-menerus (PPNI
2017).
1) Respon Adaptif
(1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses di terima.
(2) Konsep diri adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
2) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak
mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
(1) Harga diri rendah adalah transiksi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptive.
(2) Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
(3) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain (Yusuf, Fitryasari PK,
and Nihayati 2015).
1.4 Proses Terjadinya Harga Diri Rendah
Harga diri rendah kronis merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena
individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku
klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu
memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Defisit Perawatan
Diri Isolasi Sosial Effect
Harga Diri
Rendah Kronis Core Problem
Jenis data yang diperoleh dapat berupa data primer, yaitu data yang langsung
didapat oleh perawat, dan data sekunder yaitu data yang diambil dari hasil
pengkajian atau catatan tim kesehatan lain. Perawat dapat menyimpulkan
kebutuhan atau masalah pasien dari kelompok data yang telah dikumpulkan.
Kemungkinan kesimpulan tersebut adalah :
Defisit Perawatan
Diri Isolasi Sosial Effect
Harga Diri
Rendah Kronis Core Problem
Diagnosa yang biasanya muncul pada pasien dengan kasus harga diri
rendah menurut (SDKI, 2016) adalah sebagai berikut :
FASE TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur? yach? Mas ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah Mas praktekkan dengan
baik sekali.
Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus sekali.
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. Mas, mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa?
Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
“Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Mas
lakukan tanpa disuruh, tulis B(bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan
T (tidak) melakukan.”
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Mas masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan
tempat tidur? Ya bagus, cuci piring …. Kalau begitu kita akan latihan mencuci
piring besok ya jam 08.00 pagi di dapur sehabis makan pagi. Sampai jumpa
ya…Assalamu’alaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DO : Klien tampak tenang, sudeh mau menghargai dirinya sendiri.
DS : Klien menyatakan sudah mau berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah
3. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki yang lain (yang belum dilakukan).
4. Tindakan Keperawatan
Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
2. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
3. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan dirumah
sakit
4. Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh
5. Beri pujian atas kegiatan dan keberhasilan klien
6. Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah dilatih
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN FASE ORIENTASI
1. Orientasi
“Assalammua’laikum, mas… masih ingat saya??? Baguss Bagaimana
perasaan Mas pagi ini? Wah tampak gembira.”
“Bagaimana Mas, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin
tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi),
sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, masih ingat apa
kegiatan itu Mas.”
“Ya benar kita akan latihan memcuci piring didapur ruangan ini”
“Waktunya 10 menit, mari kita ke dapur”
KERJA
“Mas, sebelum kita memcuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapanya,
yaitu serabut tepes untuk membersikan piring, sabun khusus untuk mencuci
piring, dan air untuk membilas, Mas bisa mneggunakan air yang mengalir
dari kran ini, oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang
sisa-makanan.”
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Mas ambil satu piring koto, lalu
buang dulu sisa makanan yang ada dipiring tersebut ketemapat sampah,
kemudian Mas bersikan piring tersebut dengan menggunakan sabut tepes
yang sudah diberikan sabun pencuci piring, setelah selesai disabuni bilas
dengan menggunakan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di
piring tersebut, setelah itu Mas bisa mengkeringkan piring yang sudah bersih
tadi di rak yang sudah tersedia didapur, nah selesai”
“Sekarang coba Mas yang melakukan”
“Bagus sekali, Mas dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik, sekarang
dilap tangannya.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan Mas setelah latihan cuci piring”
“Coba ulangi cara mencuci piring…baguss”
“Bagaimana kalau kegiatan cuci piring ini dimasukan menjadi kegiatan
sehari-hari Mas. Mau berapa kali Mas mencuci piring? bagus sekali Mas
mencuci piring tiga kali setelah makan”
“Besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan
tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? ya benar kita
akan latihan mengepel”
“Mau jam berapa? Sama dengan sekarang? sampai jumpa…
Assalamu’alaikum.”
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna, Novy Helena, And Heni Nurhaeni. 2011. “Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas.” In . Egc.
Maghfiroh, Arrofi Laila. 2017. “Asuhan Keperawatan Tn. M Dan Tn. H Yang
Mengalami Harga Diri Rendah Dengan Pemberian Strategi Pelaksanaan 1 Dan
2 Di Ruang Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Dr. Arif Zainudin Surakarta.”
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari Pk, And Hanik Endang Nihayati. 2015. “Buku Ajar
Slki Ppni. (2019). Daftar Standart Luaran Keperawatan Indonesia (Slki) – Slki
– Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
ISOLASI SOSIAL
LATIFATUL HASANAH
235170109111024
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA
1. Konsep Dasar
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
Menurut SDKI DPP PPNI (2016)
a. Keterlambatan Perkembangan
b. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
c. Ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma
d. Ketidaksesuaian perilaku social dengan norma
e. Perubahan penampilan fisik
f. Ketidaksesuaian minat dengan tahan perkembangan
g. Perubahan status mental
h. Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis.disfungsi terbuka,
pengendalian diri buruk
1.3 Rentang Respon Sosial
Suatu hubungan antar manusia akan berada pada rentang respon adaptif dan
maladaptif seperti pada gambar di bawah ini
1.4 Proses terjadinya isolasi sosial disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1) Faktor Predisposisi :
(1) Faktor Biologis
Hal yang perlu dikaji dalam faktor bilogis meliputi adanya faktor
herediter atau riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa. Adanya risiko bunuh diri, riwayat memiliki penyakit atau trauma
kepala, riwayat penggunaan NAPZA. Selain itu, ditemukan riwayat
patologis otak yang diperiksa melalui CT-Scan dan pemeriksaan MRI
untuk melihat gangguan struktur dan fungsi otak.
2) Faktor Presipitasi
ISOLASI SOSIAL
Tanda gejala pada pasien isolasi sosial didapatkan dari pengakuan pasien
dan dari data objektif antara lain :
Sedangkan menurut (TIM Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) tanda yang
muncul pada individu dengan isolasi sosial yaitu :
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat di temukan melalui observasi
adalah sebagai berikut:
Pasien mampu:
Tindakan Keperawatan:
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien: Diam dan menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi social
3. Tujuan Khusus : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24
jam pasien mampu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial dan
mampu bercakap-cakap dengan anggota keluarga dalam 1 kegiatan
harian.
4. Tindakan Keperawatan
a. Identifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah, siapa
yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya.
b. Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap.
c. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap.
d. Latih cara bercakap-cakap dengan anggota keluarga dalam 1
kegiatan harian.
e. Masukkan dalam jadwal untuk kegiatan harian.
FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
2. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Bu…… hari ini? O.. jadi Bu merasa bosan dan tidak
berguna. Apakah Ibu masih suka menyendiri ??
KERJA
Dengan siapa ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu?
Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu? apa yang
membuat ibu tidak dekat dengan orang lain? A
pa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga? Bagaimana
dengan teman-teman yang lain?
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman? Wah benar, kita
mempunyai teman untuk bercakap-bercakap. Apa lagi ibu? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi?
(sampai menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman
ya.
Nah untuk memulainya sekrang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih
dahulu. Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain
kita sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai.
Ya bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!!
Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal
yang menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan
sebagainya,
TERMINASI
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan
orang lain!
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap
dengan teman? Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada
jadwal kegiatan, kita isi pasa jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah
bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara
mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak
melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu ulangi? Naah
bagus ibu.
Subyektif:
Obyektif:
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan
orang lain!
Besok pagi kita latihan lagi cara bercakap-cakap dengan 2 orang lain dalam 2
kegiatan harian.
Waktu :
Wang, J., Lloyd-Evans, B., Giacco, D., Forsyth, R., Nebo, C., Mann, F., & Johnson,
S. (2017). Social isolation in mental health: a conceptual and
methodological review. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology,
52(12), 1451–1461. https://doi.org/10.1007/s00127-017-1446-1