Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Anak dengan Asma


Bronkial

Penyusun
Corina Fiqilyin, S.Ked J510185040

Pembimbing
dr. Isna Nurhayati, Sp. A

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DESEMBER 2019
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Doker Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Anak dengan


Asma Bronkial
Penyusun : Corina Fiqilyin, S.Ked J510185040
Pembimbing : dr. Isna Nurhayati, Sp. A

Sukoharjo, Desember 2019

Penyusun

Corina Fiqilyin, S.Ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Isna Nurhayati, Sp. A

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

Dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD


Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Anak dengan
Dyspneu ec asma bronkial serangan ringan-sedang episode
intermiten
Corina*, Isna**
* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Kesehatan Anak, RSUD IR Soekarno Sukoharjo

Abstrak
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik,
batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Penyakit ini paling sering diderita
oleh anak. Secara umum faktor risiko yang dapat memicu terjadinya asma terbagi atas faktor
genetik dan lingkungan. Anak laki-laki, usia 9 tahun, berat badan 27 kg, datang dengan keluhan
sesak nafas sejak 1 hari lalu, sebelumnya pasien batuk dengan dahak dan muntah. Sesak nafas
timbul terutama jika udara dingin, terkena debu, makan ciki, minum es dan terlalu banyak
aktivitas. Terdapat riwayat keluarga penderita asma, yaitu nenek pasien. Pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum tampak sesak, nadi 120 x/menit, pernafasan 42 x/menit, suhu 36,4oC.
Pada pemeriksaan thoraks didapatkan retraksi subcostal dan terdengar wheezing meningkat di
akhir ekspirasi pada kedua lapang paru. Pasien didiagnosis sebagai asma bronkial, dengan
penatalaksanaan secara non-medikamentosa dilakukan edukasi untuk menghindari alergen berupa
udara dingin dan membatasi aktivitas fisik berlebihan pada anak, dan secara medikamentosa yaitu
dengan nebulisasi ventolin 2.5 mg/8 jam, O2 canul oksigen 2 lpm, puyer batu 3x1. Prognosis
pasien ini secara umum baik selama pasien menghindari faktor pencetus timbulnya asma.
Abstract

Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways associated with airway


hyperresponsiveness that leads to recurrent episodes of wheezing, breathlessness, chest tightness,
and coughing. The disease most often affects children Factors that influence the risk of asthma
can be divided into those that trigger asthma symptoms, the former include host factors which are
primarily genetic and the later are environmental factors. A boy, 9 years old, came with shortness
of breath since 1 days ago, accompanied by coughing and vomitting. Shortness of breath
accompanied by wheezing that arise especially when the air is cold, dust, meal and overactivity.
History of allergy (+), a history of asthma in the family is grandmother. Physical examination the
patient appears to shortness of breath, pulse 120 x/minute, respiration 32 x/minute, temperature
36,4oC. General status found retraction of the chest, and audible wheezing increased at the end of
expiration in both lungs. Patient was diagnosed as bronchial asthma, the management of non-
medical education is to avoid allergens such as cold air and excessive activity restriction, and
medically is to give nebulized ventolin 2.5mg, O2 canul 3 lpm with cough medicine 3x1 . The
patient's prognosis is generally good during the patient avoids trigger factors of asthma.

Keywords: bronchial asma, children, short of breath


Pendahuluan
Asma merupakan penyakit
inflamasi kronis
saluran napas yang ditandai Telah terjadi peningkatan
dengan mengi episodik, batuk, dan sesak kematian akibat asma termasuk pada
di dada akibat penyumbatan saluran anak di beberapa negara pada dua
napas.1 Ciri-ciri klinis yang dominan pada dekade terakhir. Jumlah penderita asma
asma adalah riwayat episode sesak, terus meningkat seiring dengan
terutama pada malam hari yang sering bertambahnya komunitas yang
disertai batuk.1,2 Asma dipengaruhi oleh mengikuti gaya hidup barat dan
dua faktor, yaitu genetik dan lingkungan. urbanisasi. Hal tersebut juga
Mengingat patogenesisnya tidak jelas, berhubungan dengan peningkatan
asma didefinisikan secara deskripsi yaitu terjadinya alergi lain seperti dermatitis
penyakit inflamasi kronik saluran napas dan rinitis.7,8 Dalam penelitian yang
menggunakan kuesioner ISAAC
yang menyebabkan hipereaktivitas
(International Study on Asthma and
bronkus terhadap berbagai rangsangan,
Allergy in Children), periode usia yang
dengan gejala episodik berulang berupa sering mengalami kematian diwakili oleh
batuk, sesak napas, mengi, dan rasa berat kelompok usia 13-14 tahun.9
di dada terutama pada malam dan atau Faktor risiko yang dapat
dini hari, yang umumnya bersifat mengakibatkan asma dan memicu untuk
reversibel baik dengan atau tanpa terjadinya serangan asma diantaranya
pengobatan.1 adalah riwayat atopik keluarga.2
Menurut WHO3 (World Health Berdasarkan sebuah studi kohort, apabila
Organization) tahun 2011, 235 juta orang seorang anak memiliki satu orang tua
di seluruh dunia menderita asma dengan yang memiliki alergi, maka anak tersebut
angka kematian lebih dari 8% di negara- memiliki kemungkinan untuk menderita
negara berkembang yang sebenarnya alergi sebesar 33%, dan kemungkinan
dapat dicegah. National Center for Health alergi pada anak yang kedua orang
Statistics (NCHS) pada tahun 2011, tuanya menderita alergi sebesar 70%.10
mengatakan bahwa prevalensi asma
menurut usia sebesar 9,5% pada anak dan
8,2% pada dewasa, sedangkan menurut Kasus
jenis kelamin 7,2% laki-laki dan 9,7% Pasien anak laki-laki, usia 9
perempuan.4 tahun, berat badan 27 kg, datang dengan
Di Indonesia, berdasarkan Riset keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 lalu. Keluhan disertai batuk,pilek dan
mendapatkan hasil prevalensi nasional muntah 3 kali berupa cairan disertai
untuk penyakit asma pada semua umur lendir sebanyak ¼ gelas belimbing.
adalah 4,5%, dengan prevalensi asma
tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah
(7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur
(7,3%), D.I. Yogyakarta (6,9%), Sulawesi
Selatan (6,7%), untuk Jawa Tengah
memiliki prevalensi asma sebesar 4,3 %.5
Asma merupakan diagnosis masuk
yang paling sering dikeluhkan di rumah
sakit anak dan mengakibatkan kehilangan
5-7 hari sekolah secara
nasional/tahun/anak. Sebanyak 10-15%
anak laki-laki dan 7-10% anak perempuan
dapat menderita asma pada suatu waktu
selama masa kanak-kanak.6
Batuk dan sesak dirasakan terutama bila antara lain adalah olahraga, alergen, infeksi,
udara dingin, terkena debu, makan ciki, perubahan suhu yang mendadak, atau
minum es dan terlalu banyak beraktivitas. pajanan terhadap iritan respiratorik seperti
Sesak dan batuk dirasakan semakin
memberat pada malam hari. asap rokok, debu polusi, dan lain-lain.
Sebelumnya pasien juga sering Selain itu, berbagai faktor yang
mengalami sesak nafas terutama pada malam mempengaruhi tinggi rendahnya prevalensi
hari pada usia 6 tahun. Pasien sempat dirawat asma suatu tempat, misalnya usia, jenis
di rumah sakit dengan keluhan yang sama 3 kelamin, ras, sosioekonomi, dan faktor
bulan yang lalu. Terdapat riwayat alergi lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat
dingin, debu dan makanan pada pasien.
Riwayat asma, pada keluarga ada, yaitu pada mempengaruhi prevalensi asma, derajat
nenek pasien. Riwayat merokok pada penyakit asma, terjadinya serangan asma,
keluarga tidak ada. berat ringannya serangan, dan kematian
Pada pemeriksaan fisik didapatkan akibat penyakit asma.11,12
keadaan umum tampak sesak nafas, compos Pada kasus ini, pasien mengalami
mentis, nadi 120x/menit, pernafasan serangan mengi pertama kali timbul pada
32x/menit, suhu 36,4oC. Pada status generalis usia 6 tahun. Sebelum serangan saat ini,
tampak kepala normochephal, konjungtiva
ananemis, sklera anikterik, telinga dalam pasien memiliki alergi terhadap udara
batas normal, hidung simetris, napas cuping dingin, debu dan makanan. Serangan asma
hidung tidak ada. Pada leher tampak trakea di saat ini timbul 3 kali dalam 1 tahun terakhir,
tengah dan simetris. Pada pemeriksaan menyebabkan pasien sesak napas atau dada
thoraks terdapat retraksi subcostal, terasa berat. Serangan terjadi selama 1 hari,
pergerakan dinding dada cepat, taktil membaik setelah diberikan uap saat di
fremitus simetris kanan dan kiri, perkusi
hipersonor, dan auskultasi terdengar rumah sakit namun serangan berulang. Pada
vesikuler menurun serta wheezing meningkat malam hari pasien sering batuk dan pasien
pada akhir ekspirasi pada kedua lapang paru. memiliki riwayat sembuh lama apabila
Pada cor dan abdomen dalam batas normal. mengalami batuk.
Pada ekstremitas tidak terdapat edema dan Berdasarkan anamnesis di atas,
tidak ada sianosis. Tidak ada pembesaran terdapat beberapa faktor risiko yang
kelenjar getah bening. menyebabkan terjadinya asma pada pasien
Diagnosis kerja pada pasien adalah asma
ini. Dari gender, pasien laki-laki memiliki
bronkial serangan ringan-sedang episode risiko asma lebih tinggi dibandingan
intermiten dengan penatalaksanaan secara perempuan. Dilihat dari faktor usia
non-medikamentosa dilakukan edukasi agar pertama kali serangan, pasien
menghindari alergen berupa udara dingin dan mendapatkan pertama kali serangan pada
membatasi aktivitas fisik berlebihan, dan usia 6 tahun. Pada waktu serangan, sesak
secara medikamentosa yaitu dengan dan batuk dirasakan memberat pada
malam hari terutama saat udara dingin,
nebulisasi ventolin 2.5 mg/8 jam, O2 canul
debu, makanan ciki, minum es dan
oksigen 2 lpm, puyer batuk 3x1. Prognosis aktivitas yang berlebihan. Pada riwayat
pasien ini secara umum baik selama pasien keluarga didapatkan adanya riwayat asma
menghindari faktor pencetus timbulnya asma. pada nenek pasien dari pihak ibu.
Pada pemeriksaan fisik, dari tanda-
Pembahasan tanda vital didapatkan keadaan umum
Asma merupakan penyakit tampak sesak nafas, nadi 120x/menit,
respiratorik kronis yang paling sering pernafasan 32x/menit, suhu 36,4oC. Pada
dijumpai pada anak. Prevalensi asma pemeriksaan thoraks tampak retraksi
meningkat dari waktu ke waktu baik di subcostal, pergerakan dinding dada cepat
negara maju maupun negara sedang dan simetris, auskultasi wheezing
berkembang. Peningkatan tersebut diduga meningkat pada akhir ekspirasi pada
berkaitan dengan pola hidup yang berubah kedua lapang paru.
dan peran faktor lingkungan, terutama polusi Berdasarkan teori, didapatkan
baik indoor maupun outdoor. Serangan asma serangan berulang (episodik), timbul dan
bervariasi mulai dari ringan sampai berat dan memberat pada malam hari (nokturnal),
mengancam kehidupan. Berbagai faktor terdapat pencetus berupa udara dingin,
menjadi pencetus timbulnya serangan asma, dan adanya riwayat asma serta atopi pada
ibu dan nenek pasien. Pada pemeriksaan kurang dari 1 bulan dengan lama serangan
fisik pasien asma sering ditemukan kurang dari 1 minggu (pada pasien serangan
perubahan cara bernapas, dan terjadi timbul 2 kali dalam 1 tahun dan serangan
perubahan bentuk anatomi thoraks. Pada berlangsung 1-3 hari), tidak adanya gejala
inspeksi dapat ditemukan napas cepat, diantara serangan, tidur dan aktivitas tidak
kesulitan bernapas, menggunakan otot terganggu, dan pemeriksaan fisik diluar
napas tambahan di dada (retraksi serangan tidak ada kelainan, dan selama ini
subcostal). Pada auskultasi dapat ditemukan pasien tidak memakai obat pengendali
mengi (wheezing), ekspirasi memanjang. asma. Dari penjelasan tersebut dapat
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan disimpulkan bahwa frekuensi serangan
bahwa diagnosis dari kasus adalah asma asma pasien adalah asma episodik jarang.
bronkial. Selain klasifikasi derajat asma
Klasifkasi asma sangat diperlukan berdasarkan frekuensi dan lamanya
karena berhubungan dengan tatalaksana. serangan menurut PNAA, asma juga dapat
PNAA (Pedoman Nasional Asma Anak) dinilai berdasarkan berat ringannya
membagi asma menjadi 3, yaitu asma serangan. Global Initiative for Asthma
episodik jarang, asma episodik sering, dan (GINA) melakukan pembagian derajat
asma persisten. Dasar pembagian ini karena serangan asma berdasarkan gejala dan
pada asma anak kejadian episodik lebih tanda klinis, uji fungsi paru, dan
sering dibanding persisten (kronisitas). pemeriksaan laboratorium. Derajat
Dasar pembagian atau klasifikasi asma serangan menentukan terapi yang akan
pada anak adalah frekuensi serangan, diterapkan. Klasifikasi tersebut adalah
lamanya serangan, aktivitas di luar asma serangan ringan, asma serangan
serangan, dan beberapa pemeriksaan sedang, dan asma serangan berat. Dalam
penunjang.13
hal ini perlu adanya pembedaan antara
Dalam menentukan penilaian derajat asma kronik dengan serangan asma akut.
serangan asma diperlukan juga pemeriksaan
Dalam melakukan penilaian berat
fungsi paru. Pemeriksaan fungsi paru mulai ringannya serangan asma, tidak harus
dari pengukuran sederhana, yaitu peak
lengkap untuk setiap pasien.
expiratory flow rate (PEFR) atau arus puncak Penggolongannya harus diartikan sebagai
ekspirasi (APE), pulse oxymetry, spirometri
prediksi dalam menangani pasien asma
sampai pengukuran yang kompleks, yaitu yang datang ke fasilitas kesehatan dengan
muscle strength testing, volume paru absolut
keterbatasan yang ada.1 Berdasarkan
serta kapasitas difusi. Pemeriksaan analisis penjelasan di atas, didapatkan serangan
gas darah merupakan baku emas untuk
menyebabkan pasien sulit bernafas, mengi
menilai parameter pertukaran gas. Pada uji nyaring pada saat ekspirasi, terdapat
jalan napas, hal yang penting adalah
retraksi subcostal yang dangkal, frekuensi
melakukan manuver ekspirasi paksa secara napas cepat (takipneu), dan frekuensi nadi
maksimal. Tetapi, pemeriksaan ini hanya
cepat (takikardi). Maka dapat disimpulkan
dapat dilakukan pada anak usia di atas 6 bahwa derajat asma pada pasien adalah
tahun. Pemeriksaan rontgen thoraks menjadi
derajat ringan. Dikatakan asma derajat
pertimbangan untuk menentukan adanya ringan karena dinilai berdasarkan
kelainan lain atau penyakit pada paru. 1,12
parameter klinis menurut GINA yaitu
Namun, pada pasien ini tidak dilakukan sesak pada pasien tidak mengganggu
rontgen thoraks karena keluhan pasien hanya
aktivitas pasien (makan, minum,
berlangsung singkat dan tidak ada keluhan menyusu), sesak juga tidak dipengaruhi
yang mengarah ke kelainan atau penyakit
posisi, bicara tidak terganggu, kesadaran
paru lain. Uji provokasi bronkus juga baik, ada sianosis namun cepat
dilakukan untuk melihat adanya reaksi
menghilang setelah dilakukan nebulisasi,
hipersensitivitas bronkus terhadap adanya suara mengi hanya pada saat ekspirasi,
alergen yang menjadi pencetus terjadinya
retraksi dangkal tanpa ada nafas cuping
serangan asma. hidung, dan frekuensi nafas takipneu.
Berdasarkan penilaian PNAA
Setelah dilakukan penilaian berdasarkan
didapatkan frekuensi serangan pada pasien klasifikasi PNAA dan GINA, maka
diagnosis pada pasien ini adalah asma prevention. USA: National Institutes
derajat ringan episodik jarang. of Health; 2007.
Tatalaksana awal pada pasien ini 2. Bernstein JA. Asthma in handbook
adalah pemberian β2-agonis kerja cepat of allergic disorders. Philadelphia:
secara nebulisasi yang diberikan sebanyak Lipincott Williams & Wilkins; 2003.
1 kali. Tatalaksana awal ini sekaligus dapat 3. World Health Organization. Asthma
berfungsi sebagai penapis, yaitu untuk [internet]. Geneva: WHO; 2013.
menentukan derajat serangan, karena 4. Centers for Disease Control and
penilaian derajat secara klinis tidak selalu Prevention. Asthma [internet]. USA:
dapat dilakukan dengan cepat dan jelas. 7 CDC; 2013. Tersedia dari:
dan diberikan obat puyer batuk 3x1. Setelah http://www.cdc.gov/asthma/asthmad
dilakukan nebulisasi dan pemberian obat, ata. htm.
keluhan sesak pada pasien semakin 5. Kementerian Kesehatan Republik
berkurang dan keadaan pasien berangsur Indonesia. Riset kesehatan dasar
baik, sehingga satu hari setelah dirawat 2013. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
pasien dapat dipulangkan. 6. Waldo EM. Ilmu kesehatan anak
Prognosis pada penderita ini baik, Nelson. Edisi ke-15. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;
didukung oleh kepustakaan yang
2012.
mengatakan bahwa jika setelah nebulisasi 1
7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku
kali respon baik dan setelah diobservasi
ajar respirologi. Edisi ke-2. Jakarta:
selama 1-2 jam perbaikan klinis stabil maka
Badan Penerbit IDAI; 2010.
pasien boleh dipulangkan. Tetapi jika gejala
8. Masoli M, Fabian D, Holt S,
timbul lagi, klinis tetap belum membaik Beasley R. Global burden of asthma.
atau memburuk pasien tetap diobservasi New Zealand: Medical Research
dan dirawat. Pada pasien ini terdapat Institute of New Zealand; 2013.
perbaikan klinis dan setelah diobservasi 9. Baratawidjaja KG, Soebaryo RW,
secara klinis keadaan pasien stabil. Namun Kartasasmita CB, Suprihati,
perlu diperhatikan pencegahan terhadap Sundaru H, Siregar SP, et al. Allergy
faktor pencetus berupa alergi dingin dan and asthma, the scenario in
membatasi aktivitas berlebihan agar Indonesia. Dalam: Shaikh WA,
keluhan tidak timbul kembali. editor. Principles and practice of
tropical allergy and asthma.
Simpulan Mumbai: Vicas Medical Publishers;
Pasien anak laki-laki berusia 9 tahun 2006.
didiagnosis asma bronkial serangan ringan- 10. Steinke JW, Borish L. Genetics of
sedang episode intermiten. Tatalaksana allergic disease. Med Clin N Am.
medikamentosa pada pasien ini sudah tepat. 2006; 90: 1-15.
Menurut alur tatalaksana serangan asma pada 11. Lenfant C, Khaltaev N. Global
initiative for asthma. Geneva:
anak, pada tatalaksana awal seharusnya NHLBI/WHO; 2002.
dilakukan nebulisasi β2-agonis 1-2x selang 12. Fordiastiko. Asma dan seluk-
20 menit dan nebulisasi ke dua ditambah beluknya. Semarang: PDPI; 2005.
dengan antikolinergik. Sedangkan untuk 13. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
tatalaksana non medikamentosa berupa Pedoman nasional asma anak.
edukasi terhadap pencegahan faktor pencetus Jakarta: IDAI; 2016.
berupa alergi terhadap udara dingin dan
membatasi aktivitas berlebihan sudah tepat.

Daftar Pustaka

1. National Institure of Health. Global


strategy for asthma management and
14.

Anda mungkin juga menyukai