Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KL INIK FK UMS

CASE REPORT

REGIONAL ANESTESI DENGAN SAB DALAM TINDAKAN BEDAH


REMOVE OF INPLATE (ROI) POST OPEN REDUCTION INTERNAL
FIXATION (ORIF) CLOSE FRAKTUR CRURIS DEKSTRA PADA LAKI-
LAKI USIA 49 TAHUN

PENYUSUN:
Izzah Tsaqoofah Jati, S.Ked J510215310

PEMBIMBING:
dr. Mochamad Fauzi Hanafia, Sp. An.

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : REGIONAL ANESTESI DENGAN SAB DALAM TINDAKAN BEDAH REMOVE


OF INPLATE (ROI) POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF)
CLOSE FRAKTUR CRURIS DEKSTRA PADA LAKI-LAKI USIA 49 TAHUN

Penyusun : Izzah Tsaqoofah Jati, S.Ked (J510215310)


Pembimbing : dr. Mochamad Fauzi Hanafia, Sp. An

Magetan, 05 Juli 2023

Menyetujui,
Pembimbing Penyusun

dr. Mochamad Fauzi Hanafia, Sp. An Izzah Tsaqoofah Jati, S.Ked

Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Sulistiyani, Sp.N

2
REGIONAL ANESTESI DENGAN SAB DALAM TINDAKAN BEDAH REMOVE OF
INPLATE (ROI) POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF) CLOSE
FRAKTUR CRURIS DEKSTRA PADA LAKI-LAKI USIA 49 TAHUN
Izzah Tsaqoofah Jati*
* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Anestesiologi dan Reanimasi, RSUD dr. Sayidiman Magetan

Abstrak

Anestesi merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang akan dilakukan pembedahan
dengan meliputi trias anestesi yaitu hipnotik, analgesia dan muscle relaxant. Anestesi terbagi menjadi
anestesi umum dan regional. Fraktur merupakan suatu keadaan terjadinya diskontinuitas susunan tulang
yang disebabkan oleh trauma atau keadaan patologis. Dalam kasus ini seorang laki-laki berusia 49 tahun
datang dengan keluhan nyeri pada tungkai bawah kanan. Nyeri dirasakan sejak satu minggu sebelum
pasien datang ke RS. Sebelumnya pasien memiliki riwayat fraktur pada tulang tibia dekstra dan 1/3
distal fibula dekstra dan telah dilakukan ORIF pada bulan Desember 2022. Pasien dengan status fisik
ASA II didiagnosis post ORIF close fraktur cruris dekstra, kemudian drencanakan tindakan berupa
bedah eksisi dengan rencana regional anestesi menggunakan subarachnoid blok. Tidak ditemukan
komplikasi pasca bedah.

Kata Kunci: Anestesi Regional, SAB, Close Fraktur Cruris

PENDAHULUAN dimana tulang retak berkeping-keping, dan


displaced ketika tulang yang fraktur tidak
Fraktur merupakan suatu keadaan
segaris (Ihza et al., 2022).
terjadinya diskontinuitas susunan tulang yang
Fraktur cruris merupakan patah tulang
disebabkan oleh trauma atau keadaan patologis
tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada
(Platini et al., 2020). Penyebab fraktur
proksimal (kondilus), diafisis atau persendian
terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas baik itu
pergelangan kaki. Fraktur Cruris atau tibia-
kecelakaan motor, mobil, atau pejalan kaki
fibula adalah terputusnya hubungan tulang tibia
(Sagaran et al., 2018). Akibat yang ditimbulkan
dan fibula. Secara klinis bisa berupa fraktur
oleh fraktur yaitu dapat menurunkan kualitas
terbuka bila disertai kerusakan pada jaringan
hidup penderita, hal tersebut dikarenakan
lunak (otot, kulit, jaringan saraf, pembuluh
terjadinya kerusakan fragmen tulang dan
darah) sehingga memungkinkan terjadinya
system musculoskeletal yang dapat
hubungan antara fragmen tulang yang patah
memengaruhi toleransi aktivitas ( Platini et al.,
dengan udara luar dan fraktur tertutup (Lestari,
2020).
2019).
Fraktur dapat dibagi menjadi dua yaitu
Pasien yang memiliki masalah di bagian
fraktur tertutup ketika jaringan di atasnya
musculoskeletal memerlukan tindakan
tertutup atau utuh, sedangkan fraktur terbuka
pembedahan yang bertujuan untuk
ketika jaringan di atasnya terbuka sehingga
memperbaiki fungsi dengan mengembalikan
fraktur dapat meluas ke kulit, comminuted
3
gerakan, stabilisasi, mengurangi nyeri, dan yang hanya menghilangkan nyeri dari bagian
mencegah bertambah parahnya gangguan tubuh tertentu namun pemakainya tetap sadar
musculoskeletal. Salah satu prosedur disebut anestesi regional. Anestesi regional
pembedahan yang sering dilakukan yaitu terbagi mejadi anestesi spinal (blok
dengan fiksasi interna atau disebut juga dengan subarachnoid dan blok epidural) dan blok
pembedahan ORIF (Open Reduction Internal perifer (Latief et al., 2009).
Fixation). Open Reduction Internal Fixation Spinal anestesi atau subarachniod blok
(ORIF) adalah suatu jenis operasi dengan (SAB) adalah salah satu teknik anestesi regional
pemasangan internal fiksasi yang dilakukan yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat
ketika fraktur tersebut tidak dapat direduksi anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid
secara cukup dengan close reduction, untuk untuk mendapatkan analgesia setinggi
mempertahankan posisi yang tepat pada dermatom tertentu dan relaksasi otot rangka.
fragmen fraktur. Fungsi ORIF untuk Jenis-jenis obat spinal anestesi diantara adalah
mempertahankan posisi fragmen tulang agar lidokain, bupivakain dan tetrakain. Lidokain,
tetap menyatu dan tidak mengalami pergerakan. bupivakain, dan tetrakain adalah agen anestesi
Internal fiksasi ini berupa intra medullary nail, lokal yang utama digunakan untuk blockade
biasanya digunakan untuk fraktur tulang spinal. Lidokain efektif untuk 1 jam, dan
panjang dengan tipe fraktur transvers. bupivacaine serta tetrakain efektif untuk 2 jam
Sedangkan ROI (Removele of Inplate) adalah sampai 4 jam. (Soenarjo et al., 2002)
suatu tindakan operasi pembedahan untuk LAPORAN KASUS
pelepasan internal fiksasi yang berbentuk plate
Seorang laki-laki berusia 49 tahun
dan skrew yang diberikan untuk memfiksasi
datang ke poliklinik Orthopedi RS
tulang panjang yang mengalami fraktur. (Ng et
dr.Sayidiman Magetan pada tanggal 21 Juni
al., 2018).
Anestesi merupakan pemberian obat 2023 dengan keluhan nyeri pada tungkai

untuk menghilangkan kesadaran secara bawah kanan. Nyeri dirasakan sejak satu
sementara dan biasanya berhubungan dengan minggu sebelum pasien datang ke RS.
pembedahan. Tindakan anestesi yang dilakukan Nyeri dirasakan secara terus menerus,
pada pasien meliputi trias anestesi yaitu namun tidak disertai rasa panas dan
hipnotik (tidak sadarkan diri), analgetic (bebas bengkak. Sebelumnya pasien memiliki
nyeri), dan muscle relaxant. Anestesi yang riwayat fraktur pada tulang tibia dekstra dan
menyebabkan hilangnya kesadaran tanpa nyeri
1/3 distal fibula dekstra dan telah dilakukan
diseluruh tubuh secara sentral yang reversible
ORIF pada bulan Desember 2022. Fraktur
disebut anestesi umum (general anesthesia).
tersebut terjadi akibat kecelakaan motor
Pada general anestesi, dapat digunakan
dengan motor sekitar pukul 09.00. Pasien
beberapa teknik seperti inhalasi, intravena, serta
anestesi umum imbang. Sedangkan anestesi mengatakan bahwa saat jatuh pasien sadar

4
dan tidak terdapat luka termasuk pada Jenis Kelamin : Laki-laki
tungkai bawah kanannya. Kemudian dokter Usia : 49 tahun
spesialis orthopedi menganjurkan untuk Dx Pre-Operatif : Post ORIF close
dilakukan pengambilan plate ORIF pada fraktur cruris dekstra
tungkai bawah kanan pasien, dan pasien Jenis Anestesi : Regional anestesi
menyetujui hal tersebut. Selanjutnya pasien di dengan SAB
rawat di bangsal RS dr.Sayidiman untuk
2. ANAMNESIS
persiapan operasi dan mulai dipuasakan pada
Anamnesis dilakukan secara
pukul 00.00 WIB.
autoanamnesis.
Pada pemeriksaan sebelum dilakukan
a. Keluhan Utama
operasi didapatkan kondisi umum tampak
Nyeri pada tungkai bawah kanan
pasien compos mentis, E4V5E6, berat badan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
pasien 65 kg, tinggi badan 155 cm, tekanan
Seorang laki-laki berusia 49 tahun
darah 136/91 mmHg, nadi 64 x/menit, frekuensi
datang ke poliklinik orthopedi RS
pernapasan 20 x/menit, SpO2 99%, suhu 36,3o
dr.Sayidiman Magetan pada tanggal 21
C. Jalan napas bebas, tidak ada kesulitan
Juni 2023 dengan keluhan nyeri pada
menelan, membuka mulut maupun pergerakan
tungkai bawah kanan. Nyeri dirasakan
kepala leher. Pemeriksaan tungkai bawah kanan
sejak satu minggu sebelum pasien
didapatkan bekas operasi, tidak nyeri tekan,
datang ke RS. Nyeri dirasakan secara
tidak teraba hangat ataupun bengkak.
terus menerus, namun tidak disertai rasa
Pemeriksaan jantung, paru, abdomen dalam
panas dan bengkak ataupun luka.
batas normal.
Sebelumnya pasien memiliki riwayat
Pemeriksaan penunjang darah lengkap
fraktur pada tulang tibia dekstra dan 1/3
didapatkan hemoglobin 16,4 g/dl, hematokrit
distal fibula dekstra dan telah dilakukan
45,1%, leukosit 9,4 103/µL, trombosit 269
tindakan ORIF pada bulan Desember
103/µL. Gula darah sewaktu 103 mg/dL.
2022.
Pemeriksaan hemostasis didapatkan hasil,
c. Riwayat Penyakit Dahulu atau Penyulit
waktu protombim (PT) 13,38 detik, INR 0,85,
Tindakan Anestesi :
APTT 29,39 detik. Gambaran rontgen tampak
1) Alergi : Tidak ada
fraktur dengan calus formation maleolus os
2) Medikasi : Tidak ada
tibia dekstra dan 1/3 distal os fibula dektsra,
3) Past Illness : Tidak ada
terpasang internal fiksasi (posisi baik). Pasien
4) Last Meal : Berhenti makan dan
dipersiapkan untuk menjalani operasi ROI.
minum sejak pukul 00.00 WIB.
A. PRE OPERATIF 5) Event : Nyeri pada tungkai
1. IDENTITAS PASIEN bawah kanan sejak satu minggu lalu,
Nama : Tn. K telah dilakukan tindakan ORIF pada
Desember 2022 akibat pasien
5
kecelakaan motor dengan motor 7) VAS :3
sekitar pukul 09.00, saat jatuh tidak 8) Suhu : 36,3 oC
terdapat luka terbuka dan pasien b. Pemeriksaan Fisik
sadar. 1) Status Gizi
d. Riwayat Anestesi/Operasi : a) BB : 65 kg
1) Riwayat anestesi sebelumnya: Ada, b) TB : 155 cm
pada tindakan ORIF di bulan Status gizi IMT : 27.1 (obesitas)
Desember 2022 2) Pemeriksaan General
2) Riwayat operasi sebelumnya: a) B1 (Breath) :
ORIF pada Desember 2022 • Airway : Paten / Clear
e. Riwayat Kebiasaan • Breathing
1) Riwayat merokok: Thorax
2) Riwayat minum alkohol: Tidak ada - Inspeksi: gerak dada
3) Riwayat konsumsi obat penenang: simetris (+/+), retraksi
Tidak ada (-/-), penggunaan otot
4) Riwayat konsumsi narkotika: bantu pernapasan (-/-)
Tidak ada - Palpasi: ketertinggalan
5) Riwayat aktivitas fisik: Jarang gerak (-/-), fremitus
berolahraga kanan kiri simetris.
6) Riwayat makan/minum: Nafsu - Perkusi: sonor (+/+)
makan baik. - Auskultasi: suara dasar
f. Riwayat Keluarga vesikuler (+/+),
1) Riwayat asma: Tidak ada wheezing (-/-), rhonki
2) Riwayat hipertensi: Tidak ada (-/-)
3) Riwayat diabetes mellitus: Tidak • RR : 20 kali/menit
ada • Buka mulut : 3 jari
4) Riwayat tumor: Tidak ada • Jarak Mandibula hyoid
(MH): 3 jari
3. PEMERIKSAAN FISIK • Jarak hyoid-thyroid (HT) : 2
a. Status Generalis (Pre Op) jari
1) Keadaan Umum: Baik • Skor mallampati : 2
2) Kesadaran: Compos mentis (GCS:
E4V5M6)
3) Tekanan Darah : 136/91 mmHg
4) Nadi : 64 kali/menit
5) Respirasi : 20 kali/menit
6) SpO2 : 99% (room air)

6
• Gigi lubang : PM 2 dektra f) B6 (Bone and skin) :
inferior • Deformitas pada kaki kanan
• Gigi palsu : Tidak ada (+), edema (-)
• Gigi goyah : Tidak ada g) Pemeriksaan kaki
• Gigi ompong : Tidak ada • Inspeksi: tampak bekas
b) B2 (Blood) : luka operasi pada regio
• Akral: Hangat, kering, cruris dekstra
merah • Palpasi: Teraba bekas
• CRT: <2 detik luka, tidak nyeri tekan
• Nadi: 64 x/menit, regular, .
kuat angkat 4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Mata cekung : Tidak ada a. Laboratorium :
• Konjungtiva anemis : Tidak Hemoglobin : 16,4 g/dl
ada Hematokrit : 45,1%
• JVP meningkat: Tidak ada Leukosit : 9,4 103/µL
• Thorax (cor): Trombosit: 269 103/µL
- Inspeksi: ictus cordis GDS : 103 mg/dL
tidak tampak b. Pemeriksaan hemostasis
- Palpasi: ictus cordis Waktu protombim (PT) : 13.38 detik
teraba kuat angkat di INR : 0,85
ICS V sinistra APTT : 29,39 detik
- Perkusi: suara redup c. Pemeriksaan radiologi
- Auskultasi: S1 dan S2 Gambaran rontgen tampak fraktur
reguller, tunggal, pada tulang tibia dekstra dan 1/3 distal
murmur (-). fibula dekstra, terpasang internal
c) B3 (Brain) : fiksasi (posisi baik).
• GCS : E4V5M6
• Pupil isokor kanan kiri
• Reflex cahaya pupil kanan B. STATUS FISIK ASA

dan kiri positif Laki-laki usia 49 tahun dengan post


• Tidak ada lateralisasi ORIF close fraktur cruris dekstra. Status
d) B4 (Bladder) : fisik ASA II
• Tidak terpasang kateter
e) B5 (Bowel) :
C. DIAGNOSIS DAN RENCANA
• Abdomen: peristaltic 18
LANJUTAN
x/menit, jejas (-), distended
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan,
(-), striae (-)
maka :
7
1. Diagnosis Pre Operatif: Post ORIF 9) Konfirmasi rencana operasi dan
close fraktur cruris dekstra. pemeriksaan lokasi operasi
2. Diagnosis Operatif: Status fisik ASA b. Persiapan pasien di ruang operasi
II, Mallampati 2
1) Konfirmasi identitas pasien
3. Jenis operasi : Remove of inplate
2) Konfirmasi jenis operasi dan
4. Jenis Anestesi : Regional anestesi
pemeriksaan lokasi operasi
dengan SAB
3) Pemantauan peralatan yang
menempel pada pasien
D. PREMEDIKASI
(sphygmomanometer digital,
Terapi dan tindakan di ruangan:
1. Terpasang infus three way
oxymetri)

2. Pasien dipuasakan 4) Pemeriksaan akses IV


3. Infus RL 20 tpm c. Persiapan peralatan di ruang
4. Infus Paracetamol 1 gram IV operasi
5. Informed Consent Operasi 1) Sumber O2
6. Informed Consent Pembiusan 2) Mesin anestesi
3) Mesin peralatan monitor
E. PRE ANESTESI
anestesi (tensi, HR, pulse
a. Persiapan pasien di bangsal
oxymetri dan EKG).
1) Menanyakan identitas pasien
4) Peralatan resusitasi
(konfirmasi identitas pasien)
5) Peralatan intubasi (STATICS)
2) Pasien dipuasakan
a) Scope : stetoskop, laringoskop
3) Pemeriksaan akses IV
b) Tubes : endotracheal tube
4) Menanyakan riwayat AMPLE
c) Airway : OPA
5) Menilai vital sign pasien (status
d) Tape : plaster
kesadaran, frekuensi napas,
e) Introducer : stillet dari
tekanan darah, nadi, suhu, pulse
kawat/madrin, klem magil
oxymetri, BB, TB)
f) Connector
6) Pemeriksaan keadaan psikis
g) Suction / Source
(gelisah,takut)
6) Spuit 3cc, 5cc dan 10 cc
7) Pemeriksaan keadaan gigi (gigi
7) Infuse set
palsu, gigi goyah) dan skor
8) Kanul oksigen
mallampati
9) Face mask
8) Inform consent tindakan operasi
d. Persiapan Obat
dan anastesi

8
1) Emergency drugs : Sulfat d. Pemantauan Perdarahan
atropin, adrenalin, lidocain, 1)Pemantauan tekanan darah
2)Pemantauan nadi
efedrin
3)Pemantauan pernapasan
2) Analgetik: Ketorolac, fentanyl 4)Pemantauan sistem saraf pusat
100 mcg/2ml IV, antrain 1000 5)Pemantauan refleks-refleks tubuh
6)Pemantauan sistem
mg/2 ml IV kardiovaskular
3) Anti Emetik : Ondansetron 4 7) Pemantauan warna kulit
8) Pemantauan suhu tubuh
mg/2 ml IV 9) Pemantauan produksi urin
4) Sedasi : Propofol 200 mg/ 2 ml, 10)Pemantauan EKG
e. Pemantauan Perdarahan
Midazolam 5 mg/ 5 ml
Perdarahan durante operasi: +5cc
5) Hipnoanalgetik : Sevoflurane EBV = 60 x 40 = 2.400
inhalasi 2% EBL = 15% x 2.400 = 360
f. Komplikasi selama pembedahan:
6) Muscle relaxan : Actracurium Tidak ada
25 mg/2,5 ml g. Penyulit selama operasi: Obesitas
H. PASCA OPERASI
7) Kortikosteroid : Dexamethason
a. Posisi : Supine
5 mg/1 ml
b. Pemantauan: Tekanan darah, nadi,
8) Asam tranexamat 100 mg/5 ml
suhu, RR, saturasi O2
9) Anti piretik : Paracetamol
c. Keadaan pasca operasi
F. INDUKSI ANESTESI 1. Mual/ muntah : Tidak ada
Bupivacaine (Regivel) 10 mg/ 20 ml 2. Sianosis : Tidak ada
G. DURANTE ANESTESI 3. Skala nyeri :3
a. Lama anestesi: 1 jam d. Obat pasca operasi : Antrain
b. Lama operasi: 10.00 – 10.40 500mg/8jam IV, Ondansentron 4 mg IV
c. Terapi cairan durante operasi: e. Terapi Cairan : Infus RL 20 tpm
- Total blood loss : suction 5cc f. Komplikasi pasca bedah : Tidak ada
Cairan pengganti perdarahan: g. Pasien dipuasakan terlebih dahulu
total blood loss x 2 = 5cc x 2 = h. Skor Bromage
10cc
- Kebutuhan cairan basal
(rumatan) ialah :
4 ml/kgBB/jam (10 kg pertama)
2ml/kgBB/jam (10kg kedua)
Bahwa skore bromage pada pasien tersebut
1ml/kgBB/jam (untuk sisa BB)
adalah 1, jadi pasien dapat di pindah ke
= (4x10)+(2x10)+(1x40)
bangsal
= 100cc/jam

9
PROYEKSI KASUS anestesi yaitu bupivacain. Pasien diberikan
Seorang laki-laki berusia 49 tahun injeksi anestesi lewat lumbal berupa
datang ke poliklinik orthopedi RS dr.Sayidiman bupivacaine 10 mg.
Magetan pada tanggal 21 Juni 2023 dengan Setelah operasi selesai, pasien diberikan
keluhan nyeri pada tungkai bawah kanan. Nyeri analgetik berupa injeksi intravena antrain dan
dirasakan sejak satu minggu sebelum pasien antiemetic ondansentron. Setelah pembedahan
datang ke RS. Nyeri dirasakan secara terus selesai dilakukan, dilakukan pemantauan akhir
menerus, namun tidak disertai rasa panas dan TD, nadi, dan SpO2. Pembedahan dilakukan
bengkak. Sebelumnya pasien memiliki riwayat selama 40 menit dengan perdarahan ± 5 cc.
fraktur pada tulang tibia dekstra dan 1/3 distal Pasien kemudian dibawa ke ruang pemulihan
fibula dekstra dan telah dipasang ORIF pada (Recovery Room). Selama di ruang pemulihan,
bulan Desember 2022. Fraktur tersebut terjadi jalan nafas dalam keadaan baik, pernafasan
akibat pasien kecelakaan motor dengan motor spontan dan adekuat serta kesadaran somnolen.
sekitar pukul 09.00. Pasien mengatakan bahwa Pasien diperbolehkan pindah ke bangsal apabila
saat jatuh pasien sadar dan tidak terdapat luka Score bromage kurang dari 2, pada pasien
termasuk pada tungkai atas kanannya. didapatkan skor 1 sehingga diperbolehkan
Kemudian dokter spesialis orthopedi untuk pindah ke bangsal.
menganjurkan untuk dilakukan pengambilan
Di ruang pemulihan pasien mengalami nyeri
ORIF pada tungkai bawah kanan pasien, dan
pasca operasi dengan skala nyeri VAS 3. Pasien
pasien menyetujui hal tersebut. Selanjutnya
dipuasakan terlebih dahulu. Pengelolaan nyeri
pasien di rawat di bangsal RS dr.Sayidiman
pada pasien ini pada 24 jam pertama yaitu
untuk persiapan operasi dan mulai dipuasakan
diberikan Inj. Antrain 500 mg / 8 jam. Hal ini
pada pukul 00.00 WIB.
bertujuan untuk mengurangi nyeri pasca operasi
Pemeriksaan awal didapatkan keadaan
pada 24 jam pertama. Apabila pasien mual atau
umum baik, kesadaran compos mentis,
muntah diberikan Inj. Ondansentron 4 mg.
E4V5E6, berat badan pasien 65 kg, tinggi badan
155 cm, tekanan darah 136/91 mmHg, nadi 64 PEMBAHASAN
x/menit, frekuensi pernapasan 20 x/menit,
SpO2 99%, suhu 36,3o C. Pemeriksaan tungkai Fraktur merupakan suatu keadaan

bawah didapatkan bekas operasi, tidak nyeri terjadinya diskontinuitas susunan tulang yang

tekan, tidak teraba hangat ataupun bengkak. disebabkan oleh trauma atau keadaan patologis.

Pemeriksaan jantung, paru, abdomen dalam Seorang laki-laki berusia 49 tahun datang ke

batas normal. poliklinik orthopedi RS dr.Sayidiman Magetan


pada tanggal 21 Juni 2023 dengan keluhan nyeri
Pada kasus ini dilakukan tindakan bedah
pada tungkai bawah kanan. Nyeri dirasakan
remove of inplate dengan jenis anestesi
sejak satu minggu sebelum pasien datang ke
regional. Pasien menggunakan anestesi regional
RS. Nyeri dirasakan secara terus menerus,
dengan SAB. Pada pasien digunakan 1 obat

10
namun tidak disertai rasa panas dan bengkak. operasi, pasien akan diposisikan oleh operator
Sebelumnya pasien memiliki riwayat fraktur dengan posisi supine.
pada tulang tibia dekstra dan 1/3 distal fibula Pasien tidak dilakukan premedikasi.
dekstra dan telah dipasang ORIF pada bulan Selanjutnya pemberian bupivacain terhadap
Desember 2022. Fraktur tersebut terjadi akibat pasien. Lama operasi adalah 40 menit.
pasien kecelakaan motor dengan motor sekitar Antiemetik yang digunakan adalah
pukul 09.00. Pasien mengatakan bahwa saat ondancentron 4 mg/2 ml untuk mencegah
jatuh pasien sadar dan tidak terdapat luka muntah, jika terjadi muntah akan menyebabkan
termasuk pada tungkai bawah kanannya. aspirasi sehingga menganggu pernapasan.
Kemudian dokter spesialis orthopedi Injeksi antrain diberikan sebagai analgetik
menganjurkan untuk dilakukan pengambilan untuk meredakan nyeri post operasi. Pasca
ORIF pada tungkai kanan pasien, Sebelum operasi pasien kembali ke ruang bangsal bedah,
tindakan dilakukan, pasien dipuasakan sebelum setelah dilakukan observasi di ruang recovery
operasi selama 8 jam untuk memastikan bahwa selama 30 menit. Selama di ruang recovery
lambung pasien telah kosong sebelum pasien tidak memiliki keluhan yang berarti.
dilakukan tindakan operasi untuk menghindari Pasien tenang di ruang recovery, evaluasi post
kemungkinan terjadinya muntah dan aspirasi isi operatif dilakukan pemantauan terhadap vital
lambung yang akan membahayakan pasien. sign dan keadaan pasien di ruang recovery.
Mual dan muntah dapat terjadi akibat stimulus KESIMPULAN
pusat muntah. Lokasi neuroanatomi yang
Pada kasus ini pasien dilakukan operasi
mengatur mual dan muntah disebut dengan
ROI post ORIF close fraktur cruris dekstra.
“Vomiting Center” berada di batang otak. Pusat
Status fisik ASA II dan skor malampati 2.
muntah ini dapat di stumulus oleh beberapa
Dilakukan regional anestesi dengan
faktor saat operasi seperti gangguan berupa
menggunakan SAB. Pada kasus ini digunakan
gerakan, nyeri pada lambung atau orofaring dan
Regivel melalui Lumbal. Setelah operasi pasien
juga kondisi hypoxemia dan hipotensi.
langsung dibawa ke ruang recovery. Pasien
Preload cairan yang digunakan adalah
diberikan analgetik berupa injeksi intravena
kristaloid berupa ringer laktat. Karena ringer
antrain dan antiemetic berupa injeksi
laktat mempunyai komposisi mirip cairan
ondansentron.
ekstraseluler, ringer laktat efektif sebagai terapi
resusitasi dengan pemberian dalam jumlah yang DAFTAR PUSTAKA
cukup akan efektif mengatasi defisit volume
Basuki, Gunawan. 2000. Anestesiologi.
intravaskuler. Untuk manajemen preoperatif
Anestesi Obstetri. Bagian Anestesi dan
pemeriksaan fisik dan anamnesis yang lengkap
Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran
wajib dilakukan kepada semua pasien yang
Indonesia.
akan menjalani eksisi. Sebelum dimulai
Ihza, M. A. B., Tekwan, G., & Mu’ti, A. (2022).
Gambaran Karekteristik Fraktur Cruris di
11
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Ng, C. Y., & McQueen, M. M. (2018). What are
Samarinda Tahun 2017-2019: Overview the radiological predictors of functional
of Distal Radius Fracture Characteristics outcome following fractures of the
at Abdul Wahab Sjahranie Hospital, cruris?. The Journal of Bone and Joint
Samarinda in 2017-2019. Jurnal Sains Surgery. British volume, 93(2), 145-150.
dan Kesehatan, 4(2), 161-167. Platini, H., Chaidir, R., & Rahayu, U. (2020).
Katzung BG. Farmakologi dasar & klinik. Edisi Karakteristik Pasien Fraktur Ekstermitas
10. Jakarta: EGC; 2011: 423-430. Bawah. Jurnal
Latief, S. A., Suraydi, K. A. & Dachlan, M. R., Keperawatan'Aisyiyah, 7(1), 49-53.
2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi. 2 Rehatta, N.M., Elizeus H., Aida R., Ike S., R. F.
ed. Jakarta: Bagian Anestesi dan Terapi Soenarto., D. Yulianti, A.M. Takdir,
Inensif FK UI. Mayang I., 2019. Anestesilogi dan Terapi
Lestari Dwi YE (2019). Pengaruh Rom Intensif. KATI-PERDATIN. Jakarta:
Exercise Dini Pada Pasien Post Operasi Kompas Gramedia.
Fraktur Ekstremitas Bawah (Fraktur Said A, Kartini A, Ruswan M. Petunjuk praktis
Femur Dan Fraktur Cruris) Terhadap anestesiologi: anestetik lokal dan
Lama Hari Rawat Di Ruang Bedah Rsud anestesia regional. Edisi ke-2. Jakarta:
Gambiran Kota Kediri. Jurnal Ilmu Fakultas Kedokteran UI; 2002.
Kesehatan Vol.3 No. 1 Soenarjo, et al. Anestesiologi. Bagian
Muhiman, et al. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
Anestesiologi dan Terapi Intensif UNDIP. Semarang. 2002.
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2010; 65-71.

12

Anda mungkin juga menyukai